• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dipresentasikan pada Seminar Nasional P-ISBN : Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram E-ISBN : Tahun 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dipresentasikan pada Seminar Nasional P-ISBN : Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram E-ISBN : Tahun 2019"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 175

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI KELAS XII IPS 1 DI SMA NEGERI 3

MATARAM TAHUN PELAJARAN 2018-2019 Khairunnisa

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Mataram

ningsmanti_khairunnisa@yahoo.com

ABSTRAK

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang berkaitan dengan dunia nyata k, sehingga akan lebih terasa manfaatnya dan dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan.. Tujuan dari penelitian tindakan ini untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran kontekstualdapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, serta bagaimana pengembangan pembelajaran kontekstual ini dalam pembelajaran geografi di kelas XII IPS1 SMAN 3 Mataram tahun pelajaran 2018-2019. Metode penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus/tahapan dan pada akhir siklus pertama dan akhir siklus kedua dilakukan refleksi untuk mengetahui kendala-kendala sebagai dasar perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XII IPS1 semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 pada kegiatan menganalisis perubahan litosfera dan dampaknya bagi kehidupan di muka bumi. Selain itu, pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual juga dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dan keberanian untuk berbicara atau menyampaikan pendapat.

Kata Kunci : Peningkatan hasil belajar, Pendekatan kontekstual

PENDAHULUAN

Tujuan utama dari belajar adalah terjadinya proses perubahan kepribadian yang meliputi kecakapan, sikap, kebiasaan, keterampilan, kreativitas, dan kepandaian yang bersifat menetap dalam tingkah laku, dimana perubahan sikap, prilaku, kecakapan dan pengetahuan tersebut diperoleh melalui latihan dan pengalaman. Oleh sebab itu pembelajaran yang di desain oleh guru harus mampu memberi peluang kepada peserta didik sehingga dapat mengalami berbagai pengalaman dan latihan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan mereka dimana semakin banyak pengalaman belajar dan latihan yang dialami peserta didik dapat memberi kontribusi positif terhadap pencapaian hasil belajar mereka.

Hasil belajar peserta didik merupakan indikator pencapaian tujuan belajar dimana semakin tinggi pengukuran hasil belajar yang diraih peserta didik maka tingkat ketercapaian tujuan belajar semakin tinggi pula. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2000: 3) dalam Andriyani (2011) hasil belajar adalah mencerminkan tujuan pada tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh peserta didik yang dinyatakan dengan angka atau huruf. Hasil belajar yang dimaksudkan tidak lain adalah nilai kemampuan peserta didik setelah evaluasi tersebut diberikan sebagai perwujudan dari berbagai upaya yang dilakukan dalam

(2)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 176

pembelajaran berlangsung. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu pengetahuan, penguasaan keterampilan , sikap, prilaku positif, dan kepercayaan diri pada peserta didik melalui kegiatan interaksi diantara unsur-unsur yang ada di lingkungan belajar, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Maulana (2012: 1), bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar seorang siswa maka seorang guru harus mengetahui bagaimana hasil belajar yang dicapai peserta didik. Hasil belajar itu sendiri dapat diketahui guru melalui proses evaluasi dan pengukuran yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil belajar ini dapat diukur dan diamati melalui proses penilaian. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik menurut Reigult dan Merrill (dalam Kancana, 1986: 65) yaitu : (a) kecermatan penguasaan perilaku (tingkat penguasaan peserta didik atau motivasi belajar peserta didik), (b) kuantitas unjuk kerja (pencapaian tujuan pembelajara), (c) kualitas hasil akhir (ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal).

Pada awal tahun pelajaran 2018-2019, peneliti menemukan masalah yaitu rendahnya hasil belajar di kelas XII IPS 1. Hal ini berdasarkan dokumentasi hasil ujian semester 2 saat mereka duduk di kelas XI tahun sebelumnya. Kelas IPS 1 ini memperoleh tingkat pencapaian hasil belajar yang paling rendah dibandingkan kelas IPS lainnya, dilihat dari tingkat pencapaian kriteria ketuntasan minimum (KKM), sebagaimana terlihat pada tabel berikut: (daftar nilai ulangan semester terlampir).

Tabel 1 : Rekapitulasi Hasil Uji Semester 2 mata pelajaran geografi kelas XI IPS Tahun pelajaran 2017/2018

(Sumber : Data SMAN 3 Mataram)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel tersebut di atas, terlihat hanya 3 orang atau 11,5 % dari 26 peserta didik di kelas IPS 1 yang tuntas KKM. Sedangkan di kelas IPS 2 bisa mencapai 91,7% (22 dari 24 orang) dan IPS 3 mencapai 78,6% (22 dari 28 orang). Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan bahwa siswa di kelas IPS 1 mengalami masalah dalam hal pembelajarannya.

Data tentang rendahnya pencapaian hasil belajar di kelas IPS 1 ternyata juga dikeluhkan oleh hampir semua guru mata pelajaran yang mengajar di kelas tersebut. Dan hal ini juga terungkap saat rapat rutin di awal tahun pelajaran 2018-2019. Menurut para beberapa guru yang mengajar di kelas XII IPS 1, jika dibandingkan dengan kelas XII IPS 2 dan XII IPS 3, ternyata siswa / peserta didik di kelas tersebut tergolong lebih penurut, dan lebih rajin masuk sekolah, tetapi setiap kali uji blok atau ulangan kelas mereka selalu terendah dalam pencapaian ketuntasan KKM.

(3)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 177

Sebagai seorang guru yang menginginkan peserta didiknya berhasil dengan baik dalam proses pembelajaran, peneliti terdorong untuk membantu mengatasi kendala belajar siswa kelas XII IPS 1. Kemudian Peneliti melakukan observasi awal untuk mengamati perilaku belajar siswa kelas XII IPS 1 pada pertemuan awal tahun pelajaran 2018-2019. Adapun hasil observasi awal diketahui prilaku belajar kelas XII IPS 1 sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa menunjukkan sikap diam, seolah-olah serius mengikuti pembelajaran, tapi dari tatapan mata mereka jelas terlihat jika pemikiran mereka tidak fokus pada apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini terlihat dari ekspresi mereka yang menunjukkan rasa takut, bukan ekspresi minat atau motivasi.

2. Tiga orang anak (dengan inisial A, n, dan C) menunjukkan sikap acuh dan tidak perduli, mereka tampak asik dengan aktivitasnya menulis/ menggambar/ membuat coretan di buku.

3. Beberapa siswa sebagian lagi mencuri-curi kesempatan untuk mengajak temannya mengobrol.

Peneliti menyimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar kelas XII IPS 1 disebabkan karena kurangnya motivasi dan minat belajar mereka yang masih rendah terhadap pelajaran. Hal ini bisa disebabkan karena motivasi siswa tersebut memang tergolong rendah, dibarengi pula dengan sifat pendiam, penakut dan tidak percaya diri. Selain itu, bisa juga disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang mereka alami selama ini belum sesuai dengan karakter belajar mereka.

Berdasarkan temuan tersebut maka seorang guru harus mampu mengambil inisiatif yang tepat, mengarahkan dan mengambil keputusan-keputusan sehubungan dengan tugas-tugas mengajarnya demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru juga harus mampu menganalisa kesulitan belajar dan kendala yang dihadapi oleh siswa dalam proses belajarnya. Hasil analisa guru terhadap kendala belajar peserta didik menjadi dasar pemilihan solusi yang tepat dalam membantu pencapaian tujuan pembelajaran atau hasil belajar mereka nantinya.

Atas dasar pemaparan tersebut, peneliti ingin berusaha membantu mengurangi masalah belajar siswa kelas XII IPS 1 melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Melalui pembelajaran kontekstual ini, peneliti berharap dapat mengkondisikan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik di kelas XII IPS 1 sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka, baik dilihat dari aktivitas belajar maupun tingkat pencapaian KKM.

Seorang guru harus mampu mengambil inisiatif yang tepat, mengarahkan dan mengambil keputusan-keputusan sehubungan dengan tugas-tugas mengajarnya demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru juga harus mampu menganalisa kesulitan belajar dan kendala yang dihadapi siswa dalam proses belajarnya. Hasil analisa guru terhadap kendala belajar peserta didik menjadi dasar pemilihan solusi yang tepat dalam membantu pencapaian tujuan pembelajaran atau hasil belajar mereka.

Atas dasar pemaparan diatas, peneliti ingin berusaha membantu mengurangi masalah belajar siswa kelas XII IPS 1 melalui pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Melalui pendekatan saintifik ini, peneliti berharap dapat mengkondisikan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik di kelas

(4)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 178

XII IPS 1 sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka, baik dilihat dari aktivitas belajar maupun tingkat pencapaian KKM.

Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar peserta didik yang telah diperoleh sebelumnya sebagai informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan bagi kegiatan belajar selanjutnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Supriyadi (2011: 75) “guru sebagai evaluator of student learning yakni sebagai penilai hasil belajar peserta didik. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti taraf perkembangan, taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik peserta didik pada setiap kurun waktu pembelajaran”.

Pengenalan terhadap hasil belajar menjadi dasar bagi guru untuk mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar peserta didik sehingga dapat merancang bantuan yang dibutuhkan bagi keberhasilan belajar selanjutnya. Arikunto dalam Dimyati (2009: 200-201) mengatakan bahwa hasil evaluasi belajar digunakan untuk diagnostik dan pengembangan, atau menjadi dasar melakukan diagnosis kelemahan dan keunggulan sisiwa beserta sebab-sebabnya. Selain itu, hasil belajar juga dapat digunakan untuk penentuan kenaikan kelas, serta untuk menempatkan siswa pada kelompok belajar yang tepat sehingga mampu meningkatkan potensi yang mereka miliki.

Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik maka guru harus melakukan evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Tujuan dari evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik setelah mengikuti suatu kegiatan belajar. Tingkat keberhasilan itu ditandai dengan skala nilai berupa angka, huruf, kata atau simbol (Dimyati: 2009).

Hasil belajar dapat diartikan sebagai informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai peserta didik melalui kegiatan belajar. Hamalik (2001: 27) mengatakan bahwa hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pendapat senada dikemukakan oleh Suparman dalam Umbaryati (2003: 13) yang menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila peserta didik yang semula tidak menguasai prilaku, akan tetapi setelah proses pembelajaran berlangsung ia dapat menguasai prilaku tersebut dengan baik.

Trianto (2010: 225) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling terkait satu dengan yang lainnya.

Peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik sedangkan kegagalan menimbulkan frustasi.

Menurut Sudjana (2000: 3) dalam Andriyani (2011) hasil belajar adalah mencerminkan tujuan pada tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh anak didik (peserta didik) yang dinyatakan dengan angka atau huruf. Hasil belajar yang dimaksudkan tidak lain adalah nilai kemampuan peserta didik setelah evaluasi diberikan sebagai perwujudan dari upaya yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar dapat juga diartikan sebagai pernyataan kemampuan peserta didik dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi tertentu. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan bertindak dan berpikir setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu (Depdiknas, 2003: 5)

(5)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 179

Pendapat di atas menjelaskan bahwa hasil belajar berupa perubahan prilaku yang berkaitan dengan kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Guru sebagai evaluator harus selalu melakukan evaluasi mengukur hasil belajar peserta didiknya. Evaluasi hasil belajar akan menjadi dasar bagi guru untuk mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Bagi siswa hasil belajar dapat menumbuhkan motvasi diri untuk belajar. Hasil belajar dapat diukur dan diamati melalui proses penilaian. Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik menurut Reigult dan Merrill dalam Kancana (1986: 65) adalah (a) kecermatan penguasaan perilaku (tingkat penguasaan peserta didik atau motivasi belajar peserta didik), (b) kuantitas unjuk kerja (pencapaian tujuan pembelajar), (c) kualitas hasil akhir (ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal).

Hasil belajar pada penelitian tindakan ini menggunakan indikator kuantitas unjuk kerja dan ketuntasan belajar secara klasikal. Kuantitas unjuk kerja berupa penilaian aktivitas belajar yang sesuai dengan tahapan kegiatan pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ eksperimen, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Sedangkan yang dimaksud ketuntasan belajar secara klasikal adalah tingkat pencapaian KKM yang dicapai oleh rombongan belajar atau kelas. Selanjutnya, hasil belajar dinyatakan dengan angka, huruf atau kata-kata.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered), yaitu pembelajaran yang melibatkan peran aktif peserta didik. Peserta didik dilibatkan langsung untuk mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui penerapan keterampilan proses sain dan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektualitas atau keterampilan berfikir tingkat tinggi.

Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan : 2013). Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Oleh karena itu sejatinya pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah (pendekatan saintifik). Seperti dikemukakan oleh Nasution (2013) bahwa esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran merujuk pada pandangan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan proses ilmiah. Pendekatan saintifik dipandang paling cocok dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.

(6)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 180

Keunggulan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara lain (Maulana: 2012) : - Dapat meningkatkan kemampuan intelektualitas peserta didik

- Membentuk kemampuan peserta didik dalam memecahkan suatu masalah secara sistematik

- Menanamkan kesadaran pada peserta didik bahwa belajar merupakan salah satu kebutuh dasar mereka

- Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan mengembangkan karakter peserta didik

- Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Guru bukan satu-satunya sumber pengetahuan. Pengetahuan diperoleh peserta didik dari berbagai sumber dan ditemukan sendiri oleh peserta didik melalui berbagai aktivitas. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini dipandang mampu mencapai tujuan pendidikan yaitu keseimbangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam diri peserta didik.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal (Permendikbud nomor 81 A Tahun 2013).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah kegiatan pembelajaran yang menerapkan langkah-langkah kajian ilmiah. Proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Mataram, adapun obyek penelitiannya adalah siwa Kelas XII IPS 1 semester 1 tahun pelajaran 2017-2018.. sebanyak 38 orang. pada mata pelajaran geografi dengan standar kopetensi mempraktikan pengetahuan dasar peta dan pemetaan. Adapun waktu penelitian yang dibutuhkan mulai dari membuat perencanaan dan persiapan, pelaksanaan, serta penyusunan laporan dilaksanakan selama 4 bulan yakni dari bulan Juni sampai dengan Oktober.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu melakukan kajian terhadap suatu tindakan pembelajaran di kelas secara berulang-ulang sambil melakukan perbaikan dalam rangka mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan (Pargito, 2009: 118). Penelitian PTK merupakan upaya perbaikan tindakan pembelajaran tertentu yang dikaji secara inqury, reflektif, triangulatif dan berulang ulang dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Penelitian PTK ini menggunakan model Stephen Kemmis dan Mc. Taggart (Sukidin, 2008; 48) , pada model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu

(7)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 181

ancang-ancang pemecahan masalah adapun alasan memilih model ini adalah karena model ini dianggap paling praktis dan aktual. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi : rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa, lembar pengamatan atau lembar observasi kegiatan siswa, dan daftar nilai kognitif (nilai ulangan).Dalam penelitian ini juga menggunakan RPP, sebagai panduan guru agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan sedangkan lembar Kegiatan Siswa digunakan membuat daftar pertanyaan atau tugas. Lembar Observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan/ perubah aktivitas belajar dari siswa.

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 3 siklus , masing- masing siklus terdiri dari tahapan: penyusunan rencana tindakan ,pelaksanaan tindakan ,melakukan obsevasi, pembuatan analisis dan refleksi serta membuat rencana tindakan perbaikan atau peningkatan tindakan berikutnya:

SIKLUS I

a. Rencana tindakan 1:

Mengidentifikasi permasalahan, merencanakan penelitian secara keseluruhan , menyusun desain pembelajaran dan strateginya, menyusun perangkat pembalajaran, menyiapkan bahan ajar, menyiapkan alat / menyusun alat perekam data, menyusun rencana pengolahan data.

b. Pelaksanaan tindakan I dan pengamatan

Pada tahap ini dilaksanakan tindakan yang telah direncanakan sebagai berikut: melakukan pembelajaran sesuai RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), siswa melakukan kegiatan sesuai langkah-langkah yang telah didesain, mengamati kegiatan siswa secara komprehensif dengan memanfaatkan alat perekam data yang sudah disiapkan. c. Analisis dan Refleksi

Analisis dilakukan secara deskriptif terhadap data hasil pengamatan, kemudian sintesis, pemaknaan penjelasan, penyimpulan data dan informasi yang telah terkumpul. Hasil belajar yang diperoleh berupa kuantitas unjuk kerja dan ketuntasan belajar secara klasikal, dan daftar permasalahan yang muncul di lapangan.Selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulangtindakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Setiap aspek memiliki indikator, indikator kuantitas unjuk kerja pada penelitian ini adalah : mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi/ menalar, dan mengkomunikasikan. Indikator hasil belajar secara klasikal adalah tingkat ketuntasan pencapaian KKM (KKM =77).

SIKLUS II

a. Rencana Tindakan 2

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi perencanaan kegiatan dengan menentukan alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. b. Pelaksanaan tindakan 2 dan pengamatan

Rincian tindakan sama dengan tindakan 1 ditambah dengan tindakan lain sebagai pengembangan tindakan pada siklus sebelumnya.

c. Analisis dan refleksi 2

Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan awal dengan hasil pengamatan evaluasi dan lembar pengamatan. Apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa (meliputi aktivitas dan aspek kognitif/ pencapaian KKM). Hasil analisis dan refleksi dipergunakan untuk menentukan rencana tindakan

(8)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 182

perbaikan pada kegiatan siklus III. SIKLUS III

a. Rencana Tindakan 3

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi perencanaan kegiatan dengan menentukan alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kekurangan pada siklus II. b. Pelaksanaan Tindakan 3 dan Pengamatan

Rincian tindakan sama dengan tindakan II ditambah dengan tindakan lain sebagai pengembangan tindakan II.

c. Analisis dan refleksi III

Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil observasisebelumnya dengan hasil observasi siklus 3. Apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis dan refleksi dipergunakan untuk menentukan hasil akhir dari kegiatan pada siklus III.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitiaan tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2018-2019. Adapun proses perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian ini membutuhkan waktu lebih kurang 4 bulan, yaitu dari bulan Juli 2017 sampai dengan Nopember 2017. Siswa yang diteliti adalah kelas XII IPS 1 berjumlah38orang siswa. Ruang lingkup materi adalah standar kompetensi mempraktikan keteramplan dasar peta dan pemetaan, sedangkan kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar peta dan pemetaan. Penelitian ini dilakukan dengan tiga siklus, masing- masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan ditambah dengan satu kali pertemuan untuk melakukan ulangan harian.

SIKLUS I

Tindakan pada siklus I ini meliputi empat tahapan siklus yaitu penyusunan rencana tindakan atau persiapan, pelaksanaan tindakan, analisis dan refleksi.

Perencanaan Tindakan Siklus I

Pembelajaran yang terjadi di kelas XII IPS 1 tahun pelajaran 2018-2019. Hasil pengamatan peneliti di kelas diketahui terdapat masalah rendahnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 bab pendahuluan, dimana sebanyak 11,5% siswa di kelas tersebut yang mencapai KKM pada ulangan semester 2 kelas XI. Sedangkan kelas IPS 2 mencapai 91,7% dan IPS 3 mencapai 78,6% (sebagaimana telah peneliti ungkap pada latar belakang

masalah penelitian ini).

Peneliti memilih pembelajaran kontekstual sebagai solusi untuk memecahkan masalah pembelajaran yang terjadi di kelas tersebut. Selanjutnya peneliti menyusun perencanaan pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan pembelajaran pembelajaran kontekstual (RPP siklus I terdapat pada lampiran 1). Selain menyusun RPP, pada tahap perencanaan ini peneliti juga menyiapkan bahan ajar, menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa serta menyusun rencana pengolahan data.

Peneliti merancang durasi yang digunakan dalam siklus pertama adalah 2 kali tatap muka dimana masing-masing tatap muka berdurasi 2 X 45 menit. Tatap muka pertama siklus I siswa mempelajari materi jenis-jenis peta dengan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran kontekstual sebagaimana yang telah didesain pada RPP (lampiran

(9)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 183

1). Tatap muka kedua siklus I siswa mempelajari komponen- komponen peta dan kegunaannya, juga dengan langkah-langkah pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual yang telah didesain dalam RPP tersebut.

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I

Pertemuan pertama siklus I (tanggal 27 Juli 2017). Sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan dalam RPP (lampiran 1), peneliti menyampaikan SK, KD, indikator dan tujuan pembelajaran. Peneliti menampilkan beberapa gambar peta, siswa diminta mengamati peta-peta tersebut. Peneliti memberi kesempatan bertanya jika ada hal yang menarik rasa ingin tahu mereka berkaitan dengan peta-peta tersebut. Pada kesempatan itu belum ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Selanjutnya siswa diminta mencermati peta –peta tersebut, melihat dan mencatat perbedaan karakter dari masing-masing peta. Pada kegiatan ini masih banyak siswa yang tidak serius melakukan kegiatan pembelajaran yang diminta. Banyak diantara mereka yang terbengong, ada juga yang memperhatikan temannya bekerja. Sebagian lainnya ada yang mengobrol atau mencorat-coret pada buku. Peneliti menanyakan pada siswa yang belum aktif “mengapa kamu tidak mengerjakan tugas yang ibu berikan?” umumnya mereka menjawab bingung atau belum begitu faham informasi apa yang harus mereka gali. Saat kegiatan mengkomunikasikan, baru beberapa anak yang aktif berbicara, bertanya atau menyanggah yaitu atas nama Tara Febriani Khairunnisa, Chaerul Ihsani Mubin, Mahendra dan Della Cahyani. Peneliti melakukan konfirmasi meluruskan jawaban yang belum tepat dan menambahkan informasi yang belum muncul.

Pertemuan kedua siklus I(tanggal 30 Juli 2017). Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I ini sama dengan langkah pembelajaran pertemuan pertama siklus I. Hanya saja pada pertemuan kedua ini peneliti menambahkan tindakan perbaikan yaitu menyiapkan dan membagikan lembar pengamatan siswa untuk membantu memudahkan siswa dalam melakukan pengamatan dan mencatat informasi yang harus mereka gali.

Analisis Siklus I

Setelah dilakukan tindakan dan observasi pada siklus I, selanjutnya peneliti melakukan analisis data hasil observasi aktivitas belajar siswa di kelas yang meliputi aktivitas mengamati, menanyakan, menggali informasi, mengasosiasi/ menalar dan mengkomunikasikan.

Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I peneliti membuat rekapitulasi data sebagai berikut:

Tabel 2

Rekapitulasi hasil observasi kegiatan siswa siklus I

Data pada tabel di atas menunjukkan persentase siswa yang melakukan aktivitas belajar masih tergolong rendah. Pada siklus I ini baru 26,9% siswa yang tergolong aktif dan cukup aktif dalam melakukan aktivitas pembelajaran, sedangkan 73,1% siswa terkategori kurang aktif.

Nilai Aktivitas Pertemuan 1

(%) Ket

X ≥ 75,6 19,2 Aktif

59,4 ˂ X ˂ 75,6 7,7 Cukup aktif

X ˂ 59,4 73,1 Kurang aktif

(10)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 184

Mengenai hasil belajar yang berkaitan dengan pencapaian KKM sebesar 77, pada siklus I baru delapan orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berkesimulan hasil belajar siswa masih tergolong sangat rendah baik dilihat dari aspek aktivitas maupun aspek pencapaian KKM.

a) Refleksi Siklus I

Pada akhir sesson siklus I diadakan refleksi untuk mengetahui faktor-faktor rendahnya hasil belajar siswa baik dilihat dari aspek aktivitas maupun pencapaian KKM.

Kepada para siswa yang belum memperlihatkan minat untuk mengamati, bertanya dan menggali informasi pada pertemuan 1 siklus I, peneliti mengajukan pertanyaan “ mengapa kalian tidak melakukan tugas yang ibu berikan? Apa kendala yang kamu rasakan sehingga kamu tidak bisa mengumpulkan informasi dari peta-peta tersebut?” Hasil wawancara peneliti dengan siswa yang belum aktif diperoleh jawaban bahwa mereka masih bingung, informasi apa yang harus digali dan bagaimana mencatat informasi yang diperoleh

Saat diberi kesempatan bertanya, siswa umumnya diam, peneliti menanyakan “mengapa kalian tidak mengajukan pertanyaan? Apa kalian sudah mengerti tentang jenis-jenis peta, komponen-komponen peta dan kegunaannya?” umumnya siswa diam tidak menjawab, beberapa siswa mengatakan malu untuk bertanya, sebagian lainya mengatakan susah untuk menyampaikan pertanyaan meskipun ada yang belum dimengerti.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa siswa perlu dimotivasi untuk lebih serius dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Peneliti berupaya membantu mempermudah siswa dalam melakukan pengamatan dan penggalian informasi dengan menyiapkan lembar pengamatan agar kegiatan siswa lebih terarah.

b) Upaya Perbaikan Untuk Tindakan Siklus Selanjutnya

Berdasarkan refleksi pada siklus I, untuk meningkatkan hasil belajar dari aspek aktivitas dan pencapaian KKM, perlu dilakukan tindakan perbaikan proses pembelajaran. Usaha yang akan dilakukan untuk meningkatan kualitas proses pembelajaran pada siklus selanjutnya adalah :

- Guru mengajukan sebuah permasalah. Hal ini dimaksudkan untuk menarik minat dan perhatian siswa/ memfokuskan pemikiran siswa pada topik yang akan dipelajari.

- Disiapkan lembar pengamatan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberi arahan kepada siswa tentang apa yang harus diamati dan bagaimana menggali informasi serta bagaimana melakukan pencatatan informasi yang dibutuhkan.

- Guru aktif membantu dan membimbing selama siswa melakukan pengamatan dan penggalian informasi. Hal ini bertujuan membantu siswa/ eserta didik yang masih mengalami kebingungan.

- Siswa dibagi dalam kelompok, hal ini ditujukan untuk memudahkan siswa berdiskusi memecahkan masalah.

(11)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 185

SIKLUS II

Langkah-langkah umum kegiatan pada siklus II ini hampir sama dengan langkah umum kegiatan pada siklus I ditambah upaya pebaikan hasil refleksi siklus sebelumnya. Tahapan kegiatan siklus II meliputi empat kegiatan yaitu penyusunan rencana tindakan atau persiapan, pelaksanaan tindakan, analisis dan refleksi.

Perencanaan Tindakan Siklus II

Pada tahap perencanaan siklus II ini peneliti menyusun perencanaan pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Selain itu RPP siklus II juga sudah memuat langkah-langkah atau tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan ini merupakan rekomendasi hasil refleksi dari siklus I atau hasil refleksi pada kegiatan pertemuan sebelumnya (RPP siklus II terdapat pada lampiran 2). Selain menyusun RPP, pada tahap perencanaan ini peneliti juga menyiapkan bahan ajar, menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa serta menyusun rencana pengolahan data.

Peneliti merancang waktu yang digunakan dalam siklus II adalah 2 kali tatap muka dimana masing-masing tatap muka berdurasi 2 X 45 menit. Tatap muka kesatu siklus II siswa mempelajari materi proyeksi peta dengan langkah-langkah Saintifik sebagaimana yang telah didesain pada RPP (lampiran 2). Tatap muka kedua siklus II siswa mempelajari memperbesar atau memperkecil peta dengan garis-garis koordinat.

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II

Pertemuan pertama siklus II (tanggal 07 Agustus 2017). Sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan dalam RPP (lampiran 2), peneliti menyampaikan SK, KD, indikator dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru/ peneliti menampilkan globe dan peta dunia. Guru mengajukan sebuah permasalahan “coba jelaskan mengapa pulau greenland yang ada pada globe ukurannya sangat kecil dibandingkan dengan benua amerika Selatan, sedangkan pulau greenland yang ada pada peta dunia berukuran sama dengan benua Amerika Selatan?” dan ternyatapermasalahan yang disampaikan ini mebuat siswa tertarik untuk mengamati dan membandingkan ukuran peta greenland yang ada pada peta dunia dan globe.

Siswa diberi kesempatan bertanya tentang hal yang menarik minatnya berkaitan dengan peta yang ditampilkan. Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengapa terdapat perbedaan perbandingan luas pulau greenland yang ada pada globe dengan yang ada pada peta dunia. Selanjutnya secara berkelompok siswa diharuskan menggali, mengumpulkan informasi tentang cara memindahkan bentuk muka bumi dari bidang bulatan (bola) ke bidang datar dengan membaca buku/ referensi tentang proyeksi peta. Untuk mempermudah siswa melakukan pengamatan dan menggali informasi, peneliti menyiapkan lembar observasi/ pengamatan siswa, kemudian siswa mencatat informasi yang diperoleh pada lembar observasi.

Selama siswa melakukan aktivitas tersebut di atas, guru aktif berkeliling membimbing dan memberi bantuan untuk siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan. Pada pertemuan pertama siklus II, siswa tampak lebih aktif terutama pada kegiatan mengamati, menggali informasi, menalar melalui diskusi kelompok. Bahkan terjadi sedikit kegaduhan saat para siswa beradu argumentasi dalam kelompok mereka.

Pertemuan kedua siklus II(tanggal 10 Agustus 2017).

Materi yang dipelajari adalah cara memperbesar atau memperkecil peta dengan garis-garis koordinat. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II ini sama dengan langkah pembelajaran pertemuan pertama siklus II, dengan pertimbangan proses pembelajaran pada pertemuan tersebut sudah terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa. Hanya saja pada pertemuan kedua ini peneliti harus melakukan upaya atau tindakan

(12)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 186

untuk mendorong siswa agar lebih berani berbicara atau mengkomunikasikan di depan kelas pengetahuan yang sudah di perolehnya. Upaya yang dilakukan yaitu dengan memberi kesempatan bergilir pada kelompok untuk menyampaikan pengetahuan mereka di depan kelas terkait materi yang sedang dipelajari.

Untuk mengukur hasil belajar siklus II, peneliti melakukan ulangan harian kedua pada tanggal 13 Agustus 2017 (nilai ulangan terdapat pada lampiran 4).

Analisis Siklus II

Setelah dilakukan tindakan dan observasi pada siklus II, selanjutnya peneliti melakukan analisis data hasil observasi aktivitas belajar siswa di kelas yang meliputi aktivitas mengamati, menanyakan, menggali informasi, mengasosiasi/ menalar dan mengkomunikasikan.

Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II (lampiran 6) peneliti membuat rekapitulasi data sebagai berikut:

Tabel 3

Rekapitulasi hasil observasi kegiatan siswa siklus II

Nilai Aktivitas % Ket

X ≥ 75,6 26,9 Aktif

59,4 ˂ X ˂ 75,6 50,0 Cukup aktif X ˂ 59,4 23,1 Kurang aktif

Jumlah 100

Sumber: Data Primer

Data pada tabel di atas menunjukkan persentase siswa yang melakukan aktivitas belajar sudah mengalami peningkatan. Pada siklus II ini terdapat 26,9% siswa yang tergolong aktif dan 50% siswa cukup aktif dalam melakukan aktivitas pembelajaran, sedangkan siswa yang terkategori kurang aktif hanya sebanyak 23,1% (10 orang dari 38 siswa).

Mengenai hasil belajar yang berkaitan dengan pencapaian KKM sebesar 77, pada siklus II terdapat 11 orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar Berdasarkan uraian diatas, peneliti berkesimulan hasil belajar siswa pada siklus II sudah mengalami peningkatan terutama dari aspek aktivitas belajar.

Refleksi Siklus II

Pada akhir sesson siklus II diadakan refleksi untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat aktivitas siswa dan faktor – faktor yang mendukung aktivitas belajar siswa dengan pendekatan saintifik.

Hasil pengamatandan perhitungan lembar observasi kegiatan siswa diperoleh gambaran adanya peningkatan hasil belajar baik dari aspek aktivitas maupun dari pencapaian KKM. Selain itu dapat disimpulkan juga bahwa peningkatan aktivitas belajar yang terjadi baru meliputi aktivitas mengamati, menggali iformasi dan mengasosiasi atau menalar berdasarkan informasi yang terkumpul. Sedangkan aktivitas bertanya dan mengkomunikasikan belum memperlihatka peningkatan yang maksimal. Bertanya dan mengkomunikasikan atau berbicara masih didominasi oleh siswa tertentu. Saat siswa di tanya oleh peneliti, mengapa mereka tidak mau bertanya, berbicara atau mengkomunikasikan di depan kelas, mereka memberi alasan malu dan takut salah.

(13)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 187

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan mempertahankan langkah pembelajaran ini bagi pelaksanaan siklus III. Selain itu, peneliti juga tetap harus melakukan upaya memotivasi siswa agar lebih lebih berani berbicara, bertanya jika ada hal yang tidak difahami dan berani menyampaikan pendapat/ mengkomunikasikan di depan kelas.

Upaya Perbaikan Untuk Tindakan Siklus Selanjutnya

Berdasarkan refleksi pada siklus II peneliti akan mempertahankan langkah-langkah pembelajaran siklus II ini untuk kegiatan pembelajaran siklus berikutnya. Untuk meningkatkan hasil belajar dari aspek aktivitas terutama aktivitas bertanya dan mengkomunikasikan, peneliti akan berupaya memotivasi siswa dan memberi dorongan dengan cara menunjuk siswa terutama yang jasih sangat pasif dalam berbicara. Hal ini dimaksudkan untuk memberi peluang kepada mereka yang malu dan takut salah. Biasanya melalui penunjukan secara langsung, siswa tersebut akan mempunyai alasan untuk maju menyampaikan pendapatnya.

SIKLUS III

Langkah-langkah umum kegiatan pada siklus III ini hampir sama dengan langkah umum kegiatan pada siklus sebelumnya. Langkah kegiatan pembelajaran ditambah dengan tindakan-tindakan perbaikan hasil refleksi siklus II. Tahapan kegiatan siklus III ini meliputi empat kegiatan yaitu penyusunan rencana tindakan atau persiapan, pelaksanaan tindakan, analisis dan refleksi.

Perencanaan Tindakan Siklus III

Pada tahap perencanaan siklus III ini peneliti menyusun perencanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan hasil refleksi siklus sebelumnya. Kegiatan pembelajaran sama dengan kegiatan pembelajaran siklus II (RPP siklus III terdapat pada lampiran 3). Hanya saja saat kegiatan mengkomunikasikan, guru/ peneliti akan melakukan penunjukan langsung pada siswa terutama yang masih pasif berbicara pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi peluang mereka yang malu untuk mengajukan diri meskipun sebenarnya mereka sudah memahami materi yang dipelajari. Guru juga memberi pengarahan tentang langkah pembelajaran yang akan dilakukanpada awal pembelajaran agar kegiatan lebih tertib dan terarah. Selain menyusun RPP, pada tahap perencanaan ini peneliti juga menyiapkan bahan ajar, menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa serta menyusun rencana pengolahan data.

Peneliti merancang waktu yang digunakan dalam siklus III adalah 2 kali tatap muka / 2 kali pertemuan dimana masing-masing tatap muka berdurasi 2 X 45 menit. Tatap muka kesatu siklus III siswa cara mengubah atau menentukan skala peta dengan langkah-langkah pendekatan saintifik sebagaimana yang telah didesain pada RPP (lampiran 3). Tatap muka kedua siklus III siswa mempelajari cara menggali informasi geografis dari peta juga dengan langkah-langkah pendekatan saintifik yang telah didesain dalam RPP (lampiran 3).

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus III

Pertemuan pertama siklus III (tanggal 20 Agustus 2017). Sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan dalam RPP (lampiran 3), peneliti menyampaikan SK, KDindikator dan tujuan pembelajaran. Guru memberi pengarahan tentang langkah pembelajaran yang akan dilakukan agar kegiatan belajar lebih tertib dan terarah. Guru menampilkan dua buah peta. Wilayah yang digambarkan dalam peta sama tetapi ukuran (skala) berbeda. Peta pertama berukuran 2 x lebih besar dari peta kedua. Kemudian guru mengajukan permasalahan “bagaimana perbandingan lebar peta pertama dengan peta kedua? Bagaimana perbandingan

(14)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 188

panjang peta pertama dengan peta kedua? jika peta pertama diketahui skalanya sedangkan peta kedua tidak diketahui skalanya, dapatkah kamu menentukan skala peta kedua tersebut?” Seperti halnya pada siklus II, ternyata permasalahan yang disampaikan ini membuat siswa tertarik untuk mengamati kedua peta tersebut.

Siswa diberi kesempatan bertanya tentang hal yang menarik minatnya berkaitan dengan peta yang ditampilkan.

Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang perbandingan ukuran dan skala pada kedua peta tersebut. Selanjutnya secara berkelompok siswa diharuskan menggali, mengumpulkan informasi tentang tentang perbandingan lebar, panjang dan skala kedua peta tersebutdengan membaca buku/ referensi tentang cara menentukan skala peta. Untuk mempermudah siswa melakukan pengamatan dan menggali informasi, peneliti menyiapkan lembar observasi/ pengamatan siswa, kemudian siswa mencatat informasi yang diperoleh pada lembar observasi.Selama siswa melakukan aktivitas belajar, guru aktif berkeliling membimbing dan memberi bantuan untuk siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan.

Pada pertemuan pertama siklus III, siswa tampak lebih aktif baik pada kegiatan mengamati, bertanya, menggali informasi, menalar atau mengasosiasi melalui diskusi kelompok. Pada saat kegiatan mengkomunikasikan, guru melakukan penunjukan langsung , terutama pada siswa yang sebenarnya cukup pintar tetapi takut untuk berbicara atau menyampaikan pendapat. Cara ini cukup efektif. Siswa-siswa tersebut terpaksa maju ke depan untuk presentasi, dan seperti yang peneliti perkirakan ternyata mereka mampu menyampaikan pendapat yang cukup berbobot.

Pertemuan kedua siklus III(tanggal 24 Agustus 2017).

Materi yang dipelajari adalah cara menggal informasi geografis dari peta. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus III ini sama dengan langkah pembelajaran pertemuan pertama siklus III, dengan pertimbangan proses pembelajaran pada pertemuan tersebut sudah terlihat peningkatan aktivitas belajar siswa yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi/ menalar dan mengkomunikasikan.

Pada saat kegiatan mengkomunikasikan, guru tetap melakukan penunjukan langsung , terutama pada siswa yang sebenarnya cukup pintar tetapi takut untuk berbicara atau menyampaikan pendapat, dan belum mendapat kesempatan pada pertemuan sebelumnya. Untuk mengukur hasil belajar siklus III, peneliti melakukan ulangan harian ketiga pada hari kamis tangga 27 Agustus 2017 (nilai ulangan terdapat pada lampiran 4).

Analisis Siklus III

Setelah dilakukan tindakan dan observasi pada siklus III, selanjutnya peneliti melakukan analisis data hasil observasi aktivitas belajar siswa di kelas yang meliputi aktivitas mengamati, menanyakan, menggali informasi, mengasosiasi/ menalar dan mengkomunikasikan.

Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus III (lampiran 7) peneliti membuat rekapitulasi data sebagai berikut:

(15)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 189

Tabel 4

Rekapitulasi hasil observasi kegiatan siswa siklus III

Nilai Aktivitas % Ket

X ≥ 75,6 69,2 Aktif

59,4 ˂ X ˂ 75,6 26,9 Cukup aktif X ˂ 59,4 3,9 Kurang aktif

Jumlah 100

Sumber: Data Primer

Data pada tabel di tersebut menunjukkan persentase siswa yang melakukan aktivitas belajar mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada siklus III ini terdapat 69,2% siswa yang tergolong aktif dan 26,9% siswa cukup aktif dalam melakukan aktivitas pembelajaran, sedangkan siswa yang terkategori kurang aktif hanya sebanyak 3,9% (1 orang dari 38 siswa) yaitu atas nama Maassabirin. Hasil penelusuran peneliti melalui pengamatan, diskusi dengan guru lain dan wawancara dengan pihak orang tua/ wali Maassabirin, diperoleh keterangan bahwa siswa tersebut sebenarnya termasuk siswa berkebutuhan khusus (lambat belajar). Mengenai hasil belajar yang berkaitan dengan pencapaian KKM sebesar 77 pada siklus III mengalami peningkatan yaitu sebanyak 22 orang atau 69,2 % dari 38 siswa.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada siklus III ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa baik dilihat dari aspek aktivitas belajar maupun dari aspek pencapaian KKM.

Refleksi Siklus III

Saat akhir sesson diadakan refleksi untuk melihat pengalaman siswa secara individudalam mengikuti kegiatan pembelajaran mata pelajaran geografi dengan menggunakan metode pendekatan saintifik.

Kepada para siswa, Peneliti bertanya “Bagaimana pendapat kalian tentang kegiatan pembelajaran yang sudah kita lakukan berkaitan dengan materi peta ini? Apakah kalian merasakan bahwa belajar itu mudah? Dan bagaimana perasaan kalian saat mempresentasikan di depan kelas?’

Dari pertanyaan itu diperoleh beberapa jawaban: siswa menganggap belajar menjadi lebih mudah, bersemangat, tidak jenuh. Siswa juga menyatakan ada kebanggaan dan kepuasan setelah mendapat kesempatan memaparkan di depan kelas. Saat guru bertanya “pada pembelajaran berikutnya, apakah anda berani menyampaikan pendapat tanpa harus ditunjuk guru?” umumnya siswa menjawab “Insyaallah bu”.

Berdasarkan paparan diatas dan jawaban siswa saat diwawancara oleh peneliti pada siklus III ini diketahui bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari aspek aktvitas belajar (mengamati, menanya, menggali informasi, menalar dan mengkomunikasikan) maupun aspek tingkat pencapaian KKM .

PEMBAHASAN

Paparan pada proses pembelajaran tiga siklus yang dilakukan tersebut menunjukan bahwa penggunaan pendekatan saintifik telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dilhat dari aspek aktivitas belajar dan tingkat pencapaian KKM. Aktivitas belajar siswa yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, menggali informasi, menalar dan mengkomunikasikan.

(16)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 190

Hasil belajar dari aspek pencapaian KKM dapat dilihat pada tabel rekapitulasi hasil ulangan harian siklu I, siklus II dan Sikus III berikut ini.

Tabel 5

Rekapitulasi hasil ulangan siklus I, II, dan III

NILAI ULANGAN Siklus I Siklus II Siklus III

f % f % f %

X ˂ 77 30 92,2 27 73,1 16 30,8

X ≥ 77 8 7,8 11 23,1 22 69,2

Sumber : Data Primer

Data pada tabel di atas terlihat pencapaian KKM pada siklus I hanya 8 orang (7,8% dari 38 siswa), siklus II terdapat 11 orang (23,1% dari 38 siswa) dan siklus III terdapat 22 orang (69,2 % dari 38 siswa). Hal ini menunjukan bahwa penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasakan refleksi setiap siklus,dalam penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode obsevasi lapangan dengan model pembelajaran yang aktif kreatif efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dengan materi pembelajaran Perkembangbiakan pada tumbuhan pada Kelas XII IPS1 SMA Negeri 3 Mataram dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai rata-rata aktifitas siswa dari sklus I, II, dan III, mengalami peningkatan.

2. Pada siklus I, nilai rata-rata aktifitas siswa 61,35 termasuk dalam kategor cukup aktif, pada siklus II, nilai rata-1. Rata aktifitas belajar siswa 70,74 termasuk dalam kategori cukup aktif, dan pada siklus III, nilai – rata aktifitas belajar siswa 78,32 termasuk dalam kategori aktif.

3. Nilai rata – rata hasil belajar siswa juga menglami peningkatan dari siklus I, II dan III. Pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar siswa 59,58 termasuk dalam kategori kurang, dan pada sklus II, nilai rata-rata hasil belajar siswa 70,47 termasuk dalam kategori baik, dan nilai rata-rata hasil belajar pada siklus III, 75,91termasuk dalamkategori baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi Prof.Dr.. 2006. Prosedur Penelitian.Rineka Cipta. Jakarta. Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Irama Widya.Bandung.

Departemen Pendidikan Dan kebudayaan. 2013. Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran. Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Ridwan, Abdullah Sani. 2014. Pembelajaran saintifik Untuk Implementasi kurikulum 2013).LPMP. Bumi aksara.

Samijo Broto Kiswoyo Mieke Miarsyah Kaligis. 2007.Pendidikan Lingkungan Hidup. Universitas Terbuka.Jakarta.

(17)

Tema Seminar : “ Implementasi Hasil Penelitian Pendidikan Bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia “ 191

Setiawan . Deni. 2004. Komputer dan Media Pembelajaran. Universitas Terbuka.Jakarta. Suprayekti. M. 2006. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka.Jakarta. Supriyadi. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Cakrawala Ilmu. Yogyakarta.

Susilo . 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Pustaka Book Publisher.Yogyakarta. Wardani. I.G. A. K. 2004. Penelitian Tindakan Kelas Universitas Terbuka. Jakarta

Gambar

Tabel 1 : Rekapitulasi Hasil Uji Semester 2 mata pelajaran geografi kelas XI IPS Tahun  pelajaran 2017/2018

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan peningkatan kualitas Website Pemerintah Kota Malang, KPDE (Kantor Pengolahan Data Elektronik) yang telah bermetamorfosis menjadi Dinas Komunikasi dan

Istarani (2014:192) mengatakan: “model pembelajaran Complete Sentence adalah rangkaian proses belajar mengajar yang diawali dengan penyampaian materi ajar oleh guru,

menunjukkan sikap KP di tempat makan memiliki korelasi yang signifikan pada taraf 0,01 dengan preferensi tempat makan (nilai korelasi Spearman 0,147) dan menjadi

Sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang baku, terbuka, dinamis seiring dengan dinamika perkembangan masyarakat

No Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu- ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1 Saya termotivasi untuk mengikuti perkuliahan

database dari satu orang pengguna yang diambil sebanyak 10 kali menggunakan latar belakang putih kemudian diuji dengan citra dari pengguna yang sama tetapi diambil dengan

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada variabel independen yaitu salat berjamaah sedangkan varibabel independen pada penelitian yang

Oleh karena itu, disusunlah penelitian tentang korelasi data gravitasi satelit di daerah potensi panas bumi Blawan-Ijen untuk mengetahui hasil korelasi antara data