• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Benjamin Franklin dalam suratnya kepada Jean Baptiste Le Roy (1789) menuliskan, “but nothing in this world is certain, except death and taxes” yang berarti bahwa tidak ada hal yang pasti kecuali pajak dan kematian. Hal ini berarti bahwa pajak merupakan instrumen penting bagi negara, terutama dalam menghadapi perkembangan zaman dan peningkatan globalisasi di mana penyelenggaraan pemerintah semakin banyak dan kompleks. Tentunya pemerintah memerlukan dana yang relatif cukup besar sehingga kebutuhan dana tersebut salah satunya dilakukan pemerintah melalui pungutan dari warga negaranya berupa pajak. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak, diantaranya membuat kebijakan fiskal dan merevisi Undang-Undang Perpajakan (UUP) sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Salah satu penerimaan negara yang cukup besar adalah berasal dari Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Bambang Brodjonegoro (dalam Sidarta dan Tjondro, 2014) menyatakan bahwa rendahnya penerimaan pajak di Indonesia disebabkan oleh kurangnya penerimaan pajak penghasilan dari wajib pajak orang pribadi yang sebenarnya memiliki potensi yang besar. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak, di antaranya yaitu dengan membuat kebijakan fiskal dan merevisi Undang-Undang Perpajakan (UUP) sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, agar kiranya terutama untuk pajak penghasilan dari wajib pajak orang pribadi, dapat membawa dampak yang cukup signifikan dalam mencapai target penerimaan pajak.

Upaya tersebut telah dilakukan pemerintah sejak tahun 1983 dengan menerapkan reformasi pajak (tax reform). Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983, reformasi dilakukan guna memudahkan, menciptakan keadilan, dan meningkatkan kepatuha Wajib Pajak. Salah satu hasil dari tax reform adalah adanya self-assessment system. Hasil dari adanya self-self-assessment system adalah adanya pemberian kepercayaan sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Namun, rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat selaku wajib pajak kepada pemerintah dan rendahnya

(2)

kesadaran dan kepatuhan wajib pajak telah menjadikan hal itu sebagai suatu kelemahan bagi self-assessment system. Hal ini menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran atau melalaikan pajak yang dapat menimbulkan kerugian bagi negara, yaitu berkurangnya penerimaan pajak (Fuadi, 2013 dalam Pratiwi dan Setiawan, 2014).

Di dalam agama Kristen, dikenal istilah persepuluhan, yang merupakan sebuah praktek dengan membayar sepersepuluh dari jumlah penghasilan yang diperoleh, dan diberikan kepada Tuhan (Dahl dan Ransom, 2002). Dalam awal sejarah seperti yang tertulis di dalam alkitab, Abraham dalam Kejadian 14:18-20 dan Yakub dalam Kejadian 28:20-22 adalah awal mula adanya persepuluhan. Selain itu, hal mengenai persepuluhan juga terdapat pada Imamat 27:30 yang merupakan salah satu bagian dari hukum Musa yang tertulis “Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN.” Pada zaman dahulu, persepuluhan dapat digunakan untuk membiayai para imam Lewi yang telah melayani TUHAN (Imamat 27:30), perayaan (Ulangan 14:24-25), dan untuk janda, anak yatim piatu, dan orang miskin (Ulangan 14:28-29). Sedangkan pada zaman sekarang, persepuluhan tersebut dapat digunakan untuk biaya pendidikan, kegiatan misi / misionaris, kegiatan diakonia, dan program lain yang sehubungan dengan prinsip gereja. Dalam membayar persepuluhan, Swaiston (1992) dalam Dahl dan Ransom (1999) menjelaskan bahwa gereja memberikan kepercayaan pada masing-masing jemaat untuk menentukan dan menghitung sendiri atas penghasilan yang didapat untuk persepuluhan. Hal ini menunjukkan sebuah kesamaan dengan self-assessment system yang berlaku di Indonesia, dimana setiap Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Dalam agama Kristen, jemaat diajarkan untuk taat kepada pemerintah seperti yang tertulis pada Kitab Roma 13:1 yang berbunyi “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang diatasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.” Kemudian dalam Matius 22:21b, Tuhan Yesus berkata, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu

(3)

berikan kepada Allah.” Dalam kelanjutan Kitab Roma 13, pada ayat ke-7, ada tertulis mengenai pembayaran pajak, “Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.” Berdasarkan penuturan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa membayar pajak bagi umat Kristen merupakan salah satu bentuk kepatuhan rakyat kepada negara atau pemerintah dimana kepatuhan itu merupakan hal yang baik karena pajak itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Seorang Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran baik mengenai pajak penghasilan maupun persepuluhan, tentunya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan Wajib Pajak untuk membayar. Penelitian ini akan membahas faktor-faktor tersebut, antara lain religiusitas, kondisi keuangan, dan tingkat pendidikan. Penelitian mengenai religiusitas terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Torgler (2003) yang menyatakan bahwa faktor religiusitas memiliki pengaruh yang besar terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Begitu pula mengenai persepuluhan yang dilakukan oleh Dahl dan Ransom (1999) yang menyatakan juga bahwa faktor religiusitas memiliki pengaruh yang besar terhadap pembayaran persepuluhan. Sedangkan mengenai kondisi keuangan, masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak (www.pajak.go.id). Sedangkan mengenai perpuluhan, survey yang diadakan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa masyarakat yang berpenghasilan lebih tinggi memberikan persepuluhan sebesar 1,3% dari pendapatannya, sedangkan masyarakat yang miskin memberikan persepuluhan sebesar 3,2%. Dalam sisi tingkat pendidikan, tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan berpeluang Wajib Pajak enggan melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang diterapkan (Rustiyaningsih, 2011). Sedangkan dalam hal perpuluhan, sebuah survey di Amerika Serikat menunjukkan bahwa masyarakat yang berpendidikan rendah,

(4)

justru memberikan persepuluhan dan memberi secara tulus dibandingkan dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi.

Dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, persepsi wajib pajak mengenai definisi penghasilan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat kepatuhan sukarela pada peraturan perpajakan (Dahl dan Ransom, 1999). Budiartha (2008) menyatakan apabila terjadi kesalahan dalam memahami persepsi penghasilan, akan dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan sebuah keputusan yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap pembayaran pajak Wajib Pajak. Melalui kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep penghasilan wajib pajak perlu mendapat perhatian dalam reformasi pajak yang akan dilakukan oleh suatu negara (Dahl dan Ransom, 2002).

Di dalam penelitian Dahl dan Ransom (2002), terdapat lima hal yang paling mendapatkan perhatian dalam perdebatan reformasi pajak, yaitu konsep penghasilan terkait hibah dan warisan (gift and inheritances), penghasilan atas tanah dan bangunan (housing capital gains), investasi saham (stock investments), biaya yang diperbolehkan sebagai pengurang (miscellaneous deductions), dan jaminan hari tua (retirement savings). Dalam penelitian tersebut, apabila wajib pajak diberikan pertanyaan mengenai penghasilan seperti apa yang layak dikenakan pajak, akan diperoleh respon bahwa tidak ada penghasilan yang perlu dikenakan pajak atau responden dapat menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pengetahuan perpajakan. Karena itu Dahl dan Ransom melakukan survey mengenai persepsi penghasilan melalui pertanyaan-pertanyaan yang dihubungkan dengan persepuluhan di gereja karena seorang jemaat gereja akan berlaku jujur dalam melakukan persepuluhan kepada Tuhan dan membayar persepuluhan melalui persepsinya mengenai penghasilan.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan karena tingkat penerimaan pajak yang belum mencapai target, sehingga peneliti ingin mengetahui persepsi wajib pajak orang pribadi terkait dengan penghasilan dengan persepsi penghasilan dalam membayar persepuluhan serta faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak penghasilan dan persepuluhan. Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian-penelitian telah dilakukan sebelumnya dengan menganalisa perilaku seseorang dalam membayar pajak. Perbedaan penelitian ini

(5)

dengan penelitian terdahulu adalah penelitian yang dilakukan di Utah, Amerika Serikat, dimana hasil yang ada belum sesuai dengan sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia. Perbedaan lainnya adalah mengenai tambahan faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak penghasilan dan persepuluhan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah variabel religiusitas, kondisi keuangan, dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kemauan Wajib Pajak dalam membayar persepuluhan?

2. Apakah variabel religiusitas, kondisi keuangan, dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kemauan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Penghasilan?

3. Bagaimana perbandingan kemauan Wajib Pajak dalam membayar persepuluhan dan Pajak Penghasilan?

4. Bagaimana persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap definisi penghasilan atas hibah dan warisan (gift and inheritances), penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (housing capital gains), penghasilan atas investasi saham (stock investments), biaya-biaya yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan (miscellaneous deductions), dan penghasilan atas jaminan hari tua (retirement savings)?

1.3. Batasan Penelitian

Data penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden. Responden dalam hal ini terbatas pada Wajib Pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, berusia 17 tahun atau lebih, telah menikah, memiliki penghasilan, beragama Kristen, dan melakukan persepuluhan di gereja,

(6)

Berikut adalah tujuan dari dilakukannya penelitian ini:

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel religiusitas, kondisi keuangan, dan tingkat pendidikan terhadap kemauan Wajib Pajak dalam membayar persepuluhan.

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel religiusitas, kondisi keuangan, dan tingkat pendidikan terhadap kemauan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Penghasilan.

3. Untuk mengetahui perbandingan kemauan Wajib Pajak dalam membayar persepuluhan dan Pajak Penghasilan.

4. Untuk mengetahui persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap definisi penghasilan atas hibah dan warisan (gift and inheritances), penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (housing capital gains), penghasilan atas investasi saham (stock investments), biaya-biaya yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan (miscellaneous deductions), dan penghasilan atas jaminan hari tua (retirement savings).

1.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Bagi universitas, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi pembaca dan rekan-rekan mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini memberikan bukti empiris kepada para pembaca mengenai analisa pengaruh religiusitas, kondisi keuangan, dan tingkat pendidikan terhadap kemauan Wajib Pajak dalam membayar persepuluhan dan Pajak Penghasilan. 2. Manfaat Praktik

Bagi Direktorat Jenderal Pajak

Sebagai masukan yang terkait dengan pembuatan sebuah kebijakan serta memperbaiki dan meningkatkan pelayanan yang diharapkan nantinya dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

(7)

1.6. Sistematika Penulisan

Berikut adalah sistematika penulisan dari penelitian ini:

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Batasan Penelitian 1.4. Tujuan Penelitian 1.5. Manfaat Penelitian 1.6. Sistematika Penelitian 2. LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Penghasilan 2.1.2. Persepuluhan

2.1.3. Perilaku Ekonomi (Economic Behaviour) 2.1.4. Perpajakan

2.1.5. Pajak Penghasilan

2.1.6. Pajak Penghasilan atas Hibah 2.1.7. Pajak Penghasilan atas Warisan

2.1.8. Pajak Penghasilan atas Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan

2.1.9. Pajak Penghasilan atas Investasi Saham 2.1.10. Biaya yang Boleh Dijadikan Pengurang 2.1.11. Pajak Penghasilan atas Beban Pensiun

2.1.12. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wajib Pajak dalam Melakukan pembayaran Pajak Penghasilan dan Persepuluhan

2.1.12.1.Religiusitas 2.1.12.2.Kondisi Keuangan 2.1.12.3.Tingkat Pendidikan

2.1.13. Perilaku Wajib Pajak dalam Melakukan Pembayaran Pajak 2.2. Kajian Penelitian Terdahulu

(8)

3. METODE PENELITIAN 3.1. Model Analisis

3.1.1. Model Analisis untuk Hipotesis 1 3.1.2. Model Analisis untuk Hipotesis 2 3.2. Definisi Operasional Variabel

3.2.1. Variabel Dependen 3.2.2. Variabel Independen 3.3. Skala Pengukuran

3.4. Jenis dan Sumber Data

3.5. Instrumen dan Pengumpulan Data 3.6. Populasi dan Sampel

3.7. Unit Analisis

3.8. Rancangan Kuisioner 3.9. Teknik Analisis Data

3.9.1. Statistik Deskriptif

3.9.2. Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.3. Uji Asumsi Klasik

3.9.4. Analisis Regresi Linier Berganda 3.9.5. Uji-T

3.9.6. Uji-F

3.9.7. Uji Koefisien Determinasi 4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Hasil Statistik Deskriptif 4.1.2. Uji Validitas dan Reliabilitas 4.1.3. Uji Asumsi Klasik

4.1.3.1. Uji Normalitas 4.1.3.2. Uji Multikolinearitas 4.1.3.3. Uji Heteroskedastisitas 4.1.3.4. Uji Autokorelasi

4.1.4. Model Persamaan Regresi Linear Berganda 4.1.5. Pengujian Hipotesis

(9)

4.1.5.1. Uji-T 4.1.5.2. Uji-F

4.1.5.3. Uji Koefisien Determinasi 4.2. Analisis

4.2.1. Temuan dan Interpretasi

4.2.1.1. Pengaruh Religiusitas terhadap Kemauan Wajib Pajak dalam Membayar Persepuluhan

4.2.1.2. Pengaruh Religiusitas terhadap Kemauan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Penghasilan

4.2.1.3. Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Kemauan Wajib Pajak dalam Membayar Persepuluhan 4.2.1.4. Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Kemauan

Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Penghasilan 4.2.1.5. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kemauan

Wajib Pajak dalam Membayar Persepuluhan 4.2.1.6. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kemauan

Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Penghasilan 4.2.1.7. Analisa Perbandingan Kemauan Wajib Pajak

dalam Melakukan Pembayaran Persepuluhan dan Pajak Penghasilan

4.2.1.8. Analisa Persepsi Penghasilan Menurut Wajib Pajak

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat diambil kesimpulan bahwa belum terdapat aplikasi pengenalan Hangeul (abjad Korea) berbasis multimedia yang di dalamnya

Guru yang sejahtera secara psikologisnya, adalah guru yang ramah terhadap orang lain, pintar dalam menjaga lingkungan sosialnya, mau terbuka terhadap hal-hal baru, menerima saran

Terjadi peningkatan realisasi investasi PMDN pada periode Triwulan IV Tahun 2020 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 sebesar 0,7%, yaitu dari Rp103,0

Mapping , subjek dapat mencari hubungan yang identik dari karakteristik antara masalah sumber dan masalah target kemudian membangun kesimpulan untuk selanjutnya hubungan

Jadi, yang peneliti maksudkan dengan Strategi Bertahan Hidup Keluarga Nelayan Papekang adalah kesanggupan/kemampuan keluarga nelayan papekang untuk tetap dapat

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah yang terdiri dari dimensi tangible, reliability,

Hasil pengolahan deskriptif tentang kesiapan pelaksanaan kebijakan redenominasi ini ada 68 orang (68%) menyatakan siap melaksanakan kebijakan redenominasi, sedangkan

Tujuan dari analisis data adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut, dan menggunakan hasil analisis tersebut untuk