• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 C. Tujuan Instruksional Khusus:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "7 C. Tujuan Instruksional Khusus:"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SubSistem Perikanan Budidaya Marsoedi

Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan UB Email : idoesram@yahoo.co.id

A. Pokok Bahasan: SubSistem Perikanan Budidaya

B. Deskripsi Singkat: Modul membahas Budidaya perairan dalam pendekatan sistem yang diberikan setelah mendapat pemahaman tentang sistem perikanan dan sistem perikanan budidaya. Materi terdiri dari pendahuluan, sistem budidaya perairan, komponen sistem budidaya, manipulasi dalam sistem budidaya dan budidaya yang berkelanjutan.

C. Tujuan Instruksional Khusus:

1. Peserta bisa menjelaskan (dengan kalimat sendiri) definisi dari sistem budidaya perairan;

2. Peserta bisa menyebutkan komponen utama pada sistem budidaya perairan

3. Peserta bisa menyebutkan tiga jenis budidaya perairan;

4. Peserta mampu menjelaskan jenis-jenis manipulasi terhadap sistem yang dilakukan manusia dalam budidaya

5. Peserta bisa menyelesaikan projek tentang pilihan budidaya perairan

D. Isi Pokok Bahasan: 1. Pendahuluan

Perikanan sering kali dihubungkan dengan dua pepatah kuno – Pepatah pertama menyatakan: “jika kita berikan ikan, bisa mengenyangkan perut seseorang dalam sehari. Tapi jika kita ajari cara menangkap ikan, dia akan bisa makan sepanjang hidupnya”. Pepatah tersebut sangat populer dan sering kita dengar sampai sekarang. Ketika pertama kali dicetuskan, pepatah tersebut di atas tampaknya mempunyai nilai kebenaran yang tinggi. Hal ini mendorong setiap orang untuk menggunakan setiap kekuatan dan usaha untuk mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya. Dampaknya, selama kurun waktu 100 tahun terakhir, terjadi perkembangan teknologi penangkapan ikan yang sangat pesat dan ternyata hasil tangkapan pada akhirnya menurun – kita mengenal istilah penangkapan berlebih (over-fishing), karena mengambil pada laju yang melebihi kemampuan ikan untuk memperbaharui diri.

MODUL

7

(2)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

Sampai saat ini, hampir tidak ada orang yang berani mengkaji kembali (apalagi menggugat) pepatah terkenal yang kebenarannya sudah diakui sejak jaman dulu. Namun kenyataannya sekarang ialah bahwa tidak banyak ikan yang tersisa untuk ditangkap dengan teknologi alat tangkap yang sudah sedemikian tinggi. Nasehat bijak di atas tentu saja tidak bisa dipersalahkan. Bagaimana dengan suatu ide untuk menambahkan pepatah tersebut menjadi kalimat berikut: “jika kita ajari cara menangkap ikan yang tepat, dia bisa makan sampai ke anak cucunya”. Penambahan kata “tepat” dan “sampai anak cucu” memerlukan persyaratan tambahan dalam pengetahuan menangkap ikan yang akan kita diskusikan pada topik kali ini.

Sebelum diskusi kita lanjutkan, mari kita cermati pepatah kedua, ialah: jika kita ajari seseorang tentang cara membesarkan (membudidaya) ikan, dia bisa memberi makan dunia”. Kedua pepatah ini disitir dari buku “Aquaculture: an Introductory Text”, yang ditulis oleh R.R. Stickney, tahun 2005. Ide pembaruan dari pepatah tersebut ialah: jika kita ajar seseorang tentang cara membesarkan ikan yang tepat, dia bisa memberi makan dunia sampai generasi berikutnya. Kata-kata tambahan ini sama persis dengan ide pada pepatah pertama. Tambahan kata “tepat” dan “sampai generasi berikutnya (anak cucu)” memerlukan pengetahuan tambahan yang harus disampaikan, ialah tentang perikanan tangkap atau budidaya harus dipahami sebagai “SISTEM”.

2. Sistem Budidaya Ikan

Pada diskusi sebelumnya, kita sudah berdiskusi tentang definisi budidaya, ialah suatu usaha untuk membesarkan ikan pada lahan yang terbatas dan pribadi untuk mendapatkan tambahan produksi dari ikan. Dari definisi ini, kita bisa menemukan tiga komponen dasar dalam budidaya ikan, ialah: (1) ikan yang hidup dan besar pada lingkungan alami, (2) manusia dengan keinginan dasar untuk mendapatkan ikan yang lebih besar dan, (3) komponen teknologi budidaya (manipulasi) untuk mendapatkan tambahan produksi. Sistem budidaya secara skematik disajikan pada Gambar 1.

Ketiga komponen tersebut di atas ternyata saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pada awalnya, keinginan manusia mempengaruhi terbentuknya teknologi budidaya. Komponen teknologi mempengaruhi ikan untuk tumbuh lebih cepat dan biomas yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih pendek. Namun pertumbuhan yang lebih cepat dan biomas yang lebih tinggi mempengaruhi lingkungan alami ikan. Pada akhirnya, ikan tidak bisa bertahan pada kondisi lingkungan yang baru dan ini berdampak negatif pada pemenuhan keinginan manusia. Akhirnya, ikan terkena penyakit dan mengalami kematian, karena sistem menyerang balik kepada manusia sebagai akibat dari manipulasi yang dilakukan kepada sistem melalui teknologi budidaya. Jelas sekali, budidaya bisa dipandang sebagai suatu sistem atau disebut sebagai sub-sistem dari sistem perikanan. Untuk memahami budidaya ikan sebagai suatu sistem, sebaiknya kita telaah masing-masing komponen pada sistem budidaya ikan.

2.1 Ikan dan lingkungan alami

Ikan tinggal dan hidup bersama organisme lain di dalam air, seperti manusia yang hidup dan tinggal di darat bersama organisme lainnya. Di air, ikan tinggal dan hidup secara harmonis bersama organisme lain secara bersama (komunitas) dan menempati habitat abiotik secara bersama-sama. Organisme lain di dalam air, bisa bertindak sebagai pesaing (kompetitor), salah satu mendapat keuntungan tanpa

(3)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

merugikan yang lain (komensal), parasit atau menjadi pemangsa (predator) ikan. Sebaliknya, ikan bisa menjadi pemangsa dari organisme yang dimangsa (prey). Jika parasit terlalu banyak, ikan tidak bisa tumbuh dengan baik. Hal yang sama juga terjadi jika terlalu banyak pemangsa (predator). Sebaliknya, ikan akan tumbuh cepat jika terdapat banyak mangsa (prey) untuk ikan. Namun, seperti kita ketahui hal ini hampir tidak mungkin terjadi dalam waktu yang lama. Seperti telah kita diskusikan, ikan hidup pada lingkungan yang membentuk sistem (saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain).

Keberadaan ikan di dalam air tidak hanya dipengaruhi, atau tidak hanya tergantung dari jumlah dan ketersediaan makanan. Dia juga memerlukan oksigen untuk membakar makanan yang dikonsumsi. Selain oksigen, air juga tidak mengandung racun secara berlebihan bagi ikan, seperti Amonia, nitrit, H2S maupun

metan. Pada saat yang sama, jumlah organisme parasit harus sedemikian rupa sehingga keberadaannya tidak sampai menyebabkan penyakit pada ikan. Jadi, selain mangsa (pakan) ikan dipengaruhi oleh banyak faktor untuk bisa bertahan hidup dengan baik di dalam air, dan interaksi masing-masing komponen tersebut membentuk suatu sistem.

2.2 Komponen Manusia

Untuk bertahan hidup, manusia selalu belajar untuk menyesuaikan diri dan memanfaatkan alam sebagai sumber daya (survival of the fittest). Manusia tinggal bersama dalam kelompok dan berinteraksi dengan kelompok lainnya. Dalam proses interaksi ini terjadi proses kompetisi dan bentuk interaksi lainnya yang memunculkan ide baru, termasuk memanfaatkan ikan melalui proses budidaya. Keinginan pertama dari manusia ialah pada bayangan untuk mendapatkan ikan dalam jumlah yang cukup memberi makan keluarga dan kelompoknya. Namun karena ikan tidak selalu tersedia sesuai dengan keinginannya, manusia memanfaatkan pengetahuannya untuk memanipulasi alam dalam mendapatkan ikan. Manipulasi ini akhirnya yang disebut dengan teknologi budidaya.

(4)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

Gambar 1 Budidaya ikan sebagai sistem dengan komponen utama: ikan dan lingkungannya, teknologi budidaya dan manusia (Keterangan: О = fungsi katalisator; Δ = variabel pasif;  = produksi;  = pintu kerja;  = aliran (flow);  = tenggelam ke sedimen)

2.3 Teknologi Budidaya Ikan

Teknologi budidaya yang pertama kali berkembang ialah usaha manusia untuk membuat perangkap sehingga ikan berada dalam wilayah tertentu yang terbatas dan dikuasai oleh manusia. Wilayah terbatas (catchment area) tersebut sampai sekarang menjadi penciri usaha budidaya yang membedakannya dengan usaha penangkapan. Wilayah terbatas tersebut dikuasai sebagai lahan atau milik pribadi.

A. Kolam

Budidaya kolam ialah bentuk paling klasik dari teknologi budidaya ikan. Kolam ialah badan air yang dikelilingi oleh pematang untuk membatasi pergerakan ikan pada area yang bisa dikuasai dan memudahkan dalam proses pemanenan. Di Indonesia, teknologi kolam berkembang dari teknologi Shiwakan dan tambak. Shiwakan ialah aliran air yang keluar dari sungai besar dan dibentuk menjadi kolam. Sedangkan tambak berasal dari perangkap air pasang yang melewati bagian pesisir yang berlembah. Kedua teknologi ini telah disebutkan pada buku Kutara Menawa dan Teknologi Kampungan yang ditulis oleh Craig Thoburn.

Teknologi Shiwakan selanjutnya berkembang menjadi teknologi kolam air deras. Aliran air yang keluar dari sungai mempunyai debit air yang sangat tinggi dan selalu mengalami pergantian air (race way). Sebaliknya, air tambak tidak selalu bisa mengalami pergantian air karena tinggi muka pasang tidak selalu sama. Tambak pada akhirnya membentuk teknologi budidaya air tenang (stagnant pond). Kedua teknlogi ini bisa dibedakan dalam dua hal mendasar, ialah pada ukuran kolam dan jenis ikan yang dipelihara. Kolam air deras berukuran relatif kecil dibandingkan dengan kolam air tenang, namun pergantian air terjadi lebih cepat. Perbedaan yang kedua ialah pada jenis ikan yang dipelihara. Kolam air deras mampu menyediakan oksigen lebih banyak karena terjadinya pergantian air. Oleh karena itu, jenis ikan yang dipelihara termasuk jenis ikan yang memerlukan konsumsi oksigen tinggi dan dengan bentuk badan yang efisien untuk bertahan pada arus yang deras.

(5)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

B. Karamba

Shiwakan terjadi secara alami sesuai dengan topografi lahan dan aliran sungai besar. Oleh karena itu, teknologi kolam air deras hanya bisa dibuat pada kondisi alam yang memungkinkan. Ketika kebutuhan akan kolam air deras meningkat, manusia meletakkan kurungan kecil pada aliran sungai, suatu kreasi yang menjadi teknologi karamba. Karamba di sungai dibuat dari kurungan bahan bambu. Pada masing-masing sisi kurungan diberi patok kayu untuk menahan agar karamba tidak hanyut oleh aliran sungai.

Karamba juga bisa dibuat pada danau atau waduk dengan membuat kurungan dari bahan jaring. Karena tipe air yang tidak deras, penggunaan jaring bisa bertahan lama. Sedangkan penggunaan bahan dari bambu secara teknis menjadi agak sulit. Kolam air deras pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ikan akan oksigen melalui pergantian air. Karamba jaring apung yang dibuat pada danau juga mempunyai fungsi yang hampir sama dengan kolam air deras. Kebutuhan oksigen dipenuhi dari pergerakan air karena pergerakan ikan yang membuat air di dalam karamba selalu mengalami pergantian.

Gambar 2. Karamba (Keterangan : 1. Areal pemeliharaan (waring/jaring), 2. Lantai / papan pijakan, 3. Drum pelampung, 4. Rumah jaga : 4a. Ruang kamar, 4b. Ruang depan (teras), 5. Areal pemanenan, 6. Balok kayu 8/12.)

C. Budidaya Sawah (Mina Padi)

Hampir semua sawah mempunyai caren, ialah bagian lebih dalam pada sekeliling pematang sawah. Parit ini umumnya mempunyai lebar sekitar 20 cm dan dengan kedalaman sekitar 25 cm dari bagian yang diisi tanaman padi. Caren berfungsi sebagai aliran air pada saat pengeringan sawah. Karena selalu tergenangi air, bagian caren kemudian diisi dengan ikan. Pada saat sawah tergenang air, ikan

(6)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

bisa tumbuh pada tempat yang lebih luas. Pada saat itu ikan bisa mengaduk lahan dasar untuk mengurangi dampak dari proses dekomposisi. Sedangkan pada saat harus dikeringkan, ikan bisa tinggal pada bagian caren.

D. Tambak

Tambak ialah salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air payau atau laut. yang letaknya berada di sepanjang pantai dan mempunyai luas petakan berkisar antara 0,3 – 2 ha

Gambar 2. Usaha budidaya dengan memanfaatkan lahan sawah (Mina Padi). Pada saat musim tanam, sawah juga ditebari ikan berukuran kecil. Ketika pengeringan.

D. Tambak

Tambak ialah salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air payau atau laut. yang letaknya berada di sepanjang pantai dan mempunyai luas petakan berkisar antara 0,3 – 2 ha. Tambak dapat dikategorikan sebagai berikut:

Karakteristik

Ekstensif

Semi-intensif

Intensif

Luasan tambak (ha)

1-100

5-25

0,01-5

Bentuk tambak

Tidak beraturan

Beraturan

Beraturan

Padat penebaran (per ha)

5.000-30.000

25.000-200.000

> 200.000

Laju pertukaran air (%/hari)

5-10 (pasang surut)

10-20 (pompa)

0-30 (pompa)

Kedalaman air (m)

0,4-10

0,7-1,5

1,0-2,0

(7)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

Pakan Pakan alami (dengan

pupuk organik)

Pakan alami + pakan buatan

Pakan buatan

Kelulushidupan

<80%

0-80%

0-90%

Siklus/tahun

1-2

2-3

2-3

Kebutuhan energi (hp/ha)

0-2

2-5

15-24

Kebutuhan tenaga lerja (orang/ha)

< 0,15

0,10 – 0,25

0,5 – 1

Biaya produksi ($/kg)

1-3

3-5

5-7

Hasil produksi (kg/ha/th)

50-500

500-5000

5000-10000

Gambar 5. Tambak udang 3. Target budidaya

Manipulasi teknologi budidaya yang dilakukan manusia untuk meningkatkan produksi didasarkan atas dua pertimbangan utama. Pertimbangan pertama ialah pilihan tipe budidaya yang akan diterapkan (kolam air deras, air tenang, karamba atau mina padi). Pertimbangan kedua ialah pada target spesies ikan yang akan dipelihara. Pilihan tipe budidaya sangat tergantung pada kondisi alam (topografi lahan). Pilihan terhadap spesies ditentukan beberapa pertimbangan sebagai berikut: (1) aspek teknis penguasaan spesies pada kondisi budidaya, (2) kebutuhan spesies untuk konsumsi keluarga atau kelompok (subsisten) dan (3) kebutuhan pasar.

Beberapa spesies ikan yang penting telah menjadi target masyarakat. Namun karena metode budidaya belum dikuasai dengan baik, maka masyarakat tidak mau mengambil resiko untuk memaksakan diri memelihara ikan tersebut. Sebagai contoh, ikan Kerapu Tikus sudah sejak dulu menjadi incaran petani sebagai target budidaya.

(8)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

Benih ikan ini sangat sulit didapat, dan jika bisa didapat, harganya relatif mahal. Budidaya ikan Kerapu Tikus membutuhkan waktu relatif lama ( 21 bulan) dan selama periode waktu tersebut, ikan sering terkena penyakit. Namun jika berhasil, harga ikan ini relatif mahal dibandingkan dengan ikan lainnya. Sebaliknya, ikan Lele Dumbo relatif sangat mudah dalam teknis pemeliharaannya. Namun harga ikan ini relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan Kerapu Tikus dengan margin keuntungan yang sangat rendah. Beberapa petani tetap memilih untuk memelihara ikan ini. Jika tidak menghasilkan keuntungan ekonomis, ikan akan dikonsumsi untuk kebutuhan keluarga (subsisten).

Pertimbangan utama dalam pemilihan spesies untuk target budidaya tentu saja karena kebutuhan pasar. Ikan-ikan yang dibutuhkan pasar sudah pasti akan berharga tinggi. Sayangnya, jenis ikan yang dibutuhkan pasar (harganya mahal), teknis budidayanya pasti relatif susah. Dengan demikian, petani akan dihadapkan pada resiko kegagalan budidaya dengan keuntungan yang tinggi, jika usaha budidaya berhasil sampai tahap produksi.

3.1 Ikan Mas

Ikan Mas, secara alami, memerlukan kondisi oksigen yang tinggi, senang pada air yang mengalir dan bebas dari pencemaran. Ikan ini bersifat omnivor dan mendapatkan makanan dari dasar perairan. Namun secara opportunistik dia bisa dilatih untuk mendapatkan makanan dari permukaan (pellet). Karakteristik lainnya ialah dia bisa menempati ruang sempit secara bersama. Ikan ini sangat baik untuk dipelihara pada tipe teknologi budidaya kolam air deras.

Ikan Mas mempunyai segmen pasar yang relatif terbatas pada daerah-daerah tertentu. Masyarakat Jawa Barat sangat terkenal dengan konsumsi dari ikan Mas. Oleh karena itu pilihan target budidaya di Jawa Barat ialah ikan Mas dengan tipe budidaya air deras. Segmen yang terbatas ini mungkin juga ada hubungannya dengan cara memasak ikan tersebut sehingga menjadi produk makanan yang digemari.

Gambar 4. Ikan Mas, Tombro, Karper (Cyprinus carpio) 3.2 Ikan Nila / Mujair

Ikan Nila atau Mujair ialah tipe khas ikan rawa dan dataran rendah. Dia biasa hidup pada kondisi oksigen rendah dan bahan organik tinggi. Makanan utama ikan nila atau mujair ialah plankton. Namun dia bisa dilatih untuk memakan pakan buatan (pellet). Ikan nila / mujair termasuk kategori “continuum spawner”, pemijahan terjadi secara terus menerus. Ikan-ikan betina venderung berukuran lebih kecil. Namun jika terjadi pemijahan secara terus menerus, ukuran ikan menjadi relatif kecil dan tidak mencapai ukuran yang diinginkan pasar (masyarakat). Oleh karena itu budidaya ikan nila sering kali dilakukan secara mono-sex jantan. Hal ini dilakukan dengan

(9)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

menambahkan hormon dominan jantan pada makanan ketika benih masih belum berkembang secara seksual.

Segmen pasar ikan nila relatif luas dibandingkan dengan ikan Mas. Oleh karena itu, ikan ini menjadi pilihan untuk budidaya di dataran rendah (suhu relatif tinggi) dengan tipe budidaya karamba jaring apung. Namun ikan ini paling dipelihara dengan menggunakan teknologi mono-sex.

Gambar 3. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) & Mujair (Oreochromis mossambicus) 3.3 Ikan Lele

Ikan lele termasuk jenis ikan rawa, hidup di wilayah dataran rendah, memerlukan suhu yang lebih panas dan bahan organik tinggi. Ikan ini mampu bertahan pada kondisi oksigen yang sangat rendah. Ikan lele juga bisa tinggal secara bersama pada kondisi saling berdesakan satu sama lain. Oleh karena itu dia bisa dipelihara pada kolam air tenang dengan kepadatan yang tinggi. Ikan Lele termasuk kategori omnivor mengarah ke karnivor dan bersifat agresif. Dia akan sangat mudah melakukan adaptasi terhadap jenis makanan dalam bentuk pellet. Karena tahan pada kondisi lingkungan yang bervariasi teknik budidaya ikan ini relatif mudah dibandingkan ikan jenis lainnya. Hal ini menjadi pendorong utama harga ikan ini relatif murah di pasar.

Ikan Lele mempunyai segmen pasar yang sangat luas, tidak seperti ikan Mas. Oleh karena itu, pasar untuk ikan Lele relatif gampang. Namun karena mudah dipelihara, tahan penyakit dan tidak memerlukan persyaratan tipe kolam yang sulit, petani jarang mengalami resiko kegagalan panen untuk ikan ini. Sebagai akibatnya, keuntungan untuk budidaya ikan Lele akan relatif rendah.

(10)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

3.4 Ikan Gurami

Ikan Gurami termasuk salah satu jenis ikan budidaya yang menyenangi untuk memakan tumbuhan (herbivor). Dia membutuhkan lingkungan dengan suhu air relatif tinggi dan tipe kolam air tenang. Kebutuhan oksigen untuk ikan ini relatif rendah karena mempunyai organ pernafasan tambahan. Masalah utama dalam budidaya ikan Gurami ialah pertumbuhan yang relatif lama sebelum mencapai ukuran konsumsi. Pasar ikan ini relatif luas. Namun karena metode budidaya yang relatif mudah, harga ikan ini di pasar tedak termasuk tinggi dibanding ikan lainnya.

Gambar 3. Ikan gurami (ospronemous gouramy) 3.5 Ikan Bandeng

Ikan Bandeng termasuk jenis ikan perenang cepat dan mudah beradaptasi untuk melawan arus. Namun dia membutuhkan ruang yang relatif luas (kondisi alami di laut). Oleh karena itu, agak sulit untuk memelihara ikan ini dalam kepadatan yang tinggi seperti pada kolam air deras. Jenis makanan ikan bandeng ialah plankton, terutama jenis organisme mikro yang melekat pada substrat, baik permukaan dasar maupun pinggiran tambak.

Ikan bandeng paling banyak dipelihara pada tambak payau dengan ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kolam air tawar pada umumnya. Dengan demikian, secara alami dia tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap kebutuhan ruang yang luas. Induk ikan Bandeng dipelihara pada kolam bundar. Teknik ini ialah salah satu cara agar ikan merasa berada pada ruang yang lebih luas.

(11)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

3.6 Ikan Kakap

Ada dua jenis kakap komoditas budaya: kakap merah (Lutjanus

argentimaculatus) & kakap putih (Lates calcarifer). Pemeliharaan ikan ini paling

banyak dilakukan dengan tipe karamba jaring apung di laut. Beberapa jenis ikan Kakap (Lutjanus argentimaculatus) juga dipelihara pada tipe tambak payau. Kedua jenis ikan ini relatif mahal di pasar. Namun teknik budidayanya masih belum banyak dikuasai oleh masyarakat.

Gambar 4. kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) 3.7 Ikan Kerapu

Ikan Kerapu ialah ikan khas untuk budidaya di air laut. Pemeliharaan ikan ini paling banyak dilakukan dengan tipe karamba jaring apung di laut. Jenis ikan kerapu yang paling mahal dipasaran adalah kerapu tikus/bebek (Cromileptis altivelis). Jenis kerapu lainnya adalah kerapu Lumpur (Epinephelus coioides).

Gambar Ikan kerapu tikus (Cromileptis altivelis) & lumpur (Epinephelus coioides)

4. Manipulasi pada sistem budidaya ikan

Perhatikan Gambar 1 di atas. Manusia melakukan manipulasi terhadap sistem alami ikan dengan tujuan untuk memaksimalkan produksi. Teknik manipulasi yang pertama dilakukan ialah dengan meningkatkan kepadatan ikan dari kondisi alami. Misalkan, pada kondisi alami, kepadatan ikan terjadi pada 1 ekor per m2. Petani melakukan manipulasi dan merubah kepadatan menjadi 1 ekor per m2. Sebagai hasilnya, petani mendapatkan panen 50% lebih tinggi dari kondisi awal. Karena tujuan budidaya ialah untuk memaksimalkan produksi, teknologi padat tebar mulanya dianggap berhasil dengan baik.

Karena berhasil mencapai tujuan budidaya, petani terus menambahkan level manipulasi dengan meningkatkan padat tebar menjadi 1,5 ekor, 2 ekor, 2,5 ekor dan

(12)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

3 ekor per m2. Namun lama kelamaan, petani mengamati adanya penurunan ikan

pada saat panen dengan semakin tingginya padat tebar. Pada akhirnya, pada padat tebar yang agak tinggi, total produksi petani menurun dari kondisi sebelumnya. Dari hasil pengamatan dan pembelajaran teknis, petani mendapat pengetahuan tentang persaingan sesama ikan target budidaya untuk mendapatkan makanan alami. Pada saat itu teknologi memberikan dampak balik (feed back) yang merugikan petani.

Dari pembelajaran di atas, petani melakukan dua jenis manipulasi pada sistem alami kolam. Manipulasi pertama ialah meningkatkan jumlah ikan yang ditebar yang diikuti dengan manipulasi kedua dengan menambahkan jumlah pakan dari luar sistem. Pada mulanya, manipulasi ini memberikan dampak positif dengan meningkatnya produksi panen. Sampai batas tertentu kombinasi dua jenis manipulasi ini memberikan dampak positif. Namun, selanjutnya petani mendapatkan sebagian ikan mengalami kematian sebelum masa panen. Kematian ikan ini diikuti dengan warna air kolam yang relatif keruh dan bau air yang menyengat. Selain itu, petani juga mengamati adanya bintik merah pada ikan yang mati. Dari proses pembelajaran kedua, petani mengetahui adanya serangan penyakit, air kolam yang mengandung racun bagi ikan dan ikan yang sulit dalam bernafas.

Pada akhirnya, petani melakukan manipulasi secara kompleks sebagai berikut: peningkatan kepadatan, penambahan pakan, penambahan oksigen melalui kincir, memberikan anti-biotik dan mengganti air yang sudah berbau menyengat. Manipulasi ini kadang memberikan hasil positif. Namun sering kali tidak berhasil dan petani mengalami kegagalan karena ikan mati sebelum saatnya untuk dipanen. Dari pengalaman teknis yang relatif kompleks, petani sekarang paham bahwa beberapa penyakit sudah tahan terhadap anti-biotik. Karena resisten, penyakit masih bisa menyerang ikan walaupun sudah diberikan anti-biotik. Pada tingkat paling akhir, kita semua belajar tentang interaksi dan saling mempengaruhi diantara komponen pada sistem budidaya.

5 Budidaya berkelanjutan

Manipulasi teknologi oleh manusia pada sistem budidaya akan terus berkembang dengan tujuan untuk meningkatkan atau memaksimalkan produksi. Yang harus kita pertimbangkan ialah bahwa budidaya ikan terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait dan saling mempngaruhi dalam satu sistem budidaya. Setiap manipulasi pada sistem budidaya akan memberikan dampak balik yang pada akhirnya bisa merugikan petani budidaya. Manipulasi pada sistem budidaya hanya bisa dilakukan pada kondisi yang tidak menyebabkan perubahan drastis pada sistem itu sendiri. Jika hal ini bisa kita pertahankan, budidaya bisa dilakukan secara berkelanjutan.

(13)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

Referensi:

1. Stickney, R.R. (2005) Aquaculture: an introductory text. Texas Sea Grant College Program. CABI Publishing.

2. Zade, S.B., S.R. Sitre, C.J. Khune, & R.V. Tijare (2005) Principles of aquaculture. Mumbai, India. Himalaya Publishing House.

3. Holmer, M., C.M. Duarte, I. Karakassis, K. Black, & N. Marba (2008) Aquaculture in the ecosystem. Springer.

4. Costa-Pierce, B.A. (2002) Ecological aquaculture: the evolution of the blue revolution. Malden, USA. Blackwell Science.

PROPAGASI Tugas Projek:

Buat suatu projek dengan melakukan evaluasi terhadap 10 jenis ikan yang banyak dibudidaya oleh masyarakat. Lakukan skoring terhadap 10 spesies ikan tersebut dengan memperhatikan variabel: (1) tingkat kesulitan dalam teknis budidaya; (2) lama pemeliharaan; (3) kemudahan pasar dan (4) harga ikan pada saat panen. Analisis dilakukan dengan mengisi dan melengkapi Tabel berikut:

No Jenis Ikan Teknis budidaya Lama budidaya Kemudahan pasar Harga panen Total skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keterangan:

Teknis budidaya ialah aspek teknis dalam budidaya; 1 = secara teknis budidaya jenis ikan tersebut mudah; 2 = tingkat kesulitan sedang; 3 = tingkat kesulitan dalam budidaya tinggi; 4 = tingkat kesulitan sangat tinggi;

Lama masa budidaya ialah lama waktu untuk melakukan pemeliharaan sampai ikan bisa dipanen untuk keperluan konsumsi; 1 = periode budidaya relatif pendek; 2 = periode budidaya sedang; 3 = periode budidaya lama; 4 = periode budidaya sangat lama;

Kemudahan pasar ialah kemudahan dari jenis ikan tersebut diterima oleh pasar; 1 = segmen pasar sangat luaas dan beragam; 2 = segmen pasar relatif sedang;

(14)

Marsoedi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN

2012 University of Brawijaya

3 = segmen pasar terbatas; 4 = segmen pasar sangat terbatas (hanya kalangan dan daerah tertentu);

Harga panen ialah harga ikan secara relatif pada saat dipanen; 1 = harganya murah; 2 = harga relatif sedang; 3 = harga ikan relatif mahal; dan 4 = harga ikan sangat mahal.

Total skor ialah penjumlahan dari skor teknis budidaya, lama budidaya, kemudahan pasar dan harga ikan. Perhatikan jenis ikan yang mendapat total skor tertinggi dengan ikan dengan total skor terendah.

Seorang petani dengan pengalaman budidaya yang relatif lama dan pengetahuannya terhadap budidaya termasuk tinggi, jenis ikan mana yang sebaiknya dipilih untuk dipelihara oleh petani tersebut?

Diskusikan hasil yang anda dapat dengan teman sejawat (di dalam kelas) dan juga dengan fasilitator (dosen). Buat kesimpulan dari projek anda

Gambar

Gambar 1  Budidaya  ikan  sebagai  sistem  dengan  komponen  utama:  ikan  dan  lingkungannya,  teknologi budidaya  dan  manusia  (Keterangan: О  = fungsi  katalisator; Δ = variabel pasif;  = produksi;  = pintu kerja;  = aliran  (flow);  = tenggelam ke
Gambar 2. Karamba (Keterangan : 1. Areal pemeliharaan (waring/jaring), 2. Lantai /  papan  pijakan,  3
Gambar  2.  Usaha  budidaya  dengan  memanfaatkan  lahan  sawah  (Mina  Padi).  Pada  saat  musim  tanam,  sawah  juga  ditebari  ikan  berukuran  kecil
Gambar 5. Tambak udang  3. Target budidaya
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperjelas peningkatan siklus I maka peneliti dapat menjelaskan selisih perolehan persentase tersebut seperti peseta didik yang mengajukan pertanyaan pada base line

4.7 ANALIZA IZBORNEGA MODELA UVAJANJA KOMPETENC V SELEKCIJSKE INTERVJUJE PODJETJA V podjetju je trenutna sistematizacija delovnih mest napisana in opredeljena brez ključnih

Menganalisis penerapan pembelajaran aktif metode Musyahadul Aflam dalam meningkatkan ketrampilan berbicara pada mahasiswa program intensif semester II IDIA

Para perawat rawat inap di RS ”X” Kota Bandung dengan derajat common humanity yang rendah akan cenderung menganggap bahwa dirinya merupakan satu-satunya orang yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan kemandirian belajar dan sikap peserta didik terhadap pembelajaran online menggunakan pendekatan penugasan individu

dan kartu kendali surat keluar (KKSK) rangkap tiga (putih, merah dan kuning). Prosedur pengelolaan surat masuk dan surat keluar pada Kantor Kecamatan Gunungpati mengacu

Sebagai perbaikan siklus 1, guru memberikan tes gaya belajar dan implementasinya dalam pembelajaran. Tetapi ini dimaksudkan untuk memberikan alternative dalam memperbaiki

Hal ini menunjukan bahwa perlakuan strategi pembelajaran quantum learning dengan teknik mind mapping memberikan keefektivan sebesar 17,72% dalam meningkatkan penguasaan