B
BA
A
B
B
6
6
A
A
S
S
P
P
E
E
K
K
T
T
E
E
K
K
N
N
I
I
S
S
P
P
E
E
R
R
S
S
E
E
K
K
T
T
O
O
R
R
6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMANBerdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang‐Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015‐2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang‐Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan
perdesaan potensial;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau‐pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan propors rumahtangga kumuh perkotaan.
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program‐Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu‐isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di masing‐masing kabupaten/kota terdapat isu‐isu yang bersifat lokal dan spesifik. Berikut ini adalah isu‐isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tabel 6.1 Isu‐Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Demak
No. ISU STRATEGIS KETERANGAN
1 2 3
1 Pertumbuhan penduduk Memerlukan permukiman‐
permukiman baru
2 Keterbatasan ruang untuk permukiman Pemanfaatan ruang seefisien
mungkin
3 Penurunan kualitas lingkungan Pertimbangan daya dukung
lingkungan dan upaya konservasi
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK,
untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian kabupaten Demak dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program‐program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir. Tabel 6.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/ Peraturan Bupati terkait Pengembangan Permukiman No.
Perda/Pergub/ Perbup Amanat
Kebijakan Daerah Jenis Produk
Pengaturan No./Tahun Perihal
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )
1 Perda No. 6 tahun 2011 RTRW Kab. Demak Pengaturan
kawasan
peruntukan
2 Raperda Bangunan Gedung
3 Perda No. 6 tahun 2010 Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi
Jawa Tengah Tahun
2009 – 2029 Pengaturan kawasan peruntukan permukiman PERKOTAAN Tabel 6.3 Data Kawasan Kumuh Perkotaan di Kabupaten Demak No Lokasi Kawasan Kumuh Luas Kawasan Jumlah Rumah Permanen Jumlah Rumah Semi Permanen Jumlah Penduduk (+) ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) 1 KAWASAN GENDINGAN (BINTORO) 27.797 m2 600 2 KAWASAN SAMPANGAN (BINTORO) 21.134 m2 1.420 3 KAWASAN PERUMAHAN PATI UNUS (BINTORO) 8.788 m2 440 4 KAWASAN PETENGAN CORONGAN (BINTORO) 23.672 m2 1.400 5 KAWASAN SAWUNGGALIH (BINTORO) 17.144 m2 286 6 KAWASAN SETINGGIL JAGALAN (BINTORO) 22.279 m2 757 7 KAWASAN KAUMAN (BINTORO) 20.915 m2 2.038 8 KAWASAN BEGURON (BINTORO) 17.231 m2 256 9 KAWASAN KALIKONDANG 182.532 m2 1.650 10 KAWASAN KAUMAN (KADILANGU) 15.307 m2 320 11 KAWASAN MERBOTAN (KADILANGU) 6.360 m2 410 12 KAWASAN PECAON (KADILANGU) 18.362 m2 848
Sumber: SK Bupati tentang Kawasan Kumuh Kota
Tabel 6.4 Data Kondisi RSH (Rumah Sederhana Sehat) di Kabupaten Demak No Lokasi RSH Tahun Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana CK yang Ada ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )
1 Perum. Bakti Praja Baik
2 Perum Pondok
Patimura
Baik
3 Podok Raden Fatah Sebagian
rusak Sumber: Inventarisasi konsultan 2014
Tabel 6.5 Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Demak No Lokasi Rusunawa Tahun Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana CK yang Ada ( 1) ( 2) ( 3) ( 4) ( 5) ( 6) ( 7) 1 Bintoro Demak 2013 PP. Al Islah baik MCK 2 Jogoloyo Wonosalam 2014 Islamic Center baik MCK Sumber: DPUPPE 2014 PERDESAAN Tabel 6.6 Data Program Perdesaan Di Kab. Demak Tahun 2009‐2014
No Program/Kegiatan Lokasi Volume/
Satuan Status Kondisi infrastruktur ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) 1 Bedah rumah Kemenpera dan APBD 14 kecamatan 3.359 rumah BAIK LAYAK 2 PNPM 14 kecamatan BAIK LAYAK Sumber: BapermasKB 2014
c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas;
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan;
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat;
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman;
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program‐Program Pro Rakyat (Direktif Presiden);
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah;
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota;
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, di kabupaten Demak terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu
dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Demak serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten Demak. Tabel 6.7 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Demak No Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) 1 Aspek Teknis
1) Belum disahkannya Perda BG
2) Belum disahkannya Perda RDTRK
1) Perlunya segera disahkannya Perda BG 2) Perlu segera dipenuhi syarat‐ syarat penyusunan Perda RDTRK 1) Sosialisasi Ketatabangunan kepada legislatif. 2) Pembelian citra satelit sesuai persyaratan BIG. 2 Aspek Kelembagaan
1) Belum adanya kesepemahan antara
para pengembang perumahan dengan
pemerintah
2) Belum sinkronnya perencanaan
bidang permukiman antar SKPD terkait
1)\Perlu dikembangkan komunikasi antara pengembang dengan pemerintah 2) Perlu membangun sinergi program antara SKPD terkait permukiman 1) Sosialisasi peraturan dan rencana pengembangan perumahan; 2) Mengintensifkan koordinasi. 3 Aspek Pembiayaan
1) Tingginya bunga pinjaman perbankan
2) Lemahnya kemampuan warga miskin
untuk membeli rumah
1) Perlu mengembangkan sumber‐sumber pendanaan alternatif bidang permukiman 1) Bantuan subsidi bunga 2) Mendorong pembangunan RSH
4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta
1) Adanya kekurangtaatan swasta
pengembang terhadap tata ruang
2) Adanya kekurangtaatan masyarakat
terhadap tata ruang
1) Perlu sosialisasi intensif ketataruangan kepada swasta dan pengembang 2) Perlu sosialisasi intensif ketataruangan kepada masyarakat 1) Perlu sosialisasi intensif ketataruangan kepada swasta dan pengembang 2) Perlu sosialisasi intensif ketataruangan kepada masyarakat
5 Aspek Lingkungan Permukiman
1) Menurunnya daya dukung lingkungan
di wilayah permukiman padat
1) Melakukan restorasi/konservas i lingkungan 1. Pembuatan Alat Pemecah Ombak; 2. Penanaman
No Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 )
2) Menurunnya daya dukung lingkungan
pada permukiman dekat industri
2) Melakukan pengetatan aturan perlindungan lingkungan mangrove; 3. talut pantai 4. Pelarangan pengambilan air tanah; 5. Pengembangan rumah panggung/apung Sumber: Analisis 2014
6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010‐ 2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro‐rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010‐2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD.
Acuan kebijakan tersebut menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman. Berikut ini adalah perkiraan kebutuhan pengembangan permukiman di perkotaan Demak (Kecamatan Demak, Mranggen dan Sayung).
Tabel 6.8
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun
No URAIAN Unit Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Ket
I II III IV V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Jumlah Penduduk Jiwa 377.214 381.552 385.940 390.378 394.868 Proyeksi pertumbuhan 1,15% (2012) Kepadatan Penduduk Jiwa/ 1.779,31 1.799,77 1.820,47 1.841,41 1.862,58 Luas 212 km2 Km2 Jumlah Penduduk miskin Jiwa 70.765 71.579 72.402 73.235 74.077 Penduduk miskin 18,76% (sensus 2010) Proyeksi Persebaran Jiwa/ 334 338 342 345 349 Luas 212 km2 Penduduk Miskin Km2 2. Sasaran Penurunan Ha 6 6 6 6 6 Total kawasan kumuh Kawasan Kumuh 31,5359 Ha 3. Kebutuhan Rusunawa TB 3 3 3 3 3 Asumsi di 3 wilayah perkotaan
4. Kebutuhan RSH unit 39.322 39.322 39.322 39.322 39.322 Proyeksi
kebutuhan rumah /th (RP3KP) 5. Kebutuhan Kws 3 3 3 3 3 Asumsi di 3 wilayah perkotaan Pengembangan Permukiman Baru Tabel 6.9 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun
No URAIAN Unit Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Ket
I II III IV V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Jumlah Penduduk Jiwa 766.542 775.357 784.274 793.293 802.416 Proyeksi pertumbuhan 1,15% (2012) Kepadatan Penduduk Jiwa/ 1.119 1.132 1.145 1.158 1.171 Luas 685 km2 Km2
No URAIAN Unit Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Ket I II III IV V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah Penduduk Jiwa/ 143.803 145.457 147.130 148.822 150.533 Penduduk miskin 18,76% (sensus 2010) Miskin Km2 Proyeksi Persebaran Jiwa/ 210 212 215 217 220 Luas 685 km2 Penduduk Miskin Km2 2. Desa Potensial untuk Desa 4 4 4 4 4 1. Mlatiharjo; 2. Sidomulyo; 3. Banyumeneng; 4. Tlogoweru; Agropolitan 3. Desa Potensial untuk Desa 5 5 5 5 5 1. Wonosari; 2. Berahan Wetan, 3. Purworejo; 4. Tambakbulusan; 5; Surodadi Minapolitan
4. Kawasan Rawan Kws 4 4 4 4 4 1. Sriwulan; 2.
Bedono; 3. Timbulsloko; 4. Purwosari Bencana 5. Kawasan Perbatasan Kws 4 4 4 4 4 1. Kec. Mranggen, 2. Kec. Sayung; 3. Kec. Karanganyar; 4. Kec. Mijen 6. Desa Kategori Miskin Desa 2 2 2 2 2 ‐ 7. Kawasan dengan Kws 2 2 2 2 2 Kawasan penghasil garam Komoditas Unggulan
Sumber: Analisis Konsultan 2014
6.1.4. Program‐Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan, 2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM. Gambar 6.1 Alur Program Pengembangan Pemukiman
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non‐fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh dan permukiman RSH;
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan /Minapolitan); Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana; Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan ; Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW); Infrastruktur perdesaan PPIP; Infrastruktur perdesaan RIS PNPM.
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut. 1. Umum Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas. Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. Kesiapan lahan (sudah tersedia). Sudah tersedia DED. Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK) Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi. Ada unit pelaksana kegiatan. Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. 2. Khusus Rusunawa
Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoU Dalam Rangka penanganan Kawasan Kumuh;
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya ;
Ada calon penghuni.
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%.
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V ‐ DPR RI.
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya. Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik . Tingkat kemiskinan desa >25%. PISEW Berbasis pengembangan wilayah.
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan.
Mendukung komoditas unggulan kawasan.
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4)
pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat‐pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada. 4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah. 5. Komitmen Pemerintah Kabupaten
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.
6.1.5. Usulan Program dan Kegiatan
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.
Tabel 6.10 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Demak No Program/ Kegiatan Volume/ Satuan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria Kesiapan ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) 1 Penyusunan Strategi Pembangunan Pemukiman dan Infrastruktur Perkotaan / SPPIP
1 paket 990.000.000 Kab. Demak
2 Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Pemukiman (RPKP) Perkotaan dan Pedesaan
1 paket 990.000.000 Kab. Demak
3 Penyusunan Rencana Tindak dan Perencanaan Teknis Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan
1 paket 330.000.000 Kab. Demak
4 Penyusunan Rencana Tindak dan Perencanaan Teknis Penanganan Kawasan Kumuh Perdesaan/Nelayan
1 paket 330.000.000 Kab. Demak
5 Penanganan kawasan kumuh perkotaan 12 paket 9.900.000.000,‐ 12 kawasan 6 Penanganan kawasan kumuh nelayan 10 paket 9.900.000.000,‐ 4 kecamatan 7 Penyusunan FS dan DED RSH
1 paket 250.000.000,‐ Kab. Demak
8 Pengembangan
RSH
3 paket 9.900.000,000,‐ Kab. Demak
9 Penyusunan FS dan
DED Rusunawa
1 paket 350.000.000,‐ Kab. Demak
10 Pengembangan Rusunawa 3 paket 9.900.000,000,‐ 3 kecamatan 11 Penanganan Sarana dan prasarana permukiman kawasan rawan bencana 12 paket 9.900.000,000,‐ 4 kecamatan
No Program/ Kegiatan Volume/ Satuan Biaya (Rp) Lokasi Kriteria Kesiapan ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) dan prasarana Perdesaan Potensial/ Agropolitan/ Minapolitan 13 Pembangunan Prasarana Infrastruktur Perdesaan (PPIP) 99 paket 9.900.000,000,‐ 14 kecamatan 14 Pembangunan prasarana dan sarana perdesaan PNPM 99 paket 9.900.000,000,‐ 14 kecamatan 15 Peningkatan kualitas permukiman di kawasan perbatasan 10 paket 9.900.000,000,‐ 6 kecamatan
Sumber: Analisis Konsultan 2014
b. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR). Tabel 6.11. Usulan Pembiayaan Proyek NO Program/ Kegiatan APBN APBD Prov APBD Kab/kota Masya rakat Swa sta CSR TOTAL ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 9 ) ( 1 0 ) 1 Penyusunan Strategi Pembangunan Pemukiman dan Infrastruktur Perkotaan / SPPIP R p . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ ‐ ‐ ‐ R p . 9 9 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 2 Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Pemukiman (RPKP) Perkotaan dan Pedesaan R p . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ ‐ ‐ ‐ R p . 9 9 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 3. Penyusunan Rencana R p . R p . R p .
NO Program/ Kegiatan APBN APBD Prov APBD Kab/kota Masya rakat Swa sta CSR TOTAL ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 9 ) ( 1 0 ) Tindak dan Perencanaan Teknis Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan 3 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 3 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 3 3 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 4 Penyusunan Rencana Tindak dan Perencanaan Teknis Penanganan Kawasan Kumuh Nelayan R p . 3 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 3 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 3 3 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 5 Penanganan kawasan kumuh perkotaan R p . 9 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 6 Penanganan kawasan kumuh nelayan R p . 9 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 7 Penyusunan FS dan DED RSH R p . 2 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 2 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 8 Pengembangan RSH R p . 9 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 . 9 0 0 . 0 0 0 ,‐ 9 Penyusunan FS dan DED Rusunawa R p . 3 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 3 5 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 10 Pengembangan Rusunawa R p . 9 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 11 Penanganan Sarana dan prasarana permukiman kawasan rawan bencana R p . 9 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 12 Penyediaan Sarana dan prasarana Perdesaan Potensial/ Agropolitan/ Minapolitan R p . 9 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 13 Pembangunan Prasarana Infrastruktur Perdesaan (PPIP) R p . 9 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ 14 Pembangunan prasarana dan sarana perdesaan R p . 9 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐
NO Program/ Kegiatan APBN APBD Prov APBD Kab/kota Masya rakat Swa sta CSR TOTAL ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 9 ) ( 1 0 ) PNPM 15 Peningkatan kualitas permukiman di kawasan perbatasan R p . 9 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐ R p . 9 . 9 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0 ,‐
Sumber: Analisis Konsultan 2014
Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dituangkan ke dalam tabel berikut.
206
Tabel 6.12
Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Demak
N O OUTPUT LO KA SI VOL SATUAN SUMBER TAHUN
INDIKATOR OUTPUT APBN
APBD PROV APBD KAB/ KOTA MAS YARA KAT SWA STA CSR 1 2 3 4 5 RINCIAN RP MURNI PHLN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (16) (17) (18) (19) (20)
KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELENGGARAAN DALAM
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
1 LAYANAN PERKANTORAN
Jumlah Bulan Layanan Perkantoran
1.a
Penyelenggaraan operasional &
pemeliharaan perkantoran Demak 12 Bln/Thn ‐ ‐ ‐ V ‐ ‐ ‐ V V V V V
2 PERATURAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Jumlah NSPK Bid Pengembangan Permukiman
2.a Penyusunan NSPK, Legalisasi
Draft NSPK Demak 1 dokumen V ‐ ‐ V ‐ ‐ ‐ ‐ V V ‐ ‐
3 PEMBINAAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan
Bidang Pengembangan Permukiman
3.a
Penyusunan RP2KP Demak 1 Dokumen ‐ ‐ ‐ V ‐ ‐ ‐ ‐ V ‐ ‐ ‐
3.g Fasilitasi Penguatan Kelembagaan
Pengembangan Permukiman Demak 1 Keg/th ‐ ‐ ‐ V ‐ ‐ ‐ V V V V V 4
PENGAWASAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN
207 N O OUTPUT LO KA SI VOL SATUAN SUMBER TAHUN
INDIKATOR OUTPUT APBN
APBD PROV APBD KAB/ KOTA MAS YARA KAT SWA STA CSR 1 2 3 4 5 RINCIAN RP MURNI PHLN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (16) (17) (18) (19) (20)
Jumlah Laporan Pengawasan Penyelenggaraan
Bidang Pengembangan Permukiman
4.a Pemeriksaan dan pemantauan
pengembangan permukiman 14 Kec. 1 Keg/th ‐ ‐ ‐ V ‐ ‐ ‐ V V V V V
5 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Jumlah Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan
5.a Pengembangan kawasan permukiman
baru dalam bentuk RUSUNAWA Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V 5.b Peningkatan kualitas permukiman
kumuh dan RSH Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
Jumlah Pengembangan permukiman kawasan
perdesaan
5.c
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (agropolitan dan minapolitan), rawan bencana serta perbatasan.
Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
5.d
Pengembangan kawasan permukiman desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM
Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
6 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
Jumlah kawasan perkotaan yang Tertata
208 N O OUTPUT LO KA SI VOL SATUAN SUMBER TAHUN
INDIKATOR OUTPUT APBN
APBD PROV APBD KAB/ KOTA MAS YARA KAT SWA STA CSR 1 2 3 4 5 RINCIAN RP MURNI PHLN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (16) (17) (18) (19) (20) 6.a Pengembangan infratruktur permukiman kawasan kumuh dan permukiman RSH.
Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
6.b Pengembangan infrastruktur Rusunawa Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
Jumlah kawasan perdesaan yang Tertata
infrastruktur Permukimannya 14 Kec. 1 paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
6.c
Pengembangan infratruktur permukiman kawasan perdesaan potensial (agropolitan/minapolitan).
Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
6.d Pengembangan infrastruktur
permukiman rawan bencana Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
6.d Pengembangan infratruktur
permukiman kawasan perbatasan. Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
6.e
Pengembangan infrastruktur permukiman pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
6.f Pengembangan infratruktur
permukiman PPIP Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
6.g Pengembangan infrastruktur
permukiman RIS PNPM Demak 4 Paket/th V ‐ V V ‐ ‐ ‐ V V V V V
Sumber: Analisis Konsultan 2014
6.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dam pak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana,
serta kawasan gabungan dari jenis‐jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti berikut.
Gambar 6.2 Lingkup Tugas PBL
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi: a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional. b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan; Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; Pelatihan teknis. c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; Paket dan Replikasi.
6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program‐ program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB
di kabupaten dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10‐25 cm selama abad ke‐20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan‐kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dam pak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei‐1 1 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 ‐ 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter
World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda‐agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka
hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan
rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggu langan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in‐cash sesuai MoU;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen‐dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Tabel 6.13
Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten Demak
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor
PBL di Kab/Kota ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) 1. Penataan Lingkungan Permukiman a. Penataan kawasan kumuh b. Penataan permukiman di kawasan bersejarah c. Penataan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi d. RTBL pusat perkotaan 2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara a. Standarisasi kualitas dan keamanan Bangunan gedung dan rumah negara b. Penataan bangunan gedung dan rumah negara 3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan a. Peningkatan kapasitas komunitas dalam penanggulangan kemiskina b. Pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan
B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PN PM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010‐2014, di samping kegiatan non‐fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Berikut ini adalah status peraturan terkait Bangunan Gedung di Kabupaten Demak. Tabel 6.14 Peraturan Daerah/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan No. Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Amanat Jenis Produk Pengaturan Nomor
& Tahun Tentang
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )
1. Raperda Bangunan Gedung
Tabel 6.15 Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Tradisional/ Bersejarah RTH Pemenuhan SPM Penanganan Kebakaran Nama Kawasan Dukungan Infrastruk tur CK Lokasi/ Nama RTH Luas RTH % Luas RTH Keter sediaan IMB % IMB HS BGN Instan‐ si Prasarana Kebakaran (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Kawasan Masjid Agung Demak Jalan, parkir, pujasera, MCK RTH Alun‐ alun, RTH masjid Agung, RTH Terminal, RTH jalan lingkar, RTH jalan Trenggono
1 Ha 30% DPUPPE Mobil Damkar
dan Hidran Kawasan Kadilangu Jalan, parkir, pujasera, MCK RTH Segaran
0,5 Ha 20 % DPUPPE Mobil Damkar
dan Hidran
Sumber: Analisis Konsultan 2014
Tabel 6. 16 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara No Kawasan/ Kecamatan Jumlah BG Negara Berdasarkan fungsi Status Kepemilikan Kondisi Bangunan Keter sediaan Utilitas BG (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Perkantoran pemerintah Kabupaten
Fungsi Hunian : 12 unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : 2 unit Pemprov Baik Ada
Fungsi Usaha : 2 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya : 3 unit Pemkab Baik Ada
Fungsi Khusus : 1 unit Pemkab Baik Ada
2 Kecamatan
Demak Fungsi Hunian : 1 unit
Pemkab Baik Ada
Fungsi Keagamaan : 1 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : 2 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya : 1 unit Pemkab Baik ada
Fungsi kesehatan : 3 unit Pemkab Baik ada
3 Kecamatan
Bonang Fungsi Hunian :1 unit
Baik ada
Fungsi Keagamaan : 0… unit Baik ada
Fungsi Usaha : …2… unit Pemkab dan
Pemprov
Baik ada
No Kawasan/ Kecamatan Jumlah BG Negara Berdasarkan fungsi Status Kepemilikan Kondisi Bangunan Keter sediaan Utilitas BG (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Fungsi Khusus :…2..unit Pemkab Baik ada
4 Kecamatan
Wedung Fungsi Hunian :1. unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : …0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :…0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…2..unit Pemkab Baik ada
5 Kecamatan
Mijen Fungsi Hunian :1. unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : 0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…2..unit Pemkab Baik ada
6 Kecamatan
Karanganyar Fungsi Hunian :…1.unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : …0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :…0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…2..unit Pemkab Baik ada
7 Kecamatan
Gajah Fungsi Hunian :…1.unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : …0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :…0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…1..unit Pemkab Baik ada
8 Kecamatan
Wonosalam Fungsi Hunian :…1 unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : …0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :…0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…2..unit Pemkab Baik ada
9 Kecamatan
Dempet Fungsi Hunian :…1.unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : …0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…1..unit Pemkab Baik ada
10 Kecamatan
Kebonagung Fungsi Hunian :…1.unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : 0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :…0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…1..unit Pemkab Baik ada
11 Kecamatan
Karangawen Fungsi Hunian :1….unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : 0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :0… unit Pemkab Baik ada
No Kawasan/ Kecamatan Jumlah BG Negara Berdasarkan fungsi Status Kepemilikan Kondisi Bangunan Keter sediaan Utilitas BG (1) (2) (3) (4) (5) (6) 12 Kecamatan
Mranggen Fungsi Hunian :…1.unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : …0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …2… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :…0 unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…3..unit Pemkab Baik ada
13 Kecamatan
Guntur Fungsi Hunian :1….unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : 0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…2..unit Pemkab Baik ada
14 Kecamatan
Karangtengah Fungsi Hunian :…1. unit
Pemkab Baik ada
Fungsi Keagamaan : 0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya : 0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…1..unit Pemkab Baik ada
15 Kecamatan
Sayung Fungsi Hunian : 1…unit
Pemkab Rusak ada
Fungsi Keagamaan : 0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Usaha : …1… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Sosial Budaya :0… unit Pemkab Baik ada
Fungsi Khusus :…2..unit Pemkab Baik ada
Sumber: Database Bangunan Gedung Pemerintah Kabupaten Demak 2014 Tabel 6.17 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
No. Kecamatan Kegiatan PNPM Perkotaan (P2KP)
Kegiatan Pemberdayaan Lainnya
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 )
1 Demak ‐ Sarana prasarana permukiman
‐ Bedah rumah ‐ Ekonomi produktif ‐ Pelatihan ketrampilan
Program Keluarga Harapan
(PKH):
‐ Pembinaan ekonomi
mandiri;
‐ Pelatihan ketrampilan Sumber: BapermasKB 2014
Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah‐daerah rawan bencana;
dan kurang mendapat perhatian;
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan; Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang‐undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi; Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
Tabel 6.18
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Aspek PBL Permasalahan yang dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis 1) Masih kurang
diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran 2) Masih kurang diperhatikannya aplikasi gaya
arsitektur lokal pada
bangunan pemerintah 1. Bagaimana menerapkan sistem proteksi kebakaran pada bangunan pemerintah; 2. Bagaimana menerapkan gaya
arsitektur lokal pada
bangunan pemerintah ‐ Pengadaan RISPK ‐ Pengadaan RTBL 2 Aspek Kelembagaan 1) Belum siapnya
landasan hukum dan
landasan operasional berupa RTBL Bagaimana mempercepat Perda RTBL ‐ Sosialisasi RTBL
3 Aspek Pembiayaan 1) Masih rendahnya
dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM Bagaimana memperoleh
perhatian legislatif dan
eksekutif untuk menganggarkan PBL. ‐ 4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta 1) Belum maksimalnya peran serta masyarakat
dan swasta dalam
upaya penataan lingkungan Bagaimana mengajak masyarakat/swasta menerapkan SPM PBL. ‐Sosialisasi 5 Aspek Lingkung an Permukiman 1) Menurunnya
fungsi kawasan dan
terjadi degradasi
kawasan kegiatan
ekonomi utama kota,
kawasan tradisional bersejarah serta h er i ta ge Bagaimana merestorasi kawasan bersejarah agar dapat memunculkan suasana kesejarahan. Menggalang kesepahaman dengan instansi terkait dan masyarakat
No Aspek PBL Permasalahan yang dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis 1) Banyaknya
Bangunan Gedung
Negara yang belum
memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan 2) Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak
yang tidak berfungsi
dan kurang
mendapat perhatian
Meningkatnya
kebutuhan NSPM
terutama yang berkaitan
dengan pengelolaan dan
penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan) Penerapan standarisasi gedung negara 2 Aspek Kelembagaan 1) Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum
berfungsi efektif dan
efisien dalam
pengelolaan
Bangunan Gedung
dan Rumah Negara
2) Belum
disahkannya perda
bangunan gedung
3) Penyelenggaraan
Bangunan Gedung
dan Rumah Negara
kurang tertib dan
efisien
4) Masih banyaknya
aset negara yang
tidak teradministrasikan dengan baik 5) Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan 1) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di
daerah serta rendahnya
kualitas pelayanan
publik dan perijinan
2) Kurang ditegakkannya
aturan keselamatan,
keamanan dan
kenyamanan Bangunan
Gedung termasuk pada
daerah‐daerah rawan
bencana
3 Aspek Pembiayaan Kurangnya
pembiayaan Gedung
negara
III. Kegiatan Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau