• Tidak ada hasil yang ditemukan

YAUMUL MIZAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "YAUMUL MIZAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

YAUMUL MIZAN (HARI PENIMBANGAN AMAL) Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.

ميحرلا نمحرلا لا مسب هتاكربو لا ةمحرو مكيلع م لسلا Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh ىلاعتو هناحبس,

Setelah pada pekan lalu kita membahas tentang Yaumul Hisab, maka kali ini kita meneruskan pembahasan tentang Yaumul Mizan, yaitu Hari dimana manusia ditimbang amalannya oleh

Allooh ىلاعتو هناحبس. Imaam Al Qurthuby لا همحر dalam kitab beliau yang berjudul “At

Tadzkiroh fi Ahwaalil Mautaa wa ‘Umuuril Aakhiroh” (Peringatan Tentang Keadaan Orang Mati dan Perkara-Perkara Akhirat), yaitu Kitab yang khusus berbicara tentang Kiamat Sughro (Kiamat Kecil) dan Kiamat Kubro (Kiamat Besar), beliau menukil perkataan para ‘Ulama Ahlus Sunnah bahwa: “Jika Al Hisab (perhitungan amalan-amalan seseorang) sudah selesai, maka berikutnya adalah Waznul A’maal dimana amalan setiap manusia ditimbang. Karena dengan timbangan itu lah kemudian akan ditegakkannya pembalasan Allooh ىلاعتو هناحبس.”

Oleh karena itu Al Mizan didahului oleh Al Hisab. Karena Hari Hisab merupakan pengakuan manusia, bahwa benar ia telah melakukan sesuatu amalan ini dan itu semasa hidupnya di dunia. Semua pengakuan itu ada dalam Muhaasabah.

(2)

Selanjutnya kata beliau (Imaam Al Qurthuby لا همحر) bahwa Yaumul Mizan adalah untuk memperlihatkan balasan amalan seseorang. Seseorang itu berhak mendapatkan balasan seperti apakah akan ditentukan setelah Al Mizan; dimana balasan Allooh ىلاعتو هناحبس terhadap manusia itu adalah sesuai dengan pengakuan amalannya, sesuai dengan timbangan hasil prestasi amalan yang telah ia lakukan ketika hidup di dunia.

Al Mizan adalah timbangan yang Allooh ىلاعتو هناحبس tegakkan pada hari Kiamat, untuk menimbang amalan manusia. Di dalam Al Mizan itu akan ditemui empat perkara yang harus diyakini dengan benar menurut kaidah-kaidah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah :

Pertama, Arti Timbangan

Timbangan yang dimaksud adalah dalam arti yang sesungguhnya dimana timbangan tersebut bukanlah dalam arti kiasan. Timbangan itu memiliki dua penampang yaitu disebelah kanan dan disebelah kiri. Tidak ada yang mengetahui berapa besarnya timbangan itu kecuali Allah. Yang ada dalam timbangan tersebut hanyalah keadilan. Timbangan itu hasilnya tidak akan curang, maka ia disebut Al Qisthu atau Al ‘Adlu (Adil).

Pada Yaumul Mizan itu tidak akan terdapat kecurangan sebagaimana peradilan yang kita temui dalam kehidupan di dunia ini. Di dunia ini orang pandai dalam memutar-balikkan fakta,

membuat perkara-perkara peradilan dapat memenangkan pihak yang kuat dan menindas pihak yang lemah. Kecurangan yang dilakukan oleh manusia di dunia, akan menjadikannya binasa ketika ditegakkan Al Mizan baginya di akhirat nanti, karena keadilan Allah adalah tidak bisa ditawar sebagaimana sistem peradilan di dunia ini.

Oleh karena itu kita pesimis terhadap perbaikan apapun yang diupayakan oleh manusia yang tidak beriman kepada Allooh ىلاعتو هناحبس. Selama manusia yang bergelut dalam mahkamah peradilan dunia ini tidak merujuk pada ukuran atau pedoman Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص dalam memutuskan suatu perkara secara adil dan jujur, maka yang akan terjadi adalah musibah demi musibah senantiasa akan melanda negeri ini.

Perhatikanlah sabda Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imaam Al Hakim dalam “Al-Mustadrok” Kitab “Al-Fitan wal Malaahim” no: 8667 dan kata beliau sanadnya Shohiih dan Imaam Adz-Dzahaby menyepakati-nya, juga Imaam Ibnu Majah dalam kitab yang sama no: 4019. Dan Syaikh Nashiruddin Al-Albaany meng-Hasan-kan Sanadnya sebagaimana dalam Silsilah Hadits Shohiih-nya 1/167-169 No.106:

… ممههيمللعل نهانطللمسسلا رهومجلول ةهنلؤممملما ةهددشهول نليمنهسدلانبه اومذمخهأم لدإه نلازليممهلماول للانيلكممهلما اومصمقمنميل ممللول … Artinya:

“…Tidaklah mereka (suatu kaum) mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan ditimpa dengan:

(3)

2. beban hidup yang berat

3. dan penguasa yang dzolim….”

Assaniin, yaitu kemarau panjang atau hujan tidak teratur itu, termasuk didalamnya adalah Global Warming.

Syiddatil Mu’nah, yaitu beban hidup yang sangat berat dan mahal. Di zaman sekarang, orang menyebutnya dengan Krismon (Krisis Moneter).

Jaurus Sulthooni ‘alaihim, yaitu penguasa yang semakin dzolim; dimana kezoliman ini

sekarang terjadi dalam segala perkara. Para koruptor milyaran rupiah hanya diberikan hukuman beberapa tahun penjara saja, padahal mereka telah menyengsarakan jutaan rakyat di negara ini, disisi lain kaum faqir miskin yang haknya terampas tidak mendapatkan pembelaan dan terus menerus kian terdesak oleh kepentingan segelintir orang.

Selama kecurangan demi kecurangan terjadi di berbagai lini, maka selama itu pula dunia tidak akan pernah beres. Itulah peringatan yang telah disabdakan oleh Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص. Perbaikan apa pun yang diupayakan manusia, sekalipun dengan memunculkan berbagai jenis Undang-Undang buatan manusia, namun apabila tidak ditegakkan proses peradilan yang sebenar-benarnya sesuai aturan Allooh ىلاعتو هناحبس, disamping itu kecurangan demi kecurangan dengan berbagai asas kepentingannya dibiarkan menggurita; maka selama itu pula tidak akan pernah terjadi kebaikan. Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, yakni kerusakan yang semakin parah. Kemudian di akhirat kelak akan menuai yang lebih dahsyat lagi balasannya.

Perhatikanlah firman Allooh ىلاعتو هناحبس dalam QS. Muthoffifiin (83) ayat 1-3 berikut ini: ﴿ نليفهففطلمململف لليمول ١ ﴿ نلوفمومتلسميل سهانندلا ى للعل امولمانتلكما اذلإه نليذهلدا ﴾ ٢ ﴿ نلورمسهخميم ممهمونمزلود وأل ممهمولمانكل اذلإهول ﴾ ٣ Artinya:

(1) Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,

(2) (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,

(3) dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Ancamannya adalah Neraka Weil. Kalau ancamannya neraka maka itu adalah kerugian yang nyata. Na’uudzu billaahi min dzaalik.

Oleh karena itu dalam Timbangan Hari Kiamat, yang ada semata-mata hanyalah keadilan yang Allooh ىلاعتو هناحبس berikan kepada hamba-Nya.

(4)

Dalil tentang adanya Al Mizan (Timbangan) adalah terdapat dalam QS. Anbiyaa’ (21) ayat 47 berikut ini:

نليبهسهانحل اننلبه ى فلكلول انهلبه اننليمتلأل للدلرمخل نممف ةلبدحل للانقلثممه نلانكل نإهول انائايمشل سلفمنل ممللظمتم للفل ةهملانيلقهلما مهوميلله طلسمقهلما نليزهاولمللما عمضلنلول Artinya:

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.”

Hari Penimbangan (Al Mizan) bukan sekarang di dunia, melainkan kelak di Hari Kiamat. Di dunia tidak ada manusia yang ditimbang amalannya. Maka orang yang tidak beriman

(percaya) kepada Hari Kiamat, mereka akan sangat buruk keadaannya. Hal ini dikarenakan mereka merasa bahwa hidup ini hanyalah di dunia saja, sehingga mereka bebas berbuat semena-mena terhadap sesamanya, bebas berlaku curang serta berbuat dzolim terhadap orang lain, bebas berbuat maksiat dan sebagainya. Sementara Al Mizan (Timbangan) itu tegaknya adalah pada Hari Kiamat nanti. Dan ketika Hari Kiamat itu tiba maka keadilan yang sesungguhnya akan ditegakkan oleh Allah. Tidak ada seorang manusiapun yang Allah zalimi, tidak ada seorangpun yang diperlakukan tidak adil.

Khaliifah ‘Umar bin Khoththoob هنع لا يضر berkata: “Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab, timbanglah diri kamu sebelum engkau ditimbang”.

Maka hendaknya kita kaum Muslimin harus berusaha agar selalu sadar akan adanya Perhitungan dan Timbangan tersebut.

Ada suatu riwayat yang dinukil dari Kitab yang ditulis oleh Imaam Al Qurthuby لا همحر

tersebut diatas, dimana beliau لا همحر meriwayatkan dari Wahab bin Munabbih لا همحر tentang tafsir ayat 47 Surat Anbiyaa’ tersebut, bahwa yang akan ditimbang adalah amalan-amalan yang paling akhir. Oleh karena itu, jika Allooh ىلاعتو هناحبس menghendaki dari seorang hamba itu kebajikan, maka orang itu akan ditutup hayatnya (hidupnya, pembukuannya) dari dunia ini dengan kebajikan. Dan jika Allooh ىلاعتو هناحبس menghendaki pada orang itu keburukan, maka ia akan ditutup hayatnya dengan amalan yang jahat.

Oleh karena itu Husnul Khootimah haruslah menjadi target hidup kita. Dan itu hendaknya disadari oleh kaum Muslimin. Kita harus selalu meminta kepada Allooh ىلاعتو هناحبس dengan segala daya dan upaya. Dan upayanya itu yang paling penting adalah harus selalu menyadari dengan mengendalikan diri, bahwa jangan sampai ada waktu dari hidup kita ini diisi dengan kelengahan, kelalaian dan kesia-siaan. Janganlah kita menganggap bahwa kita sekarang ini tidak berada dalam pengawasan Allooh ىلاعتو هناحبس.

Setiap kita harus menyadari, apakah satu jam yang akan datang, ataukah sehari yang akan datang adakah kita ini masih diberi kehidupan oleh Allooh ىلاعتو هناحبس ataukah tidak. Oleh karena itu usahakan agar hidup kita selalu berada di atas kebajikan. Mudah-mudahan ketika sedang dalam kebajikan itulah kita dimatikan oleh Allooh ىلاعتو هناحبس. Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص selalu

(5)

mencontohkan keadaan seperti itu. Sehingga Rosuululooh ملسو هيلع لا ىلص selalu melakukan shoum Senin-Kamis, dengan maksud agar ketika malaikat melapor kepada Allooh ىلاعتو هناحبس, maka beliau ملسو هيلع لا ىلص dilaporkan dalam keadaan taat kepada Allooh ىلاعتو هناحبس. Kita, kaum Muslimin hendaknya mencontoh sikap yang demikian.

Perhatikan pula firman Allooh ىلاعتو هناحبس dalam QS. Al A’roof (7) ayat 8 dan 9 berikut ini: ﴿ نلوحملهفممملما ممهم كلئاهـئللومأمفل همنميزهاولمل تمللقمثل نملفل قسحللما ذلئاهملوميل نمزموللماول ٨ امونمانكل انملبه مهمسلفمنأل امورمسهخل نليذهلدا كلئاهـئللومأمفل همنميزهاولمل تمفدخل نمملول ﴾ ﴿ نلومملهظميه اننلتهانيلآيبه ٩ Artinya :

(8) Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

(9) Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

Bukankah segala sesuatunya telah diberikan oleh Allooh ىلاعتو هناحبس kepada mereka? Mulai dari umur, kesehatan, kekayaan harta, dan sebagainya; tetapi mengapakah tidak mereka gunakan untuk semakin baik dan taat kepada Allooh ىلاعتو هناحبس? Bahkan karunia Allooh ىلاعتو هناحبس itu justru digunakan untuk menjatuhkan dirinya kedalam kema’shiyatan.

Oleh karena itu kejatuhan, kerugian, kebinasaan manusia pada hakekatnya disebabkan oleh perbuatan dirinya sendiri. Karena Allooh ىلاعتو هناحبس telah menurunkan Rosuul-Rosuul yang menyeru manusia untuk taat kepada Robb-nya, Allooh ىلاعتو هناحبس telah menurunkan Kitab-Kitab serta As Sunnah. Semua sudah Allooh ىلاعتو هناحبس berikan. Kalau semua itu tidak mau mereka terima dan ikuti jalannya, maka itu adalah salah mereka sendiri. Sehingga dalam akhir ayat tersebut disebutkan bahwa: Mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.

Padahal semestinya ayat-ayat Allooh ىلاعتو هناحبس itu diyakini dan diamalkan, diberlakukan bahkan dibela agar menjadi dzohir (nyata) dalam kehidupan manusia di dunia ini. Tetapi patut menjadi keprihatinan kita semua, terutama kaum Muslimin, bahwa pada zaman sekarang ayat-ayat Allooh ىلاعتو هناحبس tersebut paling-paling hanya dijadikan bacaan rutinitas belaka dan hanyalah dibuat sebagai perlombaan atau sekedar dijadikan bahan pertandingan

(di-musaabaqoh-kan). Dan semakin sedikit orang yang berusaha untuk memperjuangkan agar ayat-ayat Al Qur’an dzohir (nyata) dalam kehidupan sehari-hari. Kalaupun ada orang yang berusaha untuk mengamalkan dan men-dzohir-kan ayat-ayat Allooh ىلاعتو هناحبس tersebut, justru ia dituduh dengan tuduhan “Fundamentalis”, “Golongan Radikal”, dan sebagainya.

Sebagai contohnya adalah dalam perkara Hak Waris, menurut ukuran keadilan orang yang awam terhadap perkara dien, maka menurutnya bagian waris anak laki-laki dan anak perempuan haruslah sama. Itulah keadilan menurut ukuran manusia. Padahal keadilan dalam perkara Hak Waris menurut Allooh ىلاعتو هناحبس sebagaimana dalam firman-Nya dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 11 adalah bahwa:

(6)

نهيميلثلنلما ظفحل لمثممه رهكلذدلله Artinya:

“Bagian anak laki-laki itu adalah dua bagiannya anak perempuan”.

Karena perempuan itu sebenarnya adalah menjadi tanggungjawab laki-laki. Laki-laki lah yang harus mencari nafkah dan wanita menjadi penerima nafkah.

Namun di zaman sekarang peraturan Allooh ىلاعتو هناحبس itu diputarbalikkan, sehingga perempuan berlomba-lomba mencari nafkah sebagaimana laki-laki. Pada akhirnya dua-duanya mempunyai kemampuan untuk mencari nafkah, lalu kaum perempuan pun mengatakan dengan lantang: “Kita kan sama-sama bekerja, mengapa hak warisnya dibedakan?”

Padahal dalam awal (dasar) syari’atnya adalah semestinya perempuan itu berada di rumah, bukan keluar rumah untuk mencari nafkah. Ketika kaidah yang berasal dari Allooh ىلاعتو هناحبس itu digeser dan diputarbalikkan, maka berbagai perkara lainnya pun menjadi turut bergeser. Dan itu semua menyalahi ayat dan syari’at Allooh ىلاعتو هناحبس.

Dan masih banyak lagi, misalnya perkara Hukum Poligami. Manusia dengan beraninya membuat aturan dan Undang-Undang sendiri, dengan menyatakan bahwa, “Bagi laki-laki yang hendak berpoligami maka hendaknya ia meminta izin pada istri pertamanya”; padahal aturan yang demikian itu tidaklah ada dalam syari’at Allooh ىلاعتو هناحبس. Dengan demikian Hukum Poligami diberi tambahan peraturan demi peraturan buatan manusia, sehingga Hukum Allooh ىلاعتو هناحبس itu menjadi sulit keberadaannya di muka bumi. Dan disisi lain perzinaan diperbolehkan, bahkan diberi dukungan dengan memberinya status “Pekerja Seks Komersil”, seakan-akan Zina adalah bukan sesuatu yang dimurkai oleh Allooh ىلاعتو هناحبس.

Ketika dekadensi moral dan pergaulan bebas merebak dimana-mana, barulah mereka berkeluh kesah, “Mengapa bangsa kami mengalami kerusakan sepert ini? Mengapa anak-anak keturunan kami menjadi rusak moralnya?”

Wahai kaum yang berakal, mengapa kalian meninggalkan hukum Allooh ىلاعتو هناحبس? Mengapa yang Halal menurut Allooh ىلاعتو هناحبس dipersulit dan yang Harom disebarluaskan?

Belum lagi dalam perkara Hukum Qishosh, Hukum Had, dan sebagainya. Maka manusia adalah yadzlimuun, mendzolimi ayat-ayat Allooh ىلاعتو هناحبس.

Allooh ىلاعتو هناحبس berfirman dalam QS. Al Maa’idah (5) ayat 45 :

نلومملهانظدلا ممهم كلئاهللومأمفل لدم ا للزلنأ انملبه مكمحميل مملد نملول Artinya:

“Barangsiapa yang tidak berhukum kepada hukum-hukum Allooh ى لانعتو هنانحبس, maka mereka adalah orang-orang yang dzolim”.

(7)

Orang yang terhadap ayat Allooh ىلاعتو هناحبس tidak menerapkannya, maka mereka itu adalah orang yang dzolim.

Demikianlah, Timbangan pada Hari Kiamat adalah timbangan yang benar, tidak memihak kepada siapapun, tidak ada lagi suap-menyuap dalam peradilan tersebut. Timbangan itu ditegakkan oleh Allooh ىلاعتو هناحبس dengan seadil-adilnya dan tidak ada yang disembunyikan. Barangsiapa punya kebajikan atau kejahatan seberapapun kecilnya, maka Allooh ىلاعتو هناحبس akan perlihatkan. Itulah yang harus kita yakini sebagai orang yang beriman kepada ayat-ayat Allooh ىلاعتو هناحبس dan Sunnah Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص.

Al Haafidz Ibnu Hajar Al Asqolaany لا همحر (beliau adalah ‘Ulama ber-madzhab Syafi’iy) dalam Kitab beliau لا همحر berjudul “Fat-hul Baari”, beliau لا همحر mengatakan: “Yang benar menurut pemahaman Ahlus Sunnnah bahwa amalan-amalan yang baik itu dalam bentuk fisiknya akan dimunculkan oleh Allooh ىلاعتو هناحبس dalam gambar (bentukan) yang baik. Sedangkan amalan-amalan orang yang berbuat keburukan, akan muncul dalam gambar (bentukan) yang buruk. Kemudian setelah itu amalan-amalan tersebut akan ditimbang”.

Demikian dikatakan beliau لا همحر, ketika menjelaskan tentang pembahasan perkara ini dalam Kitab Shohiih Imaam Al Bukhoory.

Dalam perkara lain juga dinukil tentang apa yang diyakini oleh Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah, oleh seorang ‘Ulama bernama Abu Ishaaq Az Zajjaaj لا همحر, dimana beliau لا همحر

mengutarakan kepada kita tentang riwayat mengenai pendirian Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah tentang Al Mizan (Timbangan): “Ahlus Sunnah telah bersepakat untuk mengimani keberadaan Al Mizan dan amalan seorang hamba itu ditimbang pada Hari Kiamat dan timbangannya itu mempunyai lisan (lidah), dan dua penampang (kanan dan kiri) yang akan condong akibat amalannya. Apabila amalannya berat akan condong, apabila amalannya ringan juga akan condong. Amalan-lah yang menyebabkan lidah Al Mizan itu bergerak”.

Tentang Al Mizan, Abu Ishaaq Az Zajjaaj لا همحر selanjutnya berkata: “Orang-orang

Mu’tazilah (– sekarang disebut rasionalis—pent.) menyelisihi pemahaman Ahlus Sunnah seperti tersebut diatas. Padahal Allooh ىلاعتو هناحبس menegakkan Al Mizan untuk menimbang amalan agar manusia melihat amalan-amalan mereka secara konkrit (nyata), melihat dan menyaksikan apa yang sudah mereka perbuat ketika mereka hidup di dunia”.

Para ‘Ulama yang lain, dalam Kitab yang berjudul “As Sunnah”, menjelaskan perkataan dari salah seorang Shohabat yakni Salmaan Al Faarisy هنع لا يضر yang mengatakan bahwa: “Timbangan itu akan ditegakkan dan ia mempunyai dua penampang. Bila diletakkan di salah satu antara kedua penampang itu, maka niscaya langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya akan tercakup oleh timbangan itu”.

Artinya, Al Mizan itu sedemikian besarnya, seandainya langit dan bumi dan isinya dimasukkan dalam timbangan itu, maka semuanya akan tercakup dan muat dalam timbangan tersebut.

(8)

Imaam Al Hasan Al Basry لا همحر mengatakan bahwa: “Al Mizan itu mempunyai lisan dan mempunyai dua penampang”.

Itulah pemahaman yang diyakini oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah tentang apa yang dimaksudkan dengan Al Mizan.

Pendapat lain yang berbeda dengan pandangan Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah adalah pendapat kaum Mu’tazilah. Kaum Mu’tazilah mengatakan bahwa Al Mizan (Timbangan) yang

sesungguhnya itu tidak ada, yang ada adalah Keadilannya. Pokoknya menurut mereka (kaum Mu’tazilah) kelak akan ditegakkan Keadilan. Adapun keterangan para ‘Ulama Ahlus Sunnah seperti dijelaskan diatas tentang Al Mizan, semuanya itu diingkari oleh orang-orang Mu’tazilah. Ibnu Fuuroh لا همحر mengatakan: “Mengapa orang Mu’tazilah meng-ingkari adanya Al Mizan (Timbangan), hal itu dikarenakan kata mereka nilai dari hal-hal yang non fisik tidak mungkin bisa ditimbang kecuali dengan jazadnya”.

Misalnya kita memiliki nyawa, maka ketika ditimbang berat tubuh kita, apakah itu beratnya roh ataukah beratnya jazad? Maka mereka (kaum Mu’tazilah) meng-analogi-kan bahwa

sesungguhnya nyawa disebut dengan a’rodh-nya (nilainya). Jazadnya-lah yang bisa ditimbang. Lalu yang ditimbang itu roh-nya ataukah jazad-nya? Menurut kaum Mu’tazilah, tidak mungkin roh bisa ditimbang kecuali jika roh itu bergabung dengan jazadnya. Oleh karena itu mereka mengingkari Al Mizan (Timbangan), dan yang ada adalah Keadilannya. Adapun timbangan terhadap yang non-fisik mereka mengingkarinya. Keyakinan mereka ini adalah keluar dari pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah.

Dalam suatu Hadits, Shohabat Abdullooh bin ‘Abbaas هنع لا يضر berkata, bahwa Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص bersabda : “Dengan Kekuasaan Allooh ىلاعتو هناحبس bahwa catatan nilai-nilai amalan manusia akan diubah menjadi fisik, sesuai dengan kehendak Allooh ىلاعتو هناحبس”. Maka bila disimpulkan dari berbagai penjelasan para ‘Ulama diatas, maka yang ditimbang itu adalah amalan. Amalan itu, seperti yang diyakini oleh Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah, dengan kekuasaan Allooh ىلاعتو هناحبس akan dibentuk sesuai dengan kehendak Allooh ىلاعتو هناحبس, sehingga ia bisa ditimbang. Walaupun menurut akal manusia hal yang seperti ini tidak bisa diterima (tidak masuk akal). Namun Akhirat itu berbeda dengan Dunia, dan kehendak Allooh ىلاعتو هناحبس itu tidaklah bisa didiskusikan oleh akal ataupun dibantah.

Oleh karena itu kita meyakini bahwa amalan kita akan ditimbang, seperti apa dan bagaimana caranya, maka serahkan saja hal itu kepada Allooh ىلاعتو هناحبس, karena yang demikian itu

tidaklah bisa dijangkau dengan akal kita (manusia) serta alamnya pun juga sudah berbeda, yakni alam Akhirat.

Kedua, Besarnya Al Mizan

Di dalam Hadits Riwayat Imaam Al Hakim no: 8739 dan kata beliau Hadits ini Shohiih sesuai dengan Sanad Muslim akan tetapi Imaam Al Bukhoory dan Imaam Muslim tidak

(9)

Hadits ini sesuai dengan Syarat Shohiih Muslim, dan di-Shohiih-kan pula oleh Syaikh

Nashiruddin Al Albaany لا همحر dalam Silsilah Hadits Shohiihah no: 941, dari Shohabat Salman Al Faarisy هنع لا يضر bahwa Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص bersabda :

ى لانعت لا لوقيف ؟ اذه نزي نمل بر اني : ةكئكلملا لوقتف تعسول ضرلا و تاوانمسلا هيف نزو ولف ةمانيقلا موي نازيملا عضوي نم : ةكئكلملا لوقتف سوملا دح لثم طارصلا عضوي و كتدانبع قح كانندبع انم كنانحبس : ةكئكلملا لوقتف يقلخ نم تئاش نمل : كتدانبع قح كانندبع انم كنانحبس : لوقيف يقلخ نم تئاش نم : لوقيف ؟ اذه ى لع زيجت Artinya:

“Timbangan akan ditegakkan pada Hari Kiamat, seandainya pada hari itu langit dan bumi ditimbang maka akan mencakupnya.”

Lalu malaikat bertanya: “Ya Allooh untuk menimbang siapakah ini?” Allooh ىلاعتو هناحبس menjawab: “Bagi makhluk-Ku yang Aku kehendaki.”

Kemudian malaikat berkata: “Maha Suci Engkau ya Allooh. Kami belum menunaikan hak ibadah kepada Engkau dengan sesungguhnya, ya Allooh.”

Kemudian diletakkan Ash-Shirooth (jembatan) seperti pisau yang tajam, dan kemudian malaikat berkata: “Siapa yang bisa meniti jembatan yang setajam ini?”.

Allooh ىلاعتو هناحبس menjawab: “Yang Aku kehendaki dari ciptaan-Ku.”

Kemudian malaikat berkata: “Maha Suci Engkau, ya Allooh, kami belum bisa menunaikan hak ibadah terhadap-Mu dengan sesungguhnya”.

Maka bila kita lihat dalam Hadits Shohiih tersebut, bahwa Malaikat saja mengaku bahwa mereka itu belumlah cukup untuk menunaikan hak ibadah kepada Allooh ىلاعتو هناحبس, padahal Malaikat adalah makhluk yang diciptakan untuk senantiasa berada dalam ketaatan terhadap Allooh هناحبس ىلاعتو. Maka apabila ada manusia yang masih segan beribadah kepada Allooh ىلاعتو هناحبس, dengan mengatakan bahwa dirinya sudah beribadah, berarti ia mengaku lebih baik dibandingkan

ketaatan malaikat kepada Allooh ىلاعتو هناحبس.

Al Mizan dalam Hadits diatas dijelaskan bahwa ternyata ia bisa menampung besarnya langit dan bumi, beserta isinya.

Ketiga, Banyaknya Timbangan

Menurut Al Haafidz Ibnu Hajar Al Asqolaany, yang benar adalah bahwa Al Mizan

(Timbangan) itu adalah satu, tidak bisa kita gambarkan dengan banyak timbangan, betapapun banyaknya amalan yang akan ditimbang. Karena keadaan di Hari Kiamat itu tidaklah bisa dipikirkan oleh akal manusia ataupun digambarkan dengan gambaran-gambaran duniawi.

(10)

Sebagaimana dinukil juga dari pendapat Imaam Al Hasan Al Basri لا همحر, dimana beliau همحر لا berkata: “Setiap manusia mempunyai timbangan. Yang berat adalah penetapan bahwa kelak di Hari Kiamat itu ada timbangan. Dan itu bukan menunjukkan tentang satuannya, karena firman Allooh ىلاعتو هناحبس (dalam QS. Al Qoori’ah (101) ayat 6) adalah:

همنميزهاولمل تمللقمثل نمل انمدألفل “Fa amma man tsaqulat mawaazinuhu (Adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya)”. Oleh karena itu tidaklah mungkin bahwa untuk perkataan hati ada timbangannya, untuk

perbuatan fisik ada timbangannya, dan untuk masing-masing amalan itu ada timbangannya sehingga timbangannya bukan hanya satu, melainkan menjadi beberapa timbangan. Tetapi yang dimaksudkan itu adalah menimbang apa yang menjadi amalan-amalan yang berbeda.

Sedangkan timbangannya itu sendiri adalah satu.”

‘Ulama Ahlus Sunnah yang lain mengatakan sebagai berikut: “Adapun Allooh ىلاعتو هناحبس menggunakan kata jamak dengan kata “mawaaziin”, jamak-kata dari “miizan” adalah karena amalan yang akan ditimbang oleh Allooh ىلاعتو هناحبس itu banyak sekali. Ada amalan yang berkenaan dengan Allooh ىلاعتو هناحبس, ada amalan yang berkenaan dengan manusia, ada amalan berkenaan dengan anak-isterinya; maka amalan itu banyak yang ditimbang, sehingga disebut dengan “mawaazin”. Padahal timbangannya itu sendiri hanyalah satu.”

Imaam As Safaarini لا همحر menyatakan bahwa pendapat inilah pendapat yang bisa diterima. Keempat, Apa saja yang akan Ditimbang.

Ada tiga pendapat, yang akan ditimbang adalah: 1. Amalan,

2. Orangnya dan 3. Catatan amalnya.

Amalan adalah yang tidak berbentuk fisik, sedangkan Catatan Amal berbentuk fisik dan Orang juga berbentuk fisik. Pendapat ini muncul dan ada di kalangan para Shohabat.

Tetapi menurut para ‘Ulama Ahlus Sunnah antara lain Haafidz Hakamy لا همحر, dalam Kitab beliau yang bernama “Ma’aarijil Qobuul”, beliau لا همحر mengatakan bahwa:

“Yang bisa kita tampakkan dari nash-nash, walloohu a’lam (Allooh Yang Maha Tahu) adalah bahwa orang yang melakukan amalan, amalannya, serta catatan amalannya, maka semua itu ditimbang oleh Allooh ىلاعتو هناحبس, karena hadits-hadits telah menjelaskan tentang hal ini. Tidak ada pertentangan diantara semuanya. Dan agar kita yakin, maka terdapat dalil dari apa yang diriwayatkan oleh Imaam Ahmad, dimana kata beliau همحرلا bahwa: “Dari ‘Abdullooh bin ‘Amr bin Al Ash هنع لا يضر, yaitu tentang kisah Shohib Al Bithoqoh, dimana tiap orang memiliki kartu, dan kartu itu akan ditimbang. Bahwa timbangan itu akan diletakkan pada Hari

(11)

Kiamat. Ada seseorang dimana orang tersebut diletakkan pada suatu penampang timbangan kemudian diletakkanlah pada apa yang menjadi hitungan orang itu, kemudian timbangan menjadi miring, sehingga orang itu pun akan dicampakkan ke dalam api neraka. Namun kemudian pada timbangan orang itu dibawakan juga bithoqoh (kartu), dimana apa yang termaktub dalam bithoqoh itu adalah: Asyhaadu an laa ilaaha ilallooh wa asyhaadu anna Muhammad ‘abduhu warosuuluh, sehingga penampang Timbangan bagi orang tersebut pun menjadi lebih berat kearah bithoqoh itu.”

Disinilah terlihat bahwa orang yang sudah akan dimasukkan ke dalam neraka, kemudian tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka karena disebelahnya terdapat kartu bertuliskan Asyhaadu an laa ilaaha ilallooh wa asyhaadu anna Muhammad ‘abduhu warosuuluh, sehingga timbangan pun menjadi miring kearah sebaliknya, yakni kearah kebaikannya. Hal ini dikarenakan beratnya timbangan kartu amalan Asyhaadu an laa ilaaha ilallooh wa asyhaadu anna Muhammad ‘abduhu warosuuluh tersebut.

Kemudian kata beliau (Haafidz Hakamy لا همحر) selanjutnya: “Hadits ini menunjukkan bahwa seorang hamba itu diletakkanlah kebajikannya, dan catatan amalannya pada satu penampang timbangan. Demikian pula keburukannya diletakkan di penampang sebelahnya. Dan ini merupakan penggabungan dari Hadits-Hadits yang bisa kita temukan tentang Al Mizan.” Maka menurut beliau لا همحر berdasarkan dalil tersebut diatas, bahwa yang ditimbang adalah amalannya, orangnya dan catatan amalannya.

Yang Bertanggungjawab terhadap Timbangan itu Siapa?

Menurut apa yang diriwayatkan oleh Imaam Al Laalika’i لا همحر dalam Kitab “As Sunnah”, dinukil dari perkataan salah seorang Shohabat bernama Hudzaifah Ibnul Yaman هنع لا يضر, kata beliau, “Yang bertanggungjawab terhadap Al Mizan (Timbangan) itu adalah Malaikat Jibril.” Bukti Al Mizan dalam Hadits-Hadits

Banyak sekali Hadits-Hadits tentang Al Mizan, diantaranya adalah:

Hadits Riwayat Al Imaam At Turmudzy no: 3165 dan Syaikh Nashiruddin Al Albaany لا همحر berkata Hadits ini Sanadnya Shohiih, dari ‘Aa’isyah اهنع لا يضر:

يننوصعيو يننونوخيو يننوبذكي نيكولمم يل نإ لا لوسر اني لانقف ملس و هيلع لا ى لص يبنلا يدي نيب دعق لجر نأ مهبونذ ردقب مهانيإ كبانقع نانك نإف مهانيإ كبانقعو كوبذكو كوصعو كونانخ انم بسحي لانق ؟ مهنم اننأ فيكف مهبرضأو مهمتشأو كنم مهل صتقا مهبونذ قوف مهانيإ انبانقع نانك نإو كل لضف نانك مهبونذ نود مهانيإ كبانقع نانك نإو كيلع لو كل ل انفانفك نانك طسقلا نيزاوملا عضنو } بانتك أرقت انمأ ملس و هيلع لا ى لص لا لوسر لانقف فتهيو يكبي لعجف لجرلا ى حنتف لانق لضفلا نم اريخ انئايش ء لؤهلو يل دجأ انم لا لوسر اني لاو لجرلا لانقف ةيلا { لانقثم نانك نإو انئايش سفن ملظت لف ةمانيقلا مويل مهلك ارارحأ مهنأ مكدهشأ مهتقرانفم Artinya:

(12)

“Bahwa ada seorang laki-laki duduk di depan Rasulullah, ia berkata, “Ya Rasulullah,

sesungguhnya aku memiliki 2 orang budak dimana mereka berdusta padaku, berkhianat padaku, membangkang padaku. Maka, aku caci mereka, aku pukul mereka. Bagaimana aku berkenaan dengan mereka?”

Rasulullah pun bersabda :“Allah akan menghisab tentang apa yang telah mereka berkhianat kepadamu, berma’shiyat kepadamu, berdusta kepadamu dan hukumanmu terhadap mereka. Bila seandainya hukumanmu sebanding dengan dosa mereka, berarti kamu selamat dan tidak

mendapat pahala apa-apa dan tidak mendapatkan dosa apa-apa. Tetapi bila kamu menghukum mereka kurang sedikit dari dosa mereka, maka kamu berhak atas keutamaan. Dan jika

hukumanmu pada mereka diatas hak mereka, maka mereka akan meng-qishosmu dari kelebihan apa yang kamu miliki.”

Maka orang itu pun berdehem, dan menangis.

Maka Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص kembali bersabda, “Apakah kamu tidak membaca firman Allooh ىلاعتو هناحبس (QS. Al Anbiyaa’ (21) ayat 47):

نليبهسهانحل اننلبه ى فلكلول انهلبه اننليمتلأل للدلرمخل نممف ةلبدحل للانقلثممه نلانكل نإهول انائايمشل سلفمنل ممللظمتم للفل ةهملانيلقهلما مهوميلله طلسمقهلما نليزهاولمللما عمضلنلول “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.”

Maka orang itu berkata: “Demi Allooh ya Rosuul, kalau demikian aku tidak punya kebaikan apapun, maka ya Rosuul hendaknya engkau saksikan bahwa mulai hari ini para budak (anak-buah)-ku itu adalah merdeka”.

Pelajaran yang dapat kita petik dari Hadits tersebut bahwa pada zaman dahulu, begitu seseorang mendengar bahwa akan terjadi adanya Al Hisab dan Al Mizan, maka mereka sedemikian ketakutan sehingga mereka rela mengurangi berbagai perkara yang sekiranya akan membuat ia bertambah banyak dihisab oleh Allooh ىلاعتو هناحبس.

Pelajaran lain yang bisa diambil adalah bahwa: Setelah kita meyakini Al Mizan itu ada dan pasti akan kita alami pada Hari Kiamat, maka orang-orang shoolih pada zaman dahulu sangat takut menghadapi Al Mizan sehingga mereka mempersiapkan diri untuk memperingan berbagai perkara sebelum terjadi Al Hisab dan Al Mizan bagi dirinya. Nah, bagaimanakah dengan kita? Apakah Hadits yang kita dengar ini berlalu demikian saja seakan-akan angin yang berlalu, dan tidak berbekas pada sikap dan perilaku kehidupan kita sehari-hari? Hendaknya kita kaum Muslimin takut, sebagaimana takutnya orang-orang shoolih di zaman terdahulu.

Kemudian dalam Hadits Riwayat Al Imam Ibnu Maajah no: 4300 dan Imaam Ahmad no: 6994, menurut Syaikh Syu’aib Al Arnaa’uth لا همحر Sanad Hadits ini kuat dan para perowinya

terpercaya, termasuk perowi-perowi Kitab-Kitab Hadits Shohiih dan Hadits ini juga

di-shohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany لا همحر, dari ‘Abdullooh bin ‘Amr bin Al ‘Ash هنع لا يضر bahwa Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص bersabda:

(13)

لا لوقي مث . رصبلا دم لجس لك . لجس نوعستو ةعست هل رشنيف . قئكلخلا سؤر ى لع ةمانيقلا مء وي يتمأ نم لجرب حانصي بانهيف ؟ ةنسح كلذ نع كلأ لوقي مث ؟ نوثظفانحلا يتبتك كتملظأ لوقيف بر اني . ل لوقيف ؟ انئايش اذه نم ركنت له لج و زع نأو لا لإ هلإل نأ دهشأ انهيف ةقانطب هل جرختف . مويلا كيلع ملظل هنإو . تاننسح انندنع كل نإ . ى لب لوقيف . ل لوقيف لجرلا ةفك يف تلجسلا عضوتف . ملظت ل كنإ لوقيف تلجسلا هذه عم ةقانطبلا هذهانم بر اني لوقيف لانق . هلوسرو هدبع ادمحم ةقانطبلا تلقثو تلجسلا تشانطف . ةفك يف ةقانطبلاو Artinya:

“Seseorang dari ummatku diseru pada Hari Kiamat dihadapan khalayak manusia. Kemudian ditebarlah padanya 99 buku catatan. Setiap buku catatan sejauh mata memandang. Kemudian Allooh ىلاعتو هناحبس bertanya, “Apakah kamu memungkiri sesuatu apa yang ada didalamnya?” Orang itu menjawab, “Tidak, ya Allooh.”

Kemudian Allooh ىلاعتو هناحبس bertanya lagi, “Apakah Malaikat para pencatat-Ku menganiayamu? Apakah kamu punya kebaikan?”

Lalu orang ini terperanjat dan mengatakan, “Tidak, ya Allooh.”

Kemudian Allooh ىلاعتو هناحبس berkata, “Justru kamu dalam catatan Kami mempunyai kebaikan-kebaikan dan tidak ada aniaya hari ini untukmu apapun dan tidak ada penganiayaan kepadamu hari ini.”

Kemudian dikeluarkanlah untuknya satu kartu dimana didalamnya terdapat “Asyhaadu an laa ilaaha ilallooh wa asyhaadu anna Muhammad ‘abduhu warosuuluh”(Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allooh dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya).

Kemudian orang itu berkata, “Ya Allooh, kartu apa ini? Catatan apa ini?” Maka Allooh ىلاعتو هناحبس berfirman:“Sesungguhnya kamu tidak dianiaya.”

Kemudian catatan amal orang tersebut diletakkan di penampang sebelah timbangan dan bithoqoh (kartu) diletakkan di penampang sebelah yang lain, maka timbangan pun menjadi lebih berat di arah bithoqoh.”

Hadits ini adalah Hadits Al Bithoqoh (Hadits Kartu). Hanya saja yang perlu kita camkan bahwa bithoqoh (kartu) itu didapat dengan cara Tauhiid, tidak bisa hanya sekedar dengan mengaku diri sebagai seorang Muslim saja. Hal itu bukanlah seperti di dunia ini dimana merasa sudah cukup dengan mencantumkan kata “Muslim” pada KTP (Kartu Tanda Penduduk) saja. Karena yang demikian itu tidak lah ada gunanya kalau ia tidak sholat, tidak beriman kepada Allooh هناحبس ىلاعتو, apalagi kalau ia menentang Allooh ىلاعتو هناحبس dan Rosuul-Nya ملسو هيلع لا ىلص serta Syari’at-Nya.

Namun yang dimaksudkan dari Hadits diatas bahwa yang menjadikan berat kartu (bithoqoh) tersebut adalah Imaan, dimana yang termaktub dalam bithoqoh itu adalah Syahadatut Tauhiid

(14)

dan Syahadatur Risaalah, yang tidak cukup hanya dengan pengucapan sebatas di lisan saja, namun Syahadat tersebut hendaknya tertanam pada hati, lisan dan perbuatannya.

Terdapat pula Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 2749 dan Imaam Muslim no: 2785, dari Abu Hurairoh هنع لا يضر, bahwa Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص bersabda:

{اننازمول ةهملانيلقهلما ملوميل ممهملل مميقهنم للفل} اوؤمرلقما للانقلول ةلضلوعمبل حلاننلجل له ا دلنمعه نمزهيل لل ةهملانيلقهلما ملوميل نميمهسدلا مميظهعللما لمجمردلا يتهأميللل هندإه Artinya:

“Sesungguhnya akan didatangkan orang yang besar dan gemuk pada Hari Kiamat, akan tetapi disisi Allooh tidak ada seberat sayap lalat.”

Lalu Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص membacakan (QS. Al Kahfi (18) ayat 105):

انانزمول ةهملانيلقهلما ملوميل ممهملل مميقهنم للفل ممهملمانملعمأل تمطلبهحلفل ههئكهانقللهول ممههبفرل تهانيلآيبه اورمفلكل نليذهلدا كلئاهللوأم “Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Robb mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak

mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.”

Maksudnya, mereka orang-orang kafir itu tidak ada artinya sama sekali disisi Allooh ىلاعتو هناحبس. Orang-orang kafir itu walaupun ketika hidup di dunia mereka bersenang-senang, mungkin saja mereka memiliki harta kekayaan yang melimpah ruah, dan sebagainya, namun bahkan di dalam kuburannya pun sudah menjadi bahan pesta-poranya ulat tanah dan di Hari Akhir tidaklah memiliki timbangan, dalam pengertian bahwa mereka tidak ada artinya sama sekali disisi Allooh ىلاعتو هناحبس.

Sementara itu seorang Muslim yang mungkin saja ia pernah berma’shiyat ketika hidup di dunia, namun sekalipun orang itu mungkin saja banyak dosanya, akan tetapi kalau ia bertauhid kepada Allooh ىلاعتو هناحبس, maka atas kehendak Allooh ىلاعتو هناحبس orang itu bisa saja menjadi selamat. Disinilah pentingnya kita bertauhid kepada Allooh ىلاعتو هناحبس.

Ada beberapa berita dari Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص, yang hendaknya kita jadikan sebagai kiat bagi diri kita. Hal ini berkaitan dengan amalan yang tampaknya ringan namun dapat membuat timbangan kita di Hari Kiamat menjadi berat, yakni:

1. Adalah Haditsnya shohiih diriwayatkan oleh Imaam Muslim no: 223, dari Abu Maalik Al Asy’ary هنع لا يضر, bahwa Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص bersabda:

ةمللصدلاول ضه رمللاول تهاولملسدلا نليمبل انمل – لمممتل ومأل – نهلآممتل لدهه دمممحللماول لده ا نلانحلبمسمول .نلازليمهلما لمممتل لدهه دمممحللماول نهانمليلها رمطمشل رموهمطسلا انهلقمبهومم ومأل انهلقمتهعمممفل همسلفمنل علئكهانبلفل ودمغميل سهانندلا لسكم كليمللعل ومأل كللل ةلجدحم نمآنرمقملماول ء لانيلضه رمبمصدلاول نلانهلرمبم ةمقلدلصدلاول رلونم Artinya:

(15)

“Kesucian itu bagian dari Iman dan kata “Alhamdulillah” memenuhi Timbangan dan “Subhaanallooh wal hamdulillah” memenuhi antara langit dan bumi, sholat adalah cahaya, shodaqoh adalah bukti, sabar adalah sinar, dan Al Qur’an adalah pembela bagi kita ataukah penghujat bagi kita. Setiap manusia akan pergi, akan menjual dirinya, apakah membebaskan nya (dari adzab Allooh ىلاعتو هناحبس) ataukah akan menjerumuskannya.”

2. Juga dalam Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 6406 dan Imaam Muslim no: 7021, dari Abu Huroiroh هنع لا يضر, bahwa Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص bersabda :

نهملحمردلا ى للإه نهانتلبليبهحل نهازليمهلما يفه نهانتللليقهثل نهانسللفلا ى للعل نهانتلفليفهخل نهانتلمللهكل للانقل مللدسلول ههيمللعل لدم ا ى لدصل يفبهندلا نمعل ةلرليمرلهم يبهأل نمعل ههدهممحلبهول لده ا نلانحلبمسم مهيظهعللما لدها نلانحلبمسم Artinya:

“Ada dua kalimat yang mudah dan ringan diucapkan, tetapi berat dalam timbangan dan disukai Allooh ىلاعتو هناحبس, yaitu ucapan ‘Subhaanallooh wabihamdihi subhaanalloohil ‘adziim’.” TANYA JAWAB

Pertanyaan:

1. Orang yang pernah berbuat dosa di dunia misalnya membunuh atau berzina, kalau ia sudah menjalani hukum Qishosh atau dirajam di dunia, apakah di akhirat perbuatan dosa itu masih juga ditimbang?

2. Apakah semua manusia ditimbang kelak di Akhirat termasuk orang kafir dan juga para Nabi dan Rosuul?

Jawaban:

1. Dalam Islam hukuman itu ada dua: Hukuman duniawi dan hukuman ukhrowi.Apakah orang tersebut akan terlepas dari hukuman Allooh ىلاعتو هناحبس ketika di hari Kiamat, walloohu a’lam. Di Hari Kiamat kita serahkan perkara itu semata-mata kepada kepututsan Allooh ىلاعتو هناحبس.

2. Tidak ada dalil bahwa para Nabi tidak ditimbang. Tetapi semua manusia akan ditimbang, tentu nilai amalan masing-masing manusia berbeda-beda. Tetapi proses penimbangannya akan dialami oleh semua manusia tanpa kecuali, karena dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 182 disebutkan bahwa:

دهيبهعللملف مللدظلبه سليملل لدلا ندألول Artinya:

(16)

Juga sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al Kahfi (18) ayat 49 bahwa:

انهلانصلحمأل لدإه ةارليبهكل للول ةارليغهصل رمدهانغليم لل بهانتلكهلما اذلهل لهانمل اننلتللليمول انيل نلولموقميلول ههيفه انمدمه نليقهفهشممم نليمهرهجممملما ى رلتلفل بمانتلكهلما علضهومول اادحلأل كلبسرل مملهظميل للول اارضهانحل اولممهعل انمل اودمجلولول Artinya:

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Robb-mu tidak menganiaya seorang juapun“.

Pertanyaan:

Apakah yang dimaksud adil? Jawaban:

Yang dimaksud adil secara bahasa adalah tidak punya kecenderungan terhadap salah satu dari dua belah pihak. Secara Syar’i, adil adalah keberpihakan. Adil artinya berpihak, yaitu berpihak kepada yang Haq berasal dari Allooh ىلاعتو هناحبس dan dari Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص. Jika sesuatu itu sesuai dengan Syari’at Allooh ىلاعتو هناحبس dan Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص, maka menegakkannya bermakna adil. Tetapi jika tidak menegakkan apa yang Allooh ىلاعتو هناحبس dan Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص tetapkan, maka meskipun hal itu sudah seadil-adilnya menurut manusia pun ia tetap merupakan kedzoliman. Maka tidak akan ada keadilan diatas permukaan bumi ini apabila firman Allooh ىلاعتو هناحبس dan sabda Rosuulullooh ملسو هيلع لا ىلص, serta syari’at Islam itu tidak ditegakkan. Berarti Adil itu adanya hanyalah pada Syari’at Allooh ىلاعتو هناحبس. Pertanyaan:

1. Yang akan dihitung atau ditimbang kelak di Hari Kiamat itu hanya orang Islam saja, ataukah juga termasuk orang kafir (musyrik)? Karena di Surat Al Furqoon (25) ayat 23 disebutkan bahwa orang-orang kafir tidak akan dinilai amalannya. Mohon penjelasan tentang hal ini.

2. Dijelaskan diatas bahwa orang yang timbangan amalannya lebih berat, maka ia akan masuk surga. Sebaliknya, orang yang timbangan amalannya lebih ringan, maka ia akan masuk neraka. Bagaimana dengan orang yang timbangan amalannya seimbang antara amalan baik dan amalan buruknya?

Jawaban:

1. Terhadap orang kafir maka mereka sama sekali tidak punya amalan yang bisa dinilai oleh Allooh ىلاعتو هناحبس. Allooh ىلاعتو هناحبس berfirman dalam QS. Al Furqoon (25) ayat 23:

(17)

ااروثمنمد ء انبلهل هماننللمعلجلفل للملعل نممه اولممهعل انمل ى للإه اننلممدهقلول Artinya:

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.”

Maka sebagaimana telah disebutkan dalam Hadits diatas, orang yang badannya besar dan tinggi sekalipun, tetapi ketika ditimbang maka tidaklah lebih berat dari sayap seekor lalat disisi Allooh ىلاعتو هناحبس.

1. Secara akal, mungkin saja ada orang yang seimbang antara amalan baik dan amalan buruknya. Secara akal memang demikian. Tetapi secara riwayat dan penjelasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah bahwa tidak akan ada kemungkinan yang sama (seimbang). Hal ini adalah sebagaimana firman Allooh ىلاعتو هناحبس dalam QS. Al Qoori’ah (101) ayat 6 berikut ini:

همنميزهاولمل تمللقمثل نمل انمدألفل Artinya:

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya”, Kemudian dalam QS. Al Qoori’ah (101) ayat 8 adalah:

همنميزهاولمل تمفدخل نممل انمدألول Artinya:

“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya”

Jadi hanya ada dua alternatif: Yang berat timbangan amalannya dan yang ringan timbangan amalannya.

Namun demikian, bahasan kita mengenai perkara ini adalah belum tuntas, karena insya Allooh kita masih akan mengkaji Bab Qishosh, Bab Syafaat, dan seterusnya.

Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :

كليمللإه بموتمألول كلرمفهغمتلسمأل تلنمأل لدإه هلللإه لل نمأل دمهلشمأل كلدهممحلبهول مدهملدلا كلنلانحلبمسم هتانكربو لا ةمحرو مكيلع ملسلاو

(18)

Yaumul Mizan

Kategori: Aqidah

3 Komentar // 10 Januari 2012

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.

Mizan atau timbangan adalah alat untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan. Adapun mizan di akherat adalah sesuatu yang Allah letakkan pada hari Kiamat untuk menimbang amalan hamba-Nya. (Syarah Lum’atul I’tiqaad, Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, hal. 120) Mizan di hari Kiamat adalah sesuatu yang hakiki dan benar-benar ada. Hanya Allah Ta’ala yang mengetahui seberapa besar ukurannya. Seandainya langit dan bumi diletakkan dalam daun timbangannya, niscaya mizan tersebut akan tetap lapang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لل ا للووقلييفي ؟اذيهي نلززيي نوميلز ! لببري ايي :ةلكيئزليميلوا للووقلتيفي ، توعيسزويلي ضلرولياوي تلاويميسسلا هزيوفز نيززول ووليفي ، ةزمياييقزلوا م يوويي نلازييومزلوا علضيوويل كيتزديابيعز قسحي كيانيدوبيعي امي كينياحيبوسل :ةلكيئزليميلوا للووقلتيفي ، يوقزلوخي نومز تلئوشز نوميلز :ىلياعيتي.

“Pada hari Kiamat, mizan akan ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa timbangan ini?” Allah berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka Malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Silsilah As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 941).

Kaum muslimin rahimakumullah, mizan ini sangat akurat dalam menimbang, tidak lebih dan tidak kurang sedikitpun. Allah Ta’ala berfirman:

) نييوبزسزاحي انيبز ىفيكيوي اهيبز انييوتيأي للديروخي نومز ةلبسحي لياقيثومز نياكي نوإزوي ائئيوشي سسفوني ملليظوتل ليفي ةزمياييقزلوا م زووييلز طيسوقزلوا نييوززاويميلوا علضينيوي 47

(

“Dan Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji sawipun, pasti Kami akan mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47)

(19)

Mizan ini memiliki dua daun timbangan sebagaimana diceritakan dalam hadits tentang kartu (bithoqoh) yang akan kami sampaikan haditsnya nanti. Lalu, apakah yang ditimbang di hari Kiamat kelak? Para ulama kita berbeda pendapat tentang apa yang ditimbang di hari Kiamat. Ada tiga pendapat dalam masalah ini.

Pendapat Pertama, Yang Ditimbang Adalah Amal

Pendapat ini didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

مزيوظزعيلوا لزا نياحيبوسل هزدزموحيبزوي لزا نياحيبوسل :نزميحورسلا ىليإز نزاتيبييوبزحي ، نزازييومزلوا يفز نزاتيلييوقزثي ، نزاسيلبلا ىليعي نزاتيفييوفزخي نزاتيميلزكي

“Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallohi wa

bihamdihi dan Subhanallohil ‘Azhim.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6406, 6682, dan Muslim, 2694).

Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Hajar al-Ashqolani rahimahullah. Beliau berpendapat bahwa yang ditimbang adalah amal, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قزللخللوا نزسوحل نومز للقيثوأي نزازييومزلوا يفز ءليوشي نومز امي

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak yang mulia.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad, no. 270 dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shahiih al-Adab al-Mufrad, no. 204)

Kedua, Yang Ditimbang Adalah Orangnya

Ada beberapa hadits yang menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah orangnya. Berat atau ringannya timbangan tergantung pada keimanannya, bukan berdasarkan ukuran tubuh, berat badannya, atau banyaknya daging yang ada di tubuh mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ةلضيووعلبي حيانيجي لز ا دينوعز نلززيي لي ةزمياييقزلوا م يوويي نليومزسسلا مليوظزعيلوا للجلرسلا يتزأوييلي هلنسإز

“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk.” Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Bacalah..

) انئزووي ةزمياييقزلوا م يوويي موهللي مليوقزنل ليفي 105

(

“Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 105). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4729 dan Muslim, no. 2785) ‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat betisnya kecil. Tatkala ia mengambil ranting pohon untuk siwak, tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan

(20)

menyingkap pakaiannya, sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil. Para sahabat yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apa yang sedang kalian tertawakan?” Para sahabat menjawab, “Kedua betisnya yang kecil, wahai Nabiyullah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

دلحلأل نومز نزازييومزلوا يفز للقيثوأي اميهللي هزدزييبز يسزفوني ي ذزلساوي

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada gunung uhud.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, I/420-421 dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir, IX/75. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 3192).

Pendapat Ketiga, Yang Ditimbang Adalah Lembaran Catatan Amal

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,’ Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak Wahai Rabbku.’ Allah berfirman: “Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya sedikitpun. Kemudian

dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya terdapat kalimat: هلللووسلريوي هلدلبوعي دئمسحيمل نسأي دلهيشوأيوي ، لل ا لسإز هيليإز لي نوأي دلهيشوأي

Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Lalu Allah berfirman: ‘Hadirkan timbanganmu.’ Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa) itu?,’ Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan dianiaya.’ Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut

terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya terdapat Nama Allah.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2639, Ibnu Majah, no. 4300, Al-Hakim, 1/6, 529, dan Ahmad, no. II/213. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 135)

Pendapat terakhir inilah yang dipilih oleh al-Qurthubi. Beliau mengatakan, “Yang benar, mizan menimbang berat atau ringannya buku-buku yang berisikan catatan amal…” (At-Tadzkirah, hal. 313)

(21)

Tiga pendapat di atas tidak saling bertentangan satu sama lain. Sebagian orang ada yang ditimbang amalnya, sebagian yang lain ditimbang buku catatannya, dan sebagian yang lain ditimbang dirinya.

Syaikh Muhammad bin sholih al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa secara umum yang ditimbang adalah amal perbuatannya, karena kebanyakan dalil-dalil menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah amal perbuatan. Adapun timbangan buku catatan amal dan pelakunya, maka itu khusus untuk sebagian orang saja. (Syarah al-’Aqidah al-Wasithiyyah, hal. 390)

Apa yang disampaikan oleh syaikh ‘Utsaimin inilah yang nampaknya lebih menentramkan hati. Wallahu Ta’ala a’lam. Semoga sedikit sajian yang kami sampaikan ini bisa menjadi pendorong bagi kita untuk beramal sholih. Dan sekecil apapun amalan yang kita lakukan, tidak akan disia-siakan walaupun sebesar semut kecil. Dan di hari Kiamat kelak, setiap manusia pasti akan melihat setiap amal yang telah dia usahakan di dunia ini.

Kita memohon kepada Allah Ta’ala, semoga Allah Ta’ala menutup umur kita dengan kebaikan dan keselamatan. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dari artikel Yaumul Mizan — Muslim.Or.Id by null

YAUMUL HISAB: “PENGADILAN

TUHAN, MIZAN ATAU TIMBANGAN”

Berdasarkan perspektif Al Qur’an dan Hadits Shahih, oleh Sukarman.

A’udzubillahi minasy syaithaanir rajiim. Bismillahirrahmanir

rahim. Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudara dan Adik-adikku yang insya Allah dirahmati dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kita hampir setiap hari disuguhi tontonan pengadilan Tipikor, pengadilan orang-orang yang korupsi di TV-TV. Orang kok tidak takut neraka, orang kok tidak punya malu, padahal besar kemaluan susah berjalan lho. Merampok uang rakyat kok rame-rame berjama’ah, korupsi kok rame-rame berjama’ah, padahal pelakunya 75% mereka mengaku beragama Islam, intinya: “Sholat iya, puasa iya, sedekah iya, haji iya, merampok iya, manipulasi iya dan segala macam kejahatan dikerjakannya. Padahal banyak mereka itu sebagai wakil rakyak, pejabat-pejabat

(22)

negara, pejabat-pejabat departemen agama.. Na’udzubillahi mindzalik.

Sebagian besar, anda mengetahui proses pengadilan Tipikor, pengadilan didunia ini, masih banyak unsur KKN, masih banyak tidak adilnya. Disini saya ajak anda untuk melihat,

menyaksikan melalui hati nurani, bukan melihat dengan kasat mata, tetapi melihat dengan mata hati yaitu: “Pengadilan Tuhan atau Yaumul Hisab”.

Manusia tinggal (hidup) di bumi hanya sebentar saja.

[79.46] Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.

Di-Alam barzah (alam kubur), indentik dengan tidur panjang.

[36.51] Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. [36.52] Mereka berkata: "Aduh celakalah kami! ل Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya).

Hari kebangkitan dari Alam Barzah.

Ruh-ruh yang di Alam Barzah (Alam Arwah) dibangkitkan berikut jazadnya, seperti semula sewaktu hidup didunia, hanya berubah bentuk menurut sifat-sifat manusia ketika hidup didunia. [81.7] dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh),

[79.13] Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, [79.14] maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.

[83.4] Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, [83.5] pada suatu hari yang besar, [83.6] (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?

[79.46] Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.

[99.6] Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.

[50.41] Dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat. [50.42] (Yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya, itulah hari keluar (dari kubur).[50.43] Sesungguhnya Kami menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada Kami-lah tempat kembali (semua makhluk).[50.44] (Yaitu) pada hari bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu mereka keluar) dengan cepat. Yang demikian itu adalah

pengumpulan yang mudah bagi Kami.

Contoh Allah SWT membangkitkan orang mati dari quburnya:

[2.259] Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan

(23)

kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".

Manusia (Jazad & Ruhnya), dikumpulkan di Padang Mahsyar.

[36.53] Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami.

[39.69] Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. [18.99] Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.

Manusia digiring oleh 2 orang Malaikat menuju ke Pengadilan Tuhan.

[50.20] Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. [50.21] Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi. SIDANG DI PENGADILAN TUHAN: “YAUMUL HISAB.”

1-Hisab

Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka. Qs.88: 25, 26

2-Timbangan (Mizan)

[21.47] Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.

Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan

timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. Qs.7: 8,9

3-Jaksa Penuntut Umum: Malaikat Roqiib dan ‘Atiid.

(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. Qs.50: 17,18

(24)

Buku catatan amal masing-masing manusia.

[50.16] Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang

dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, [50.17] (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.[50.18] Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.

[45.28] Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. [45.29] (Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan." 5-Allah SWT Sebagai Hakim Yang Maha Adil

[95.8] Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?

[11.45] Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya."

Silahkan anda baca Qs.36:54; 39:69-70; 4:141; 8:19 6-Saksi-saksi di Pengadilan Tuhan (di Yaumul Hisab);

A-Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Qs. 22:68; 3:119 B-Malaikat Penggiring dan Malaikat Penyaksi. Qs.50:21

C-Masing-masing Rasul dan Masing-masing Nabi. Qs.27: 84 D-Kitab Catatan Malaikat. Qs.17: 13, 14; Qs.18:49

E-Kesadaran manusia itu sendiri. Qs.79:35; Qs. 23:99-100; Qs.63:10; Qs.7:6 F-Masing-masing manusia menjadi saksi atas dirinya sendiri. Qs.6:130 G-Semua anggota badanmu sendiri yang menjadi saksi. Qs.75:13 s/d 15

H-Pendengaran, Penglihatan, Kulitmu, Lidahmu, Tanganmu, Kakimu. Qs.41:19-23; I-Lidah, tangan dan kaki Qs.24:24,25

J-Mulutnya ditutup, tangannya yang berbicara menjadi saksi.Qs.36:65

7-Ciri-ciri Calon Penghuni Neraka Yang Kekal Selamanya Diberikan Kitab Catatan Amalnya dari belakang.

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: "Celakalah aku". Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Qs.84: 10 s/d 12

Diberikan Kitab Catatan Amalnya dari tangan kirinya.

[69.25] Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini),

8-Ciri-ciri Calon Penghuni Surga

(25)

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Qs.84: 7 s/d 9

Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)". Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Qs.69: 19 s/d 20

9-Kepada semua orang (Calon penghuni Surga maupun Penghuni Neraka) Masing-masing disuruh membaca, Buku Catatannya, disuruh melihat, menyaksikan Videonya / filmnya sendiri-sendiri.

Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab

terhadapmu." Qs.17: 13 s/d 14

Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan." Qs.45: 28 s/d 29 [58.6] Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.

10- Pertanyaan-pertanyaan di Pengadilan Tuhan.

Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." Qs.23:112,113,114

[29.13] Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Bagi yang mengajak berbuat bid’ah dan yang mengamalkan bid’ah ??????)

[7.6] Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami),

[15.92] Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, [15.93] tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (didunia)

[16.93] Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. [102.8] Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu

(26)

megah-megahkan di dunia itu).

11-Di Pengadilan Tuhan tidak ada tolong-menolong.

[31.33] Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali

kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah.

12-Balasan amal yang dinilai beramal saleh, antara lain sbb:. A-Balasan amal sesuai dengan perbuatannya ketika hidup di dunia. Baca Qs.36:52,53,54;

B-Barangsiapa mengerjakan amal saleh maka untuk dirinya sendiri. Qs.45.15

C-Barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka akan menimpa dirinya sendiri. Qs.45:15; D-Seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Baca Qs.53: 38.

E-Seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.Qs.53: 39. F-Usaha seseorang didunia, akan diperlihatkan nanti di akhirat. Baca Qs.53:40.

G-Balasan amal sesuai apa yang diusahakan didunia. Baca Qs.53:41. H-Ia mendapat pahala dari kebaikan yang diusahakannya.Baca Qs. 2:286; I-Ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Baca Qs.2:286. J-Barangsiapa yg berbuat sesuai hidayah Allah, maka untuk dirinya.Qs.17:15

K-Barangsiapa yang sesat, maka dia tersesat & kerugian untuk dirinya sendiri. Qs.17:15 L-Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, akan mendapat balasannya.Qs.99:7 M-Barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, akan mendapat balasannya..Qs.99:8 N-Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri.Qs.41:46. O-Barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; Qs.41:46

P-Ilmu yang bermanfaat, amal jariyah, anak saleh yg mendoakan”. HSM..1614

Q-Amal saleh yang salah, amal saleh yang tidak saleh, amalan yang tidak ada nilainya, amalan yang tidak bernilai ibadah, bagi mereka yang suka mengamalkan, amalan-amalan ibadah yang tidak ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya.. Padahal mereka menganggap amalan itu yang

Referensi

Dokumen terkait

Terapi diare akut yang tidak disebabkan oleh infeksi (tidak ada panas dan simtom sistemik) adalah diberikan terapi simtomatik seperti terapi rehidrasi, pemberian

Metode Mendidik Anak Menurut Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan (Telaah Buku Pendidikan Anak dalam Islam Pasal Metode Pendidikan yang Berpengaruh pada Anak).. Skripsi, Jurusan

Busana yang dihasilkan yaitu dress terusan tanpa lengan dengan aksen lapel yang memiliki potongan kain kombinasi pada bagian sisi dan tali pengikat di pinggang

Menentukan kondisi operasi yang optimal (daya microwave , lama waktu ekstraksi, dan rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut yang digunakan) dari

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui di titik dan pada variasi jarak berapakah kadar konsentrasi gas karbon monoksida (CO) tertingi di ruas Jalan Gajah Mada Pontianak,

Untuk mengukur volume, pH, dan kadar ion kalsium saliva yang distimulasi pada pecandu ganja di pusat rehabilitasi Insyaf Medan tahun 2014 berdasarkan frekuensi, durasi dan

Hasil penelitian menunjukkan dampak penanaman rumpang dengan jabon merah untuk merehabilitasi hutan alam terdegradasi meningkatkan kepadatan tanah dalam areal rumpang,