• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan. dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan. dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71)."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak definisi yang menjelaskan tentang pengertian sebuah sastra. Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan (Luxemburg, 1989: 9). Sastra merupakan karya lisan atau berupa tulisan yang memiliki berbagai ciri, keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, dan keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71).

Sastra menghasilkan sebuah karya, dan bentuk karya sastra itu sangat luas, tidak hanya mencakup sebuah puisi, prosa, cerita pendek, novel dan drama. Karya sastra yang popular salah satunya adalah novel. Novel adalah prosa rekaan panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun (Sudjiman, 1990: 55). Cerita dalam sebuah novel biasanya mengenai kehidupan manusia yang saling berinteraksi dengan lingkungan dan sesama. Dalam sebuah novel, pengarang sangat berusaha mengarahkan pembaca kepada gambaran- gambaran nyata dalam kehidupan sehari-hari. Novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi pada beberapa tahun silam secara lebih mendetil. Kita harus sadar bahwa setiap bab dalam novel mengandung

(2)

berbagai episode. Setiap episode terdiri atas berbagai macam topik yang berlainan namun sangat mungkin memiliki keterkaitan satu sama lain (Stanton, 2007: 90).

Pada awal tahun 1960-an, suatu aliran roman panglipur wuyung atau novel berbentuk buku saku dalam bahasa Jawa yang diterbitkan oleh penerbit swasta mulai bermunculan. Novel ini pendek dan ditulis dalam ragam bahasa sehari-hari dengan gaya yang merakyat (Quinn, 1992: 32). Roman adalah cerita, kata panglipur berarti pengibur dan kata wuyung berarti kesedihan. Jadi, roman panglipur wuyung adalah sebuah cerita yang bersifat menghibur hati yang sedang dilanda kesedihan (Hutomo, 1975: 71).

Pada kurun waktu tahun 1964 hingga tahun 1968 mulai banyak bermunculan novel roman panglipur wuyung atau roman picisan yang menempati puncaknya pada tahun 1966. Pada umumnya mutu cetakan buku itu buruk dan dijual dengan harga yang murah. Isinya yang sering kali terbatas pada kisah-kisah cinta atau tema-tema lain yang menggelitik. Akan tetapi, bukan tema, ukuran, dan kualitas kertas percetakannya atau harga penjualan yang menetukan mutu sastra sebuah buku, melainkan cara pengarang mengolah tema dan menggunakan bahasa (Ras, 1985: 26- 27).

Objek kajian dalam penelitian ini adalah novel Sundari karya Oskandar R.

Novel ini termasuk dalam jenis novel panglipur wuyung. Begitu maraknya kemunculan novel panglipur wuyung pada masa 1960-an, menyebabkan banyaknya pengarang yang kurang terkenal seperti Oskandar R, juga ikut menghiasi kepopuleran masa novel panglipur wuyung saat itu. Diterbitkan oleh Rangkah Mas Surabaya pada

(3)

tahun 1966 dengan tebal 46 halaman dengan satu halaman bergambar. Merupakan koleksi koleksi Balai Bahasa Yogyakarta. Kondisi novel ini masih cukup baik sehingga masih dapat dibaca dengan cukup jelas. Novel yang masih menggunakan ragam Bahasa Jawa pada tahun 1966 dan menggunakan ragam Bahasa Jawa ngoko dalam dialognya. Ejaan yang digunakan dalam novel ini menggunakan ejaan Bahasa Jawa lama, dan dalam penulisan pada beberapa kata dan kalimat banyak terjadi kekeliruan.

Judul novel Sundari diambil dari nama tokoh utama dalam novel yaitu Sundari. Sesuai dengan namanya, Sundari adalah sosok gadis yang masih sangat muda, pendiam dan mempesona. Dalam novel Sundari, terdapat enam bagian cerita, yang pertama yaitu Ora Perlu Direwes, yang kedua Jiwa Kang Angrerepa, ketiga Wiwit Mbukak Lawang Kencana, keempat Dolan Menyang Tawang Mangu, kelima Tiwas Kebeneran, dan yang keenam yaitu Tandure Wis Sumilir.

Novel ini menceritakan tentang perjalanan cinta Pramono dan Sundari yang berbeda status ekonomi. Keduanya sama-sama berpendidikan, tetapi Pramono miskin, sedangkan Sundari adalah anak orang kaya. Pramono jatuh cinta pada Sundari walaupun Pramono merasa rendah diri dan tidak pantas mencintai seorang gadis kaya. Kemudian, Pramono mengungkapkan rasa cintanya dan diterima oleh Sundari. Sundari menyuruh Pramono agar ia langsung berbicara dengan orang tuanya, Pramono yang belum berani berbicara pada orang tua Sundari itu lalu mengatakan pada Waluyo, kakak Sundari. Waluyo pun bersedia menjadi perantara kepada orang tuanya.

(4)

Akhir cerita, Pramono dan Sundari yang keduanya saling mencintai itu menunda untuk menikah. Mereka berdua tidak tergesa-gesa untuk menikah karena usia mereka yang masih muda dan demi profesi Pramono yang menjadi guru di Papua. Mereka harus terpisah sementara waktu, hingga waktu yang tepat nanti, setelah selesai bertugas, Pramono akan menikahi Sundari.

Tokoh utama dalam novel Sundari yaitu Sundari dan Pramono. Dan tokoh lainnya antara lain Waluyo dan Bu Hadi dengan latar tempat di Jawa Tengah. Novel Sundari menceritakan kisah yang sangat dekat dengan keseharian secara nyata, hingga banyak amanat juga yang terkandung dalam novel sebagai pesan untuk para pembaca dalam mengarungi kehidupan.

Penulis memilih novel Sundari karena novel tersebut menceritakan sebuah kisah sehari-hari, tampak begitu nyata dirasakan dan banyak amanat yang terdapat dalam cerita tersebut untuk disampaikan kepada pembaca. Banyak juga yang memandang dengan sebelah mata dengan novel saku panglipur wuyung, banyak yang menganggap novel ini bermutu rendah dan kurang layak. Padahal cerita-cerita dalam novel saku sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Penulis juga ingin menunjukkan bahwa novel saku panglipur wuyung adalah bacaan yang mengandung nilai sastra.

Penulis tertarik untuk menganalisis struktur bagian-bagian cerita dalam novel Sundari yaitu tema cerita, fakta cerita yang terdiri dari karakter, alur dan latar. Serta sarana-sarana sastra diantaranya yaitu judul, sudut pandang, gaya dan nada,

(5)

simbolisme, ironi, dan amanat. Maka penelitian ini mengambil judul Analisis Struktural dan Amanat Novel Sundari karya Oskandar R .

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian dapat dikerjakan jika terdapat sebuah masalah dan masalah tersebut harus dipecahkan. Hingga sekarang belum ada penelitian analisis struktural secara lebih mendalam dan meyeluruh dalam novel Sundari. Padahal penelitian ini sangat penting untuk memudahkan pembaca mengetahui struktur sarana sastra dalam cerita.

Dari latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian yaitu:

1. Bagaimanakah tema, fakta-fakta cerita, dan sarana-sarana sastra dalam novel Sundari?

2. Apa saja amanat yang ingin disampaikan pengarang novel Sundari kepada pembaca?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti mempunyai tujuan. Penelitian ini mempunyai tujuan teoritis dan tujuan praktis. Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan dan mendapatkan hasil dari analisis tema cerita, fakta cerita (karakter, alur, dan latar), sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi) serta amanat dengan metode analisis struktural.

(6)

Secara praktis, penelitian ini diharapkan membuat masyarakat pembaca karya sastra agar dapat lebih memahami novel Sundari sehingga dapat meningkatkan apresiasi terhadap sebuah karya sastra.

1.4 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan objek kajian materialnya yaitu novel Sundari karya Oskandar R, sejauh pengetahuan penulis belum pernah dikaji oleh pihak lain. Tinjauan pustaka sebagai tinjauan pustaka dilanjutkan dengan dipilih penelitian yang memiliki kesamaan teori yaitu penelitian dengan teori struktural. Tinjauan pustaka yang digunakan adalah karya tulis ilmiah berupa skripsi dari Jurusan Sastra Nusantara.

Tinjauan pustaka yang pertama adalah skripsi yang ditulis oleh Ernaningsih pada tahun 2002 yang berjudul Struktur Novel: Jagate Wis Peteng karya Any Asmara. Penelitian ini mengemukakan unsur-unsur pembentuk cerita dengan analisis struktural.

Tinjauan pustaka kedua yaitu skripsi yang ditulis oleh dari Nugroho Yuwono pada tahun 2008 yang berjudul Novel Donyane Wong Culika karya Suparto Brata:

Analisis Struktural yang juga mengemukakan tema, fakta cerita, dan sarana sastra pada sebuah novel dengan metode struktural.

Tinjauan pustaka berikutnya yaitu skripsi dari Apri Rohayatun pada tahun 2012, yang berjudul Analisis Struktural Novel Sinta karya Sunarno Sisworahardjo.

Penelitian ini mengungkapkan tema, fakta cerita, dan sarana sastra serta amanat dengan menggunakan teori analisis struktural Robert Stanton. Yang terakhir adalah

(7)

tinjauan pustaka dari skripsi Lulus Novi Munawaroh yang berjudul Analisis Struktural dan Amanat Novel Pusparini (Jatining Katresnan) Saduran Any Asmara pada tahun 2012 yang juga menggunakan teori struktural untuk dapat mengungkapkan tema, fakta cerita, dan amanat pada novel.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, belum ada dilakukan penelitian tentang novel Sundari sebelumnya. Hal tersebut menjadi alasan yang kuat untuk penulis melakukan penelitian struktural terhadap novel Sundari.

1.5 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis struktural Robert Stanton. Dalam buku teori yang menjadi dasar analisis ini berjudul Teori Fiksi Robert Stanton terjemahan Sugihastuti, Robert Stanton menguraikan unsur-unsur pembentuk sebuah karya fiksi yaitu, fakta cerita, tema, dan sarana sastra (Stanton, 2007: 20).

Fakta cerita meliputi karakter, alur, dan latar. Unsur-unsur ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua unsur ini dinamakan struktur faktual atau tingkatan faktual cerita (Stanton, 2007: 22). Tema dalam cerita memiliki kesamaan dengan sebuah filosofi, sedangkan struktur faktual mirip dengan kenyataan yang dialami oleh manusia. Tema memberi koherensi dan makna pada fakta-fakta cerita. Sarana sastra seperti judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, serta ironi mampu menonjolkan dan menguraikan sebuah fakta cerita.

(8)

1.5.1 Karakter

Pada sebuah unsur karakter, sebagian besar cerita dapat ditemukan satu karakter utama yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Peristiwa-peristiwa ini menimbulkan perubahan pada diri sang karakter atau pada sikap kita terhadap karakter tersebut (Stanton, 2007: 33).

1.5.2 Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Alur berkaitan dengan sebuah hubungan sebab akibat yang merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa sebab akibat tidak terbatas pada ujaran dan tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan pandangannya, keputusannya, dan segala yang menjadi hal pengubah dalam dirinya.

Setiap adegan yang dilakukan oleh seorang karakter akan mempengaruhi hubungannya dengan karakter-karakter lain. Pada gilirannya, reaksi yang ditimbulkan oleh karakter lain itu akan balik mempengaruhinya. Tegangan-tegangan dan aksi- reaksi saling mempengaruhi terus menerus hingga akhirnya menjadi stabil (Stanton, 2007: 26).

1.5.3 Latar

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.

Perubahan-perubahan latar latar yang terjadi akan berdampak pada keseluruhan

(9)

cerita. Latar terkadang dapat berpengaruh pada karakter-karakter dan terkadang sebagai gambaran sebuah tema cerita. Latar juga memiliki daya untuk memunculkan tone dan mood emosional yang melingkupi sang karakter (Stanton, 2007: 35-36).

1.5.4 Tema

Setiap aspek cerita turut mendukung kehadiran tema. Oleh karena itu, pengamatan harus dilakukan pada semua hal seperti peristiwa, karakter, dan objek- objek yang kadang tidak relevan dengan alur utama. Stanton mengungkapkan tiga istilah yaitu tema, gagasan utama, dan maksud utama. Cara menentukan tema yaitu dimulai dengan gagasan-gagasan murni, terkait karakter, situasi, dan alur dari cerita itu. Pembacaan dengan lebih teliti sehingga detail-detail dapat dapat dikenali seperti motivasi sang karakter, problem atau masalah yang sedang dihadapi, dan keputusan yang dilakukan untuk mengatasi problem tersebut. Selain itu, cara paling efektif untuk mengenali tema adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya. Hal ini sangat berhubungan erat dan konflik utama biasanya mengandung sesuatu yang sangat berguna jika benar-benar dirunut. Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas dan sesuai dengan keberadaan tema (Stanton, 2007: 37- 43).

1.5.5 Sarana Sastra

Sarana sastra diartikan sebagai cara untuk memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Cara semacam ini perlu karena dengan hal ini pembaca dapat melihat berbagai fakta melalui kacamata pengarang dan memahami maksud fakta-fakta tersebut. Setiap pembaca mungkin akan mengeluarkan reaksi

(10)

yang berlainan satu sama lain, maka dari itu dengan sarana-sarana sastra diharapkan mampu mengendalikan reaksi para pembaca. Sarana sastra di antaranya yaitu, judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi.

Anggapan bahwa judul selalu berkaitan terhadap karya sastra yang diampunya sehingga keduanya membentuk satu kesatuan, pendapat ini diterima ketika judul mengacu pada karakter utama atau satu latar tertentu. Perlu juga untuk melacak konteks asli dari judul-judul cerita karena nantinya akan bermanfaat (Stanton, 2007:

51-52).

Sudut pandang adalah sebuah posisi pusat kesadaran tempat kita dapat memahami peristiwa dalam cerita. Sudut pandang terbagi menjadi empat tipe, yaitu yang pertama, orang pertama utama, sang karakter utama bercerita dengan kata- katanya sendiri. Kedua, orang pertama sampingan, cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama. Ketiga, orang ketiga terbatas, pengarang mengacu pada semua karakter dan memposisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan yang dapat dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu karakter saja. Keempat, orang ketiga tidak terbatas, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memposisikan sebagai orang ketiga (Stanton, 2007: 53-54).

Selanjutnya adalah gaya dan nada. Dalam sastra, gaya adalah cara pengarang menggunakan bahasa. Pengarang mempunyai perbedaan yang terletak pada aspek bahasa, kerumitan, ritme, panjang-pendek kalimat, detail, humor, dan metafora.

Campuran berbagai aspek tersebut akan menghasilkan gaya. Unsur lain yang berkaitan dengan gaya yaitu tone atau nada. Tone adalah sikap emosional pengarang

(11)

yang ditampilkan dalam cerita berwujud romantis, ironis, misterius, senyap, dan penuh perasaan. Ketika pengarang mampu berbagi rasa dengan sang karakter dan tercermin pada lingkungan tone menjadi identik dengan “atmosfer” (Stanton: 2007:

61-63).

Sebuah gagasan dan emosi terkadang tampak nyata bagaikan fakta, padahal kedua hal tersebut tidak dapat dilihat dan sulit dilukiskan. Salah satu cara untuk menampilkan kedua hal tersebut agar tampak nyata yaitu melalui simbol. Simbol berwujud detail-detail konkrit dan faktual dan memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca. Simbolisme memunculkan tiga efek. Pertama, sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut. Dua, satu simbol yang ditampilkan berulang-ulang mengingatkan kita akan beberapa elemen konstan dalam semesta cerita. Ketiga, sebuah simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-beda akan membantu kita menemukan tema (Stanton, 2007: 64-65).

Sarana sastra yang terakhir yaitu, ironi. Ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahawa sesuatu yang berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Ironi dapat memperkaya cerita sehingga menjadikannya menarik, memperdalam karakter, merekatkan struktur alur, menggambarkan sikap pengarang, dan menguatkan tema.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara atau tindakan untuk meneliti dan sebuah

(12)

objek untuk memperoleh hasil. Sebuah metode penelitian sangat penting untuk memulai sebuah penelitian. Metode yang digunakan untuk penelitian novel Sundari menggunakan dua tahapan, yaitu:

1.6.1 Tahap Pengumpulan Data dan Pustaka

Tahapan yang digunakan adalah metode kepustakaan, mencari segala hal yang berhubungan dengan objek penelitian melalui bahan tertulis atau melalui buku, bukan melalui wawancara, observasi atau yang lainnya. Langkah awal yang dilakukan adalah mencari novel Sundari karya Oskandar R yang diterbitkan oleh Rangkah Mas Surabaya pada tahun 1966 yang merupakan koleksi Balai Bahasa Yogyakarta dengan nomor katalog C OSK S. Langkah kedua yang dilakukan adalah membaca secara berulang-ulang novel Sundari untuk mendapatkan pemahaman terhadap isi cerita.

Langkah ketiga yaitu merumuskan permasalahan pada novel Sundari yang berkaitan dengan objek penelitian. Langkah keempat adalah mencari dan mengumpulkan data dari referensi buku-buku yang menunjang penelitian. Langkah kelima yaitu membuat sinopsis cerita novel Sundari.

1.6.2 Tahap Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis struktural Robert Stanton. Metode struktural digunakan untuk dapat memahami semua unsur-unsur pembangun keseluruhan cerita. Menganalisis tema, fakta cerita yang meliputi karakter, alur, dan latar, serta sarana sastra yang terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme dan ironi dalam novel Sundari dengan analisis struktural dengan panduan buku Teori Fiksi Robert Stanton terjemahan Sugihastuti, lalu mengambil kesimpulan.

(13)

Menyajikan dalam bentuk laporan berupa skripsi. Teknik penulisan menggunakan Pedoman Penulisan Skripsi dari Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Kutipan bahasa Jawa diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan bantuan kamus Baoesastra Djawa karya W.J.S Poerwadarminta dan Kamus Bausastra Jawa-Indonesia karya S. Prawiroatmodjo.

1.7 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penelitian novel Sundari dibagi ke dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang memuat uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab I adalah landasan pokok bagi bab II sampai bab V.

Bab II berisi tentang sinopsis novel Sundari yang terdiri dari enam episode antara lain yaitu, Ora Perlu Direwes „Tidak Perlu Ditanggapi‟, Jiwa Kang Angrerepa

„Jiwa yang Mengharap‟, Wiwit Mbukak Lawang Kencana „Mulai Membuka Pintu Emas‟, Dolan Menyang Tawangmangu „Rekreasi ke Tawangmangu‟, Tiwas Kebeneran „Kebetulan‟, Tandure Wis Sumilir „Tanamannya Terayun Terhembus Angin‟.

Bab III berisi uraian tentang analisis pada tema dan fakta cerita novel Sundari yang meliputi karakter, alur, dan latar. Selanjutnya, pada bab IV memuat tentang analisis sarana-sarana sastra terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan nada, simbolisme, dan ironi serta amanat cerita. Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan.

Referensi

Dokumen terkait

memiliki keragaman yang tinggi baik intra lokasi maupun antar lokasi. Rata-rata populasi kutu kebul, inang kutu kebul dan hasil analisis keragaman dengan teknik RAPD

Kedua, kebutuhan yang dipandang perlu dila- kukan sebagai solusi dari masalah-masalah di atas adalah sebagai berikut: (1) guru perlu memberi ke- sempatan siswa

Sedang PT GGA memiliki prosedur pengelolaan fauna hanya mencakup sebagian kelompok jenis fauna (mamalia, reptilia dan burung) yang dilindungi dan/atau langka,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan hasil belajar kognitif yang signifikan antara siswa pada kelas eksperimen 1, eksperimen 2, dan kontol (2)

65 13 April 2013 BADIKLAT WIL V MAKASSAR PUSDIKLAT SEKJEN KEMEN PU.

Regenerasi Massa Sel Embriogenik Kedelai yang Diseleksi dengan Polyethylen Glicol 6000 (PEG), Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman.Balai

Penerapan metode LVQ digunakan di dalam mencari bobot yang sesuai, untuk mengelompokkan vektor- vektor input ke dalam kelas-kelas yang telah diinisialisasikan pada

Antarcitra Trans, Diagram alir yang tersaji pada Gambar 5 merupakan alur logika aplikasi Sistem Informasi yang dikembangkan untuk penelitian ini. Gambar 5 Diagram Alir