Ni Putu Era Marsakawati1, Rima Andriani Sari2, Putu Ayu Prabawati Sudana3
ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Wisata alam Sambangan merupakan merupakan salah satu destinasi wisata alam yang ada di Kabupaten Buleleng. Wisata alam ini tidak hanya menawarkan keindahan alam tetapi juga aktivitas wisata, seperti trekking,cycling, sliding, jumping dan lain sebagainya. Potensi ini menjadi salah faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan tamu mancanegara ke Buleleng. Menurut data yang
diperoleh dari laman website dinas pariwisata pemerintah kabupaten Buleleng, kunjungan tamu mancanegara terus meningkat tiap bulan pada tahun 2019. (Data bisa dilihat di http://bulelengkab.go.id/assets/instansikab/78/
pengumuman/rekap-data-kunjungan- wisatawan-di-kabupaten-buleleng-januari-nopember-2019-23.pdf)
PELATIHAN BAHASA INGGRIS PARIWISATA DAN HOSPITALITY
SKILLS BAGI PEMANDU WISATA DI SAMBANGAN
1,2,3Jurusan Bahasa Asing Email:marsakawatiera@gmail.com
The training aims at facilitating tour guides in Sambangan Village to improve their English and Hospitality skills. The participants were fourteen tour guides. They were facilitated by two facilitators/instructors. The training was conducting by following text-based teaching method, which consists of four main stages: building knowledge of the field, modelling of the text, joint construction of the text, and independent construction of the text. The results showed that a) based on their performance assessment, 10 participants scored above 85 (good), and 4 participants scored between 60-85 (average) and b) based on the questionnaire, the research participants had positive attitude on the implementation of the training. They hoped that similar training with different topic areas could be held in the future. By having better knowledge and skills, the tour guide would be able to serve the visitors well.
Keywords: English for tourism, hospitality, tour guides, text-based teaching
Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk membantu pemandu wisata di desa Sambangan untuk meningkatkan keterampilan Bahasa Inggris dan hospitality mereka. Peserta pelatihan ini berjumlah empat belas orang. Mereka difasilitasi oleh dua fasilitator. Pelatihan dilaksanakan dengan mengikuti metode pengajaran berbasis teks, yang terdiri dari empat tahapan utama: membangun pengetahuan lapangan, pemodelan teks, konstruksi teks bersama, dan konstruksi teks secara mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa a) berdasarkan penilaian unjuk kinerja, 10 partisipan mendapat nilai diatas 85 ( baik), dan 4 partisipan mendapat nilai antara 60-85 (cukup) dan b) berdasarkan angket, partisipan penelitian memiliki sikap positif terhadap kegiatan pelatihan. Mereka berharap kedepannya dapat diadakan pelatihan serupa dengan bidang topik yang berbeda. Dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik, pemandu wisata mampu melayani pengunjung dengan baik.
Untuk mendukung potensi yang dimiliki oleh desa Sambangan dan untuk meningkatkan jumlah kunjungan tamu mancanegara, pelaku wisata, khususnya pemandu wisata juga harus memiliki keterampilan berbahasa Inggris dan
hospitality skills yang baik agar mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik. Seperti yang diungkapkan oleh Bori-Sanz dan Niskanen (2002) dalam Adikampana (2009) bahwa untuk mengembangkan sebuah wisata alam yang baik dan potensial, serta mampu menarik wisatawan untuk berkunjung, maka dibutuhkan tidak hanya keindahan alam yang indah, tetapi juga keterampilan dan keahlian pelaku wisata yang mumpuni.
Kenyataanya, belum semua pemandu wisata di kawasan ini memiliki keterampilan berbahasa Inggris dan hospitality skills yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua kelompok sadar wisata Adventure Team
Sambangan, pengetahuan dan keterampilan
berbahasa Inggris para pelaku wisata di kawasan ini masih tergolong masih rendah. Rata-rata pelaku wisata di daerah ini merupakan masyarakat lokal yang tidak mengenyam pendidikan pariwisata formal. Mereka kemudian belajar Bahasa Inggris secara mandiri.
Hasil wawancara dengan pemandu wisata juga menunjukkan bahwa rata-rata pemandu wisata masih mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan tamu asing. Kesulitan tersebut dalam hal dalam hal pengucapan, struktur kalimat yang tepat, dan penggunaan kosakata yang tepat sesuai dengan konteks dimana mereka bekerja.
Hasil observasi awal yang penulis lakukan juga mengindikasikan bahwa rata-rata pemandu wisata belum memiliki hospitality skills yang baik. Mereka belum terbiasa untuk melayani tamu yang datang ke area wisata mereka dengan ramah dan sopan. Mereka masih belum mampu untuk menggunakan Bahasa tubuh yang baik ketika menyambut tamu yang datang ke lokasi wisata alam mereka.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk
dalam hal ini pemandu wisata adalah dengan memberikan pelatihan. Terdapat beberapa jenis pelatihan yang telah diikuti oleh kelompok sadar wisata di kawasan ini: pelatihan tentang pembuatan guidebook (Andiani, 2014), pelatihan pembuatan MOU (Andiani, 2017) dan pelatihan pengemasan produk wisata (Andiani & Widiastini, 2017).
Dari pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan di desa wisata ini, pelatihan pelatihan terkait dengan pelatihan Bahasa inggris pariwisata dan keterampilan hospitality bagi para pelaku wisata belum banyak dilakukan. Padahal, keterampilan-keterampilan ini juga sangat penting untuk diberikan kepada para pelaku wisata mengingat sebagian besar pelaku wisata yang ada di kawasan desa wisata ini tidak mengenyam pendidikan pariwisata formal. Mereka sebagian besar belajar Bahasa Inggris secara otodidak.
Dengan mengacu identifikasi masalah, maka penulis berkeinginan untuk mengadakan pelatihan Bahasa Inggris Pariwisata dan
Hospitality Skills yang bertujuan untuk
membantu pemandu wisata untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan mereka kepada tamu.
METODE
Untuk mencapai tujuan pelatihan, metode pembelajaran berbasis teks dipilih. Pelatihan ini diikuti oleh empat belas orang. Kegatan pelatihan dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 22 Agustus 2020, di Balai Subak Desa Sambangan. Sebelum melakukan kegiatan, sejumlah kegiatan persiapan telah dilaksanakan, seperti penyiapan materi, penyiapan fasilitator dan tim pelaksana kegiatan, permohonan ijin kegiatan/tempat kegiatan, dan pendataan peserta.
Secara umum, kegiatan pelatihan bisa dijabarkan sebagai berikut. Pertama, tahap
buiding knowledge of the field. Pada tahapan
materi yang dilatihkan. Brainstorming dilakukan dengan menunjukkan video dan mengajukan beberapa pertanyaan yang menggiring kepada tujuan pelatihan. Kedua, tahap modelling of the text. Pada tahap ini, fasilitator menunjukkan model-model spoken texts dari video dan dari handout serta memberikan pemodelan hospitality skills kepada para peserta. Pada tahapan ini, peserta juga diberikan vocabulary yang terkait dengan materi. Pengucapan juga dilatihkan kepada para peserta. Ketiga, tahap joint construction of the
text. Pada tahap ini peserta pelatihan membuat
rancangan simulasi secara berpasangan sesuai dengan topik dan konteks yang diberikan oleh fasilitator. Rubrik untuk kualitas performance mereka juga diberikan kepada peserta pelatihan
(Tabel 2). Pada tahap ini peserta pelatihan juga berlatih mendemonstrasikan keterampilan mereka dalam bentuk simulasi. Setelah selesai pelaksanaan simulasi, peserta pelatihan diberikan direct feedback baik oleh fasilitator maupun peserta pelatihan yang lainnya. Keempat, tahap independent construction of
the text. Pada tahap ini, peserta mempraktekkan
pengetahuan dan keterampilannya secara individu.
Pada saat kegiatan pelatihan berlangsung, facilitator kegiatan melakukan evaluasi proses. Evaluasi ini dilakukan melalui metode pengamatan (observasi) untuk mengetahui tingkat partisipasi peserta dalam mengikuti pelatihan. Kriteria penilaian yang digunakan bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Penilaian Partisipasi Peserta
Indikator Tinggi Sedang Rendah
Kehadiran Hadir ke tempat kegiatan sebelum acara dimulai
Hadir ke tempat kegiatan on time
Hadir ke tempat kegiatan terlambat Attentive Mendengar penjelasan fasilitator dengan bersungguh-sungguh Mendengar penjelasan fasilitator dengan cukup bersungguh-sungguh
Mendengar
penjelasan fasilitator dengan tidak bersungguh-sungguh
Aktif Diskusi secara aktif Diskusi cukup aktif Diskusi tidak nampak
Selain evaluasi proses kegiatan, pada pelatihan ini juga dilakukan evaluasi hasil dan evaluasi program kegiatan. Kedua evaluasi ini dilakukan setelah kegiatan pelatihan berakhir. Evaluasi hasil digunakan untuk mengetahui keterampilan
Bahasa Inggris Pariwisata dan Hospitality Skills peserta pelatihan. Pada evaluasi ini, peserta diminta untuk melakukan unjuk kerja. Adapun rubrik penilaian yang digunakan untuk menilai keterampilan peserta bisa dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Penilaian Unjuk Kerja
Indikator Baik Cukup Kurang
Ekspresi Bahasa Sangat
sesuai dengan konteks
Cukup sesuai dengan konteks
Kurang sesuai dengan konteks Pengucapan Sangat jarang ditemukan kesalahan pengucapan Sering ditemukan kesalahan pengucapan Selalu ditemukan Kesalahan Grammar Sangat jarang ditemukan kesalahan pengucapan Sering ditemukan kesalahan pengucapan Selalu ditemukan Kesalahan
Kelancaran Berbicara dengan sangat lancar, tanpa filler
Berbicara dengan cukup lancar, dengan sedikit filler
Berbicara dengan terbata-bata dengan banyak filler
Bahasa tubuh Bahasa tubuh sangat sesuai
Bahasa tubuh cukup sesuai
Bahasa tubuh tidak sesuai
Setelah melakukan evaluasi hasil, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan evaluasi kegiatan dengan penyampaian refleksi dan evaluasi program. Refleksi dilakukan dengan meminta peserta untuk menyampaikan manfaat yang mereka peroleh dari kegiatan pelatihan. Evaluasi program kegiatan dilakukan dengan meminta peserta untuk mengisi kuesioner.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ada empat komponen utama yang ditanyakan dalam kuesioner: materi pelatihan, narasumber/fasilitator, fasilitas, komentar/usul dari peserta. Secara ringkas, kegiatan pelatihan bisa dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pemecahan masalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pelatihan ini ditujukan kepada tour
guide di daerah Sambangan, Singaraja.
Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2020. Pelatihan ini diikuti oleh 14 peserta. Kegiatan pelatihan ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Satu, pemberian
etika berkomunikasi, grooming, cleanliness, dan cross cultural understanding. Pemberian materi ini bermanfaat bagi para peserta karena pemahaman peserta tentang materi ini akan mampu membantu mereka menghindari gagal komunikasi dengan para pengunjung.
Grooming dan cleanliness juga ditekankan
untuk memberikan kesan yang positif kepada pengunjung.
Dua, pemberian materi tentang Bahasa Inggris Profesi. Adapun topik yang diberikan adalah
Greeting, Giving Information , Handling tour reservation, Giving Direction, Advising guests where to go, Explaining the tourist objects, dan Handling guest complaint. Pada bagian ini,
peserta diberikan model tentang beberapa ekpresi bahasa dan kosakata yang bisa digunakan ketika melayani pengunjung. Beberapa pengucapan yang masih keliru juga dilatihkan pada kegiatan ini.
Tiga, praktek simulasi terkait kedua materi tersebut. Pada sesi ini, instruktur membagi peserta menjadi kelompok. Peserta bekerja dalam kelompok untuk membuat draft simulasi. Draf simulasi ini dipresentasikan. Setelah peserta menampilkan simulasi mereka, instruktur memberikan feedback langsung. Feedback juga diberikan oleh peserta yang lain (peer feedback).
Untuk mencapai tujuan pelatihan, penulis melakukan analisis evaluasi (evaluasi proses, hasil, dan keseluruhan program kegiatan). Adapun hasilnya dijabarkan sebagai berikut. Berdasarkan hasil evaluasi proses kegiatan yang dilakukan melalui pengamatan (observasi) diperoleh data sebagai berikut.
Dari aspek kehadiran, seluruh peserta hadir sebelum acara dimulai. Bahkan beberapa dari peserta bersedia untuk membantu panitia untuk menyiapkan lokasi acara (menyiapkan tempat). Sebelum acara dimulai, peserta sudah siap untuk melakukan registrasi peserta. Foto registrasi ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Peserta Hadir In time dan bergiliran untuk melakukan registrasi
Dari aspek attentive, hampir seluruh peserta menunjukkan keseriusan dan kesungguh-sungguhan dalam mendengarkan penjelasan fasilitator. Mereka menunjukkan itu dengan betul-betul serius memperhatikan instruktur. Hal ini dilakukan agar mereka tidak kehilangan atau ketinggalan informasi yang disampaikan oleh instruktur. Pada saat penayangan video, mereka juga dengan seksama memperhatikan atau menonton tayangan video. Dengan demikian mereka bisa memperoleh manfaat dari kegiatan dengan baik. Foto bisa ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Peserta Pelatihan Serius Menyimak Tayangan Video
Keseriusan dari peserta pelatihan didik tidak bisa dilepaskan dari peran instruktur. Pada pelatihan ini, instruktur mengemas informasi dengan sangat menarik dengan mengkombinasikan media multimodal yang mampu membuat peserta pelatih tetap fokus. Materi pelatihan juga dibuat sangat konteksual, sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan sehingga mereka benar-benar merasa membutuhkan informasi tersebut.
Teknik komunikasi yang dilakukan oleh instruktur yang tidak monoton dan atraktif juga membantu peserta untuk tetap stay focused. Hal ini dipertegas lagi oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Djauhari (2016) bahwa gaya mengajar guru, dalam hal ini facilitator/instruktur bisa mempengaruhi hasil belajar siswa (peserta pelatihan).
Dari aspek keaktifan, sebagian besar peserta terlihat sangat aktif dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Ketika sesi Tanya jawab berlangsung, peserta pelatihan tidak segan
untuk bertanya. Begitu pula ketika diberikan pertanyaan, peserta pelatihan nampak sangat cepat dalam merespon tagihan dari instruktur. Keaktifan peserta bisa dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Keaktifan Salah Satu Peserta untuk Menjawab Pertanyaan Instruktur
Setelah melakukan evaluasi proses, evaluasi berikutnya yang dilakukan adalah evaluasi hasil dengan unjuk kerja dari peserta pelatihan. Berdasarkan hasil dari evaluasi ini, sebagian besar peserta (10 orang peserta) mampu menunjukkan pengetahuan dan keterampilan sesuai yang dilatihkan dengan baik. Sisanya (4 orang) peserta menunjukkan keterampilan dengan cukup baik. Hasil pelatihan ini selanjutnya mengkonfirmasi penelitian-penelitian tentang penggunaan pembelajaran berbasis teks dalam meningkatkan kemampuan berbicara ssiwa seperti penelitian yang dilakukan oleh Rahmaningtyas, Febrianti, dan Inayati (2016) dan Puspitasari, Lestariana, dan Widodo (2018).
Evaluasi terakhir yang dilakukan adalah evaluasi program kegiatan. Evaluasi ini dilakukan dengan meminta peserta pelatihan melakukan refleksi dan mengisi kuesioner kepada peserta. Dari hasil refleksi dan kuesioner diperoleh hasil sebagai berikut. 1) sebagian besar peserta menyatakan bahwa mereka senang mengikuti kegiatan pelatihan. Pemberian kuliah umum dilakukan tidak hanya menggunakan teknik ceramah tetapi juga dengan menggunakan media media gambar dan video sehingga tidak membosankan bagi para peserta; 2) Para peserta mengungkapkan bahwa mereka sangat tertarik dengan materi pelatihan.
sangat relevan dengan kebutuhan mereka sebagai tour guide. Mereka menyadari bahwa selama ini mereka melayani pengunjung dan menggunakan Bahasa Inggris pasaran dengan belajar secara otodidak. Dengan adanya pelatihan ini, mereka merasa sangat terbantu untuk bisa memperbaiki kualitas pelayanan mereka kepada pengunjung asing; 3) Cakupan materi yang diberikan sudah cukup memadai bagi para peserta. Materi meliputi hospitality
skills dan Bahasa Inggris Pariwisata; 4) peserta
mampu memahami materi dengan baik. Hal ini disebabkan karena teknik penyampaian materi, pemilihan materi, dan media benar-benar sesuai dengan kebutuhan para peserta. Mereka juga melakukan praktek simulasi secara kontekstual, dan 5) peserta mengharapkan pelatihan sejenis agar dilakukan lagi secara regular dan berkelanjutan dengan cakupan materi yang lebih bervariasi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan Bahasa Inggris dan Hospitality Skills bagi tour
guide di kawasan Sambangan sudah terlaksana
dengan baik. Hasil kegiatan pelatihan ini dievaluasi berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek program, aspek proses, dan aspek hasil. Secara program, kegiatan telah mampu mencapai tujuan dari kegiatan pelatihan, yakti membantu peserta pelatihan untuk meningkatkan Bahasa Inggris Pariwisata dan keterampilan hospitaliti. Dari sisi proses kegiatan, pelatihan telah dihadiri oleh seluruh peserta. Peserta mengikuti kegiatan dengan bersungguh-sungguh, antusias, responsif. Dari sisi hasil, peserta pelatihan mempu mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan melalui simulasi.
Berdasarkan simpulan di atas, beberapa hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut. a) Kegiatan P2M serupa sebaiknya dilakukan secara regular dan berkelanjutan dengan menambahkan materi-materi lain seperti promosi pariwisata dan marketing, dan b) Tour
hendaknya terus dapat mengimplementasikan hasil dari kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pengunjung.
DAFTAR RUJUKAN
Adikampana, I Made. 2009. Pariwisata Alam
dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Lokal. Jurnal Analisis Pariwisata. Vol 9.
No. 1 tahun 2009. Universitas Udayana. Andiani, D. N. (2014). Pelatihan Penyusunan Guidebook Pokdarwis Tunjung Mekar di Desa Sambangan. Jurnal Pengabdian
Pada Masyarakat. Widya Laksana, 3(1),
76-86.
Andiani, D. N. (2017). P2M Pelatihan Pembuatan MOU Pokdarwis Tunjung Mekar di Desa Sambangan. Jurnal
Pengabdian Pada Masyarakat. Widya Laksana, 2(2), 33-41.
Andiani, D. N., & Widiastini, N. M. A. (2017). Pengemasan Produk Wisata oleh Pokdarwis sebagai Salah Satu Model Pariwisata Alternatif. JKB, 20(11), 1-13. Djauhari, A. (2016). Pengaruh Gaya Mengajar Guru dan Kebiasaan Belajar terhadap Hasil Belajar. Jurnal Penelitian dan
Pendidikan IPS (JPPI), 10(3), 310-321.
Devy, H.A., & Soemanto, R.B. (2017). Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam sebagai Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Karanganyar.
Journal Sosiologi. DILEMA, 32(1), 34-44.
Intesa, A. (2018). Pengertian Hospitality. Diakses dari https://intesa-school.com/2018/10/31/pengertianhospit ality.
Puspitasari, D., Lestariyana, D., & Widodo, H.P. (2018). Engaging Young Learners of English with Digital Stories: Learning to Mean. Indonesian Journal of Applied
Linguistics, 8(2), 488-494.
Rahmaningtyas, H., Febrianti, Y., & Inayati, N. (2016). Using Student-Selected Texts in Speaking Class. Dalam P. Mickan & E. Lopez (Eds). Text-based Research and
Teaching. A Social Semiotic Perspective on Language in Use. Adelide: Palgrave
Macmillan.
Rusita, Walimbo, R., Sari,Y., & Yanti, M. (2016). Studi Potensi Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata Alam Air Terjun Wiyono di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman Provinsi Lampung. Info