• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjadikannya sebagai suri tauladan dalam semua sisi kehidupan kita

Dalam dokumen Materi Tarbiyah 1427 H - Aqidah (1) (Halaman 162-172)

SIFAT-SIFAT RASUL (SHIFATUR RASUL)

4. Menjadikannya sebagai suri tauladan dalam semua sisi kehidupan kita

Yaitu dengan menjadikan sunnahnya sebagai sumber hukum yang tidak dapat dipisahkan dengan Al Qur’an. Allah ta’ala berfirman:

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu; bagi orang yang mengharap (rahmat) dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (al-Ahzab: 21)

Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikanmu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian

mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (an-Nisa’: 65)

Dengan dua sifat Rasulullah yakni sebagai Rasul dan hamba Allah swt ini tertutuplah dua pintu kesesatan dan penyimpangan dari golongan yang berlebih-lebihan (al ifrath) dan golongan yang bermudah-mudahan (at-tafrith).

Golongan al ifrath adalah mereka yang melampaui batas dalam memuji dan mengangkat Rasulullah sehingga menyamakan derajatnya dengan Allah atau memberikan sifat-sifat yang sesungguhnya hanya layak bagi Allah semata atau mendudukkannya seperti kedudukan Allah.

Mereka yang berlebih-lebihan dalam memuji Rasulullah telah menyerupai Nasrani ketika menuhankan nabi Isa ‘alaihis salam, Rasulullah pun memperingatkan umatnya agar jangan seperti mereka. Rasulullah bersabda:

i” ' &  Q/ R' & =- "<= #* I7   ‡[<N EI+@- "4 8= $ I+† 9 ^

 $

) .

%& V`07

(

Janganlah kalian memuji aku secara berlebihan sebagaimana Nasrani memuji Isa bin Maryam, aku hanyalah seorang hamba maka katakanlah: “Hamba Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Bukhari Muslim)

Rasulullah tidak berkenan dipuji secara berlebihan dan melampaui batas sebagaimana umat Nasrani melakukannya kepada Isa bin Maryam. Sedemikian berlebihannya mereka dalam memuji Nabi Isa hingga mereka memberikan derajat ketuhanan kepadanya. Rasulullah tidak menghendaki hal itu terjadi pada dirinya dan dilakukan oleh umatnya. Dalam suatu riwayat disebutkan: “Ketika sekelompok orang datang kepada Rasulullah

sambil mengatakan: “Engkau adalah Yang paling Agung dan Mulia yang tiada tandingannya”. Maka beliau berkata: “Berkatalah kalian tapi jangan dirasuki setan”.

(HR Abu Daud)

Sebagian lagi ada yang berkata: “Ya Rasulullah engkau yang paling baik, anak orang

yang paling baik dan Sayyid kami, anak dari Sayyid kami”. Beliau menjawab: “As-Sayyid adalah Allah”, dan bersabda:

' & R'<"> 7 =- ˆ,† %<) #b<N* (0 ]* ^$ #b Q   W<N (L*- *

<\& ” 8N\ =- 80 80\ N7 v / 8= / I9 +,- L‰- 7 ˆ  $ i”

$

) .

8M]N $ 'Ÿ- w $

(

Wahai segenap manusia berkatalah kalian dengan perkataanmu dan janganlah kalian dikuasai hawa nafsu setan, aku adalah Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka jika kalian meninggikan kedudukanku di atas kedudukan yang telah Allah tempatkan bagiku. (HR. Ahmad dan Nasa’i)

Perbedaan mereka dengan kaum Nasrani adalah bahwa jika kaum Nasrani menyatakan dengan tegas Isa adalah Tuhan-Nya, titisan Tuhan, atau anak Tuhan sesuai dengan perselisihan yang ada pada mereka. Adapun mereka yang ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap Rasulullah tidak mengucapkan lafadz-lafadz seperti Nasrani, tetapi mereka mengungkapkannya dalam bentuk perbuatan yaitu: berdoa kepadanya, menganggapnya ikut menakdirkan sesuatu bersama Allah, dapat menentukan manfaat dan madharat, menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan dan lain-lain.

Bahkan mereka memberikan sifat-sifat yang sesungguhnya hanya layak bagi Allah seperti:

‰ %a #&

(mengetahui yang ghaib), pemberi jalan keluar dari kesulitan-kesulitan, penolong hamba yang berada dalam kesusahan di manapun ia berada, ruhnya diyakini hadir di tengah-tengah mereka ketika membaca syi’ir pujian kepadanya, padahal beliau telah wafat.

Lebih dari itu julukan-julukan yang berlebihan acap disandarkan kepada beliau seperti:

 = v / R = h =-

Engkau (Muhammad) adalah cahaya di atas cahaya,

( 9<I$ % =L' P.  7$

Dan dari kedermawananmu (adanya) dunia dan pasangannya,

Dan termasuk dari ilmumu adalah ilmu Lauhul mahfudz dan pena.

Dan ucapan-ucapan ghuluw lainnya. Beliau tidak ridha dengan semua yang mereka ucapkan dan sangkakan kepadanya. Karena Allah ta’ala telah memerintahkan beliau untuk menyatakan:

‰ %a+ # &- h N4 $ _ XYd 7 ^ _6I ^$ 6+`= 8i]+`N ; 7- ^ +

C Q Rm)$ RI*?= ^ =- +, Y _ ] 8N_]7 7$ I %r+ 7 E I+b0 ^

, N7 J *

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa memberikan kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula mampu menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku akan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (al-A’raaf: 188)

Keyakinan dan prinsip batil itu masih hidup di tengah-tengah umat. Inilah yang kita katakan dengan golongan ahlul ifrath atau ahlul ghuluw (golongan yang melampaui batas). Sebaliknya bagi golongan ahlut tafrith, mereka menjatuhkan martabat beliau dan merendahkannya dengan menolak sunnah-sunnahnya secara total seperti yang terjadi pada para pengingkar sunnah yang dikenal dengan istilah aliran ingkarus sunnah atau qur’aniyun. Mereka ini dikafirkan oleh para ulama dan dihukumi sebagai murtad (keluar dari agama Islam) dikarenakan kalimat syahadat yang diyakininya hanya sebatas

  ^

”

sehingga membatalkan persaksiannya terhadap kalimat

”  6'<"> 7

dengan pengingkarannya terhadap sunnah-sunnah Nabinya.

Mereka para pengingkar sunnah itu diancam oleh Allah dengan ancaman yang berat. Allah ancam mereka dengan Jahannam dan kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ta’ala berfirman:

#_N( =  _,2/  $ _ ’ * 7$ 9^$ _ 7 KOc ^

6'- (%/ *'G

…Dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. (al-Jin: 23)

Allah ancam mereka dengan kesesatan di dunia dan azab neraka di akhirat, Allah ta’ala berfirman:

*$ ‡' (+  _%9 7 '  7  _I V) * 7$

% I %O p_0

6m[7 EXY$ #_N(  [ =$ _ 9 7 _ = N7 J "+

… Dan barang siapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (an-Nisa’: 115)

Serta diancam dengan fitnah kesesatan dan kekufuran. Sebagaimana firman Allah:

* *?_ ? >%+/

R#%- R3 ?& # (%[ * $- lBN 0/ # (%[ 9 +,- wI 7- & , `r

Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An Nuur: 63)

Demikian pula bagi mereka yang menolak sebagiannya seperti yang terjadi pada ahlul bid’ah dari kalangan Mu’tazilah, kaum rasionalis, Islam liberal dan sejenisnya. Mereka adalah golongan sesat yang diancam oleh Rasulullah dengan neraka. Inilah yang dikatakan dengan ahlut tafrith wal jafa’. Mereka merendahkan Rasulullah dan menganggapnya hanya sebagai seorang pengantar surat yang mana mereka menerima suratnya yaitu Al Qur’an, menurut mereka dan tidak ada kaitannya dengan pengantarnya. Dua golongan tersebut di atas terbantah dengan makna yang terkandung dalam kalimat syahadat

 $ w ' & K '<"> 7

. Dan golongan tersebut bertentangan dengan syahadat

K '<"> 7

 $ w ' &

. Ahlul ifrath menentang kehambaan beliau yang terkandung dalam

w ' & 6'<"> 7

dan ahlut tafrith menentang kerasulan beliau yang terkandung dalam kalimat

 6'<"> 7

” .

Kesimpulan dari pembahasan kali ini adalah bahwa syahadat

 $ w ' & K '<"> 7

memberikan konsekuensi kepada kita yaitu keharusan bagi kita untuk mentaati segala apa yang diperintahkan-Nya, membenarkan segenap apa yang dikabarkannya, meninggalkan segala yang dilarang dan dicelanya dan kita tidaklah beribadah kepada Allah kecuali

dengan syariat yang telah disampaikan oleh Rasulullah kepada kita serta mendahulukan sunnah beliau di atas segenap ucapan manusia tanpa terkecuali siapapun ia orangnya. Ya Allah, rahmatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau merahmati Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

Penjelasan Rasmul Bayan:

1. Basyariyah (manusia).

Penjelasan:

Rasul sebagai manusia biasa seperti kita semua. Perbedaannya adalah Allah memberikan wahyu untuk disampaikan kepada orang lain. Kenapa Allah swt perlu menegaskan bahwa Rasul itu manusia biasa. Dengan penegasan ini maka dapat disimpulkan bahwa Rasul dari golongan kita juga, dari manusia yang seperti kita juga misalnya makan, minum, tidur, beristeri, bekerja, belajar, penat, dan sifat-sifat kemanusiaan lainnya. Perbedaannya hanyalah terletak kepada amanah yang Allah berikan kepada Rasul yaitu wahyu. Meyakini betul bahwa Rasul seperti kita maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolak perintah Rasul, tidak ada alasan tidak mampu, tidak boleh dan sebagainya. Juga tidak boleh beri alasan anak, isteri, sibuk bekerja dan sebagainya karena Rasul juga mempunyai tanggung jawab demikian juga terhadap anak, isteri dan sebagainya.

Dalil:

• Q. 14:11, Rasul sebagai manusia biasa.

7 & _  "* _ _b$ #b+7 RI) ^  >= +, # (   # ( h

&$ _ ,+!2 ^ A,†+ ] #b%9+:= +,- N ,4 7$ w.& 7 Y)*

_ 

, N7 J "+ _4 0%+/

Rasul-Rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan Hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.

2. ‘Ismah (terpelihara dari kesalahan).

Penjelasan:

Manusia biasa yang tidak mendapatkan wahyu mungkin melakukan kekhilafan dan kesalahan. Tetapi bagi para Rasul yang diberi amanah untuk menyampaikan dakwah harus terpelihara dari kesalahan karena yang disampaikan adalah sesuatu yang berasal dari Allah swt. Allah swt perlu memelihara aturan dan firman-Nya dari kesalahan. Dengan sifat Rasul demikian yaitu dijaga oleh Allah swt maka apa yang dikeluarkan Nabi adalah benar dan kita perlu meyakininya.

Dalil:

• Q. 5:67, Allah memelihara Rasul dari kejahatan manusia.

7 ; %  \ =- 7 +s_ _I (_ *- *

h a_ "/ ++`9 # +,$ ;_

*I/b+ C Q+ j' (* ^ _ _, W_N 7 ; "[ * _ $ 0

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

• Q. 66:1, Allah pengampun lagi penyayang.

9 # _ 8_N (_ *- *

_ $ ; $ x- U I7 8a0 9 ; _ _- 7 C_I>

R#% R `O

Hai Nabi, Mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

3. Shidq (benar).

Penjelasan:

Rasul-Rasul dan Muhammad saw mempunyai sifat shiddiq yang membawa kebenaran. Orang yang membawa kebenaran tentunya ia sendiri bersifat shiddiq sehingga apa yang disampaikan dapat diterima. Oleh karena itu, dengan sifat ini banyak masyarakat jahiliyah menerima Islam. Sifat shidq berarti mengikuti Islam sebagai sumber kebenaran. Tidak mengikuti Islam berarti mengikuti hawa nafsunya sehingga menjauhkan diri dari

Dalil:

• Q. 39:33, Muhammad saw membawa kebenaran.

, Q_0 "+ # 5 ;1$-  v_'$ v '_[ XY j?_ $

Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertaqwa.

• Q. 53:3-4, Tiadalah ia berbicara menurut hawa nafsunya.

& V† N* 7$

‡ (+ 

,

 * R8 $ ^  5 +,

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

4. Fathanah (cerdas).

Penjelasan:

Kecerdasan Rasulullah dapat dilihat bagaimana Rasul menyusun dakwah dan strategi-strategi seperti berperang, berdakwah ke tempat lain dan sebagainya. Di antara kecerdasan Rasul adalah mempunyai pandangan bahwa Islam akan menaklukkan Makkah dan menaklukkan Khaibar. Rasul menggambarkan pada saat tersebut umat Islam masuk ke Masjidil Haram dengan aman sentosa, serta bercukur dan menggunting rambut kepala tanpa sedikitpun. Kecerdasan Rasul dalam memperkirakan kekuatan Umat Islam dan kelemahan pihak lawan juga dibuktikan di dalam peperangan lainnya.

Dalil: • Hadits.

• Q. 48:27, pandangan Nabi terhadap kemenangan Islam.

XYd +, C I>+ 'S ]"+ _ G '0 _V>+ * Ž_ I   _ v' 'Q

/r9 ^ *I_[Q 7$ #b$Y  Q_> 7 N7g _

" 9 # 7 #/ ,

6*I 6> 0/ ;! ,$ . 7 S/

Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki

Masjidilharam, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.

5. Amanah.

Penjelasan:

Sifat lainnya adalah Amanah. Amanah secara umum berarti bertanggung jawab terhadap apa yang dibawanya, menepati janji, melaksanakan perintah, menunaikan keadilan, memberikan hukum yang sesuai dan dapat menjalankan sesuatu yang disepakatinya. Sifat demikian dimiliki oleh para Rasul dan kita harus mengikutinya. Sifat ini sangatlah diperlukan dalam kehidupan kita, tidak hanya dalam segi ibadah khusus tetapi secara umum seperti bekerja, belajar dan berhubungan dengan orang lain. Bos di tempat kita bekerja akan menyenangi kita yang mempunyai sifat amanah ini bahkan dengan sifat ini kita akan berjaya dan berprestasi.

Dalil:

• Q. 4:58, Allah menyuruhmu supaya menunaikan amanah.

+,- W_N  % # 0 "b !$ ( 5-  E=7t $_ .J 9 +,- #4 I 7+:* _ _,

6m[ 6%" ,4 _ _,  #bT* _"= _ _,  '+ "b >9

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.

6. Tabligh (menyampaikan).

Penjelasan:

Sebuah rahasia kenapa Islam tersebar dengan cepat ke seluruh pelosok tempat dan bagaimana pula dengan cepatnya perubahan-perubahan di tengah masyarakat. Kenapa jumlah bilangan pengikut Islam semakin hari semakin banyak dan semakin banyak yang menyokongnya. Jawabannya adalah sifat tabligh dimiliki oleh Rasul dan pengikutnya. Setiap muslim merasakan bahwa dakwah atau menyampaikan Islam sebagai suatu kewajiban yang perlu dilaksanakan dimana saja dan bila masa saja. Artinya dalam keadaan bagaimanapun, umat Islam senantiasa menyampaikan risalah ini kepada siapa saja yang menerimanya.

7. Iltizam (komitmen).

Penjelasan:

Rasulullah saw beserta Rasul-Nya sangatlah dikenal dengan komitmennya dengan Islam dan apa yang dibawanya. Beliau tahan dan tidak merasa takut sedikitpun menghadapi cobaan dan tantangan dari orang-orang jahiliyah. Rasul selalu komitmen dan dapat menghadapi cobaan dengan baik. Sifat iltizam ini perlu dipupuk pada diri kita karena dengan sifat inilah, nilai-nilai Islam pada diri kita menjadi terpelihara dengan baik. Tanpa iltizam maka godaan syaitan dan gangguan orang kafir menjadi terasa pada kita dan perubahan berlaku bahkan menjadi futur dan sesat. Naudzubillah. Kemenangan bersama-sama dengan sifat iltizam ini.

Dalil:

• Q. 17:74, kalau sekiranya tiadalah kami tetapkan komitmen engkau, sesungguhnya hampir engkau condong sedikit kepada mereka itu.

'Q PN 0_u +,- ^ $

c% K1 %d #( % 4 I9 E '4

Dan kalau kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,

• Q. 68:1-8, menggambarkan bagaimana Muhammad saw disebut gila karena ia tetap komitmen dengan Islam, tahan dari cobaan kesesatan dan tidak mengikuti orang yang mendustakan agama Allah.

,$ I† ]* 7$ #Q+ $ ,

,

A, N S" ;_ B" N h =- 7

,

6I t ; _,$

A, N "7 I %O

,

#%T& V G  ;_=$

,

,$ I[  *$ I[  0]/

,

:

#b_*

, 0+`"+

,

*'0 ( "+ # &-  5$ % & _ " # &-  5 ;_ _,

,

_?b "+ p† 9 c/

1. Nun demi kalam dan apa yang mereka tulis,

2. Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.

3. Dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.

4. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

5. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, 6. Siapa di antara kamu yang gila.

7. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah yang paling mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

8. Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah).

Dalam dokumen Materi Tarbiyah 1427 H - Aqidah (1) (Halaman 162-172)