• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Tarbiyah 1427 H - Aqidah (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi Tarbiyah 1427 H - Aqidah (1)"

Copied!
270
0
0

Teks penuh

(1)Serial Manhaj Tarbawi. AQIDAH. MATERI TARBIYAH Aqidah.

(2) DAFTAR ISI Urgensi Syahadat (Ahammiyatus (Ahammiyatus Syahadatain) Syahadatain) Kandungan Kalimat Syahadat (Madludlu Syahadatain) Syarat Diterimanya Syahadatain (Syurut Qo Qobulu Syahadatain) HalHal-Hal yang Membatalkan Syahadat Makna Laa Ilaaha Illalloh Larangan Berhubungan dengan Jin Mengenal Allah (Ma’rifatullah) Ilmu Allah Mengenal Agama Islam (Ma’rifatu Dinil Islam) Kesempurnaan Islam (Syumuliyatul Islam) Mengenal Rasul (Ta’rifur Rasul) Setiap Umat Diutus Rasul Kewajiban Kewajiban Beriman Kepada Semua Rasul Kebutuhan Manusia Terhadap Rasul (Hajatul Insan Ila Rasul) Kedudukan Rasul (Makanatur Rasul) SifatSifat-Sifat Rasul (Shifatur Rasul) TugasTugas-Tugas Rasul (Wazhifatur Rasul) Kewajiban Kita Terhadap Rasul (Wajibatul Muslim Nahwar Rasul) Rasul) Kekhususan Risalah Nabi Muhammad SAW (Khashais Risalah Nabi Nabi Muhammad SAW) Keumuman Risalah Nabi Muhammad SAW Makna Muhammad SAW Sebagai Penutup Para Nabi Buah dan Manfaat dari Mengikuti Rasulullah SAW (Nataiju Ittiba’ Rasul SAW) Hikmah Diutusnya Para Rasul Rasul Beriman Kepada Malaikat Beriman Kepada Hari Akhir Beriman Kepada Qadha dan Qadar Ihsan. Aqidah.

(3) URGENSI SYAHADAT (AHAMMIYATUS SYAHADATAIN). Kalimat syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Kita senantiasa menyebutnya setiap hari, misalnya ketika shalat dan azan. Kalimat syahadatain sering diucapkan oleh umat Islam dalam pelbagai keadaan. Kita menghafal kalimat syahadah dan dapat menyebutnya dengan fasih. Namun, demikian sejauh manakah makna kalimat ini dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari kaum Islam? Pertanyaan tersebut perlu dijawab dengan realitas yang ada. Tingkah laku umat Islam yang terpengaruh dengan budaya jahiliyah atau cara hidup Barat, memberi gambaran bahwa syahadah tidak cukup memberi pengaruh. Terbukti tidak sedikit dari umat Islam yang masih melakukan perkara-perkara yang dilarang Allah dan meninggalkan perintahNya, memberi kesetiaan bukan kepada kaum muslimin, atau tidak mensyukuri sesuatu yang diberikan kepada mereka. Itu adalah contoh dari wujud seseorang yang tidak. Aqidah.

(4) memahami syahadah yang dibacanya dan tidak mengerti makna yang sebenarnya dari syahadah. Kalimat syahadah merupakan asas utama dan landasan penting bagi rukun Islam. Tanpa syahadah, rukun Islam lainnya akan runtuh. Begitu juga dengan rukun iman. Tegaknya syahadah dalam kehidupan individu akan menegakkan ibadah dan dien dalam hidup kita. Dengan syahadatain terwujudlah sikap ruhani yang akan memberikan motivasi kepada tingkah laku jasmaniah dan akal pikiran, serta memotivasi kita untuk melaksanakan rukun Islam lainnya. Tegaknya Islam mesti didahului oleh tegaknya rukun Islam; dan tegaknya rukun Islam mesti didahului oleh tegaknya syahadah. Rasulullah saw. mengisyaratkan bahwa Islam itu bagaikan sebuah bangunan. Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh 5 (lima) tiang pokok, yaitu syahadatain, shalat, saum, zakat, dan haji ke Baitulllah. Di zaman Nabi saw., kalangan masyarakat Arab memahami betul makna syahadatain ini. Terbukti dalam suatu peristiwa dimana Nabi saw. mengumpulkan para pemimpin Quraisy dari kalangan Bani Hasyim, Nabi saw. bersabda, “Wahai saudara-saudara, maukah kalian aku beri satu kalimat, dimana dengan kalimat itu kalian akan dapat menguasai seluruh jazirah Arab?” Kemudian Abu Jahal menjawab, “Jangankan satu kalimat, sepuluh kalimat berikan kepadaku.” Kemudian Nabi saw. bersabda, “Ucapkanlah laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah.” Abu Jahal pun menjawab, “Kalau itu yang engkau minta, berarti engkau mengumandangkan peperangan dengan semua orang Arab dan bukan Arab.” Penolakan Abu Jahal kepada kalimat ini bukan karena dia tidak paham akan makna dari kalimat itu. Justru sebaliknya. Dia tidak mau menerima sikap yang mesti tunduk, taat, dan patuh kepada Allah swt. saja Dia sadar betul jika ia bersikap seperti itu, maka semua orang akan tidak tunduk lagi kepadanya. Abu Jahal ingin mendapatkan loyalitas dari kaum dan bangsanya. Penerimaan syahadah bermakna menerima semua aturan dan segala akibatnya. Penerimaan inilah yang sulit bagi kaum jahiliyah untuk mengaplikasikan syahadah. Sebenarnya, apabila mereka memahami bahwa loyalitas kepada Allah itu juga akan menambah kekuatan bagi diri mereka. Mereka yang beriman semakin dihormati dan semakin dihargai. Mereka yang memiliki kemampuan dan ilmu akan mendapatkan kedudukan yang sama apabila ia sebagai muslim (Abu Jahal adalah tokoh di kalangan Arab jahiliyah dan ia memiliki banyak potensi, diantaranya ia sebagai Abu Amr (ahli hukum). Setiap individu yang bersyahadah, maka ia menjadi khalifatullah fil Ardhi. Kalimat syahadah mesti dipahami dengan benar karena di dalamnya terdapat makna yang sangat tinggi. Dengan syahadah, kehidupan kita akan dijamin bahagia di dunia ataupun di akhirat. Syahadah sebagai kunci kehidupan dan tiang dien (agama Islam). Oleh karena itu, marilah kita bersama memahami syahadatain ini.. Aqidah.

(5) Syahadat adalah Pintu Masuk ke dalam Islam (Al-Madkhal ila Al-Islam) Sahnya iman seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain. Kesempurnaan iman seseorang bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain. Syahadatain membedakan manusia kepada muslim dan kafir. Pada dasarnya setiap manusia telah bersyahadah Rububiyah di alam arwah, tetapi ini saja belum cukup. Untuk menjadi muslim, mereka harus bersyahadah Uluhiyah dan syahadah Risalah di dunia..            ! "  #  $  %&      

(6)    $ '( )* ,+ -  # (& ./ # (01+ !2/ 3  04  5- 67

(7)  89:+ 0 ;  =<  " %+ ;  ?  ;  

(8) &@- # 5 ,+ 2/  

(9)  6'"< >  7 , -$       ,+ - ,+ 2/ BA %$ C

(10) * D 4 8/ E A 

(11)   F  "G #(%& H  I / '   , - # 5IG:/ ? G J 9 BK '   #(%& H  I / '   , - # 5IG:/ ;  ?  ;  

(12) &@- # 5 # M I4 $ P <*2/ ;  ?  ;  

(13) &@- # 5 ,+ 2/ #(M IQ / & .L I 0 / #(M%NO+ - 7 3 R S    %$  N% F  %  =<2/ C

(14) T+ " + U

(15)  &. V 9< $ #( 

(16) 7Rasulullah bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Yaman, “Kamu akan datang kepada kaum ahli kitab. Jika kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah mereka agar bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka lima shalat setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu beritakan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dikembalikan kepada orangorang miskin. Jika mereka mentaatimu dalam hal itu, hati-hatilah kamu terhadap kemuliaan harta mereka dan waspadalah terhadap doanya orang yang dizalimi, sebab antaranya dan Allah tidak ada dinding pembatas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Berikut ini pernyataan Rasulullah saw. tentang misi Laa ilaha illallah dan kewajiban manusia untuk menerimanya. Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda:. Aqidah.

(17)

(18)  6'"< >  7 , -$       +,- $ '( )* <0 W  <N  9- ,+ - E I7-. # 5YX 7. 8ZN7

(19) "[  &

(20)  / !2/ U 4\< 

(21) 9J *$ U [ < 

(22) "%Q *$     & # ( ] $ (QD >    # ( 

(23) 7-$ “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, terperiharalah darah dan harta benda mereka kecuali dengan haknya, sedangkan hisab mereka kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Pentingnya mengerti, memahami, dan melaksanakan syahadatain. Manusia berdosa akibat melalaikan pemahaman dan pelaksanaan syahadatain..  _ $ E  N7 J "+ $   N7 J "+ $ ;  =? I`a0 $  _ ^   ^  =_- #&/ # 4 

(24) +7 $ # b_Q 07 # * “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” [QS. Muhammad (47): 19]. Kalimat “dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan” menunjukan bahwa ketidakkonsistenan sikap seseorang dengan pernyataan tauhidnya (Laa ilaaha illallah) adalah perbuatan dosa. Karena pernyataan tersebut pada hakikatnya adalah pernyataan ikrar kecintaan, ketaatan, dan rasa takut hanya kepada Allah semata. Maka, bila seseorang muslim tidak menunaikan shalat, tidak menutup aurat, dan atau terlibat dalam pergaulan bebas antar lawan jenis, hal itu merupakan sikap tidak konsisten dengan pernyataan Laa ilaaha illallah. Karena dengan sikap seperti itu, cinta, taat, dan rasa takutnya tidak diarahkan kepada Allah, tetapi kepada hawa nafsunya sendiri. Manusia menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap Laa ilaha illallah dan tidak mau mengesakan Allah.. , $ Ib+ 0]*  _ ^   ^ # (  % !

(25) =4 # (=_ Aqidah.

(26) “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah), mereka menyombongkan diri.” [QS. As-Shaffat (37): 35]. Yang dimaksud menyombongkan diri ketika diperdengarkan kalimat ”Laa ilaaha illallah” tidak semata-mata karena tidak mau mengucapkan atau mendengarkannya, tetapi yang yang dimaksud adalah substansinya, yaitu hanya taat, takut dan cinta kepada Allah. Karena itu kesombongan diri dalam ayat ini maksudnya adalah sikap tidak mau taat dan tunduk kepada perintah Allah, seperti tidak mau mengerjakan shalat, tidak menutup aurat, tidak menjauhi pergaulan bebas, berkhalwat dengan yang bukan mahramnya, dan sebagainya. Yang dapat bersyahadat dalam arti sebenarnya adalah hanya Allah, para malaikat, dan orang-orang yang berilmu, yaitu para nabi dan orang yang beriman kepada mereka..   ^ e  ]Q+ 6"M # +  +

(27) $ -$ B b Mc"+ $

(28)  5 ^   ^  =_-  _ ' ( d # %b>  + \ *\ +

(29)  5 ^ “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan; para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu): tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [QS. Ali Imran (3): 18]. Manusia bersyahadah di alam arwah sehingga fitrah manusia mengakui keesaan Allah. Ini perlu disempurnakan dengan syahadatain sesuai ajaran Islam. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),. & # 5' ( d-$ # (0_*_ ! #5

(30) (f 7 C . g 8N 7 ;   _ ? G - !+ $ _N4 _= B 7 %Q + C

(31) *

(32) 

(33) Q9 ,+ - ='(d 

(34)  # b_I  h ]- #(] i ` =  /O ?5 & “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” [QS. Al-A’raf (7): 172].. Aqidah.

(35) Syahadat adalah Ringkasan Ajaran Islam (Khulaashah Ta’alim Al-Islam) Pemahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada pemahamannya terhadap syahadatain. Sebab, seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat yang sederhana ini. Ada 3 hal prinsip syahadatain : A. Pernyataan Laa ilaha illallah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Allah saja. Melaksanakan minhajillah (way of life yang ditetapkan Allah) merupakan ibadah kepada-Nya. B. Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad saw. Dan Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Manhaj Allah. C. Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakatnya. Makna Laa ilaha illa Allah adalah penghambaan kepada Allah [QS. Al-Anbiya' (21): 25], dan Rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid.. # b_  # b 7  *?_ $ # bQ G j?_ # b _ $ ' & W _N ( _*- * ,

(36) Q0_9 “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” [QS. Al-Baqarah (2): 21]. Manusia diciptakan untuk menghambakan dirinya kepada Allah semata.. , $ ' % ^ F  =k $ _ S  + h Q+ G 7$ “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” [QS. Az-Dzariyat (51): 56].. =- ^   ^  =_-  % 8

(37) = ^ 

(38)  7 ;   7 N+  - 7$ , $ ' &/. Aqidah.

(39) Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” [QS. Al-Anbiya’ (21): 25]. Muhammad saw. adalah tauladan dalam setiap aspek kehidupan [QS. Ali Imran (3): 31], dan aktifitas hidup orang yang beriman kepada Allah, hendaknya mengikuti ajaran Muhammad saw.. C

(40) %+ $  _

(41) I* , 4 " Bl N]   Ul

(42)   -  _ 

(43)  8/ # b , 4 'Q 6m4  _ I 4 ! $ I G n “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [QS. Al-Ahzab (33): 21]. Meneladani Rasulullah menjadi parameter keimanan dan kecintaan seseorang kepada Allah. Bukti cinta kepada Allah adalah dengan mengikuti ajaran Rasulullah saw. Katakanlah,.  _ $ # b

(44) =! # b I`a*$  _ # b > * 8=

(45) 9_/  _ ,

(46) _ >  9 # 0N 4 +, + . #R % R

(47) `O “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Ali Imran (3): 31]. Seluruh aktivitas hidup manusia secara individu, masyarakat dan negara mesti ditujukan kepada mengabdi Allah swt. saja..   " + 3 _   _ 89"7 $ j  %>7$ 8b ]= $ 89c ,_  + . “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Islam adalah satu-satunya syariat yang diridhai Allah dan tidak dapat dicampur dengan syariat lainnya.. Aqidah.

(48) '  7 ^ 3  0b +

(49) 9$ -  *?_ o  0G 7$ C ck  _ ' N&  *_'  ,_  p *I  _ ,_ 2/  _ E  *q I `b+ * 7$ # (N% 6%a # +  + # 5 YX  7 3  ]>  + “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” [QS. Ali Imran (3): 19]..  *I r+  7 U I G n 8/

(50)  5 $  N7  Q+ * / 6N*. C ck I %O s 0* 7$ “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [QS. Ali Imran (3): 85].. ^  *?_ YX 

(51) 5- p0_9 ^$ (9_/ I 7t  7 BA  *Id & P N+   #_ u. ,

(52) "* “Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” [QS. Al-Jatsiyah (45): 18].. & # b v  I_ ` 0/   ] _ 

(53) 0_9 ^$ w

(54) 9_/ 6"%Q0] 7 8@ I  ?5 ,_ -$ ,

(55) Q0_9 #b _    # 4_  $ # b!  % “Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” [QS. Al-An’am (6): 153].. Aqidah.

(56) Syahadat adalah Dasar Sebuah Perubahan (Asasul Inqilab) Syahadatain mampu mengubah manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya. Perubahan itu juga meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat. Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan generasi sekarang. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan derajat kepahaman terhadap makna syahadatain secara bahasa dan pengertian, dan sikap konsisten terhadap syahadah tersebut dalam pelaksanaan ketika menerima maupun menolak. Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain. Sehingga mereka yang tadinya bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi takwa dan abid, yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allah. Syahadatain dapat merubah masyarakat dahulu, maka syahadatain pun dapat mengubah umat sekarang menjadi baik. Penggambaran Allah tentang perubahan yang terjadi pada para sahabat Nabi, yang dahulunya berada dalam kegelapan jahiliyah kemudian berada dalam cahaya Islam yang gemilang..   7 "4 W  _N 8/   8)"* 6

(57) =   N+   $ w N%%:/ 60%7 , 4 7$ ,

(58) " *

(59) =4 7  *I/b+   _*x ;  ?4 (N7 y   r F  % E  " T _  8/ “Dan apakah orang yang sudah mati (maksudnya ialah orang yang telah mati hatinya yakni orang-orang kafir) kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” [QS. Al-An’am (6): 122]. Perubahan individu contohnya terjadi pada Mush’ab bin Umair yang sebelum mengikuti dakwah Rasul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang glamour di kota Mekkah. Tetapi setelah menerima Islam, ia menjadi pemuda sederhana yang dai, duta Rasul untuk kota Madinah, kemudian menjadi syuhada Uhud. Saat syahidnya, Rasulullah membacakan ayat ini.. Aqidah.

(60)  >= z 7 # (N"/  %&  _ $ '5 & 7

(61) '   l    N7 J "+  7 c*'9

(62) '_  7$ I T 0N* 7 # (N7$ “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya).” [QS. Al-Ahzab (33): 23]. Reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimat tauhid [QS. Al-Buruuj (85): 6-10], reaksi musuh terhadap keimanan kaum mukminin kepada Allah [QS. Al-Kahfi (18): 2], musuh memerangi mereka yang konsisten dengan pernyataan Tauhid [QS. Al-Anfal (8): 20]. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah), mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata,.

(63) 4 0 _NM- ,

(64) 

(65) Q*$ ,, $ Ib+ 0]*  _ ^   ^ # (  % !

(66) =4 # (=_    I "+ v  '_   $ V_ >  + YX  +  ,,A

(67) NS7 I & ) N0( g “Apakah kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya). [QS. As-Shaffat (37): 35-37]. “Ketika mereka duduk di sekitarnya. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.” [QS. Al-Buruj (85): 6-10].. ,

(68) " *  *?_   N7 J "+ I ) _  *$  = ' 7 6'*'d 6:+   ? N % 6"%_ 6N]   6I- # ( ,_ - E  >_[   Aqidah.

(69) “Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal shalih, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.” [QS. Al-Kahfi (18): 2].. , $ Ib "*$ P

(70) I r * $- P

(71) 0 Q+ * $- P

(72) 0+%  $ I` 4  *?_ ;   I b "* !+ $  *I4 "+ I %G  _ $  _ I b "*$ “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” [QS. Al-Anfal (8): 30]. Syahadat adalah Hakikat Dakwah Para Rasul (Haqiqatu Da’watir Rasul) Setiap rasul, semenjak Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw., membawa misi dakwah yang satu, yaitu syahadah. Apa yang diwahyukan kepada Rasulullah sama dengan apa yang diwahyukan kepada nabi-nabi sebelumnya. Allah berfirman,.  N%$-$ w '  7   %_N_ $ |

(73) =  N%$- "4 ;  % N%$- _= 3 

(74) _ *-$ ]%&$ }  t $ 3 

(75) Q*$ v  >$  %&"$ # %5 I 6

(76) x . $ . N%9g$ , "% $ , $ 5$ F  =

(77) *$ “Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan kami berikan Zabur kepada Daud.” [QS. AnNisa’(4): 163]. Mereka semua mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah semata dan hanya menyembah kepada-Nya. Seperti yang diserukan Nuh a.s. kepada kaumnya.. w I %O A  7 # b 7  _ $ ' & C

(78)  *  Q/  7

(79)   6

(80) = N+  - 'Q # %T& C

(81) * 3  ?& # b%& ~ G- 8_= Aqidah.

(82) Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), Aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” [QS. Al-A’raf (7): 59]. Nabi Ibrahim berdakwah kepada masyarakat untuk membawa mereka menuju kepada pengabdian Allah saja serta membebasakan diri dari kesyirikan.. _= #(7

(83) Q

(84)  !+    7  *?_ $ # %5 I 8/ Bl N]   Ul

(85)   - # b h=4 ' # b N%$ NN% '$ # b =I`4  _ , $ . 7 , $ ' 9 _" 7 $ # bN7 Y gI  %t # %5 I 

(86)  ^ w ' $  _

(87) N7 J9 _0 6'- Y za+ $ U $ ' + N+ 4_

(88)  9 ;  %& N_ Y€ 8d 7  _  7 ;   ; 7- 7$ ;   ,_ I ` a0t m [  " + ;  %$ N=- ;  %$ Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, “Sesungguhnya Aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” [QS. Al-Mumtahanah (60): 4]. (Catatan: Nabi Ibrahim pernah memintakan ampunan bagi bapaknya yang musyrik kepada Allah: Ini tidak boleh ditiru, karena Allah tidak membenarkan orang mukmin memintakan ampunan untuk orang-orang kafir. Lihat surat An-Nisa ayat 48). Para nabi membawa dakwah bahwa ilah yang satu yaitu Allah saja.. , 4 "/ 'R  $ R  # b(  "=_- 8_  

(89) * # b +7 IR )   =- "=_ + . 6' -  _ U .   PI) * ^$ 6> c"& + " %+ /  _ YX Q

(90) I* Aqidah.

(91) Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” [QS. Al-Kahfi (18): 110]. Syahadat adalah Kalimat dengan Ganjaran Yang Besar (Fadhailu ‘Azhimah) Banyak ganjaran yang diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad saw. Di antaranya seseorang akan dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan dari neraka seperti sabda Rasulullah saw.. ' ( d 7   #  $  %&     8Z N< &  N&   8    U . & & , -$  

(92)  $ w ' & 6'"< >  7 , -$   ;  *Id  w ' $       ,+ - V‚  B N<S  + $  N7 | R $ $ # *I7  5Q+-  0 " 4 $  

(93)  $   ' & ]%&  "  + 7 , 4 7 & B N<S  +    G .- V‚   <N $ Ubadah bin Shamit meriwayatkan dari Nabi saw., beliau bersabda, “Barangsiapa mengatakan tiada ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya dan Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang dicampakkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan bahwa surga adalah hak serta neraka itu hak. Allah akan memasukkannya ke surga, apapun amal perbuatannya.” (Bukhari)..    7  <N 7 y I r*   #  $  %&     8Z N< & F  =- &      7  <N 7 y I r*$ I %G 7 UA m  d , x$  +  8/$            7  <N 7 y I r*$ I %G 7 UA I<  , x$  +  8/$    I %G 7 UA < ! , x$  +  8/$   Dari Anas, Nabi saw. bersabda, “Keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah dan di hatinya ada seberat rambut kebaikan. Keluar dari neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat gandum kebaikan. Dan. Aqidah.

(94) keluar dari neraka orang yang mengatakan la ilaha illallah sedang di hatinya ada seberat zarrah kebaikan.” (Bukhari). Orang yang mengikrarkan syahadat akan mendapatkan syafaat Rasulullah di hari Kiamat. Seperti sabda beliau,. C

(95) * ;  0& `)   W  <N '  - 7   

(96)  *  %    =<- U I *I5 8- & ,+ - U I *I5 - * h NNf 'Q #  $  %&      

(97)    B 7 %Q+ & ;    I 7 h *- " ;  N7 $< - R' - ƒ  *'>  + ?5 & 8N :]*  6[G         7 B 7 %Q + C

(98) * 80& `)   W  <N '  - ƒ  *'>  +  ] i `+ = $-  +  7 Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. ditanya, “Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaatmu di hari Kiamat?” Rasulullah saw. bersabda, “Aku telah mengira, ya Abu Hurairah, bahwa tidak ada seorang pun yang tanya tentang hadits ini yang lebih dahulu daripada kamu, karena aku melihatmu sangat antusias terhadap hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku di hari Kiamat adalah yang mengatakan la ilaha illallah secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” (Bukhari). ---oo0oo--Sumber: dakwatuna.com. Aqidah.

(99) KANDUNGAN KALIMAT SYAHADAT (MADLUDLU SYAHADATAIN). Di suatu ruangan kantor, Anda menemukan uang seribu perak. Karena bukan milik Anda, tentu Anda akan memberitahukan kepada para karyawan kantor itu siapa pemiliknya. Ketika ada yang mengaku sebagai pemiliknya, dengan riang hati Anda segera memberikannya, tanpa terlebih dahulu meminta kesaksian yang serius bahwa uang itu benar-benar miliknya. Ini berbeda dengan jika Anda menemukan cincn emas murni seberat 50 gram. Anda tentu tidak serta merta memberikan kepada orang yang mengaku sebagai pemiliknya. Dengan sungguh-sungguh, Anda akan mencari bukti bahwa barang itu benar-benar miliknya. Mungkin mencari-cari bukti materiil berupa kuitansi pembelian –misalnya, mencari saksi, mengangkat sumpah dengan nama Allah, dan hal-hal lain untuk meyakinkan Anda. Setelah itu, baru Anda mengembalikan barang itu dengan tenang. Tentu saja mudah dipahami, mengapa untuk uang seribu rupiah tidak perlu adanya pernyataan kepemilikan yang serius, sedangkan untuk emas murni 50 gram memerlukannya? Intinya hanya ada pada satu hal, yakni nilai materinya. Sadarkah kita akan syahadat yang kita baca? Substansi apakah yang kita syahadatkan? Sesungguhnya, berapakah kadar dan nilai substansi itu? Jawabannya tentu saja mudah, bahwa yang kita syahadatkan adalah ihwal pengakuan sebuah hakikat yang mahaprinsip; tiada tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah. Sebuah prinsip dasar yang akan mengubah haluan hidup seseorang. Sebuah prinsip yang membedakan secara diametral antara orang yang mengucapkan secara tulus dengan mereka yang mengingkarinya, atau antara yang mengucapkan secara tulus dengan mereka yang mengucapkan secara main-main.. Aqidah.

(100) Sesungguhnya, pernyataan syahdat itu erat kaitannya dengan iman, sesuatu yang mendasari semua sikap kita dalam beragama. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak keliru dalam menjalankan prinsip akidah ini, sehingga kita perlu memahami arti syahadat itu sesungguhnya dan bagaimana korelasinya dengan iman. MAKNA SYAHADAT Syahadat atau syahadah berasal dari kata syahida, yang berarti "memberi tahu dengan berita yang pasti" atau "mengakui apa yang diketahui" (Al-Mu'jam Al-Wasith). Dari makna bahasa ini, kita mendapati beberapa makna yang diisyaratkan Al-Qur'an tentang kata ini. Pernyataan (Al-Iqrar) atau Pemberitahuan (Al-I'lan) Allah SWT berfirman,.   ^ e  ]Q+ 6"M # +  +

(101) $ -$ Bb Mc"+ $

(102)  5 ^   ^  =_-  _ ' ( d # %b>  + \ *\ +

(103)  5 ^ “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang beriman (juga menyatakan yang demikian itu)...” (QS. Ali Imran : 18) Sumpah (Al-Qasam atau Al-Half) Allah SWT berfirman,.

(104)  #R ]  Q   =_$ ,C

(105) SN _ p  

(106) "  # ] i + - c/ ,# %T + ;  _ #  „_]  / #R %T& ,

(107) "9 “Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.” (QS. Al-Waqi'ah : 74-76). Aqidah.

(108) Janji (Al-Mitsaq atau Al-Wa'd) Allah SWT berfirman,. ='(d 

(109)  # b_I  h ]- #(] i ` =- & # 5' ( d-$ “…Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa manusia (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi..." (QS. Al-A'raf : 172) Bagaimana hubungan antara syahadat dengan iman? Di samping memiliki makna secara bahasa (etimologi), kata "iman" juga memiliki makna secara syar'i (terminologi). Secara bahasa, kata "iman" berasal dari kata kerja "amina" yang berarti aman, tenang, dan tidak merasa takut. Dari sini muncul kata "aamana" yang berarti "menjadikan tenang", "percaya", dan "membenarkan". Kata "aamana" inilah yang kemudian melahirkan istilah "iman" (Al-Mu'jam Al-Wasith). Dari makna tersebut muncullah makna terminologinya –sebagaimana disebutkan oleh para ulama- yakni: tashdiq bi al-janan (pembenaran dalam hati), iqrar bi al-lisan (pernyataan dengan lisan), dan 'amal bi al-arkan (tindakan dengan anggota badan). Tashdiq bi Al-Janan Iman adalah pembenaran. Pembenaran yang dimaksud bukan saja pembenaran logika (tashdiq 'aqliy), akan tetapi pembenaran hati (tashdiq qalbiy). Inilah pembenaran yang lahir dari nurani seseorang karena fitrah dan dampak ketenangan yang dirasakan. Oleh karenannya, Abu Bakar RA ketika berbicara tentang adanya tuhan, beliau tidak berbicara dengan dalil yang muluk-muluk. Beliau hanya mengatakan, "Saya mengenal tuhanku karena tuhanku. Jika bukan karena tuhanku, maka aku tidak mengenal tuhanku." Dengan itulah beliau menjadi pengikut Rasul yang sangat setia, hingga mendapatkan julukan AshShidiq, yangs etia dan membenarkan tanpa pertimbangan. Logika memang bisa meneguhkan pembenaran, namun hati yang jernih berbicara lebih dari itu. Oleh karenanya, para sahabat yang secara intelektual boleh dikatakan jauh dengan manusia sekarang yang ternyata bisa memiliki iman setegar gunung. Bilal bin Rabah, Khabab bin Ats, Ammar bin Yasir –radhiyallaahu anhum- bukanlah manusia-manusia intelek dan berpengalaman luas. Namun mereka memiliki hati yang bening dan penuh fitrah. Itu sudah cukup untuk mencetak iman yang kuat dan tahan uji. Bahkan betapa banyak orang-orang Quraisy yang membenarkan dalam hatinya karena mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur'an dibacakan, namun keimanan itu dikalahkan oleh kesombongan dan rasa gengsi.. Aqidah.

(110) Iqrar bi Al-Lisan Lebih dari sekadar kewajiban iman, ikrar bahkan telah menjadi tuntutan iman. Pengikraran bisa saja hanya berujud pernyataan yang tulus kepada Allah SWT, itu pun sudah cukup. Namun bagi sementara orang, bahkan ia ingin keimanannya diketahui khalayak. Lebih dari itu, mereka ingin merasakan "buah pahit" keimanan itu dengan pernyataan. Seandainya Utsman bin Mazh'un tutup mulut, ia tentu tidak harus menanggung kesakitan yang sangat. Namun inilah iman. Ia menyaksikan para sahabat yang lain begitu menderita dan tidak bebas bergerak, sementara dirinya berada dalam jaminan keamanan Wlid bin Mughirah (seorang musyrik). Ia lalu bergumam, "Demi Allah, ke mana saja aku pergi dalam keadaan aman di bawah perlindungan seorang musyrik. Sementara para sahabatku dan pemeluk agamaku mendapatkan cobaab dan penderitaan yang tidak menyentuh tubuhku. Sungguh, ini cacat besar dalam jiwaku." Ia pun bergegas menemui Walid dan berkata, "Wahai Abu Abd Syams, tanggunganmu telah selesai dan saya ingin mengembalikan jaminanku kepadamu." "Mengapa?" tanya Walid keheranan. "Karena kau disakiti oleh seseorang dari kaumku?" "Bukan, tetapi karena saya ingin di bawah perlindungan Allah saja, tidak ingin perlindungan yang lain," jawab Utsman bin Mazh'un tegas. Selanjutnya, Utsman berkata kepada Walid, "Pergilah kamu ke masjid (Kakbah) dan sampaikan pengembalian perlindunganku secara terbuka sebagaimana kau dulu menjaminku terbuka." Di masjid, Walid bin Mughirah berkata lantang, "Utsman ini datang kepadaku untuk mengembalikan perlindungannya." "Benar," jawab Utsman segera. "Ia telah menjadi pelindung yang baik. Akan tetapi, saya lebih suka tidak meminta perlindungan kepada selain Allah. Oleh karena itu, saya kembalikan perlindungan ini kepadanya." Ketika hendak pergi, Utsman mendengar Labid bin Rabi'ah bin Malik bin Kilab Al-Qisiy di majelis yang dipenuhi orang-orang musyrik Quraisy itu, melantunkan syair berikut ini. Ingatlah bahwa segala sesuatu selain tuhan adalah sia-sia belaka "Engkau benar," jawab Utsman Labid pun meneruskannya. Dan semua kenikmatan, niscaya binasa akhirnya "Engkau dusta. Nikmatnya ahli surga tidak binasa," teriak Utsman tidak sabar. Ketika itu Labid marah dan berkata, "Wahai Quraisy, dia tidak pernah menyakiti majelis kalian. Sejak kapan ia berubah?". Aqidah.

(111) Seseorang menjawab, "Ia adalah manusia dungu diantara para dungu yang memecah agama kita. Kata-kata itu tidak akan kau dapatkan dalam jiwamu." Utsman pun dengan berani membantah omongannya, hingga bersitegang dengan keras. Akhirnya, orang ini begitu emosi dan menampar pipi Utsman hingga matanya menghitam karena kerasnya. Sementara Walid bin Mughirah masih ada di situ dan melihat apa yang terjadi. Ia pun mendekat dan berkata kepada Utsman, "Wahai kemenakanku, matamu mestinya tidak harus menerima musibah serupa itu jika aku masih menjadi pelindungmu." Dengan tegar Utsman menyahut, "Oh, bukan begitu. Demi Allah, bahkan mataku yang satu menginginkan musibah yang menimpa saudaranya di jalan Allah. Saya telah nyaman dalam perlindungan Dzat Yang lebih mulia darimu dan lebih melindungi, wahai Abu Abdu Syams." 'Amal bi Al-Arkan Iman juga menuntut tindakan fisik, karena fisik itulah media untuk mengeksresikan atau mengaktualisasikan kehendak hati. Apa yang akan terjadi, jika kemauan kita berdesakan, sementara fisik tidak mampu mewujudkan? Sesungguhnya, keimanan yang tidak mencorong fisik untuk berbuat merupakan keimanan yang rapuh, bahkan mungkin dusta. Apa yang mendorong para sahabat meninggalkan Makkah –kampung halaman dan tanah airnya tercinta- menuju Yatsrib, sebuah tempat yang jauh dan asing dengan nasib yang belum menentu? Peristiwa hijrah total itu, yang memisahkan mereka dari orang tuanya, suami atau istrinya, harta bendanya, semata menuju Allah SWT. Logika apa yang bisa menjelaskannya selain "iman", sesuatu yang telah menancap kuat dalam dada dan memenuhi kalbu setiap mereka. Adanya spektrum makna iman yang luas itulah, hingga semua wilayah perasaan, katakata, dan tindakan terwarnai olehnya. Oleh karena itu, tidak mungkin keimanan bisa dinyatakan oleh seorang muslim jika ia belum mau berikrar, bersumpah, dan berjanji setia. Mengingat bahwa substansi syahadat merupakan hakikat yang besar, yang tidak mungkin sekadar dinyatakan oleh lisan tanpa keyakinan kuat dari hatinya.Rasulullah SAW bersabda,.   ^    ^

(112)  ( z  /+ :/ BK  d ,

(113) L0 $ pR z $- ,

(114) $ pR z ,  ki V *I†   & ‡!tX B @ 7 5=.-$ Aqidah.

(115) ”Cabang iman itu antara tujuh puluh atau enam puluh cabang. Yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha ilallah, sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan halangan di jalan.” (HR. Muslim) Apabila iman hanya menghasilkan keyakinan dan kepercayaan saja, tanpa dipraktikkan dalam kehidupan nyata dan tanpa dinyatakan dengan kata-kata, itu juga bukan iman yang dikehendaki Rasulullah SAW. Beliau bersabda,. 0'$ ˆ ‰Q Š I$ 7 b$ ˆ ‹"0 ^$ 8>0 , k F% "&t ”Tidaklah disebut iman bila hanya dengan angan-angan dan hiasan. Akan tetapi, iman adalah sesuatu yang tertanam dalam hati dan dibuktikan dengan amal.” (HR. Al-Baihaqi dan Ad-Dailami) Berikut ini Allah SWT telah membuat perumpamaan beberapa kaum yang cacat keimanannya, sehingga tertolak seluruh amalnya. Abu Thalib Ia telah mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk membela kemenakannya, Muhammad SAW, hingga berkata kepada beliau, "Kemenakananku, pergilah dan katakan apa saja yang kamu sukai. Demi Allah, kamu tidak akan kuserahkan kepada siapapun juga selamanya." Tetapi ketika sakaratul maut menghampiri dirinya dan Rasulullah SAW berusaha menuntun lisannya dengan ucapan, "Paman, ucapkan laa ilaaha illallah, satu kalimat yang dapat aku jadikan sebagai hujah untuk membela Anda di sisi Allah." Akan tetapi, Abu Thalib bersikukuh menolak untuk mengucapkannya, hingga maut menghampirinya. Rasulullah SAW masih melakukan upaya, beliau berkata, "Aku akan memohonkan ampunan untukmu selama tidak dilarang." Allah SWT kemudian menurunkan ayat-Nya,. 8$ -

(116) =4

(117) $   4 I ) "+  $ I` a0]* ,+ -

(118) N7 g  *?_ $ 8_ N_ , 4 7 # %>S  + 3 >- # (=_- # (  %_9 7 '  7 I . Aqidah.

(119) ”Tidak sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(-nya) sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam.” (QS. At-taubah : 113) Dengan turunnya ayat di atas, jelaslah bahwa seseorang yang tidak bersedia mengucapkan kalimat syahadat dengan lisannya akan tertolak amalannya, sebaik apapun kelakuannya. Iblis Ia termasuk makhluk ghaib, dari bangsa jin. Karena sifat penciptaannya itu, ia pun bisa berkomunikasi dengan Allah SWT, bertemu dengan para malaikat, dan bahkan mengetahui berbagai rahasia alam yang manusia tidak mengetahui. Dengan begitu, ia menyaksikan makhluk Allah lebih banyak daripada manusia. Akan tetapi, hal itu tidak membuat iblis beriman. Ia jelas meyakini adanya Allah, malaikat, dan tahu persis bahwa Muhammad adalah Rasulullah, karena iblis mengetahui betul bagaimana Jibril menyampaikan wahyu kepada beliau. Akan tetapi, ketika Allah memerintahkan,. F  %  $ 'S ]  / C . qX  $ 'S  B b M" +  N+  !+ $ ”...sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah merka semua kecuali iblis...” (QS. AlKahfi : 50) Akhirnya, iblis pun bersumpah di hadapan Allah SWT untuk menggoda nabi Adam serta anak keturunannya.. # %Q0] "+ ;  @ I  # ( ,_ '  + t 8N0*

(120) O+ - "/   ”Iblis berkata, "Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus." (QS. Al-A'raf : 16) Keyakinan iblis tentang keberadaan Allah, malaikat, dan Rasul tidak diikuti dengan sikap yang benar dan lurus. Keyakinan semacam itu sama sekali tidak ada gunanya di sisi Allah SWT. Jadilah iblis penghuni neraka yang kekal selama-lamanya. Allah SWT mengusir iblis dari surga dan akan memasukkannya ke Neraka Jahanam.. # bN7 # N_(  ,_ Œ7t # (N7 ;   9 " 6

(121) '7 67$Y?+ 7 (N7 y IG      " Aqidah.

(122) ”Keluarlah kamu dari surga itu dalam keadaan terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa diantara mereka yang mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi Neraka Jahanam dengan kamu semua.” (QS. Al-A'raf : 18) Abdullah bin Ubai Ia adalah seseorang yang sangat dengki dengan Islam, rasulullah SAW, dan kaum Muslimin. Salah satu pemicu kedengkiannya adalah gagalnya dia menjadi pemimpin Madinah karena kedatangan Rasulullah SAW di kota tersebut. Pemicu lainnya adalah penyakit munafik yang melekat dalam hatinya. Ia berpura-pura saleh dalam tindakan dan ucapan, tetapi busuk hatinya. Abdullah bin Ubai-lah yang pertama kali menawari Rasulullah SAW untuk tinggal di rumahnya selama berada di kota Madinah. Tawaran yang sangat baik dan sopan, tetapi Abdullah bin Ubai mempunyai rencana jahat untuk membunuh Rasulullah SAW jika tinggal di rumahnya itu. Lisan dan amalannya kelihatan baik, ettapi hatinya ingkar. Ketika Abdullah bin Ubai meninggal, maka Allah SWT berfirman,.  _ $ I` 4 # (=_ w I  & # Q9 ^$ 6'- E  7 # (N7 'A  - & _ [  9 ^$ ,

(123) Q / # 5$

(124) 97$  

(125)  $ ”Dan janganlah kamu sekali-kali menshalati (jenazah) seorang yang mati diantara mereka dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (AtTaubah : 84) ISTIQAMAH Keimanan yang kuat suatu saat bukanlah awal dan akhir sekaligus. Mengapa? Karena hidup manusia terus berlangsung melalui berbagai dinamikanya. Cobaan, godaan, kesenangan, penderitaan, kesulitan, dan berbagai nuansa kehidupan terus silih berganti menimpa manusia. Oleh karena itu, ada kalanya orang mengawali hari denganiman, tetapi iman itu luntur di kala siang. Di pagi hari hatinya mantap dengan syariat Allah, namun di waktu asar hatinya telah menyeleweng jauh dari syariat Islamj tersebut. Karenanya, ada tantangan setelah iman telah menancap, yaitu sikap istiqamah. Ia adalah "Luzum aththa'ah (konsistensinya ketaatan)," kata Umar bin Khattab. Suatu ketika Muadz bin Jabal menghadap Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, katakan kepadaku tentang Islam yang saya tidak mendapatkannya dari yang lain." Beliau menjawab,. Aqidah.

(126) #Q0 #< u   h N7g + . "Katakan, aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah." Dengan kata lain, yang dituntut bukan hanya sekali menyatakan persaksian iman, akan tetapi harus diikuti dengan sikap konsisten dalam keimanan untuk selama-lamanya. Konsistensi dalam iman, atau sering disebut sebagai sikap istiqamah, merupakan keharusan untuk menunjukkan bahwa keimanan kita telah masuk ke jiwa secara sempurna, bukan hanya ungkapan lisan semata. Rasulullah menolak masyarakat badui yang menyatakan telah beriman, sedangkan mereka belum konsisten dalam menegakkan konsekuensi keimanan tersebut..  G '* _" $ N"-

(127) 

(128)  b$

(129) N7 J 9 # +  _N7 g 3 I&t h   K1%d # b"&- 7 # b0* ^  

(130)  $  _

(131) %†9 ,+ $ # b

(132)  8/ ,  k #R % R

(133) `O  _ ,_  ”Orang-orang Arab badui itu berkata, "Kami telah beriman." Katakanlah (kepada mereka), "kamu belum beriman, tetapi katakanlah kami telah tunduk," karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu" (QS. Al-Hujurat : 14) Ayat di atas menunjukkan celaan dan teguran Allah terhadap orang-orang badui yang terlalu mudah mengucapkan kata-kata iman. Pada kenyataannya, Allah tidak akan membiarkan setiap manusia mengatakan dirinya telah beriman, tetapi akan ada ujian yang diberikan kepada setiap pernyataan iman itu. Allah SWT berfirman,. _N0/ 'Q$ ,,

(134) N0`+ * ^ # 5$ _N7 g

(135) 

(136) Q* ,+ -

(137) 4I 0 * ,+ - W _N ‰  ] i  - ,   ! b+ _ " %$

(138) '    *?_  _ _ " %/ #( 7  *?_ ”Alif lam mim, apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orangorang yang benar (keimanannya) dan Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. AlAnkabut : 1-3). Aqidah.

(139) Sikap istiqamah dalam keimanan telah ditampakkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat beliau tatkala mereka menjalani kehidupan yang penuh tantangan sejak dari di Makkah hingga Madinah. Pembelaan yang prima terhadap nilai keimanan telah mereka tunjukkan dalam ketegaran sikap menghadapi berbagai cobaan, tanpa ada keraguan sedikit pun. Tidak goyah oleh rayuan, tidak mundur oleh tekanan, tidak gamang oleh cercaan, tidak luntur oleh godaan. Inilah konsistensi iman yang telah diukir dalam sejarah perjuangan generasi keemasan Islam.. $ '5 $

(140) 9I* # #_ u  

(141)  $  _

(142) N7 g  *?_ ,

(143) N7 J "+ "=_ ,

(144) . _[   # 5 ;  1$ -  _  % 8/ #(] i ` =-$ #( 

(145) 7: ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat : 15) Allah SWT memberikan penghargaan yang amat tinggi kepada orang-orang beriman yang istiqamah mempertahankan keimanannya. Hal ini karena dalam kenyataan keseharian, tidak mudah untuk bersikap istiqamah. Lebih banyak orang terjebak dalam penyimpangan atau inkonsistensi keimanan, dibandingkan mereka yang menunjukkan kesungguhan menjaga iman. Kondisi kehidupan kita saat ini, berbagai bentuk penyimpangan telah melanda masyarakat di semua bidang. Dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pemerintahan, hukum, seni dan budaya, tampaklah kenyataan yang tidak menujukkan konsekuensi dari keimanan. Di masjid masyarakat berkumpul untuk menampakkan sisi keimanan kepada Allah, akan tetapi begitu kembali ke kantor, ke pasar, ke masyarakat, seakan-akan keimanan telah tanggal dan tiada bekas yang tampak pada kegiatan hidup mereka. Sedemikian beratnya untuk bersikap istiqamah demi mempertahankan iman, hingga Allah pun memberikan janji kepada siapa pun yang beriman dan konsistensi dalam keimanan..

(146) /r9 ^- B b Mc"+ # ( %& \_ N09

(147) 7Q0 #_ u  _ N _

(148)   *?_ ,_  8/ # 4Ž %$-  >= ,, $ '&

(149) 9 # 0N 4 80_ B N_S  + $ I)  -$

(150) =\ >9 ^$. Aqidah.

(151) 7 (%/ # b$ # b] ` =- 8(0)9 7 (%/ # b$ U I G n 8/$ %=_'  U %>  + ,

(152) &'_ 9 ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian (istiqamah) maka para malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta." (QS. Fushilat : 30-31) Ayat di atas telah menujukkan perhatian, kasih sayang, dan penghargaan Allah kepada orang-orang beriman yang meneguhkan pendirian, sekaligus janji yang pasti dipenuhi. Paling tidak ada tiga hasil (natijah) sikap istiqamah dalam keimanan yang ditunjukkan Allah dalam ayat di atas. Keberanian (Asy-Syaja'ah) Orang-orang yang beriman dan istiqamah dalam iman, akan muncul sikap berani menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Terhapuslah sifat kepengecutan dalam setiap orang yang konsisten mempertahankan iman, karena Allah menurunkan malaikat yang menjaga dan membisikkan "janganlah kamu merasa takut." Mereka tidak takut hidupdengan segala resiko kehidupan, sebagaimana mereka tidak takut kematian. Pada salah satu episode dari Perang Uhud, Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "bangkitlah kalian menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi!" Ibnu Hamman Al-Anshari bertanya, "Wahai Rasulullah, selauas langit dan bumi?" "Benar!" jawab Rasulullah. Umair Ibnu Hamman berkata, "Sungguh beruntung, sungguh beruntung!" "Apakah yang mendorongmu berkata demikian?" tanya Rasulullah. "Aku berharap semoga akau dapat memasukinya," "Engkau termasuk orang yang memasukinya," kata Rasulullah. Selanjutnya, ia mengeluarkan beberapa biji kurma dari skunya untuk dimakan. Setelah itu, ia berkata, "Untuk menunggu sampai habisnya kurma ini, sungguh hidup yang amat panjang.". Aqidah.

(153) Serta merta ia pun melemparkan buah kurma itu, lalu berangkat ke medan pertempuran hingga terbunuh. Dalam kisah yang lain, Abu Bakar bin Abu Musa Al-Asy'ari berkata, "Sewaktu kami sedang berhadapan dengan musuh, aku dengar ayahku berkata bahwa Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya pintu surga itu ada di bawah naungan pedang." Waktu itu seorang pemuda yang tampak tidak tertarik, bergegas bangkit dan bertanya, "Hai Abu Musa Al-Asy'ari, apakah engkau benar-benar mendengar Rasulullah bersabda demikian?" "ya, benar!" jawab Abu Musa. Kemudian pemuda itu balik menuju kawan-kawannya dan berkata, "Aku kemari hanya untuk mengucapkan selamat tinggal saja kepada kalian." Setelah itu, ia patahkan sarung pedangnya dan segera maju ke barisan musuh dengan pedang, kemudian ia dijumpai telah wafat sebagai syahid." Tampaklah jiwa perwira, hingga dengan gagah perkasa menjumpai kematian yang mulia sebagai syuhada'. Ketenangan (Ath-Thuma'ninah) Orang-orang yang konsisten dalam keimanan akan memperoleh rasa tenang dan gembira dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Mereka tidak diliputi oleh perasaan sedih, cemas, gelisah, dan ketidakpastian, sebab malaikat menjaga mereka dengan membisikkan, "jangalah kamu merasa sedih." Hilanglah kesusahan dan muncullah kegembiraan menghadapi realitas kehidupan. Betapa banyak masyarakat yang dilanda kecemasan dan ketidaktenangan dalam menghadapi kehidupan. Penyebabnya adalah tekanan ekonomi, harga-harga bahan pokok yang semakin tinggi, hingga berdampak kepada perasaan cemas dan khawatir secara berlebihan. Bahkan mereka yang telah memiliki kekayaan melimpah, ternyata justru semakin banyak kecemasan mereka simpan. Takut hartanya hilang atau berkurang, khawatir rumahnya dirampok orang, atau cermat menghadapi persaingan kemewahan. Hanya orang beriman dan istiqamah dalam imanlah yang akan mampu menjalani hidup dengan penuh ketenangan diri. Karena orientasi ukhrawi inilah, yang tidak menjadikan materi sebagai tujuan kehidupan, sehingga mereka bisa menikmati hidup secara lebih bijaksana. Sebagian masyarakat menganggap masa sekarang sebagai zaman edan, yang mengharuskan semua orang mengikuti selera kegilaan zaman agar bisa bertahan dan sukses dalam hidup. Sesungguhnya, prinsip seperti itu hanyalah menunjukkan kegelisahan diri menghadapi persoalan kehidupan.. Aqidah.

(154) Mereka tidak memiliki pegangan yang pasti, sehingga cenderung labil jika dihadapkan realitas tantangan. Umat beriman memiliki pegangan yang amat kukuh, yakni keyakinan kepada Allah yang akan memberikan balasan berupa kebahagiaan tiada batas di akhirat kelak, sebagaimana ungkapan malaikat "Dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." Optimisme (At-Tafa'ul) Orang-orang yang istiqamah dalam keimanan akan memiliki pandangan hidup yang optimis, terjauhkan dari kecil hati dan pesimisme. Allah telah menjanjikan sebuah penghargaan besar, "Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta." Banyak orang yang bekerja dalam kehidupan dunia untuk tujuan-tujuan praktis keduniaan, sehingga mereka memiliki optimisme hidup, padahal itu sama sekali tidak ada jaminan tentang kehidupan akhirat. Sementara orang-orang yang istiqamah dalam iman, telah dijanjikan kehidupan yang penuh perlindungan, baik di dunia maupun akhirat. Tentu optimisme menghadapi kehidupan harus tumbuh secara optimal, dibandingkan dengan orang-orang yang berpaham serba materi. Allah memberikan sebuah visi makro dalam membangkitkan semangat manusia beriman, bahwa mereka telah menggenggam jaminan yang akan membuat kehidupan menjadi sedemikian membahagiakan. Adakah bank, asuransi, yang berani memberikan garansi kebahagiaan di dunia hingga akhirat? Hanya Allah yang bisa memberikan jaminan kebaikan hidup, baik di dunia maupun akhirat. Di sinilah orang-orang yang istiqamah dalam iman mendapatkan optimisme, karena jaminan kebaikan hidup datangnya langsung dari Allah SWT. Optimisme yang terbangun bersifat hakiki, bukan sesuatu yang semu dan menipu. Bukan candu atau opium yang memabukkan atau meninabobokan, sebab setiap keteguhan pasti akan berujung kepastian. Pada ideologi materialisme, yang terbangun adalah harapan-harapan yang bersifat nisbi, serba tidak pasti, sebagaimana nilai materi itu sendiri. Akhirnya, kebahagiaan benar-benar akan didapatkan oleh orang-orang yang beriman dan istiqamah dalam keimanan. Mereka mendapatkan jaminan kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat sebagai balasan dari konsistensinya dalam mempertahankan keimanan. Ibnu Katsir dalam menjelaskan surat Fushilat di atas menyebutkan, "Kami, kata malaikat selanjutnya, adalah teman-teman dan pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia menjaga dan melindungimu dengan seizin Allah, tetap menjadi temanmu dalam kehidupan akhirat, menghiburmu dalam kesepian kubur, pada waktu sangkakala ditiup, dan saat kebangkitan. Selain itu, juga akan membawamu melalui sirath menuju gerbang surga.". Aqidah.

(155) Adakah kebahagiaan yang lebih dari kondisi tersebut? ---oo0oo--Sumber: Buku Seri Materi Tarbiyah; Syahadat dan Makrifatullah : Ust. Cahyadi Takariawan, Ust. Wahid Ahmadi, dan Ust. Abdullah Sunono (muchlisin.blogspot.com). Aqidah.

(156) SYARAT DITERIMANYA SYAHADATAIN (Syurut Qobulu Syahadatain). Syahadah yang diikrarkan seorang muslim tidak hanya sebagai ibadah lisan yang hanya diucapkan. Ia juga mencakup sikap dan perbuatan. Di mana syahadah menuntut seseorang untuk melakukan dan bersikap sesuai dengan tuntutan syahadah tersebut. Dan agar Syahadah diterima serta seseorang mendapatkan apa yang dijanjikan Allah kepadanya dengan syahadahnya itu, maka ada beberapa syarat yang mesti dimiliki oleh seseorang yang telah mengikrarkan syahadahnya. Di antaranya adalah: 1. Ilmu yang menolak kebodohan Seseorang yang bersyahadah mesti memiliki ilmu tentang syahadatnya. Ia wajib memahami arti dua kalimat ini (Laa Ilaha Illa Allah, Muhammadur rasulullah) serta bersedia menerima hasil ucapannya. Dari kalimat syahadatain tersebut, maka seorang muslim juga harus memiliki ilmu tentang Allah, ma’rifatullah (mengenal Allah), dan ilmu tentang Rasulullah. Mengenal secara baik terhadap Allah dan Rasul-Nya menjadikan seseorang dapat memberikan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya tidak mengenal (bodoh) terhadap Allah dan Rasul-Nya menyebabkan seseorang tidak mampu. Aqidah.

(157) menunaikan hak-hak Allah dan Rasul-Nya . Allah SWT berfirman dalam surat Muhammad:.   $ E  N7 J "+ $   N7 J "+ $ ;  =? I`a0 $        =<- #&/ # 4 

(158) +7 $ # bQ 07 # * ”Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad: 19). Orang yang jahil atau bodoh tentang makna syahadatain tidak mungkin dapat mengamalkan dua kalimat syahadat tersebut. 2. Keyakinan yang menolak keraguan Syahadah yang diikrarkan juga harus dibarengi dengan keyakinan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Yakin bahwa Allah sebagai Pencipta, Pemberi Rezki, Ma’bud (Yang layak disembah), dan lain sebagainya, serta yakin bahwa Rasulullah adalah nabi terakhir yang diutus Allah. Seseorang yang bersyahadat mesti meyakini ucapannya sebagai suatu yang diimaninya dengan sepenuh hati tanpa keraguan. Keyakinan membawa seseorang pada istiqamah dan mendorong seseorang melakukan konsekuensinya, sedangkan ragu-ragu menimbulkan kemunafikan. Iman yang benar adalah yang tidak bercampur dengan keraguan sedikit pun tentang ketauhidan Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:. $ '5 $

(159) 9I* # #< u  

(160)  $  

(161) N7 XY  *? ,

(162) N7 J "+ "=< ,

(163) . <[ # 5 ;  1$ -    % 8/ #(i]` =-$ #( 

(164) 7: ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat: 15). Selain itu, keyakinan kepada Allah SWT menjadikan seseorang terpimpin dalam hidayah. Allah SWT berfirman:. Aqidah.

(165) ,

(166) N

(167) * N9*q

(168) =4$ $ I  <" =I 7: , $ '(* BK "< M- # (N7 N+   $ “Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.” (QS. As-Sajadah: 24). Keyakinan kepada Allah menuntut keyakinan kepada firman-Nya yang tertulis pada kitabkitab yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. Allah SWT menurunkan kitab-kitab itu sebagai petunjuk hidup. Dan di antara ciri mukmin adalah tidak ragu terhadap kebenaran Kitabullah dan yakin terhadap hari Akhir. Sebagaimana dalam firman-Nya:. ‰  %a+ ,

(169) N7 J *  *?_ ,  Q 0_" +  ‡6'5  %/ ‰  * ^ 3 0b + ;  ! , ;  %  \ = - " ,

(170) N7 J *  *?_ $ ,,

(171) Q` N * # 5N+ x  _" 7 $ U c_[   ,

(172) "%Q *$ #(_ 7 ‡6'5 & ;  1$ - ,,

(173) N 

(174) * # 5 U I G n$ ;   7  \ = - 7$ ,

(175) >`+ " + # 5 ;  1$ -$ ”Alif laam miin. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orangorang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 1-5). 3. Keikhlasan Yang Menolak Kesyirikan Ucapan syahadat mesti diiringi dengan niat yang ikhlas lillahi ta’ala. Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya’ atau ada niat lain yang bukan untuk Allah SWT, maka ia akan tertolak. Terlebih lagi ketika nilai tauhid terkotori oleh kesyirikan. Ikhlas dalam bersyahadat merupakan dasar yang paling penting dalam pelaksanaan syahadat. Syahadat merupakan ibadah, karenanya harus dilakukan dengan ikhlas. Allah SWT berfirman,. Aqidah.

(176) U [ < 

(177) "%Q *$ YX `N  *Z'     [  r 7   $ ' %  $ I7 - 7$ B " %ZQ +  *. ;  ! $ U 4\< 

(178) 9J *$ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5) Selain itu, kesyirikan menghapus amal-amal seseorang, betapapun banyaknya amal itu.. ;   " & < † >% h  4+ I d- 1 ;   7  *? $ ;  % 8  $ - 'Q$  *I r+  7 < =

(179) b0$ ”Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65). Dan ibadah yang tidak diniatkan dengan ikhlas tidak diterima oleh Allah Ta’ala.. , 4 "/ 'R  $ R  # b(  "=<- 8<  

(180) * # b +7 IR )   =- "=< + . 6' -  Z U .   PI) * $ 6> K" & + " %+ /  Z YX Q

(181) I* ”Katakanlah: Sesungguhnya Aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya“. (QS. Al-Kahfi: 110). 4. As-Shidqu (Benar) Yang Menolak Kebohongan (Dusta) Dalam pernyataan syahadat muslim wajib membenarkannya tanpa dicampuri sedikit pun dusta (bohong). Ash-Shidqu ma’allah mutlak diperlukan demi menjaga kemurnian tauhid seseorang. Benar adalah landasan iman, sedangkan dusta landasan kufur. Sikap shiddiq akan menimbulkan ketaatan dan amanah. Sedangkan dusta menimbulkan kemaksiatan dan. Aqidah.

(182) pengkhianatan. Dusta dan berbohong bertentangan dengan nilai kejujuran, membuat keimanan seseorang ditolak oleh Allah. Ciri-ciri taqwa adalah sikap shiddiq (jujur). Sebagaimana firman Allah SWT,. ,

(183) Q0<" + # 5 ;  1$ -   v  '<   $ v  'Z[ YX  j? $ “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az-Zumar: 33). Orang yang benar dan jujur syahadahnya akan terbukti dalam medan jihad dan Allah membalas mereka, sedangkan orang-orang munafik akan mendapat siksa..  >= z 7 # (N"/  %&  _ $ '5 & 7

(184) '   l    N7 J "+  7 #('[   . _[    _ j  \ S% ,c*'9

(185) '_  7$ I T 0N* 7 # (N7$ 6"% 6

(186) `O , 4  _ ,_  #(%& 3 

(187) 0* $- YX d ,+    Q /N" + 3  ?_  *$ “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya). Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 23-24). Sedangkan ciri kemunafikan adalah dusta. Sebagaimana dalam firman-Nya,. ,  N7 J " # 5 7$ I G n C

(188) %+$  _ _N7 g

(189) Q* 7 W  _N  7 $ 8/ ,, $ I )* 7$ # (]  ` =- ^ ,

(190) &' r* 7$

(191) N7 g  *?_ $  _ ,

(192) &. r * ,

(193) ? b+ *

(194) =4 " #R %- 3 R ?& # ($ 6I 7  _ # 5 . \/ H R I 7 #(

(195) . “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu. Aqidah.

(196) dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 8-10). Kebenaran dan kemunafikan diuji melalui cobaan. Untuk dilihat siapa sesungguhnya yang jujur dengan keimanannya.. _N0/ 'Q$ ,,

(197) N0`+ * ^ # 5$ _N7 g

(198) 

(199) Q* ,+ -

(200) 4I 0 * ,+ - W _N ‰  ] i  -   ! b+ _ " %$

(201) '    *?_  _ _ " %/ #( 7  *?_ “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? dan sesungguhnya kami telah menguji orangorang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 23). Sikap benar mengajak kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga. Sifat dusta mengajak kepada keburukan dan keburukan membawa ke neraka. Rasulullah bersabda,.   I<  , $ B N<S  +  j'(* I< + , $ IZ +  j'(* v  'Z[ ,  , $ 

(202) S` +  j'(* 3  ? b + , $ KQ*Z'  ‰  0b+ * <0 v ' [% 6 ?4 ‰  0b+ * <0 3 ? b+ %   I<  , $  <N  j'(* 

(203) S` + “Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebajikan dan kebajikan menunjukkan kepada surga. Seseorang berlaku jujur sehingga ia dicatat sebagai orang jujur. Sesungguhnya dusta menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang berlaku dusta hingga ia ditulis sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim). Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim melakukan hal-hal yang sejalan dengan keyakinannya dan meninggalkan yang meragukannya, sesungguhnya benar itu menenangkan (hati) sedangkan dusta itu meragu-ragukan.. Aqidah.

(204) Rasulullah bersabda,. ;   *I* ^ 7  ;   *I* 7 . “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.” 5. Mahabbah (Kecintaan) Yang Menolak Kebencian. Dalam menyatakan syahadat ia mendasarkan pernyataannya dengan cinta. Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan rasa cinta ini segala beban akan terasa ringan, tuntutan syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah. Cinta kepada Allah yang teramat sangat merupakan sifat utama orang beriman. Allah berfirman,.  *? $   ‰ Z > 4 # (=

(205) L>  * 6. '=-   , $ . 7 ? r  0<* 7 W  <N  7 $   U

(206) < Q + , - 3  ? + , $I* !+ 

(207) "f  *? ‡I*

(208) $    'L d -

Referensi

Dokumen terkait

Segala Puji bagi Allah SWT, Rabb semesta Alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang serta yang melimpahkan karunia rahmad dan nikmat-Nya yang berupa Iman, Islam, dan

Allah menyatakan bahwa orang mukmin harus meyakini adanya kitab-kitab suci yang turun sebelum Al-Qur’an seperti yang disebutkan dalam Qur’an surah An-Nisa ayat 136, yang artinya:

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Keefektifan

Ya, dalam alquran surat Al-Isra ayat 70 yang berbunyi ( ditulis alqurannya dalam buku perempuan sebagai kepala rumah tangga hal 41) Bahwa Allah SWT telah menciptakan

Fitrah yang tersimpan dalam jiwa manusia dijadikan sebagai pegangan dalam mengarungi kehidupan. Fungsi fitrah tentu saja untuk menalar dan merasa. Menalar ayat Allah

Berdasarkan pada ayat tersebut berhubungan dengan pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan anak di dalam lingkungan keluarga ini juga dijelaskan Allah SWT sesuai

“Dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 70 yang berbunyi “Bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan dalam bentuk yang terbaik dengan kedudukan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi