PERBANDINGAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENYELENGGARA JASA INTERNET INDONESIA
LAMA
BARU
ARGUMEN
BAB I
KETENTUAN UMUM
KETENTUAN UMUM
BAB I
PASAL 1 PENJELASAN UMUM
1.1. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan pelengkap Anggaran Dasar yang bertujuan untuk memberikan penjelasan dan rincian dalam rangka pelaksanaan Anggaran Dasar.
1.2. Segala hal yang tidak dan/atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan asosiasi akan dituangkan dalam bentuk keputusan-keputusan tertulis pengurus asosiasi.
PASAL 2
NAMA ASOSIASI DAN PEMAKAIANNYA
2.1. Nama lengkap organisasi adalah sebagaimana dicantumkan dalam Anggaran Dasar, yakni ASOSIASI PENYELENGGARA JASA INTERNET INDONESIA selanjutnya disingkat APJII. 2.2. Aturan pemakaian nama dan singkatan
diatur dalam keputusan yang dikeluarkan oleh Dewan Pengurus APJII.
PASAL 3
Pasal 1
1.
Anggaran Rumah Tangga ini merupakan
pelengkap Anggaran Dasar yang bertujuan untuk
memberikan penjelasan dan rincian dalam rangka
pelaksanaan Anggaran Dasar.
2.
Walaupun bersifat pelengkap, Anggaran Rumah
Tangga ini merupakan satu kesatuan dan bagian
yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar.
Rancangan ART yang Baru ketentuan BAB I
hanya mengatur mengenai Ketentuan Umum.
Ketentuan lainnya di pisah dan dilakukan
penyempurnaan.
Ketentuan Pasal 1 ayat (1.2) ART Lama
dilakukan perubahan. Hal ini karena, apa
yang diatur dalam Pasal tersebut bukan
merupakan
penjelasan
umum,
melainkan
ketentuan penutup.
Ketentuan Pasal 3 ART Lama yang mengatur
mengenai Penjabaran Tugas-tugas Pokok telah
dilakukan harmonisasi, dan dimasukan dalam
BAB IV Pasal 7 tentang Pedoman Kegiatan.
Dalam Rancangan ART yang baru, Ketentuan
mengenai Penjabaran Tugas-tugas Pokok
dirubah menjadi Ruang Lingkup Kegiatan.
Harmonisasi dan Perubahan tersebut tanpa
mengurangi makna filosofis dibentuknya APJII
sebagai
wadah
organisasi
yang
memperjuangkan
kepentingan
Industri
Internet di Indonesia.
PENJABARAN TUGAS-TUGAS POKOK 3.1. Dalam hal membina dan mengembangkan
rasa kesatuan dan persatuan diantara para anggotanya, APJII, dalam hal ini pengurus secara berkesinambungan akan menjalin keserasian tata krama berusaha dan dalam mengambil setiap keputusan dengan memperhatikan suara dan aspirasi para anggotanya, termasuk usaha dan upaya menghindari persaingan usaha yang tidak sehat.
3.2. Dalam hal melindungi kepentingan anggotanya, APJII juga akan memberikan masukan kepada Pemerintah, melalui departemen terkait, berbagai masalah demi kepentingan para anggotanya.
3.3. Dalam hal menengahi, mendamaikan dan menyelesaikan perselisihan kepentingan antaranggota melalui usaha arbitrase, APJII dapat saja melakukan kerja sama dengan badan arbitrase yang ada, maupun dengan membentuk tim arbitrase tersendiri yang khusus untuk keperluan tersebut.
3.4. Dalam menyelenggarakan komunikasi dan konsultasi antaranggota, APJII dapat mengusahakan pertemuan rutin ataupun mengelola komunikasi tertulis dan/atau elektronik untuk lebih memudahkan komunikasi. Dalam menyelenggarakan komunikasi dan konsultasi dengan Pemerintah, APJII akan melakukan pendekatan-pendekatan ke departemen terkait untuk lebih memudahkan para anggotanya berkomunikasi secara langsung. Dalam menyelenggarakan komunikasi dan konsultasi dengan asosiasi
semitra lainnya, APJII akan mengusahakan kontak-kontak awal yang dibutuhkan, serta seandainya diperlukan turut berpartisipasi dalam proyek bersama yang melibatkan para anggotanya.
3.5. Dalam hal berperan serta dalam menentukan kebijakan di industri internet, APJII akan memberi masukan kepada Pemerintah, melalui departemen terkait, berbagai hal untuk memajukan industri internet.
3.6. Dalam menyelenggarakan hubungan dengan badan-badan lain yang berkaitan, APJII akan membentuk kerjasama/partisipasi dengan organisasi terkait seperti IANA/ICANN, APNIC, IETF, ISOC, ITU, dan organisasi Internet lainnya di dunia. APJII juga akan menggalang kemitraan dengan para penyelenggara jaringan telekomunikasi dan penyelenggara content untuk mencari peluang kerjasama bagi para anggotanya.
3.7. Sebagai mitra Pemerintah dalam membangun sarana informasi dan komunikasi nasional yang terpadu, efisien dan efektif, APJII akan melakukan koordinasi bersama badan-badan Pemerintah agar perencanaan dan implementasi proyek-proyek nasional dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
BAB II. KEANGGOTAAN
BAB II
NAMA ASOSIASI, LAMBANG DAN
PEMAKAIANNYA
PASAL 4
KRITERIA KEANGGOTAAN
4.1. Anggota APJII adalah badan usaha yang bergerak di bidang penyelenggaraan jasa internet dan memiliki usaha resmi yang sah sebagaimana diatur dalam peraturan dan Undang-Undang Republik Indonesia diwakili oleh pemilik atau direkturnya.
4.2. Anggota Kehormatan adalah tokoh pribadi/perorangan, pejabat Pemerintah, organisasi/badan/institusi yang dianggap berjasa dalam turut memajukan organisasi berdasarkan kriteria-kriteria umum sebagai berikut:
a) Secara perorangan memiliki kepribadian, kharisma, kebijaksanaan dan kearifan;
b) Secara perorangan mempunyai dedikasi dan integritas yang utuh kepada profesi dan jabatan yang disandangnya serta menjaga martabat dan kehormatan yang dimilikinya; c) Secara perorangan mempunyai
perhatian yang mendukung tujuan utama APJII serta memberikan masukan serta sumbangan pikiran untuk kepentingan asosiasi;
d) Secara organisasi/badan/institusi memiliki keabsahan hukum dan berperan serta dalam pembangunan nasional.
Pasal 2
1. Nama lengkap organisasi adalah sebagaimana
dicantumkan dalam Anggaran Dasar, ASOSIASI
PENGELOLA
JARINGAN
INTERNET
INDONESIA selanjutnya disingkat APJII.
2. Aturan pemakaian nama dan singkatan serta
lambang diatur dalam Peraturan Asosiasi.
Ketentuan
dalam
BAB
II
merupakan
pengaturan lebih lenjut berkaitan dengan
penggunaan Nama dan Lambang Asosiasi.
Ketentuan BAB II mengenai Keanggotaan
dalam ART Lama, dilakukan harmonisasi
dengan BAB II mengenai Keanggotaan dalam
AD Lama. Harmonisasi BAB Keanggotaan
dalam AD Lama dilakukan karena terjadi
tumpang
tumpang
tindih
dalam
pengaturannya. Sehingga dalam Rancangan
AD yang baru, dilakukan Pemisahan mengenai
Keanggotaan, dimana fundamen keanggotaan
diatur dalam AD, dan yang bersifat sedikit
teknis diatur dalam ART.
PASAL 5
PROSEDUR PENDAFTARAN DAN PENGANGKATAN ANGGOTA
5.1. Pendaftaran Anggota dilakukan secara tertulis kepada Dewan Pengurus setempat, dengan mengisi formulir pendaftaran yang disediakan untuk keperluan tersebut. 5.2. Lampiran-lampiran yang diperlukan untuk
itu antara lain terdiri dari Akte Pendirian Perusahaan/Notaris, Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Ijin Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Perusahaan, Ijin Prinsip dan/atau Ijin Operasi dan/atau Tanda Registrasi dari Pemerintah dan/atau Instansi yang berwenang bagi yang telah mendapatkannya.
5.3. Prosedur administrasi lainnya diatur pelaksanaannya oleh Dewan Pengurus dan dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Harian. 5.4. Keputusan tentang diterima atau tidaknya menjadi Anggota APJII ditetapkan melalui tenggang waktu selambat-lambatnya 75 (tujuh puluh lima) hari kerja untuk memeriksa keabsahan seluruh lampiran dan dokumen yang menyertai formulir pendaftaran, disamping memeriksa secara nyata keberadaan perusahaan calon Anggota tersebut.
5.5. Hasil keputusan tersebut sudah harus diberitahukan kepada calon Anggota selambat-lambatnya 25 (dua puluh lima) hari kerja setelah masa tenggang waktu di atas.
5.6. Setiap Anggota harus menyetujui kondisi dan ketentuan keanggotaan.
5.7. Setiap Anggota yang sudah diterima dan terdaftar akan menerima Surat Tanda Keanggotaan APJII.
PASAL 6
PROSEDUR PENGANGKATAN ANGGOTA KEHORMATAN
6.1. Anggota Kehormatan bisa diusulkan oleh setiap Anggota untuk kemudian disaring dan dicalonkan oleh Dewan Pengurus kepada para Anggota melalui Rapat Kerja Nasional APJII.
6.2. Pengusulan calon Anggota Kehormatan APJII diajukan secara tertulis kepada Dewan Pengurus dengan dilampiri riwayat hidup calon Anggota Kehormatan secara rinci dan penjelasan peran sertanya dalam mendukung organisasi.
6.3. Apabila calon Anggota Kehormatan adalah organisasi/badan/institusi, maka lampiran profil organisasi, susunan pengurus dan rincian anggotanya serta fungsi dan peranannya di masyarakat merupakan lampiran yang pokok.
6.4. Kepada Anggota Kehormatan APJII yang sudah memperoleh persetujuan dan disahkan, akan menerima Surat Tanda Keanggotaan Kehormatan APJII.
PASAL 7
SANKSI-SANKSI ASOSIASI Setiap Anggota yang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan APJII dan tidak
memenuhi kewajibannya sebagai Anggota dapat dikenakan sanksi-sanksi berupa:
7.1. Teguran resmi dalam bentuk peringatan tertulis dari Dewan Pengurus.
7.2. Penghentian pelayanan asosiasi yang semula merupakan haknya sebagai Anggota.
7.3. Pemberhentian sebagai Anggota secara tertulis dan diumumkan kepada seluruh Anggota.
PASAL 8
KEHILANGAN STATUS KEANGGOTAAN BAGI ANGGOTA
Status keanggotaan Anggota dapat hilang, karena: 8.1. Ijin usahanya dicabut oleh Pemerintah atau dinyatakan pailit berdasarkan Keputusan Pengadilan.
8.2. Karena yang bersangkutan menghentikan usahanya/menutup perusahaan atau tidak dapat lagi mewakili perusahaan dalam keanggotaan APJII.
8.3. Apabila setelah 3 (tiga) kali diperingatkan secara tertulis dan terus menerus, yang bersangkutan tidak memenuhi kewajibannya sebagai Anggota, termasuk dalam hal kewajiban iuran keanggotaan. 8.4. Apabila yang bersangkutan merugikan atau
mencemarkan nama baik APJII.
8.5. Apabila yang bersangkutan dinyatakan kehilangan keanggotaannya karena melanggar ketentuan-ketentuan yang
berlaku di APJII.
8.6. Apabila yang bersangkutan mengundurkan diri atas kemauannya sendiri.
PASAL 9
KEHILANGAN STATUS KEANGGOTAAN BAGI ANGGOTA KEHORMATAN
9.1. Status keanggotaan Anggota Kehormatan dapat hilang, karena: Yang bersangkutan bertindak tidak sesuai dengan ketentuan yang ada di Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan-ketentuan lain APJII.
9.2. Yang bersangkutan meninggal dunia, apabila Anggota Keanggotaan tersebut adalah perorangan.
9.3. Yang bersangkutan dibubarkan oleh Pemerintah atau menyatakan pembubaran organisasi, apabila Anggota Kehormatan tersebut adalah organisasi/badan/institusi. 9.4. Mengundurkan diri atas kemauannya
sendiri.
PASAL 10
PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN
10.1. Berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada dan laporan serta pembuktian yang tersedia, maka Dewan Pengurus dapat melakukan pemberhentian keanggotaan secara tetap atau sementara keanggotaan.
10.2. Kepada yang bersangkutan akan disampaikan pemanggilan
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali untuk didengar keterangan dan penjelasannya dan Dewan Pengurus menghadirkan sekurang-kurangnya 4 (empat) orang Anggota sebagai saksi.
10.3. Hasil pemanggilan ini merupakan kesimpulan akhir terhadap usulan pemberhentian keanggotaan.
10.4. Kepada yang bersangkutan akan diberikan Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan yang disahkan oleh Dewan Pengurus berdasarkan kesimpulan akhir yang diperoleh Dewan Pengurus.
10.5. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan diberikan selambat-lambatnya 25 (dua puluh lima) hari kerja sejak pemanggilan terakhir dilaksanakan.
PASAL 11
SURAT TANDA KEANGGOTAAN DAN SURAT KEPUTUSAN
PEMBERHENTIANKEANGGOTAAN
11.1. Surat Tanda Keanggotaan berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal dikeluarkannya dan ditandatangani oleh Ketua Umum APJII setelah memperoleh persetujuan Dewan Pengawas.
11.2. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan Sementara berlaku selama 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak tanggal dikeluarkannya dan ditandatangani oleh dan Ketua Umum APJII setelah memperoleh persetujuan Dewan Pengawas.
11.3. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan Tetap berlaku sejak tanggal
dikeluarkannya dan ditandatangani oleh Ketua Umum APJII setelah memperoleh persetujuan Dewan Pengawas.
11.4. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan Sementara maupun Tetap harus dilampiri sekurang-kurangnya Berita Acara Hasil Pemanggilan yang ditandatangani lengkap oleh 4 (empat) anggota sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 10 ayat 2.
11.5. Bersamaan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan Tetap, maka Surat Tanda Keanggotaan yang pernah diberikan kepada yang bersangkutan dinyatakan gugur dan tidak berlaku lagi, demikian pula hak dan kewajibannya sebagai anggota APJII.
BAB III ORGANISASI
BAB III
RUANG LINGKUP KEGIATAN
PASAL 12
PEMBENTUKAN DAN PENYEMPURNAAN PERANGKAT KERJA ASOSIASI
12.1. Musyawarah Nasional Pertama dalam rangka pembentukan APJII tanggal limabelas Mei seribu sembilanratus sembilanpuluh enam (15-05-1996) telah meratifikasi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga pendirian asosiasi.
12.2. Penyempurnaan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan melalui Musyawarah Nasional dan/atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
Pasal 3
Ruang lingkup kegiatan APJII meliputi:
1. Berpartisipasi aktif dalam penyusunan
regulasi pengaturan tata kelola dan tata niaga
Industri
Internet
yang
mendorong
perkembangan dan pertumbuhan industri
Internet.
2. Melakukan kajian-kajian mengenai
perkembangan dan pertumbuhan Internet.
3. Pengembangan Indonesia Internet
eXchange
dan keamanan Jaringan.
4. Penyelenggaraan layanan-layanan
National
Dalam BAB III Rancangan ART Baru diatur
mengenai Ruang Linkup Kegiatan, yang
merupakan
penjabran
lebih
lanjut
dari
Pedoman
Kegiatan
yang
diatur
dalam
Rancangan AD.
Ketentuan BAB III dalam ART lama yang
mengatur
mengenai
Pembentukan
dan
Penyempurnaan Perangkat Kerja Asosiasi,
sudah tidak relevan lagi untuk diatur. Karena
Penyempurnaan
AD/ART
APJII
telah
diberikan wewenangnya kepada anggota untuk
dapat dirubah hanya dalam Munas.
PASAL 13
HUBUNGAN JENJANG STRUKTUR ASOSIASI
13.1. Dewan Pengurus adalah pelaksana kebijaksanaan dan hasil Musyawarah Nasional APJII.
13.2. Dewan Pengawas adalah perwakilan Anggota yang berfungsi mengawasi pelaksanaan hasil Musyawarah Nasional oleh Dewan Pengurus.
13.3. Badan-badan pelaksana lainnya dalam bentuk tim atau kelompok kerja dan yang sejenis lainnya bisa dibentuk atas prakarsa dan keputusan Dewan Pengurus berdasarkan kebutuhan.
13.4. Uraian hak dan kewajiban serta penjelasan lainnya dari setiap anggota Dewan Pengurus maupun setiap personil Badan Pelaksana Harian serta badan/tim atau kelompok kerja yang dibentuk kemudian, diuraikan dalam lembar terpisah berbentuk Uraian Jabatan (Job Description), dan mempunyai kekuatan hukum karena merupakan lampiran kelengkapan Anggaran Rumah Tangga.
PASAL 14
IDNIC (INDONESIA NETWORK INFORMATION CENTER)
14.1. Kelembagaan registry yang didirikan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik peraturan local maupun internasional. 14.2. IDNIC adalah badan hukum di Indonesia
Internet Registry (NIR)
dan kajian-kajian yang
berhubungan dengan Internet.
5. Pelatihan-pelatihan teknis dan penerbitan
sertifikasi profesi Internet.
6. Kerjasama dengan institusi-institusi terkait
baik dalam maupun luar negeri.
7. Berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
terkait dengan Industri Internet baik di dalam
negeri maupun di luar negeri yang sejalan
dengan tujuan dan kepentingan organisasi.
Hubungan jenjang Struktur dimasukan dalam
BAB
VIII
Rancangan
ART,
yang
penempatannya setelah pengaturan mengenai
Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.
Pemisahan ini dilaukan karena hal yang diatur
merupakan hubungan kerja antara Dewan
Pengurus dan Dewan Pengawas, sehingga
kurang tepat penempatannya dalam BAB
mengenai Organisasi.
Ketentuan mengenai IDNIC diatur dalam
Layanan
IDNIC,
sedangkan
ketentuan
mengenai kelembagaan nama domain, telah
diatur dalam AD yang telah disesuaikan
dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan
Infromatika.
dibentuk oleh Anggota, serta pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) untuk menjadi Kelembagaan Registry DNS DTT (domain tingkat tinggi) “.id” yang dikelola oleh PDTT-ID (Pengelola Domain Tingkat Tinggi – Indonesia), serta struktur kelembagaan registry untuk DNS DTD (domain tingkat dua).
14.3. Registry DTD adalah lembaga pengelolaan yang mengadakan pengaturan pelayanan operasional kepada Registrar.
14.4. Jumlah Registry DNS DTD disesuaikan dengan kebutuhan DNS DTD di Indonesia, yakni: a) Registry “ac.id” b) Registry “co.id” c) Registry “or.id” d) Registry “net.id” e) Registry “mil.id” f) Registry “sch.id” g) Registry “web.id” h) Registry “go.id”
i) Registry lainnya, yang mungkin muncul berdasarkan permintaan publik.
PASAL 15
REGISTRY G-TLD (GENERIC TOP LEVEL DOMAIN)
15.1. Kelembagaan registry yang didirikan harus sesuai dengan peraturan internasional yang
berlaku.
15.2. Apabila situasi belum memungkinkan untuk membentuk lembaga terpisah, maka badan IDNIC yang disebut pada Pasal 14 Anggaran Rumah Tangga ini dapat berfungsi sebagai pelaksana g-TLD.
15.3. Badan Pelaksana Harian menjadi salah satu registrar untuk pendaftaran nama domain berbasis g-TLD.
PASAL 16
PELAKSANA PENAGIHAN
Badan Pelaksana Harian menjalankan fungsi sebagai pelaksana penagihan untuk seluruh layanan APJII yang disebutkan dalam Anggaran Dasar Bab VII Layanan APJII.
BAB IV PENGURUS
BAB IV
LAYANAN
PASAL 17
PERSYARATAN DEWAN PENGURUS DAN DEWAN PENGAWAS
17.1. Anggota Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas sekurang-kurangnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Warga Negara Republik Indonesia yang sah.
b) Pemilik/Direktur/Karyawan yang ditunjuk oleh perusahaan yang menjadi anggota APJII.
c) Tidak pernah terlibat dengan organisasi
Bagian Kesatu
IIX-APJII
Pasal 4
1. Pengelolaan Jaringan Indonesia Internet
Exchange (IIX) dilaksanakan oleh suatu
bidang dalam Dewan Pengurus.
2. Bidang tersebut berpedoman kepada prinsip
kebersamaan,
kemitraan,
tidak
bersaing
dengan Anggota, netral, nir-laba atau tidak
semata-mata mencari keuntungan, profesional
dan
independen,
dengan
tujuan
untuk
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
Ketentuan Layanan dalam Rancangan ART,
adalah sebagai penjabaran lebih lanjut dari
layanan
yang
sudah
ditegaskan
dalam
Rancangan AD.
Ketentuan BAB IV yang mengatur mengenai
Pengurus dalam ART Lama, dilakukan
pemisahan dan harmonisasi dalam materi yang
diaturnya. Mengenai persyaratan Dewan
Pengurus dan Dewan Pengawas dimasukan
dalam BAB Pemilihan pada Rancangan ART
Baru. Hal ini karena melihat materi yang
diatur, adalah merupakan persyaratan bagi
anggota yang ingin mengajukan diri sebagai
terlarang.
d) Memiliki dedikasi dan komitmen kepada APJII.
e) Berdomisili dan berusaha didalam wilayah hukum Republik Indonesia. 17.2. Menyatakan secara tertulis bersedia
sebagai Anggota Dewan Pengurus atau Anggota Dewan Pengawas selama jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar Pasal 12 dan Pasal 13. 17.3. Dipilih dalam Musyawarah Nasional
berdasarkan prosedur yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
17.4. Anggota yang mengajukan sebagai Dewan Pengurus tidak diperkenankan memangku jabatan dalam 3 (tiga) kali masa kerja sebagai Dewan Pengurus secara berturut-turut; 1 (satu) masa kerjaDewan Pengurus adalah selama 3 (tiga) tahun.
17.5. Apabila terjadi hal seperti yang dimaksud dalam Bab VI Pasal 28 ayat 2 Anggaran Rumah Tangga ini, maka masa kerja kepengurusan Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas diperpanjang hingga terlaksananya Musyawarah Nasional. 17.6. Dewan Pengurus melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasar Bab III Pasal 13 serta keputusan-keputusan Musyawarah Nasional.
17.7. Fungsi Dewan Pengurus diatur dalam Anggaran Dasar Pasal 13 ayat 4 dengan wewenang sebagai berikut:
e) Menjabarkan garis-garis besar program kerja yang ditetapkan menjadi
kepada Anggota.
3. Layanan IIX adalah layanan interkoneksi
Nasional antar anggota.
4. Pemilihan titik-titik dimana IIX berada
harus memenuhi kriteria tertentu yang
diputuskan oleh Dewan Pengurus.
5. Pengelolaan IIX berada sepenuhnya dibawah
tanggung jawab dan kendali APJII.
6. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam
pengoperasian IIX diputuskan di dalam Open
Policy Meeting yang akan dijelaskan dalam
Peraturan Asosiasi.
Bagian Kedua
IDNIC-APJII
Pasal 5
1. APJII bekerja sama dengan badan-badan dunia
yang mengelola Alamat Protokol Internet (PI) atau
Autonomous System Number (ASN).
2. APJII menerima mandat sebagai National
Internet Registry (NIR) dari badan Sumber Daya
Internet dunia untuk mengalokasikan ALamat PI
dan ASN bagi masyarakat pengguna Internet di
Indonesia.
3. Dalam melaksanakan ketentuan ayat (1) di atas,
dikelola oleh bidang yang disebut Indonesia
Network Information Center (IDNIC).
4. Bidang IDNIC mempunyai tugas:
a.
membantu
melakukan
kajian-kajian
berhubungan dengan arah kebijakan pengelolaan
Alamat PI di Indonesia;
b. membantu merumuskan kebijakan umum
pengelolaan Alamat PI di Indonesia untuk
ditetapkan oleh Pemerintah;
c. melakukan mediasi penyelesaian perselisihan
Dewan Pengawas atau Dewan Pengurus.
Ketentuan mengenai Badan Pelaksana Harian
dalam Pasal 20 ART lama dihilangkan dan
akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Asosiasi. Hal ini karena BPH, bukan
merupakan
bagian
dari
Asosiasi
yang
mempunyai
sfat
seperti
halnya
Dewan
Pengawas dan Dewan Pengurus. BPH dalam
APJII lebih merupakan tenaga professional
yang bekerja dalam rangka administrasi
APJII. Sehingga, keberadaannya secara tegas
diatur dalm AD sebagai wujud legitimasi
keberadaannya,
dan
lebih
lanjut
pengaturannya dituangkan dalam Peraturan
Asosiasi.
program kegiatan kerja yang praktis untuk dapat dilaksanakan di lapangan. f) Melakukan pemantauan terhadap
dinamika Anggota agar tetap sejalan dengan kebijaksanaan umum, dan memberikan pertimbangan dan saran-saran mengenai pembinaannya. g) Mengakomodir aspirasi Anggota
dengan menghasilkan bentuk nyata yang dapat dirasakan oleh seluruh Anggota secara adil merata dan transparan.
h) Menyusun dan menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan program kerja dan layanan APJII.
i) Menyelenggarakan hubungan dengan pihak luar yang memberikan manfaat bagi organisasi.
j) Ketua Umum atau Wakil dan Bendahara atau Wakil memiliki wewenang untuk membuka rekening Bank dan menandatangani giral Bank berupa Cek/Bilyet Giro dan surat-surat lain yang diperlukan oleh Pihak Bank atas rekening Bank APJII.
PASAL 18
TATA KERJA DEWAN PENGURUS DAN DEWAN PENGAWAS
18.1. Untuk pertama kali Dewan Pengurus menetapkan program kerja tahunan yang dilengkapi dengan Rencana Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran (APPA) untuk disetujui oleh Dewan Pengawas
selambat-antara Pengelola Lokal Alamat PI dengan
Pengguna Alamat PI.
5. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam
pengelolaan Alamat PI diputuskan di dalam
Open
Policy Meeting
yang akan dijelaskan dalam
Peraturan Asosiasi.
6. Hal-hal mengenai tugas dan fungsi bidang
IDNIC diatur dalam Peraturan Asosiasi.
Bagian Ketiga
Layanan Sertifikasi dan Training
Pasal 6
1. Guna mendukung kemajuan dan professional di
bidang TIK, perlu dinyatakan dalam suatu
Sertifikat Kompetensi yang sah dan berlaku secara
nasional.
2. Layanan Sertifikasi dan Training mempunyai
maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan uji
kompetensi bagi peserta didik kursus
dan pelatihan dari satuan pendidikan non-formal
dan warga masyarakat yang belajar mandiri di
bidang TIK
3. Kegiatan Layanan Sertifikasi dan Training
adalah meliputi:
a. Mengembangkan, menyusun dan menetapkan
norma, standar, pedoman dan kriteria kompetensi
lulusan;
b.
Menyusun
dan
melaksanakan
program
sosialisasi, edukasi dan advokasi;
c. Menetapkan petunjuk teknis uji kompetensi dan
instrumen penilaian uji kompetensi;
d. Menetapkan Tempat Uji Kompetensi (TUK);
e. Melakukan pengujian kompetensi dan sertifikasi
kompetensi terhadap lulusan kursus atau belajar
lambatnya 1 (satu) bulan.
18.2. Dewan Pengawas menetapkan program kerja tahunan yang dilengkapi dengan APPA yang diterima dari Dewan Pengurus selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah Dewan Pengurus terbentuk.
18.3. Selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah terbentuknya Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas harus sudah menyusun dan mensahkan berlakunya Tata Tertib Kerja Kepengurusannya, yang paling sedikit berisikan:
a) Uraian Tugas dan Tanggung Jawab setiap Anggota Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.
b) Mekanisme Organisasi dan Tata Tertib Rapat Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.
c) Tolok Ukur Unjuk kerja masing-masing Anggota Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.
d) Rapat Dewan Pengurus diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
e) Rapat Dewan Pengawas diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
f) Rapat Dewan Pengawas bersama dengan Dewan Pengurus diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
mandiri untuk pekerjaan di bidang TIK;
f. Melakukan pengawasan, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi.
4. Layanan Sertifikasi dan Training dikelola oleh
bidang dalam Dewan Pengurus.
5. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam
layanan sertifikasi dan training diputuskan di
dalam Open Policy Meeting yang akan dijelaskan
dalam Peraturan Asosiasi.
6. Tugas dan Fungsi bidang layanan sertifikasi dan
training diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Asosiasi.
PASAL 19
PENGGANTIAN ANGGOTA DEWAN PENGURUS DAN DEWAN PENGAWAS
19.1. Anggota Dewan Pengurus dan Anggota Dewan Pengawas dinyatakan berhenti atau tidak dapat meneruskan jabatannya sampai akhir masa jabatannya, apabila:
a) Yang bersangkutan mengundurkan diri. b) Yang bersangkutan meninggal dunia c) Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi
persyaratan sebagai Anggota Dewan Pengurus atau Dewan Pengawas seperti yang dimaksud dalam Pasal 17 Anggaran Rumah Tangga ini.
d) Yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai Anggota Dewan Pengurus atau Dewan Pengawas sesuai dengan Tata Tertib Kerja kepengurusan Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas seperti yang dimaksud dalam Pasal 18 Anggaran Rumah Tangga ini.
e) Yang bersangkutan sudah tidak lagi sebagai Pemilik/Direktur/Karyawan di Perusahaan yang menjadi Anggota APJII.
19.2. Apabila oleh salah satu sebab yang disebutkan dalam ayat 1 Pasal ini, Ketua Umum Dewan Pengurus atau Ketua Dewan Pengawas tidak dapat terus memegang jabatannya sampai akhir masa jabatannya, maka untuk melanjutkan sisa akhir masa jabatan tersebut, Rapat Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas yang khusus untuk itu dapat memilih Calon Pengganti diantara
Anggota Dewan Pengurus atau Anggota Dewan Pengawas untuk diangkat dan disahkan oleh Dewan Pengawas.
19.3. Penggantian Anggota Dewan Pengurus dan Pengawas:
a) Apabila oleh salah satu sebab yang disebut dalam ayat 1 di atas, seorang Bendahara sebagai Anggota Dewan Pengurus tidak dapat memegang jabatannya sampai akhir masa jabatannya, maka Rapat Dewan Pengurusdapat menentukan penggantinya diantara Anggota Dewan Pengurus untuk diangkat dan disahkan oleh Dewan Pengawas.
b) Apabila oleh sesuatu sebab yang disebut dalam ayat 1 di atas, seorang Anggota Dewan Pengurus tidak dapat memegang jabatannya sampai akhir masa jabatannya, maka Rapat Dewan Pengurus dapat menentukan penggantinya sebagai Anggota Dewan Pengurus Paruh Waktu dari daftar calon Anggota Dewan Pengurus, sejauh orang pengganti memenuhi syarat-syarat kepengurusan seperti dimaksud dalam Pasal 17 Anggaran Rumah Tangga untuk diangkat dan disahkan oleh Dewan Pengawas.
c) Apabila oleh satu sebab yang disebut dalam ayat 1 di atas, seorang Anggota Dewan Pengawas tidak dapat memegang jabatannya sampai akhir masa jabatannya, maka Rapat Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas dapat menentukan penggantinya sebagai Anggota Dewan Pengawas Paruh
Waktu dari urutan pemilihan calon Anggota Dewan Pengawas, sejauh orang pengganti memenuhi syarat-syarat kepengurusan seperti dimaksud dalam Pasal 17 Anggaran Rumah Tangga ini untuk diangkat dan disahkan oleh Dewan Pengawas.
19.4. Rapat Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas untuk penggantian Ketua Umum, Anggota Dewan Pengurus atau Pimpinan/Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan 3 Pasal ini, harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Anggota Dewan Pengurus dan Anggota Dewan Pengawas.
19.5. Pergantian pengurus harus dilaporkan pada Rapat Kerja Nasional dan/atau Musyawarah Nasional terdekat.
19.6. Anggota APJII dan/atau Anggota Dewan Pengurus dan/atau Anggota Dewan Pengawas yang ditunjuk APJII mewakili afiliasi dinyatakan berhenti, jika:
a) Yang bersangkutan mengundurkan diri; b) Yang bersangkutan meninggal dunia; c) Yang bersangkutan sudah tidak lagi
sebagai Pemilik/Direktur/Karyawan di Perusahaan yang menjadi Anggota APJII.
19.7. Jika Anggota yang mewakili terhadap afiliasi oleh satu sebab dalam Pasal 19 ayat 6, maka Rapat Dewan Pengurus yang khusus untuk itu dapat memilih Pengganti di antara Anggota APJII, Anggota Dewan Pengurus atau Anggota Dewan Pengawas untuk
diangkat dan disahkan oleh Dewan Pengawas.
PASAL 20
BADAN PELAKSANA HARIAN
20.1. Badan Pelaksana Harian (BPH) dipimpin oleh seorang Kepala Badan Pelaksana Harian dengan nama jabatan Sekretaris Badan Pelaksana Harian.
20.2. Kepala, organisasi dan personalia Badan Pelaksana Harian ditetapkan dengan Keputusan Dewan Pengurus.
20.3. Staf Badan Pelaksana Harian haruslah profesional, dan tidak diperkenankan mempunyai hubungan kepentingan usaha apapun dengan APJII maupun Anggota APJII.
20.4. Kriteria dan tata cara pemilihan dan penetapan Kepala BPH adalah sebagai berikut:
a) Kepala BPH adalah seorang profesional yang tidak memiliki perusahaan sejenis dengan perusahaan yang menjadi Anggota APJII, termasuk memiliki saham penuh atau sebagian pada perusahaan yang dimaksudkan.
b) Kepala BPH adalah seorang profesional yang harus memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan, serta berkemampuan komunikasi aktif internal maupun eksternal.
profesional yang mendapatkan hak dan kewajiban sebagaimana layaknya seorang tenaga kerja sesuai peraturan dan undang-undang tenaga kerja yang berlaku.
d) Kepala BPH dipilih melalui seleksi khusus yang ditangani secara khusus pula oleh Dewan Pengurus.
20.5. Tugas-tugas dan tanggungjawab Badan Pelaksana Harian ditetapkan secara terpisah melalui sebuah Surat Keputusan Dewan Pengurus.
PASAL 21
KOORDINATOR DAN KELOMPOK KERJA 21.1. Kelompok Kerja adalah salah satu bentuk
badan pelaksana yang dapat dibentuk oleh Dewan Pengurus berdasarkan kebutuhan. 21.2. Koordinator dan Wakil Koordinator suatu
Kelompok Kerja dipilih oleh Dewan Pengurus atas dasar usul dari anggota yang tergabung dalam suatu kelompok kerja tertentu.
21.3. Koordinator dan Wakil Koordinator Kelompok Kerja duduk dalam Dewan Pengurus dan jika berhalangan penggatiannya diatur oleh kesepakatan Anggota dalam Kelompok Kerja yang bersangkutan.
21.4. Kelompok Kerja merupakan forum terbuka yang kegiatannya dapat diikuti oleh setiap Anggota maupun non-anggota yang berminat.
21.5. Aturan kerja, tata komunikasi, program dan biaya kegiatan Kelompok Kerja diusulkan oleh Kelompok Kerja dan disetujui oleh Dewan Pengurus dan diintegrasikan ke dalam Program Kerja Dewan Pengurus. Aturan kerja dan program harus sejalan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga APJII.
21.6. Seorang Anggota dapat mengikuti kegiatan lebih dari satu Kelompok Kerja.
21.7. Anggota Kelompok Kerja dapat diminta untuk ikut membiayai kegiatan kelompok yang diikutinya.
BAB V
PEMILIHAN DEWAN PENGURUS DAN DEWAN PENGAWAS
BAB V
KEANGGOTAAN
PASAL 22
PEMILIH DAN HAK SUARA
22.1. Yang berhak memilih Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas adalah Anggota.
22.2. Setiap Anggota mempunyai hak 1 (satu) suara untuk masing-masing 1 orang anggota Dewan Pengurus dan 1 orang anggota Dewan Pengawas.
PASAL 23
CALON DAN PENCALONAN
23.1. Setiap Anggota yang memenuhi syarat menjadi anggota Dewan Pengurus maupun Dewan Pengawas seperti yang diuraikan dalam Pasal 17 Anggaran Rumah Tangga
Bagian Kesatu
Syarat Keanggotaan
Pasal 7
Syarat Keanggotaan APJII terbagi menjadi:
1. Berbadan hukum:
a. Bagi lembaga negara memiliki dasar hukum
pembentukannya;
b. Bagi perusahaan dan organisasi wajib memiliki
Surat Keputusan sebagai badan hukum sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia;
c. Bagi Perusahaan penyelenggara telekomunikasi
memiliki
Izin
Usaha
Penyelenggaraan
Telekomunikasi, dan bagi non penyelenggara
telekomunikasi memiliki izin sesuai dengan akta
Keanggotaan dalam Rancangan ART Baru
merupakan penjabaran dan harmonisasi dari
keanggotaan yang diatur dalam Rancangan
AD. Serta juga merupakan harmonisasi dari
Keanggotaan yang diatur dalam ART Lama.
Ketentuan
mengenai
Pemilihan
Dewan
Pengurus dan Dewan Pengawas dalam BAB V
ART Lama, diatur dalam BAB XII, yang
ditempatkan
setalah
mengatur
Dewan
Pengurus dan Dewan Pengawas serta Forum
Pertemuan.
ini, berhak untuk mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan Dewan Pengurus maupun Dewan Pengawas. 23.2. Setiap Anggota berhak mengajukan 1 (satu)
orang calon untuk calon Dewan Pengurus dan 1 (satu) orang calon untuk calon anggota Dewan Pengawas dari institusinya, kepada Panitia Pemilihan sesuai jadwal pencalonan yang ditentukan oleh Panitia Pemilihan.
23.3. Calon yang sah adalah calon yang sudah menyampaikan persetujuan pencalonannya kepada Panitia Pemilihan.
23.4. Panitia Pemilihan menetapkan tata cara dan jadwal pencalonan dan pemilihan calon definitif, yang menjamin:
a) Diketahuinya jadwal dan tata cara pencalonan dan pemilihan calon definitif oleh Anggota dengan tenggang waktu yang cukup.
b) Diterimanya surat-surat pencalonan dan pemilihan calon definitif dari anggota yang memilih dan konfirmasi persetujuan oleh calon yang bersangkutan.
c) Diketahui oleh Anggota, daftar seluruh calon yang masuk melalui pencalonan diri maupun dicalonkan.
d) Didapatnya daftar calon yang sah disertai keterangan yang cukup mengenai calon-calon tersebut oleh seluruh Anggota dan tenggang waktu yang cukup bagi Anggota untuk menilai dan memilih.
pendirian Perusahaan;
d. Membayar iuran keanggotaan
2. Non Badan Hukum:
a. Badan usaha non-badan hukum:
1) Memiliki akta pendirian dari notaris;
2) Memiliki izin usaha;
3) Membayar iuran keanggotaan.
b. Organisasi non-badan usaha:
1) Memiliki AD/ART;
2) Membayar iuran keanggotaan.
c. Perorangan:
1) Memiliki identitas (KTP);
2) Membayar iuran keanggotaan.
Pasal 8
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
teknis
pendaftaran keanggotaan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Asosiasi.
Bagian Kedua
Prosedur Pendaftaran Dan Pengangkatan
Pasal 9
1. Pendaftaran dilakukan secara tertulis baik
manual maupun
on-line
yang ditujukan
kepada Dewan Pengurus, dengan mengisi
formulir
pendaftaran yang disediakan untuk
keperluan tersebut.
2.
Memenuhi
syarat-syarat
ketentuan
keanggotaan sebagaimana diatur dalam Pasal
4.
3. Memenuhi syarat administrasi sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Asosiasi.
4. Prosedur administrasi lainnya diatur
pelaksanaannya oleh Dewan Pengurus dan
23.5. Seorang calon hanya dapat menjadi calon Dewan Pengurus atau calon anggota Dewan Pengawas sejauh pencalonannya memenuhi ketentuan yang disebut dalam ayat 1, 2, 3, pasal ini.
PASAL 24
WAKTU DAN CARA PEMILIHAN
24.1. Nama-nama calon Dewan Pengurus dan calon anggota Dewan Pengawas sudah dapat diumumkan oleh Panitia Pemilihan sejak awal dimulainya Musyawarah Nasional, setelah mendapat persetujuan tertulis dari calon.
24.2. Dewan Pengurus dipilih dan ditetapkan melalui sistem formatur tunggal melalui Musyawarah Nasional.
24.3. Dewan Pengawas dipilih sebanyak 7 (tujuh) orang dari daftar calon Dewan Pengawas yang tersedia.
24.4. Setiap Anggota atau Kuasa Anggota mempunyai 1 (satu) suara untuk memilih 1 (satu) nama calon formatur dan memilih 7 (tujuh) nama calon anggota Dewan Pengawas dengan menuliskan nama pada kertas suara yang disediakan untuk pemilihan formatur dan pemilihan anggota Dewan Pengawas.
24.5. Tata cara pemilihan diatur oleh Panitia Pemilihan yang harus dapat menjamin: a) Tingkat kerahasiaan suara pemilih.
b) Dapat dikontrol dan dibuktikan bahwa suara yang dimasukkan/dikirim telah diterima oleh Panitia Pemilihan.
dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Harian.
5. Keputusan tentang diterima atau tidaknya
menjadi Anggota APJII ditetapkan melalui
tenggang
waktu
selambat-lambatnya
14
(empat belas) hari kerja untuk memeriksa
keabsahan seluruh lampiran dan dokumen
yang
menyertai
formulir
pendaftaran,
disamping memeriksa secara nyata keberadaan
calon Anggota tersebut.
6. Hasil keputusan tersebut sudah harus
diberitahukan
kepada
calon
Anggota
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
kerja setelah masa tenggang waktu di atas.
7. Setiap Anggota harus menyetujui kondisi
dan ketentuan keanggotaan.
8. Setiap Anggota yang sudah diterima dan
terdaftar akan menerima Tanda Keanggotaan
APJII.
9. Tanda Keanggotaan berlaku selama 1 (satu)
tahun sejak tanggal dikeluarkannya dan
ditandatangani oleh Ketua Umum APJII.
Bagian Ketiga
Hak Dan Kewajiban Anggota Asosiasi
Pasal 10
Hak Anggota:
1.
Anggota mempunyai hak dipilih dan
memilih.
2.
Anggota
mempunyai
hak
untuk
berpendapat, usul dan berbicara sesuai dengan
kode etik asosiasi.
3.
Anggota berhak mendapatkan pelayanan
asosiasi sesuai dengan kategori keanggotaan.
c) Dapat dihindari penggunaan hak suara oleh yang tidak berhak.
d) Cukup waktu bagi pemilih untuk memasukkan dan atau mengirim suaranya.
24.6. Panitia Pemilihan harus sudah mengumumkan susunan Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas selambat-lambatnya pada acara sidang terakhir dari Musyawarah, untuk kemudian diangkat oleh Musyawarah.
PASAL 25 PANITIA PEMILIHAN
25.1. Panitia Pemilihan dipilih dan diangkat oleh Dewan Pengurus dan disetujui oleh Dewan Pengawas.
25.2. Panitia Pemilih sekurang-kurangnya terdiri dari seorang Ketua Panitia, seorang Sekretaris panitia dan 5 (lima) orang anggota.
25.3. Dalam pelaksanaan tugasnya panitia pemilihan secara teknis dibantu oleh Badan Pelaksana Harian.
25.4. Biaya pelaksanaan pemilihan pengurus merupakan biaya APJII.
25.5. Panitia Pemilihan bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Musyawarah Nasional.
25.6. Yang dapat diangkat sebagai panitia pemilihan adalah Anggota.
4.
Anggota berhak untuk berpartisipasi dalam
kegiatan asosiasi.
5.
Anggota berhak mengakses atas informasi
mengenai
perkembangan
organisasi
dan
kajian-kajian ilmiah yang dilakukan oleh
asosiasi.
Pasal 11
Kewajiban Anggota:
1. Anggota wajib menjaga nama baik
organisasi.
2. Anggota wajib mematuhi semua peraturan
dan kode etik asosiasi.
3. Anggota wajib mendukung
program-program kerja asosiasi.
4.
Anggota
wajib
membayar
iuran
keanggotaan
sesuai
dengan
kreteria
keanggotaan.
Pasal 12
1. Ketentuan mengenai kode etik asosiasi
diatur dalam Peraturan Asosiasi.
2. Hak dan Kewajiban yang belaum diatur
dalam AD/ART, dapat diatur dalam peraturan
asosiasi.
25.7. Panitia pemilihan sudah harus terbentuk dan mulai bekerja sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) hari kalender sebelum Musyawarah Nasional yang akan mengadakan pemilihan pengurus baru itu diadakan.
PASAL 26 SERAH TERIMA
26.1. Formatur harus sudah mengumumkan susunan Dewan Pengurus inti sebelum Sidang Musyawarah ditutup.
26.2. Dalam waktu 60 (enam puluh) hari kalender setelah Musyawarah Nasional memilih Dewan Pengurus Baru, Dewan Pengurus Lama harus menyerah-terimakan kepengurusan kepada Dewan Pengurus Baru. Hal yang sama berlaku pula untuk Dewan Pengawas.
26.3. Serah terima Dewan Pengurus yang disebut pada ayat 2 pasal ini sekurang-kurangnya menyangkut pemindahan yang jelas dari: a) Keuangan organisasi;
b) Inventaris organisasi;
c) Kegiatan organisasi yang sedang berjalan;
Serah terima Dewan Pengawas sekurang-kurangnya menyangkut kegiatan Dewan Pengawas yang sedang berjalan.
26.4. Selama masa antara terpilihnya Dewan Pengurus Baru dan serah terima tersebut, Dewan Pengurus Lama tetap bekerja dan mendampingi Dewan Pengurus Baru dalam
Bagian Keempat
Sanksi Asosiasi
Pasal 13
Setiap Anggota yang melakukan tindakan-tindakan
yang merugikan APJII dan tidak memenuhi
kewajibannya sebagai Anggota dapat dikenakan
sanksi-sanksi berupa:
1. Teguran resmi dalam bentuk peringatan tertulis
dari Dewan Pengurus.
2. Penghentian pelayanan asosiasi yang semula
merupakan haknya sebagai Anggota.
3. Pemberhentian sebagai Anggota secara tertulis
dan diumumkan kepada seluruh Anggota.
Bagian Kelima
Pemberhentian Keanggotaan
Pasal 14
1. Pemberhentian keanggotaan dapat terjadi karena
kehilangan status keanggotaan, yang disebabkan
karena:
a. Apabila yang bersangkutan mengundurkan diri
atas kemauannya sendiri;
b. Ijin usahanya dicabut oleh Pemerintah atau
dinyatakan
pailit
berdasarkan
Keputusan
Pengadilan;
c. Karena yang bersangkutan menghentikan
usahanya/menutup perusahaan.
2. Berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang
berlaku dalam asosiasi, laporan anggota asosiasi,
dan pembuktian yang tersedia, maka Dewan
Pengurus dapat melakukan pemberhentian tetap
keanggotaan.
rapat-rapatyang bersifat pengambilan keputusan organisasi, penentuan sikap organisasi dan hubungan-hubungan ke luar yang perlu dilakukan. Hal yang sama berlaku pula untuk Dewan Pengawas sesuai dengan tugas-tugas Dewan Pengawas.
surat pemanggilan untuk didengar keterangan serta
penjelasannya dalam forum yang dihadiri oleh
Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.
4. Apabila dalam pemanggilan pertama yang
bersangkutan tidak hadir, maka dalam waktu
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
pemanggian
pertama,
Dewan
Pengurus
mengirimkan pemanggilan kedua.
5. Apabila dalam pemanggilan kedua yang
bersangkutan tidak hadir, maka dalam waktu
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
pemanggilan
kedua,
Dewan
Pengurus
mengirimkan
pemanggilan
ketiga,
yang
merupakan pemanggilan terakhir.
6. Hasil pemanggilan sebagaimana dalam ayat (5)
merupakan keputusan akhir terhadap usulan
pemberhentian keanggotaan.
7. Jika terbukti melangggar ketentuan-ketentuan
yang
ada
dalam
asosiasi,
kepada
yang
bersangkutan akan diberikan Surat
Keputusan Pemberhentian Keanggotaan yang
disahkan oleh Dewan Pengurus berdasarkan
kesimpulan akhir yang diperoleh Dewan Pengurus
dan Dewan Pengawas.
8. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan
diberikan selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak pemanggilan terakhir dilaksanakan.
9. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan
berlaku
sejak
tanggal
dikeluarkannya
dan
ditandatangani oleh Ketua Umum APJII.
10. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan
harus dilampiri sekurang-kurangnya Berita Acara
Hasil Pemanggilan yang ditandatangani oleh
Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.
Keputusan Pemberhentian Keanggotaan, maka
Tanda Keanggotaan yang pernah diberikan kepada
yang bersangkutan dinyatakan gugur dan tidak
berlaku lagi, demikian pula hak dan kewajibannya
sebagai anggota APJII, tanpa menghilangkan
segala kewajiban yang masih tertangguhkan.
BAB VIFORUM PERTEMUAN DAN RAPAT-RAPAT
BAB VI
Dewan Pengawas (
Board of Trustee
)
PASAL 27
BENTUK DAN PENJADWALANNYA
APJII memiliki beberapa bentuk rapat anggota dan/atau forum pertemuan dengan penjelasan personil dan jadwal kegiatannya sebagai berikut: 27.1. Musyawarah Nasional 1 (satu) kali setiap 3
(tiga) tahun.
27.2. Musyawarah Nasional Luar Biasa apabila memenuhi persyaratan yang terdapat di Anggaran Dasar Bab III, Pasal 10 Ayat 6. 27.3. Rapat Kerja Nasional 1 (satu) kali setiap 1
(satu) tahun.
27.4. APJII Open Policy Meeting (OPM) maksimal 2 (dua) kali setiap 1 (satu) tahun.
27.5. Rapat Dewan Pengurus minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
27.6. Rapat Dewan Pengawas dengan Dewan Pengurus minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
27.7. Rapat Dewan Pengawas minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
27.8. Rapat-rapat lain disesuaikan dengan kebutuhan.
Bagian Kesatu
Komisi-komisi
Pasal 15
1. Komisi dibentuk oleh Dewan Pengawas
yang terdiri dari Komisi IIX, Komisi Pelatihan
dan Sertifikasi, Komisi IDNIC, Komisi
Regulasi
dan
Advokasi,
Komisi
Pengembangan Industri Internet, serta Komisi
Internet Security
2. Dewan Pengawas menetapkan jumlah
komisi pada permulaan Rapat Pleno yang
dihadiri oleh Dewan Pengurus.
3. Jumlah anggota komisi ditetapkan dalam
permulaan rapat Dewan Pengawas menurut
perimbangan dan pemerataan jumlah anggota
Dewan Pengawas.
4. Tugas komisi:
a. mengadakan pembicaraan pendahuluan
mengenai penyusunan rancangan Program
Kerja dan kegiatan layanan bersama-sama
dengan Dewan Pengurus;
b.
menyampaikan
hasil
pembicaraan
pendahuluan sebagaimana
Ketentuan Dewan Pengawas yang diatur dalam
Rancangan ART ini adalah sebagai penjabaran
lebih lanjut dari ketentuan Dewan Pengawas
yang telah diatur dalam Rancangan AD Baru.
Materi yang diatur dalam ART merupakan
hal-hal yang bersifat teknis fundamental.
Ketentuan Forum Pertemuan dan Rapat-rapat
yang diatur dalam BAB VI ART Lama
diletakan dalam BAB XI Rancangan ART
Baru.
PASAL 28
MUSYAWARAH NASIONAL
28.1. Musyawarah Nasional adalah kekuasaan tertinggi APJII.
28.2. Musyarawah Nasional diselenggarakan 1 (satu) kali dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun dan apabila ada halangan dalam penyelenggaraannya, maka Musyawarah Nasional yang telah terjadwal harus dapat terselenggara dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terhitung dari tanggal yang telah dijadwalkan.
28.3. Bahan-bahan dan segala sesuatu yang diperlukan bertalian dengan pelaksanaan Musyawarah Nasional tersebut, dikerjakan dan disiapkan oleh Badan Pelaksana Harian, serta didistribusikan kepada Anggota pada saat Musyawarah Nasional diselenggarakan.
28.4. Berdasarkan bahan-bahan yang dikumpulkan oleh Badan Pelaksana Harian sebagaimana disebutkan pada ayat 3 Pasal ini, maka Dewan Pengurus akan membentuk:
e) Panitia Pengarah (Steering Committee) f) Panitia Pelaksana (Organizing
Committee)
PASAL 29
PESERTA MUSYAWARAH NASIONAL
32.1. Peserta Musyawarah Nasional adalah: a) Anggota;
dimaksud dalam huruf a kepada Ketua Dewan
Pengawas.
5.
Komisi
dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dapat mengadakan pertemuan dengan
Dewan Pengurus
yang diwakili oleh Ketua Bidang.
6. Komisi membuat laporan kerja pada akhir
masa keanggotaan
Dewan Pengawas, baik yang sudah maupun
yang belum
terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai
bahan oleh komisi
pada masa keanggotaan berikutnya.
7.
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
mekanisme kerja komisi diatur
dengan peraturan Dewan Pengawas tentang
tata tertib.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Anggota Dewan Pengawas
Pasal 16
Hak Anggota Dewan Pengawas:
1.
mengajukan
pertanyaan
kepada
Dewan
Pengurus dan/atau Anggota
Dewan Pengurus.
2. memilih dan dipilih dalam Struktur Dewan
Pengawas.
3. Mendapatkan dukungan administratif dalam
rangka menjalankan
b) Anggota Kehormatan.
32.2. Hak Anggota sebagai peserta Musyawarah Nasional adalah mempunyai hak bicara, hak suara, hak memilih dan hak dipilih. 32.3. Anggota Kehormatan hanya mempunyai
hak bicara.
32.4. Kewajiban peserta Musyawarah Nasional adalah mentaati dan melaksanakan semua ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Tata Tertib Musyawarah Nasional (Munas) dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Munas.
32.5. Apabila seorang Anggota tidak dapat hadir dalam Musyawarah Nasional, maka kehadiran dan hak suaranya dapat dikuasakan kepada Anggota lain yang hadir dengan memberikan surat kuasa.
PASAL 30 WAKTU, TEMPAT, DAN
PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH NASIONAL
30.1. Musyawarah Nasional diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali dengan waktu yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional sebelumnya.
30.2. Musyawarah Nasional diselenggarakan oleh Dewan Pengurus. Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana diangkat oleh Dewan Pengurus untuk menyusun acara dan materi Musyawarah Nasional serta melaksanakan Musyawarah Nasional. Biaya penyelenggaraan Musyawarah Nasional diatur dan dipertanggung-jawabkan oleh
Pasal 17
Anggota
Dewan
Pengawas
mempunyai
Kewajiban:
1. memegang teguh dan mengamalkan
AD/ART.
2. melaksanakan dan mentaati
ketentuan-ketentuan yang ada dalam Asosiasi.
3. mengikuti rapat-rapat yang diadakan oleh
Dewan Pengawas.
4. mendahulukan kepentingan asosiasi di atas
kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.
5. memperjuangkan kepentingan anggota
asosiasi.
6. menjaga etika dan norma dalam hubungan
kerja dengan Dewan Pengurus.
Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan
kewajiban anggota Dewan Pengawas diatur
dalam peraturan Dewan Pengawas tentang tata
tertib.
Bagian Ketiga
Pemberhentian Ketua dan Anggota Dewan
Pengawas
Pasal 19
1. Anggota Dewan Pengawas dilarang
merangkap sebagai anggota dewan Pengurus.
2. Anggota Dewan Pengawas dilarang
melanggar Tata Tertib Dewan Pengawas.
3. Ketua dan/atau Anggota Dewan Pengawas
yang Tidak hadir dalam rapat dewan
Dewan Pengurus.
PASAL 31
PIMPINAN SIDANG, ACARA, DAN TATA TERTIB
31.1. Pimpinan Sidang pada Musyawarah Nasional dipilih oleh sidang Musyawarah Nasional yang dipimpin oleh Panitia Pelaksana.
31.2. Pimpinan Sidang sebanyak-banyaknya terdiri dari 1 (satu) orang Pimpinan Sidang dan 1 (satu) orang Sekretaris Sidang. 31.3. Rencana acara dan tata tertib sidang yang
disusun oleh Panitia Pengarah adalah usulan untuk disetujui/diperbaiki oleh sidang Musyawarah Nasional.
PASAL 32
MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA 32.1. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat
diselenggarakan apabila ada hal mendesak yang memerlukan keputusan setingkat Musyawarah Nasional.
32.2. Musyawarah Nasional Luar Biasa seperti yang dimaksud dalam Anggaran Dasar Pasal 10 ayat 6dapat diselenggarakan jika memenuhi salah satu persyaratan berikut: g) Diputuskan oleh suatu Rapat Dewan
Pengurus yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Dewan Pengurus. h) Diusulkan oleh Dewan Pengawas yang
diputuskan oleh suatu Sidang Dewan
kali dalam satu periode kepengurusan dikenai
sanksi berupa pemberhentian sebagai Anggota
Dewan Pengawas.
4. Keputusan pemberhentian Ketua dan/atau
Anggota Dewan Pengawas ditetapkan dengan
Keputusan Dewan Pengawas.
5. Tata cara pemberhentian Ketua Ketua
dan/atau Anggota Dewan Pengawas diatur
dalam Peraturan Dewan Pengawas tentang tata
tertib.
Pengawas yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Dewan Pengawas. i) Diajukan secara tertulis oleh sekurang-kurangnya 1/10 (satu per sepuluh) dari jumlah Anggota yang terdaftar.
32.3. Undangan Khusus dan/atau Peninjau ditiadakan dalam penyelenggaraan Musyawarah Nasional Luar Biasa.
32.4. Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah surat permohonan yang sah sesuai ayat 2 pasal ini diterima oleh Dewan Pengurus.
32.5. Tata cara dan pelaksanaannya dikerjakan sama sebagaimana penyelenggaraan Musyawarah Nasional.
PASAL 33
RAPAT KERJA NASIONAL
33.1. Rapat Kerja Nasional diselenggarakan 1 (satu) kali dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
33.2. Rapat Kerja Nasional diselenggarakan oleh Dewan Pengurus dan tata cara pelaksanaannya disiapkan oleh Badan Pelaksana Harian.
33.3. Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh: a) Dewan Pengawas
b) Dewan Pengurus
d) Anggota dan Anggota Kehormatan e) Badan Pelaksana Harian
PASAL 34
APJII OPEN POLICY MEETING
34.1. Tujuan utama APJII Open Policy Meeting adalah membahas dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan layanan Anggota APJII kepada publik.
34.2. APJII Open Policy Meeting diselenggarakan sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
34.3. APJII Open Policy Meeting diselenggarakan oleh Dewan Pengurus dan tata cara pelaksanaannya disiapkan oleh Badan Pelaksana Harian.
34.4. Hal-hal utama yang dibahas dalam APJII Open Policy Meeting adalah:
j) IDNIC (Indonesia Network Information Center) meliputi Pelayanan IP Address dan ASN beserta pendaftaran Nama Domain, http://www.idnic.net.id
k) IIX (Indonesia Internet eXchange), Jaringan Interkoneksi Internet di Indonesia, http://www.iix.net.id
l) NIR (National Internet Registry), layanan small multihoming yang difasilitasi oleh Anggota APJII, http://www.apjii.or.id
34.5. APJII Open Policy Meeting dihadiri oleh: a) Dewan Pengawas
b) Dewan Pengurus
c) Pengurus Perwakilan Wilayah d) Anggota dan Anggota Kehormatan e) Badan Pelaksana Harian
f) Undangan Khusus dan/atau Peninjau yang berasal dari tokoh perusahaan dan/atau pejabat pemerintah, yang jumlah dan namanya ditentukan oleh Dewan Pengurus.
PASAL 35
RAPAT DEWAN PENGAWAS
35.1. Rapat Dewan Pengawas sekurang-kurangnya diadakan 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
35.2. Rapat Dewan Pengawas dipimpin oleh Pimpinan Dewan Pengawas
35.3. Bila diperlukan rapat dapat dihadiri oleh Badan Pelaksana Harian.
PASAL 36
RAPAT DEWAN PENGURUS
36.1. Rapat Dewan Pengurus diatur secara tersendiri oleh Dewan Pengurus, sekurang-kurangnya diadakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
36.2. Jadwal pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
36.3. Bila diperlukan rapat dapat dihadiri oleh Badan Pelaksana Harian.
PASAL 37 RAPAT-RAPAT LAIN
37.1. Rapat-rapat lain yang dilaksanakan oleh badan-badan/tim/kelompok kerja yang dibentuk oleh Dewan Pengurus tidak diatur secara khusus di dalam Anggaran Rumah Tangga.
37.2. Tata cara pelaksanaan dan bahan diatur secara tersendiri oleh masing-masing badan/tim/ kelompok kerja, sesuai dengan kebutuhan.
37.3. Hasil rapat disampaikan kepada Dewan Pengurus selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sesudah rapat berakhir.
PASAL 38
QUORUM DAN KEABSAHAN RAPAT
38.1. Selain yang ditentukan dalam Pasal 10 Anggaran Dasar, Musyawarah Nasional dianggap sah bila:
a) Kepada Anggota melalui Dewan Pengurus telah dikirimkan undangan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari kalender sebelum mulainya Musyawarah Nasional.
b) Telah memenuhi quorum yaitu dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) dari jumlah anggota yang semestinya hadir dan/atau yang diundang hadir ditambah 1 (satu).
c) Dalam hal quorum tidak tercapai, maka Musyawarah Nasional ditunda tiap 15 (limabelas) menit sekali dengan waktu penundaan paling lama setengah jam
(dua kali penundaan).
d) Bila sesudah penundaan setengah jam quorum belum juga tercapai, Musyawarah Nasional dapat terus diselenggarakan dan segala keputusan yang diambil adalah sah.
38.2. Selain yang ditentukan dalam Pasal 11 Anggaran Dasar, Rapat Kerja Nasional dianggap sah bila:
a) Kepada peserta rapat melalui Dewan Pengurus telah dikirimkan undangan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kalender sebelum dimulainya Rapat Kerja.
b) Telah memenuhi quorum yaitu dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota yang semestinya hadir dan/atau yang diundang hadir ditambah 1 (satu). c) Dalam hal quorum tidak tercapai, maka
Rapat Kerja Nasional ditunda tiap 15 (lima belas) menit sekali dengan waktu penundaan paling lama setengah jam (dua kali penundaan).
d) Bila sesudah penundaan setengah jam quorum belum juga tercapai, Rapat Kerja Nasional dapat terus diselenggarakan dan segala keputusan yang diambil adalah sah.
38.3. Selain yang ditentukan dalam Pasal 12 Anggaran Dasar, Rapat Dewan Pengawas adalah sah bila:
a) Kepada Anggota Dewan telah dikirimkan undangan disertai acara dan
materi rapat, 7 (tujuh) hari kalender sebelum dimulainya Rapat Dewan. b) Dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½
(satu per dua) jumlah Anggota Dewan ditambah 1 (satu).
PASAL 39
TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
39.1. Setiap forum pertemuan dan rapat-rapat, keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
39.2. Apabila oleh sebab apapun ternyata keputusan berdasarkan musyawarah tidak dapat dicapai maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara (voting) dan keputusan dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) dari jumlah yang hadir ditambah 1 (satu) orang Peserta yang memiliki hak suara.
39.3. Pemungutan suara mengenai orang harus dilaksanakan secara tertutup kecuali jika keputusan dapat diambil secara aklamasi. 39.4. Apabila oleh sebab apapun ternyata
keputusan berdasarkan pemungutan suara tidak dapat dicapai, maka pimpinan rapat berhak menunda keputusan tersebut selama-lamanya 24 (dua puluh empat) jam sejak tidak tercapainya keputusan dan memberikan kesempatan kepada peserta rapat untuk mengambil ulang keputusan pada pertemuan berikutnya.