• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pelayanan Komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rs Sifat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Pelayanan Komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rs Sifat"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RS ...

(2)

DAFTAR ISI

Surat Keputusan Direktur Tentang PPI ……… 3

BAB 1 PENDAHULUAN ………... 6

A. Latar Belakang ……….. 6

B. Tujuan……….. 8

C. Ruang Lingkup ………. 8

D. Batasan Operasional ……….. 9

E. Jenis Penyakit Menular ………. 12

1. AIDS ………. 12 2. SARS ……… 14 3. TBC ……….. 17 4. MRSA ……….. 19 F. Kegiatan PPIRS ………. 22 1. Surveilens ……… 22 2. Kebersihan Tangan ………... 41 3. APD ……… 45 4. CSSD ………. 52 5. Dekontaminasi ………. 61

6. Kwaspadaan standart dan berdasarkan transmisi……. 61

7. Management RISK PPI ……….. 63

8. Kohorting ……….. 66

9. Pengelolaan Kebersihan lingk ……….. 71

10. Pengelolaan linen ………. 75

11. Antibiogram ………. 79

12. Upaya kesehatan karyawan ………. 79

13. Pemeriksaan swab dan kultur ……….. 70

BAB II STANDART KETENAGAAN ……… 92

A. Kualifikasi Ketenagaan ………... 92

B. Uraian Tugas ………. 93

C. Distribusi Ketenagaan ………. 98

BAB III STANDART FASILITAS ………. 99

A. Fasilitas bagi Petugas ………. 99

B. Fasilitas bagi Pelayanan ……… 107

(3)

BAB V LOGISTIK ……….. 109

BAB VI KESELAMATAN KERJA ……… 112

BAB VII KESELAMATAN PASIEN ………. 113

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ……… 115

BAB IX PENUTUP ……… 122 Lampiran – lampiran

Lamp 1.Gambar penanganan tumpahan darah Lamp 2. Tabel desinfeksi

Lamp 3. Tabel cara membuat larutan clorin Lamp 4. Tabel ASA score

Lamp 5. Tabel Daftar tilik penyakit menular Lamp 6. Tabel daftar tilik penggunaan APD

(4)

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS ...

NOMOR: ... Tentang

PEDOMAN PELAYANAN

PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RS ...

DIREKTUR RS ...

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit ... maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi dari setiap gugus tugas/ unit pelayanan yang ada; b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan

salah satu gugus tugas/ unit pelayanan di RS ... yang harus mendukung pelayanan rumah sakit secara keseluruhan maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi yang bermutu tinggi.

c. bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Surat Keputusan Direktur tentang Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS ...sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan.

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit....

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Keputusan Pengurus Yakkum Nomor

2071-Ps/STRUKTUR-RSPR/VII/2013 tentang Penetapan Struktur Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Grobogan.

3. SK Pengurus Yakkum Nomor:

0914-Ps/ANGKAT.DIR.RSPR/XII/2008 tentang Pengangkatan dr Sunarima, Mkes sebagai Direktur RS Panti Rahayu Yakkum di Purwodadi Periode 2009-2013.

(5)

4. SK Direktur RS Panti Rahayu No. 4600/PR-Kep.Dir/VIII/2013 Tentang Kebijakan Pelayanan RS Panti Rahayu Yakkum Pirwodadi.

M E M U T U S K A N : Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RS ... Tentang PEDOMAN

PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

INFEKSI.RS ...

Kedua : Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS ... sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh Direktur RS ...

Keempat : Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi.

Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di ...tanggal ... RS ... Dr. ... Direktur, BAB I PENDAHULUAN

(6)

1. Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial.

Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit.

Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.

Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat maupun berobat jalan serta para pengunjung rumah sakit Panti Rahayu Purwodadi.

Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi

bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.

2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.

(7)

3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana

4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap resiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.

5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan, misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.

B. Tujuan .

1. Tujuan umum .

Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit Panti Rahayu melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen /unit dengan meliputi kualitas pelayanan,management resiko,clinical governace,serta kesehatan dan keselamatan kerja . 2. Tujuan Khusus

 Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab secara jelas.

 Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lain secara efektif dan efisien.

 Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.

 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS Panti Rahayu Purwodadi.

C. Ruang lingkup

Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :  Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi

 Pelayanan surveilens PPI

 Hand Higiene sebagai bariier protection.  Penggunaan APD

 Pelayanan CSSD  Pelayanan Linen

 Pelayanan Kesehatan karyawan

 Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien

 Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS.

 Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan  Pelayanan management resiko PPI

 Antibiogram dan pola kuman RS Panti Rahayu  Penggunaan bahan single use yang di re-use D. Batasan operasional.

(8)

Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb : I. Konsep dasar penyakit

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari( Community acquaired infection)atau berasal dari( Hospital Acquired infektion). Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured infeksi) diganti (HAIs) yaitu healthcare –assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat melakukan tindakan medis atau perawatan . Batasan

a. Kolonisasi :

merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,dimana organisme tersebut hidup,tumbuh dan berkembang biak,namun tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinis.Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan suspectibel pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain (sebagai carrier).

b. Infeksi

Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme dimana terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.

c. Penyakit infeksi

Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik. d. Penyakit menular

Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain secara langsung maupun tidak langsung.

e. Inflamasi

Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor,kalor,rubor ,tumor dan fungsiolesa.

f. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).

Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon tubuh (imflamasi) yang bersefat sitemik.kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai usia,(3) takipneu

(9)

sesuai usia,(4) leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang ) lebih dari 10 %.SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis,atau gangguan metabolik.SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.

Rantai penularan .

Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai penularan,apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.

a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia ,dapat berupa bakteri,virus,riketsia,jamur, dan parasit.ada 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat.

b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup,tumbuh,berkembang biak dan siap ditularkan pada orang

lain,reservoir yang paling umum adalah

manusia,binatang,tumbuhan,tanah,air dan bahan bahan organik.pada manusia sehat permukaan kulit,selaput lendir saluran napas,pencernaan dan vagina meripakan reservoir yang umum.

c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir ,pintu keluar meliputi saluran napas,pencernaan,saluran kemih dan kelamin,kulit,membran mukosa,trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.

d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1) kontak; langsung dan tidak langsung,(2) droplet ,(3) airborne ,(4) Vehicle ;makan,minuman,darah,(5) vektor biasanya bnatang pengerat dan serangga.

e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang supectibel) dapat melalui saluran pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka.

f. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi

,faktor yang mempengaruhi umur,usia,status

gisi,ekonomi,pekerjaan,gaya hidup,terpasang barrier (kateter,implantasi ),dilakukan tindakan operasi.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi. a. Peningkatan daya tahan pejamu.

(10)

Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi kesehatan nutrisi yang adekuat.

b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.

Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang.kalau kimia dengan pemberian clorin pada air dan desinfeksi . c. Memutus rantai penularan.

Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan isolasi dan kewaspadaan transmisi

d. Tindakan pencegahan paska pajanan.

Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis B,C dan HIV.

II. Penyakit Menular. I. AIDS Pengertian

Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena terinfeksi HIV( human Imunodefisiency Virus).

Penyebab

Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2)

KLASIFIKASI INFEKSI AIDS 1. Infeksi Akut.

a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.

b. pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu setelah kontak.

c. patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas terhadap masuknya HIV.Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi terhadap virus HIV masih ( - ) tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+) sangat infeksius.

2. INFEKSI KRONIK ASIMTOMATIK a. Lamanya dapat bertahun tahun .

(11)

3. PGL( PERSISTREN GENERALIZED LYMPHADENOPATHY) a. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris.sering terjadi pembesaran limpa di leher posterior dan anterior.Kelompok ini berkembang menjadi AIDS kira2 10-30 % dalam jangka waktu 24- 60 bulan.

a. CARA PENULARAN HIV. 1. Penularan melalui hubungan seksual 2. Penularan melalui darah.

3. Penularan secara perinatal.

Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu;  Cairan vagina.  ASI.  Air mata.  Air liur.  Air seni.  Air ketuban.

 Dan cairan cerebrospinal.. b. Gejala dan tanda

Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala – gejala spt :

 Diare yang berkelanjutan .

 Penuunan berat badan secara drastic.

 Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak.  Batuk terus menerus.

2. Flu burung.

Dibagi menjadi 4 sbb :

a) Seseorang dalam penyelidikan b) Kasus suspek.

(12)

c) Kasus probabel d) Kasus konfirmasi

1. Seseorang dalam penyelidikan

Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukanpenyelidikan epidemiologi kemungkinan terinfeksi H5N1,mis orang sehat namun kontak erat dengan kasus atau penduduk sehat namun tinggal didaerah flu burung ,adapun gejala yang ditimbulkan :

 Batuk

 Sakit tenggorokan  Pilek

 Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :

1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti merawat,berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak  1 meter. 2. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak

erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti memasak,menyembelih atau membersihkan bulu ).

3. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti membersihkan kotoran ,bahan atau produk lain.

4. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna.

5. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) memegang atau menangani sampel hewan atau manusia yang dicurigai mengandung H5N1.

6. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) atau binatang selain unggas yang terinfeksi (babi atau kucing.)

(13)

8. Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa subtipe.

9. Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial foto.

 Infeksi selaput mata

 Diare atau gangguan pencernaan.  Fatigue

Kasus probabel flu burung. Dengan kriteria. :

1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA. 2. Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik

H5dalam spesimen serum tunggal )menggunakan uji netralisasi(dikirim kelab rujukan

Kasus Flu burung terkonfirmasi. Dengan kriteria :

1. Isolasi virus H5N1 positif 2. Hasil PCR H5N1 positif.

3. Peningkatan  4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen.

4. Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil  7 hari setelah awitan gejala penyakit) dan titer antibodi metralisasi konvalesen harus pula  1/80 .

5. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1  1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke  stelah awitan disertai hasil positif uji serologi lain,mis titer HI sel darah merah kuda  1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

(14)

1. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung terinfeksi.

2. Menghindari peternakan unggas. 3. Hati hati ketika menangani unggas.

4. Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C selama 1 menit)

5. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :  Setelah memgang unggas.

 Setelah memegang daging unggas.  Setelah memasak.

 Sebelum memasak Pengobatan.

Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga mengurangi gejala dan komplikasi yang terinfeksi.

Macam obat : 1. Amantadine. 2. Rimatadine 3. Oseltamivir(tamiflu) 4. Zanavir(relenza) 3. TUBERKULOSIS (TBC) Penyebab

TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni micobactpi derium tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa jenis micobakterium lainjuga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).Hampir semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti kulit,otak,ginjal,tulang dan paling sering paru.

(15)

Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India dan Cina,diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara laten.Di indonesia diperkirakan terdapat 583 000 kasus baru dengan 140 000 kematian setiap tahun.

Faktor resiko TB ; HIV,DM,Gisi kurang,kebiasaan merokok. Cara penularan.

Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak. Masa Inkubasi

Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2 -10 minggu .Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan kedua.Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup.Pada pasien dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.

Masa penularan

Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan adekuat selama min 2 minggu,sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan persisten AFB positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.

Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan,virulensi kuman,terjadinya aerosolisasi waktu batuk/bersin,dan tindakan medis beresiko tinggi seperti intubasi dan bronkoskopi

Gejala klinis :

 Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.  Batuk berdahak

 sesak napas  nyeri dada

(16)

 Sering demam

 nafsu makan menurun.  penurunan berat badan .  BTA (+)

Pengobatan :

 Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT) dengan metoda DOTS (directly observed treatment shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum obat.

Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat setiap hari selama 2 bulan berturut terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol diikuti inh dan rif 3 kali seminggu selama 4 bulan.

Pencegahan.

 Penemuan dan pengobatan TB

 Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi.

 Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.

4. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)

Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit dan hidung dan kebal terhadap antibiotika.jumlah kematian MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS

Saat ini ada 2 tipe :

1. Health care asosiated (HA –MRSA)

Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit.. 2. Community asosiated (CA-MRSA)

Yang baru ini ditemukan ditempat –tempat umum,fitness,loker-loker,sekolah dan perabotan rumah tangga.

(17)

Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah,jika daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala .Bakteri yang dibawa sipasien menyebar dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit dan menyentuh barang yang terkontaminasi . Stapylococcus menimbulkan gejala seperti infeksi kulit,jerawat,bisul,abses atau gigitan serangga,ini biasa menyebabkan bengkak,merah dan nyeri.bakteri ini dapat menembus kulit sampai dengan menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung dan paru yang bias mengancam jiwa.

Penyebaran MRSA.

1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA 2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan

rumah tangga yang MRSA

3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih 4. Menyentuh hidung dari penderita MRSA

Tanda dan gejala : 1. Infeksi luka 2. Bisul

3. Folikel rambut yang terinfeksi 4. Impetigo

5. Kulit yang sakit seperti digigit serangga Diagnose :

Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat dan dikultur untuk S aureus. Juka S aureus yang diisolasi (tumbuh dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian terkena antibiatikyang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di Meticilindalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur ayng sama juga dilakukan untuk menentukan apakah seseorang merupakan pembawa MRSA(Screning untuk carrier) tetapi sample kulit atauselaput lender hanya diswab tidak dibiopsi

Pengobatan MRSA :

Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti menyebar infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan

(18)

jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap antibiotic banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotic berhasil mengendalikan infeksi tapi jarang.

Tindakan pencegahan :

1. Kebersihan tangansesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung anda.

2. Bila batuk terapkan etika batuk

3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan ditutup kain kasa, ganti ferban sesering mungkin terutama jika basah.

4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda melalui feces dan urine

5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita MRSA.

6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi yang lainnya.

7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien dengansabun dan clorin 0,5%.

II. Kegiatan pelayanan PPIIRS

PENGERTIAN SURVEILENS ADALAH :

Suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya penyebaran penyakit :

1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut.

2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila tanda- tanda infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti masa inkubasi dari infeksi tersebut.

3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.

4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit. Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.

1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada pada waktu masuk rumah sakit.

(19)

2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis,sifilis) dan baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :

1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender,luka terbuka )yang tidak memberikan gejala dan tanda klinis.

2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat non infeksi seperti zat kimia.

Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:

1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit,sehingga jumlah dan jenis kuman penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.

2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.

3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling sederhana seperti pemasangan infuse sampai tindakan operasi.

4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.

5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan yang dapat menularkan kuman pathogen.

6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman. Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :

1. Petugas rumah sakit. 2. Pengunjung pasien. 3. Antar pasien itu sendiri.

4. Peralatan yang dipakai dirumah sakit. Lingkungan.

1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan. 2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.

3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa. 4. Melindungi petugas.

5. Menyakinkan bahwa rumah sakit tempat yang aman bagi pasien dan petugas .

1. HAP (hospital aquared pneumonia) dan VAP (Ventilator associated pneumonia).

1. HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP dapat diakibatkan karena tirah baring yang lama (koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk gaster).

2. VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan tanda – tanda infeksi saluran napas.

(20)

Kriteri pneumonia :

1. Bunyi pernapasan yang menurun /pekak,ronchi basah pada daerah paru. 2. Produksi sputum banyak dan purulen.

3. Hasil X – ray adanya densitas paru (infiltrate). 4. Demam >38  C dan batuk.

5. Pemeriksaan cedían sputum ditemukan peningkatan lekosit (>25/LPK) Pada orang dewasa dan anak >12 bulan didapatkan :

1. Bunyi napas menurun pekak,ronkhi basah pada daerah paru.  Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum.  Biakan kuman dan biakan darah ()

 Isolasi kuman patogen atau aspirasi trakea.

2.Hasil X – Ray ada infiltrasi paru,konsolidasi,cavitasi,efusi pleura baru secara progrsif ditambah salah satu ini:

- Sputum purulen dan perubahan dan perubahan sputum. - Isolasi kuman dan biakan darah (+).

- Isolasi kuman patogen aspirasi tracea ,sikatan brokus atau biopsy (+). - Titer IgM atau IGG spesifik meningkat

- Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan . Pada umur kurang dari 12 tahun.:

- Didapatkan 2 atau = apneu,takipneu bradikardia,wheesing,ronchi basah,,batuk ditambah satu diantaranya sbb:

1. produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen. 2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+).

3. Isolasi kuman aspirasi tracea /brokus/biopsi (+).

4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan. 5. Titer IgM dan IgG spesifik meningkat 4x .

6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.

(21)

1. Lingkungan .

- legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi. - Makanan ;Muntahan. 2. Peralatan . - NGT - ET - Suktion kateter. Peralatan bronchospi - Peralatan pernapasan. 3. Manusia. - Haemofilus influenza. - Stapilococus Aereus - Stapilococcus pnemonia. - MDR stains. Faktor-faktor resiko : 1. Kondisi pasien sendiri. - Usia > 70 tahun.

- Pembedahan (thorakotomi,abdomen) - penyakit kronis.

- Penyakit jantung kongestif. - Penyakit paru obstruksi kronis. - Perokok.

- koma. - CVD.

(22)

2. Faktor pengobatan . - Sedasi.

-Anestesi umum. - intubasi tracea.

- Pemakaian ventilator mekanik yang lama. - Penggunaan antibiotika .

- penggunaan imunosupresif dan citostatika. Prinsip dasar pencegahan :

 Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi.  Tinggikan posisi kepala 30- 45 .

 Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction kateter.  Lakukan oral higiene menggunakan chlorhexidine 0,2 % setiap ganti shif.

 Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi.

 Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan mengeluarkan lendir .  Mobilisasi dini setelah operasi..

2. Peralatan ventilator.

 Bersihkan permukaan alat secara rutine dengan menggunakan detergent netral.  Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor.

 Breathing sirkuit,humidifier dan bakterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor.  Termovent hepafilter diganti setiap hari.

Populasi beresiko HAP .

1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit. 2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.

3. Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan. Infeksi rate HAP =

Numerator x 1000=...% Denominator

(23)

 kasus HAP perbulan x 1000=...%  Hari rawat tirah baring perbulan.

Populasi beresiko VAP :

1. Terfokus spesifik diruang ICU,NICU,PICU. 2. Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik.

3. Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan. 4. Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

Clinical Pulmonari Infection score ( CPIS)

Indikator Score

1 2 3

Sekresi trakea sedikit sedang banyak

Infiltrat Tidak ada Difus Terlokalisir

Suhu >36.5 &<38.4 >38.5 & 8.9 >39 &<36 Lekosit /mm >4000 &<11.000 <4000 atau 11.000

-Pa O2 /FiO2 >240 /ARDS - <240 & bukan

ARDS

Infeksi rate VAP =

Numerator x 1000= ...% Denominator

 kasus VAP perbulan x 1000 =...%  Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

3. ILI (Infeksi Luka Infus)

1. Infeksi luka infus harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb : a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.

(24)

hispatologik.

c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan penyebab lainnya :

 Demam (>38° C) ,nyeri,eritema,atau panas pada vaskular yang terlihat.

 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni mikriba.  Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.

d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.

e) Untuk pasien ≤ 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa ditemukan penyebab lain :

 Demam (>38°C rektal),hipotermia (<37 °C),apneu,bradikardia,letargia,atau nyeri,atau panan pada vaskular yang terlibat dan

 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskulartumbuh >15 koloni mikroba  Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif

Petunjuk pelaporan ILI :

 ILI purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung kateter,tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka dilaporkan sebagai ILI bukan sebagai IADP.

 Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi lain dari bagian tubuh.

 Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP  Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali, sedangkan

IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali. A. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.

B. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.

C. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.

D. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3 bulan sekali dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.

Cara menghitung ILI

Numerator x 1000 = ...% Denominator

Jumlah kasus ILI x 1000 = ... % Jumlah hari pemakaian alat

Populasi beresiko ILI :

1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.

2) Lama penggunaan kateter ,lama hari rawat ,pasien dengan immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau lukaoperasi tertentu.

(25)

1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan. 2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.

3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab atau kotor )

Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak diperlukan lagi.

4. ISK (Infeksi Saluran kemih) Pengertian

Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk rumah sakit belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau sesudah dirawat. Kebijakan

. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.

. Jika pasien terpasang Kateter urine dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.

. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi. Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :

a. Endogen : - perubahan flora normal.

b. Eksogen : - prosedur yang tidak bersih / steril - tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur. 2.1. Infeksi Saluran Kemih Simtomatik. Dengan salah satu kriteria dibawah ini : * Salah satu gejala ini :

- Demam > 380C - Disuria

- Nikuria ( urgency ) - Polakisuria

- Nyeri Suprapubik.

Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme : * Dua dari gejala :

- Demam 380C - Disuria - Nikuria - Polakisuria - Nyeri Suprapubik * dan salah satu tanda :

- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit. - Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus. - Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.

(26)

- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah > 100.000 kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.

- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml dan pasien diberi antibiotic yang sesuai.

- Diagnosis oleh dokter.

- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai. 2.2. Infeksi saluran kemih asimtomatik

Dengan salah satu criteria dibawah ini :

* memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala : - Demam 380C

- Disuria - Nikuria - Polakisuria - Nyeri suprapubik

Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis kuman. * tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil biakan >100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan tak ada gejala : - Demam 380C

- Disuria - Nikuria - Polakisuria - Nyeri Suprapubik

2.3. Infeksi Saluran Kemih lain.

( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga perinefrik ) dengan salah satu criteria dibawah ini :

• Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.

• Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara hispatologis. • Dua dari gejala :

- Demam 380C

- Nyeri local pada daerah yang dicurigai. - Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan. • Dan salah satu dari tanda :

- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai. - Biakan darah positif

- Radiologi terdapat tanda infeksi - Diagnosis dokter

- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai • Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala : - Demam 380C

- Hipotermia - Apneu - Bradikardi

(27)

- Disuria - Letargi - Muntah

• Dan salah satu dari tanda :

- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai. - Biakan darah positif

- Radiologi terdapat tanda infeksi - Diagnosis dokter

- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai. 2.4. Infeksi Saluran Kemih pada neonatus

- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh ( gejala sama dengan sepsis ).

- Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.

- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi suprapubik. Biakan urin positif kalau ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml urin.

2.5. Infeksi Saluran Kemih pada Anak

- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.

- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang – kadang diare atau kencing yang sangat berbau.

- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing dan ngompol. Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering kencing, sakit waktu kencing atau nyeri pinggang.

- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli – buli. - Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda. - Diagnosis : Klinik dan laboratorik.

- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila jumlah kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran tengah atau kateterisasi kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin.

- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria. 3. Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )

3.1. Definisi Infeksi Aliran Darah Primer

Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Criteria infeksi aliran darah primer dapat ditetapkan secara klinis dan laboratories dengan gejala / tanda berikut :

3.1.1. Klinis

1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.

Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :

- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika. - Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.

Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam Dan

(28)

- Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain. - Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis. CATATAN :

- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam, - Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.

2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa penyebab lain : - Demam > 380C

- Hipotermi < 370C - Apnea

- Bradikardi < 100x/mnt Dan

Semua gejala / tanda di bawah ini :

- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain. - Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis. 3) Untuk Neonatus

Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara enam gejala berikut :

- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C) hipertermi ( 380C ) dan sklerema.

- Sistem kardiovaskuler antara lain :

tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi perifer buruk. - Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali. - Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.

- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi. - Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan. Dan

Semua gejala / tanda di bawah ini :

- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman. - Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.

- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis. 3.1.2. Laboratorik

Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan. Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :

1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat lain.

2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut : - Demam > 380C.

- Menggigil - Hipotensi - Oliguri Dan

(29)

- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.

- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravascular ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan sepsis.

Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejalaberikut : - Demam > 380C

- Hipotermi < 370C - Apnea

- Bradikardi < 100/mnt Dan

Satu diantara tanda berikut :

- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain )

- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravaskuler ( kateter intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi

CATATAN :

Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :

1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari. 2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman. 3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.

Cara penghitungan :

Numerator x 1000 = ...% Denominator

Jumlah kasus ISK x 1000 = ... % Jumlah hari pemakaian alat kateter urine

5. ILO (Infeksi Luka Operasi) Pengertian SSI

a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan ) b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia dan

lapisan otot)

c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh. Kategori operasi :

(30)

bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau operasi terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain tertutup. Kebijakan

a. Kriteria ILO superfisial :

- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi. - mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit

(subkutan)-- Terjadi hal 2 sbb:

 Drainase bahan purulen dari insisi superficial

 Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic dari tempat insisi superficial.

 Sekurang kurangnya terdapat :

- satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan, atau hangat pada perabaan.

- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.

 Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien tersebut. b. Faktor Risiko ILO

- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA, lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.

- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik profilaksis, lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi sebelum infeksi luka operasi.

c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.

d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.

e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.

Kategori resiko : 1. Jenis luka

 Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0  Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1 Keterangan :

- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran pernapasan dan genitourinari.

(31)

genitourinari .

- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .

- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.

2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit. Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya

 Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0  Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.

3. ASA score .  ASA 1-2,skor :0  ASA 3-5, skor :1 = X/Y x 100%

X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu. Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.

Pencegahan ILO : 1. Pra bedah..

a. Persiapan pasien sebelum operasi.

 Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasielektif dan jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.

 Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi terdapat rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakukan 1 jam sebelum operasi dengan menggunakan alat cukur elektric.

 Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah yang terlalu rendah sebelum operasi.

 Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.

 Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1 jam sebelum operasi.

b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :

 Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.

 Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan tangan tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air mengalir dari ujung jari menuju siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai saung tangan dan gaun steril. c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.

(32)

d. Profilaksis anti mikroba .

 Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif terhadap patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang direkomendasikan.

 Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.

2. Intra Bedah. a. Ventilasi .

 Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .

 Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.

 Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan bedah.  Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.

b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.

 Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit kemudian bersihkan cairan tadi .

 Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.  Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.

c. Sterilisasi instrumen bedah.

 Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.

 Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti instrumen jatuh saat operasi.

d. Pakaian bedah /drapes .

 Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat operasi berjalan .

 Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.

 Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak kotor dan terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.

 Gunakan gaun dan drape yang kedap air. e. Teknik aseptik dan bedah.

 Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal / epidural/ dan bila menyiapkan obat- obatan steril.

(33)

 Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang efektif,minimalkan jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space) pada lokasi operasi.

 Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi tubuh yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera mingkin bila sudah tidahk dibutuhkan. 3. Paska Bedah;

 Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan penggantian verban.

 Lakukan mobilisasi sedini mungkin.

 Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

II. Kebersihan tangan.

Pedoman menkebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang kapan dan bagaimana melakukan kebersihan tangan atau menggosok tangan untuk pembedahan, telah mengalami perubahan secara cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan munculnya AIDS pada tahun 1980 an.

Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan kebersihan tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade 1990).

Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian tentang kepatuhan tenaga kesehatan dalam menkebersihan tangan, bahwa ada 4 alasan mengapa kepatuhan menkebersihan tangan masih kurang, yaitu:

 Skin irritation

 Inaccessible handwashing supplies  Being too bussy

 No thinking abut it

Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%, sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan menkebersihan tangan tersebut :

(34)

Individu Patuh % Tidak Patuh %

Dokter 33 67

Perawat 36 64

Tenaga kesehatan lainya 43 57

Mahasiswa perawat 0 100

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan penyebaran mikroorganisme multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan sementara yang jumlahnya sangat banyak.

Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti : s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).

Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan debris secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dan mereduksi jumlah mikroorganisme transient dengan menggunakan bahan tertentu.  Flora transien dan flora residen pada kulit .

Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien ,petugas lain,atau permukaan lingkungan (meja,tensi,stetoskop atau toilet),organisme ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan.Flora residen tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta didalam folikel rambut dan tidak hilang seluruhnya saat dilakukan pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air mengalirUntungnya pada sebagian kasus ,flora residen kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi menular melalui udara seperti flu burung .Tangan atau kuku petugas kesehatan dapat terkolonisasi pada lapisan dalam oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti S .Aureus,batang gram negatif.

(35)

 Sabun

Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran,debris dan mikroorganisme yang meempel sementara di tangan.sabun biasa memerlukan gosokan untuk melepaskan mikroorganisme secara mekanik,sementara sabun anti septik disamping membersihkan juga dapat membunuh kuman

 Agen antiseptik

Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme baik yang transien atau residen.

 Emolient

Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang ditambahkan pada handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit.

 Air mengalir

Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan tangan merupakan air bersih bebas mikroorganisme ,memiliki turbiditas rendah (jernih ,tidak berbau )

Tujuan.

1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran , 2. Mereduksi jumlah microorganisme transient  Jenis kebersihan tangan ada 4 macam;

1. Kebersihan tangan surgical. 2. Kebersihan tangan Aseptik 3. Kebersihan tangan sosial 4. Kebersihan tangan handrub  5 moment kebersihan tangan :

1. Sebelum menyentuh pasien.

2. Sebelum melakukan tindakan aseptik. 3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien. 4. Setelah menyentuh pasien.

5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien  Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan

1. Petugas menggosok punggungdan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.sebanyak 4x

2. Petugas menggosok keduatelapak tangan dan sela-sela jari sebanyak 4x.

(36)

sebanyak 4x

4. Petugas menggosok ibujari berputardalam genggaman tangankanan dan lakukan sebaliknya sebanyak 4x

5. Petugas menggosok dengan memutarujungjari– jari di telapak tangan kiri dansebaliknya sebanyak 4x

6. Petugas menggosok dengan memutarujungjari– jari di telapak tangan kiri dansebaliknya sebanyak

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan: 1. Kuku harus seujung jari tangan. 2. Cat kuku tidak diperkenankan

3. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus diobati dan dibalut dengan balutan yang kedap air. 4. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan

dipakai 5.

III. ALAT PELINDUNG DIRI

Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah digunakan bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan resurgence tuberkulosis di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat penting untuk melindungi staf .

Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak negara kap, masker, gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif, bagaimanapun, terbuat dari kain yang diolah atau bahan sintetik yang menahan air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh) menembusnya. Bahan-bahan tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di banyak negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan benang 140/in²) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif, karena cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu untuk dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.

Macam APD : 1. Masker 2. Sarung tangan 3. Kaca mata,

(37)

4. Topi 5. Apron/celemek 6. Pelindung kaki 7. Gaun pelindung 8. Helm 1. Sarung tangan.

Tujuan memakai sarung tangan :

 Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan

tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit yang utuh dan benda-benda yang terkontaminasi.

Jenis sarung tangan : a) Sarung tangan steril:

 Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah  Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif  Penggunaanya sekali pakai.

b) Sarung tangan tidak steril

 Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan

 Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau bahan berbahaya

c) Sarung tangan rumah tangga  Digunakan di linen, gizi, IPAL

 Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan khusus (piring yg licin, mencuci linen yang tebal, dll) 3 saat petugas menggunakan sarung tangan :

1) Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat akan menyentuh cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa membran dan kulit yang tidak utuh.

2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada pasien (saat akan melakukan tindakan aseptik atau menangani benda – benda yang terkontaminasi .

(38)

3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien lain(saat penggunaan sarung tangan yang benar,krn sarung tangan belum tentu tidak berlubang walaupun kecil)

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan; - Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan. - Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .

- Hindari jamahan pada benda-benda lain.

- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami. 2. Pelindung wajah.

- Tujuan : melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata . Jenis alat : - Masker. - Kaca mata. - Face sheild. 3. Masker Jenis masker: a. Masker bedah

 Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi, poli bedah, VK

 Di ganti bila basah atau selesai pembedahan

 Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua rambut muka

 Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja ,bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut. b. Masker khusus

 Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang mendapatkan imunosupresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk.  Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1,TBC di ruang isolasi.  Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk

(39)

c. Masker biasa.

 Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan bau (saat pengelolaan sampah,kamar mandi,ipal dll)

 Digunakan saat menderita batuk pilek..

 Dugunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan bau (personal higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka) 4. Gogless (kacamata)

 Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih, kacamata pengaman, pelindung muka dan visor.

Digunakan untuk prosedur bedah dan kemoterapi,mengosongkan drinage.

5. Apron (Clemek)

 Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi cipratan atau kontak dengan cairan tubuh pasien.

 Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen , dapur, IPAL, Laboratorium, VK.

 Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien (instrumen,urinal,pispot,bemgkok dll)

6. Gaun. Tujuan :

- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju.

Jenis Gaun :

- Gaun pelindung tidak kedap air. - Gaun pelindung kedap air. - Gaun steril.

- Gaun non steril.

(40)

- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi pada pakaian petugas seperti ;

 Seperti membersihkan luka bakar.  Tindakan drainage.

 Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau Toilet.

 Menangani pasien perdarahan masif.  Tindakan bedah.

 Perawatan gigi.

- gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien. 6. Pelindung kaki

Tujuan :

- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhannalkes.

- Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan>

 Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan untuk melindungi kaki dari:

a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya b. Bahan atau peralatan yang tajam 7. Topi (penutup kepala)

 Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan berbahaya.

 Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindingi kepala petugas dari bahan – bahan berbahaya dari pasien.

 Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas (operasi,pemasangan kateter vena sentral.)

8. Helm

(41)

 Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang berhubungan dengan bangunan.

9. Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung dilakukan ?

No. Kegiatan Cuci

tanga n Sarung tangan Jubah/ Celeme k Masker / Google Steril biasa Perawatan umum 1. Tanpa luka  Memandikan / bedding √ √  Reposisi √ √ 2. Luka terbuka  Memandikan / bedding √ √ K/P  Reposisi √ √ K/P 3. Perawatan perianal √ √ √ 4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P 5. Pemeriksaan fisik √ K/P 6. Penggantian balutan  Luka operasi √ √ K/P K/P  Luka decubitus √ √ K/P K/P  Central line √ √ K/P K/P  Arteri line √ √ K/P K/P  Cateter intravena √ √ K/P K/P Tindakan Khusus.

7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P

8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P

9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P

10. Pasang NGT √ √ √ K/P

11. Mengukur suhu axilia √ K/P

12. Mengukur suhu rectal √ √

13. Kismia √ √ K/P K/P

14. Memandikan jenazah √ √ K/P K/P

Perawatan saluran nafas

15. Tubbing ventilator √ √ K/P

16. Suction √ √ K/P √ K/P

17. Mengganti plaster ETT √ √ K/P √ K/P

18. Perawatan TT √ K/P √√

19. PF dengan stethoscope √ K/P

20. Resusitasi √ √ √ √√

21. Airway management √ √ √

(42)

22. Pemasangan infuse √ Lebi h baik

√ K/P K/P

23. Pengambilan darah vena √ Lebi

h baik

√ K/P K/P

24. Punksi arteri √ Lebi

h baik

√ K/P K/P

25. Penyuntikan IM / IV / SC √ √

26. Penggantian botol infuse √ 27. Pelesapan dan penggantian

selang infuse

√ √

28. Percikan darah / cairan tubuh √ √ √

29. Membuang sampah medis √ √ √

30. Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P

IV. Sterilisasi

Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora bakterial

AdalaPenguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry heat dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini yang digunakan untuk proses sterilisasi.

Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001). Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber panas.

(43)

Kondisi Standar Sterilisasi Panas

Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121ºC; tekanan harus berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada 132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat terbungkus.

Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak berbeda bergantung pada sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik.

Panas kering:

 170ºC selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-instrumen di oven, pemanasan hingga 170ºC, selama 1 jam dan kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam), atau

 160ºC selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam). Ingat:

 Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai target

 Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini lebih pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk alat-alat individual.

Kegiatan di unit CSD :

1. Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi

2. Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan  Pagi pukul 07.00-08.00 WIB

 Siang pukul 14.00 -15.00 WIB

3. Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada. Area ini adalah:

1. a. area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor”,

Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan dikeringkan.

Area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor” harus memiliki:  sebuah konter penerimaan;1

(44)

 dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk membilas) dengan suplai air bersih; dan

(45)

b. area kerja “bersih”

Di area kerja bersih, peralatan bersih:

 diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;

 dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan

 dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan untuk dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.

Area kerja bersih harus mempunyai:  meja besar;

 rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan  sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler. c. area penyimpanan peralatan bersih, dan

Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD melalui area ini. Lengkapi peralatan area ini dengan:

 rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan ruangan tersendiri.

d. area penyimpanan steril atau DTT.

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.

 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)

 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.

 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.

 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)

 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa paket itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin sterilitas.

(46)

4. Area Penyimpanan Steril atau DTT

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.

 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)

 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.

 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20 cm dari dinding luar.

 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)

 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa paket itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin sterilitas.

 Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.  Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.  Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

Sistem Shelf Life:

Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan efektivtas pak tersebut.

 Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak mencakup berbagai penanganan, berkurangnya integritas pak, penetrasi kelembaban, dan kontaminasi udara.

Referensi

Dokumen terkait