PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK TALK WRITE
DENGAN
MENGGUNAKAN APLIKASI
DRIVE
UNTUK MININGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS XI IPS DI SMA N 1 KARANGGEDE
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Disusun oleh:
Sandi Utomo (702010029)
Elizabeth Sri Lestari, S.Pd., MLIS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
4
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK TALK WRITE
DENGAN
MENGGUNAKAN APLIKASI
DRIVE
UNTUK MININGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS XI IPS DI SMA N 1 KARANGGEDE
1)Sandi utomo, 2) Elizabeth Sri Lestari, S.Pd., MLIS Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1)702010029@student.uksw.edu, 2) elizabeth@staff.uksw.edu
Abstract
The result of the observation and interview againts teacher and student in SMA N 1 Karanggede show that less interesting of conventional learning make student become less active and their result of studies under KKM. This research was conducted applying the learning model Think Talk Write using Google Drive to increase student’s result studies
toward TIK subject. This research is a research of quasi experiment with design of
Nonequivalent Control Group Design. This research was conducted in two times meeting. Data collection using observation sheet and test. The result of this research show that the use of learning model of Think Talk Write with Google Drive can increasing activity and student’s result studies. The increasing activity in the first meeting of classes about 85% and in second meeting of classes is about 91%. The incerase of student’s completeness on experimental class of pretest gain the student’s completeness by 5 studentso and posttest gain student’s completeness by 24 students. Thus, the activity and student’s result studies has increased.
Keyword : Think Talk Write using Google Drive
Abstrak
Hasil observasi dan wawancara terhadap guru maupun siswa di SMA N 1 Karanggede menunjukkan bahwa pembelajaran konvensional yang kurang menarik menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dan hasil belajarnya dibawah KKM. Penelitian ini dilakukan penerapan model pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran TIK. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Penelitian dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model belajar Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Peningkatan keaktifan pada pertemuan 1 52% dan pertemuan 2 55%. Peningkatan ketuntasan siswa pada kelas eksperimen pretest memperoleh ketuntasan 5 siswa dan posttest
memperoleh ketuntasan 24 siswa. Dengan demikian, keaktifan dan hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan.
5 1. Pendahuluan
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar di atas nilai KKM yaitu 75 sesuai dengan ketentuan sekolah. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila pemilihan metode pembelajaran tepat dan materi pelajaran dapat bermakna bagi siswa, karena dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat maka proses pembelajaran dan penyampaian materi lebih mudah diterima siswa.
Namun pada kenyataanya setelah melakukan wawancara kepada siswa di SMA N 1 KARANGGEDE proses pembelajaran kurang maksimal dan menyebabkan hasil belajar siswa kurang dari KKM. Hasil belajar di kategorikan rendah dan belum mencapai keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan yaitu 75.
Hasil belajar yang kurang maksimal atau kurang dari KKM dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah metode yang digunakan metode konvensional. Dalam pembelajaran, metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan [1]. Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, penggunaan metode konvensional cenderung mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa didalam kelas kurang memiliki kesempatan untuk mengungkapkan pendapat. Selain itu siswa juga kurang memiliki kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri karena penggunaan metode konvensional hanya guru yang berperan penuh dalam kelas.
Tidak hanya metode belajar saja yang menjadi faktor hasil belajar menjadi rendah. Faktor lain yang menyebabkan adalah guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang dapat membantu menyampaikan materi sehingga siswa mudah dalam menerima materi dengan jelas. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perasaan sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi [2]
Berdasarkan masalah dan beberapa faktor yang ada, diperlukan suatu metode yang tepat untuk menggantikan metode konvensional guna meningkatkan hasil belajar siswa. Metode yang tepat untuk menggantikan metode konvensional yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu metode belajar
Think Talk Write (TTW). Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin ini pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan
6
strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide
(sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Karena dengan menggunakan metode ini siswa akan dengan mudah berinteraksi dan leluasa untuk menemukan banyak ide – ide yang didapat dari beberapa sumber, melatih siswa untuk berpikir kritis dan berinteraksi dengan baik antara teman sebaya [3].
Selain metode yang dirubah, perlu juga penambahan media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran. Media tersebut yaitu Google Drive yang berfungsi sebagai media sharing guru siswa atau siswa ke siswa. Selain berfungsi sebagai media share google drive juga dimanfaatkan guru sebagai media untuk penilaian pemahaman siswa dan sebagai tempat penyimpanan materi baik dari guru maupun hasil diskusi kelompok. Google Drive memberikan kapasitas penyimpanan secara cuma-cuma kepada penggunanya sebesar 5 GB.
Berdasarkan uraian latar belakang maka dilakukan penelitian mengenai “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Dengan Menggunakan Aplikasi Google Drive Untuk Miningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Ips Di Sma N 1 Karanggede”.
”.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang menggunakan model TTW ini sebelumnya sudah dilakukan oleh Bidayatun Ni’ mah, yang berjudul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Think Talk Write Siswa Kelas 5 SDN Ngemplak Kidul 03 PATI Semester Satu Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari beberapa komponen di setiap siklusnya dan dibantu dengan menggunakan strategi Think Talk Write. Dapat dilihat hasil pada siklus satu yaitu pertemuan pertama 80% dan pada pertemuan kedua sebesar 86%, sedangkan pada siklus dua yaitu pertemuan pertama 92% dan pada pertemuan kedua sebesar 95%. Meningkatnya aktivitas siswa menyebabkan meningkatkan hasil belajar siswa
7
meningkat dapat dilihat dari pra siklus yaitu 45,83% meningkat pada siklus pertama menjadi 70,83% dan pada siklus kedua menjadi 90,61%. [4]
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh I Wayan Puspa Wiadnyana dengan judul
“ Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write Untuk meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKN Siswa” penelitian ini termasuk penelitian pembelajaran tindakan kelas dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write, penelitian tindakan ini menggunakan rancangan penelitian tindakan Kemmis-Taggart. Hal ini dapat dibuktikan dari siklus satu yaitu mendapat rata- rata 76,50 sedangkan siklus dua mendapatkan hasil yaitu 86,65. [5]
Penelitian-penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini. Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, terdapat persamaan pada penelitian ini yaitu penerapan model belajar Think Talk Write. Namun terdapat perbedaan yaitu (1) Penelitian yang dilakukan oleh Bidayatun Ni’ mah meneliti peningkatan hasil belajar matematika dan I Wayan Puspa Wiadnyana meneliti penerapan metode Think Talk Write untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, sedangkan penelitian ini meneliti hasil belajar pada mata pelajaran TIK, (2) Penelitian yang dilakukan oleh dua sumber di atas tidak menggunakan aplikasi Google Drive
sebagai media penyimpanan yang permanen, sedangkan penelitian ini memanfaatkan
Google Drive sebagai media penyimpanan yang permanen serta tempat share bagi siswa.
Huinker dan Laughin dalam Ansari, memperkenalkan teknik TTW yang pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis [6].
Aktivitas berfikir (Think) dapat dilihat dari proses membaca siswa diberikan beberapa masalah yang ada pada modul yang telah dibaca, kemudian membuat catatan kecil apa yang telah dibacanya.
Setelah tahap “Think” selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “ Talk” yaitu
berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Fase berkomunikasi (talk) pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Menurut Huinker & Laughlin dalam Martinis, pada umunya berkomunikasi dapat berlangsung alami, tetapi menulis tidak alami. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang diberikan.[6]
8
Diskusi pada fase Talk ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa. Pada tahap Talk, tugas guru adalah sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator guru senantiasa harus memberi arahan dan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan terutama dalam hal materi. Sebagai motivator, guru senantiasa memberi dorongan kepada siswa yang merasa kurang percaya diri terhadap hasil pekerjaannya dan atau kelompok siswa yang mendapatkan jalan buntu untuk menemukan suatu jawaban. Guru juga harus bisa memotivasi siswa yang dalam kegiatan diskusi kurang aktif atau malah sangat pasif. Guru harus memberikan semangat kepada siswa yang bersangkutan bahwa kegiatan diskusi yang sedang berlangsung adalah penting untuk dijalani, supaya mereka dapat memahami sendiri.
Fase ”Write” yaitu menuliskan hasil diskusi/pada lembar kerja. Aktivitas menulis
berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam konteks matematik membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari.[7] Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Aktivitas siswa selama tahap (Write) ini adalah:
1. menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan,
2. mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya,
3. mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan yang ketinggalan,
4. meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu legkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya (Martinis Yamin, 2008: 87-88). [7]
Tahap terakhir dari strategi TTW adalah sebuah penyimpulan bersama tentang materi yang dipelajari. Agar siswa dapat mudah mempelajari materi tersebut lagi maka semua materi akan di share dan disimpan pada aplikasi Google Drive agar siswa dengan mudah dapat membukanya lagi untuk di pelajari.
Dalam penelitian ini penggunaan Aplikasi cloud computing dari google yang berfungsi sebagai penyimpanan data dalam jaringan di mana kita bisa mengakses, membuat, menyimpan dan berbagi dokumen dengan pengguna lainnya. Dengan
9
kapasitas yang lumayan besar yaitu 5 GB kita bisa kapan saja dan di mana saja mengakses data yang telah kita simpan.
Seiring kemajuan teknologi, kegiatan belajar mengajar kini dapat mengaplikasikan teknologi Google Drive ini untuk para siswanya. Selain mengurangi penggunaan kertas secara signifikan, banyak manfaat lain jika menggunakan Google Drive sebagai media pembelajaran.
1. Dengan Google Drive, dapat membuat layanan spreadsheet yang disediakan google drive untuk memantau dan merekam kehadiran serta nilai-nilai tugas. 2. Hal ini bisa dimanfaatkan pula untuk membuat tugas dan dibagikan ke semua
murid dalam fitur sharing. Lalu siswa meng-upload kembali hasil tugasnya dan diserahkan kepada guru.
Fitur Google Drive
1. Fasilitas untuk membuat dokumen
Google Drive memungkinkan penggunanya untuk membuat dokumen dengan pengolah kata,
2. Berbagi (sharing) dokumen
Dokumen yang sudah dibuat di Google Drive dapat di-share, sehingga memungkinkan banyak orang dapat menggunakan secara bersamaan
3. Metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian eksperimen, penelitian eksperimen adalah suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian, penelitian yang menggunakan rancangan percobaan dianggap sebagai jenis penelitian yang paling diinginkan oleh seseorang peneliti, yang dimaksud dengan “percobaan” ialah bagian penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan pembanding atau disebut kelompok kontrol [8]. Sementara itu jenis eksperimen pada penelitian ini adalah quasi experimental research. Quasi experimental research adalah penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali [9]. Dengan desain penelitian yang digunakan adalah
Nonequivalent Control Group Design.
Tabel 1. Nonequivalent Control Group Design. Group Pretest Variabel Terikat Posttest
Eksperimen Y1 X Y2
10 Keterangan :
Y1 : Pelaksanaan Pretest Y2 : Pelaksanaan Posttest
X : Perlakuan menggunakan model belajar Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Karanggede pada kelas XI yang mengikuti mata pelajaran TIK. Sampel penelitian adalah 29 siswa kelas XI IPAS II kontrol dan 29 siswa kelas XI IPS III eksperimen.
Untuk rencana penelitian dibuat rancangan tahapan penelitiannya supaya jalannya penelitian bisa terstruktur dengan baik.
Gambar 1. Tahap Penelitian
Dari gambar 2 tahap pertama yang dilakukan adalah dengan pra penelitian. Pra penelitian meliputi metode observasi, yaitu proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dikelas, metode belajar yang dilakukan guru dan fasilitas lab komputer yang dimanfaatkan. Observasi dilakukan kepada siswa kelas XI IPS II dan XI IPS III. Dari hasil identifikasi disimpulkan keaktifan siswa didalam kelas tergolong rendah yang berdampak pada hasil belajar siswa yang belum tuntas. Dari penemuan masalah yang ada kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian metode yang digunakan guru dan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah. Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan bahwa fasilitas internet yang disediakan sekolah belum sepenuhnya dimanfaatkan dengan maksimal oleh siswa, padahal setiap siswa sudah diberikan fasilitas laboratorium komputer yang dilengkapi dengan fasilitas internet dan wifi hotspot untuk menunjang proses pembelajaran. Dari hasil tersebut, selanjutnya menentukan tujuan dari penelitian, studi dokumentasi kemudia menuju ke tahap perencanaan dan mempersiapkan surat perizinan penelitian.
Pada tahap kedua yaitu perencanaan, disusun bersama dengan guru matapelajaran TIK. perencanaan yang dilakukan guna menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP) dan instrument penelitian yang dilakukan selama proses pembelajaran.
Pada tahap ketiga adalah penerapan model Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive. Setelah guru menggunakan model Think Talk Write
dengan menggunakan Google Drive dalam perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar, kemudian dilakukan proses pengumpulan data melalui observasi, wawancara, hasil belajar berupa pretest dan
posttest. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut rancangan proses pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perencanaan
Penerapan Analisis Hasil Penelitian
11
Tabel 2. Rancangan proses pembelajaran.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minggu Pertama Penelitian
Pemberian Pretest Pemberian Pretest
Minggu Kedua Pertemuan 1
Kegiatan Guru Kegiatan siswa Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Fase Think Pendahuluan
Guru memberikan lembar kerja siswa (berisi permasalahan)
Siswa mempelajari lembar kerja yang diberikan guru. Kelompok 1 :
Pengertian desain grafis, fungsi,
aplikasi desain grafis, penerepan dalam kehidupan sehari-hari.
Kelompok 2 : pengertian unsur-unsur dasar dari desain grafis dan penjelasan. Kelompok 3 :
Pengertian bitmap, kelebihan dan kekurangan, contoh file gambar bitmap dan aplikasi desain grafis bitmap. Kelompok 4 :
Pengertian Vektor, kelebihan dan kekurangan, contoh file gambar Vektor dan aplikasi desain grafis Vektor. Kelompok 5 :
Mencari perbedaan Vektor dan Bitmap.
Berdoa Bersama Memberi Salam pada
siswa
Mengabsen Siswa Menginformasikan
materi yang akan disampaikan Berdoa Bersama Menjawab Salam pada siswa Menjawab Panggilan Guru Menyimak Informasi materi yang akan disampaikan
12
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minggu Pertama Penelitian
Pemberian Pretest Pemberian Pretest
Minggu Kedua Pertemuan 1
Kegiatan Guru Kegiatan siswa Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Fase Talk Fase Elaborasi
Guru memberi waktu siswa untuk
berdiskusi untuk memecahkan masalah yang ada pada lembar kerja siswa Siswa berdiskusi dalam kelompok. Siswa memecahkan permasalahan yang diberikan guru Guru mengawasi siswa berdiskusi Siswa membuat catatan kecil. Siswa menjelaskan hasil diskusi untuk pengecekan jawaban benar atau salah pada guru Guru menyiapkan
kelompok yang akan maju presentasi didepan Menyiapkan presentasi Menjelaskan perbedaan desain grafis berbasis vector dengan bitmap Memperlihatkan
contoh hasil gambar desain grafis berbasis vector dan bitmap
Menyimak Materi dari guru Memahami gambar yang diperlihatkan Menunjuk kelompok untuk berbicara didepan kelompok lain mengenai hasil diskusi dan pemecahan masalah Kelompok yang presentasi menjelaskan materi dan mempraktekan apabila perlu untuk dipraktekkan Mengawasi Siswa Kelompok lain
memperhatikan dan mengikuti instruksi kelompok presentasi
13
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minggu Pertama Penelitian
Pemberian Pretest Pemberian Pretest
Minggu Kedua Pertemuan 1
Kegiatan Guru Kegiatan siswa Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Fase Write Fase Eksplorasi
Guru meminta perwakilan kelompok agar mengunggah hasil diskusi siswa ke Google Drive Perwakilan kelompok mengunggah hasil belajarnya ke Google Drive Membacakan materi yang dicatat siswa Menjawab pertanyaan siswa Siswa Mencatat Materi yang disampaikan Siswa dipersilahkan bertanya tentang materi yang di sampaikan Guru meminta siswa kembali ketempat duduk masing-masing. Siswa kembali ke tempat duduk semula
Guru memberikan tes kecil kepada siswa
Siswa mengerjakan tes kecil
Memberi kesimpulan materi yang telah disampaikan setelah seluruh siswa mengumpulkan simpulannya
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru yang menyampaikan kesimpulan Memberi motifasi tentang manfaat mempelajari materi yang disampaikan Siswa mendengarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh guru
14
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Minggu Pertama Penelitian
Pemberian Pretest Pemberian Pretest
Minggu Ketiga Penelitian Pertemuan II
Kegiatan Guru Kegiatan siswa Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pada pertemuan kedua proses pembelajaran tidak berbeda jauh dengan pertemuan pertama, perbedaan pada pertemuan pertama yaitu hanya pada materi saja.
Guru memberikan materi
pembelajaran yang kedua yaitu menu dan ikon pada program desain grafis Corel Draw
Siswa bergabung dengan kelompok yang sudah dibuat pada pertemuan pertama. Kelompok 1 :
Menjelaskan menu bar ( file, edit, view, layout, arrange) Kelompok 2 :
menjelaskan menu bar (effect, bitmaps, text, table, tool) Kelompok 3 :
Menjelaskan Tool box (pick tools, shape tools, croop tools dan zoom tools) Kelompok 4 :
Menjelaskan tool box (curve tools, smart tools, retangle tools dan ellipse tools) Kelompok 5 : Menjelaskan fungsi property bar. Pada pertemuan kedua proses pembelajaran tidak berbeda jauh dengan pertemuan pertama, perbedaan pada pertemuan pertama terletek pada materi pembelajaran Materi pembelajaran yang kedua adalah menu dan ikon pada program desain grafis Corel Draw
Untuk tahap selanjutnya adalah dengan mengolah data yang telah diperoleh selama penelitian berlangsung. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi observasi, dokumentasi dan evaluasi. Lembar observasi berisi indikator-indikator yang telah ditentukan. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan belajar siswa menggunakan model belajar Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut kisi-kisi keaktifan siswa ditunjukan pada tabel 2.
Tabel 2. Kisi-kisi observasi kegiatan belajar siswa
no Kegiatan Aspek yang diamati
1 Fase Think Selama proses belajar, pada umumnya siswa mencari
materi ,
2 Fase Talk Siswa individu aktif berdiskusi kelompok, siswa pada
umumnya melakukan presentasi, siswa mengajukan pertanyaan
3 Fase Write Siswa menguploud hasil diskusi yang sudah benar dan di
share kepada teman yang lain Minggu Keempat
15
Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini tes pilihan ganda.Tes berupa pilihan ganda dilaksanakan pada awal penelitian dan akhir penelitian. Data hasil belajar dianalisa dengan rata-rata nilai maksimal-minimal, jumlah siswa yang tuntas maupun tidak tuntas dan sebagai pendukung lain hasil belajar dianalisa dengan Uji –T dan Uji Gain.
Dalam penelitian indikator keberhasilan merupakan ketentuan atau patokan suatu penelitian dikatakan berhasil atau tidak. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilan setelah pelaksanaan tindakan adalah meningkatnya hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan dilihat dari peningkatan hasil pretest ke postest. Kriteria keberhasilan kegiatan siswa ditunjukan pada tabel 3.
Keaktifan belajar siswa diobservasi dengan lembar observasi keaktifan belajar siswa yang berisi indikator keaktifan yang harus dicapai siswa. Penilaian pada lembar observasi ini adalah dengan menentukan persentase keatifan setiap siswa. Persentase keaktifan Siswa (PKS) diperoleh dengan rumus
𝑃𝐾𝑆= 𝑥 100% (Diadopsi dari Utami, 2011)
Tabel 3. Kriteria keberhasilan kegiatan siswa
Tingkat keberhasilan Kategori pencapaian
> 80% Sangat tinggi
>60% - 79% tinggi
>40% - 59% cukup
>20% - 39% rendah
< 20% Sangat rendah
Indikator keaktifan yang harus dicapai siswa adalah indikator yang telah disebutkan dalam tabel 2.[10]
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Tahap pertama yaitu dengan memberikan pretest pada kelas XI IPS II dan XI IPS III untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan treatment. Hasil pretest kemudian diolah untuk mencari rata-rata yang digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pada kelas kontrol dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan menggunakan metode yang biasa digunakan yaitu konvensional atau ceramah. Pertemuan pertama dilakukan di kelas kontrol pada tanggal 19 Mei 2015 jam 07.00 – 08.30 dan jumlah siswa yang hadir 29 siswa. Materi pembelajaran yaitu mengidentifikasi perbedaan grafis berbasis vektor dan bitmap dilaksanakan menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah). Selama 45 menit pertama, pada pelaksanaannya guru menjelaskan materi di depan kelas dan siswa mencatat apa yang dibacakan oleh guru dengan membawa buku dan sesekali melakukan tanya jawab dengan siswa. Pada saat guru menjelaskan materi, siswa
16
terlihat pasif. Bahkan beberapa kurang memperhatikan guru pada saat menjelaskan dan mengakibatkan kurang adanya interaksi antara siswa dan guru pada proses pembelajaran. Sebagian besar interaksi yang terjadi adalah guru hanya menjelaskan materi dan siswa hanya menyimak dan mencatat materi. Pada pertemuan kedua proses kegiatan belajar tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Adapun perbedaan hanya terletak pada materi pelajaran yaitu mengidentifikasi menu dan ikon pada program desain grafis corel draw.
Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengamati keaktifan siswa selama menggunakan model belajar konvensional. Hasil observasi keaktifan ditunjukan pada gambar 2.
Gambar 2. Keaktifan siswa Kelas Kontrol
Dari gambar 2 menunjukan hasil indikator keaktifan pada kelas kontrol dengan mengggunakan metode konvensional. Pada indikator keaktifan 1 yaitu selama proses belajar, siswa membaca bahan dari guru, mengalami peningkatan tetapi dalam kategori yang sama yaitu cukup, hal ini dikarenakan siswa cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran. Pada indikator keaktifan 2 yaitu siswa pada umumnya siswa individu aktif berdiskusi kelompok, siswa mengalami peningkatan tetapi dalam kategori yang sama yaitu cukup, hal ini dikarenakan siswa hanya mengikuti teman yang aktif temannya. Pada indikator keaktifan 3 yaitu siswa melaksanakan presentasi, indikator keaktifan 4 yaitu siswa mengajukan pertanyaan hal ini dikarenakan siswa
17
cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran dan indikator keaktifan 5 yaitu siswa secara individu melaksanakan instruksi dari guru.
Pertemuan kedua pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 26 juni 2015 jam 07.00 – 08.30 dan jumlah siswa yang hadir sebanyak 29 siswa. Proses pembelajaran tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama, adapun perbedaan pada pertemuan pertama yaitu pada materi. Materi pada pertemuan kedua adalah mengidentifikasi menu dan ikon pada program desain grafis corel draw.
Pada kelas eksperimen dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 26 juni 2015 jam 09.15 – 11.00 pada kelas XI IPS III sebanyak 29 siswa menggunakan model belajar Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive. Siswa diberi penjelasan tentang model belajar Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive sebagai media penyimpanan. Metode pembelajaran Think Talk Write dimulai dari fase pertama yaitu fase Think. Pada fase
Think dengan alokasi waktu 35 menit bertujuan untuk memberikan kesempatan siswa untuk membaca materi atau klu yang diberikan serta mendapatkan lembar kerja siswa yang berupa masalah. Dengan membagi siswa yang berjumlah 29 siswa menjadi 5 kelompok. Terdapat 2 kelompok beranggota 6 siswa dan 3 kelompok beranggota 5 siswa. Pembagian materi kelompok dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Pembagian Materi Kelompok Pertemuan Pertama
Daftar kelompok Materi
Kelompok 1
Pengertian desain grafis, fungsi, aplikasi desain grafis, penerepan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kelompok 2 pengertian unsur-unsur dasar dari desain grafis dan penjelasan.
Kelompok 3
Pengertian bitmap, kelebihan dan kekurangan, contoh file gambar bitmap
dan aplikasi desain.
Kelompok 4
Pengertian Vektor, kelebihan dan kekurangan, contoh file gambar Vektor
dan aplikasi desain grafis Vektor.
Kelompok 5 Mencari perbedaan Vektor dan Bitmap.
Fase kedua yaitu fase Talk pada fase ini setiap kelompok diberikan waktu untuk berdikusi setelah selesai berdiskusi siswa ditunjuk secara berurutan untuk mempresentasikan hasil diskusi, kelompok yang ditunjuk akan mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas serta mempraktekan agar kelompok lain bisa mengikuti dan lebih jelas dalam pemahamanya.
Fase ketiga yaitu fase Write, pada fase ini setiap perwakilan kelompok mengunggah hasil diskusi dengan akun kelompok masing – masing ke Google drive
tujuanya guru dapat menilai hasil kerja kelompok dan sebagai media penyimpanan yang permanen dan aman.
18
Pada pelaksanaan treatment pertemuan pertama terdapat beberapa kendala selama proses pembelajaran. Adapun kendala-kendala yang ditemui dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. kendala-kendala selama proses pembelajaran
No fase kendala perbaikan
1 Fase Think Masih ada siswa yang tidak
mengerti tentang lembar kerja yang diberikan .
Guru memperjelas tentang lembar kerja siswa dan tugas yang
diterima
2 Fase Talk Siswa masih ada yang tidak
memperhatikan pada saat presentasi.
Guru memberikan arahan agar siswa memperhatikan, agar siswa
mengerti tentang materi yang sedang dijelaskan
3 Fase write Siswa masih ada yang tidak
mengikuti instruktur dari guru
Guru memberikan arahan agar siswa mengikuti arahan dari guru
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 03 juli 2015 jam 09.15 – 11.00 dengan jumlah siswa sebanyak 29 yang mengikuti pelajaran. Sebelum treatment
dilakukan yaitu menyampaikan kendala yang terjadi dan memberikan pengarahan untuk perbaikan pada pertemuan kedua.
Pada pertemuan kedua kegiatan proses pembelajaran tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Adapun perbedaan proses pembelajaran terdapat pada pembagian materi pada masing-masing kelompok. Pembagian materi kelompok pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Pembagian Materi Kelompok
Daftar kelompok Materi
Kelompok 1 Menjelaskan menu bar ( file, edit, view, layout dan arrange). Kelompok 2 Menjelaskan menu bar (effect, bitmaps, text, table dan tool). Kelompok 3 Menjelaskan tool box (pick tools, shape tools, croop tools dan zoom
tools).
Kelompok 4 Menjelaskan tool box (curve tools, smart tools, retangle tools dan ellipse tools).
Kelompok 5 Menjelaskan tool box (curve tools, smart tools, retangle tools dan ellipse tools).
Pada pertemuan kedua pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model
Think Talk Write tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Adapun perbedaan yaitu guru tidak lagi membentuk kelompok baru, tetapi guru menginstruksikan siswa agar bergabung dengan kelompok yang telah dibuat pada pertemuan pertama. Fase
Think, fase talk, fase Write pada pertemuan kedua kegiatan proses pembelajaran sama dengan proses pembelajaran pada pertemuan pertama.
Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengamati keaktifan siswa selama menggunakan model belajar Think Talk Write
dengan menggunakan Google Drive. Hasil observasi keaktifan ditunjukan pada gambar 3.
19
Gambar 3. Keaktifan siswa Kelas Eksperimen
Dari gambar 3 menunjukan bahwa masing-masing indikator yang diamati mengalami peningkatan. Pada indikator keaktifan 1 yaitu selama proses belajar, siswa membaca bahan dari guru mengalami peningkatan dari kategori cukup menjadi baik, hal ini menunjukan perubahan yang positif pada siswa. Indikator keaktifan 2 yaitu siswa individu aktif berdiskusi kelompok juga mengalami peningkatan dan berada pada kategori yang sama yaitu baik, hal ini dikarenakan pada kegiatan belajar yang sebelumnya siswa hanya terpaku pada guru yang menjelaskan sehingga siswa kurang mengembangan kreatifitas dalam memecahkan masalah pada saat proses belajar menggunakan model belajar Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive
siswa menjadi tertarik dalam belajar. Indikator keaktifan 3 siswa melakukan presentasi mengalami peningkatan dan berada pada kategori yang sama yaitu baik, hal ini dikarenakan siswa yang sebelumya hanya ikut – ikutan temanya mulai mempresentasikan sendiri. Indikator keaktifan 4 yaitu siswa mengajukan pertanyaan mengalami peningkatan dan berada pada peringkat yang sama yaitu kategori baik, hal ini dikarenakan model belajar Think Talk Write memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam berinteraksi dengan guru. Indikator keaktifan 5 siswa secara individu melaksanakan instruksi dari guru mengalami peningkatan dan berada pada kategori yang sama yaitu baik, hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran.
20
Treatment tersebut ternyata berpengaruh positif terhadap keaktifan siswa selama proses pembelajaran yang menjadi menarik. Hasil observasi menunjukkan bahwa selama proses belajar, pada umumnya siswa terlibat menjawab pertanyaan, siswa pada umumnya mencari dan menggunakan sumber informasi, kerja sama dan interaksi siswa dalam kelompok, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru, siswa melakukan presentasi di depan kelas dan mengerjakan tugas dari guru. Berdasarkan hasil ketuntasan KKM kelas eksperimen dapat dikatakan tercapai karena lebih dari 75% dengan tingkat keberhasilan baik. Simpulan dari nilai ketuntasan siswa yaitu siswa dapat menguasai materi dengan baik dengan kata lain hasil belajar siswa meningkat. Wawancara juga menghasilkan simpulan bahwa pembelajaran Think Talk Write sangat menarik dan menimbulkan antusias siswa pada saat proses pembelajaran. Siswa juga mengaku bahwa pemahaman materi yang diterima sangat bermakna.
Metode Think Talk Write dengan menggunakan Google drive pada penerapannya ternyata dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan dari hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh kesimpulan rata-rata kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan rata-rata kelas kontrol, namun perbandingan rata-rata pada kedua kelas tidak terlalu jauh, sehingga kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dikatakan memiliki kemampuan awal yang sama. Kemudian kelas eksperimen diberikan tindakan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google drive dan pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Setelah pemberian tindakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian diberikan posttest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Dapat disimpulkan pada hasil posttest, bahwa rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Perbedaan hasil akhir rata-rata sangat signifikan sehingga terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut tabel hasil pretest dan postest pada kelas kontrol dan eksperimen.
Tabel 7. Perbandingan Hasil Belajar Belajar Kontrol Dan Eksperimen
Kontrol Eksperimen
Pretest Postest Pretest Postest
Rata-rata 65,51 75,17 64,5 82,6 Nilai tuntas 10 19 5 24 Nilai tidak tuntas 19 10 24 5 Nilai tertinggi 80 85 75 95 Nilai terendah 50 65 50 65
Berdasar tabel 7 pada kelas kontrol semula hasil pretest 65,51 menjadi 75,17 sementara pada kelas eksperimen hasil pretest 64,5menjadi 82,6. Pembelajaran dengan metode Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive pada kelas eksperimen jumlah nilai yang tuntas KKM ada 24 siswa dari 29 siswa. Dan pembelajaran dengan metode konvensional pada kelas kontrol jumlah nilai yang tuntas 19 siswa dari 29 siswa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive terbukti meningkatkan hasil belajar siswa.
21
Setelah mengolah hasil observasi dan hasil belajar siswa data pretes postes, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebelum dilakukkannya uji hipotesis. Setelah data sudah normal dan homogen maka langkah selanjutnya dilakukan uji kesamaan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen dan kontrol digunakan statistik uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent Sample T-Test menggunakan equal variances assumed. Uji t (Independent Samples T Test) dilakukan dengan bantuan program penghitung, dengan taraf signifikansi 5%. Teknik analisis uji-t pretest bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pada tahap awal.
Tabel 9 Uji Kesamaan Dua rata-rata Pretes
Kelas Df P ∝ thitung ttabel
Eksperimen
56 0,792 0,05 -2,56 2,003
Kontrol
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada skor posttest dapat dilihat bahwa data tersebut menunjukkan normal dan homogen, sehingga untuk menguji perbedaan dua rerata posttest digunakan uji statistik parametrik uji T (Independent Samples T Test menggunakan equal variances assumed) dengan bantuan program penghitung, dengan taraf signifikansi 5%. Hasil Uji perbedaan dua rata-rata dari skor posttest dapat dilihat pada tabel dibawah.
Rumusan hipotesis yang akan diuji:
H0 : Penerapan model pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan
Google Drive sama dengan penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.
H1 : Penerapan model pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan
Google Drive lebih tinggi dari pada penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.
Tabel 10. Uji perbedaan dua rata-rata posttest
Kelas Df P ∝ thitung ttabel
Eksperimen
56 0,001 0,05 3,425 2,003
Kontrol
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa signifikansi (P) adalah 0,001. Karena signifikansi P (0.001) < ∝(0.05), atau thitung adalah 3,425 karena �ℎ�����
(3,425) > ������ (2,003), maka keputusan uji nilai Sig. < α atau thitung > ttabel
maka keputusannya adalah tolak H0 dengan kata lain H1 diterima. Dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive lebih tinggi dari pada penggunaan model belajar konvensional dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Karanggede pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer.
Setelah melakukan Uji T maka dilakukan uji-Gain yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan. Uji ini untuk membandingkan hasil pretest-postest kelas kontrol dan pretest-postest kelas eksperimen dengan digunakan perhitungan gain ternormalisasi. Nilai gain didapat dari selisih nilai posstest dan pretest. Karena hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh
22
siswa setelah pembelajaran, maka hasil belajar yang dimaksud yaitu adanya peningkatan yang dialami siswa. Hasil dari perhitungan gain ternormalisasi (g) dapat dilihat pada tabel 4.4.4
Tabel 11. Hasil Perhitungan Gain
Kelas Pretest Posttest G g Keterangan
Eksperimen 65,51 82,58 18 0,50957207 Sedang
Kontrol 6,5 75,17 9,66 0,28008118 Rendah
Berdasarkan tabel 4.6 memperlihatkan bahwa nilai pretest dan posttest diperoleh nilai gain ternormalisasi pada kelas eksperimen sebesar 0.57 yang diinterpretasikan ke dalam kriterium nilai (g) tergolong sedang. Sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0.15 tergolong rendah. Jika dibandingkan nilai gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran TIK menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive di kelas eksperimen lebih signifikan dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan media pembelajaran konvensional.
5. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan. Pembelajaran menggunakan model belajar Think Talk Write dapat meningkatkan keaktifan siswa terbukti dengan rata rata hasil keaktifan pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 53,9% lebih tinggi dari rata – rata hasil keaktifan kelas kontrol pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 37,8%. Selain itu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran mempengaruhi hasil belajar terbukti dengan adanya perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive dengan kelas kontrol yang menggunakan metode belajar konvensional. Hasil belajar kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi yaitu 82,58 dibandingkan kelas kontrol yaitu 75,17. Peningkatan hasil belajar yang menggunakan
Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive lebih signifikan dibanding kelas kontrol yang menggunakan metode belajar konvensional.
Hambatan yang ditemui pada saat proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write dengan menggunakan Google Drive yang pertama adalah koneksi internet yang digunakan dalam proses upload hasil diskusi agak lama, sehingga alokasi waktu pada fase Write melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Tetapi alokasi waktu pembelajaran bisa selesai sesuai dengan jam pelajaran. Hambatan kedua yang ditemui adalah perangkat komputer yang digunakan di laboratorium SMA N 1 Karanggede dengan spesifikasi yang rendah, sehingga dalam proses pembelajaran penggunaan komputer untuk membuka aplikasi desain grafis corel draw sering macet atau lamban. Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat bermanfaat dan dapat membantu proses pembelajaran menggunakan metode belajar Think Talk Write dapat berjalan lancar yaitu dengan memperbaiki fasilitas komputer agar pada saat penggunaan komputer untuk menjalankan aplikasi corel draw tidak mengalami masalah dan perbaikan jaringan internet untuk mempercepat dalam proses pencarian informasi sehingga waktu yang dibutuhkan lebih maksimal. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu berdasarkan penelitian ini pada pelajaran TIK yang berbasis teknologi penggunaan internet lebih
23
dimaksimalkan misal dalam penyimpanan materi disimpan dalam suatu tempat penyimpanan online yang bisa diakses siswa kapan saja dan dimana saja. diharapkan tidak hanya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar yang diteliti namun juga meneliti seberapa efektifitas penggunaan model belajar Think Talk Write untuk matapelajaran TIK.
24 Daftar Pustaka
[1] Reny Oktaviana. 2013.
Studi Perbandingan Hasil Belajar Metode
Resitasi Dengan Metode PembelajaranKonvensional Siswa Kelas XII IPS. Universitas Tanjungpura Pontianak (djamarah,2006:97)
[2] Sadiman, Arif dkk. 2002.
Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
[3] Agustin Patmaningrum. 2013. Penggunaan Metode Think Talk Write (TTW) pada Mahasiswa STKIP PGRI nganjuk Mata Kuliah Progam linier. http://jurnal-online.um.ac.id. (Huinker & Laughlin (1996: 82))
[4] Ni’mah, Bidayatun. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Think Talk Write Siswa Kelas 5 SDN Ngemplak Kidul 03 Pati Semester Satu Tahun Pelajaran 2013/2014. Uksw
[5] Wiadnyana , I Wayan Puspa. 2013.
Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar.
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
[6] Imama Wahidah. 2012. Penerapan Strategi Think talk Write(TTW) Untuk
meningkatkan Hasil Belajar matematika siswa Kelas VII SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL (BSS). Universitas Negeri Malang. http://jurnal-online.um.ac.id/. (Ansari, 2003:36)
[7] Diah Ayu Kurniasih. 2010. Pengaruh Implementasi Strategi Pembelajaran Think Talk Write Terhadap Prestasi Pembelajaran Matematika Siswa Dalam Menyelesaikan Soal cerita Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Pada Siswa Jurusan Bisnis Manajemen kota madya Surakarta tahun Ajaran 2008/2009.Universitas Sebelas Maret Surakarta. http://core.ac.uk/
[8] Drs. S. Margono. 2009. Metetodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta [9] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D, Bandung: Alfabeta.
[10] Sari, Denis, Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Turen pada Pokok Bahasan Turunan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe