• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul Asli : א Edisi Indonesia : STUDI AL-QUR AN Penyusun : Dr. Abu Hafizhah Irfan, MSI Desain Sampul : Hafizhah Setting Isi : Irfan Penerbit : Pustak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Judul Asli : א Edisi Indonesia : STUDI AL-QUR AN Penyusun : Dr. Abu Hafizhah Irfan, MSI Desain Sampul : Hafizhah Setting Isi : Irfan Penerbit : Pustak"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6) Judul Asli :. ‫  א‬ Edisi Indonesia : STUDI AL-QUR’AN. Penyusun. : Dr. Abu Hafizhah Irfan, MSI. Desain Sampul. : Hafizhah. Setting Isi. : Irfan. Penerbit. : Pustaka Al-Bayyinah Jl. Medayu Utara No. 4 Surabaya Telp. 0856-55865618. Cetakan Pertama. :. 20 Jumadal Ula 1442 H / 04 Januari 2021 M. albayyinatulilmiyyah.wordpress.com.

(7)

(8) DAFTAR ISI. Halaman BASMALAH …..................................................... i. SAMPUL DEPAN …............................................ iii DATA BUKU ….................................................... v. DAFTAR ISI …..................................................... vii. MUQADDIMAH ................................................... 1. MAKKI DAN MADANI ....................................... 3. MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT .................. 4. ASBABUN NUZUL ................................................ 6. NASAKH ................................................................ 19. KAIDAH PENAFSIRAN AL-QUR’AN .............. 29. METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN ............. 53. MARAJI’ ............................................................... 70.

(9)

(10) MUQADDIMAH Al-Qur’an adalah Kalamullah q (firman Allah q). Allah q berfirman;.  

(11)     ‫א כ‬  !  "‫א    כ   א‬  ( # ) * +, - . ‫  כ‬0 1 2    1 3 4 .  +5  .  

(12)       #$ ‫ כ‬%&' 6‫א‬     . )  4 7 '. “Jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar Kalamullah (firman Allah q), kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.”1 Al-Qur’an diturunkan dari Baitul ‘Izzah ke langit dunia pada bulan Ramadhan. Lalu diturunkan oleh Malaikat Jibril j ke dalam hati Rasulullah a secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun. Allah q berfirman;.  24 ? @ A  BC  ‫ א‬1  : ;-  <=  ‫א א‬ D‫א‬  >    , 9      E 2 .  * G  ‫  ? א‬, ‫   א‬F‫א‬ ‫א‬        1. QS. At-Taubah : 6.. 1.

(13) “Bulan Ramadhan (adalah bulan) yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).”2 Al-Qur’an berisi petunjuk, kebenaran dan tidak ada kebatilan di dalamnya ditinjau dari segala sisi. Allah q berfirman;.  L ‫ א‬1 H  ' (   J ' ;2 H 1 G 4 I   (  1 '  '  .   J K‫א‬    . E 

(14)  +E ‫

(15) כ‬   “Tidak datang kepada (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”3 ‘Ulum adalah bentuk jamak dari ‘ilm. Sedangkan ‘ilm maknanya adalah fahmu wal idrak (pemahaman dan pengetahuan). Adapun yang dimaksud dengan ‘ulumul Qur’an adalah suatu ilmu yang mencakup berbagai kajian yang berkaitan dengan kajian-kajian Al-Qur’an, seperti; makki dan madani, muhkamat mutasyabihat, asbabun nuzul, nasakh (nasikh mansukh) dan lain sebagainya.. 2 3. QS. Al-Baqarah : 185. QS. Fushshilat : 42.. 2.

(16) MAKKI DAN MADANI Surat Makkiyah adalah surat yang diturunkan sebelum hijrahnya Nabi a ke Madinah. Adapun surat Madaniyah adalah surat yang turunkan sesudah hijrahnya Nabi a ke Madinah. Terkadang di dalam surat Makkiyah terdapat beberapa ayat Madaniyah, demikian sebaliknya. Surat Makkiyah berjumlah 81 surat, sedangkan surat Madaniyah berjumlah 20 surat. Terdapat 13 surat yang diperselisihkan; apakah tergolong Makkiyah atau Madaniyah. Meskipun jika surat-surat yang diperselisihkan tersebut diteliti kembali, maka surat Makkiyahnya sebanyak 7 surat dan surat Madaniyahnya sebanyak 6 surat. Sehingga jumlah Surat Makkiyah di dalam Al-Qur’an adalah sebanyak 88 surat, sedangkan jumlah surat Madaniyah adalah sebanyak 26 surat. Adapun total surat di dalam Al-Qur’an adalah 114 surat. Di antara ciri-ciri Surat Makkiyah adalah: a. Dibuka dengan huruf muqatha’ah. b. Mengandung kisah para Nabi dan umat terdahulu. c. Mengandung ayat-ayat sajdah. Adapun di antara ciri-ciri Surat Madaniyah adalah: a. Di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab. b. Di dalamnya disebutkan tentang orang-orang munafik. c. Berisi kewajiban dan sanksi hukum.. ***** 3.

(17) MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT Ayat yang muhkamat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, serta dapat dipahami dengan mudah. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayatayat yang tersamar sehingga orang menjadi ragu dalam memahami sesuatu yang tidak sesuai bagi Allah q, Kitab-Nya atau Rasul-Nya, sedangkan orang yang mendalam ilmunya tidaklah demikian. Allah q berfirman;.   F‫א‬.  ‫ כ‬N  F‫א‬. 'B 1 2  O‫א‬   ‫  כ א כ‬4 P : ; -  < = ‫ ) א‬A R  ' =  ‫   א א‬F‫א‬ , .‫   א‬I   O‫א‬   ‫ א  כ‬#Q   A.   U 2  G  ‫ א‬V‫ א‬3  .‫ א‬1 2  1 .‫  א‬H ‫ )   א‬7 L  S ' T + ,.) 4 *    ) W "‫ א א‬6‫א‬ ( 14'  H +47' ‫  א‬1 4 '  H V‫א‬3 .‫א‬                    ‫א   א ' = כ‬2 .  2 P   JX ‫ כ‬1 . ‫א‬2 B  ) ) C ' + 4 7  ‫ א‬R   .O‫א‬  L  Y‫ ( ) א‬ “Dia-lah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, maka mereka mengikuti ayatayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan 4.

(18) untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah (q). Adapun orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Rabb kami.” Tidak dapat mengambil pelajaran (darinya), melainkan orang-orang yang berakal.”4 Kaidah yang digunakan untuk memahami ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang mutasyabihat dikembalikan menjadi ayat-ayat muhkamat, sehingga keseluruhan ayat Al-Qur’an menjadi muhkam.. *****. 4. QS. Ali ‘Imran : 7.. 5.

(19) ASBABUN NUZUL Asbabun nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya suatu ayat Al-Qur’an. Asbabun nuzul suatu ayat dapat diketahui dari riwayat-riwayat hadits yang shahih yang menjelaskan tentang sebab turunnya ayat tersebut. Sehingga jika riwayat yang menerangkan tentang sebab turunnya suatu ayat adalah riwayat yang lemah, maka riwayat tersebut tidak dapat digunakan. Terkadang redaksi hadits secara tegas menyebutkan bahwa suatu kejadian tertentu yang menjadi sebab turunnya suatu ayat, namun terkadang pula redaksinya tidak terlalu tegas. Ada beberapa kaidah penting dalam memahami asbabun nuzul, antara lain: 1. Asbabun Nuzul Dilakukan Untuk Mengetahui Maksud Syari’at Hal ini untuk menghindari kesalahfahaman dalam memahami ayat Al-Qur’an. Misalnya firman Allah q;.   J L" R ‫)א‬C G -    U ‫ כ‬4 , ‫א‬    + ‫ ' ' כ‬. ‫ )א‬C 4 H (  6‫א‬      “Infakkanlah (harta) kalian di jalan Allah q dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian ke dalam kebinasaan.”5. 5. QS. Al-Baqarah : 195.. 6.

(20) Sekilas ayat tersebut terkesan melarang seorang untuk berjihad di jalan Allah q. Akan tetapi justru yang diinginkan dari ayat tersebut adalah sebaliknya. Arti kebinasaan dalam ayat tersebut adalah bangkit mencari harta, mengembangkannya, dan meninggalkan berperang. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari y, ia berkata; “Wahai sekalian manusia kalian telah keliru dalam memahami ayat ini. Ayat ini turun kepada kami, kaum Anshar. Ketika Allah q memuliakan Islam dan banyak (memberikan) pertolongan-Nya, maka berkatalah sebagian dari kami kepada sebagian dari yang lainnya secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh Rasulullah a. Mereka berkata, “Sesungguhnya harta kita telah habis dan Allah q telah memuliakan Islam dan banyak (memberikan) pertolongan-Nya. Maka bagaimana jika kita bangkit untuk (mencari) harta-harta kita dan kita (kembalikan harta kita) yang hilang?” Maka Allah q menurunkan ayat ini untuk menolak ucapan kami. Allah q berfirman, “Infakkanlah (harta) kalian di jalan Allah q dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian ke dalam kebinasaan.”.   ) Y‫ א‬4 P U ‫א[ *א‬ ‫א‬,

(21)  $ \   :‫א‬  Z- ‫ כא‬    U ‫ כ‬4 , ‫א‬   ; 3  ‫א א‬2 ‫ כ‬H  . 7.

(22) Arti kebinasaan (dalam ayat ini adalah) bangkit mencari harta, mengembangkannya dan meninggalkan perang.”6 2. Pelajaran diambil dari keumuman lafazh bukan dari khususnya sebab. (^ L&‫א‬ _ ) ` W  . ( ] G 4 ‫ א‬# )  7 . a  L 7  ‫)א‬  . Maksudnya adalah jika satu nash menggunakan redaksi yang bersifat umum, maka tidak ada pilihan lain selain menerapkan nash tersebut. Meskipun nash tersebut turun untuk menanggapi suatu peristiwa tertentu. Kaidah ini dibangun dari hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas p; “Bahwa ada seorang laki-laki yang mencium seorang wanita. Lalu ia mendatangi Nabi a, maka turunlah ayat;.     J 4 ‫א   א‬G@  T  ‫א‬, 2‫א‬  a $ `‫א‬  R   K  +*    = 4 ?‫ כ‬0 ‫  כ‬0 F‫א‬  b &‫ א‬LA = ' F‫א‬  2 &N ‫א‬ . ' ‫אכ‬         “Dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan dari malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik akan menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”7. 6. HR. Tirmidzi : 2972. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihut Targhib wat Tarhib : 1388. 7 QS. Hud : 114.. 8.

(23) Maka orang tersebut mengatakan,.  : )" ‫'א‬  24 # U@ \‫א‬I R 6‫א‬ : P :‫ * א‬cU@ ‫ א‬P D‫א‬            : )" :‫ א‬C  U@ ‫א‬P D‫א‬  24 J . 1 4 P 6‫א‬ 4 \ 6‫א‬            . P e  \ :+4 "    “Wahai Rasulullah, (apakah ayat ini) hanya khusus untukku atau untuk semua manusia?” ‘Umar y mengatakan, “Bahkan untuk semua manusia.” Maka Rasulullah a bersabda, “’Umar benar.”8 Misalnya firman Allah q;.   G h fK ‫ א‬, 2 . ‫ )א‬N 4 \  ‫ )א‬4   * ‫  א‬2  g   ‫א   א‬      “Jika ada dua golongan dari orang-orang yang beriman berperang, maka damaikanlah keduanya.”9 Ayat ini turun berkenaan dengan kisah pertikaian antara kaum Anshar dengan pengikut ‘Abdullah bin Ubay. Sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik y, ia berkata;. 8 9. HR. Ahmad. QS. Al-Hujurat : 9.. 9.

(24)   LP ZH  ) :+4 " 1 4 P 6‫א‬ 6‫א‬              4 \ R L 24  J  *     j 4 i - ‫אא א‬ @ 

(25) ^ ‫  כ‬1   j 4 i - ‫ א‬::‫ * א‬cRE .  . 4 \ RL 2‫א‬ ‫א‬H ‫א‬4 UWL " k RA  )4 &‫א‬ Q                 ) R2 P ‫   כ‬::‫ * א‬+4 " 1 4 P 6‫א‬   - R-‫ א‬0 B  C  6‫א‬               : ‫`א‬- Y‫   א‬J  :‫ א‬C  ::‫ * א‬.‫

(26) א כ‬ ‫א‬       N 6‫א‬     : )"  l ‫ כ‬2  ‫א‬N@ '  ^   K  + 4 "  1 4 P 6‫א‬   4 \ 6‫א‬       L7 ^> 3  l::‫* א‬ l::‫ * א‬l 1  ) *   J   6‫א‬     J  ‫ >^  כ‬3   ‫  כא‬l::‫ * א‬l 1 .‫א‬N \  ‫ א‬, 2  E

(27) ‫א‬       72‫א‬ ‫א‬2 3 4 L :‫ * א‬:‫א‬.  m + , 2  .   .  < ' Y‫ א‬.  ' !  ‫א‬. O    G h fK ‫ )א‬4   * ‫  א‬2  g   ‫א   א‬    } :+ , Z  ; - ‫א‬, -      .{‫ א‬, 2 . ‫ )א‬N 4 \   “Dikatakan kepada Nabi a, “Seandainya engkau (wahai Rasulullah a) mendatangi ‘Abdullah bin Ubay?” Maka Nabi a berangkat menemuinya dengan mengendarai keledai. Kaum muslimin juga berangkat (menemani beliau dengan berjalan kaki) melalui tanah yang bersemak. Ketika Nabi a telah sampai (di tempat), ‘Abdullah bin Ubay mengatakan, “Menjauhlah engkau 10.

(28) dariku. Demi Allah, sungguh aku telah terganggu (dengan) bau tidak sedap (dari) keledaimu.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Demi Allah, sungguh keledai Rasulullah a lebih harum baunya daripada engkau.” Maka seorang laki-laki pengikut ‘Abdullah (bin Ubay akhirnya) marah. Kemudian setiap orang dari kedua belah pihak marah, hingga terjadi pemukulan dengan pelepah kurma, dengan tangan dan dengan sandal. Telah sampai kepada kami berita bahwa telah turun (ayat) berkenaan (dengan) mereka, ”Jika ada dua golongan dari orang-orang yang beriman berperang, maka damaikanlah keduanya.10”11 Meskipun ayat tersebut turun berkenaan dengan pertikaian antara kaum Anshar dengan pengikut ‘Abdullah bin Ubay, namun redaksi ayat tersebut berlaku umum. Jika di kalangan orang-orang yang beriman ada yang bertikai, maka diperintahkan untuk mendamaikannya. Bahkan seorang yang berdusta untuk mendamaikan dua orang yang sedang bertikai tidak dianggap sebagai dusta yang berdosa. Diriwayatkan dari Humaid bin ‘Abdurrahman, dari ibunya (Ummu Kultsum binti ‘Uqbah) i, bahwa Nabi a bersabda;. p 4 `   2 5 ‫  א‬.  -   O = ‫ ' כ‬+    . 10 11. QS. Al-Hujurat : 9. HR. Bukhari : 2691 dan Muslim : 1799, lafazh ini miliknya.. 11.

(29) “Bukan (dianggap sebagai) dusta seorang yang membujuk di antara dua orang (yang bertikai) untuk mendamaikan (keduanya).”12 Misal yang lain, firman Allah q;.  2‫ א‬4 P ‫אכא)א‬    D‫א‬      ‫א‬0   ' = ‫ א‬.  GG i  4  J '  .  & W ' +A ) -T    +A ) ‫א כא‬0   . )  )  & '   . ”Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi. Apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.”13. Sebab turunnya Surat Al-Muthaffifin adalah ketika Rasulullah a melihat kecurangan dalam masalah takaran yang dilakukan oleh penduduk Madinah saat itu. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas p, ia berkata;.   ‫ )א‬-‫ כא‬U 2 '    ‫ א‬+4 "  1 4 P 6‫א‬ 4 \ RL 2‫א‬ #  * ‫ א‬     Q   J '  } J   ; P 6‫א‬  q L I    : ; -  $@  ‫ כ‬D‫א‬2‫א‬ .‫  כ‬0  7 . J ‫)א א  כ‬2&

(30)   { G G i  4   . 12. HR. Abu Dawud : 4920. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh AlAlbani 5 dalam Shahihul Jami’ : 5203. 13 QS. Al-Muthaffifin : 1 - 3.. 12.

(31) ”Ketika Nabi a tiba di Madinah, penduduk Madinah waktu itu merupakan orang yang paling buruk dalam masalah takaran. Maka Allah r menurunkan (ayat), ”Wailul lil muthaffifin.”14 Setelah itu mereka memperbaiki takaran (mereka).”15 Meskipun ayat tersebut turun berkenaan dengan kecurangan dalam masalah takaran yang dilakukan oleh penduduk Madinah, namun redaksi ayat tersebut berlaku umum. Kecurangan dalam masalah takaran yang dilakukan oleh siapa pun masuk dalam ancaman ayat ini. 3. Terkadang ada beberapa sebab, namun ayat yang turun hanya satu Misalnya adalah firman Allah q;. R3  LH ‫  כ‬6‫א‬ J

(32)   f  #  N H + RL2‫א‬ ‫א‬, 'Q  f'    Q        m   .+

(33)    ) G r 6‫א‬    ‫ א כ‬T F‫א‬.   “Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang Allah (q) halalkan bagimu, karena engkau ingin menyenangkan isteri-isterimu. Dan Allah (q) Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”16. 14. QS. Al-Muthaffifin. HR. Ibnu Majah : 2223 dan Baihaqi : 10948, lafazh ini miliknya. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihut Targhib wat Tarhib : 1760. 16 QS. At-Tahrim : 1. 15. 13.

(34) Ayat ini turun karena dua sebab, yang pertama karena Rasulullah a mengharamkan Mariyah (AlQibtiyah) i baginya dan yang kedua karena Rasulullah a mengharamkan meminum madu di rumah Zainab binti Jahsy i. Diriwayatkan dari ’Aisyah i;.  2 P q  ‫ כ‬+ 4 "  1  4 P 6‫א‬  ‫א '  כ‬      4 \ R L 2‫א‬ E   Z   \‫א‬  )   $@ & P ‫א‬A  2 P O   '  sN  Z2 . ^ 2 ' T 1 4 P 6‫א‬ 4\ RL 2‫א א‬,4P JIt ‫א‬2'  U`G

(35)  ‫א‬-     Q                Z  4 ‫  כ‬u  ‫ א‬3  p '  ‫ כ‬2     R -  :J C  4  + 4 "   ::‫ א‬C  1  ‫  כ‬0 Z  ‫א‬C  ‫ א‬A‫א‬  

(36)   4 P J I     ‫א‬3     sE N  Z 2 . ^ 2 ' T  2 P $@ & P Z  . 9 J . (   6‫א‬  ‫א‬, '  f' } :Z  ; 2  1  t ) P    J

(37)  ‫  א‬#  N H +  RQ L 2‫א‬     f.)H   } {‫ כ‬ "  ‫א‬0   } U ` G

(38)   U  h‫ א‬7  {6‫א‬       T  v 7 .   RL2‫א‬ Z  . 9 J . :1  ) C  {‫א‬w '

(39)  1 ‫א‬ Q  ‫ =  כ‬. < L W H $  Z  G 4

(40)   *  1  t ) P     u$@ & P .‫  

(41) @ א‬. 14.

(42) “Bahwa Nabi a pernah menginap di rumah Zainab binti Jahsy i dan meminum madu di sana.17 Aku dan Hafshah p bersepakat bahwa siapa pun di antara kami yang didatangi oleh Nabi a, maka akan mengatakan, “Sungguh aku mencium darimu bau maghafir,18 apakah engkau telah memakan buah maghafir?” Lalu Nabi a mendatangi salah seorang dari keduanya (yaitu; Hafshah i), kemudian (Hafshah i) mengatakan yang demikian itu. Nabi a lalu bersabda, “Tidak, bahkan aku telah meminum madu di rumah Zainab binti Jahsy i dan aku sekali-kali tidak akan mengulanginya lagi.” Maka turunlah (ayat), “Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang Allah (q) halalkan bagimu.” ”Jika engkau berdua bertaubat kepada Allah (q),” (ini berkenaan) dengan ‘Aisyah dan Hafshah p. “Ingatlah ketika Nabi (a) membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (tentang) suatu peristiwa,”19 (ini berkenaan) dengan ucapan (Nabi a), ”Bahkan aku telah memakan madu, dan sekali-kali aku tidak akan mengulanginya lagi. Sungguh aku telah bersumpah,. 17. Zainab binti Jahsy i adalah Ummul Mukminin yang dinikahi oleh Nabi a setelah diceraikan oleh anak angkat beliau, yaitu Zaid bin Haritsah y pada tahun 5 H. Di antara keutamaannya adalah bahwa ia dinikahkan langsung oleh Allah p dari atas tujuh lapis langit dan ia juga merupakan wanita yang suka bersedekah. Zainab binti Jahsy i wafat pada tahun 20 H. 18 Maghafir adalah bentuk jamak dari maghfur, yaitu getah pohon yang mengeluarkan aroma yang tidak sedap. 19 QS. At-Tahrim.. 15.

(43) maka janganlah engkau ceritakan peristiwa ini kepada siapa pun.”20 4. Terkadang turun beberapa ayat, namun sebabnya hanya satu Misalnya firman Allah q;.  ‫   כ‬4  ‫ א‬G 3  & '   ‫ )א‬2 B  ' =  ‫ א‬R L24  ‫א‬  ‫ א כ‬       B)-‫ ) כא‬ +, -  +,   LH ‫   א‬7 .   . * R          .+ N !  ‫ א‬O‫א‬  N \  “Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampun (kepada Allah q) bagi orang-orang musyrik, walaupun (orang-orang musyrik) itu adalah kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik adalah penghuni Neraka Jahanam.”21 Juga firman Allah q;.   V f '   <  , ' 6‫א‬  L L

(44)     < , H ( ‫ כ‬-     ‫  כ‬Z . '   ,   ‫א‬. +4 P  ) A   20. HR. Bukhari : 6691, lafazh ini miliknya, Muslim : 1474, Nasa’i : 3421 dan Abu Dawud : 3714. 21 QS. At-Taubah : 113.. 16.

(45) “Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah q memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah q lebih mengetahui orang-orang yang (bersedia) menerima petunjuk.”22 Kedua ayat ini turun ketika Nabi a berkeinginan untuk memohonkan ampunan kepada pamannya, yaitu Abu Thalib.23 5. Tidak semua ayat memiliki asbabun nuzul Baik disebabkan karena tidak adanya riwayat yang menerangkan sebab turunnya ayat tersebut atau karena tidak ada riwayat yang shahih yang menerangkan tentang sebab turunnya ayat tersebut. Misalnya firman Allah q;. +A  ‫ )  )א‬H  1 . ‫ )א‬4 W . 1 4 >    +A‫א‬ HB f4      . ) m 7  “Maka setelah Allah q memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, berpaling dan mereka adalah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).”24. 22. QS. Al-Qashash : 56. HR. Muslim : 24. 24 QS. At-Taubah : 76. 23. 17.

(46) Sebagian kaum muslimin mengatakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan tentang kisah Tsa’labah y yang menolak untuk mengeluarkan zakat. Akan tetapi hadits ini sangat lemah ditinjau dari sisi sanad maupun matannya. Sehingga yang benar bahwa ayat tersebut tidak memiliki asbabun nuzul.. *****. 18.

(47) NASAKH Di dalam syari’at Islam ada beberapa dalil yang menghapus dalil yang datang sebelumnya. Inilah yang dikenal dengan istilah nasakh. Allah q berfirman;. ‫א‬, 4 w    f, 2  EW . F  - ‫א‬, & 2 -   UE 'B   x & 2 - ‫ א‬    .'  * VE R9 J  ‫ כ‬4 P 6‫א‬    + 4 7 H +  .  “Ayat mana saja yang Kami nasakh atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami akan datangkan yang lebih baik darinya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya Allah q Maha Kuasa atas segala sesuatu.”25 Di antara hikmah adanya nasakh dalam syari’at Islam adalah: 1) Memperhatikan maslahat hamba dengan cara menetapkan syari’at yang lebih bermanfaat bagi mereka dalam urusan agama dan dunia mereka. 2) Adanya tahapan dalam menetapkan syari’at hingga menjadi sempurna. 3) Menguji orang-orang mukallaf dengan cara mempersiapkan mereka untuk menerima perubahan dari satu hukum kepada hukum yang lain dan agar mereka ridha terhadap hal tersebut. 25. QS. Al-Baqarah : 106.. 19.

(48) 4) Menguji orang-orang mukallaf agar bersyukur jika nasakh tersebut menjadi lebih ringan dan bersabar jika nasakh tersebut menjadi lebih berat.26 Jenis-jenis nasakh dibagi menjadi empat, antara lain: 1. Al-Qur’an dinasakh dengan Al-Qur’an Misalnya; ayat tentang bisikan di dalam hati akan diperhitungkan oleh Allah q. Allah q berfirman;.       6‫א‬   1. + ‫ כ‬L "‫א‬N '  ) G W H  + ‫& כ‬G - R  ‫  א  א‬L H   “Jika kalian menampakkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah q akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan tersebut.”27 Ayat tersebut dinasakh dengan firman Allah q;.  ‫א‬, 4 P  Z L& ‫א  א כ‬,  ‫א‬, 7 "  (  ‫ @&א‬G - 6‫א‬   y 4 ‫( ' כ‬    g H ( ‫א‬2 . Z L&‫אכ‬ ‫א‬2 .  ‫א‬-  i I    f2 & -   ‫א‬- = I‫א‬       ‫ א‬     ' =  ‫ א‬4 P 1  4 

(49)  ‫א  \א כ א‬2 4 P J  N H (   @ 26 27. Al-Ushul min ‘Ilmil Ushul, 43. QS. Al-Baqarah : 284.. 20.

(50) ‫א‬2 P y P‫א‬   # ) C  ‫ א‬4 P. 1 . ‫א‬2  U * ‫א‬K  ( ‫א  א‬2 4  N H (  ‫א‬2 .  ‫א‬2 4 L * -  ‫א‬2 

(51)  ‫א  א‬2  G r ‫א‬ ‫א‬- ` - ‫א א‬- ( )  Z    . ' ‫א  כ א‬. “Allah q tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dilakukannya. (Mereka berdoa), “Wahai Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau salah. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami (sesuatu) yang kami tidak sanggup memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkau adalah Penolong kami, maka tolonglah kami atas kaum yang kafir.”28 Misal yang lainnya; ayat tentang hukuman bagi wanita yang berzina adalah dikurung di rumahnya sampai meninggal dunia. Allah q berfirman;.         ‫  א‬,  "‫א‬    + ‫ כ‬hf& -  U 

(52) ‫א‬G  ‫   א‬H' R H$‫א‬ R  A ) ‫  א   & כ‬,9  z +‫ כ‬2  U@ 7 .    ,4 P   28. QS. Al-Baqarah : 286.. 21.

(53)    ) ‫  א‬A‫א‬  ,  6‫א‬   )  ' 

(54)  F)  L  ‫א‬   J 7 ! '  F  .$@ L"  “(Terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji (zina), hendaklah ada empat orang saksi di antara kalian (yang menyaksikannya). Jika mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah para wanita tersebut di dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya atau sampai Allah q memberi jalan lain kepada mereka.”29 Ayat tersebut dinasakh dengan firman Allah q;.   J ‫  א כ‬4 ‫ א‬R-‫ א; א‬U -‫א; א‬ aE  4  U h‫ א  א‬, 2  E

(55) ‫א‬            't R U    ‫ א‬,. +‫ = כ‬I  H (   ) 2  g H + 2 ‫   כ‬6‫א‬         .   U G h‫ א‬K  ‫ א‬, .‫ = א‬P  ,     I {‫ א‬# )   ‫ א‬6‫א‬ . 2  g   ‫א‬  “Wanita yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka pukullah tiap orang dari keduanya seratus kali pukulan. Janganlah belas kasihan kalian kepada keduanya mencegah kalian untuk (menjalankan) agama Allah q, jika kalian beriman kepada Allah q dan Hari Akhir. 29. QS. An-Nisa’ : 15.. 22.

(56) Hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”30 2. Al-Qur’an dinasakh dengan As-Sunnah Misalnya ayat tentang wasiat harta kepada kerabat. Allah q berfirman;. ‫א‬I ‫ כ‬H   F )   ‫ א‬+‫א 

(57) >  

(58)  כ‬0  +‫ כ‬4 P ^  ‫כ‬     @    7 ‫א‬. .* Y‫) א  '   א‬4  U \ ) ‫א‬ 4 P ‫א‬C|

(59)  }           . C    ‫א‬  “Diwajibkan atas kalian ketika seorang di antara kalian kedatangan (tanda-tanda) kematian jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk kedua orang tua dan kerabatnya secara ma’ruf. (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.”31 Ayat ini dinasakh dengan hadits bahwa tidak ada wasiat harta untuk ahli waris. Diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili y ia berkata, aku mendengar Rasulullah a bersabda pada khutbah di tahun haji wada’;. ~E ‫  )א‬U \  $  1 C

(60)  jE

(61)  < 0 J ‫ כ‬i P   * 6   ‫  א‬  30 31. QS. An-Nur : 2. QS. Al-Baqarah : 180.. 23.

(62) “Sesungguhnya Allah q telah memberi hak kepada tiaptiap yang berhak, maka tidak ada wasiat (harta) untuk ahli waris.”32 3. As-Sunnah dinasakh dengan Al-Qur’an Misalnya; hadits yang menerangkan bahwa pelaksanaan shalat adalah dengan menghadap Baitul Maqdis. Hadits tersebut dinasakh dengan ayat yang memerintahkan shalat dengan menghadap ke Ka’bah. Allah q berfirman;. U@ 4 L* ‫ כ‬2 ) 24    q  

(63)   #‫  א‬N  ‫א‬.  V f &‫א‬  R ‫ כ‬,  ^ 4Q C H ? -  *  ! &   ‫ א‬i 9 ‫ כ‬,   :  )  ‫א‬A‫א‬  m  H   i 9 +‫ כ‬A )   ‫)א‬Q )  + 2 ‫ א כ‬   . ”Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang engkau inginkan. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dimana saja kalian berada, palingkanlah wajah kalian ke arahnya.”33. 4. As-Sunnah dinasakh dengan As-Sunnah Misalnya; dinasakhnya larangan ziarah kubur. Diriwayatkan dari Buraidah y ia berkata, Rasulullah a bersabda; 32. HR. Ahmad, Tirmidzi : 2120, Abu Dawud : 3565, dan Ibnu Majah : 2713. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami’ : 1720. 33 QS. Al-Baqarah : 144.. 24.

(64) ‫א‬A    ;  ) LC  ‫ א‬a ‫א‬  2 ‫ כ‬R -   ' T  P + ‫   כ‬, - Z  ”Sesunggugnya (dahulu) aku melarang kalian untuk ziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah.”34 Macam-macam nasakh dalam Al-Qur’an terbagi menjadi tiga, antara lain:35 1. Dinasakh hukumnya tetapi lafazhnya tetap ada. (1 €G  RC .  1  ‫ 

(65) כ‬x & - ‫)  א‬ . Misalnya dua ayat tentang mushabarah, Allah q berfirman;.   C  ‫ א‬4 P 2  g  ‫ א‬k 

(66) RL2‫א‬  ‫   ' כ‬:‫א‬ ‫א‬,' f'      Q  Q    h‫ )א  א‬L4 3 '   .‫    \א‬P +‫ כ‬2       “Wahai Nabi, kobarkanlah semangat orang-orang yang beriman untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang bersabar di antara kalian, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang (musuh).”36. 34. HR. Muslim : 977, Abu Dawud : 3235 dan Nasa’i : 5652, lafazh ini miliknya. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahihul Jami’ : 2475. 35 Al-Ushul min ‘Ilmil Ushul, 41. 36 QS. Al-Anfal : 65.. 25.

(67) Ayat tersebut lafazhnya tetap ada di dalam AlQur’an, namun hukumnya telah dihapus dengan firman Allah q;.  ‫  ' כ‬z ‫א‬G@ 7 m +‫    כ‬+4 P  +‫ כ‬2 P 6‫א‬   y G I  { ‫א‬     y   +‫ כ‬2   ‫     ' כ‬h‫ )א  א‬L4 3 ' a .‫ \א‬U h‫  א‬+‫ כ‬2          0 z .  G   B)L4 3 ' . ' .‫א`א‬ %. 6‫א‬  6‫א‬          ”Sekarang Allah q telah meringankan kalian dan Dia mengetahui bahwa pada (diri) kalian (terdapat) kelemahan. Maka jika di antara kalian ada seratus orang yang bersabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang (musuh). Jika di antara kalian ada seribu orang (yang bersabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang (musuh), dengan izin Allah q. Allah q bersama orang-orang yang sabar.”37 2. Dinasakh lafazhnya tetapi hukumnya tetap berlaku. (1  ‫ 

(68) כ‬RC .  1 €G  x & - ‫)  א‬ . Misalnya seperti ayat tentang rajam. Lafazhnya telah dihapus, namun hukumnya masih tetap berlaku. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas p ia berkata, ‘Umar y berkata;. 37. QS. Al-Anfal : 66.. 26.

(69) ‫א‬A‫א‬ U 'B 6‫א‬ : ; -  ‫א  א‬  ‫ כ‬   2  P   ‫א‬A‫א‬  -   * +  ‫א‬     : )" + ‫א‬A‫א‬24 C P +4 "  1 4 P 6‫א‬ 4 \ 6‫א‬                2‫א‬. :‫ א‬K : ) C '    ‫  א‬T D‫א‬     I    7 . ‫א‬2       O‫א‬ ‫  כ‬. ‫ )א‬4Q >  6‫א‬   ‫ כ‬R + ‫ !  א‬- ‫  א‬:J h‫* א‬         O‫א‬ 4 P jX

(70)  6‫א‬ ‫א‬,  ; -  UE > '    ‫ כ‬R + ‫    א‬6‫א‬       &2‫א‬   :‫א‬ Z ‫א *א‬0  V‫א‬     `

(71)  ‫א‬0  - T        ‫א‬          J LN ‫א א‬ .}‫  א‬P (‫א‬ ‫  כ‬U2 L‫א‬         “Dahulu di antara ayat yang diturunkan oleh Allah q (adalah) ayat (tentang) rajam. Kami membacanya, kami menghafalnya, dan kami memahaminya. Rasullullah a pernah melakukan (hukum) rajam dan kami pun melakukan hukum rajam setelah beliau (wafat). Aku khawatir ketika manusia telah melewati masa yang panjang, seseorang akan berkata, “Aku tidak menemukan ayat rajam di dalam Kitabullah, maka mereka menjadi sesat karena meninggalkan kewajiban yang telah diturunkan oleh Allah q. Sesungguhnya (hukum) rajam dalam Kitabullah adalah haq terhadap orang yang berzina jika telah menikah (baik itu) laki-laki maupun wanita, jika ada bukti, hamil atau (adanya) pengakuan.”38. 38. HR. Muslim : 1691.. 27.

(72) 3. Dinasakh hukum dan lafazhnya. (1 €G   1  ‫ 

(73) כ‬x & - ‫)  א‬. Misalnya ayat tentang susuan yang menjadikan mahram. Lafazh ayat tentang sepuluh kali susuan telah dihapus demikian pula hukumnya, diganti dengan lima kali susuan. Sebagaimana diriwayatkan dari ‘Aisyah i, ia berkata;. E )4 7 F‫א‬ E 7m   P B    ‫כ‬   F‫א‬         C  ‫  א‬: ;- ‫א   א‬ E )4 7 ‚E W . W & - +5 .  N' : ) "  R )   F‫א‬             C  ‫    א‬C ' ‫ א‬RA  +4 " 1 4 P 6‫א‬ .B 4 \ 6‫א‬                “Pada awalnya (persusuan) yang menjadikan mahram dalam Al-Qur’an adalah sepuluh kali susuan yang dikenal. Kemudian dihapus dengan lima kali susuan yang dikenal. Lalu Rasulullah a wafat, dan lima kali susuan (itulah yang tetap) sebagaimana ayat Al-Qur’an dibaca.”39. *****. 39. HR. Muslim : 1452, lafazh ini miliknya, Nasa’i : 3307, Tirmidzi : 1150 dan Abu Dawud : 2062.. 28.

(74) KAIDAH PENAFSIRAN AL-QUR’AN Allah q memerintahkan kepada kita untuk memahami dan mentadabburi Al-Qur’an. Allah q berfirman;. ) ‫    = כ‬1 H‫' א‬B B .   ‫א כ‬ L ‫א כ‬2;- O‫כא‬                .O‫א‬  L Y‫א‬  “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu yang penuh dengan keberkahan supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan agar mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”40 Di antara keilmuan pokok untuk memahami AlQur’an adalah tafsir Al-Qur’an. Dalam menafsirkan AlQur’an ada kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan agar tafsiran tersebut tidak menyimpang. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di 5 telah membuat karya tulis tentang kaidah-kaidah dalam menafsirkan AlQur’an yang diberi judul Al-Qawa’idul Hisan AlMuta’allaqah bi Tafsiril Qur’an. Di dalam kitab tersebut terdapat 71 kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an. Berikut ini adalah 6 kaidah besar beserta penjelasannya.. 40. QS. Shad : 29.. 29.

(75) Kaidah Pertama;.  G  Y‫ א‬# )7. a L7  ‫א‬ O‫א‬  L " Y‫ ` ) _ א‬W  . ( ƒ‫א‬  . Pelajaran (diambil) dengan umumnya lafazh-lafazh bukan dengan khususnya sebab-sebab41. Jika satu ayat menggunakan redaksi yang bersifat umum, maka diterapkan sesuai dengan keumuman redaksi tersebut, meskipun ayat itu turun berkenaan dengan peristiwa tertentu. Misalnya firman Allah q;. +   ' ‫א‬  , 2 ' (  R + ‫ ) כ‬4 H‫ א‬C ' +   ' =  ‫  א‬P 6‫א‬   + ‫אכ‬  + ,  B) i& C H +A  Q LH   +‫ 'א כ‬t   +‫  ) כ‬W '       . i & C   ‫^ א‬Q N ' 6‫א‬      “Allah (q) tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tidak memerangi kalian karena agama dan tidak (pula) mengusir kalian dari negeri kalian. Sesungguhnya Allah (q) mencintai orang-orang yang berlaku adil.” Ayat ini turun berkenaan dengan keinginan Asma’ binti Abu Bakar yang ingin menyambung silaturrahim dengan ibunya yang kafir. Berkata Asma’ binti Abu Bakar p, ia berkata; 41. Al-Qawa’idul Hisan, 16.. 30.

(76) +4 "  1 4 P 6‫א‬ 4\ RL 2‫  א‬,P R ULr‫  א‬R   R2 H            @         +4 " 1 4 P 6‫א‬ ::‫ * א‬c‫א‬, 4 \B 4 \ RL 2‫א‬ Z &            +‫אכ‬ ,2' (} :‫א‬,   ‫א‬7 H 6‫א‬   : ; -  :U 2   P  . :‫ * א‬+ 7 -       .{ ' ‫א‬  R + ‫ ) כ‬4 H‫ א‬C ' +   ' =  ‫  א‬P 6‫א‬  “Pada masa Nabi a ibuku mendatangiku (karena) kerinduan(nya kepadaku). Maka aku bertanya kepada Nabi a, “Bolehkah aku menyambung silaturrahim dengan ibuku?” Nabi a bersabda, “Ya.” Berkata Ibnu Uyainah 5,42 “Maka Allah q menurunkan (ayat), ”Allah (q) tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kalian karena agama.43”44 Meskipun ayat tersebut turun berkenaan dengan kejadian Asma’ binti Abu Bakar p, namun redaksi ayat tersebut berlaku umum. Diperbolehkan berbuat baik dan berlaku adil kepada orang kafir yang tidak memerangi dan tidak mengusir kaum muslimin.. 42. Beliau adalah seorang Tabi’ut Tabi’in di Makkah yang wafat tahun 198 H. 43 QS. Al-Mumtahanah : 8. 44 HR. Bukhari : 5978.. 31.

(77) Kaidah Kedua;.  " R a ‫ כ‬2‫א‬   uR , 2‫   א‬uR G 2‫א‬ Z 7 *  ‫א‬0   e‫א‬         u„ ‫א‬ # )  7  ‫ א‬4 P Z  t u#‫ א‬, G  " (‫א‬   Apabila (lafazh) Nakirah terdapat pada konteks kalimat penafian, larangan, syarat atau pertanyaan, (maka) menunjukkan pada keumuman45 Contoh dari kaidah ini dalam Al-Qur’an sangat banyak. Misalnya firman Allah q;. ‫א‬b@ 9 1 . ‫  כ )א‬H (  6‫א‬     ‫  א‬L P‫א‬  “Sembahlah Allah (q) dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”46 Juga firman Allah q;.    ‫)א‬4 7!H $  . )  4 7 H + -   ‫א‬t‫  @א‬-  6     “Maka janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah (q), sedangkan kalian mengetahui.”47 45. Al-Qawa’idul Hisan, 20. QS. An-Nisa’ : 36. 47 QS. Al-Baqarah : 22. 46. 32.

(78) Ayat-ayat ini melarang kita mempersekutukan Allah q dengan apapun, baik dalam hati, perkataan maupun perbuatan, baik syirik yang besar, yang kecil, yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.48 Misal yang lain, firman Allah q;.  r 1E     +‫ א  כ‬   “Sekali-kali tidak ada sesembahan bagi kalian selain Dia.”49 Ayat ini menafikan semua sesembahan selain Allah q. Misal yang lain, firman Allah q;. . E     ‫א‬,  ‫א   א‬A‫א‬  2 ' T   “Kami menghiasinya, serta pada (langit tersebut) tidak terdapat retak sedikit pun?”50 Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada sedikit pun bagian dari langit yang retak, apalagi lubang.. 48. Al-Qawa’idul Hisan, 20. QS. Al-A’raf : 59. 50 QS. Qaf : 6. 49. 33.

(79) Misal yang lain, firman Allah q;.    UE 7-   +‫כ‬ 6‫א‬         . ‫  א‬ “Apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka (itu datangnya) dari Allah (q).”51 Ayat ini menunjukkan bahwa semua kenikmatan yang kita didapatkan, baik berupa kesehatan, keselamatan, kesenangan dan yang lainnya, semuanya merupakan karunia dari Allah q. Misal yang lain, firman Allah q;.  - (  aE )*   1 ‫א‬ . E\‫א‬     . “Maka sekali-kali tidak ada bagi manusia suatu kekuatan pun dan tidak (pula) penolong.”52 Juga firman Allah q;. ‫א‬b@ 9 ‚E G 2  ‚ G - ‫ כ‬4  H ( # ) '  ”(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak mampu menolong orang lain sedikit pun.”53 51. QS. An-Nahl : 53. QS. Ath-Thariq : 10. 53 QS. Al-Infithar : 19. 52. 34.

(80) Ayat ini mencakup semua nafs (orang), baik itu kekasih, kerabat dekat atau orang lain. Pada Hari Kiamat mereka semua tidak mampu menolong dan memberikan manfaat kepada orang lain sedikit pun.54 Misal yang lain, firman Allah q;. .U@ r ( ‫א‬,  %  & H (   ”Tidak engkau dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna.”55 Ayat ini menafikan semua perkataan yang tidak berguna di Surga. Sehingga perkataan para penghuni Surga adalah perkataan yang baik dan bermanfaat yang mengandung dzikir kepada Allah q disertai adab yang baik dalam bergaul, yang menjadikan hati senang dan menjadikan dada lapang.56 Kaidah Ketiga;.    J  ‫ כ‬J 

(81)  ^  ' { ‫א‬  > ‫א‬  ‫א‬A  A‫ †א‬R  ‫ א‬U  -B C  ‫ א‬F‫א‬  ! ' t‫א‬    E #‫א‬  "‫א‬2 ' j  4' ‫ & ^  א‬N . :‫ 

(82) א‬4 P ‫א‬, 2 ‡E ) -  C   ‫^ א‬ 54. Al-Qawa’idul Hisan, 20. QS. Al-Ghasyiyah : 11. 56 Taisirul Karimir Rahman, 922. 55. 35.

(83) Ayat-ayat Al-Qur’an yang zhahirnya tampak bertentangan, (maka) ayat-ayat tersebut wajib dipahami pada konteks yang sesuai dengan kedudukan(nya)57 Semua ayat-ayat di dalam Al-Qur’an tidak ada yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Sebagaimana firman Allah q;.   r  2P   ‫א‬ 6‫א‬   C  ‫    א‬.   ' $      ‫   ) כ‬B  .‫א‬w ‫ @א כ‬$  I‫א‬  1   ‫ )   א‬ @ “Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Seandainya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah (q), niscaya mereka akan mendapatkan di dalamnya pertentangan yang banyak.”58 Jika ada ayat yang terkesan bertentangan dengan ayat yang lainnya, maka ayat tersebut harus dipahami sesuai dengan kedudukannya. Misalnya firman Allah q;. .X f (  ‚ -  1 L- 0  P : & ' ( =E b  )   “Pada hari itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.”59 57. Al-Qawa’idul Hisan, 35. QS. An-Nisa’ : 82. 59 QS. Ar-Rahman : 39. 58. 36.

(84) Sedangkan disebutkan dalam ayat yang lain;. .   L7 H + 2 ‫  '   א כ‬+,  J *      “Ditanyakan kepada mereka, “Dimanakah (berhalaberhala) yang dahulu selalu kalian sembah.”60 Disebutkan pula dalam ayat yang lain;. . 4 "   ‫ א‬+ L  B0 ‫  א‬: ) C  + ,' t‫ א‬2 ' # ) '        “(Ingatlah) hari (ketika) Allah (q) menyeru mereka, seraya bertanya, “Apakah jawaban kalian (terhadap seruan dakwah) para Rasul?”61 Pada ayat yang pertama menyebutkan bahwa dosa manusia dan jin tidak ditanyakan. Namun pada dua ayat berikutnya mereka ditanya tentang dosa kesyirikan yang pernah mereka lakukan dan ditanya pula tentang tanggapan mereka terhadap seruan dakwah para Rasul. Pertanyaan yang dinafikan adalah pertanyaan untuk mengetahui dosa-dosa yang telah dilakukan oleh manusia dan jin. Allah q tidak memerlukan hal itu, karena pengetahuan Allah q sangat sempurna meliputi seluruh urusan mereka, baik yang lahir maupun yang batin, baik yang terang maupun yang samar.62 Pada Hari Kiamat 60. QS. Asy-Syu’ara : 92. QS. Al-Qashash : 65. 62 Al-Qawa’idul Hisan, 36. 61. 37.

(85) telah dijadikan tanda-tanda yang dengan tanda-tanda tersebut mereka dapat dikenali; apakah sebagai pelaku kebaikan ataukah sebagai pelaku keburukan.63 Sedangkan pertanyaan yang ditetapkan adalah berkenaan dengan perbuatan yang telah mereka lakukan. Hal juga menunjukkan bahwa Allah q menghukum sesuai dengan keadilan dan kebijaksanaan-Nya.64 Misal yang lain, firman Allah q;. . 7 ‫א א‬ UP‫א‬G9 +,7G2H ‫א‬              ”Tidak bermanfaat lagi bagi mereka syafa’at dari orangorang yang memberikan syafa’at.”65 Sedangkan disebutkan dalam ayat yang lain;. 1 - 0 z . (    2 P % G  ' < =  ‫א א‬0   “Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah (q) tanpa izin-Nya.”66 Ayat yang pertama menafikan adanya syafa’at, sedangkan ayat yang kedua menetapkan adanya syafa’at. Syafa’at yang dinafikan adalah syafa’at yang tidak 63. Taisirul Karimir Rahman, 831. Al-Qawa’idul Hisan, 36. 65 QS. Al-Muddatstsir : 48. 66 QS. Al-Baqarah : 255. 64. 38.

(86) mendapat izin dari Allah q dan diberikan kepada orang yang tidak diridhai oleh Allah q. Sedangkan syafa’at yang ditetapkan adalah syafa’at yang diizinkan oleh Allah q dan diberikan kepada orang-orang yang diridhai-Nya, setelah mendapatkan izin dari Allah q.67 Kaidah Keempat;.  "Y‫ א‬v 7. a t ‫ א  )א‬V‫א‬    #‫ א‬7  ‫ א‬2 7   ‫ א‬4 P : t 4 P 1 7   * ‫  א‬: t  u2 7   ‫ א‬v 7 . 4 P : t  r  1 *‫ א‬.  t   ‫א‬0  %   *.  C  ‫ א‬R + ' ‫ א  כ‬B   2  ‫א‬ ‫א‬0   u1  ^ "‫א‬ . Sebagian kata-kata yang terdapat di dalam Al-Qur’anul Karim jika disebutkan secara menyendiri, (maka) menunjukkan makna umum yang sesuai dengannya. Namun jika disebutkan beserta selainnya, (maka) menunjukkan sebagian makna dan kata lain yang disebutkan bersama kata tersebut menunjukkan (makna) yang lainnya68 Misalnya kata “iman” dan “amal shalih.” Jika kata “iman” disebutkan sendirian, maka “iman” mencakup semua keyakinan dan syari’at dalam agama, baik secara 67 68. Al-Qawa’idul Hisan, 37. Al-Qawa’idul Hisan, 45.. 39.

(87) lahir maupun batin. Namun jika kata “iman” digabungkan dengan kata “amal shalih,” seperti dalam firman Allah q;.  N‫)א א` א‬4  P ‫)א‬2 B '=  ‫  א‬ F‫א‬         “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih.”69 Maka ”iman” bermakna pembenaran dan keyakinan dalam hati. Sedangkan ”amal shalih” bermakna syari’at yang bersifat ucapan maupun perbuatan.70 Demikian juga dengan kata “al-birr” dan “taqwa.” Jika kata “birr” disebutkan sendirian, maka “al-birr” berarti melakukan perintah Allah q dan menjauhi larangan Allah q, sebagaimana arti kata “taqwa.” Namun jika kata “al-birr” digabungkan dengan kata “taqwa,” seperti dalam firman Allah q;.   4 P ‫ )א‬-‫ א‬7 H (  ?) C ‫א‬ + 5 [‫א‬    L ‫ א‬4 P ‫ )א‬-‫ א‬7 H     7 ‫א‬ ‫א‬   . ”Saling tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kalian saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”71 69 70. QS. Al-Baqarah : 277. Al-Qawa’idul Hisan, 45.. 40.

(88) Maka ”al-birr” bermakna sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah q, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Sedangkan ”taqwa” bermakna meninggalkan seluruh hal-hal yang diharamkan oleh Allah q.72 Demikan pula kata ”itsm” dan ”’udwan” pada ayat di atas. Jika kata “itsm” disebutkan sendirian, maka “itsm” mencakup semua dosa, baik yang terjadi antara hamba dengan Allah q maupun dosa yang terjadi antar sesama hamba. Namun jika kedua kata tersebut digabungkan, maka ”itsm” bermakna kemaksiatan yang terjadi antara hamba dengan Allah q sedangkan ”’udwan” bermakna kemaksiatan antar sesama hamba yang menyangkut masalah darah, harta dan kehormatan mereka.73 Misal yang lain, adalah kata “ibadah” dengan “tawakkal.” Jika kata “ibadah” disebutkan sendirian, maka “ibadah” mencakup semua yang dicintai dan diridhai oleh Allah q, baik lahir maupun batin termasuk di dalamnya adalah tawakkal. Namun jika kata “ibadah” digabungkan dengan kata “tawakkal,” seperti dalam firman Allah q;. 1 4 P J ‫ ) כ‬H    LP‫א‬    . ”Sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya.”74 71. QS. Al-Ma’idah : 2. Al-Qawa’idul Hisan, 46. 73 Al-Qawa’idul Hisan, 46. 74 QS. Hud : 123. 72. 41.

(89) Maka ”ibadah” bermakna semua bentuk perintah, baik lahir maupun batin. Sedangkan ”tawakkal” bermakna ketergantungan hati kepada Allah q dalam meraih manfaat dan menghindarkan diri dari mudharat, dengan keyakinan yang sempurna bahwa Allah q yang akan membantu untuk mewujudkannya.75 Demikian pula kata “fakir” dan “miskin.” Jika salah satu dari keduanya disebutkan sendirian, maka mengandung arti kedua-duanya. Namun jika kedua kata tersebut digabungkan, seperti dalam firman Allah q;.  & ‫ א‬V‫ א‬C G 4  F‫א‬  ‫אכ‬  *  `‫א‬  ‫ א‬-       “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orangorang fakir, dan orang-orang miskin.”76 Maka ”fakir” adalah orang yang sangat membutuhkan yang tidak mendapatkan sesuatu apapun untuk mencukupi kebutuhannya. Sedangkan ”miskin” adalah orang yang kebutuhannya di bawah tingkatan fakir.77. 75. Al-Qawa’idul Hisan, 46. QS. At-Taubah : 60. 77 Al-Qawa’idul Hisan, 46. 76. 42.

(90) Kaidah Kelima;.  V‫א‬  ". F‫א‬  '{‫ א‬+I   4 P :Q  ' 2 & N  ‫ א‬6‫א‬        ‫ =  כ‬. j 4 7H 1 )‫ א  = כ‬+‫ כ‬N ‫א‬ + ' ‫ א  כ‬+ " (‫א‬        Menutup ayat-ayat dengan Asmaul Husna menunjukkan bahwa hukum yang disebutkan pada ayat itu terkait dengan Nama yang Mulia tersebut78 Semua syari’at, perintah dan akhlak bersumber dari Asmaul Husna dan berkaitan dengan Asmaul Husna tersebut. Kita akan mendapatkan ayat-ayat yang berbicara tentang rahmat akan diakhiri dengan sifat rahmat. Sedangkan ayat-ayat yang berbicara tentang hukuman dan adzab akan diakhiri dengan nama yang mengandung pengertian ’izzah (Maha Perkasa), Maha Kuasa, Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Misalnya firman Allah q;. E ‫ "א‬%L" A‫&)א‬ .+4 P VE R9 J  ‫כ‬ . ) A  F‫א‬         .   “Lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”79. 78 79. Al-Qawa’idul Hisan, 49. QS. Al-Baqarah : 29.. 43.

(91) Allah q menyebutkan cakupan pengetahuan-Nya yang sangat luas setelah menyebutkan bahwa Dia telah menciptakan langit dan bumi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan Allah q tentang alam semesta adalah pengetahuan yang sempurna.80 Misal yang lain, firman Allah q;. .LW  ‫ א‬y i 4 ‫ ) א‬A  j 4 I   +4 7 ' (     ”Apakah Allah (q) tidak mengetahui apa yang telah diciptakan-Nya, sedangkan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?”81 Penciptaan Allah q dan pengaturan semua makhluk-Nya merupakan bukti ilmu dan pengetahuan Allah q. Apakah mungkin Dia menciptakan jika Dia tidak mengetahui ilmunya?82 Tentu hal tersebut tidak mungkin. Misal yang lain, setelah Allah q menjelaskan ketentuan pembagian warisan, Allah berfirman q;.     U@ > '  .‫ @א 

(92) כ @א‬4 P ‫א‬ ‫ כ‬6‫א‬   6‫א‬        . “Ini adalah ketetapan dari Allah (q). Sesungguhnya Allah (q) Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”83 80. Al-Qawa’idul Hisan, 50. QS. Al-Mulk : 14. 82 Al-Qawa’idul Hisan, 50. 83 QS. An-Nisa’ : 11. 81. 44.

(93) Maka hal ini menunjukkan bahwa Allah q mengetahui apa yang tidak diketahui oleh para makhluk dan Allah q telah meletakkan sesuatu sesuai dengan proporsinya. Oleh karena itu, maka berikanlah harta warisan kepada orang-orang yang berhak untuk menerimanya sesuai dengan ketentuan Allah q tersebut.84 Misal yang lain, firman Allah q;. E     O‫א‬  C 4    ) A 1 -  1 4 P O‫א‬    F‫ א‬4‫ כ‬1.  # tB  ) ‫א‬ .+

(94)  ‫א‬  . “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Rabb-nya, maka (Allah q) menerima taubatnya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”85 Juga firman Allah q;. Z * ‫א‬m ‫א‬0  

(95)  ‫ )א‬G 4 I  ' =  ‫ א‬U 5 $ w‫ א‬4 P  +, & G -  + ,4 P Z * ‫א‬m  Z L

(96)   ‫ א‬. k  Y‫א‬        ‫ )א‬.)   + ,4 P O‫א‬ H +5 1  { 6‫!   א‬4 (                  .+

(97)  ‫ א‬O‫א‬ )‫) א‬A 6‫א‬         . + ,4 P   B) 2Q †  . 84 85. Al-Qawa’idul Hisan, 53. QS. Al-Baqarah : 37.. 45.

(98) “Terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka,86 hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas (sedangkan) jiwa mereka telah (terasa) sempit dan mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah (q) melainkan (hanya) kepada-Nya saja. Kemudian Allah (q) menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah (q) Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”87 Mengakhiri ayat dengan ”at-tawwab ar-rahim” (Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang) setelah menyebutkan dosa yang dilakukan oleh seorang hamba merupakan korelasi yang sangat sesuai. Ketika Allah q menyebutkan bahwa Dia adalah Dzat yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang, maka Allah q akan menyambut hamba yang bertaubat kepada-Nya. Allah q akan memberikan taufiq kepada hamba tersebut untuk melakukan sebab-sebab yang menjadikan Allah q akan memberikan taubat kepadanya, sehingga Allah q akan mengampuni dosanya dan merahmatinya.88. 86. Yaitu Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi’ o, yang mereka tidak ikut dalam perang Tabuk. 87 QS. At-Taubah : 118. 88 Al-Qawa’idul Hisan, 51.. 46.

(99) Misal yang lain, firman Allah q;.  R  ) 7 & '  1  ) "   6‫א‬    ) . ‫א‬N '  ' = ‫ א‬V B;  ‫ א‬-  + ,'  '  % i C H   B) L4 ` '   B) 4  C '   ‫א‬t‫א‬ &  k  Y‫א‬ @   +,  ‫  כ‬0 k  Y‫ )א   א‬G 2 '   }E $ I   +, 4          (  .+€ P O‫א‬ Q R < ; I. = P a I{‫ א‬R + ,   ‫ א‬- ‫א‬.       B)  4 P‫א‬   + , 4 P ‫  א‬C H   J L *  ‫ )א‬.‫א‬H  ' = ‫א‬ .+

(100)    ) G r 6‫א‬ .  “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah (q) dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh disalib, dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat tinggal mereka). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka akan mendapatkan siksaan yang besar. Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kalian dapat menangkap mereka, maka ketahuilah bahwa Allah (q) Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”89. 89. QS. Al-Ma’idah : 33 - 34.. 47.

(101) Ketika ayat di atas diakhiri dengan menyebutkan sifat Allah q “ghafurur rahim” (Maha Pengampun lagi Maha Penyayang), maka menunjukkan bahwa jika pelaku dosa tersebut bertaubat sebelum tertangkap, maka Allah q akan mengampuninya, merahmatinya dan menghindarkannya dari hukuman.90 Kaidah Keenam;. t‫א א   א‬ ‫א כ‬A t )    7 . )  Y‫ א‬. 1  4 P 6‫א‬    j 4 P    V‫ א  ! ; א‬1 4 P ^ H  ' < =  ‫ א‬+4 7  ‫ =  כ א‬.     Jika Allah q mengaitkan ilmu-Nya dengan perkaraperkara setelah terwujudnya (perkara-perkara tersebut), (maka) yang ilmu yang dimaksud adalah yang menimbulkan balasan91 Telah ditetapkan dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma’ bahwa Allah q mengetahui segala sesuatu dan ilmu-Nya meliputi seluruh alam, baik yang tertinggi maupun yang terendah, yang lahir maupun yang batin, yang kongkrit maupun yang abstrak, yang lampau maupun yang akan datang. Allah q juga mengetahui sesuatu yang akan dikerjakan oleh hamba-Nya sebelum hamba tersebut mengerjakannya.. 90 91. Al-Qawa’idul Hisan, 52. Al-Qawa’idul Hisan, 103.. 48.

(102) Ayat yang menyebutkan bahwa Allah q mensyari’atkan dan mentakdirkan sesuatu untuk mengetahui sesuatu hal tertentu, maka ilmu Allah q yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah yang menimbulkan balasan terhadap hamba. Adapun ilmu Allah q tentang perbuatan hamba-Nya yang belum dilakukan oleh hamba tersebut, maka tidak berkonsekuensi adanya balasan. Karena perbuatan hamba yang akan diberikan balasan adalah perbuatan yang telah dilakukan oleh hamba tersebut (bukan yang belum dilakukan).92 Misalnya firman Allah q;.    ' .‫א`א‬   + ‫ כ‬2  ' A‫ א   !א‬+ 4 7 - 

(103)  + ‫ כ‬- ) 4 L 2   .+‫א כ‬ LI )4L-         ”Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian hingga Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kalian, dan Kami juga akan menguji keadaan kalian.”93. 92 93. Al-Qawa’idul Hisan, 103. QS. Muhammad : 31.. 49.

(104) Berkata Imam Al-Qurthubi 5;. ‫ א‬-  1 - Y uV‫ א  ! ; א‬1 . % C ' < =  ‫ א‬+4 7  ‫ ) א‬A +4 7  ‫ =א א‬A   .+ ,4 P + '  C  ‫ א‬1  4 7 . ( + ,‫  א‬P . + ,' T‫' !א‬     “Pengetahuan ini adalah pengetahuan (tentang) kejadian yang (menjadikan seorang mendapatkan) balasan (pahala atau dosa). Karena sesungguhnya (manusia) mendapatkan balasan hanyalah dengan amalan-amalan mereka, bukan dengan ilmu-Nya yang dahulu atas mereka.”94 Sehingga yang dimaksud oleh ayat di atas adalah; sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji keimanan dan kesabaran kalian95 –wahai orang-orang yang beriman- dengan peperangan melawan musuh hingga terlihat apa yang telah Kami ketahui di alam azali tentang orang-orang yang berjihad dan bersabar dalam memerangi musuh di antara kalian, dan Kami juga akan menguji perkataan dan perbuatan kalian sehingga akan tampak siapa yang jujur dan siapa yang dusta di antara kalian.96. 94. Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 9/377. Taisirul Karimir Rahman, 789. 96 At-Tafsirul Muyassar, 510. 95. 50.

(105) Misal yang lain, firman Allah q;.  24 %‫ א‬2  '  9 D . 1   '  N ‫א א‬2  ;-   +4 7   D‫א‬      .       .; ' ;P <X )* 6‫א‬     ^  3  ‫א‬. 1 4 "     ` 2 '   6‫א‬  “Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, supaya Allah (q) mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan para Rasul-Nya padahal Allah (q) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah (q) Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”97 Allah q telah mengetahui dan telah menentukan siapa di antara hamba-Nya yang akan menolong agamaNya dan akan menolong para Rasul-Nya. Namun para hamba yang telah ditentukan oleh Allah q tersebut baru mendapatkan pahala setelah mereka benar-benar menolong agama Allah q dan menolong para Rasul-Nya dengan menggunakan besi yang telah Allah q ciptakan. Misal yang lain, firman Allah q;. % L '   +4 7 2  (  ‫א‬, 4 P Z 2 ‫ כ‬R  ‫ א‬U 4 LC  ‫א א‬2 4 7  ‫  א‬        a@ L‫  כ‬Z - ‫   כא‬1 LC P 4 P ^  4C 2 '   : ) " ‫א‬    97. QS. Al-Hadid : 25.. 51.

(106) +‫ כ‬- ‫  ' א‬% >  6‫א‬ ‫  א כא‬6‫  ? א‬A  ' =  ‫ א‬4 P (            2‫א‬. 6‫א‬ .+

(107)   } V  D‫א‬.     .   “Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang), melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang menyimpang. Sungguh (pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah) terasa sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah (q). Allah (q) tidak akan menyianyiakan iman (shalat) kalian. Sesungguhnya Allah (q) Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”98 Allah q telah mengetahui dan telah menentukan siapa di antara hamba-Nya yang akan mengikuti RasulNya dan siapa pula yang akan menyimpang. Namun para hamba yang telah ditentukan oleh Allah q tersebut baru mendapatkan pahala setelah mereka mengikuti Rasulullah a dengan menghadap ke Ka’bah sebagai kiblat yang baru.. *****. 98. QS. Al-Baqarah : 143.. 52.

(108) METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN Setiap muslim hendaknya berupaya memperhatikan dan menghayati kandungan Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah q;.   r  2P   ‫א‬ 6‫א‬   C  ‫    א‬.   ' $      ‫   ) כ‬B  .‫א‬w ‫ @א כ‬$  I‫א‬  1   ‫ )   א‬ @ “Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Seandainya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah q, niscaya mereka akan mendapatkan di dalamnya pertentangan yang banyak.”99 Penghayatan terhadap Al-Qur’an tidak akan dapat dilakukan tanpa memahami maknanya dan tafsirannya. Tafsir secara bahasa mengikuti wazan taf’il yang artinya menjelaskan, menyingkap dan menerangkan makna yang rasional. Kata kerjanya mengikuti wazan dharaba yadhribu dan nashara - yanshuru. Kata at-tafsir mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Dalam Lisanul arab dinyatakan bahwa at-tafsir berarti menyingkap maksud suatu lafazh yang musykil. Tafsir dalam istilah para ulama’ adalah menerangkan makna Al-Qur’an yang lebih luas daripada sekedar. 99. QS. An-Nisa’ : 82.. 53.

(109) menjelaskan lafazh yang musykil serta lebih luas daripada sekedar menjelaskan makna yang zhahir.100 Ilmu tafsir Al-Qur’an merupakan ilmu yang paling mulia untuk dipelajari oleh manusia. Sebagaimana perkataam Al-Ashbahani 5; “Ilmu yang paling mulia yang dipelajari manusia adalah tafsir Al-Qur’an. Karena objeknya adalah Kalamullah yang merupakan sumber segala ilmu dan semua keutamaan. Kemudian dari segi tujuan, karena tujuannya adalah berpegang dengan aqidah yang kuat dan mencapai kebahagiaan hakiki yang abadi. Sedangkan dari segi tingginya tingkat kebutuhan kepadanya, karena setiap kesempurnaan baik ukhrawi maupun duniawi, baik sekarang atau yang akan datang butuh pada ilmu syari’at dan pengetahuan agama, dan semua itu tergantung pada pengetahuan terhadap Kitabullah.”101 Seorang tabi’in Al-Qadhi Iyas bin Muawiyah 5 pernah mengatakan; “Perumpamaan orang yang membaca Al-Qur’an, namun tidak mengerti tafsir adalah seperti orang yang yang dibawakan sebuah surat dari raja mereka di malam hari namun mereka tidak memiliki lampu, maka mereka dirasuki rasa takut karena tidak mengerti isi surat tersebut. Sedangkan perumpamaan orang yang mengerti tafsir adalah seperti orang yang datang membawa lampu, lalu mereka pun membaca isi surat tersebut.”102 100. Tadabbur Al-Qur’an, Salman bin ‘Umar As-Sunaidi. Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, 2/223. 102 Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, 1/26. 101. 54.

(110) Model penafsiran Al-Qur’an terbagi dalam empat kategori, yaitu; tahlili (analitik), maudhu’i (tematik), ijmali (global) dan muqaran (komparasi). Tafsir tahlili menjelaskan makna ayat Al-Qur’an menurut tertib ayat dalam satu surat Al-Qur’an, sedangkan tafsir maudhu’i menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dengan menghimpun ayat-ayat yang berbicara mengenai suatu tema tertentu. Rasulullah a telah menjelaskan makna kandungan setiap ayat Al-Qur’an kepada para Sahabatnya o. Allah q berfirman;.  24  L ‫א   כ א  = כ‬2  ;-   + ,  : ; - ‫  א‬D‫א‬           .  ‫ כ‬G  ' +, 4 7     “Kami turunkan Al-Qur’an kepadamu (wahai Muhammad a), agar engkau menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan(nya).”103 Seorang muslim dalam hidupnya hendaknya tuntas dalam mempelajari tafsir Al-Qur’an satu mushaf utuh. Karena orang yang telah menyelesaikan tafsir Al-Qur’an satu mushaf utuh akan menjadi seorang ahli tauhid, ahli fiqih dan ahli sejarah. Maka hendaknya seorang bersabar dalam mempelajari tafsir Al-Qur’an, karena 103. QS. An-Nahl : 44.. 55.

(111) membutuhkan waktu yang sangat panjang. Berkata Imam Malik 5;.   LP   R-‫  א‬5 a C L ‫ א‬a  ) " 4 P q ‫   כ‬P  . 6‫א‬        .‫א‬,  4 7  '  2 "  “’Abdullah bin Umar p fokus mempelajari Surat AlBaqarah (selama) delapan tahun.”104 Metode penafsiran Al-Qur’an terbagi menjadi dua, yaitu: a. Tafsir bil Ma’tsur Tafsir bil ma’tsur adalah tafsir Al-Qur’an berdasarkan Al-Qur’an dan riwayat yang shahih, dengan urutan; Al-Qur’an ditafsirkan dengan Al-Qur’an, AlQur’an ditafsirkan dengan As-Sunnah, Al-Qur’an ditafsirkan dengan perkataan Sahabat, dan Al-Qur’an ditafsirkan dengan perkataan tabi’in. 1. Al-Qur’an ditafsirkan dengan Al-Qur’an Metode penafsiran yang terbaik adalah menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Keterangan yang disebutkan secara umum pada satu ayat, dijelaskan secara detail pada ayat yang lain. Misalnya firman Allah q;. 104. HR. Malik : 479.. 56.

(112) J L*   ‫ כ‬4 P ‫א‬2 ` ` * ‫א  א‬2  

(113)  ‫ א‬t‫א‬ A  ' =  ‫ א‬4 P      “Terhadap orang-orang yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu kepadamu.”105 Ayat tersebut ditafsirkan oleh firman Allah q;. A  ' =  ‫ א‬4 P  C L  ‫    א‬EG † < 0 J ‫א כ‬2  

(114)  ‫ א‬t‫א‬   Z 4 

(115)  ‫ א  (  א‬,  ) N 9 + ,4 P ‫א‬2  

(116)  + 2 3  ‫א‬    ‫  כ‬0 +E € 7 . ˆ 4  I‫א‬  ‫ ) א'א    א‬N  ‫ א   א‬A  ) , † . ) * t‫א  ` א‬-  + ,3 L. +A‫א‬ 2';       “Kepada orang-orang yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku dan dari sapi dan domba. Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang tersebut, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan karena kedurhakaan mereka. Sesungguhnya Kami adalah Maha Benar.”106. 105 106. QS. An-Nahl : 118. QS. Al-An’am : 146.. 57.

(117) 2. Al-Qur’an ditafsirkan dengan As-Sunnah Apabila tidak ditemukan tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, maka Al-Qur’an ditafsirkan dengan AsSunnah. Karena As-Sunnah merupakan penjelas AlQur’an. Misalnya firman Allah q;. . ) L& ‫ )א ' כ‬-‫  א כא‬+ ,.) 4 * 4 P ‫א‬  DJ . $ ‫כ‬    ”Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan merupakan dosa yang menutupi hati mereka.”107 ”Ran” dijelaskan oleh Rasulullah a adalah noktah hitam yang ada pada hati manusia, ketika melakukan dosa. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah y, bahwa Rasulullah a bersabda;.  z  u1 L 4 * R V‫ א‬t ) " U  ‫ כ‬- Z - ‫ ^ כא‬- 0  ‫א‬0    g   ‫  א‬  uF t‫ א‬T t‫ א‬T  z  1 L4 * J C \ G 3  "‫ ; ‡  א‬-  O‫א‬  H    ‫ א‬DJ . $ ‫ ) כ‬1 . ‫ כ א‬R 6‫א‬  ‫ כ‬0 < =  ‫ =  כ אא  א‬      .( ) L& ‫ )א ' כ‬-‫אכא‬   + ,. ) 4 * 4 P . 107. QS. Al-Muththaffifin : 14.. 58.

(118) “Sesungguhnya seorang mukmin apabila melakukan dosa, (maka) akan ada noktah hitam pada hatinya. Jika ia bertaubat, berhenti (dari berbuat dosa), dan memohon ampun (kepada Allah q), (maka) hatinya (kembali bersih) berkilau. Jika ia menambah (dosa), (maka akan) bertambah pula (noktah hitamnya). Demikianlah “arran” yang disebutkan Allah q dalam Kitab-Nya, ”Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan merupakan dosa yang menutupi hati mereka.”108 3. Al-Qur’an ditafsirkan dengan perkataan sahabat Apabila tidak ditemukan tafsir Al-Qur’an dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka merujuk pada perkataan para Sahabat. Karena para Sahabat memiliki pemahaman Al-Qur’an yang tidak tertandingi oleh generasi yang lainnya. Adapun keunggulan tafsir para Sahabat adalah: a) Para sahabat merupakan generasi yang menjadi saksi sejarah turunnya Al-Qur’an. b) Para sahabat merupakan generasi yang paling memahami bahasa Al-Qur’an. c) Para sahabat merupakan generasi yan paling berhati-hati dalam mengungkapkan pesan AlQur’an.. 108. HR. Hakim : 6, Tirmidzi : 3334 dan Ibnu Majah : 4244, lafazh ini miliknya. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani 5 dalam Shahih Ibni Majah : 3422.. 59.

(119) Rasulullah a memerintahkan agar mengambil tafsir Al-Qur’an dari para sahabat, khususnya dari ‘Abdullah bin Mas’ud y. Sebagaimana diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr p, Rasulullah a bersabda;. l1 .   L l E LP #    .‫   א‬UE 7 .     B   C  ‫ =א א‬I    )  +E ‫^    " א‬E 7 ‫  כ‬. R.   JE L  . 0‫ א‬7    U G ' =

(120)  R.   ”Ambilah Al-Qur’an dari empat orang; Ibnu Ummi ‘Abd (yaitu; ‘Abdullah bin Mas’ud) -Rasulullah a memulai penyebutan dengannya,- Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab dan Salim maula Abu Hudzaifah o.”109 ‘Abdullah bin Mas’ud y telah belajar tujuh puluh surat langsung dari Nabi a tanpa perantara, dan suratsurat yang lainnya belajar melalui perantara. Ibnu Mas’ud y mengetahui latar belakang dan tempat turunnya seluruh ayat Al-Qur’an, yang jumlahnya lebih dari enam ribu ayat.110 Berkata ‘Abdullah bin Mas’ud y;. 109. HR. Ahmad, Bukhari : 3759, lafazh ini miliknya dan Muslim : 2464. 110 Syarhu Muqaddimah Tafsir, Ibnu Jibrin.. 60.

(121)   O‫א‬ (  6‫א‬   ‫   כ‬U 'B Z  ;- ‫   א‬r 1  ‫א  = < ( א‬   ‫  כא‬+4 P  )   Z  ;-  '   Z  ;-    +4 P  ‫א‬-       1  H ( ‫ א'א‬i   ‫ א‬1  ‫ א‬2 H R2  6‫א‬ O‫א‬   ‫ כ‬. +4 P  E

(122)       “Demi (Allah q) yang tidak ada sesembahan (yang berhak untuk disembah) selain Dia. Tidak ada satu ayat pun di dalam Kitabullah yang diturunkan, kecuali aku mengetahui untuk siapa ayat tersebut diturunkan, dimana ayat tersebut diturunkan. Seandainya aku mengetahui ada seorang yang lebih mengetahui dariku tentang Kitabullah yang mampu aku jangkau dengan tunggangan, sungguh aku akan mendatanginya.”111 ‘Abdullah bin ‘Abbas p merupakan Sahabat yang paling mengerti tafsir Al-Qur’an setelah ‘Abdullah bin Mas’ud y. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah 5,. R  a C L ‫ א‬a  ) " 1  Li I R  C  D‫א‬  ^ i W   2‫א‬       E '‫ א‬  " ) ‫ &א‬G H ‫א‬A&G  )2‫א‬ #  ‫א‬ 1  7  a  ) " U  Q        @      Q   .‫  )א‬4 " Y +4 ' ‫א‬  ‫אכ‬     Q . 111. Muqaddimah fi Ushulit Tafsir, 13.. 61.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Othman dkk (2014), apabila keahlian komite audit tidak mempengaruhi pengungkapan etika pada suatu perushaaan, maka hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa

distal klem. Klem berfungsi sebagai pegangan atau tali kendali. 3) Lakukan juga penjahitan pada arah pk. 4) Tambahkan jahitan bila masih terdapat luka yang terbuka. 5) Gunting

Sehingga jika ada orang yang mencintai selain Allah setara dengan kecintaan kepada Allah q, maka ia telah menjadikannya sebagai tandingan Allah q dalam hal

”Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya atau demi Dzat yang tidak ada sesembahan (yang berhak untuk disembah) kecuali Dia atau sebagaimana Nabi bersumpah, tidaklah

Bid’i dalam perceraian ada dua macam; (1) yang berkaitan dengan waktu, yaitu suami menjatuhkan talak kepada istrinya pada waktu haidh/nifas atau pada waktu suci

Maka apabila amanah diabaikan dengan golongan yang tidak berkelayakkan diberi tempat untuk menguruskan hal ehwal masyarakat, atau golongan jahil diberi ruang untuk

# 6 , O “Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada Hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan, Laa Ilaha illah tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah

“Tidak ada Sesembahan (yang berhak untuk disembah) selain Aku yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi- Ku.” Apabila seorang mengucapkan, “Tidak ada Sesembahan