• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL SANITASI SAAT INI

2.1 Gambaran Wilayah 2.1.1. Administrasi

Kota Tebing Tinggi adalah salah satu dari 33 (tiga puluh tiga) kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Kota ini dikenal dengan sebutan sebagai Kota Lemang. Kota Tebing Tinggi memiliki luas wilayah 38,438 km² dan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 147.761 jiwa. Kota Tebing Tinggi berada pada posisi koordinat geografi 03º 19´ 00" LU - 03º 21´ 00" LU dan 98º 11´ BT - 98º 21´ BT, ketinggian 26-34 meter di atas permukaan laut (dpl) serta memiliki topografi mendatar hingga bergelombang. Kota Tebing Tinggi memiliki suhu udara rata-rata udara 25o – 27o C.

Kota Tebing Tinggi dilalui oleh beberapa sungai besar dan kecil yang pada umumnya memiliki aliran arus air menuju ke arah Utara dan Timur Laut yang pada akhirnya bermuara ke Selat Malaka. Sungai Padang yang merupakan sungai utama dengan melewati Kota Tebing Tinggi sepanjang ± 16,22 km dan lebar ± 65 meter. Sungai besar lainnya adalah Sungai Bahilang, Sungai Kelembah, dan Sungai Sibarau serta Sungai kecil Sungai Sigiling.

Kota Tebing Tinggi berada sekitar ± 78 km ke arah tenggara Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara. Wilayah administratif Kota Tebing Tinggi dikelilingi oleh beberapa perkebunan, baik milik negara (BUMN) maupun swasta, dengan batas-batas sebagai berikut:

 Sebelah Utara, berbatasan dengan PTPN - III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai.

 Sebelah Selatan, berbatasan dengan PTPN - IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Paya Pinang, Kabupaten Serdang Bedagai.

 Sebelah Timur, berbatasan dengan PT. Socfindo Tanah Besi dan PTPN - III Kebun Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai.

 Sebelah Barat, berbatasan dengan PTPN - III Kebun Bandar Bejambu Kabupaten Serdang Bedagai.

Untuk jelasnya mengenai administrasi Kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

(2)

Bab II - 2 Gambar 2.1. Peta Administrasi Kota Tebing Tinggi

(3)

Bab II - 3 Secara administratif, Wilayah Kota Tebing Tinggi sebelumnya terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yakni Padang Hulu, Padang Hilir dan Rambutan dengan 27 (dua puluh tujuh) kelurahan, namun sejak tahun 2006 melalui Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 15 Tahun 2006 wilayahnya dimekarkan menjadi 5 (lima) kecamatan yakni Padang Hulu, Padang Hilir, Rambutan, Bajenis dan Tebing Tinggi Kota dengan total seluruhnya 35 (tiga puluh lima) kelurahan.

Berdasarkan luas wilayah terbangun, Kota Tebing Tinggi relatif masih rendah atau 42,72% dari total luas administrasi. Artinya masih relatif luas lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana perkotaan. Kecamatan yang paling besar luas wilayah terbangunnya adalah Kecamatan Tebing Tinggi Kota dan Kecamatan Rambutan, dimana kedua kecamatan ini merupakan wilayah pusat kegiatan perkotaan baik perdagangan, sosial, dan pemerintahan. Sedangkan kecamatan yang rendah persentase luas terbangunnya adalah Kecamatan Padang Hilir.

Tabel 2.1 : Nama dan Luas Wilayah per Kecamatan

Nama Kecamatan Jumlah

Kelurahan Luas Wilayah Administrasi Terbangun (Ha) (%) thd total administrasi (Ha) (%) thd luas administrasi Padang Hulu 7 851 21,91% 334,04 39,25%

Tebing Tinggi Kota 7 347 8,93% 231,35 66,67%

Rambutan 7 594 15,29% 390,47 65,74%

Bajenis 7 908 23,38% 345,12 38,01%

Padang Hilir 7 1.144 29,45% 358,16 31,31%

T O T A L 35 3.884 100% 1.659,16 42,72%

Sumber: Profil Sanitasi Kota Tebing Tinggi 2015

2.1.2. Topografi dan Geomorfologi

Kota Tebing Tinggi berada pada ketinggian diantara 26-34 meter di atas permukaan laut (dpl) serta memiliki topografi mendatar dan bergelombang. Topografi mendatar memiliki kelas kemiringan lereng berkisar antara 0-2 % sedangkan topografi bergelombang berkisar antara 2-15 %. Peta topografi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Kemiringan lereng yang relatif datar tersebut memberikan implikasi positif dalam pengembangan kegiatan ekonomi seperti kegiatan perdagangan, jasa, permukiman dan pertanian, penentuan pembangunan fisik kota, serta pengembangan sarana dan prasarana kota. Sedangkan pada kelas kemiringan lereng 0-2 % perlu mendapat perhatian khusus

(4)

Bab II - 4 akan kemungkinan banjir di kemudian hari. Hal ini perlu dicegah dengan menerapkan aturan ketat dalam penggunaan lahan di kemiringan tersebut.

Struktur geologi yang terdapat di wilayah Kota Tebing Tinggi hampir sama dengan kecamatan di sekitar Kabupaten Deli Serdang atau di Kabupaten Serdang Bedagai. Formasi geologi didominasi oleh kelompok alluvial dan tufa toba. Struktur geologi ini pada umumnya memiliki karakteristik tanah subur untuk pengembangan pertanian karena merupakan endapan lumpur aliran sungai dan danau, sehingga hanya berada pada kawasan datar dan cekungan sungai.

Kondisi tanah ini mempunyai sifat secara umum terlihat adanya lapisan-lapisan tanah yang berulang, tidak teratur yaitu tebal lapisan, jenis bahan penyusun tanah, warna, tekstur, struktur dan kandungan bahan organik yang sering berulang (tidak beraturan), lapisan yang berbeda tapi sifat dan jenis yang sama. Keadaan morfologi wilayah Kota Tebing Tinggi didominasi oleh kelompok Novair Alluvium seluas 3.609,97 Ha, Adesit seluas 126,92 Ha dan Leparietische Flusifpa seluas 46,91 Ha. Secara geologi jenis tanah yang ada merupakan potensial bagi galian “Golongan C”, seperti pasir, kerikil, tanah liat dan lainnya. Lokasi galian C berupa pasir terdapat di sekitar/sepanjang sungai yang ada. Lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2.3.

(5)

Bab II - 5 Gambar 2.2. Peta Topografi Kota Tebing Tinggi.

(6)

Bab II - 6 Gambar 2.3. Peta Geologi Kota Tebing Tinggi.

(7)

Bab II - 7 2.1.3. Hidrologi

Kota Tebing Tinggi dilalui oleh beberapa sungai besar maupun sungai kecil yang pada umumnya memiliki aliran arus air menuju ke arah Utara dan Timur Laut dan bermuara ke Selat Malaka. Kota ini dilintasi oleh Sungai Padang yang merupakan sungai utama dengan panjang sekitar ± 16,22 km dan lebar ± 65 meter. Sungai besar lainnya adalah Sungai Bahilang, Sungai Kelembah, dan Sungai Sibarau. Sungai-sungai kecil yang berada di wilayah Kota yaitu Sungai Segiling dan Sungai Sibangauan.

Tabel 2.2. Panjang Sungai yang Melintasi Kota Tebing Tinggi

No Nama Sungai Panjang (m)

1 S. Padang 16.221,39 2 S. Bahilang 4.272,07 3 S. Kelembah 6.373,10 4 S. Sibarau 3.618,62 5 S. Sigiling 3.781,61 Jumlah 34.266,80

Sumber: RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2013-2033

Sungai-sungai yang melintasi wilayah Kota Tebing Tinggi merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Padang, dan DAS Padang sendiri merupakan bagian dari WS Belawan-Belumai. Kondisi cakupan DAS Kota Tebing Tinggi seperti terlihat pada Gambar 2.4. Secara rinci gambaran WS Belawan-Belumai dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3. Gambaran Sungai-Sungai Utama di SWS Belawan Belumai

No Sungai Luas DAS (km2) Aliran terpanjang (km) Elevasi maksimum (m) Elevasi minimum (m) Kemiringan rata-rata (%) 1 2 3 4 5 6 7 Belawan Deli Percut Serdang Ular Belutu Padang 671,62 556,52 346,10 772,16 1.133,43 562,83 1.096,76 76 82 64 63 91 76 82 1.100 1.500 1.520 1.450 1.330 1.000 1.020 0 1 8 4 30 4 6 69 55 42 44 70 76 81

(8)
(9)

Bab II - 9 2.1.3. Demografi

Jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi tahun 2015 berdasarkan proyeksi sebanyak 151.651 jiwa. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Bajenis sebanyak 34.594 jiwa, dan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Tebing Tinggi Kota sebesar 24.774 jiwa. Diproyeksikan hingga tahun perencanaan 2020, jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi mencapai 159.682 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 0,86%. Dengan jumlah penduduk tersebut di atas, Kota Tebing Tinggi masih dikategorikan sebagai kota menengah ( < 500.000 jiwa).

Tabel 2.4 : Jumlah Penduduk Saat Ini dan Proyeksi 5 Tahun Kedepan

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk (orang) Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2020

Padang Hulu 27.967 28.208 28.452 28.698 28.946 29.448

Tebing Tinggi Kota 24.774 24.988 25.204 25.422 25.642 26.086

Rambutan 32.932 33.216 33.503 33.792 34.084 34.675

Bajenis 34.594 34.893 35.194 35.498 35.805 36.426

Padang Hilir 31.384 31.655 31.929 32.204 32.483 33.046

T O T A L 151.651 152.961 154.282 155.615 156.959 159.682

Sumber: Profil Sanitasi Kota Tebing Tinggi 2015

Kemudian jumlah kepala keluarga (KK) di Kota Tebing Tinggi tahun 2015 berdasarkan proyeksi sebanyak 37.913 KK dengan asumsi jumlah anggota keluarga adalah 4 (empat) jiwa. Jumlah KK terbanyak berada di Kecamatan Bajenis sebanyak 8.648 KK, dan jumlah KK terendah berada di Kecamatan Tebing Tinggi Kota sebesar 6.194 KK. Diproyeksikan hingga tahun perencanaan 2020, jumlah KK mencapai 39.920 KK.

Tabel 2.5 : Jumlah Kepala Keluarga Saat Ini dan Proyeksi 5 Tahun Kedepan

Nama Kecamatan Jumlah KK Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Padang Hulu 6.992 7.052 7.113 7.174 7.236 7.362

Tebing Tinggi Kota 6.194 6.247 6.301 6.355 6.410 6.522

Rambutan 8.233 8.304 8.376 8.448 8.521 8.669

Bajenis 8.648 8.723 8.799 8.875 8.951 9.106

Padang Hilir 7.846 7.914 7.982 8.051 8.121 8.262

T O T A L 37.913 38.240 38.571 38.904 39.240 39.920

(10)

Bab II - 10 Kemudian berdasarkan kepadatan penduduk, terlihat bahwa kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi tahun 2015 adalah sebesar 39 jiwa/hektar, termasuk kota dengan kepadatan tinggi ( > 25 jiwa/hektar). Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk sedangkan luas wilayah yang tetap yaitu 3.848 hektar, maka hingga tahun perencanaan 2020 diproyeksikan kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi mencapai 42 jiwa/hektar.

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang tinggi ini jika tidak dikontrol atau ditangani dapat mengakibatkan persoalan-persoalan perkotaan, seperti meningkatnya permintaan tanah untuk penyediaan perumahan dan permukiman serta infrastruktur perkotaan. Untuk itu, tahun-tahun mendatang perlu ditetapkan upaya-upaya pengendalian penduduk melalui program keluarga berencana sembari tetap mengalokasikan anggaran untuk penyediaan sarana dan prasarana perkotaan untuk mendukung aktivitas masyarakat Kota Tebing Tinggi. Data tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk lebih lengkap tersaji pada Tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.6 : Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Saat Ini dan Proyeksi 5 Tahun Kedepan

Nama Kecamatan

Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Pddk (orang/Ha)

Tahun Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Padang Hulu 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 33 33 33 34 34 35 T. Tinggi Kota 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 71 72 73 73 74 75 Rambutan 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 55 56 56 57 57 58 Bajenis 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 38 38 39 39 39 40 Padang Hilir 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 27 28 28 28 28 29 T O T A L 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 39 40 40 40 41 42

Sumber: Profil Sanitasi Kota Tebing Tinggi 2015 dan Proyeksi

Berdasarkan jumlah rumah tangga miskin di Kota Tebing Tinggi tahun 2013 adalah sebanyak 8.297 atau sebesar 22,86%. Jumlah rumah tangga miskin terbesar terdapat di Kecamatan Rambutan sebesar 27,42% dan Kecamatan Bajenis sebesar 25,72%. Tingginya angka kemiskinan ini harus diperhatikan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan melakukan upaya-upaya pengentasan kemiskinan yang tepat sasaran, agar angka kemiskinan ini berkurang secara signifikan.

(11)

Bab II - 11 Tabel 2.7 : Jumlah KK Miskin per Kecamatan

Nama Kecamatan Jumlah keluarga

miskin (KK)

Persentase dari total KK (%)

Padang Hulu 1.259 18,83

Tebing Tinggi Kota 1.108 18,17

Rambutan 2.127 27,42

Bajenis 2.188 25,72

Padang Hilir 1.695 22,44

T O T A L 8.297 22,86

Sumber: Profil Sanitasi Kota Tebing Tinggi 2015

2.1.4. Keuangan dan Perekonomian Daerah A. Keuangan Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tebing Tinggi disusun dengan memperhatikan kinerja yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan DPRD Kota Tebing Tinggi melalui serangkaian kegiatan perencanaan pembangunan daerah dan anggaran daerah. Tahapan penyusunan APBD ini dimulai dari pelaksanaan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah) mulai tingkat kelurahan, kecamatan, dan kota. Hasil pelaksanaan Musrenbang ini adalah dokumen RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), yang selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan KUA-PPA (Kebijakan Umum APBD – Prioritas Plafon Anggaran).

Pengelolaan keuangan daerah diupayakan dapat dilaksanakan dengan baik, tepat, efektif dan efisien sehingga diperoleh keluaran dan hasil yang maksimal. Secara umum, PAD Kota Tebing Tinggi cenderung meningkat, dengan kisaran 7,63% – 10,80% terhadap total pendapatan sejak 2011 – 2015. Proporsi terbesar yang memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah masih dari dana perimbangan (transfer fund) yaitu dana bagi hasil pajak dan bukan pajak.

(12)

Bab II - 12 Kemudian dari sisi belanja, arsitektur APBD berdasarkan belanja menunjukkan bahwa selama tahun 2011-2015 rasio belanja langsung terhadap belanja tidak langsung pada pos belanja APBD mengalami fluktuasi dengan angka mendekati 1. Untuk tahun-tahun mendatang Pemerintah Kota Tebing Tinggi seharusnya memplot anggaran belanja dengan proporsi terbesar adalah belanja langsung khususnya belanja modal agar investasi pembangunan infrastruktur perkotaan lebih optimal.

Dari tahun 2011-2015, kebijakan anggaran daerah di Kota Tebing Tinggi adalah defisit anggaran, dimana belanja daerah lebih besar dari pendapatan daerah. Kebijakan ini diambil karena berdasarkan pengalaman bahwa pelaksanaan anggaran daerah di Kota Tebing Tinggi selalu terjadi SILPA baik akibat efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan serta belum optimalnya penyerapan anggaran daerah melalui belanja daerah. Untuk tahun 2015, pendapatan Kota Tebing Tinggi sebesar Rp. 621.985.250.362 dan jumlah belanja

(13)

Bab II - 13 sebesar Rp. 651.370.602.197. Artinya terjadi defisit sebesar Rp. 29.385.351.8350 dimana defisit anggaran ini akan ditalangi atau ditutupi dari penerimaan pembiayaan khususnya dari Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun 2014.

Tabel 2.8: Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir

No Anggaran 2011 2012 2013 2014 2015

A Pendapatan

1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 27.640.746.500 28.939.350.000 41.316.898.567 47.477.336.000 67.190.406.000

2 Dana Perimbangan (Transfer) 303.026.902.000 360.376.191.000 421.839.869.000 430.172.186.000 465.827.971.362

3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 31.669.634.800 51.268.994.000 146.175.637.000 40.464.000.000 88.966.873.000

Jumlah Pendapatan 362.337.283.300 440.584.535.000 609.332.404.567 518.113.522.000 621.985.250.362

B Belanja

1 Belanja Tidak Langsung 227.785.517.058 225.260.817.100 311.419.364.421 254.090.798.900 337.675.001.291

2 Belanja Langsung 176.670.529.938 263.431.687.201 353.701.453.380 311.522.723.100 313.695.600.906

Jumlah Belanja 404.456.046.996 488.692.504.301 665.120.817.801 565.613.522.000 651.370.602.197

Surplus/Defisit Anggaran (42.118.763.696) (48.107.969.301) (55.788.413.234) (47.500.000.000) (29.385.351.835)

Sumber: Bag Adm Keuangan Setdako Tebing Tinggi Keterangan

 Tahun 2011-2014 merupakan data realisasi APBD

 Tahun 2015 merupakan data target APBD

Dalam bidang sanitasi, Pemerintah Kota Tebing Tinggi mengalokasikan dana untuk persampahan, air bersih, air limbah, drainase dan aspek PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada pos anggaran Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Kesehatan, Bappeda, dan Kantor Lingkungan Hidup. Selama kurun waktu 2011-2015, untuk sektor air limbah, air minum, persampahan, dan drainase selalu dianggarkan pada APBD Kota Tebing Tinggi dengan jumlah anggarannya fluktuatif selama kurun waktu tersebut. Namun untuk PHBS hanya dialokasikan pada tahun 2011-2012, sedangkan tahun 2013-2015 tidak ada alokasi untuk kegiatan ini oleh Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi. Untuk tahun-tahun mendatang PHBS ini harus dialokasikan mengingat sangat penting perannya dalam hal “pemicuan” warga untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

(14)

Bab II - 14 Selama kurun waktu tahun 2009-2015 total belanja modal sanitasi di Kota Tebing Tinggi mengalami fluktuasi. Dimana setelah tahun 2009 mengalami penurunan signifikan pada tahun 2010 dan 2013, kemudian mengalami trend naik semenjak tahun 2014-2015. Pola ini juga terjadi pada belanja modal sanitasi perkapita baik pada alokasi anggaran sanitasi dan air bersih dengan persampahan dan drainase maupun tanpa persampahan dan drainase. Belanja modal sanitasi paling tinggi terjadi pada tahun 2015 yakni sebesar Rp. 22.792.240.000,00 atau sebesar 3,5% dari total belanja daerah pada APBD Kota Tebing Tinggi. Sedangkan Belanja Modal Sanitasi per penduduk pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 150.294.

(15)

Bab II - 15 Kemudian jika dirinci belanja modal sanitasi berdasarkan sumber pendanaan DAU (Lokal) dan DAK menunjukkan bahwa proporsi pendanaan dari DAU jauh lebih besar dibandingkan pendanaan DAK selama kurun waktu tahun 2009-2015. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Tebing Tinggi relatif “peduli” dengan sektor sanitasi ini karena sumber pendanaan DAU relatif besar dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur sanitasi dan air bersih.

Data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2.9 Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk 5 Tahun Terakhir.

(16)

Tabel 2.9. Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk 5 Tahun Terakhir

SUMMARY 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Total Population 141.059 142.717 145.248 147.383 149.550 149.065 150.352 151.651 Total Belanja APBD (Rp. Millions) - 362.546 325.636 414.564 521.151 497.471 565.613 651.371 Total Air Bersih dan Sanitasi (Rp. Millions) - 13.426 7.453 10.519 12.643 4.453 10.450 22.792

Persent Alokasi 0,00% 3,70% 2,29% 2,54% 2,43% 0,90% 1,85% 3,50%

Alokasi Per Kapita - 94.075 51.313 71.369 84.539 29.874 69.504 150.294

Sanitasi tanpa Air Bersih - 5.262 4.019 5.531,58 7.697,84 661,73 6.689,31 11.232,32

Persent Alokasi 0,00% 1,45% 1,23% 1,33% 1,48% 0,13% 1,18% 1,72%

Alokasi Per Kapita - 36.868 27.669 37.532 51.473 4.439 44.491 74.067

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sub Total APBD by Organisasi: - 13.426.146.750 7.453.105.530 10.518.609.999 12.642.870.000 4.453.151.200 10.450.093.800 22.792.240.000 Kesehatan - 163.131.000 89.445.000 203.715.000 55.645.000 20.775.000 18.580.000 23.720.000 Pekerjaan Umum - 6.339.740.000 2.899.700.000 9.123.367.999 4.100.000.000 3.111.000.000 2.653.169.000 13.208.034.000 Perumahan - - - - -Perencanaan Pembangunan - - - 265.013.000 - 712.376.200 95.600.000 438.800.000 Linkungan Hidup - 5.223.275.750 4.463.960.530 926.514.000 7.119.225.000 609.000.000 7.682.744.800 9.121.686.000 Pemerintahan Umum - 1.700.000.000 - - 1.368.000.000 - - -2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Subtotal by Sektor: Lokal LOK Lokal - 9.359.869.750 4.122.810.000 7.455.295.999 9.453.483.000 946.151.200 7.715.155.800 11.412.267.500 Air Bersih AB Pemda - 3.912.131.000 6.705.000 1.705.705.000 1.704.725.000 284.420.000 965.844.000 88.000.000 Air Limbah AL - 465.240.000 9.400.000 5.384.780.999 - 562.731.200 200.580.000 2.438.320.000 Persampahan SA - 2.841.498.750 2.704.475.000 - 5.929.838.000 - 6.488.731.800 7.582.697.500 Drainase Perkotaan DR - 1.955.000.000 1.305.000.000 146.800.000 1.768.000.000 99.000.000 - 1.211.300.000 Perilaku Bersih & Sehat PBS - 171.000.000 97.230.000 198.010.000 50.920.000 - -

-Cross-Sektor X - 15.000.000 - 20.000.000 - - 60.000.000 91.950.000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Subtotal by Sektor: National DAK DAK - 2.354.500.000 2.256.735.530 2.973.522.000 500.000.000 3.396.000.000 1.687.325.000 4.676.784.000 Air Bersih AB - 1.700.000.000 844.500.000 1.258.000.000 - 1.186.000.000 - 2.320.814.000 Air Limbah AL - 654.500.000 1.335.200.000 1.420.590.000 500.000.000 1.925.000.000 1.687.325.000 2.355.970.000 Persampahan SA - - - 294.932.000 - 285.000.000 - -Drainase Perkotaan DR - - 77.035.530 - - - - -Perilaku Bersih & Sehat PBS - - - - -Cross-Sektor X - - - -

-2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Investasi PDAM (Net Growth of Assets) PDAM na 400.000.000 5.413.000.000 353.000.000 372.000.000 10.090.000.000 5.432.789.000 35.153.553.000 Aktiva Tetap (Rp. Millions) 16.785 17.185 22.598 22.951 23.323 33.413 38.846 73.999

(17)

Bab II - 17 Indeks Ruang Fiskal Kota Tebing Tinggi mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir, dimana pada tahun 2011 sebesar 0,0763 dan mencapai 0, 1032 pada tahun 2015. Kapasitas fiscal daerah Kota Tebing Tinggi ini menunjukkan masih relatif rendahnya sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai belanja daerah. Dan kondisi ini menunjukkan bahwa ketergantungan pembiayaan belanja daerah masih pada dana perimbangan (dana transfer) dari Pemerintah Pusat ke Daerah. Data ini dapat dilihat pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10 Data mengenai ruang fiskal kota Tebing Tinggi 5 tahun terakhir

Tahun Indeks Kemampuan Fiskal/ Ruang Fiskal Daerah (IRFD) 2011 0,0683 2012 0,0592 2013 0,0621 2014 0,0839 2015 0,1032

Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi 2015, Data Diolah

B. Perekonomian Daerah

Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku, Kinerja ekonomi Kota Tebing Tinggi tahun 2013 sebesar 3,45 triliun rupiah. Angka tersebut naik sekitar 16,53 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,96 triliun rupiah. Akan tetapi kinerja ini masih dipengaruhi oleh faktor inflasi. Jika faktor inflasi dihilangkan, kinerja ekonomi riil di Kota Tebing Tinggi tahun 2013 yang diukur dengan besaran PDRB atas dasar harga konstan 2000 mencapai 1,42 triliun rupiah. Kinerja riil tersebut lebih tinggi dari tahun 2012 yang sebesar 1,33 triliun rupiah.

Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi mencapai 6,91 persen. Pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,75 persen. Pertumbuhan ekonomi yang paling cepat terjadi di sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 8,15 persen.

Kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Tebing Tinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran diikuti oleh sektor industri. Pada tahun 2013 sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar 22,24 persen, sedangkan sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 19,58 persen. Sektor lain yang

(18)

Bab II - 18 memberikan kontribusi cukup besar lainnya adalah sektor Jasa – jasa (termasuk jasa pendidikan dan kesehatan) yakni sebesar 19,57 persen. Jika dilihat menurut kelompok sektor, maka kelompok sektor tersier memberikan kontribusi yang yang sangat besar pada perekonomian Kota Tebing Tinggi. Tahun 2013 kelompok sektor ini mencapai 67,45 persen, sedangkan kelompok sektor sekunder hanya 31,13 persen, dan kelompok sektor primer sebesar 1,42 persen.

Keadaan ini sesuai dengan kondisi Kota Tebing Tinggi sebagai daerah perkotaan, dimana sektor perdagangan, industri pengolahan dan jasa menjadi sektor andalan. Selanjutnya, berdasarkan perubahan indeks implisit, perubahan harga yang terjadi pada tingkat produsen tahun 2013 di Kota Tebing Tinggi sebesar 8,99 persen. Angka ini lebih tinggi dari tahun 2012 yang mencapai 6,45 persen. Secara umum, situasi perekonomian Kota Tebing Tinggi pada tahun 2013 sedikit lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikut ini pada Tabel 2.11 disajikan kinerja perekonomian Kota Tebing Tinggi.

Tabel 2.11 Data Perekonomian Umum Daerah 5 TahunTerakhir

No D e s k r i p s i 2010 2011 2012 2013 2014 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) 1 PDRB harga konstan 2000 (struktur perekonomian) (Miliar Rp.) 1.165,58 1.243,37 1.327,25 1.419,00 NA

2 Pendapatan Perkapita Kota

Tebing Tinggi (Rp.) 8.024.751 8.480.907 8.081.782 9.299.796 NA

3 Upah Minimum Kota

(UMK) Tebing Tinggi (Rp.) 968.000 1.065.000 1.205.000 1.380.000 1.540.000

4 Inflasi (%) 6,82 6,19 6,45 8,99 7,94

5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,07 6,67 6,75 6,91 NA

Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 2015

2.1.5. Tata Ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi

Rencana struktur ruang wilayah Kota Tebing Tinggi merupakan kerangka tata ruang wilayah kota yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota terutama jaringan transportasi. Struktur ruang wilayah Kota Tebing Tinggi yang akan diwujudkan guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota yang diinginkan, diupayakan dengan menetapkan rencana sistem perkotaan (pusat pelayanan) dan sistem jaringan prasarana wilayah kota.

(19)

Bab II - 19 Tata ruang wilayah merupakan salah satu acuan yang menjadi garis besar pembangunan Kota Tebing Tinggi untuk tahun-tahun kedepan. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tebing Tinggi Tahun 2013-2033 telah disahkan melalui Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 4 Tahun 2013. Perencanaan pembangunan perkotaan yang dituangkan ke dalam RTRW Kota Tebing Tinggi Tahun 2013-2033 ini akan membentuk arah perkembangan kota Tebing Tinggi nantinya. Perkembangan kota dan arah pembangunan serta pengembangan kota Tebing Tinggi semuanya ditatur dalam tata ruang wilayah sehingga pembangunan dapat diarahkan sesuai dengan kondisi dan karateristik daerah yang menjadi tempat pengembangan kota.

Pembagian wilayah menurut kondisi fasilitas dan daya dukung lahan terhadap pengembangan dan pembangunan kota dapat dilihat dalam tata ruang wilayah. Dalam tata ruang wilayah ini dapat dilihat pembagian daerah-daerah yang ada di Tebing Tinggi sesuai dengan karateristik dan daya dukung lahan maupun fasilitas untuk dikembangkan menjadi suatu daerah tertentu. Rencana - rencana yang berkaitan dengan pembangunan dan pengembangan wilayah ini merupakan sebuah produk yang harus dipatuhi oleh setiap stakeholder yang ingin memajukan Tebing Tinggi.

A. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi

Di dalam Pedoman Kementerian Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota disebutkan bahwa rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhirarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:

1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota;

2. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan

3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.

Rencana struktur ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi diarahkan untuk mengakomodasi perwujudan ruang kota yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan:

1. Kinerja pusat-pusat pelayanan dengan sub pusat pelayanan kota.

(20)

Bab II - 20 3. Akses antara pusat-pusat pelayanan dengan sub pusat pelayanan kota se-efektif mungkin. 4. Sistem pusat pusat pelayanan kota secara fungsional disesuaikan dengan jenis dan hirarki

kegiatan utama dan diharapkan dapat memacu dan menyeimbangkan perkembangan kota sesuai dengan struktur tata ruang.

Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi: 1. Sistem pusat pelayanan kota; dan

2. Sistem jaringan prasarana kota

1. Rencana Pusat Layanan Kota

Rencana Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Wilayah Kota Tebing Tinggi terbagi atas :

1. Pusat Pelayanan Kota (PPK), yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional, 2. Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), yang melayani sub-wilayah kota,

3. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), yang melayani skala lingkungan wilayah kota. Pusat Pelayanan Kota dipilih dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki potensi sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan utama yang melayani seluruh Wilayah Kota Tebing Tinggi dan wilayah sekitarnya

2. Berada dalam simpul transportasi regional Sub Pusat Pelayanan Kota memiliki kriteria:

a) Memiliki potensi sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan yang melayani seluruh sub wilayah kota

b) Berada dalam simpul transportasi yang menghubungkan antar sub wilayah kota. Pusat Pelayanan Lingkungan memiliki kriteria:

a) Memiliki potensi sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan dalam skala lingkungan permukiman kota

b) Berada dalam simpul transportasi lingkungan permukiman

c) Lokasi pusat-pusat pelayanan lingkungan diarahkan berada di pusat-pusat perdagangan dan/atau pemerintahan skala kelurahan

Pusat Pelayanan Kota (PPK), Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) diwujudkan dalam berbagai jenis sarana/fasilitas perkotaan sesuai dengan skala pelayanannya masing-masing.

Berdasarkan peran masing-masing pusat-pusat pelayanan kota tersebut, maka yang memenuhi kriteria sebagai Pusat Pelayanan Kota dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :

(21)

Bab II - 21 a) Kegiatan perdagangan dan jasa skala regional

b) Kegiatan perkantoran pemerintahan dan swasta c) Kegiatan industri kreatif dan non polutan d) Kegiatan institusi pertahanan dan keamanan

e) Kegiatan pelayanan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi f) Kegiatan pelayanan kesehatan dalam skala regional

Pusat pelayanan kota direncanakan akan berada di Kecamatan Rambutan dan berpusat di Kelurahan Rantau Laban, Kelurahan Lalang dan Kelurahan Mekar Santosa.

2. Rencana Sub Pusat Pelayanan Kota

Penyebaran Sub Pusat Pelayanan Kota pada 5 (lima) lokasi dengan fungsi-fungsinya, yaitu:

1. SPPK Pasar Gambir dengan pusat di Kelurahan Pasar Gambir. SPPK ini akan memiliki fungsi berikut :

a. Kegiatan perdagangan dan jasa skala kota

b. Kegiatan pelayanan pemerintahan dan perkantoran swasta c. Kegiatan pelayanan kesehatan skala kota

d. Kegiatan pelayanan pendidikan skala kota e. Kegiatan hunian dengan intensitas tinggi.

f. Kegiatan simpul tranpsortasi kereta api antarkota

2. SPPK Bulian dengan pusat di Keluruhan Bulian akan memiliki fungsi berikut : a. Kegiatan perdagangan dan jasa dalam skala antar kecamatan,

b. Kegiatan hunian dengan intensitas sedang-tinggi, c. Kegiatan pelayanan pendidikan dasar dan menengah, d. Kegiatan pelayanan kesehatan skala antar kecamatan.

3. SPPK Tebing Tinggi dengan pusat di Kelurahan Tebing Tinggi, Kecamatan Padang Hilir dengan fungsi berikut :

a. Kegiatan perdagangan dan jasa skala kecamatan, b. Kegiatan hunian dengan intensitas rendah-sedang, c. Kegiatanpelayanan pendidikan dasar dan menengah dan d. Kegiatan pelayanan kesehatan skala kecamatan.

4. SPPK Lubuk Baru dengan pusat di Kelurahan Lubuk Baru, Kecamatan Padang Hulu dengan fungsi berikut :

(22)

Bab II - 22 a. Kegiatan perdagangan dan jasa skala kecamatan,

b. Kegiataqn hunian intensitas rendah-sedang,

c. Kegiatan pelayanan pendidikan dasar dan menengah dan d. Kegiatan pelayanan kesehatan skala kecamatan.

Rencana pembagian pelayanan pusat pelayanan kota dan sub pusat pelayanan Kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.12 : Rencana Pusat-Pusat Pelayanan dengan Jenis Kegiatan Utamanya

No Hirarki Pelayanan

Cakupan Wilayah Lokasi Pusat

Pelayann

1 Pusat Pelayanan Kota

Seluruh Wilayah Kota Tebing Tinggi dan Kecamatan sekitarnya

Kel. Rantau Laban, Kel. Lalang Kel. Mekar Santosa 2. Sub Pusat

Pelayanan Kota Pasar Gambir

Kel. Bandar Utama, Kel. Badak Bejuang, Kel. Mandailing, Kel. Bandar Sakti, Kel. Pasar Baru, Sebagian

Kel.Durian,Kel. Pasar Gambir , dan Kel. Tebing Tinggi Lama

Kel . Pasar Gambir

3. Sub Pusat Pelayanan Kota Bulian

Kel. Pinang Mancung, Kel. Teluk Karang, Kel. Berohol, Kel. Karya Jaya, Kel. Bulian. Kel. Bulian 4. Sub Pusat Pelayanan Kota Tebing Tinggi

Kel. Deblod Sundoro, Kel. Bagelan, Kel. Persiakan, Kel. Bandarsono, Kel. Tebing Tinggi, Kel. Rambung, sebagian

Kel.Durian,Kel. Pasar Gambir , dan Kel. Tebing Tinggi Lama, Kel. Damar Sari, Kelurahan Tambangan

Kel. Tebing Tinggi

5. Sub Pusat Pelayanan Kota Lubuk Baru

Kel. Padang Merbau, Kel. Pabatu, Kel. Lubuk Baru, Kel. Tualang, Kel. Lubuk Raya, Sebagian Kel. Bulian

Kel. Lubuk Baru dan Lubuk Raya

Sumber: Hasil Analisis Tim Review RTRW Kota Tebing Tinggi 2013-2033

Berikut ini merupakan Gambar Rencana Struktur Ruang Kota Tebing Tinggi Tahun 2013-2033.

(23)
(24)

Bab II - 24 B. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi

Rencana pola ruang wilayah Kota Tebing Tinggi meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pengertian kawasan lindung disini merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan pengertian kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.

Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi diwujudkan ke dalam: a. Kawasan Lindung yang meliputi:

1) Kawasan perlindungan setempat yakni sempadan sungai 2) Kawasan RTH Kota

3) Kawasan cagar budaya

4) Kawasan rawan bencana alam a. Kawasan Budidaya yang meliputi:

1) Kawasan Peruntukan Perumahan 2) Kawasan Peruntukan Jasa Perdagangan 3) Kawasan Peruntukan Jasa Perkantoran 4) Kawasan Peruntukan Industri

5) Kawasan Peruntukan Jasa Pariwisata

6) Kawasan Peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau 7) Kawasan Peruntukan ruang bagi Sektor Informal 8) Kawasan Peruntukan Ruang Evakuasi Bencana

9) Kawasan Peruntukan lainnya yang terdiri dari fasilias pelayanan umum dan kawasan khusus (pertahanan dan keamanan).

Berikut ini merupakan Gambar Rencana Pola Ruang Kota Tebing Tinggi Tahun 2013-2033.

(25)
(26)

Bab II - 26 2.2. Kemajuan Pelaksanaan SSK

Kemajuan pelaksanaan SSK Kota Tebing Tinggi diukur dengan cara me-review (kaji ulang) Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota Tebing Tinggi yang telah disusun pada tahun 2012. Status implementasi SSK untuk 3 (tiga) sub-sektor utamanya air limbah, persampahan, dan drainase sebagaimana berikut ini;

a. Air Limbah Domestik

Limbah cair rumah tangga di Kota Tebing Tinggi masih didominasi oleh sisa cucian (deterjen), cuci piring dan mandi. Limbah cair rumah tangga ini dibuang masyarakat langsung ke drainase yang mengalir langsung ke sungai. Sistem distribusi limbah cair rumah tangga masih didominasi parit lingkungan yang dihubungkan ke drainase kota dan akhirnya dibuang ke sungai. Dalam proses pembuangan limbah cair perlu diperhatikan parit lingkungan dan drainase kota sehingga air tidak mengendap dan menimbulkan bau.

Diluar sistem pengelolaan rumah tangga individual seperti septic tank rumah tangga, Kota Tebing Tinggi saat ini sudah memiliki MCK++ dan IPAL hasil Program Sanimas sebanyak 26 unit serta 2 unit IPAL Komunal, yaitu IPAL Badak Bejuang dan IPAL Mandailing. Pada sisi lain limbah rumah tangga masih ditemukan yang dibuang melalui saluran drainase yang akhirnya mengalir mencemari sungai yang ada di Kota Tebing Tinggi. Berikut ini pada Tabel 2.13 merupakan kemajuan pelaksanaan SSK Sektor Air Limbah.

Tabel 2.13. Kemajuan pelaksanaan SSK Sektor Air Limbah

SSK (periode sebelumnya) Tahun 2012-2016 SSK (saat ini)

Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini

(1) (2) (3) (4)

Menurunnya masyarakat BABS.

Stop Buang Air Besar

Sembarangan 15% penduduk melakukan BABS 0,89% penduduk BABS Meningkatnya jumlah rumah tangga pada

akses sistem yang

layak

Peningkatan persentase rumah tangga pada akses yang layak > 95%

<65% 70,05%

Menurunnya jumlah penderita diare

Jumlah penduduk yang menderita diare lebih kecil dari 10% dalam satu tahun

20% 5,95%

Catatan:

*) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya

**) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai dasar perhitungannya)

(27)

Bab II - 27 b. Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan sampah di Kota Tebing Tinggi masih menggunakan sistem kumpul, angkut, dan buang. Sampah yang terangkut ke TPA Kota Tebing Tinggi yang berlokasi di Jalan Baja rata-rata per hari hanya mampu mengangkut ± 62,03 % dari total timbulan sampah sebanyak 257,7 m³, yakni 159,85 m3/hari. Sisanya diolah langsung oleh masyarakat dengan cara dibakar dan sebagian masyarakat dengan membuang langsung ke sungai.

Berdasarkan profil persampahan domestik Kota Tebing Tinggi tahun 2009 jumlah dan jenis kendaraan pengangkutan sampah pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi yang tersedia untuk melayani seluruh daerah di Kota Tebing Tinggi adalah:

 6 unit Amroll Truck (sekarang menjadi 2 unit, karena amroll truck berfungsi juga sebagai dump truk);

 7 unit Dump Truck (sekarang menjadi 10 unit, cadangan 1 unit);

 1 unit Truk untuk Drainase;

 1 unit Truk untuk Pertamanan;

 4 unit Pick Up;

 37 unit Becak/Gerobak Sampah.

Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Kota Tebing Tinggi berada di kawasan pinggiran Kota Tebing Tinggi yang bertempat di Jalan Baja Kecamatan Padang Hilir, dengan jarak sekitar 5 km dari pusat kota. Sistem pengolahan sampah di TPA ini masih menggunakan sistem open dumping. Sistem ini tidak sesuai lagi dengan kondisi sekarang mengingat sistem ini sangat merugikan lingkungan dan membuat lingkungan tidak sehat.

Kondisi lahan TPA yang seperti ini diperlukan penanganan cepat sehingga tanah yang dicemari oleh akibat limbah padat ini tidak menimbulkan masalah baru dalam penyediaan sumber air yang berasal dari air tanah. Lambat laun dengan kondisi seperti ini akan menimbulkan kerugian yang lebih banyak bagi kesehatan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari kondisi seperti ini dapat mengakibatkan resiko penularan dan penyebaran penyakit.

Adapun kapasitas luas TPA adalah 37.500 m³ dengan luas wilayah 1,25 Ha atau 12.500 m². Volume sampah yang masuk ke TPA sebanyak 53,01 ton/hari atau 212,04 m³/hari dengan komposisi sampah yang masuk sebesar 53,01 ton/hari atau 212,04 m³/hari. Berikut ini pada Tabel 2.14 merupakan kemajuan pelaksanaan SSK Sektor Persampahan.

(28)

Bab II - 28 Tabel 2.14. Kemajuan pelaksanaan SSK Sektor Persampahan

SSK (periode sebelumnya) Tahun 2012-2016 SSK (saat ini)

Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini

(1) (2) (3) (4)

Meningkatnya

cakupan pelayanan

persampahan

Cakupan pelayanan sampah

dengan kriteria cakupan

pelayanannya besar dari 60%.

60,03% 79,12%

Catatan:

*) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya

**) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai dasar perhitungannya)

c. Drainase Perkotaan

Kota Tebing Tinggi yang dilalui banyak sungai berfungsi sebagai saluran drainase alamiah. Sungai Padang merupakan sungai utama yang melintasi Kota Tebing Tinggi sepanjang ± 2.150 m dengan lebar ± 65 m. Sungai besar lainnya adalah Sungai Bahilang, Sungai Kelembah dan Sungai Sibarau. Sedangkan sungai-sungai kecil yang berada di wilayah Kota yaitu Sungai Sigiling, Sungai Sibangauan, Sungai Mandaris, Sungai Marimah, dan Sungai Martebing. Sungai-sungai tersebut mempunyai pola aliran ke arah utara dan timur laut.

Kondisi jaringan drainase di Kota Tebing Tinggi pada umumnya dapat dikategorikan sedang. Untuk di kawasan pusat kota, sistem drainase sudah cukup memadai walaupun belum optimal. Sedangkan untuk beberapa kawasan permukiman lainnya seperti di Kelurahan Bandar Utama, Badak Bejuang dan lainnya masih belum memiliki sistem drainase yang baik. Adapun kawasan yang rawan genangan air/banjir di Kota Tebing Tinggi berada di Kelurahan Bandar Utama, Bandar Sakti, Persiakan, Bandar Sono, Mandailing, Rambung, Tambangan, Berohol, dan Rantau Laban.

Penanganan drainase harus dilakukan secara terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir. Drainase lingkungan merupakan bagian saluran terkecil (tertier) di lingkungan permukiman dan merupakan prasarana pengaliran air limbah rumah tangga serta limpasan air hujan. Drainase lingkungan merupakan saluran yang menurut kriteria rencana dengan luas daerah pengaliran < 5 ha.

Dalam sistem drainase yang baik, air yang mengalir dari saluran tertier akan terbuang dengan baik ke saluran sekunder, kemudian ke saluran primer dan selanjutnya ke kanal atau badan sungai. Indikator yang mempengaruhi baik buruknya saluran drainase dapat dilihat dari aspek teknis, diantaranya: kecepatan pengaliran air ke saluran pembuang berikutnya,

(29)

Bab II - 29 perencanaan dimensi saluran yang sesuai dengan memperhitungkan tingkat pertumbahan penduduk di lingkungan tersebut dan tingkat curah hujan (limpasan air hujan) serta tingkat pertumbuhan hunian (kawasan terbangun). Berikut ini pada Tabel 2.15 merupakan kemajuan pelaksanaan SSK Sektor Drainase Perkotaan.

Tabel 2.15. Kemajuan Pelaksanaan SSK Sektor Drainase Perkotaan

SSK (periode sebelumnya) Tahun 2012-2016 SSK (saat ini)

Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini

(1) (2) (3) (4)

Menurunnya luas daerah genangan

Luas genangan air dan atau banjir dalam satu tahun akibat sistem saluran tidak berfungsi meliputi kecil dari 40% wilayah.

<40% 10,68 % atau

sekitar 415 Ha

Catatan:

*) Berdasarkan Buku Putih periode sebelumnya

**) Perbedaan dari target yang telah ditetapkan (menggunakan data dasar sebagai dasar perhitungannya)

(30)

Bab II - 30 2.3. Profil Sanitasi Saat Ini

Berikut ini akan dijelaskan Profil Sanitasi Saat ini yang diperoleh dari Data Sekunder Instrumen Sanitasi Kota Tebing Tinggi yang terdiri atas sistem air limbah domestik, persampahan, dan drainase perkotaan.

a. Air Limbah Domestik (1) Sistem dan Infrastruktur

Berikut ini pada Tabel 2.16 merupakan Diagram Sistem Sanitasi (DSS) yang memuat informasi mengenai infrastruktur pengelolaan air limbah (IPAL terpusat/kawasan, IPAL Komunal, MCK++, Sanimas dll) yang ada di Kota Tebing Tinggi.

Tabel 2.16: Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik Input User Interface Penampungan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang Black Water (Tinja/Urin) WC Sentor

Tangki Septik Pipa - Sungai

- Pipa Sewerage IPAL Komunal Sungai

- Drainase

Lingkungan/Parit/Got

- Sungai

Tangki Septik Bidang Resap - Tanah

MCK/WC Umum

Tangki Septik Bidang Resap - Tanah

Tangki Septik Pipa - Sungai

WC Helikopter Cubluk - - Sungai

- - - - Sungai - - - - Kebun/kolam - - Drainase Lingkungan/Parit/Got - Sungai - - - - Lubang/Galian Grey Water (Air dari dapur, air untuk mandi, dan air cucian pakaian Tempat Cuci Piring/Wastafel - - - Sungai - - - halaman/jalan

Tangki Septik Bidang Resap - Tanah

Tangki Septik Pipa Sewerage IPAL Komunal Sungai

- Drainase - Sungai Pembuangan Air Kamar Mandi - - - Sungai - - - halaman/jalan

Tangki Septik Bidang Resap - Tanah

Tangki Septik Pipa Sewerage IPAL Komunal Sungai

- Drainase - Sungai

Pembuangan Air Cucian

- - - Sungai

- - - halaman/jalan

Tangki Septik Bidang Resap - Tanah

Tangki Septik Pipa Sewerage IPAL Komunal Sungai

(31)

Bab II - 31

Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik

Input User Interface Penampungan Awal Pengaliran Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang

Kemudian berdasarkan data Profil Sanitasi Kota Tebing Tinggi Saat ini menunjukkan bahwa masih terdapat sebesar 0,89% penduduk melakukan BABS, dengan persentase terbesar di Kecamatan Padang Hulu (0,47%) dan terendah di Kecamatan Bajenis (0,01%). Kemudian rumah tangga yang menggunakan cubluk atau jamban yang tidak aman di Tebing Tinggi adalah sebesar 25,38%, dengan persentase terbesar di Kecamatan Rambutan (11,82%) dan terendah Kecamatan Padang Hilir (0,43%). Sedangkan rumah tangga yang menggunakan jamban keluarga dengan tangki septik aman sebesar 64,88% dengan persentase terbesar di Kecamatan Padang Hilir (19,00%) dan persentase terendah di Kecamatan Rambutan (8,76%). Gambaran lebih jelas dan lengkap tentang cakupan layanan air limbah domestik di Kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada Tabel 2.17 berikut ini.

Tangki Septik

(individual / komunal)

Drainase lingkungan

Pipa kolektor, pipa sewer

Sungai

IPAL

Bidang

Resapan Air Tanah

Effluent

Effluent

Pembuangan Air Cucian

(32)

Bab II - 32 Tabel 2.17: Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini

No

Nama Kecamatan

Sanitasi tidak

layak Sanitasi Layak

BABS*

Sistem On-site Sistem Off-site

Sistem Berbasis Komunal

Skala Kawasan / terpusat (KK) Cubluk**, jamban tidak aman** (KK) Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik aman (KK) MCK /Jamban Bersama (KK) MCK Komu-nal**** (KK) Tangki Septik Komu-nal > 10 KK (KK) IPAL Komu-nal (KK) Sambungan Rumah yg berfungsi (KK)

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)

1 Padang Hulu 171 630 5.109 676 44 0 57 0 2 Tebing Tinggi Kota 76 471 4.515 911 23 0 103 0 3 Rambutan 30 4.289 3.179 147 27 0 86 0 4 Bajenis 5 3.667 3.851 604 0 0 71 0 5 Padang Hilir 40 155 6.897 340 12 33 78 0

Kota Tebing Tinggi 322 9.212 23.550 2.678 106 33 395 0

Sumber: Profil Sanitasi Kota Tebing Tinggi

* Yang termasuk BABS: BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb.

** Tidak Aman: tangki septik tidak sesuai kriteria SNI atau tidak mempunyai tangki septik sama sekali ***Cubluk dikategorikan tidak aman bila dibangun di area dengan kepadatan > 50 orang/Ha dan jarak terhadap sumber air bersih yg bukan perpipaan < 10 m.

****MCK Komunal: cakupan layanan 10 – 200 KK baik dengan tangki septik, bio-filter dan dapat dilengkapi dengan bio-digester. Termasuk didalamnya toilet bergerak (mobile toilet).

Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik di Kota Tebing Tinggi menunjukkan terdapat sebanyak 12 MCK++ dan 16 IPAL Komunal. Diantara 12 MCK++ ini terdapat 2 (dua) yang tidak berfungsi yaitu MCK++ di Kelurahan Tebing Tinggi Kecamatan Padang Hilir dan di Kelurahan Tanjung Marulak Hilir Kecamatan Rambutan. Kemudian diantara 16 IPAL Komunal terdapat 2 (dua) IPAL Komunal yang tidak berfungsi yaitu IPAL Komunal Kelurahan Satria Kecamatan Padang Hilir dan IPAL Komunal Kelurahan Bandar Sakti Kecamatan Bajenis. Sedangkan truk tinja belum ada di Kota Tebing Tinggi, begitu juga IPLT. Namun untuk tahun 2015 ini telah dilakukan penyusunan DED IPLT di Kelurahan Tambangan Kecamatan Padang Hilir dan direncanakan pada tahun 2016 akan dilakukan pembangunan fisik dengan kapasitas 15 M3/hari dengan sumber pendanaan APBN. Kemudian

(33)

Bab II - 33 IPAL Kawasan yaitu IPAL Badak Bejuang dengan kapasitas 400 Sambungan Rumah (SR) dan IPAL Mandailing dengan kapasitas 200 SR belum berfungsi. Gambaran lebih jelas dan lengkap tentang kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik di Kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada Tabel 2.18 berikut ini.

Tabel 2.18: Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik

No Jenis Satuan Jumlah/

Kapasitas

Kondisi

Keterangan

Berfungsi Tdk

berfungsi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

SPAL Setempat (Sistem On-site)

1 Berbasis komunal

- MCK Komunal unit 12 10 2

2. Truk Tinja unit 0 - -

3 IPLT : kapasitas M3/hari 0 - -

SPAL Terpusat (Sistem Off-site)

1 Berbasis komunal

- Tangki septik komunal >10 KK

unit 0 - -

- IPAL Komunal unit 16 14 2

2 IPAL Kawasan/Terpusat unit 2 0 2 Belum

difungsikan - Kapasitas

1. IPAL Badak Bejuang 2. IPAL Mandailing M3/hari 200 100 0 0 1 1 - Sistem Decentrali-zed Waste Water Treatment System/ DEWATS (anaerob) IPLT: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah

Selanjutnya berikut ini ditampilkan Peta Cakupan Akses Dan Sistem Layanan Air Limbah Domestik Per Kecamatan di Kota Tebing Tinggi yang terdiri atas Sistem A (BABS), Sistem B (Sistem Setempat/On-Site), Sistem C (Sistem Terpusat/ Off-Site), dan Sistem D (Sistem Komunal).

(34)

Bab II - 34 Gambar : Peta Cakupan Akses Dan Sistem Layanan Air Limbah

(2) Kelembagaan dan Peraturan

Kelembagaan yang menjadi operator pengelolaan air limbah di Kota Tebing Tinggi adalah UPTD Pengelola Air Limbah Domestik yang berada di Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi setingkat dengan eseloning 4A. Sedangkan regulator terkait air limbah domestik adalah Pemerintah Kota Tebing Tinggi cq Dinas Pekerjaan Umum. UPTD ini telah terbentuk akhir tahun 2014, namun hingga saat ini pengisian kepala UPTD dan staffing belum dilaksanakan.

Pengelolaan air limbah rumah tangga di Kota Tebing Tinggi didasarkan pada Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Air Limbah

(35)

Bab II - 35 Rumah Tangga Kota Tebing Tinggi. Sedangkan dasar pembentukan UPTD Pengelola Air Limbah Domestik di Kota Tebing Tinggi adalah Peraturan Walikota Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Unit Pelaksana Teknis Dinas Pada Dinas-Dinas Daerah Kota Tebing Tinggi.

b. Persampahan

(1) Sistem dan Infrastruktur

Berikut ini pada Tabel 2.19 merupakan Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan yang memuat informasi terkait sistem persampahan saat ini serta cakupan pelayanannya di Kota Tebing Tinggi.

Tabel 2.19 Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Domestik

Input User Interface Pengumpulan Setempat Penampungan Setempat /Penampungan Awal Pengangkutan Pengolahan Antara/Akhir Pembuangan/ Pemrosesan Akhir/Daur Ulang Sampah Organik Sampah An -Organik Kompos Skala Rumah Tangga Daur Ulang Skala Rumah Tangga Taman & Fasum Jalan Tempat Sampah Gerobak Motor Gerobak Beca Gerobak Dorong Container

TPA

Bak TPS Dump Truck

Daur Ulang Produksi Kompos

(36)

Bab II - 36 Berdasarkan data pada Tabel 2.20 Timbunan Sampah per Kecamatan di Kota Tebing Tinggi tahun 2015 bahwa volume timbulan sampah adalah 417,04 M3/hari. Volume timbulan sampah terbesar adalah di Kecamatan Bajenis yaitu sebesar 22,81% dan volume terendah adalah Kecamatan Tebing Tinggi Kota yaitu sebesar 16,34%.

Tabel 2.20: Volume Timbunan Sampah per Kecamatan

No

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk 2015 Volume Timbulan Sampah

Wila- yah perde -saan Wilayah perko- taan Total Wilayah perde-saan Wilayah Perko- taan Total

orang orang orang (%) (M3/hari) (%) (M3/hari) (%) (M3/hari)

1 Padang Hulu - 27.967 27.967 - - 18,44% 76,91 18,44% 76,91 2 Tebing Tinggi Kota - 24.774 24.774 - - 16,34% 68,13 16,34% 68,13 3 Rambutan - 32.932 32.932 - - 21,72% 90,56 21,72% 90,56 4 Bajenis - 34.594 34.594 - - 22,81% 95,13 22,81% 95,13 5 Padang Hilir - 31.384 31.384 - - 20,69% 86,31 20,69% 86,31

Kota Tebing Tinggi - 151.651 151.651 - - 100% 417,04 100% 417,04

Keterangan:

Satuan timbulan sampah Kota Tebing Tinggi yang digunakan = 2,75 liter/orang/hari

Berdasarkan data pada Tabel 2.21 Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan di Kota Tebing Tinggi bahwa volume sampah yang terangkut ke TPA adalah sebanyak 328,86 M3/hari atau sekitar 78,86% total timbulan sampah yang dihasilkan. Sedangkan pengolahan sampah 3R di Kota Tebing Tinggi hanya ada pada 4 lokasi, yaitu Kelurahan Lubuk Baru (Kecamatan Padang Hulu), Kelurahan Bandar Sakti dan Kelurahan Teluk Karang (Kecamatan Bajenis), dan Kelurahan Damar Sari (Kecamatan Padang Hilir). Sampah yang diolah dengan sistem 3R masih sangat sedikit sekitar 0,90% dari total timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat.

Tabel 2.21: Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan

Nama Kecamatan 3R Volume sampah yg terangkut ke TPA Total Wilayah perdesaan Wilayah

perkotaan Total Wilayah Perkotaan

(%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3)

Padang Hulu - - 0,64% 0,49 0,64% 0,49 77,14% 59,33 77,14% 59,33

Tebing Tinggi Kota - - - 80,00% 54,50 80,00% 54,50

Rambutan - - - 78,57% 71,16 78,57% 71,16

Bajenis - - 2,25% 2,14 2,25% 2,14 78,57% 74,75 78,57% 74,75

Padang Hilir - - 1,29% 1,11 1,29% 1,11 80,00% 69,04 80,00% 69,04

(37)

Bab II - 37 Tabel 2.22: Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan

No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah/ luas total terpakai Kapasitas / daya

tampung* Ritasi /hari

Kondisi Keterangan** M3 Baik Rusak ringan Rusak Berat

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viiii) (ix) (x)

1 Pengumpulan Setempat

- Gerobak unit 40

- Becak/Becak Motor unit 3

- Kendaraan Pick Up unit 6 2 Tempat Penampungan Sementara (TPS) - Bak sampah (beton/kayu/fiber) unit - Container unit

- Transfer Stasiun unit

- SPA (Stasiun Peralihan Antara)

unit 3. Pengangkutan

- Dump Truck unit 8

- Arm Roll Truck unit 7

- Compactor Truck unit 4 Pengolahan Sampah - Sistem 3R unit 4 - Incinerator unit - 5 TPA/TPA Regional Konstruksi:lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka Operasional:lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka

- Luas total TPA yg terpakai

Ha 1,2

- Luas sel Landfill Ha -

- Daya tampung TPA (M3/hari) 6 Alat Berat

- Bulldozer unit 3

- Whell/truck loader unit

- Excavator / backhoe unit

- Truk tanah unit

7 IPL: Sistem kolam/aerasi/….. Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD):

- Efluen di Inlet

- Efluen di Outlet

IPL: Instalasi Pengolahan Lindi *daya tampung TPA : m3/tahun

(38)

Bab II - 38 Selanjutnya berikut ini ditampilkan Peta Cakupan Akses Dan Sistem Layanan Persampahan Per Kecamatan di Kota Tebing Tinggi yang terdiri atas volume timbunan sampah, cakupan layanan 3R, dan cakupan layanan TPA.

(39)

Bab II - 39 (2) Kelembagaan dan Peraturan

Kelembagaan yang menjadi operator pengelolaan persampahan di Kota Tebing Tinggi adalah Dinas Kebersihan dan Pertaman (DKP) sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kota Tebing Tinggi. Kemudian untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan memiliki Struktur Organisasi yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 33 Tahun 2009 tentang Tugas, Fungsi, Tata Kerja dan Rincian Tugas Jabatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi serta Keputusan Walikota Tebing Tinggi Nomor 973/088 Tahun 2010 tentang Pemungutan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

Kedudukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai unsur dinas yang bertanggung jawab langsung kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kebersihan dan pertamanan dipimpin oleh Kepala Dinas dengan tugas-tugas pokok yang meliputi :

a. Tugas Pokok

Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang kebersihan, pertamanan dan pemakaman berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

b. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas, Dinas melaksanakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis dibidang kebersihan, pertamanan dan pemakaman. 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kebersihan,

pertamanan dan pemakaman.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebersihan, pertamanan dan pemakaman. 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan

(40)

Bab II - 40 c. Drainase Perkotaan

(1) Lokasi Genangan dan Perkiraan Luas Genangan

Berdasarkan Dokumen Masterplan Drainase Kota Tebing Tinggi terdapat 9 (sembilan) lokasi/kelurahan genangan, dengan luas total genangan adalah 167,25 hektar. Lokasi genangan terluas terdapat di Kelurahan Bandar Sakti Kecamatan Bajenis dengan luas genangan adalah 31,52 hektar dan Kelurahan Tambangan Hulu Kecamatan Padang Hilir dengan luas genangan 30,78 hektar. Penyebab genangan di Kota Tebing Tinggi adalah luapan air sungai, minimnya usaha pemeliharaan saluran drainase sehingga kurang terawat, seperti tebalnya endapan dan tumpukan sampah, dan drainase yang tidak mempunyai saluran pembuangan atau saluran yang tidak tersambung.

Tabel 2.23: Lokasi Genangan dan Perkiraan Luas Genangan

No Lokasi Genangan

Wilayah Genangan Infrastruktur*

Luas

Keting-gian Lama Frekuensi Penyebab*** Jenis

Ketera-ngan** (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun)

1 Kelurahan Berohol 16,39 Luapan air sungai

2 Kelurahan Bandar

Sakti 31,52

Luapan air sungai

3 Kelurahan Bandar

Utama 19,76

Luapan air sungai

4 Kelurahan Sri

Padang 20,25

Luapan air sungai

5 Kelurahan Badak

Bejuang 3,90

Kemiringan saluran yang berlawanan arah 6 Kelurahan Pasar

Baru

13,09 Luapan air sungai dan

saluran drainase yang kurang baik

7 Kelurahan Mandailing

15,70 Luapan air sungai dan

saluran drainase yang kurang baik

8 Kelurahan Bandarsono

15,86 Luapan air sungai dan

saluran drainase yang kurang baik

9 Kelurahan Tambangan Hulu

30,78 Tidak ada saluran

pembuangan dan saluran yang tidak tersambung

*) Infrastruktur dapat terdiri dari saluran drainase (primer dan sekunder) ataupun bangunan pelengkap. Infrastruktur yang terdapat di dalam kawasan genangan.

**) Dapat berupa informasi terkait panjang saluran, kapasitas pompa, luas kolam retensi dll yang terdapat di dalam kawasan genangan

***) Merupakan indikasi penyebab dari timbulnya genangan. Indikasi penyebab dapat berasal dari dalam kawasan atau dapat berasal dari luar kawasan namun masih dalam satu sistem drainase.

(41)

Bab II - 41 (2) Sistem dan Infrastruktur

Berikut ini merupakan informasi terkait jenis dan jumlah infrastruktur drainase yang ada di Kota Tebing Tinggi seperti disajikan pada Tabel 2.24.

Tabel 2.24: Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase Perkotaan

No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Bentuk Penam-pang Saluran*

Dimensi Kondisi Frekuensi

Pemeli-haraan (kali/tahun) B** H*** Ber-fungsi Tdk berfungsi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

Saluran 1 - S. Primer A m - Saluran Sekunder A1 m - Saluran Sekunder A2 m Bangunan Pelengkap

- Rumah Pompa unit

- Pintu Air unit

- Kolam retensi unit

- Trash rack/ saringan sampah unit 2 - S. Primer B m - Saluran Sekunder B1 m . Bangunan Pelengkap

- Rumah Pompa unit

- Pintu Air unit

- Kolam retensi unit

- Trash rack/ saringan sampah

unit

Keterangan:

*Bentuk penampang saluran: segi empat atau trapesium **B: lebar dasar saluran

***H: tinggi saluran

(3) Peta Lokasi Genangan

Berikut ini merupakan peta lokasi genangan yang memuat nama lokasi genangan, data lokasi, dan luas genangan di Kota Tebing Tinggi seperti disajikan pada Gambar berikut.

(42)
(43)

Bab II - 43 (4) Kelembagaan dan Peraturan

Pengelolaan drainase lingkungan di Kota Tebing Tinggi saat ini dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Dari aspek teknisnya, Dinas Pekerjaan Umum memiliki tupoksi dalam pembangunan dan pemeliharaan saluran, sedangkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan memiliki tupoksi pada kegiatan pembersihan endapan/sedimen saluran. Untuk pelaksanaan tugas di bidang drainase ini berada di bawah Bidang Pengairan dengan Seksi Air Limbah dan Drainase.

Acuan dalam penanganan sektor drainase ini adalah Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kota Tebing Tinggi, Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kota Tebing Tinggi, Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 34 Tahun 2009 tentang Tugas, Fungsi, Tata Kerja Dan Rincian Tugas Dan Jabatan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi, dan Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 33 Tahun 2009 tentang Tugas, Fungsi, Tata Kerja dan Rincian Tugas Jabatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi.

(44)

Bab II - 44 2.4. Area Berisiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi

a. Berisiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik

Berdasarkan hasil pengolahan data Instrumen Profil Sanitasi Kota Tebing Tinggi dan kemudian dilakukan diskusi penyesuaian bersama Pokja Sanitasi Kota Tebing Tinggi menunjukkan bahwa kategori kelurahan di Kota Tebing Tinggi berdasarkan besaran dampak risiko air limbah secara umum adalah sebagaimana berikut ini;

Kelurahan kategori berisiko sangat tinggi (warna merah).

Kelurahan yang termasuk kategori ini adalah Kelurahan Bandar Utama (Kecamatan Tebing Tinggi Kota) dan Kelurahan Karya Jaya (Kecamatan Rambutan).

Kelurahan kategori berisiko tinggi (warna kuning).

Kelurahan yang termasuk kategori ini adalah Kelurahan Lubuk Baru, Kelurahan Padang Merbau, dan Kelurahan Tualang (Kecamatan Padang Hulu); Kelurahan Pasar Gambir, Kelurahan Mandailing, Kelurahan Pasar Baru, dan Kelurahan Badak Bejuang (Kecamatan Tebing Tinggi Kota); Kelurahan Sri Padang dan Kelurahan Tanjung Marulak Hilir (Kecamatan Rambutan); dan Kelurahan Bulian, Kelurahan Bandar Sakti, Kelurahan Teluk Karang, Kelurahan Pinang Mancung, dan Kelurahan Berohol (Kecamatan Bajenis)

Kelurahan kategori berisiko rendah (warna hijau).

Kelurahan yang termasuk kategori ini adalah Kelurahan Pabatu dan Kelurahan Persiakan (Kecamatan Padang Hulu); Kelurahan Rambung dan Kelurahan Tebing Tinggi Lama (Kecamatan Tebing Tinggi Kota); Kelurahan Rantau Laban, Kelurahan Lalang, Kelurahan Tanjung Marulak Hilir, dan Kelurahan Mekar Sentosa (Kecamatan Rambutan); Kelurahan Bulian (Kecamatan Bajenis); dan Kelurahan Satria dan Kelurahan Damar Sari (Kecamatan Padang Hilir).

Kelurahan kategori berisiko sangat rendah (warna biru).

Kelurahan yang termasuk kategori ini adalah Kelurahan Bandar Sono (Kecamatan Padang Hulu); Kelurahan Pelita (Kecamatan Bajenis); dan Kelurahan Bagelen, Kelurahan Tebing Tinggi, Kelurahan Tambangan, Kelurahan Deblod Sundoro, dan Kelurahan Tambangan Hulu (Kecamatan Padang Hilir).

(45)

Bab II - 45 Kelurahan – kelurahan yang masuk dalam kategori area berisiko sangat tinggi dan berisiko tinggi ini umumnya kelurahan dengan tingkat kepadatan dan tingkat kemiskinan yang tinggi relatif terhadap kelurahan lainnya di Tebing Tinggi serta dilalui Sungai Padang dan Sungai Bahilang. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dan kemiskinan memberikan sumbangan kepada rentannya kelurahan tersebut masuk dalam area berisiko sangat tinggi dan berisiko tinggi.

Tabel berikut ini akan menampilkan Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik di Kota Tebing Tinggi.

Tabel 2.25: Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik

No Area Berisiko*) Wilayah Prioritas Kecamatan

Air Limbah

1. Risiko 4

(Berisiko Sangat Tinggi)

1. Kelurahan Bandar Utama Kecamatan T. Tinggi Kota

2. Kelurahan Karya Jaya Kecamatan Rambutan

2. Risiko 3

(Berisiko Tinggi)

1. Kelurahan Lubuk Baru

Kecamatan Padang Hulu 2. Kelurahan Padang Merbau

3. Kelurahan Tualang 4. Kelurahan Pasar Gambir

Kecamatan T. Tinggi Kota 5. Kelurahan Mandailing

6. Kelurahan Pasar Baru 7. Kelurahan Badak Bejuang 8. Kelurahan Sri Padang

Kecamatan Rambutan 9. Kelurahan Tj. Marulak Hilir

10.Kelurahan Bulian

Kecamatan Bajenis 11.Kelurahan Bandar Sakti

12.Kelurahan Teluk Karang 13.Kelurahan Pinang Mancung 14.Kelurahan Berohol

(46)

Bab II - 46 Selanjutnya berikut ini merupakan informasi kategori area berisiko air limbah yang ditampilkan dalam bentuk Peta.

Referensi

Dokumen terkait

Dari tiga jenis ruang penyimpanan di Museum Nasional, akan diambil beberapa satu ruangan untuk setiap jenis, yaitu ruang penyimpanan koleksi emas yang ruang

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul, dengan cara membagikan Kuisioner pada 9 Bidan, Dari 9 Bidan terdapat 4

Pada tanggal 2 s/d 7 Pebruari 2010 Komisi I Bidang Pemerintahan dan Hukum DPRD Provinsi Sumatera Barat melaksanakan Kunjungan Kerja Study Komperatif ke Provinsi Bali dan DKI

Keuntungan yang dapat diperoleh dari kontrak berbasis kinerja diantaranya pengalihan risiko yang besar kepada kontraktor, efi siensi biaya, mendorong inovasi dan kerja

Kuta Raja Kota Banda Aceh Lampaseh Kota Kuta Raja.. 20 020/SK/PPK/2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk cyberbullying tertinggi yang dilakukan oleh remaja perempuan adalah outing and trickery yaitu tindakan menyebarkan

Keputusan Bupati Bandung Nomor 954/Kep.11-DPPK/2016 tentang Penunjukan tentang Penunjukan Pejabat yang Berwenang Menandatangani SPM Pengembalian Pendapatan Daerah pada DPPK