• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Petra"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Petra 1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Produksi film dari perusahaan Walt Disney banyak mengangkat genre fabel dan fairy tale (dongeng). Dimulai dari percobaan animasi Alice in Cartoonland pada tahun 1923 hingga menghasilkan film bertokohkan putri yang pertama, Snow White and The 7 Dwarfs, diproduksi pada tahun 1937. Setelah ditonton oleh 26 juta orang dan mengalahkan rekor film Birth of a Nation (Browne & Browne, 2001, p.751), Disney mengembangkan produksi filmnya dari jalan cerita, tema, hingga kualitas gambar. Sampai saat ini, Disney masih memproduksi cerita-cerita yang mengangkat genre fairy tale seperti Tinker Bell: Secret The Wings (2012), Frozen (2013), Oz: The Great and Powerful (2013), Into The Woods (2013), dan Tinker Bell and The Pirate Fairy (2014) (Disney Movie List, nd).

Dalam sebuah cerita dongeng terdapat berbagai macam pola narasi yang dibentuk untuk mengidentifikasi cerita tersebut sesuai dengan jenisnya, misalnya fable, folk tale, fairy tale, myth, epic, legend, dan tall tale (Gangi, 2006, p.144-p.151). Salah satu contoh pola yang selalu muncul dalam narasi film Disney ada pada genre fairy tale. Dalam narasi ini, pola yang dibentuk adalah munculnya kejadian luar biasa dan gaib, tokoh-tokoh ajaib, mantra-mantra yang terlihat jelas, perubahan-perubahan dalam sekejap, dengan plot yang lebih rumit dibandingkan dengan jenis cerita dongeng lainnya (Gangi, 2006, p.146-p.147).

Dalam film-film sebelumnya, Disney selalu konsisten menampilkan pola yang sesuai dengan jenis dongengnya, baik itu dongeng binatang (animal tales), dongeng biasa (ordinary tales), lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes), dan dongeng berumus (Danandjaja, 1984, p. 86). Disney juga selalu menggambarkan tokoh-tokohnya dengan konsistensi karakter, seperti victim, villain, hero, donor, helper, dan lainnya.

Contoh konsistensi karakter yang digambarkan Disney terdapat pada film Sleeping Beauty (1959). Dalam film ini, karakter victim diperankan oleh tokoh Aurora dengan karakter hangat, romantis, domestik, dan lemah. Lalu karakter

(2)

Universitas Kristen Petra 2

villain diperankan oleh tokoh Maleficent dengan karakter jahat yang muncul

sebagai pembuat masalah dan pembawa petaka. Untuk karakter hero diperankan oleh pangeran Philip, sebagai sosok yang kuat, tampan, sensitif, lucu, setia, bijak, dan tidak realistis. Tokoh ini menjadi hero karena dia mengalahkan Maleficent dan melepaskan Aurora dari kutukan dengan ciuman cinta sejatinya. Ada juga karakter donor seperti tiga peri, Flora, Fauna, dan Merryweather. Tiga peri ini membantu Aurora dalam kesehariannya. Bersifat menyenangkan, namun tidak cukup kuat untuk menghentikan Maleficent dan menyelamatkan putri. (Sleeping Beauty: Analysis of major characters, 2014).

Selain itu, konsistensi karakter juga muncul dalam tokoh Cruella Deville dalam film 101 Dalmantians (1961) yang berperan sebagai villain dengan karakter suka mengeluh, emosional, dan pembuat masalah. Atau Snow White dalam film Snow White and The Seven Dwarfs (1937) yang digambarkan dengan karakter lebih hangat, romantis, domestik, dan lemah yang menjadikan tokoh ini sebagai

victim. Selain itu ada karakter hero yang dapat dilihat pada tokoh Pocahontas

dalam film Pocahontas (1995) dan Mulan dalam film Mulan (1998) (Malfroid, 2009, p.22). Jika dilihat dalam film Sleeping Beauty (1959) sendiri, terdapat penggambaran karakter yang jelas di setiap tokohnya; Putri Aurora sebagai victim, Maleficent sebagai villain, 3 peri baik hati sebagai donor, dan Pangeran Philip sebagai hero (Sleeping Beauty: Analysis of Major Characters, 2014). Setelah tahun 2010, Disney melakukan perkembangan terbaru pada produksi film-nya dengan menampilkan konsep baru, seperti penggambaran perempuan yang berbeda pada film Frozen (Sipasulta, 2015). Selain itu, Disney melakukan inovasi pola narasi baru yang muncul dalam film Maleficent.

Film Maleficent adalah film hasil produksi Disney yang diadaptasi dari dongeng anak-anak Sleeping Beauty yang sebelumnya telah difilmkan oleh Disney. Awalnya, Disney sudah memproduksi film Sleeping Beauty dengan narasi yang sama persis dengan dongengnya. Namun terdapat perbedaan signifikan antara film Maleficent dengan Sleeping Beauty. Pertama, sudut pandang pada film Sleeping Beauty ada pada Aurora sebagai tokoh utamanya, sedangkan pada film Maleficent ada pada Maleficent sebagai tokoh utama. Karakter yang digambarakan pun berbeda antara kedua film tersebut. Dalam film

(3)

Universitas Kristen Petra 3

Sleeping Beauty, Aurora digambarkan sebagai putri yang halus dan penuh kasih sayang. Dia tinggal di hutan, di mana dia bertemu dengan satu-satunya cinta sejatinya, sang pangeran. Dalam film ini juga, Maleficent digambarkan sebagai karakter yang jahat. Tidak dijelaskan peristiwa yang melatar belakangi dia menjadi penyihir jahat. Namun kemunculan karakter ini semata-mata bertujuan untuk melakukan hal-hal yang membawa petaka di sekitarnya (Sleeping Beauty: Analysis of Major Characters).

Berbeda dengan film Sleeping Beauty, Disney merubah penggambaran karakter dari dua tokoh utama ini pada film Maleficent. Aurora masih digambarkan sebagai putri yang halus dan penuh kasih sayang, namun penuh rasa ingin tahu. Perubahan yang lebih signifikan terlihat dalam karakter Maleficent. Dalam film ini, digambarkan Maleficent sebagai peri baik hati dengan kekuatan yang sangat besar yang berada pada sayapnya untuk menjaga kerajaan peri. Namun karakternya berubah menjadi jahat karena mengalami kejadian yang merugikannya. Di sini, Disney menjelaskan latar belakang yang mengakibatkan tokoh Maleficent menjadi peri jahat. Dengan demikian tokoh Maleficent mengalami pergerakan karakter (Observasi peneliti).

Gambar 1.1 Poster Film Maleficent Sumber: http://www.imdb.com

Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan penggambaran karakter tersebut, narasi yang ada pada kedua film ini pun semakin berbeda. Dimulai dari perbedaan alur cerita dan narasi, penggambaran tokoh-tokoh dalam kedua film,

(4)

Universitas Kristen Petra 4

karakter kunci yang berbeda, dan yang paling mencolok adalah terdapat variasi penggambaran karakter dalam film Maleficent, sedangkan karakter dalam film Sleeping Beauty konsisten dalam setiap alurnya. Muncul pola fairy tale baru dalam film Maleficent yang tidak dimiliki oleh film Sleeping Beauty.

Disney menunjukkan variasi pergerakan karakter yang tidak konsisten secara jelas melalui tokoh Maleficent. Tokoh ini awalnya menjadi korban karena sayapnya dipotong oleh Stefan, manusia yang dia cintai hanya untuk mendapatkan gelar sebagai raja. Pengkhianatan Stefan itulah yang merubahnya menjadi jahat dan menaruh kebencian pada Stefan. Ketika mendengar kabar kelahiran putri dari Stefan, Aurora, Maleficent membalaskan dendamnya dengan mengutuk Aurora. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Maleficent akhirnya menyayangi bahkan menyelamatkan Aurora dari kutukan yang diberikan padanya (Disney: Maleficent, 2014). Ketika karakter yang diperankan oleh Maleficent berubah, maka tokoh-tokoh lain yang ada dalam film tersebut pun relatif berubah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah penggambaran karakter dalam narasi film Maleficent.

Sebagai tokoh utama, Maleficent dilekatkan pada tanda-tanda visual dengan variasi pergerakan karakternya. Berawal dari peri baik hati dan kuat, kemudian rapuh dan jahat, hingga penyayang dan lemah lembut. Karena perannya sebagai karakter utama, tokoh Maleficent berpotensi mengubah karakter tokoh-tokoh lainnya. Dari sini muncul pola-pola narasi tidak lazim yang ditampilkan Disney dalam film Maleficent.

Propp mengidentifikasi struktur pola narasi fairy tale ke dalam 31 fungsi dan dikelompokkan ke dalam 4 area besar. Area pertama adalah Pengenalan (Introduction), yang memperkenalkan situasi dan sebagian besar karakter dalam cerita. Area kedua adalah Tubuh Cerita (The Body of The Story), yang berisi inti cerita, dengan munculnya masalah yang memicu kemunculan tokoh Hero dalam memenuhi misinya. Area ketiga adalah Rangkaian Adegan Karakter Donor (The

Donor Sequence), di mana Hero mencari metode sebagai solusi dalam

menyelesaikan masalah, dengan bantuan tokoh donor. Pada area ini juga muncul tokoh villain, dan sangat mungkin cerita akan berakhir. Area ke empat adalah Kembalinya Sang Pahlawan (The Hero’s Return) (Changingminds, 2013, para.

(5)

1-Universitas Kristen Petra 5

5). Berdasarkan pola narasi Propp inilah, peneliti melihat perbedaan pola narasi yang ditampilkan Disney dalam film Maleficent.

Untuk memahami penggambaran karakter yang ditampilkan dalam film ini, tidak bisa hanya melihat tanda-tanda saja. Narasi dari film Maleficent ini dapat menstimulasi munculnya analisis yang lebih dalam mengenai penggambaran karakter-karakter dalam film Maleficent.

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode analisis naratif untuk menganalisis penggambaran karakter dalam narasi film Maleficent. Helen Lutz mengungkapkan opininya bahwa Disney mengambil sudut pandang berbeda dalam membuat alur cerita yang mengadopsi film Sleeping Beauty (Lutz, 2014, para.3). Utami Utar juga melihat bahwa penggambaran karakter Maleficent ini sangat berbeda dengan cerita aslinya. Hal ini didasari pada perubahan karakter Maleficent karena keadaan yang memaksa (Utar, 2014, para.2). Perbedaan sudut pandang, alur cerita, serta variasi pergerakan karakter yang merupakan bagian dari narasi cerita membuat peneliti memillih menggunakan metode analisis naratif untuk mengungkapkan penggambaran perempuan oleh Disney melalui film Maleficent.

Analisis naratif merupakan sebuah studi yang berfungsi untuk mengetahui struktur cerita dalam suatu karya. Tujuan utama narasi adalah untuk membantu menginterpretasi suatu laporan pengalaman (McQuail, 2010, p.383). Stokes (2003, p.67) dalam bukunya How to Do Media and Cultural Studies mengatakan, subjek penelitian dari analisis naratif adalah keseluruhan teks dengan berfokus pada struktur kisah atau narasi. Narasi muncul karena manusia pada dasarnya selalu menafsirkan dunia. Narasi juga menyampaikan ideologi dan nilai dari sebuah budaya. Analisis naratif adalah metode yang sangat bermanfaat dalam penafsiran teks media yang sering kali diabaikan. Peneliti menggunakan analisis naratif sebagai metode dalam penelitian ini karena peneliti tertarik untuk menelisik penggambaran setiap karakter yang muncul dalam film Maleficent.

Dalam meneliti topik penelitian mengenai penggambaran karakter ini, peneliti merujuk pada penelitian penggambaran karakter sebelumnya yang dapat menjadi acuan dan membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Penelitian pertama adalah tesis yang mengangkat topik “The Portrayals of

(6)

Universitas Kristen Petra 6

Minority Characters in Entertaining Animated Children’s Programs” oleh Smith (2004). Tesis ini menggunakan dua metode sekaligus, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Dalam tesisnya, Smith melakukan penggambaran mengenai karakter-karakter minoritas dalam program kartun animasi di Amerika, Fat Albert dan The Proud Family, dalam era yang berbeda. Setelah itu, Smith membandingkan serta menelisik mengenai jumlah perubahan stereotipe yang muncul dalam kedua film tersebut. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa karakter-karakter dalam The Proud Family diletakkan dalam dua kategori berbeda. Mereka yang bertindak dengan cara-cara stereotip pada sebagian besar ras, dan mereka yang bertindak sesuai dengan tipe kepribadian stereotip, terlepas dari ras. Secara spesifik, karakter Oscar Proud, Wizard Kelly, Dijonay Jones, dan BeBe dan Cece adalah karakter-karakter yang mewujudkan penggambaran-penggambaran negatif dari ras berkulit hitam. Di samping itu, Zoey dan LaCienega Boulevardez bertindak seperti “kutu buku” dan “orang sombong”, masing-masing. Hal ini berbanding terbalik dengan karakter-karakter pada Fat Albert and the Cosby Kids yang isi kontennya hanya memuat sedikit perilaku stereotip rasial. Misalnya, karakter Fat Albert yang biasanya digambarkan cerdas, adil, dan sensitif, sementara karakter Russell yang digambarkan sebagai orang congkak yang terus terang. Tipe-tipe kepribadian yang tidak terlihat dimotivasi secara rasial. Karakter-karakter sangat sering memperlihatkan keahlian mereka dalam bidang musik dan atletis pada kartun animasi ini. Smith melihat bahwa dalam kedua kartun animasi ini tidak ada perbedaan terlalu besar dalam jumlah perilaku stereotip yang ditampilkan dalam karakter-karakter utama, tetapi perbedaan besar terlihat pada jumlah perilaku stereotip yang ditampilkan karakter-karakter pembantu.

Peneliti melihat dua hal yang menarik dalam film Maleficent yang diangkat dalam penelitian ini. Pertama, film ini mengambil sudut pandang berbeda dari cerita dan film adaptasinya, Sleeping Beauty, dengan jalan cerita yang berbeda pula. Dalam film Sleeping Beauty tokoh utama ada pada Putri Aurora dan pangeran Philip sebagai tokoh kunci lainnya yang membantu putri Aurora. Namun dalam film Maleficent, tokoh utama dan tokoh kunci sama-sama diperankan oleh Maleficent sendiri. Kedua, dalam film ini terdapat variasi

(7)

Universitas Kristen Petra 7

pergerakan karakter pada tokoh utama Maleficent. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah penggambaran karakter-karakter yang ditampilkan Disney dalam film Maleficent dari sisi naratif film tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana penggambaran karakter-karakter yang ditampilkan dalam narasi film Maleficent?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis secara mendalam tentang penggambaran karakter-karakter yang ditampilkan dalam narasi film Maleficent sehubungan dengan media sebagai representasi realitas sosial.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Pergerakan karakter dalam sebuah narasi cerita adalah perkembangan dari inovasi yang muncul dalam sebuah teks. Untuk itu, penelitian ini dapat menjadi referensi akademis untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang fokusnya ada pada narasi, dalam hal ini studi analisis naratif mengenai penggambaran karakter dalam film animasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Karena penelitian ini memaparkan lebih rinci mengenai sebuah teks, dalam hal ini adalah film Maleficent, berdasarkan narasinya, peneliti menemukan bahwa ternyata dimungkinkan untuk memproduksi film adaptasi dengan konsep penggambaran karakter yang baru. Sehingga penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi para produsen film. Selain itu, melalui penelitian ini, masyarakat dapat lebih aktif dalam memahami teks media, bersikap kritis dalam melihat sesuatu dari produk media tersebut, dan diharapkan membuka pandangan

(8)

Universitas Kristen Petra 8

mengenai konstruksi konsep dan pola narasi yang ada dalam teks berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini fokus pada penggambaran karakter-karakter yang ditampilkan tokoh-tokoh dalam narasi film Maleficent. Beberapa tokoh yang diobservasi dalam film ini adalah Maleficent, Aurora, Stefan, Philip, dan

goodfairies (Knotgrass, Flittle, and Thistletwit). Peneliti melakukan pemilihan

tokoh berdasarkan dua hal. Pertama, peneliti melihat relasi yang terjalin antara tokoh-tokoh tersebut dengan tokoh utama (Maleficent). Kedua, tokoh-tokoh tersebut dibatasi berdasarkan delapan karakter yang diidentifikasi sering dimunculkan dalam cerita-cerita menurut Vladimmir Propp. Penelitian dilakukan dengan metode ekploratif kualitatif, menggunakan analisis naratif Vladimir Propp: Morphology of Folktale (1968) sebagai metode penelitian. Metode analisis naratif Propp dapat menjelaskan serta menafsirkan elemen-elemen yang berdasar pada realitas berdasarkan peran yang ada, dan pada akhirnya menjelaskan fungsi dari setiap karakter, dan menyatakan wacana apa yang terkandung dalam teks tersebut. Subjek dari penelitian ini adalah narasi film Maleficent, sedangkan objek penelitiannya adalah penggambaran karakter.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini meliputi lima (5) bab deskripsi sebagai berikut:

1. Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan teori-teori yang mendasari penelitian, yaitu teori analisis naratif, representasi, dan penggambaran karakter.

(9)

Universitas Kristen Petra 9

3. Metode Penelitian

Berisi definisi konseptual, jenis penelitian, metode penelitian, sasaran penelitian, unit analisis, teknik pengumpulan data, sumber data, teknik analisis data, dan uji keabsahan data.

4. Analisa Data

Berisi gambaran umum subjek penelitian, temuan data, analisa data, interpretasi data, dan uji keabsahan data.

5. Kesimpulan

Berisi Kesimpulan mengenai rangkaian penelitian yang telah dilakukan serta saran.

Gambar

Gambar 1.1 Poster Film Maleficent  Sumber: http://www.imdb.com

Referensi

Dokumen terkait

Dalam analisis pendahuluan ini maka merupakan tahapan pengelompokan data hasil penelitian mengenai “Hubungan Persepsi Peserta Didik tentang Kepribadian Guru dengan

Antarcitra Trans, Diagram alir yang tersaji pada Gambar 5 merupakan alur logika aplikasi Sistem Informasi yang dikembangkan untuk penelitian ini. Gambar 5 Diagram Alir

Regenerasi Massa Sel Embriogenik Kedelai yang Diseleksi dengan Polyethylen Glicol 6000 (PEG), Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman.Balai

belum melaksanakan pembayaran, maka dengan ini saya memberikan hak dan persetujuan kepada Badan Pengurus ASPI yang berwenang berdasarkan Anggaran Dasar ASPI

Asaad, M.Si, yang telah memberikan kesempatan dan mengizinkan untuk mengikuti program Doktor di Universitas Sumatera utara, kepada Dekan FKIP universitas Islam Sumatera

(iv) penggunaan logo rasmi SKUM pada sijil penyertaan / penghargaan tertakluk kepada program dan aktiviti yang dijalankan oleh syarikat korporat, NGO dan badan-badan lain

Metode ini berbeda dari metode peleburan, dalam hal sumber unsur penentu tidak perlu pada air kristal asam sitrat, akan tetapi boleh juga air ditambahkan ke dalam bukan

Verifikasi hasil perhitungan dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan Excel dengan hasil perhitungan manual dengan metode yang ada pada buku teks untuk desain