8 1. ASI
a. Pengertian ASI
ASI adalah nutrisi terbaik bagi bayi, ibarat emas yang diberikan gratis oleh Tuhan karena ASI merupakan cairan hidup yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya terhadap kebutuhan bayi (Suryoprajogo, 2009: 1). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Ambarwati & Wulandari, 2009: 24).
b. Stadium ASI
Menurut Purwanti HS (2004), ada tiga stadium ASI : 1) ASI Stadium I
ASI Stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari keempat. Warna kuning keemasan kolostrum disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. 2) ASI Stadium II
ASI Stadium II adalah ASI peralihan, yang diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3) ASI Stadium III
ASI Stadium III adalah ASI matur, yang diproduksi dari hari ke-10 sampai seterusnya.
c. Perbedaan Komposisi ASI
ASI yang keluar lima menit pertama (foremilk) mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (Hindmilk).
Hindmilk, adalah ASI yang keluar pada menit-menit terakhir dan mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak dibandingkan ASI foremilk. Hindmilk ini yang mengenyangkan perut bayi (Roesli, 2001: 25-28).
1) Lemak ASI
Kadar lemak ASI dapat berubah-ubah, disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis.
ASI pada awalnya berkadar rendah lemak seperti skim milk. Beberapa menit kemudian, ASI akan berubah menjadi hindmilk yang berkadar lemak lebih tinggi.
2) Kolesterol ASI
Kolesterol ASI dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan otak, membantu mielinisasi serabut saraf dan diperkirakan berfungsi dalam pembentukan enzim untuk metabolisme kolesterol. Metabolisme tersebut akan mengendalikan
kadar kolesterol dikemudian hari sehingga dapat mencegah serangan jantung dan arteriosclerosis pada usia muda.
3) Protein ASI
Jenis protein ASI berbeda dengan protein susu sapi. Protein ASI lebih rendah dari susu sapi (ss) tetapi protein ASI mempunyai nilai nutrisi yang lebih mudah dicerna oleh usus bayi.
4) Karbohidrat ASI
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa dibandingkan susu mamalia lainnya. Laktosa ASI 20-30% lebih banyak dari susu sapi. Kegunaan laktosa bagi bayi : a) untuk pertumbuhan otak; b) meningkatkan penyerapan kalsium, yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang; c) meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus bifidus.
5) Vitamin & Mineral ASI
ASI mengandung vitamin dan mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah tapi cukup untuk bayi sampai berumur enam bulan. Hampir semua vitamin dan mineral dalam ASI diserap oleh tubuh.
d. Manfaat Pemberian ASI
Manfaat pemberian ASI (Ambarwati & Wulandari, 2009: 17-24)
1) Bagi bayi
a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.
b) Mengandung antibodi.
Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah sebagai berikut: apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibodi dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan limposit. Antibodi di payudara disebut mammae associated immunocompetent lymphoid tissue (MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang ditransfer disebut Broncus associated immunocompetent lymphoid tissue (BALT) dan untuk penyakit saluran pencernaan ditransfer melalui Gut associated immunocompetent lymphoid tissue (GALT).
c) ASI mengandung komposisi yang tepat.
ASI mengandung berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
d) Mengurangi kejadian caries dentis.
Insiden caries dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi.
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik. f) Terhindar dari alergi.
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi.
g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan
terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak. h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang
pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara. Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab mal oklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.
2) Bagi Ibu
a) Aspek Kontrasepsi.
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
b) Aspek Penurunan berat badan.
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena adanya penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.
c) Aspek psikologis.
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
3) Bagi keluarga a) Aspek ekonomi.
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
b) Aspek psikologi.
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c) Aspek kemudahan.
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.
4) Bagi negara
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik, angka kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah.
b) Menghemat devisa negara.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. d) Peningkatan kualitas generasi penerus.
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
e. Akibat bila bayi tidak diberi ASI
1) Bayi tidak memperoleh zat kekebalan tubuh, sehingga mudah mengalami sakit.
2) Bayi tidak mendapat makanan yang bergizi dan berkualitas tinggi sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasannya.
3) Hubungan kasih sayang bayi dan ibu tidak terjalin secara dini. f. Akibat bila ASI diganti dengan susu formula
1) Kemungkinan terjadi pencemaran sehingga bayi mudah terserang infeksi, misalnya: diare, batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, dan sebagainya.
2) Kemungkinan terjadi kekeliruan pengenceran, sehingga beresiko yang sangat tidak menguntungkan bayi, misalnya bayi susah buang air besar atau mencret.
3) Perlu biaya mahal untuk membeli susu dan perlengkapan lainnya. g. Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI
Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: (Ambarwati & Wulandari, 2009: 27-29).
1) Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila ibu makan secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi
ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup, selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas / hari.
Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui: a) Yang merangsang, seperti: cabe, merica, jahe, kopi, alkohol. b) Yang membuat kembung, seperti: ubi, singkong, kol, sawi dan
daun bawang.
c) Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak. 2) Ketenangan jiwa dan fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. ASI akan diproduksi dengan baik jika ibu dalam keadaan tenang.
3) Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
4) Perawatan payudara
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypofise untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan hormon oxytocin.
5) Anatomis buah dada
Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobuluspun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang.
6) Fisiologi
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu.
7) Faktor istirahat
Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalani fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
8) Faktor Isapan anak
Bila ibu menyusui anak jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.
9) Faktor obat-obatan
Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.
h. Tanda bayi cukup ASI
Tanda-tanda bayi cukup ASI antara lain: (Ambarwati & Wulandari, 2009: 29-30).
1) Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali. 2) Warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat.
3) Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji.
4) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan cukup.
5) Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam. 6) Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui.
7) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusui.
8) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.
9) Bayi bertambah berat badannya.
i. Status gizi bayi yang tidak mendapatkan ASI.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan seimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Setiabudi, 2007).
Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko kekurangan gizi, karena selain tidak dilengkapi oleh kekebalan, susu formula dibuat dengan takaran yang mungkin belum tentu seluruhnya sesuai dengan kebutuhan bayi. Risiko anak kekurangan gizi umumnya baru terjadi
setelah anak mulai mendapat makanan pendamping ASI dan minum susunya sudah berkurang (Nadesul, 2007).
Masa bayi mulai disapih merupakan masa-masa rawan gizi. Bila makanan pendamping ASI tidak memadai, kurang takaran dan tidak lengkap kandungan gizinya, selain berat badan tidak sesuai dengan pertambahan umurnya, tubuhnya berisiko kekurangan sejumlah zat gizi (Nadesul, 2007).
Penilaian pertumbuhan anak dilakukan secara teratur melalui penimbangan setiap bulan di Posyandu atau di tempat pelayanan kesehatan lain, yaitu dengan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan untuk penilaian status pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat badan.
Cara membaca catatan KMS : 1) Di bawah garis merah
Artinya anak kurang gizi tingkat sedang dan berat (anak kurang gizi tingkat berat tidak dapat diidentifikasi dengan KMS). 2) Pada daerah dua pita warna kuning (di atas garis merah)
Artinya anak kurang gizi ringan. 3) Dua pita warna hijau tua di atas pita kuning
Artinya anak dengan berat badan normal/ baik.
4) Empat pita (2 pita warna hijau muda ditambah 2 pita warna kuning) dan selebihnya di atas pita warna hijau tua
Artinya anak mempunyai kelebihan berat badan. a) Naik Bila
(1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna (2) Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna diatasnya
Balita tumbuh sehat bila Berat Badannya naik setiap bulan sesuai dengan garis pertumbuhannya, Misalnya: titik BB yang semula ada pada pita hijau akan naik setiap bulan mengikuti alur pita hijau tersebut. Demikian pula titik berat badan semula ada pada pita kuning akan naik setiap bulan mengikuti alur pita kuning, atau garis pertumbuhannya dapat pindah ke pita warna diatasnya.
b) Tidak naik bila
(1) Garis pertumbuhannya menurun. (2) Garis pertumbuhannya mendatar.
(3) Garis pertumbuhannya naik tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.
KMS yang diedarkan Depkes RI sebelum tahun 2000, garis merah pada KMS bukan merupakan pertanda gizi buruk, melainkan garis kewaspadaan. Petugas kesehatan harus melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap indikator antropometik lain, bila Berat Badan Balita di bawah garis ini (Arisman, 2004).
Tabel 1.2 Rumus perkiraan berat badan
No Usia Berat Badan (kg)
1 Lahir 3.25
2 03-12 bulan (Usia (bl) + 9) : 2
3 01-06 bulan (Usia (th) x 2 + 8)
4 06-12 tahun (Usia (th) x 7 -5) : 2
j. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit bubur nasi, tim dan sebagainya. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu 6 bulan dan setelah 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan padat. ASI dapat diberikan sampai bayi usia 2 tahun atau bahkan lebih dari dua tahun (Suryoprajogo, 2009: 53).
Selama kondisi bayi sehat, bayi tidak memerlukan air tambahan atau susu formula. Pemberian minuman tambahan (susu formula, air, dan sebagainya) hanya akan mengurangi nafsu minum si bayi, sehingga payudara tidak cukup terangsang untuk mengeluarkan ASI, dan berakibat berkurangnya suplai ASI (Ana Fitria, 2007).
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif:
1) Menyusui dalam 1 jam setelah kelahiran.
2) Menyusui secara eksklusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman lain bahkan air putih sekali pun.
3) Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand).
Langkah-langkah penting untuk keberhasilan ASI eksklusif, yaitu:
1) Mempersiapkan payudara (dengan melakukan massage). 2) Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui.
3) Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya.
4) Memilih tempat melahirkan yang sayang bayi atau mendukung program ASI eksklusif dan tidak sembarangan memberikan susu formula.
5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI eksklusif.
6) Konsultasi ke klinik laktasi dan konsultan laktasi bila menemukan masalah dalam menyusui.
7) Menciptakan sifat positif tentang ASI dan menyusui (Roesli, 2000).
k. Anjuran Pemberian ASI hingga 2 tahun
Setelah ASI eksklusif 6 bulan bukan berarti pemberian ASI dihentikan. Seiring dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui 2 tahun menurut rekomendasi WHO (Ana Fitria, 2007).
Menyusui dengan ASI sampai dengan usia anak mencapai 2 tahun masih mampu memenuhi 1/3 kebutuhan kalori, 1/3 kebutuhan protein, 45 % kebutuhan akan vitamin A dan 90 % kebutuhan akan vitamin C (Ana Fitria, 2007).
1) Kepmenkes RI No. 450/Menkes/IV/2004
Tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia.
2) Rekomendasi badan kesehatan dunia (WHO)
Pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, ASI diberikan selama mungkin sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. l. Mitos Seputar ASI
Beberapa mitos seputar ASI dan ibu menyusui yang sangat menyesatkan dan merugikan masyarakat (Rosita, 2008: 9-23);
1) Selama menyusui harus keramas tiap pagi biar darah putih tidak naik ke kepala dan menyebabkan kebutaan.
2) Menyusui membuat payudara kendur dan tidak bagus lagi. 3) ASI bisa basi dan harus dibuang.
4) Setelah keluar rumah, ASI harus dibuang dulu agar bayi tidak gumoh.
5) Ibu menyusui tidak boleh makan makanan yang pedas dan amis. 6) Setelah ke kamar mandi harus membuang ASI pertama dan minum
air hangat.
8) ASI yang putih kental, seperti santan, lebih bagus dari ASI yang encer.
9) ASI bisa merusak kulit bayi.
10) Tidak boleh menyusui saat Maghrib.
11) ASI tidak boleh mengenai alat kelamin bayi pria. 12) ASI yang tidak terminum menyebabkan kanker. 13) ASI membuat anak obesitas.
14) Makan ayam arak akan membuat ASI lancar dan bayi cepat gemuk. 15) ASI hari pertama harus dibuang.
16) Bayi yang hanya minum ASI butuh asupan vitamin D. 17) Sebelum menyusui puting harus dibersihkan terlebih dahulu. 18) Dengan memompa atau memerah ASI seorang ibu bisa tahu
seberapa banyak produksi ASI-nya.
19) ASI tidak cukup mengandung zat besi untuk kebutuhan bayi. 20) Menyusui membuat ibu repot dan tidak bisa beraktivitas.
21) Tidak ada cara untuk mengetahui seberapa banyak bayi menyusu pada ibunya.
22) Kecanggihan teknologi memungkinkan kandungan susu formula hampir sama dengan kandungan ASI.
23) Seorang ibu perokok sebaiknya tidak menyusui bayinya.
24) Ukuran payudara yang kecil sehingga tidak mungkin menyusui. 25) Menyusui membuat ibu menjadi gemuk.
2. Penyapihan
a. Pengertian Penyapihan
Menyapih, secara harfiah berarti membiasakan. Maksudnya bayi secara berangsur-angsur dibiasakan menyantap makanan orang dewasa. Selama masa penyapihan, makanan bayi berubah dari ASI saja ke makanan yang lazim dihidangkan oleh keluarga, sementara air susu diberikan hanya sebagai makanan tambahan (Arisman, 2004: 49).
Menyapih adalah proses berhentinya masa menyusui secara berangsur angsur atau sekaligus. Proses itu dapat disebabkan oleh anak itu sendiri untuk berhenti menyusu atau bisa juga dari sang ibu untuk berhenti menyusui anaknya, atau dari keduanya dengan berbagai alasan. Masa menyapih merupakan pengalaman emosional bagi sang ibu, anak juga sang ayah. Karena merupakan ikatan kesatuan yang tidak akan terlupakan (Ana Fitria, 2007: 353).
b. Macam-macam penyapihan
1) Mutual weaning/natural weaning (tidak memaksa dan mengikuti tahapan perkembangan anak).
2) Mother led weaning (ibu yang menentukan kapan saat menyapih anaknya).
Mother led weaning yang dibutuhkan adalah kesiapan mental ibu juga dukungan dari lingkungan, terutama ayah (suami) sebagai sosok yang dapat memberikan kenyamanan selain ibu dengan cara mengajak anak bermain. Lakukanlah penyapihan
dengan sabar dan tidak terburu-buru karena sikap ibu dalam menyapih anak berpengaruh pada kesiapan anak. Beberapa alasan mother ied weaning antara lain:
a) Ibu hamil lagi.
b) Alasan kesehatan lain atas saran dan anjuran dokter untuk menghentikan pemberian ASI.
c. Cara-cara (praktek) penyapihan yang benar
Penyapihan yang dilakukan dengan cara yang benar, akan menjadikan kelekatan anak dengan ibunya akan berada dalam porsi yang tepat. Maksudnya, anak dapat belajar bahwa ibu tetap mencintainya meskipun ia tak mendapatkan ASI lagi. Anak akan merasa disapih bukanlah suatu yang menyakitkan, dengan demikian, efek lain yang bisa timbul adalah anak belajar kemandirian (Risman, 2008)
Menurut Judarwanto (2009) cara menyapih yang benar adalah: 1) Kurangi frekuensi menyusui secara bertahap.
2) Tambah frekuensi makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dan makanan selingan.
3) Jadwal menyusui terakhir, pada malam hari dihentikan 4) Tetap berikan perhatian dan kasih sayang
5) Menyapih sebaiknya di mulai pada masa anak berusia di atas 2 tahun.
Beberapa ahli laktasi menyarankan hal-hal berikut ini:
1) Lakukan proses menyapih ini secara perlahan. Misalnya dengan mengurangi frekuensi menyusu dari 5 kali menjadi 3 atau 4 kali. Lakukan bertahap sampai akhirnya berhenti sama sekali.
2) Alihkan perhatian si anak dengan melakukan hal lain. Bernyanyilah dan bermain bersamanya, sehingga anak tidak ingat saatnya menyusu pada mama.
3) Komunikasikan hal ini dengan anak. Jangan takut anak tidak mengerti dengan keinginan anda untuk menyapihnya. Berikan pengertian yang baik dan dengan komunikasi yang mudah dicerna olehnya. Walau masih kecil tapi ia mengerti kata kata dari orang di lingkungannya.
4) Jangan menyapih anak ketika ia tidak sehat, atau sedang merasa sedih, kesal atau marah. Hal itu akan membuat anak anda merasa anda tidak menyayangi dirinya.
5) Hindari menyapih anak dari menyusui ke pacifier (empeng) atau botol susu. Selalu bina komunikasi dengan sang anak. Mintalah bantuan dari sang ayah untuk melengkapi komunikasi dengan anak dan sebagai figure pendamping ibu.
6) Jangan menyapihnya secara mendadak dan langsung, hal itu akan membuat perasaan anak anda terguncang.
7) Jangan menipu anak anda dengan cara mengoleskan jamu di puting saat menyusui atau apapun yang membuat rasanya tidak nyaman.
Pemaksaan seperti itu akan membuat hubungan batin anak dan ibu menjadi rusak.
d. Hal – hal yang salah dalam menyapih 1) Mengoleska betadin Pada Puting
Selain bisa menyebabkan anak mengalami keracunan, juga membuat anak belajar bahwa puting ibu ternyata tidak enak, bahkan bisa membuatnya sakit. Keadaan ini akan semakin parah jika ibu melakukannya secara tiba-tiba. Si kecil akan merasa ditolak ibunya. Dampak selanjutnya mudah diduga, anak akan merasa ibu tidak mencintainya.
Gaya kelekatan yang muncul selanjutnya adalah avoidance (menghindar dalam suatu hubungan interpersonal). Hal ini dapat memengaruhi perkembangan kepribadian anak. Ia akan mengalami kesulitan untuk menjalin suatu hubungan intensif dengan orang lain. Hal ini terjadi karena di masa kanak-kanak ia merasa ditolak oleh orang tua, dalam hal ini ibunya.
2) Memberi Perban/Plester Pada Puting
Dibanding cara nomor 1, cara ini akan terasa lebih menyakitkan buat anak. Jika diberi obat merah, anak masih bisa menyentuh puting ibunya. Tetapi kalau sudah diperban/diplester, anak belajar bahwa puting ibunya adalah sesuatu yang tak bisa dijangkau.
3) Dioleskan Jamu, Brotowali, Atau Kopi Supaya Pahit
Awalnya mungkin anak tak akan menikmati, tetapi lama-kelamaan anak bisa menikmatinya dan malah bergantung pada rasa pahit tersebut. Karena ia belajar, meskipun pahit tetapi masih tetap bercampur dengan puting ibunya.
Dampaknya, anak bisa mengembangkan suatu kepribadian yang ambivalen, dalam arti ia tidak mengerti apakah ibu sebetulnya mencintainya atau tidak. Bunda masih memberikan ASI, tapi kok tidak seperti biasanya, jadi pahit.
Parahnya lagi, kepribadian ambivalen bukan kepribadian yang menyenangkan. Anak akan mengembangkan kecemasan dalam hubungan interpersonal nantinya.
4) Menitipkan Anak ke Rumah Kakek-Neneknya
Kehilangan ASI saja sudah cukup menyakitkan, apalagi ditambah kehilangan figur ibu. Anak kecil umumnya belum memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Jadi, dapat dibayangkan kondisi seperti ini bisa mengguncang jiwa anak, sehingga tak menutup kemungkinan anak merasa ditinggalkan.
Tentunya hal itu tak mudah bagi anak karena ada dua stressor (sumber stres) yang dihadapinya, yakni ditinggalkan dan harus beradaptasi. Jadi jangan kaget, jika setelahnya anak pun butuh penyesuaian lagi terhadap ibunya. Malah akan timbul ketidakpercayaan anak terhadap ibu.
5) Selalu Bersikap Cuek Setiap Anak Menginginkan ASI
Anak jadi bingung dan bertanya-tanya, mengapa dirinya diperlakukan seperti itu. Dampaknya, anak bisa merasa tak disayang, merasa ditolak, sehingga berkembanglah rasa rendah diri (Judarwanto, 2009).
e. Waktu penyapihan
Sebaiknya jangan memberikan makanan bukan susu sebelum usia anak 3 bulan. Mulailah pemberian makanan tambahan setahap demi setahap. Jaga agar makanan pertama tidak terlalu keras. Jangan memberikan susu sapi sebelum umurnya 6 bulan. Pemberian susu sapi pun seharusnya terpaksa. Misalnya, karena alasan ibu sibuk bekerja di kantor. Secara berangsur-angsur kurangi pemberian ASI sejak usia 1 tahun. Bayi baru dapat disapih dari ASI setelah usianya menjelang 2 tahun (Widjaja, 2002: 54-55)
Tidak pernah ada waktu yang pasti kapan sebaiknya anak disapih dari ibunya. Menurut WHO, masa pemberian ASI diberikan secara eksklusif 6 bulan pertama, kemudian dianjurkan tetap diberikan setelah 6 bulan berdampingan dengan makanan tambahan hingga umur 2 tahun atau lebih. Ada juga ibu-ibu yang menyapih anaknya ketika usia 1-2 tahun, bahkan ada yang diusia 4 tahun.
WHO (World Health Organization) merekomendasikan penyapihan dilakukan setelah bayi berusia 2 tahun. Pada usia ini anak sudah mempunyai pondasi kuat bagi perkembangan selanjutnya.
Penyapihan anak 2 tahun dilakukan demi perkembangan maupun psikologis anaknya, seperti:
1) Mengembangkan pengenalan aneka ragam rasa dan tekstur makanan. Hal ini berpengaruh pada perkembangan intelektualitasnya karena daya ingatnya akan menyimpan informasi mengenai berbagai rasa dan tekstur makanan.
2) Memperbanyak latihan mengunyah makanan padat agar gigi dan rahangnya berkembang optimal.
3) Anak dilatih untuk mandiri karena tidak bergantung pada ASI setiap kali anak lapar atau haus.
f. Proses Menyapih 1) Penyapihan seketika
Proses penyapihan seketika umumnya dilakukan dalam keadaan terpaksa, misal ibu mendadak jatuh sakit atau harus pergi jauh sehingga tidak memungkinkan untuk menyusui anak. Apabila terjadi kasus penyapihan mendadak, maka yang harus dilakukan adalah:
a) Mengomunikasikan situasi yang terjadi pada anak (terutama anak di atas satu tahun).
b) Tunggulah anak sampai merasa haus atau lapar karena biasanya pada saat itu anak dapat menerima minuman selain ASI.
c) Alihkan perhatiannya pada mainan yang ia suka sambil memberikannya minuman/makanan lain (terutama yang disukai anak) sehingga anak tidak mencari-cari ASI.
d) Coba berikan susu /minuman pengganti ASI.
e) Hadirkan sosok pengganti ibu yang bisa membuat anak merasa nyaman saat ibu tidak bisa berada didekatnya.
2) Bertahap
Penyapihan cara ini mempunyai dampak psikologis paling ringan. Pada awal proses penyapihan, anak biasanya rewel dan gelisah. Dengan penyapihan bertahap (atau alami), semua itu bisa dihindari mengingat saat memasuki usia batita sebetulnya ketergantungan anak pada ASI sudah semakin berkurang.
Pada usia batita, anak juga mulai menyukai susu dengan berbagai rasa seperti cokelat, vanila, dan stroberi sehingga mengurangi kekerapan anak menetek. Konsumsi makanan yang bergizi dan berkalori tinggi pada saat makan malam pun membuat anak merasa kenyang dan mengurangi keinginannya mencari ASI pada malam hari
g. Persiapan penyapihan
1) Suplai ASI anda akan berkurang secara bertahap seiring dengan berkurangnya bayi mengisap payudara anda.
2) Sesuaikan dengan usia dan kebutuhan bayi, susu dapat diberikan melalui sebuah cangkir atau botol.
3) Mulailah dengan tidak menawarkan menyusui bila anda melihat bayi anda mulai meminta menyusui, kemudian dikurangi porsinya satu kali setiap beberapa hari atau satu porsi tiap minggunya, semua tergantung pada kenyamanan ibu, dan kesediaan bayi untuk bekerja sama.
4) Pastikan Anda masih memberi bayi Anda banyak pelukan dan lebih banyak waktu dengan Anda. Yakinkan bayi anda bahwa dengan tidak diberikannya ASI, anda tidak mengurangi perhatian dan kasih sayang anda padanya.
5) Jika payudara menjadi membesar, keluarkan ASI dengan menggunakan pompa atau tangan anda. Jangan mencoba untuk mengosongkan payudara karena akan merangsang kelenjar susu untuk memproduksi lebih banyak lagi.
h. Dampak penyapihan ASI usia kurang dari 6 bulan
1) Menyebabkan hubungan anak dan ibu berkurang keeratannya karena proses bounding etatement terganggu.
2) Insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat. 3) Pengaruh gizi yang mengakibatkan malnutrisi pada anak.
4) Mengalami reaksi alergi yang menyebabkan diare, muntah, ruam dan gatal-gatal karena reaksi dari sistem imun (Ziddu, 2008).
3. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003), pengetahuan didefinisikan segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Sedangkan Notoatmodjo (2003) mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya.
b. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. 4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula baru dan formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
c. Pengaruh pengetahuan
Pengaruh pengetahuan terhadap pertumbuhan anak sangat penting. Oleh sebab itu, seseorang yang mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Notoatmodjo, 2003).
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Nasution (1993), faktor-faktor yang berpengaruh pada pengetahuan, yaitu :
1) Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan, seseorang akan semakin mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal baru.
2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memperoleh pengetahuan yang lebih jelas.
3) Budaya
Budaya sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.
4) Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan. 5) Sosial ekonomi
Tingkat seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. e. Cara memperoleh pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).
1) Cara tradisional (non ilmiah)
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis.
Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain: a) Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun
kembali seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis.
d) Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.
2) Cara modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian (Notoadmodjo, 2005).
f. Sumber pengetahuan
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
g. Pengukuran pengetahuan
Cara mengukur pengetahuan seseorang, dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden. Kedalaman materi yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut diatas (Arikunto, 2002).
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan diatas, maka diajukan ke teori sebagian tersaji pada Bagan 2.1
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2005: 50-60) Perilaku Penyapihan Predisposing Factor:
Pengetahuan, sikap dan keyakinan
Enabling Factor:
Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan
Reinforcing Factor:
Sikap petugas kesehatan, orang tua (ibu), keluarga dan budaya
C. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Tingkat Pengetahuan Ibu Praktek Penyapihan
tentang Penyapihan Anak Balita
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesa
Adapun hipotesis penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah: Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyapihan Asi Dengan Praktik Penyapihan Asi Pada Anak Balita Di Dusun Kwayuhan Nolokerto Kaliwungu Kendal.