• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spek Teknis Bandara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Spek Teknis Bandara"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Abstrak

Pelaksanaan pembangunan selama ini selain telah mencapai tujuan dan sasaran – sasaran yang telah ditetapkan, juga telah memberikan kesadaran kepada kita bahwa keberhasilan pembangunan, tidak saja merupakan buah dari perencanaan dan pelaksanaan yang baik tetapi juga peranan system pengawasan yang memadai.

Oleh karena itu tidak saja mutu perencanaan dan pelaksanaan harus ditingkatkan, tetapi mutu pengawasan / pemeriksaan perlu ditingkatkan sejalan dengan tingkat perkembangan pembangunan, agar pembangunan tidak saja mencapai sasaran, tetapi juga dilaksanakan dengan cara efisien dan efektif.

Dengan demikian sangat diperlukan upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia adalah salah satu kunci pokok untuk meningkatkan mutu hasil pengawasan. Upaya yang dilakukan Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara Direktorat Bandar Udara ialah menyusun Pedoman Teknis Pemeriksaan :

1. Mix Design Aspal Beton 2. Trial Mix Aspal Beton

3. Pelaksanaan Pekerjaan Aspal Beton

4. Evaluasi Kualitas Akhir Pekerjaan Aspal Beton

Disusunnya pedoman teknis pemeriksaan ini untuk melengkapi Buku Pedoman Standart yang ada serta sebagai pegangan dari aparat pengawasan kualitas dalam menjalnkan tugasnya, juga meningkatkan system pengawasan kualitas lingkungan Direktorat Bandar

Udara – Direktorat Jenderal Perhubungan Udara – Kementerian Perhubungan.

1.2. Latar Belakang

Kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan kualitas pekerjaan Prasarana Sisi Udara, Fasilitas Bandar Udara di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menjadi prioritas dalam upaya efesiensi dan efektifitas pembangunan, terutama berkaitan dengan mahalnya dana investasi dan tingginya tingkat keselamatan penerbangan yang dipersyaratkan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pengawasan kualitas tersebut adalah menyiapkan konsep pedoman teknis pemeriksaan sebagai pedoman / pegangan bagi teknisi pengawasan kualitas dalam menjalankan tugasnya, khususnya bagi teknisi di lingkungan Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara.

Pemeriksaan pada hakekatnya adalah salah satu cara dalam melaksanakan pengawasan dan juga merupakan suatu kegiatan untuk menilai dengan cara membandingkan antara keadaan yang ada dan keadaan seharusnya, hal ini untuk mencegah sedini mungkin terjadinya kesalahan, penyimpangan serta kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang pada hakekatnya bertujuan untuk mengawasi dan menjaga pembangunan yang akan dan sedang dilaksanakan agar tidak terjadi penyimpangan dan dapat mencapai sasaran pelayanan keselamatan penerbangan yang berkualitas dan andal.

(2)

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud pedoman teknis ini adalah untuk memberikan pegangan / pedoman yang praktis bagi teknisi pengawas kualitas Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara melakukan pemeriksaan pekerjaan berdasarkan kriteria dan pedoman yang sudah ada dan sifatnya hanya melengkapi saja.

Sedangkan tujuannya adalah agar pada pelaksanaan pembangunan fasilitas bandar udara fungsi pengawasan kualitas dapat terlaksana secara optimal sehingga tujuan jangka panjangnya adalah terwujudnya suatu fasilitas bandar udara yang berkualitas internasional dan andal dalam melayani operasi penerbangan.

(3)

BAB II

PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN MIX DESIGN BETON ASPAL 2.1. Definisi

Lapisan Beton Aspal ( Hotmix ) adalah lapisan perkerasan lentur ( Fleksibel ) yang terdiri dari campuran aspal dengan agregat ( batu pecah ) yang bergradasi , campuran ini diproses melalui AMP ( Aspal Mixing Plant ) atau mesin pencampur aspal kemudian campuran ini di hampar dan dipadatkan pada suhu ( temperatur ) tertentu.

2.2. Standar Pengujian

Material pada penelitian pendahuluan, harus dilakukan test ( uji ) seperti dibawah ini : Tabel test pengujian lembar berikut.

No. JUDUL PENGUJIAN SPESIPIKASI / METODE

PENGUJIAN A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

ANALISA BATUAN KASAR TERDIRI DARI

Berat isi ( density ) Berat jenis Agregat kasar Soundness ( kemulusan agregat ) Analisa saringan agregat kasar

Ketahanan agregat terhadap keausan ( LA Abration

Test )

Bentuk Agregat

Kelekatan aspal terhadap agregat

ASTM C 692 – 76 ASTM C 29 ASTM C 127 – 68 ASTM C 88 – 76 ASTM C 136 – 46 ASTM 131 – 81 VISUAL AASTHO – 182 B. 1. 2. 3. 4.

ANALISA BATUAN / AGREGAT HALUS TERDIRI DARI :

Sand equivalen Kotoran organic Berat Jenis Agregat halus Analisa saringan agregat halus

AASTHO T 176 ( ASTM D 2419 – 74 ) ASTM C 40 – 66 T ASTM C 128 – 68 ASTM C 136 – 46 C. 1. 2. PEMERIKSAAN ASPAL : Aspal Keras : - Penetrasi

- Flas point / titik nyala - Ductility / keutuhan

- Solubility / kelarutan dalam C2HCl3 - Thin film oven test

- Softhening point / titik lembek

Mix Design beton aspal metode Marshall

ASTM D 946 – 82 ASTM D 5 ASTM D 92 ASTM D 113 ASTM D 2024 ASTM D 1754 ASTM D 1559 – 62 T PC 0201 – 76

(4)

2.3. Pemeriksaan

Tahapan yang harus dilakukan pada pemeriksaan mix design adalah sebagai berikut :

2.3.1 Analisa dan Evaluasi Usulan Rancangan Campuran Beton Aspal ( AC/ATB ) 2.3.1.1 Material

- Material yang digunakan untuk campuran beton aspal ( AC/ATB ) terdiri

dari :

 Batu pecah ( Agregat ) berbutir kasar ( coarse agregat ) disebut CA  Batu pecah ( Agregat ) berbutir sedang ( medium agregat ) disebut MA  Batu pecah ( Agregat ) berbutir halus ( fine agregat ) disebut FA

 Material pasir ( sand ) (hanya digunakan apabila direkomendasikan oleh Direktorat Bandar Udara)

 Material aspal keras ( AC penetrasi 60/70 ) kualitas import (memenuhi standart ASTM) sesuai dengan spesifikasi Direktorat Bandar Udara dan material aspal tersebut pernah digunakan di pekerjaan fasilitas sisi udara

 Material yang dipakai harus diuji secara laboratories sesuai standart pengujian lab. ( standart ASTM, ASTHOO dan SNI ), serta hasilnya memenuhi syarat – syarat sesuai standart uji tersebut.

2.3.1.1.1 Kendali Mutu Hasil ( Pemeriksaan Kualitas )

a) Material batu pecah ( Agregat ) :  Abrasi ( keausan )  25 %  Soundness ( kemulusan )  9 %  S. G ( Berat Jenis )  2,5 gr/cm 3

 Daya lekat aspal  95 %  Gradasi Aggregate b) Material pasir ( sand ) :

 Sand equivalent  85 %

 Kotoran organic : warna

endapan lebih muda dari warna

standar ( warna type 3 )

(5)

Gradasi Aggregate yang disajikan dalam buku laporan terdiri dari Single Sieve dan Courbirse Sieve dimana gradasi harus berada dalam batas – batas sebagai berikut :

No. Saringan ( ASTM )

% Passing by weight Binder Course / ATB

( 1” inch max ) Surface Course / AC ( ¾ inch max ) 1” 3/4” 1/2” 3/8” 4 10 40 80 200 100 82 – 100 70 – 90 60 – 82 42 – 70 30 – 60 15 – 40 8 – 26 3 – 8 – 100 75 – 95 60 – 82 42 – 70 30 – 60 15 – 40 8 – 26 3 – 8

c) Aspalt keras ( ASTM D 946 – 82 )

No. Jenis Pengujian Spesifikasi Satuan Min Max

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Penetrasi Titik Lembek Flash point Daktilitas Solubility in Trichloroethylene Thin film oven

Daktilitas setelah TFOT Penetrasi setelah TFOT Kehilangan Berat Setelah TFOT Kadar Parafin Sampling Bitumen Viskositas ASTM D 5 ASTM D 92 ASTM D 113 ASTM D 2042 ASTM D 1754 ASTM D 146 ASTM D 36 - 86 ASTM D 5 - 95 ASTM D 1754 - 94 SNI 03-3639-1994 10 mm C F / C Cm % % mm % asli % asli % F / C 60 48 450F / 232C 100 99 100 58 80 0,2 0 Random 70 56 - - - - - - - 2

d) Filler ( Bila dipakai untuk campuran )

Filler dapat dipakai apabila dari combaine sieve tidak memenuhi persyaratan gradit limit dan dapat menggunakan bahan – bahan lainnya antara lain, abu batu, semen Portland, kapur gaping dolomit.

(6)
(7)

2.3.3. Rancang campuran beton aspal dari material storage ( Mix Design Beton Aspal )

 Material diambil dari storage material untuk masing – masing jenis agregat CA, MA, FA.

 Rancangan campuran beton aspal, rancang campuran dan combine sieve harus sesuai dengan grading limit yang telah ditentukan.

 Test material antara lain, sejenis agregat, mutu agregat, mutu aspal keras, jenis pengisi ( filler ) harus memenuhi persyaratan teknis.

 Direktorat Bandar Udara tidak merekomendasikan pemakaian pasir dalam campuran beton aspal.

 Didalam membuat beton aspal ( AC / ATB ) hindari pemakaian Filler, karena akan mempersulit dalam pelaksanaan dan biaya akan bertambah mahal. Namun dalam kondisi komposisi campuran tidak terpenuhi gradasi sesuai dalam spesifikasi pemakaian, maka filler harus digunakan.

2.3.4. Rancang campuran beton aspal dari hasil Hot Bin AMP ( Job Mix Formula Beton Aspal )/ Kalibrasi Hot Bin dan Cold Bin

 Setelah didapatkan komposisi Design Mix Formula, maka dari masing – masing komposisi CA, MA dan FA ditempatkan dalam cold bin AMP.

 Material dari tiap cold bin di keluarkan melalui conveyor belt satu per satu untuk dilakukan kalibrasi guna menentukan bukaan tiap cold bin.

 Setelah ditentukan bukaan tiap cold bin, maka AMP di operasikan sampai material masuk di dalam tiap hot bin melalui screening di dalam AMP setelah melalui proses pembakaran sesuai dengan suhu yang ditentukan.

 Material diambil dari tiap hot bin, minimal untuk tiap hot bin ± 25 kg, dimasukkan dalam karung/tempat yang terpisah untuk tiap hot bin dan diberi tanda. Selanjutnya material di bawa ke laboratorium untuk dilakukan proses gradasi tiap sieve dan gabungannya harus sesuai dengan grading limit yang telah ditentukan.

 Kemudian dilakukan penentuan kadar aspal optimum dengan sebelumnya dilakukan perhitungan berdasarkan gradasi agregat ( komposisi CA, MA dan FA) untuk menentukan rentang kadar aspal ( 5 %, 5,5 %, 6 %, 6,5 %, 7 % ) yang akan digunakan untuk mencari kadar aspal optimum.

 Setelah ditentukan rentang kadar aspal dalam mencari kadar aspal optimum, maka selanjutnya dibuat minimal 3 benda uji aspal beton untuk tiap kadar aspal. Kemudian dari masing – masing bendar uji dengan kadar aspal tersebut dilakukan Marshall test.  Dari hasil marshal test diketahui besaran rata – rata stabilitas, flow, VMA, VFWB dan

VIM dari tiap rentang kadar aspal. Selanjutnya dari masing – masing kadar aspal tersebut dimasukkan dalam grafik/chart untuk mencari kadar aspal optimum dari campuran beton aspal.

 Membuat 3 benda uji berdasarkan kadar aspal optimum, selanjutnya dilakukan marshall tes untuk mengetahui hasil rata – rata stabilitas, flow, VMA, VFWB dan VIM apakah sesuai dengan spesifikasi Direktorat Bandar Udara. Apabila nilai – nilai stabilitas, flow, VMA, VFWB dan VIM tersebut sudah sesuai, maka Job Mix Formula sudah siap untuk diajukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen agar disyahkan.

(8)

2.3.5. Hasil pengujian Marshall harus memenuhi persyaratan dibawah ini :

No. Jenis Tes Base Course / ATB Surface Course / AC

1. Stability  1800 LBS  2200 LBS

2. Flow 2 – 4 mm 2 – 4 mm

3. Void in total mix 3 – 5 % 3 – 4 %

4. Void Fillet with bitumen 76 – 82 % 76 – 82 %

5. Void Mix in Aspal 14 % 15 %

6. Density standart min 2,30 gr/cm3 2,30 gr/cm3

2.3.6. Ekstraksi

Test ini dilakukan untuk memisahkan aspal dari aggregate sehingga diketahui kadar aspal sesuai dengan perkiraan kadar aspal optimum dan hasil gradasi harus masuk grading limit.

2.3.7. Pemilihan Job Mix Formula

Jika semua persyaratan dipenuhi maka pertimbangan biaya pelaksanaan yang murah menjadi pilihan mix design, sedangkan biayanya sama maka pertimbangan stability yang tinggi menjadi pilihan yang terbaik.

Campuran yang mempunyai nilai stability yang baik dan nilai flow yang sangat rendah tidak disukai, karena perkerasan yang mempunyai campuran demikian cenderung lebih kaku dan lebih getas serta akan menimbulkan retak pada beban yang besar. Hal ini terjadi bila defleksi yang sedang atau relatif besar pada surfase couse. Pada keadaan terpaksa jika atas dasar alasan ekonomis atau alasan lain tidak mungkin dipenuhi semua persyaratan design criteria, maka dapat diberikan toleransi 1 % untuk kadar pori terhadap seluruh campuran ( void in total mix ) dan 5 % untuk pori terisi aspal atau ( void filled with

bitumen ) perlu ditekankan disini bahwa toleransi disini diberikan hanya jika keadaan

benar – benar terpaksa dan tidak boleh dipakai sebagai aturan umum serta toleransi tidak berlaku pada saat uji coba campuran ( trial mix ).

2.4. ANALISA DAN EVALUASI TERHADAP KRITERIA JMF

Analisa dan Evaluasi hasil pengujian bila tidak memenuhi persyaratan kriteria design antara lain : sering terjadi pada percobaan permulaan tidak semua persyaratan dipenuhi, ikhtisar dari ” Aspal Institute ” dibawah ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengadakan penyesuaian agar diperoleh campuran yang memenuhi persyaratan.

2.4.1 Stability Terlalu Tinggi

Stability yang terlalu tinggi disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut :

 Kuat rangka aggregate karena eratnya hubungan antara batuan aggregate terutama butiran kasarnya, Stability tinggi yang disebabkan hal seperti ini sangat disukai dan tidak perlu ditetapkan batas atasnya. Keadaan ini dapat diketahui dengan campuran tersebut sekali lagi dengan memakai aggregate halus mendekati batas minimum dan

(9)

% atas sedikit diatas nilai rata – ratanya, campuran ini mungkin kurang memenuhi syarat kepadatan tetapi jika stability terlalu tinggi maka nilai stability campuran semula yang terlalu tinggi itu dapat dipakai.

 Nilai stability yang tinggi dapat pula disebabkan oleh kepadatan yang tinggi dan kadar pori yang rendah ( VITM ), stability yang demikian ini tidak disukai karena kegetasannya ( kerapuhan ) pada cuaca dingin dengan ketahanan yang relatif rendah terhadap cracking ( keretakan ) dan reveling. Campuran semacam ini biasanya mengandung filler yang terlalu banyak dan aspal yang kurang mencukupi, dengan demikian perbaikan yang diperlukan adalah menurunkan kepadatan aggregate sehingga dapat dipakai % aspal yang optimum tanpa mengisi pori yang terlalu banyak hal ini dapat dicapai dengan mengurangi aggregate halus dan filler.

2.4.2 Stability Cukup

a. Kadar pori kurang dari 3 %

 Kurangi prosen ( % ) filler atau aspal atau keduanya

 Ubah perbandingan aggregate kasar dan halus untuk memperoleh nilai VITM yang lebih tinggi.

b. Kadar pori lebih dari 4 %

 Tambah prosen ( % ) filler atau aspal atau keduanya

 Ubah perbandingan aggregate kasar dan halus untuk memperoleh nilai VITM yang lebih rendah.

2.4.3 Stability Kurang

a. Kadar pori kurang dari 3 %

 Tambah prosen ( % ) filler dan kurang prosen ( % ) aspal  Tambah prosen ( % ) aggregate kasar.

b. Kadar pori lebih dari 4 %  Tambah prosen ( % ) filler

 Ubah perbandingan aggregate kasar dan halus untuk memperoleh nilai VITM yang lebih rendah.

c. Kadar pori antara 3 % dan 4 %

 Jika prosen ( % ) aspal dekat batas atas coba tambahkan prosen aggregate kasar dan kurangi prosen aspal.

 Jika prosen ( % ) aspal dekat batas bawah, mungkin mineral aggregatenya memang tidak stabil dan mungkin perlu dipakai aggregate kasar dan halus dari sumber lain. Jika aggregate kasar dari batu pecah, kesalahan mungkin dari aggregate halusnya, namun jika aggregate kasarnya berupa gravel ini yang menyebabkan rendahnya stability.

Catatan : Hal seperti 2.3.4 c, ini jarang sekali terjadi karena untuk pekerjaan di Bandar Udara fraksi Gravel tidak diperkenankan untuk bahan campuran.

(10)

2.5 Persetujuan Job Mix Formula

Pengajuan izin prinsip untuk persetujuan JMF oleh Direktorat Bandar Udara.

 Minimum dibuat 2 atau 3 macam JMF beton aspal ( AC / ATB ) disertai data dukung teknis.

 Setelah mendapat persetujuan dari pusat maka dilaksanakan uji coba campuran beton ( Trial Mix ) diluar lokasi yang sesungguhnya.

 Bila hasil trial mix disetujui oleh petugas pengawas kualitas dan Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara, Direktorat Bandar Udara maka harus dibuat berita acara trial mix dan job mix tersebut siap dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan. Contoh surat persetujuan JMF ( lihat lampiran ).

(11)

BAB III

PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN UJI COBA RANCANGAN CAMPURAN

( TRIAL MIX )

Uji coba rancang campuran ( Trial Mix ) adalah suatu uji coba rancangan campuran beton aspal (

AC / ATB ) sebelum dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan dan dicoba diluar area

sesungguhnya.

3.1. Pemeriksaan Peralatan Untuk Trial Mix

1. Peralatan unit pencampuran ( Aspahalt Mixing Plant ). 2. Peralatan Lapangan.

3.1.1. Peralatan Unit Mesin Pencampuran ( AMP )

Perlu diteliti apakah system kerja AMP masih baik atau tidak, apakah coldbin dan hotbin sudah dikalibrasi serta panel penunjuk sudah disegel atau belum, juga peralatan pengatur suhu ( temperatur ) perlu diperiksa. Disamping itu perlu diperiksa pula peralatan lainnya seperti :

 Saringan di hotbin

 Fungsi dari bukaan Cold bin

 Tangki pembakaran aspal, tangki ini tidak boleh berisi aspal lain selain dari aspal yang telah ditetapkan, dan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan proyek fasilitas bandara dan tidak dibenarkan untuk proyek lain

 Timbangan untuk tiap jenis material - Dump truck

- Shovel loader

- Timbangan angkutan dump truck - Dan alat bantu lainnya

3.1.2. Peralatan Lapangan

Peralatan lapangan terdiri dari : Alat pemadat

 Aspal finisher dilengkapi dengan automatic level  Tandem roller untuk break down rolling : 6 – 8 ton

 Pneumatic roller ( T. R ) untuk intermadite rolling : 10 – 14 ton  Tandem roller untuk finshing rolling : 8 – 10 ton

 Dump Truck dilengkapi dengan terpal penutup bak truck  Aspalt sprayer

 Compressor  Tangki air  Jack hammer  Pemanas ( blower )

(12)

Alat – alat Bantu lainnya, seperti : kawat seling beserta tempat dudukan, sekop, garu, thermometer, mistar, gerobak dorong, benang, straight edge, lampu penerangan (untuk pekerjaan malam hari) dan lain – lain.

3.2. Kapasitas Produksi AMP

Menentukan kemampuam produksi AMP perjamnya, sehinnga dapat diketahui produksi perhari dan akhirnya target jadwal pelaksanaan overlay bias tercapai. Demikian juga untuk persediaan material perlu diteliti kualitas dan kuantitas cukup atau kurang, persediaan material baik aggregate maupun pasir, aspal yang digunakan untuk Trial Mix harus tersedia minimum 60 % dari jumlah kebutuhan keseluruhan pelaksanaan pekerjaan.

3.3 Pemeriksaan Produksi Campuran Beton Aspal

 Pencampuran harus dilaksanakan dengan baik, sampai material tercampur secara uniform dan merata.

 Dalam kondisi ideal untuk suhu pencampuran dilakukan sesuai dengan hasil uji viskositas aspal.

 Aspal dipanaskan pada suhu yang ditentukan  155  C, untuk aggregate suhunya  165  C, temperatur aspal lebih kecil dari temperatur aggregate dengan perbedaan maximum 14  C.

 Temperatur campuran beton aspal yang keluar dari pugmill tidak boleh dari 165  C atau dibawah titik bakar aspal bila keluar dari AMP harus ditimbang dahulu berat muatannya dan cara pengangkutannya ditutup dengan terpal, hal ini untuk melindungi dari pengaruh cuaca agar panasnya tetap.

3.4. Persiapan Di Lokasi Uji Campuran Beton Aspal ( Trial Mix )

Percobaan uji campuran beton aspal / hotmix ( AC / ATB ) dilakukan dilokasi lain, hal ini dilakukan untuk mengetahui mutu bahan sebelum penghamparan, uji campuran ini harus memperhatikan hal – hal sebagi berikut :

 Percobaan peralatan mesin pemadat dari kemampuan kerja

 Periksa kemampuan produksi beton aspal di AMP dan kemampuan mesin penghampar

 Lokasi trial mix panjangnya minimum 30 m, lebarnya minimum 3 m atau selebar alat finisher dan dibagi tiga ( 3 ) bagian masing – masing panjangnya  10 m.

 Permukaan harus bersih dari debu dan bahan lepas lainnya dan kondisinya kering, lalu disiram bahan pengikat ( prime coat atau tack coat ).

 Setelah lokasi Trial diberi bahan pengikat ( coating ), kemudian campuran aspal beton ( hotmix ) dihampar, perlu diteliti bahwa temperatur penghamparan hotmix 135  C.

(13)

3.5 Uji coba Pemadatan Trial Paving

Proses pemadatan adalah tahapan akhir dari pekerjaan kegiatan Trial mix aspal AC / ATB, salah satu contoh tahapan pemadatan dengan hasil beton aspal padat antara 5 – 7,5 cm, adalah sebagi berikut :

Section 1 Jumlah Lintasan  Tandem 2– 4  Tire roller (TR) 24 – 30*  Tandem 2 – 4 x sampai alur T.R hilang Section 1 Jumlah Lintasan  Tandem 2– 4  Tire roller (TR) 24– 30*  Tandem 2 – 4 x sampai alur T.R hilang Section 1 Jumlah Lintasan  Tandem 2– 4  Tire roller (TR) 24– 30*  Tandem 2 – 4 x sampai alur T.R hilang

 Setelah lokasi uji coba selesai diberi coating ( Prime atau Tack coat tergantung dari

kondisi lokasi ), maka penggelaran dapat dimulai dengan menggunakan finisher.

 Teliti apakah pemadatan awal ( break down rolling ) dilakukan pada temperatur minimum 115 C, Dengan menggunakan Tandem 6 – 8 ton dengan lintasan 2 – 4 kali dengan kecepatan 2,5 km / jam, roda tandem harus selalui dibasahi untuk mencegah pelekatan campuran pada roda mesin /gilas.

 Segera sesudah pemadatan pertama selesai, dilakukan pemadatan tengah ( intermedite ) dengan menggunakan mesin gilas tired roller ( roda karet ) 12 – 14 ton,

pada saat temperatur 100  C – 90  C dengan kecepatan 2,5 – 5 km / jam.

 Pemadatan akhir ( finishing rolling ) segera dilakukan sesudah pemadatan intermadite dengan tandem roller 8 – 10 ton dengan kecepatan 2,5 – 5 km / jam pada saat suhu 50 C s/d 60  C atau sedikit diatas titik leleh aspal, berakhir sampai alur – alur bekas roda pemadat hilang ( rata ), apabila pihak pelaksana mempunyai three axle maka pemadatan akhir akan didapat hasil yang lebih baik.

 Test core drill, setelah masing – masing section di core drill dan didapatkan hasil density dilapangan berdasarkan hasil density, maka sebagai bahan acuan untuk melaksanakan pekerjaan overlay dipilih hasil mix design yang memenuhi persyaratan teknis baik lintasannya maupun density lapangan yang paling tinggi ( density lapangan

min 98 % ).

 Apabila dalam hasil pelaksanaan trial mix diketahui kepadatan lapangan tidak tercapai ( density lapangan < 98 % ), maka beberapa hal yang harus dilakukan adalah :

 mengevaluasi jumlah lintasan pemadat apakah sudah sesuai dengan jumlah lintasan yang direncanakan

 menambah jumlah lintasan pemadatan dengan TR

 apabila jumlah lintasan dengan TR sudah maksimal, maka dilakukan cek terhadap alat TR apakah tekanan roda sudah sesuai dengan spesifikasi (300 – 450 psi), kondisi roda apakah masih layak pakai dan berat TR sesuai dengan spesifikasi (12 Ton – 14 Ton)

 Periksa Kerataan, Kerataan beton aspal ( AC / ATB ) harus diperiksa dengan menggunakan mistar ukur kerataan ( straight edge ) panjang 3 m, kearah melintang dan kearah memanjang, ketidakrataan tidak boleh melebihi toleransi  3 mm ( 0,30

cm ). Kalau hasil trial mix dinyatakan baik ( memenuhi persyaratan teknis ) maka

dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan, bila hasilnya tidak baik maka harus diulang.

(14)

3.6. Prime Coat dan Tack Coat 3.6.1. Perbedaan

 Prime Coat : Bahan yang dipakai adalah aspal yang telah dicairkan dan disemprotkan pada lapisan perkerasan pondasi ( base course ), hal ini hanya di gunakan pada material batuan. Fungsinya sebagai peresap dan perekat material base dan campuran aspal.

 Tack Coat : Bahan yang dipakai adalah aspal yang telah dicairkan dan aspal disemprotkan pada lapisan perkerasan yang sudah ada aspalnya seperti lapisan penetrasi, kolakan, hotmix, jadi fungsinya hanya seperti perekat antara campuran aspal dengan campuran aspal lainnya.

.6.2 Kegunaan

 Menjaga kemungkinan terjadinya slip / tergelincir antara lapisan lama dan lapisan baru.

 Melindungi material yang telah mencapai kepadatan tertentu agar tertentu agar tidak mudah terbongkar.

 Menjaga agar tidak mudah rusak karena cuaca.

 Menjaga kekompakkan aggregate / tidak terjadi segregasi.  Sebagai bahan pengikat antara lapis bawah dan atas.

 Disarankan pemakaian prime coat, tidak memakai aspal murni, tetapi aspal yang telah dicampur dengan kerosin ± 20 %.

.6.2 Macam – macam jenis prime coat dan tack coat

 Aspal Emulsi

Terdiri dari 3 bahan dasar: aspal, air dan emulsifying agent.

Pada beberapa kondisi dapat terdiri dari bahan tambah lain: stabilizer, coating improver, antistripping agent, break control agent. Aspal emulsi yang dapat digunakan dalam spesifikasi Direktorat Bandar Udara, adalah :

Temperatur Aplikasi

Tipe dan Grade Spesifikasi Deg. F Deg. C

Emulsified Aspal

SS-1, SS-1h ASTM D 977 70-160 20-70

MS-2, HFMS-1 ASTM D 977 70-160 20-70

CSS-1, CSS-1h ASTM D 2397 70-160 20-70

CMS-2 ASTM D 2397 70-160 20-70

 Aspal Cut back

Terdiri dari 2 bahan dasar: aspal dan kerosin.

Temperatur Aplikasi

Tipe dan Grade Spesifikasi Deg. F Deg. C

Cutback Aspal

RC-30 ASTM D 2028 80+ 30+

RC-70 ASTM D 2028 120+ 50+

RC-250 ASTM D 2028 165+ 75+

(15)

 Untuk mengetahui prosen susut aspal beton ( AC / ATB ), maka perlu dilakukan pengukuran dengan water pass. Pengukuran tersebut antara lain :

- Tentukan lokasi titik core drill

- Ukur elevasi existing rencana titik core drill tersebut dengan memakai titik tetap dimana saja.

- Ukur elevasi hamparan aspal beton ( AC / ATB ) pada rencana titik core drill ( tebal gembur ).

- Ukur elevasi akhir setelah pemadatan aspal beton ( AC / ATB ) selesai ( tebal

padat ).

- Hitung prosen susut dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Tebal Gembur – Tebal Padat

Prosen Susut = x 100 % Tebal Gembur Atau : TG Koef. = TP

Keterangan : TG = Tebal Gembur

(16)

BAB IV

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 Penghamparan Beton Aspal ( AC / ATB )

Dalam pelaksanaan penghamparan, yang harus diperhatikan antara lain :

KPA/PPK bandar udara menyiapkan dokumen Methods of Working Plans dan menunjuk Safety Officer sesuai dalam Manual Of Standard (MOS) Bagian 139 sebagai bagian dari safety procedure pada bandar udara yang beroperasi sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SE/02/IV/2009 Tentang Keselamatan Pekerjaan Di Bandar Udara (Aerodrome Works Safety) terlampir.

Penyedia jasa agar membuat dokumen kerja antara lain : profil design dengan mengacu pada Annex 14 dan Metode Rencana Kerja sesuai dalam Manual Of

Standard (MOS) Bagian 139.

 Pelaksanaan pekerjaan aspal beton harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut : o Sebelum dilaksanakan pekerjaan kontraktor pelaksana mengajukan ijin kepada

penyelenggara bandar udara/direksi sesuai dengan MOWP dan dilarang bekerja tanpa ijin dari penyelenggara bandar udara.

o Pekerjaan dilakukan pada jam kerja diluar operasi bandar udara sesuai dengan NOTAM yang dikeluarkan oleh penyelenggara bandar udara.

o Persiapan – persiapan harus dilakukan kontraktor sebelum mulai bekerja, baik persiapan alat utama, alat pendukung/alat bantú dan SDM sesuai dengan metode kerja yang telah dibuat oleh kontraktor termasuk didalamnya perhitungan panjang rencana

o Pelaksanaan pekerjaan penghamparan dimulai dari sisi kanan kiri centre line landas pacu dengan perhitungan panjang sesuai dengan agar terbentuk slope melintang dan memanjang sesuai dengan profil design.

o Harus diperhatikan sambungan melintang dan memanjang agar tidak terjadi gelombang, serta pengecekkan kerataan dengan straigth edge. Untuk itu disarankan ada tenaga khusus yang menangani sambungan dan kerataan beserta peralatan pendukung seperti : straigth edge, ayakan/saringan halus membuat screen sheet , lampu penerangan.

o Setiap selesai pekerjaan harian, harus dilakukan pembersihan dan pengecekkan di area pekerjaan agar tidak membahayakan keselamatan operasional penerbangan.

 Tidak boleh terjadi segrerasi campuran, usahakan homogenitas campuran tetap terjaga.

 Lapis bawah harus sudah memenuhi persyaratan teknis, atau apabila ada kerusakan permukaan seperti long crack, transversal crack, block crack, crocodile crack dan lain – lain supaya diperbaiki terlebih dahulu.

 Didalam pelaksanaan penghamparan diharuskan memakai Aspal Finisher dan Automatic level.

 Penghamparan harus sesuai dengan profil design / gambar rencana, maka tebal hamparan harus dihitung terlebih dahulu dengan memakai ketentuan prosen susut dari hasil Trial Paving / uji coba pemadatan yang telah disetujui bersama.

(17)

4.2. Pemadatan Beton Aspal ( AC / ATB )

Sesuai dengan hasil Trial Mix dan uji coba pemadatan maka dalam pelaksanaan pemadatan harus diperhatikan hal – hal sebagai berikut :

 Kemampuan AMP

 Kemampuan Aspal Finisher

 Kemampuan daya angkut material dan jumlah dump truck

 Kemampuan alat pemadat seperti tandem roller, tire roller, three axle apabila ada.  Perhatikan temperatur beton aspal pada saat mulai sampai akhir pemadatan

 Pemadatan harus dimulai dari lokasi yang rendah menuju kearah yang lebih tinggi, apabila terjadi pemadatan pada daerah tikungan ( fillet ) maka harus dimulai dari bagian tepi.

 Untuk melaksanakan pekerjaan overlay, tentu akan terjadi sambungan melintang. Dalam hal ini pemadatan harus dilaksanakan melintang terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan pemadatan memanjang.

Roda mesin gilas harus dibasahi dengan air sesuai kebutuhan. Panjang hamparan tidak boleh kurang dari 50 meter.

4.3. Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu pelaksanaannya harus sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan, guna mendapatkan hasil pelaksanaan pekerjaan yang baik. Dalam hal ini upaya yang dilakukan dalam pengendalian mutu.

4.3.1. AMP ( Aspal Mixing Plant )

 Kemampuan Produksi AMP

 Kalibrasi Hot Bin dan Cold Bin AMP.  Tentukan temperatur aspal dan aggregate.

 Mutu aspal beton yang dihasilkan harus memenuhi syarat setelah dilakukan Marshall Test.

 Gradasi yang dihasilkan dari Hot Bin harus memenuhi syarat Granding Limit.

4.3.2. Lapangan

Hasil pelaksanaan pekerjaan hamparan dan pemadatan, agar memperhatikan hal – hal sebagai berikut :

 Tebal hamparan setelah dipadatkan harus sesuai dengan profil design.

 Permukaan hasil pelaksanaan pekerjaan harus rata, apabila terjadi cekungan maka harus dilakukan pengukuran dengan staight edge atau alat ukur water pass, kedalaman cekungan tidak boleh lebih dari 0,30 cm.

 Jumlah lintasan, sitem pemadatan, temperatur jenis alat pemadatan harus sesuai dengan hasil trial mix.

 Core drill, untuk menentukan field density dengan ketentuan sebagai berikut :  Field Density  98 % Terhadap Bulk Density

 Field Density  95 % Terhadap Absolut Density  Perfomance dan warna dari beton aspal

 Jumlah pemakaian Prime dan Tack Coat ditentukan oleh kondisi permukaan yang akan dilapis.

(18)

BAB V

PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN PENILAIAN AKHIR PEKERJAAN

( EVALUASI KUALITAS )

Pemeriksaan akhir pekerjaan pada dasarnya dibagi 2 (dua) bagian yaitu :

1. Pemeriksaan atau penilaian kuantitas dan kualitas pekerjaan berdasarkan laporan teknis dari konsultan supervisi.

2. Pemeriksaan penilaian kuantitas dan kualitas pekerjaan berdasarkan pengamatan dilapangan dengan cara :

a. Visual

b. Pengujian tes bila perlu

5.1. Pemeriksaan Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan Berdasarkan Laporan Teknis dari Konsultan Suvervisi.

Teliti secara cermat laporan teknis konsultan, apakah sudah dilaksanakan pengawasan kuantitas dan kualitas dengan baik dan benar, laporan harus berisi kegiatan selama pekerjaan berlangsung sampai pekerjaan selesai 100 %.

Pemeriksaan ini meliputi : 5.1.1. Pemeriksaan kuantitas :

a. Pemeriksaan terhadap hasil shop drawing/profil design dan data perhitungan volume.

b. Pemeriksaan terhadap as built drawing dan data perhitungan volumenya. c. Pemeriksaan terhadap data tonnase hasil produksi per hari dari laporan harian

konsultan pengawas. 5.1.2. Pemeriksaan kualitas :

 Hasil Marshall Test ( ASTM 1559 – 62 T )

Pemeriksaan terhadap nilai stability, flow, VIM, VFWA dan density lab.  Hasil Core Drill

Pemeriksaan terhadap kepadatan lapangan/field density.  Hasil Ekstraksi

Pemeriksaan terhadap gradasi campuran dan kadar aspal.

5.2. Pemeriksaan Kualitas Pekerjaan Berdasarkan Pengamatan Dilapangan.

5.2.1.Pemeriksaan Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan Berdasarkan Pengamatan di lapangan dengan cara Visual :

a. Pemeriksaan kualitas :

Teliti dengan cermat apakah penampakan permukaan ( Perfomance ) hasil overlay beton aspal sudah baik dan memenuhi persyaratan, kenampakan di permukaan overlay antara lain :

 Warna beton aspal ( hot mix ) hasil overlay  Tekstur beton aspal ( hot mix ) hasil overlay

 Homogenitas campuran beton aspal ( hotmix ) hasil overlay  Kerataan permukaan hasil overlay

(19)

 Sambungan memanjang atau melintang

 Kemiringan ( slope ) memanjang atau melintang  Kerusakan

b. Pemeriksaan kuantitas :

 Pengukuran secara manual ( dengan roll meter ) terhadap luasan hasil pekerjaan.

 Dari hasil core drill terhadap ketebalan lapis konstruksi, dilakukan cross check dengan hasil as built drawing.

5.2.2. Pemeriksaan Kualitas Pekerjaan Berdasarkan Pengamatan Dilapangan Dengan Cara Pengujian ( Test )

Hal ini dilakukan apabila perlu ( karena para Pengawas/petugas masih ragu – ragu akan hasilnya ). Pemeriksaan pengujian ini meliputi :

a. Core Drill :

- Density ( kepadatan ) - Ketebalan lapisan b. Kerataan Permukaan :

- Dengan alat ukur staright edge sepanjang 3 meter ketidak rataan tidak boleh melebihi 3 mm untuk lapisan permukaan ( surface course )

c. Ekstrasi, maksudnya untuk meneliti ulang : - Kadar aspal

- Gradasi campuran

(20)

BAB VI P E N U T U P

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat – Nya dalam menyelesaiakan penyusunan konsep pedoman ini.

Dengan penuh keyakinan bahwa penyajian konsep ini masih banyak sekali kekurangannya, untuk melengkapi diharapakan masukkan dari rekan – rekan.

Dengan harapan semoga konsep pedoman ini dapat memberikan sumbangan yang berarti serta bermanfaat bagi yang membutuhkan terutama untuk petugas pengawasan kualitas Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara.

Penyusun

Direktorat Bandar Udara

(21)
(22)

LAMPIRAN I

PERSYARATAN KHUSUS

(23)

PERSYARATAN KHUSUS

PEKERJAAN PENYELIDIKAN DAN STANDARISASI

PENELITIAN PENDAHULUAN PENGAWASAN

1. PEKERJAAN SUBGRADE :

- Atterberg Limit ( ASTM D 123, D 424 ) - Modified Proctor ( ASTM D )

- Soaked CBR ( ASTM D 1883 )

- Field CBR ( on place ) PB 0102 - 76

- Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )

2. PEKERJAAN SUBBASE :

- Analisa saringan ( ASTM D 422 ) - Sand Equivalent ( AASTHO T 176 ) - Kotoran Organik ( ASTM C 10 – 66 T )

- Field CBR ( on place ) PB 0102 - 76

- Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )

3. PEKERJAAN BASE :

- Analisa saringan ( ASTM D 422 ) - Bentuk batuan ( visual )

- Soundness ( ASTM C 88 – 76 ) - Abration / LA ( ASTM C 131 – 81 )

- Komposisi campuran

- Field CBR ( on place ) PB 0102 - 76

- Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )

4. PEKERJAAN BINDER : Penetrasi :

- Analisa saringan ( ASTM D 422 ) - Sand Equivalent ( AASTHO T 176 ) - Bentuk batuan ( visual )

- Soundness ( ASTM C 88 – 76 ) - Abration / LA ( ASTM C 131 – 81 )

- Test Aspal Kolakan :

- Analisa saringan ( ASTM D 422 ) - Sand Equivalent ( AASTHO T 176 ) - Bentuk batuan ( visual )

- Soundness ( ASTM C 88 – 76 ) - Abration / LA ( ASTM C 131 – 81 )

- Test Aspal

- Mix Design dengan Metode Marshall ( ASTM D 1559 – 62 T, PC 0201 – 76 )

- Kerataan permukaan dengan straight edge - Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )

- Kerataan permukaan dengan straight edge - Komposisi campuran

(24)

PENELITIAN PENDAHULUAN PENGAWASAN ATB :

- Analisa saringan ( ASTM D 422 ) - Sand Equivalent ( AASTHO T 176 ) - Bentuk batuan ( visual )

- Soundness ( ASTM C 88 – 76 ) - Abration / LA ( ASTM C 131 – 81 )

- Test Aspal

- Kelekatan aspal pada batuan

- Mix Design dengan Metode Marshall ( ASTM D 1559 – 62 T, PC 0201 – 76 )

- Kerataan permukaan dengan straight edge

- Komposisi campuran

- Kepadatan lapangan ( ASTM D1556, D 2167 )

5. PEKERJAAN SURFACE :

Beton Aspal / Hot Mix :

- Analisa saringan ( ASTM D 422 ) - Sand Equivalent ( AASTHO T 176 ) - Bentuk batuan ( visual )

- Soundness ( ASTM C 88 – 76 ) - Abration / LA ( ASTM C 131 – 81 )

- Test Aspal

- Kelekatan aspal pada batuan

- Mix Design dengan Metode Marshall ( ASTM D 1559 – 62 T, PC 0201 – 76 ) Rigid Pavement :

- Analisa saringan ( ASTM D 422 ) - Sand Equivalent ( AASTHO T 176 ) - Bentuk batuan ( visual )

- Soundness ( ASTM C 88 – 76 ) - Abration / LA ( ASTM C 131 – 81 )

- Kotoran Organik - Mutu Semen - Mutu Air

- Mix Design Beton

- Kerataan permukaan dengan straight edge

- Komposisi campuran

- Kepadatan lapangan ( ASTM D1556, D 2167 )

- Slump - Compresive Strenght - Flexural Strenght - Bekisting - Joint Sealant - Dowel - Kerataan Permukaan

(25)

LAMPIRAN 2

KEMUNGKINAN – KEMUNGKINAN DAN SEBAB – SEBAB KERUSAKAN

PADA PELAKSANAAN BETON ASPAL

(26)

KEMUNGKINAN – KEMUNGKINAN DAN SEBAB – SEBAB KERUSAKAN PADA PELAKSANAAN BETON ASPAL

BILA PERMUKAAN BETON ASPAL : 1. Terdorong dan bergelombang :

 Sebab – sebab :  Kurang tack coat  Tidak pakai tack coat  Kelebihan tack coat

 Terlalu banyak butiran halus  Terlalu banyak aspal

 Susunan butir tidak baik  Campuran tidak baik  Kelembaban terlalu tinggi  Pelaksanaan finisher tidak baik

 Pemadatan pada temperatur terlalu tinggi  Roller terlalu berat

 Base tidak stabil

 Lapisan beton aspal terlalu tipis

2. Retak Halus ( lembut ) :

 Sebab – sebab :

 Terlalu banyak butiran halus  Terlalu banyak butiran kasar  Terlalu banyak aspal

 Susunan butir tidak baik  Cara pemadatan tidak baik  Terlalu banyak pemadatan

 Pemadatan pada temperatur terlalu tinggi  Terlalu banyak air pada roda roller  Roller terlalu berat

 Base tidak stabil

3. Retak Dalam dan Panjang :

 Sebab – sebab :

 Terlalu banyak pemadatan  Roller terlalu berat

 Kurang aspal  Base tidak stabil

(27)

4. Pecah - pecah :

 Sebab – sebab :

 Terlalu banyak butiran kasar  Susunan butir tidak baik  Terlalu banyak pemadatan  Roller terlalu berat

5. Beton Aspal Robek - Robek :

 Sebab – sebab :

 Terlalu banyak butiran kasar  Kurang aspal

 Susunan butir tidak baik  Beton aspal terlalu panas  Beton aspal terlalu dingin  Pelaksanaan finisher tidak baik  Base tidak baik

 Terjadi pemisahan butiran pada waktu penghamparan  Finisher berjalan terlalu cepat

6. Beton Aspal Tergelincir :

 Sebab – sebab :  Kurang tack coat  Tidak pakai tack coat  Kelebihan tack coat

 Terlalu banyak butiran halus  Kelebihan asapal

 Susunan butir jelek  Kelembaban terlalu tinggi  Cara pemadatan tidak baik  Pemadatan terlalu banyak

 Pemadatan pada temperatur terlalu tinggi  Roller terlalu berat

(28)

LAMPIRAN III

(29)

DAFTAR PERALATAN DAN MATERIAL

PADA PEKERJAAN PRASARANA SISI UDARA BANDAR UDARA

NO JENIS PEKERJAAN

JENIS MATERIAL

JENIS PERALATAN

KET

1. Galian Struktur

- Excavator/Cangkul

2.

Pasangan Batu Kali - Batu Kali (m3)

- Cement (Kg)

- Pasir (m3)

- Concrete Micxer

3.

Common

Excavation

- Dump truck / truck

- Tamper

- Roller

4.

Penimbunan

- Fill material (m3)

- Excavator

- Dump truck

- Motor grader

- Vibrator Roller

- Water tank truck

- Wheel loader

5.

Subgrade

-

- Water tank truck

- Motor grader

- Wheel loader

- Vibrator roller

6.

Aggregate base

- Course aggregate

(CA)

- Fine aggregate (FA)

- Dump truck

- Motor grader

- Vibrator Roller

- Water tank truck

- Wheel loader

- Water tank truck

7.

Aggregate subbase - Sirtu

- Course aggregate

(CA)

- Fine aggregate (FA)

- Dump truck

- Motor grader

- Vibrator Roller

- Water tank truck

- Wheel loader

- Water tank truck

8.

Tack Coat

- Aspal (Kg)

- Truck

- Air Compressor

- Aspal sprayer

(30)

NO JENIS PEKERJAAN

JENIS MATERIAL

JENIS PERALATAN

KET

9. Prime Coat

- Aspal (Kg)

- Truck

- Air Compressor

- Aspal sprayer

10. Lapisan Surface

Aspal Beton (AC)

- Aspal (Kg)

- Course Aggregate

(m3)

- Fine Aggregate (m3)

- Filler (m3)

- Wheel loader

- AMP

- Aspal finisher

- Dump truck

- Tandem roller

- Pneumatic tire roller

11. Lapisan Surface

Aspal Beton (ATB)

- Aspal (Kg)

- Course Aggregate

(m3)

- Fine Aggregate (m3)

- Filler (m3)

- Wheel loader

- AMP

- Aspal finisher

- Dump truck

- Tandem roller

- Pneumatic tire roller

12. Lapisan Surface

Kolakan

- Aspal (Kg)

- Course Aggregate

(m3)

- Fine Aggregate (m3)

- Filler (m3)

- Wheel loader

- Dump truck

- Steel wheel roller

- Tandem roller

13.

Lapisan Surface

Penetrasi

- Aspal (Kg)

- Course Aggregate

(m3)

- Fine Aggregate (m3)

- Wheel loader

- Dump truck

- Steel wheel roller

14. Structure Concrete

- Gravel /split (m3)

- Sand/pasir (m3)

- Cement (kg)

- Concrete mixer

- Concrete finisher

- Truck

- Vibrator

- Ready mix

15. Reinforcing Steel

- Reinforcing (Kg)

- Re-wire (Kg)

- Truck

- Pemotong baja

16. Shoulder

- Course Aggregate

(m3)

- Fine Aggregate (m3)

- Wheel loader

- Dump truck

- Motor grader

- Roller

(31)

Referensi

Dokumen terkait

kurang baik karena kualitas hidup yang kurang baik maka perkembangan anak. tidak cukup mendekati optimal

Berdasarkan nilai ARP, diperoleh 10 penyebab risiko yang perlu ditangani, yaitu yaitu ketidaktelitian karyawan (A14), kualitas material kurang baik (A37), adanya kerusakan

Indikator paling rendah adalah kuantitas hasil kerja karyawan yang masih termasuk dalam kategori kurang baik artinya kuantitas hasil kerja karyawan masih perlu

1) Dapat terselenggaranya pengadaan dan penyimpanan persediaan bahan- bahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pabrik baik dalam jumlah (kuantitas)

1) Pelaksana Distribusi Raskin menerima beras dan mengecek mengenai kualitas dan kuantitas beras tersebut. Apabila kualitas beras kurang baik, Pelaksana Distribusi

Perumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana hasil untuk uji kualitas bahan material beton, sifat agregat Koral Malus dan Pasir Siring Agung dan

Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Kerja Kuantitas Kerja Frekuensi n % Baik 26 65,0 Cukup 7 17,5 Kurang 7 17,5 Total 40 100,0 Sumber: Data Primer, 2022 Berdasarkan

Sangat baik 87,3% Baik 12,7% Cukup 0 Kurang 0 Hasil dari kegiatan pengajaran yang diperoleh bersama Sangat baik 88,5% Baik 11,5% Cukup 0 Kurang 0 Terus meningkatkan kualitas