• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENYELENGGARA JASA INTERNET INDONESIA LAMA BARU ARGUMEN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENYELENGGARA JASA INTERNET INDONESIA LAMA BARU ARGUMEN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENYELENGGARA JASA INTERNET INDONESIA

LAMA

BARU

ARGUMEN

BAB I

KETENTUAN UMUM

KETENTUAN UMUM

BAB I

PASAL 1 PENJELASAN UMUM

1.1. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan pelengkap Anggaran Dasar yang bertujuan untuk memberikan penjelasan dan rincian dalam rangka pelaksanaan Anggaran Dasar.

1.2. Segala hal yang tidak dan/atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan asosiasi akan dituangkan dalam bentuk keputusan-keputusan tertulis pengurus asosiasi.

PASAL 2

NAMA ASOSIASI DAN PEMAKAIANNYA

2.1. Nama lengkap organisasi adalah sebagaimana dicantumkan dalam Anggaran Dasar, yakni ASOSIASI PENYELENGGARA JASA INTERNET INDONESIA selanjutnya disingkat APJII. 2.2. Aturan pemakaian nama dan singkatan

diatur dalam keputusan yang dikeluarkan oleh Dewan Pengurus APJII.

PASAL 3

Pasal 1

1.

Anggaran Rumah Tangga ini merupakan

pelengkap Anggaran Dasar yang bertujuan untuk

memberikan penjelasan dan rincian dalam rangka

pelaksanaan Anggaran Dasar.

2.

Walaupun bersifat pelengkap, Anggaran Rumah

Tangga ini merupakan satu kesatuan dan bagian

yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar.

Rancangan ART yang Baru ketentuan BAB I

hanya mengatur mengenai Ketentuan Umum.

Ketentuan lainnya di pisah dan dilakukan

penyempurnaan.

Ketentuan Pasal 1 ayat (1.2) ART Lama

dilakukan perubahan. Hal ini karena, apa

yang diatur dalam Pasal tersebut bukan

merupakan

penjelasan

umum,

melainkan

ketentuan penutup.

Ketentuan Pasal 3 ART Lama yang mengatur

mengenai Penjabaran Tugas-tugas Pokok telah

dilakukan harmonisasi, dan dimasukan dalam

BAB IV Pasal 7 tentang Pedoman Kegiatan.

Dalam Rancangan ART yang baru, Ketentuan

mengenai Penjabaran Tugas-tugas Pokok

dirubah menjadi Ruang Lingkup Kegiatan.

Harmonisasi dan Perubahan tersebut tanpa

mengurangi makna filosofis dibentuknya APJII

sebagai

wadah

organisasi

yang

memperjuangkan

kepentingan

Industri

Internet di Indonesia.

(2)

PENJABARAN TUGAS-TUGAS POKOK 3.1. Dalam hal membina dan mengembangkan

rasa kesatuan dan persatuan diantara para anggotanya, APJII, dalam hal ini pengurus secara berkesinambungan akan menjalin keserasian tata krama berusaha dan dalam mengambil setiap keputusan dengan memperhatikan suara dan aspirasi para anggotanya, termasuk usaha dan upaya menghindari persaingan usaha yang tidak sehat.

3.2. Dalam hal melindungi kepentingan anggotanya, APJII juga akan memberikan masukan kepada Pemerintah, melalui departemen terkait, berbagai masalah demi kepentingan para anggotanya.

3.3. Dalam hal menengahi, mendamaikan dan menyelesaikan perselisihan kepentingan antaranggota melalui usaha arbitrase, APJII dapat saja melakukan kerja sama dengan badan arbitrase yang ada, maupun dengan membentuk tim arbitrase tersendiri yang khusus untuk keperluan tersebut.

3.4. Dalam menyelenggarakan komunikasi dan konsultasi antaranggota, APJII dapat mengusahakan pertemuan rutin ataupun mengelola komunikasi tertulis dan/atau elektronik untuk lebih memudahkan komunikasi. Dalam menyelenggarakan komunikasi dan konsultasi dengan Pemerintah, APJII akan melakukan pendekatan-pendekatan ke departemen terkait untuk lebih memudahkan para anggotanya berkomunikasi secara langsung. Dalam menyelenggarakan komunikasi dan konsultasi dengan asosiasi

(3)

semitra lainnya, APJII akan mengusahakan kontak-kontak awal yang dibutuhkan, serta seandainya diperlukan turut berpartisipasi dalam proyek bersama yang melibatkan para anggotanya.

3.5. Dalam hal berperan serta dalam menentukan kebijakan di industri internet, APJII akan memberi masukan kepada Pemerintah, melalui departemen terkait, berbagai hal untuk memajukan industri internet.

3.6. Dalam menyelenggarakan hubungan dengan badan-badan lain yang berkaitan, APJII akan membentuk kerjasama/partisipasi dengan organisasi terkait seperti IANA/ICANN, APNIC, IETF, ISOC, ITU, dan organisasi Internet lainnya di dunia. APJII juga akan menggalang kemitraan dengan para penyelenggara jaringan telekomunikasi dan penyelenggara content untuk mencari peluang kerjasama bagi para anggotanya.

3.7. Sebagai mitra Pemerintah dalam membangun sarana informasi dan komunikasi nasional yang terpadu, efisien dan efektif, APJII akan melakukan koordinasi bersama badan-badan Pemerintah agar perencanaan dan implementasi proyek-proyek nasional dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

(4)

BAB II. KEANGGOTAAN

BAB II

NAMA ASOSIASI, LAMBANG DAN

PEMAKAIANNYA

PASAL 4

KRITERIA KEANGGOTAAN

4.1. Anggota APJII adalah badan usaha yang bergerak di bidang penyelenggaraan jasa internet dan memiliki usaha resmi yang sah sebagaimana diatur dalam peraturan dan Undang-Undang Republik Indonesia diwakili oleh pemilik atau direkturnya.

4.2. Anggota Kehormatan adalah tokoh pribadi/perorangan, pejabat Pemerintah, organisasi/badan/institusi yang dianggap berjasa dalam turut memajukan organisasi berdasarkan kriteria-kriteria umum sebagai berikut:

a) Secara perorangan memiliki kepribadian, kharisma, kebijaksanaan dan kearifan;

b) Secara perorangan mempunyai dedikasi dan integritas yang utuh kepada profesi dan jabatan yang disandangnya serta menjaga martabat dan kehormatan yang dimilikinya; c) Secara perorangan mempunyai

perhatian yang mendukung tujuan utama APJII serta memberikan masukan serta sumbangan pikiran untuk kepentingan asosiasi;

d) Secara organisasi/badan/institusi memiliki keabsahan hukum dan berperan serta dalam pembangunan nasional.

Pasal 2

1. Nama lengkap organisasi adalah sebagaimana

dicantumkan dalam Anggaran Dasar, ASOSIASI

PENGELOLA

JARINGAN

INTERNET

INDONESIA selanjutnya disingkat APJII.

2. Aturan pemakaian nama dan singkatan serta

lambang diatur dalam Peraturan Asosiasi.

Ketentuan

dalam

BAB

II

merupakan

pengaturan lebih lenjut berkaitan dengan

penggunaan Nama dan Lambang Asosiasi.

Ketentuan BAB II mengenai Keanggotaan

dalam ART Lama, dilakukan harmonisasi

dengan BAB II mengenai Keanggotaan dalam

AD Lama. Harmonisasi BAB Keanggotaan

dalam AD Lama dilakukan karena terjadi

tumpang

tumpang

tindih

dalam

pengaturannya. Sehingga dalam Rancangan

AD yang baru, dilakukan Pemisahan mengenai

Keanggotaan, dimana fundamen keanggotaan

diatur dalam AD, dan yang bersifat sedikit

teknis diatur dalam ART.

(5)

PASAL 5

PROSEDUR PENDAFTARAN DAN PENGANGKATAN ANGGOTA

5.1. Pendaftaran Anggota dilakukan secara tertulis kepada Dewan Pengurus setempat, dengan mengisi formulir pendaftaran yang disediakan untuk keperluan tersebut. 5.2. Lampiran-lampiran yang diperlukan untuk

itu antara lain terdiri dari Akte Pendirian Perusahaan/Notaris, Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat Ijin Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Perusahaan, Ijin Prinsip dan/atau Ijin Operasi dan/atau Tanda Registrasi dari Pemerintah dan/atau Instansi yang berwenang bagi yang telah mendapatkannya.

5.3. Prosedur administrasi lainnya diatur pelaksanaannya oleh Dewan Pengurus dan dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Harian. 5.4. Keputusan tentang diterima atau tidaknya menjadi Anggota APJII ditetapkan melalui tenggang waktu selambat-lambatnya 75 (tujuh puluh lima) hari kerja untuk memeriksa keabsahan seluruh lampiran dan dokumen yang menyertai formulir pendaftaran, disamping memeriksa secara nyata keberadaan perusahaan calon Anggota tersebut.

5.5. Hasil keputusan tersebut sudah harus diberitahukan kepada calon Anggota selambat-lambatnya 25 (dua puluh lima) hari kerja setelah masa tenggang waktu di atas.

5.6. Setiap Anggota harus menyetujui kondisi dan ketentuan keanggotaan.

(6)

5.7. Setiap Anggota yang sudah diterima dan terdaftar akan menerima Surat Tanda Keanggotaan APJII.

PASAL 6

PROSEDUR PENGANGKATAN ANGGOTA KEHORMATAN

6.1. Anggota Kehormatan bisa diusulkan oleh setiap Anggota untuk kemudian disaring dan dicalonkan oleh Dewan Pengurus kepada para Anggota melalui Rapat Kerja Nasional APJII.

6.2. Pengusulan calon Anggota Kehormatan APJII diajukan secara tertulis kepada Dewan Pengurus dengan dilampiri riwayat hidup calon Anggota Kehormatan secara rinci dan penjelasan peran sertanya dalam mendukung organisasi.

6.3. Apabila calon Anggota Kehormatan adalah organisasi/badan/institusi, maka lampiran profil organisasi, susunan pengurus dan rincian anggotanya serta fungsi dan peranannya di masyarakat merupakan lampiran yang pokok.

6.4. Kepada Anggota Kehormatan APJII yang sudah memperoleh persetujuan dan disahkan, akan menerima Surat Tanda Keanggotaan Kehormatan APJII.

PASAL 7

SANKSI-SANKSI ASOSIASI Setiap Anggota yang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan APJII dan tidak

(7)

memenuhi kewajibannya sebagai Anggota dapat dikenakan sanksi-sanksi berupa:

7.1. Teguran resmi dalam bentuk peringatan tertulis dari Dewan Pengurus.

7.2. Penghentian pelayanan asosiasi yang semula merupakan haknya sebagai Anggota.

7.3. Pemberhentian sebagai Anggota secara tertulis dan diumumkan kepada seluruh Anggota.

PASAL 8

KEHILANGAN STATUS KEANGGOTAAN BAGI ANGGOTA

Status keanggotaan Anggota dapat hilang, karena: 8.1. Ijin usahanya dicabut oleh Pemerintah atau dinyatakan pailit berdasarkan Keputusan Pengadilan.

8.2. Karena yang bersangkutan menghentikan usahanya/menutup perusahaan atau tidak dapat lagi mewakili perusahaan dalam keanggotaan APJII.

8.3. Apabila setelah 3 (tiga) kali diperingatkan secara tertulis dan terus menerus, yang bersangkutan tidak memenuhi kewajibannya sebagai Anggota, termasuk dalam hal kewajiban iuran keanggotaan. 8.4. Apabila yang bersangkutan merugikan atau

mencemarkan nama baik APJII.

8.5. Apabila yang bersangkutan dinyatakan kehilangan keanggotaannya karena melanggar ketentuan-ketentuan yang

(8)

berlaku di APJII.

8.6. Apabila yang bersangkutan mengundurkan diri atas kemauannya sendiri.

PASAL 9

KEHILANGAN STATUS KEANGGOTAAN BAGI ANGGOTA KEHORMATAN

9.1. Status keanggotaan Anggota Kehormatan dapat hilang, karena: Yang bersangkutan bertindak tidak sesuai dengan ketentuan yang ada di Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan-ketentuan lain APJII.

9.2. Yang bersangkutan meninggal dunia, apabila Anggota Keanggotaan tersebut adalah perorangan.

9.3. Yang bersangkutan dibubarkan oleh Pemerintah atau menyatakan pembubaran organisasi, apabila Anggota Kehormatan tersebut adalah organisasi/badan/institusi. 9.4. Mengundurkan diri atas kemauannya

sendiri.

PASAL 10

PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN

10.1. Berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada dan laporan serta pembuktian yang tersedia, maka Dewan Pengurus dapat melakukan pemberhentian keanggotaan secara tetap atau sementara keanggotaan.

10.2. Kepada yang bersangkutan akan disampaikan pemanggilan

(9)

sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali untuk didengar keterangan dan penjelasannya dan Dewan Pengurus menghadirkan sekurang-kurangnya 4 (empat) orang Anggota sebagai saksi.

10.3. Hasil pemanggilan ini merupakan kesimpulan akhir terhadap usulan pemberhentian keanggotaan.

10.4. Kepada yang bersangkutan akan diberikan Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan yang disahkan oleh Dewan Pengurus berdasarkan kesimpulan akhir yang diperoleh Dewan Pengurus.

10.5. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan diberikan selambat-lambatnya 25 (dua puluh lima) hari kerja sejak pemanggilan terakhir dilaksanakan.

PASAL 11

SURAT TANDA KEANGGOTAAN DAN SURAT KEPUTUSAN

PEMBERHENTIANKEANGGOTAAN

11.1. Surat Tanda Keanggotaan berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal dikeluarkannya dan ditandatangani oleh Ketua Umum APJII setelah memperoleh persetujuan Dewan Pengawas.

11.2. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan Sementara berlaku selama 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak tanggal dikeluarkannya dan ditandatangani oleh dan Ketua Umum APJII setelah memperoleh persetujuan Dewan Pengawas.

11.3. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan Tetap berlaku sejak tanggal

(10)

dikeluarkannya dan ditandatangani oleh Ketua Umum APJII setelah memperoleh persetujuan Dewan Pengawas.

11.4. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan Sementara maupun Tetap harus dilampiri sekurang-kurangnya Berita Acara Hasil Pemanggilan yang ditandatangani lengkap oleh 4 (empat) anggota sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 10 ayat 2.

11.5. Bersamaan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan Tetap, maka Surat Tanda Keanggotaan yang pernah diberikan kepada yang bersangkutan dinyatakan gugur dan tidak berlaku lagi, demikian pula hak dan kewajibannya sebagai anggota APJII.

BAB III ORGANISASI

BAB III

RUANG LINGKUP KEGIATAN

PASAL 12

PEMBENTUKAN DAN PENYEMPURNAAN PERANGKAT KERJA ASOSIASI

12.1. Musyawarah Nasional Pertama dalam rangka pembentukan APJII tanggal limabelas Mei seribu sembilanratus sembilanpuluh enam (15-05-1996) telah meratifikasi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga pendirian asosiasi.

12.2. Penyempurnaan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan melalui Musyawarah Nasional dan/atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.

Pasal 3

Ruang lingkup kegiatan APJII meliputi:

1. Berpartisipasi aktif dalam penyusunan

regulasi pengaturan tata kelola dan tata niaga

Industri

Internet

yang

mendorong

perkembangan dan pertumbuhan industri

Internet.

2. Melakukan kajian-kajian mengenai

perkembangan dan pertumbuhan Internet.

3. Pengembangan Indonesia Internet

eXchange

dan keamanan Jaringan.

4. Penyelenggaraan layanan-layanan

National

Dalam BAB III Rancangan ART Baru diatur

mengenai Ruang Linkup Kegiatan, yang

merupakan

penjabran

lebih

lanjut

dari

Pedoman

Kegiatan

yang

diatur

dalam

Rancangan AD.

Ketentuan BAB III dalam ART lama yang

mengatur

mengenai

Pembentukan

dan

Penyempurnaan Perangkat Kerja Asosiasi,

sudah tidak relevan lagi untuk diatur. Karena

Penyempurnaan

AD/ART

APJII

telah

diberikan wewenangnya kepada anggota untuk

dapat dirubah hanya dalam Munas.

(11)

PASAL 13

HUBUNGAN JENJANG STRUKTUR ASOSIASI

13.1. Dewan Pengurus adalah pelaksana kebijaksanaan dan hasil Musyawarah Nasional APJII.

13.2. Dewan Pengawas adalah perwakilan Anggota yang berfungsi mengawasi pelaksanaan hasil Musyawarah Nasional oleh Dewan Pengurus.

13.3. Badan-badan pelaksana lainnya dalam bentuk tim atau kelompok kerja dan yang sejenis lainnya bisa dibentuk atas prakarsa dan keputusan Dewan Pengurus berdasarkan kebutuhan.

13.4. Uraian hak dan kewajiban serta penjelasan lainnya dari setiap anggota Dewan Pengurus maupun setiap personil Badan Pelaksana Harian serta badan/tim atau kelompok kerja yang dibentuk kemudian, diuraikan dalam lembar terpisah berbentuk Uraian Jabatan (Job Description), dan mempunyai kekuatan hukum karena merupakan lampiran kelengkapan Anggaran Rumah Tangga.

PASAL 14

IDNIC (INDONESIA NETWORK INFORMATION CENTER)

14.1. Kelembagaan registry yang didirikan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik peraturan local maupun internasional. 14.2. IDNIC adalah badan hukum di Indonesia

Internet Registry (NIR)

dan kajian-kajian yang

berhubungan dengan Internet.

5. Pelatihan-pelatihan teknis dan penerbitan

sertifikasi profesi Internet.

6. Kerjasama dengan institusi-institusi terkait

baik dalam maupun luar negeri.

7. Berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan

terkait dengan Industri Internet baik di dalam

negeri maupun di luar negeri yang sejalan

dengan tujuan dan kepentingan organisasi.

Hubungan jenjang Struktur dimasukan dalam

BAB

VIII

Rancangan

ART,

yang

penempatannya setelah pengaturan mengenai

Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.

Pemisahan ini dilaukan karena hal yang diatur

merupakan hubungan kerja antara Dewan

Pengurus dan Dewan Pengawas, sehingga

kurang tepat penempatannya dalam BAB

mengenai Organisasi.

Ketentuan mengenai IDNIC diatur dalam

Layanan

IDNIC,

sedangkan

ketentuan

mengenai kelembagaan nama domain, telah

diatur dalam AD yang telah disesuaikan

dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan

Infromatika.

(12)

dibentuk oleh Anggota, serta pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) untuk menjadi Kelembagaan Registry DNS DTT (domain tingkat tinggi) “.id” yang dikelola oleh PDTT-ID (Pengelola Domain Tingkat Tinggi – Indonesia), serta struktur kelembagaan registry untuk DNS DTD (domain tingkat dua).

14.3. Registry DTD adalah lembaga pengelolaan yang mengadakan pengaturan pelayanan operasional kepada Registrar.

14.4. Jumlah Registry DNS DTD disesuaikan dengan kebutuhan DNS DTD di Indonesia, yakni: a) Registry “ac.id” b) Registry “co.id” c) Registry “or.id” d) Registry “net.id” e) Registry “mil.id” f) Registry “sch.id” g) Registry “web.id” h) Registry “go.id”

i) Registry lainnya, yang mungkin muncul berdasarkan permintaan publik.

PASAL 15

REGISTRY G-TLD (GENERIC TOP LEVEL DOMAIN)

15.1. Kelembagaan registry yang didirikan harus sesuai dengan peraturan internasional yang

(13)

berlaku.

15.2. Apabila situasi belum memungkinkan untuk membentuk lembaga terpisah, maka badan IDNIC yang disebut pada Pasal 14 Anggaran Rumah Tangga ini dapat berfungsi sebagai pelaksana g-TLD.

15.3. Badan Pelaksana Harian menjadi salah satu registrar untuk pendaftaran nama domain berbasis g-TLD.

PASAL 16

PELAKSANA PENAGIHAN

Badan Pelaksana Harian menjalankan fungsi sebagai pelaksana penagihan untuk seluruh layanan APJII yang disebutkan dalam Anggaran Dasar Bab VII Layanan APJII.

BAB IV PENGURUS

BAB IV

LAYANAN

PASAL 17

PERSYARATAN DEWAN PENGURUS DAN DEWAN PENGAWAS

17.1. Anggota Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas sekurang-kurangnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Warga Negara Republik Indonesia yang sah.

b) Pemilik/Direktur/Karyawan yang ditunjuk oleh perusahaan yang menjadi anggota APJII.

c) Tidak pernah terlibat dengan organisasi

Bagian Kesatu

IIX-APJII

Pasal 4

1. Pengelolaan Jaringan Indonesia Internet

Exchange (IIX) dilaksanakan oleh suatu

bidang dalam Dewan Pengurus.

2. Bidang tersebut berpedoman kepada prinsip

kebersamaan,

kemitraan,

tidak

bersaing

dengan Anggota, netral, nir-laba atau tidak

semata-mata mencari keuntungan, profesional

dan

independen,

dengan

tujuan

untuk

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

Ketentuan Layanan dalam Rancangan ART,

adalah sebagai penjabaran lebih lanjut dari

layanan

yang

sudah

ditegaskan

dalam

Rancangan AD.

Ketentuan BAB IV yang mengatur mengenai

Pengurus dalam ART Lama, dilakukan

pemisahan dan harmonisasi dalam materi yang

diaturnya. Mengenai persyaratan Dewan

Pengurus dan Dewan Pengawas dimasukan

dalam BAB Pemilihan pada Rancangan ART

Baru. Hal ini karena melihat materi yang

diatur, adalah merupakan persyaratan bagi

anggota yang ingin mengajukan diri sebagai

(14)

terlarang.

d) Memiliki dedikasi dan komitmen kepada APJII.

e) Berdomisili dan berusaha didalam wilayah hukum Republik Indonesia. 17.2. Menyatakan secara tertulis bersedia

sebagai Anggota Dewan Pengurus atau Anggota Dewan Pengawas selama jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar Pasal 12 dan Pasal 13. 17.3. Dipilih dalam Musyawarah Nasional

berdasarkan prosedur yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

17.4. Anggota yang mengajukan sebagai Dewan Pengurus tidak diperkenankan memangku jabatan dalam 3 (tiga) kali masa kerja sebagai Dewan Pengurus secara berturut-turut; 1 (satu) masa kerjaDewan Pengurus adalah selama 3 (tiga) tahun.

17.5. Apabila terjadi hal seperti yang dimaksud dalam Bab VI Pasal 28 ayat 2 Anggaran Rumah Tangga ini, maka masa kerja kepengurusan Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas diperpanjang hingga terlaksananya Musyawarah Nasional. 17.6. Dewan Pengurus melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasar Bab III Pasal 13 serta keputusan-keputusan Musyawarah Nasional.

17.7. Fungsi Dewan Pengurus diatur dalam Anggaran Dasar Pasal 13 ayat 4 dengan wewenang sebagai berikut:

e) Menjabarkan garis-garis besar program kerja yang ditetapkan menjadi

kepada Anggota.

3. Layanan IIX adalah layanan interkoneksi

Nasional antar anggota.

4. Pemilihan titik-titik dimana IIX berada

harus memenuhi kriteria tertentu yang

diputuskan oleh Dewan Pengurus.

5. Pengelolaan IIX berada sepenuhnya dibawah

tanggung jawab dan kendali APJII.

6. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam

pengoperasian IIX diputuskan di dalam Open

Policy Meeting yang akan dijelaskan dalam

Peraturan Asosiasi.

Bagian Kedua

IDNIC-APJII

Pasal 5

1. APJII bekerja sama dengan badan-badan dunia

yang mengelola Alamat Protokol Internet (PI) atau

Autonomous System Number (ASN).

2. APJII menerima mandat sebagai National

Internet Registry (NIR) dari badan Sumber Daya

Internet dunia untuk mengalokasikan ALamat PI

dan ASN bagi masyarakat pengguna Internet di

Indonesia.

3. Dalam melaksanakan ketentuan ayat (1) di atas,

dikelola oleh bidang yang disebut Indonesia

Network Information Center (IDNIC).

4. Bidang IDNIC mempunyai tugas:

a.

membantu

melakukan

kajian-kajian

berhubungan dengan arah kebijakan pengelolaan

Alamat PI di Indonesia;

b. membantu merumuskan kebijakan umum

pengelolaan Alamat PI di Indonesia untuk

ditetapkan oleh Pemerintah;

c. melakukan mediasi penyelesaian perselisihan

Dewan Pengawas atau Dewan Pengurus.

Ketentuan mengenai Badan Pelaksana Harian

dalam Pasal 20 ART lama dihilangkan dan

akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Asosiasi. Hal ini karena BPH, bukan

merupakan

bagian

dari

Asosiasi

yang

mempunyai

sfat

seperti

halnya

Dewan

Pengawas dan Dewan Pengurus. BPH dalam

APJII lebih merupakan tenaga professional

yang bekerja dalam rangka administrasi

APJII. Sehingga, keberadaannya secara tegas

diatur dalm AD sebagai wujud legitimasi

keberadaannya,

dan

lebih

lanjut

pengaturannya dituangkan dalam Peraturan

Asosiasi.

(15)

program kegiatan kerja yang praktis untuk dapat dilaksanakan di lapangan. f) Melakukan pemantauan terhadap

dinamika Anggota agar tetap sejalan dengan kebijaksanaan umum, dan memberikan pertimbangan dan saran-saran mengenai pembinaannya. g) Mengakomodir aspirasi Anggota

dengan menghasilkan bentuk nyata yang dapat dirasakan oleh seluruh Anggota secara adil merata dan transparan.

h) Menyusun dan menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan program kerja dan layanan APJII.

i) Menyelenggarakan hubungan dengan pihak luar yang memberikan manfaat bagi organisasi.

j) Ketua Umum atau Wakil dan Bendahara atau Wakil memiliki wewenang untuk membuka rekening Bank dan menandatangani giral Bank berupa Cek/Bilyet Giro dan surat-surat lain yang diperlukan oleh Pihak Bank atas rekening Bank APJII.

PASAL 18

TATA KERJA DEWAN PENGURUS DAN DEWAN PENGAWAS

18.1. Untuk pertama kali Dewan Pengurus menetapkan program kerja tahunan yang dilengkapi dengan Rencana Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran (APPA) untuk disetujui oleh Dewan Pengawas

selambat-antara Pengelola Lokal Alamat PI dengan

Pengguna Alamat PI.

5. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam

pengelolaan Alamat PI diputuskan di dalam

Open

Policy Meeting

yang akan dijelaskan dalam

Peraturan Asosiasi.

6. Hal-hal mengenai tugas dan fungsi bidang

IDNIC diatur dalam Peraturan Asosiasi.

Bagian Ketiga

Layanan Sertifikasi dan Training

Pasal 6

1. Guna mendukung kemajuan dan professional di

bidang TIK, perlu dinyatakan dalam suatu

Sertifikat Kompetensi yang sah dan berlaku secara

nasional.

2. Layanan Sertifikasi dan Training mempunyai

maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan uji

kompetensi bagi peserta didik kursus

dan pelatihan dari satuan pendidikan non-formal

dan warga masyarakat yang belajar mandiri di

bidang TIK

3. Kegiatan Layanan Sertifikasi dan Training

adalah meliputi:

a. Mengembangkan, menyusun dan menetapkan

norma, standar, pedoman dan kriteria kompetensi

lulusan;

b.

Menyusun

dan

melaksanakan

program

sosialisasi, edukasi dan advokasi;

c. Menetapkan petunjuk teknis uji kompetensi dan

instrumen penilaian uji kompetensi;

d. Menetapkan Tempat Uji Kompetensi (TUK);

e. Melakukan pengujian kompetensi dan sertifikasi

kompetensi terhadap lulusan kursus atau belajar

(16)

lambatnya 1 (satu) bulan.

18.2. Dewan Pengawas menetapkan program kerja tahunan yang dilengkapi dengan APPA yang diterima dari Dewan Pengurus selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah Dewan Pengurus terbentuk.

18.3. Selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kalender setelah terbentuknya Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas harus sudah menyusun dan mensahkan berlakunya Tata Tertib Kerja Kepengurusannya, yang paling sedikit berisikan:

a) Uraian Tugas dan Tanggung Jawab setiap Anggota Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.

b) Mekanisme Organisasi dan Tata Tertib Rapat Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.

c) Tolok Ukur Unjuk kerja masing-masing Anggota Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.

d) Rapat Dewan Pengurus diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

e) Rapat Dewan Pengawas diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

f) Rapat Dewan Pengawas bersama dengan Dewan Pengurus diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

mandiri untuk pekerjaan di bidang TIK;

f. Melakukan pengawasan, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi.

4. Layanan Sertifikasi dan Training dikelola oleh

bidang dalam Dewan Pengurus.

5. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam

layanan sertifikasi dan training diputuskan di

dalam Open Policy Meeting yang akan dijelaskan

dalam Peraturan Asosiasi.

6. Tugas dan Fungsi bidang layanan sertifikasi dan

training diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Asosiasi.

(17)

PASAL 19

PENGGANTIAN ANGGOTA DEWAN PENGURUS DAN DEWAN PENGAWAS

19.1. Anggota Dewan Pengurus dan Anggota Dewan Pengawas dinyatakan berhenti atau tidak dapat meneruskan jabatannya sampai akhir masa jabatannya, apabila:

a) Yang bersangkutan mengundurkan diri. b) Yang bersangkutan meninggal dunia c) Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi

persyaratan sebagai Anggota Dewan Pengurus atau Dewan Pengawas seperti yang dimaksud dalam Pasal 17 Anggaran Rumah Tangga ini.

d) Yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai Anggota Dewan Pengurus atau Dewan Pengawas sesuai dengan Tata Tertib Kerja kepengurusan Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas seperti yang dimaksud dalam Pasal 18 Anggaran Rumah Tangga ini.

e) Yang bersangkutan sudah tidak lagi sebagai Pemilik/Direktur/Karyawan di Perusahaan yang menjadi Anggota APJII.

19.2. Apabila oleh salah satu sebab yang disebutkan dalam ayat 1 Pasal ini, Ketua Umum Dewan Pengurus atau Ketua Dewan Pengawas tidak dapat terus memegang jabatannya sampai akhir masa jabatannya, maka untuk melanjutkan sisa akhir masa jabatan tersebut, Rapat Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas yang khusus untuk itu dapat memilih Calon Pengganti diantara

(18)

Anggota Dewan Pengurus atau Anggota Dewan Pengawas untuk diangkat dan disahkan oleh Dewan Pengawas.

19.3. Penggantian Anggota Dewan Pengurus dan Pengawas:

a) Apabila oleh salah satu sebab yang disebut dalam ayat 1 di atas, seorang Bendahara sebagai Anggota Dewan Pengurus tidak dapat memegang jabatannya sampai akhir masa jabatannya, maka Rapat Dewan Pengurusdapat menentukan penggantinya diantara Anggota Dewan Pengurus untuk diangkat dan disahkan oleh Dewan Pengawas.

b) Apabila oleh sesuatu sebab yang disebut dalam ayat 1 di atas, seorang Anggota Dewan Pengurus tidak dapat memegang jabatannya sampai akhir masa jabatannya, maka Rapat Dewan Pengurus dapat menentukan penggantinya sebagai Anggota Dewan Pengurus Paruh Waktu dari daftar calon Anggota Dewan Pengurus, sejauh orang pengganti memenuhi syarat-syarat kepengurusan seperti dimaksud dalam Pasal 17 Anggaran Rumah Tangga untuk diangkat dan disahkan oleh Dewan Pengawas.

c) Apabila oleh satu sebab yang disebut dalam ayat 1 di atas, seorang Anggota Dewan Pengawas tidak dapat memegang jabatannya sampai akhir masa jabatannya, maka Rapat Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas dapat menentukan penggantinya sebagai Anggota Dewan Pengawas Paruh

(19)

Waktu dari urutan pemilihan calon Anggota Dewan Pengawas, sejauh orang pengganti memenuhi syarat-syarat kepengurusan seperti dimaksud dalam Pasal 17 Anggaran Rumah Tangga ini untuk diangkat dan disahkan oleh Dewan Pengawas.

19.4. Rapat Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas untuk penggantian Ketua Umum, Anggota Dewan Pengurus atau Pimpinan/Anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan 3 Pasal ini, harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Anggota Dewan Pengurus dan Anggota Dewan Pengawas.

19.5. Pergantian pengurus harus dilaporkan pada Rapat Kerja Nasional dan/atau Musyawarah Nasional terdekat.

19.6. Anggota APJII dan/atau Anggota Dewan Pengurus dan/atau Anggota Dewan Pengawas yang ditunjuk APJII mewakili afiliasi dinyatakan berhenti, jika:

a) Yang bersangkutan mengundurkan diri; b) Yang bersangkutan meninggal dunia; c) Yang bersangkutan sudah tidak lagi

sebagai Pemilik/Direktur/Karyawan di Perusahaan yang menjadi Anggota APJII.

19.7. Jika Anggota yang mewakili terhadap afiliasi oleh satu sebab dalam Pasal 19 ayat 6, maka Rapat Dewan Pengurus yang khusus untuk itu dapat memilih Pengganti di antara Anggota APJII, Anggota Dewan Pengurus atau Anggota Dewan Pengawas untuk

(20)

diangkat dan disahkan oleh Dewan Pengawas.

PASAL 20

BADAN PELAKSANA HARIAN

20.1. Badan Pelaksana Harian (BPH) dipimpin oleh seorang Kepala Badan Pelaksana Harian dengan nama jabatan Sekretaris Badan Pelaksana Harian.

20.2. Kepala, organisasi dan personalia Badan Pelaksana Harian ditetapkan dengan Keputusan Dewan Pengurus.

20.3. Staf Badan Pelaksana Harian haruslah profesional, dan tidak diperkenankan mempunyai hubungan kepentingan usaha apapun dengan APJII maupun Anggota APJII.

20.4. Kriteria dan tata cara pemilihan dan penetapan Kepala BPH adalah sebagai berikut:

a) Kepala BPH adalah seorang profesional yang tidak memiliki perusahaan sejenis dengan perusahaan yang menjadi Anggota APJII, termasuk memiliki saham penuh atau sebagian pada perusahaan yang dimaksudkan.

b) Kepala BPH adalah seorang profesional yang harus memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan, serta berkemampuan komunikasi aktif internal maupun eksternal.

(21)

profesional yang mendapatkan hak dan kewajiban sebagaimana layaknya seorang tenaga kerja sesuai peraturan dan undang-undang tenaga kerja yang berlaku.

d) Kepala BPH dipilih melalui seleksi khusus yang ditangani secara khusus pula oleh Dewan Pengurus.

20.5. Tugas-tugas dan tanggungjawab Badan Pelaksana Harian ditetapkan secara terpisah melalui sebuah Surat Keputusan Dewan Pengurus.

PASAL 21

KOORDINATOR DAN KELOMPOK KERJA 21.1. Kelompok Kerja adalah salah satu bentuk

badan pelaksana yang dapat dibentuk oleh Dewan Pengurus berdasarkan kebutuhan. 21.2. Koordinator dan Wakil Koordinator suatu

Kelompok Kerja dipilih oleh Dewan Pengurus atas dasar usul dari anggota yang tergabung dalam suatu kelompok kerja tertentu.

21.3. Koordinator dan Wakil Koordinator Kelompok Kerja duduk dalam Dewan Pengurus dan jika berhalangan penggatiannya diatur oleh kesepakatan Anggota dalam Kelompok Kerja yang bersangkutan.

21.4. Kelompok Kerja merupakan forum terbuka yang kegiatannya dapat diikuti oleh setiap Anggota maupun non-anggota yang berminat.

(22)

21.5. Aturan kerja, tata komunikasi, program dan biaya kegiatan Kelompok Kerja diusulkan oleh Kelompok Kerja dan disetujui oleh Dewan Pengurus dan diintegrasikan ke dalam Program Kerja Dewan Pengurus. Aturan kerja dan program harus sejalan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga APJII.

21.6. Seorang Anggota dapat mengikuti kegiatan lebih dari satu Kelompok Kerja.

21.7. Anggota Kelompok Kerja dapat diminta untuk ikut membiayai kegiatan kelompok yang diikutinya.

BAB V

PEMILIHAN DEWAN PENGURUS DAN DEWAN PENGAWAS

BAB V

KEANGGOTAAN

PASAL 22

PEMILIH DAN HAK SUARA

22.1. Yang berhak memilih Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas adalah Anggota.

22.2. Setiap Anggota mempunyai hak 1 (satu) suara untuk masing-masing 1 orang anggota Dewan Pengurus dan 1 orang anggota Dewan Pengawas.

PASAL 23

CALON DAN PENCALONAN

23.1. Setiap Anggota yang memenuhi syarat menjadi anggota Dewan Pengurus maupun Dewan Pengawas seperti yang diuraikan dalam Pasal 17 Anggaran Rumah Tangga

Bagian Kesatu

Syarat Keanggotaan

Pasal 7

Syarat Keanggotaan APJII terbagi menjadi:

1. Berbadan hukum:

a. Bagi lembaga negara memiliki dasar hukum

pembentukannya;

b. Bagi perusahaan dan organisasi wajib memiliki

Surat Keputusan sebagai badan hukum sesuai

dengan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku di Indonesia;

c. Bagi Perusahaan penyelenggara telekomunikasi

memiliki

Izin

Usaha

Penyelenggaraan

Telekomunikasi, dan bagi non penyelenggara

telekomunikasi memiliki izin sesuai dengan akta

Keanggotaan dalam Rancangan ART Baru

merupakan penjabaran dan harmonisasi dari

keanggotaan yang diatur dalam Rancangan

AD. Serta juga merupakan harmonisasi dari

Keanggotaan yang diatur dalam ART Lama.

Ketentuan

mengenai

Pemilihan

Dewan

Pengurus dan Dewan Pengawas dalam BAB V

ART Lama, diatur dalam BAB XII, yang

ditempatkan

setalah

mengatur

Dewan

Pengurus dan Dewan Pengawas serta Forum

Pertemuan.

(23)

ini, berhak untuk mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan Dewan Pengurus maupun Dewan Pengawas. 23.2. Setiap Anggota berhak mengajukan 1 (satu)

orang calon untuk calon Dewan Pengurus dan 1 (satu) orang calon untuk calon anggota Dewan Pengawas dari institusinya, kepada Panitia Pemilihan sesuai jadwal pencalonan yang ditentukan oleh Panitia Pemilihan.

23.3. Calon yang sah adalah calon yang sudah menyampaikan persetujuan pencalonannya kepada Panitia Pemilihan.

23.4. Panitia Pemilihan menetapkan tata cara dan jadwal pencalonan dan pemilihan calon definitif, yang menjamin:

a) Diketahuinya jadwal dan tata cara pencalonan dan pemilihan calon definitif oleh Anggota dengan tenggang waktu yang cukup.

b) Diterimanya surat-surat pencalonan dan pemilihan calon definitif dari anggota yang memilih dan konfirmasi persetujuan oleh calon yang bersangkutan.

c) Diketahui oleh Anggota, daftar seluruh calon yang masuk melalui pencalonan diri maupun dicalonkan.

d) Didapatnya daftar calon yang sah disertai keterangan yang cukup mengenai calon-calon tersebut oleh seluruh Anggota dan tenggang waktu yang cukup bagi Anggota untuk menilai dan memilih.

pendirian Perusahaan;

d. Membayar iuran keanggotaan

2. Non Badan Hukum:

a. Badan usaha non-badan hukum:

1) Memiliki akta pendirian dari notaris;

2) Memiliki izin usaha;

3) Membayar iuran keanggotaan.

b. Organisasi non-badan usaha:

1) Memiliki AD/ART;

2) Membayar iuran keanggotaan.

c. Perorangan:

1) Memiliki identitas (KTP);

2) Membayar iuran keanggotaan.

Pasal 8

Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

teknis

pendaftaran keanggotaan diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Asosiasi.

Bagian Kedua

Prosedur Pendaftaran Dan Pengangkatan

Pasal 9

1. Pendaftaran dilakukan secara tertulis baik

manual maupun

on-line

yang ditujukan

kepada Dewan Pengurus, dengan mengisi

formulir

pendaftaran yang disediakan untuk

keperluan tersebut.

2.

Memenuhi

syarat-syarat

ketentuan

keanggotaan sebagaimana diatur dalam Pasal

4.

3. Memenuhi syarat administrasi sesuai

dengan ketentuan dalam Peraturan Asosiasi.

4. Prosedur administrasi lainnya diatur

pelaksanaannya oleh Dewan Pengurus dan

(24)

23.5. Seorang calon hanya dapat menjadi calon Dewan Pengurus atau calon anggota Dewan Pengawas sejauh pencalonannya memenuhi ketentuan yang disebut dalam ayat 1, 2, 3, pasal ini.

PASAL 24

WAKTU DAN CARA PEMILIHAN

24.1. Nama-nama calon Dewan Pengurus dan calon anggota Dewan Pengawas sudah dapat diumumkan oleh Panitia Pemilihan sejak awal dimulainya Musyawarah Nasional, setelah mendapat persetujuan tertulis dari calon.

24.2. Dewan Pengurus dipilih dan ditetapkan melalui sistem formatur tunggal melalui Musyawarah Nasional.

24.3. Dewan Pengawas dipilih sebanyak 7 (tujuh) orang dari daftar calon Dewan Pengawas yang tersedia.

24.4. Setiap Anggota atau Kuasa Anggota mempunyai 1 (satu) suara untuk memilih 1 (satu) nama calon formatur dan memilih 7 (tujuh) nama calon anggota Dewan Pengawas dengan menuliskan nama pada kertas suara yang disediakan untuk pemilihan formatur dan pemilihan anggota Dewan Pengawas.

24.5. Tata cara pemilihan diatur oleh Panitia Pemilihan yang harus dapat menjamin: a) Tingkat kerahasiaan suara pemilih.

b) Dapat dikontrol dan dibuktikan bahwa suara yang dimasukkan/dikirim telah diterima oleh Panitia Pemilihan.

dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Harian.

5. Keputusan tentang diterima atau tidaknya

menjadi Anggota APJII ditetapkan melalui

tenggang

waktu

selambat-lambatnya

14

(empat belas) hari kerja untuk memeriksa

keabsahan seluruh lampiran dan dokumen

yang

menyertai

formulir

pendaftaran,

disamping memeriksa secara nyata keberadaan

calon Anggota tersebut.

6. Hasil keputusan tersebut sudah harus

diberitahukan

kepada

calon

Anggota

selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari

kerja setelah masa tenggang waktu di atas.

7. Setiap Anggota harus menyetujui kondisi

dan ketentuan keanggotaan.

8. Setiap Anggota yang sudah diterima dan

terdaftar akan menerima Tanda Keanggotaan

APJII.

9. Tanda Keanggotaan berlaku selama 1 (satu)

tahun sejak tanggal dikeluarkannya dan

ditandatangani oleh Ketua Umum APJII.

Bagian Ketiga

Hak Dan Kewajiban Anggota Asosiasi

Pasal 10

Hak Anggota:

1.

Anggota mempunyai hak dipilih dan

memilih.

2.

Anggota

mempunyai

hak

untuk

berpendapat, usul dan berbicara sesuai dengan

kode etik asosiasi.

3.

Anggota berhak mendapatkan pelayanan

asosiasi sesuai dengan kategori keanggotaan.

(25)

c) Dapat dihindari penggunaan hak suara oleh yang tidak berhak.

d) Cukup waktu bagi pemilih untuk memasukkan dan atau mengirim suaranya.

24.6. Panitia Pemilihan harus sudah mengumumkan susunan Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas selambat-lambatnya pada acara sidang terakhir dari Musyawarah, untuk kemudian diangkat oleh Musyawarah.

PASAL 25 PANITIA PEMILIHAN

25.1. Panitia Pemilihan dipilih dan diangkat oleh Dewan Pengurus dan disetujui oleh Dewan Pengawas.

25.2. Panitia Pemilih sekurang-kurangnya terdiri dari seorang Ketua Panitia, seorang Sekretaris panitia dan 5 (lima) orang anggota.

25.3. Dalam pelaksanaan tugasnya panitia pemilihan secara teknis dibantu oleh Badan Pelaksana Harian.

25.4. Biaya pelaksanaan pemilihan pengurus merupakan biaya APJII.

25.5. Panitia Pemilihan bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Musyawarah Nasional.

25.6. Yang dapat diangkat sebagai panitia pemilihan adalah Anggota.

4.

Anggota berhak untuk berpartisipasi dalam

kegiatan asosiasi.

5.

Anggota berhak mengakses atas informasi

mengenai

perkembangan

organisasi

dan

kajian-kajian ilmiah yang dilakukan oleh

asosiasi.

Pasal 11

Kewajiban Anggota:

1. Anggota wajib menjaga nama baik

organisasi.

2. Anggota wajib mematuhi semua peraturan

dan kode etik asosiasi.

3. Anggota wajib mendukung

program-program kerja asosiasi.

4.

Anggota

wajib

membayar

iuran

keanggotaan

sesuai

dengan

kreteria

keanggotaan.

Pasal 12

1. Ketentuan mengenai kode etik asosiasi

diatur dalam Peraturan Asosiasi.

2. Hak dan Kewajiban yang belaum diatur

dalam AD/ART, dapat diatur dalam peraturan

asosiasi.

(26)

25.7. Panitia pemilihan sudah harus terbentuk dan mulai bekerja sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) hari kalender sebelum Musyawarah Nasional yang akan mengadakan pemilihan pengurus baru itu diadakan.

PASAL 26 SERAH TERIMA

26.1. Formatur harus sudah mengumumkan susunan Dewan Pengurus inti sebelum Sidang Musyawarah ditutup.

26.2. Dalam waktu 60 (enam puluh) hari kalender setelah Musyawarah Nasional memilih Dewan Pengurus Baru, Dewan Pengurus Lama harus menyerah-terimakan kepengurusan kepada Dewan Pengurus Baru. Hal yang sama berlaku pula untuk Dewan Pengawas.

26.3. Serah terima Dewan Pengurus yang disebut pada ayat 2 pasal ini sekurang-kurangnya menyangkut pemindahan yang jelas dari: a) Keuangan organisasi;

b) Inventaris organisasi;

c) Kegiatan organisasi yang sedang berjalan;

Serah terima Dewan Pengawas sekurang-kurangnya menyangkut kegiatan Dewan Pengawas yang sedang berjalan.

26.4. Selama masa antara terpilihnya Dewan Pengurus Baru dan serah terima tersebut, Dewan Pengurus Lama tetap bekerja dan mendampingi Dewan Pengurus Baru dalam

Bagian Keempat

Sanksi Asosiasi

Pasal 13

Setiap Anggota yang melakukan tindakan-tindakan

yang merugikan APJII dan tidak memenuhi

kewajibannya sebagai Anggota dapat dikenakan

sanksi-sanksi berupa:

1. Teguran resmi dalam bentuk peringatan tertulis

dari Dewan Pengurus.

2. Penghentian pelayanan asosiasi yang semula

merupakan haknya sebagai Anggota.

3. Pemberhentian sebagai Anggota secara tertulis

dan diumumkan kepada seluruh Anggota.

Bagian Kelima

Pemberhentian Keanggotaan

Pasal 14

1. Pemberhentian keanggotaan dapat terjadi karena

kehilangan status keanggotaan, yang disebabkan

karena:

a. Apabila yang bersangkutan mengundurkan diri

atas kemauannya sendiri;

b. Ijin usahanya dicabut oleh Pemerintah atau

dinyatakan

pailit

berdasarkan

Keputusan

Pengadilan;

c. Karena yang bersangkutan menghentikan

usahanya/menutup perusahaan.

2. Berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang

berlaku dalam asosiasi, laporan anggota asosiasi,

dan pembuktian yang tersedia, maka Dewan

Pengurus dapat melakukan pemberhentian tetap

keanggotaan.

(27)

rapat-rapatyang bersifat pengambilan keputusan organisasi, penentuan sikap organisasi dan hubungan-hubungan ke luar yang perlu dilakukan. Hal yang sama berlaku pula untuk Dewan Pengawas sesuai dengan tugas-tugas Dewan Pengawas.

surat pemanggilan untuk didengar keterangan serta

penjelasannya dalam forum yang dihadiri oleh

Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.

4. Apabila dalam pemanggilan pertama yang

bersangkutan tidak hadir, maka dalam waktu

paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal

pemanggian

pertama,

Dewan

Pengurus

mengirimkan pemanggilan kedua.

5. Apabila dalam pemanggilan kedua yang

bersangkutan tidak hadir, maka dalam waktu

paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal

pemanggilan

kedua,

Dewan

Pengurus

mengirimkan

pemanggilan

ketiga,

yang

merupakan pemanggilan terakhir.

6. Hasil pemanggilan sebagaimana dalam ayat (5)

merupakan keputusan akhir terhadap usulan

pemberhentian keanggotaan.

7. Jika terbukti melangggar ketentuan-ketentuan

yang

ada

dalam

asosiasi,

kepada

yang

bersangkutan akan diberikan Surat

Keputusan Pemberhentian Keanggotaan yang

disahkan oleh Dewan Pengurus berdasarkan

kesimpulan akhir yang diperoleh Dewan Pengurus

dan Dewan Pengawas.

8. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan

diberikan selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja

sejak pemanggilan terakhir dilaksanakan.

9. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan

berlaku

sejak

tanggal

dikeluarkannya

dan

ditandatangani oleh Ketua Umum APJII.

10. Surat Keputusan Pemberhentian Keanggotaan

harus dilampiri sekurang-kurangnya Berita Acara

Hasil Pemanggilan yang ditandatangani oleh

Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas.

(28)

Keputusan Pemberhentian Keanggotaan, maka

Tanda Keanggotaan yang pernah diberikan kepada

yang bersangkutan dinyatakan gugur dan tidak

berlaku lagi, demikian pula hak dan kewajibannya

sebagai anggota APJII, tanpa menghilangkan

segala kewajiban yang masih tertangguhkan.

BAB VI

FORUM PERTEMUAN DAN RAPAT-RAPAT

BAB VI

Dewan Pengawas (

Board of Trustee

)

PASAL 27

BENTUK DAN PENJADWALANNYA

APJII memiliki beberapa bentuk rapat anggota dan/atau forum pertemuan dengan penjelasan personil dan jadwal kegiatannya sebagai berikut: 27.1. Musyawarah Nasional 1 (satu) kali setiap 3

(tiga) tahun.

27.2. Musyawarah Nasional Luar Biasa apabila memenuhi persyaratan yang terdapat di Anggaran Dasar Bab III, Pasal 10 Ayat 6. 27.3. Rapat Kerja Nasional 1 (satu) kali setiap 1

(satu) tahun.

27.4. APJII Open Policy Meeting (OPM) maksimal 2 (dua) kali setiap 1 (satu) tahun.

27.5. Rapat Dewan Pengurus minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

27.6. Rapat Dewan Pengawas dengan Dewan Pengurus minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

27.7. Rapat Dewan Pengawas minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

27.8. Rapat-rapat lain disesuaikan dengan kebutuhan.

Bagian Kesatu

Komisi-komisi

Pasal 15

1. Komisi dibentuk oleh Dewan Pengawas

yang terdiri dari Komisi IIX, Komisi Pelatihan

dan Sertifikasi, Komisi IDNIC, Komisi

Regulasi

dan

Advokasi,

Komisi

Pengembangan Industri Internet, serta Komisi

Internet Security

2. Dewan Pengawas menetapkan jumlah

komisi pada permulaan Rapat Pleno yang

dihadiri oleh Dewan Pengurus.

3. Jumlah anggota komisi ditetapkan dalam

permulaan rapat Dewan Pengawas menurut

perimbangan dan pemerataan jumlah anggota

Dewan Pengawas.

4. Tugas komisi:

a. mengadakan pembicaraan pendahuluan

mengenai penyusunan rancangan Program

Kerja dan kegiatan layanan bersama-sama

dengan Dewan Pengurus;

b.

menyampaikan

hasil

pembicaraan

pendahuluan sebagaimana

Ketentuan Dewan Pengawas yang diatur dalam

Rancangan ART ini adalah sebagai penjabaran

lebih lanjut dari ketentuan Dewan Pengawas

yang telah diatur dalam Rancangan AD Baru.

Materi yang diatur dalam ART merupakan

hal-hal yang bersifat teknis fundamental.

Ketentuan Forum Pertemuan dan Rapat-rapat

yang diatur dalam BAB VI ART Lama

diletakan dalam BAB XI Rancangan ART

Baru.

(29)

PASAL 28

MUSYAWARAH NASIONAL

28.1. Musyawarah Nasional adalah kekuasaan tertinggi APJII.

28.2. Musyarawah Nasional diselenggarakan 1 (satu) kali dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun dan apabila ada halangan dalam penyelenggaraannya, maka Musyawarah Nasional yang telah terjadwal harus dapat terselenggara dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terhitung dari tanggal yang telah dijadwalkan.

28.3. Bahan-bahan dan segala sesuatu yang diperlukan bertalian dengan pelaksanaan Musyawarah Nasional tersebut, dikerjakan dan disiapkan oleh Badan Pelaksana Harian, serta didistribusikan kepada Anggota pada saat Musyawarah Nasional diselenggarakan.

28.4. Berdasarkan bahan-bahan yang dikumpulkan oleh Badan Pelaksana Harian sebagaimana disebutkan pada ayat 3 Pasal ini, maka Dewan Pengurus akan membentuk:

e) Panitia Pengarah (Steering Committee) f) Panitia Pelaksana (Organizing

Committee)

PASAL 29

PESERTA MUSYAWARAH NASIONAL

32.1. Peserta Musyawarah Nasional adalah: a) Anggota;

dimaksud dalam huruf a kepada Ketua Dewan

Pengawas.

5.

Komisi

dalam

melaksanakan

tugas

sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) dapat mengadakan pertemuan dengan

Dewan Pengurus

yang diwakili oleh Ketua Bidang.

6. Komisi membuat laporan kerja pada akhir

masa keanggotaan

Dewan Pengawas, baik yang sudah maupun

yang belum

terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai

bahan oleh komisi

pada masa keanggotaan berikutnya.

7.

Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

mekanisme kerja komisi diatur

dengan peraturan Dewan Pengawas tentang

tata tertib.

Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban Anggota Dewan Pengawas

Pasal 16

Hak Anggota Dewan Pengawas:

1.

mengajukan

pertanyaan

kepada

Dewan

Pengurus dan/atau Anggota

Dewan Pengurus.

2. memilih dan dipilih dalam Struktur Dewan

Pengawas.

3. Mendapatkan dukungan administratif dalam

rangka menjalankan

(30)

b) Anggota Kehormatan.

32.2. Hak Anggota sebagai peserta Musyawarah Nasional adalah mempunyai hak bicara, hak suara, hak memilih dan hak dipilih. 32.3. Anggota Kehormatan hanya mempunyai

hak bicara.

32.4. Kewajiban peserta Musyawarah Nasional adalah mentaati dan melaksanakan semua ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Tata Tertib Musyawarah Nasional (Munas) dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Munas.

32.5. Apabila seorang Anggota tidak dapat hadir dalam Musyawarah Nasional, maka kehadiran dan hak suaranya dapat dikuasakan kepada Anggota lain yang hadir dengan memberikan surat kuasa.

PASAL 30 WAKTU, TEMPAT, DAN

PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH NASIONAL

30.1. Musyawarah Nasional diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali dengan waktu yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional sebelumnya.

30.2. Musyawarah Nasional diselenggarakan oleh Dewan Pengurus. Panitia Pengarah dan Panitia Pelaksana diangkat oleh Dewan Pengurus untuk menyusun acara dan materi Musyawarah Nasional serta melaksanakan Musyawarah Nasional. Biaya penyelenggaraan Musyawarah Nasional diatur dan dipertanggung-jawabkan oleh

Pasal 17

Anggota

Dewan

Pengawas

mempunyai

Kewajiban:

1. memegang teguh dan mengamalkan

AD/ART.

2. melaksanakan dan mentaati

ketentuan-ketentuan yang ada dalam Asosiasi.

3. mengikuti rapat-rapat yang diadakan oleh

Dewan Pengawas.

4. mendahulukan kepentingan asosiasi di atas

kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.

5. memperjuangkan kepentingan anggota

asosiasi.

6. menjaga etika dan norma dalam hubungan

kerja dengan Dewan Pengurus.

Pasal 18

Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan

kewajiban anggota Dewan Pengawas diatur

dalam peraturan Dewan Pengawas tentang tata

tertib.

Bagian Ketiga

Pemberhentian Ketua dan Anggota Dewan

Pengawas

Pasal 19

1. Anggota Dewan Pengawas dilarang

merangkap sebagai anggota dewan Pengurus.

2. Anggota Dewan Pengawas dilarang

melanggar Tata Tertib Dewan Pengawas.

3. Ketua dan/atau Anggota Dewan Pengawas

yang Tidak hadir dalam rapat dewan

(31)

Dewan Pengurus.

PASAL 31

PIMPINAN SIDANG, ACARA, DAN TATA TERTIB

31.1. Pimpinan Sidang pada Musyawarah Nasional dipilih oleh sidang Musyawarah Nasional yang dipimpin oleh Panitia Pelaksana.

31.2. Pimpinan Sidang sebanyak-banyaknya terdiri dari 1 (satu) orang Pimpinan Sidang dan 1 (satu) orang Sekretaris Sidang. 31.3. Rencana acara dan tata tertib sidang yang

disusun oleh Panitia Pengarah adalah usulan untuk disetujui/diperbaiki oleh sidang Musyawarah Nasional.

PASAL 32

MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA 32.1. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat

diselenggarakan apabila ada hal mendesak yang memerlukan keputusan setingkat Musyawarah Nasional.

32.2. Musyawarah Nasional Luar Biasa seperti yang dimaksud dalam Anggaran Dasar Pasal 10 ayat 6dapat diselenggarakan jika memenuhi salah satu persyaratan berikut: g) Diputuskan oleh suatu Rapat Dewan

Pengurus yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Dewan Pengurus. h) Diusulkan oleh Dewan Pengawas yang

diputuskan oleh suatu Sidang Dewan

kali dalam satu periode kepengurusan dikenai

sanksi berupa pemberhentian sebagai Anggota

Dewan Pengawas.

4. Keputusan pemberhentian Ketua dan/atau

Anggota Dewan Pengawas ditetapkan dengan

Keputusan Dewan Pengawas.

5. Tata cara pemberhentian Ketua Ketua

dan/atau Anggota Dewan Pengawas diatur

dalam Peraturan Dewan Pengawas tentang tata

tertib.

(32)

Pengawas yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Dewan Pengawas. i) Diajukan secara tertulis oleh sekurang-kurangnya 1/10 (satu per sepuluh) dari jumlah Anggota yang terdaftar.

32.3. Undangan Khusus dan/atau Peninjau ditiadakan dalam penyelenggaraan Musyawarah Nasional Luar Biasa.

32.4. Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah surat permohonan yang sah sesuai ayat 2 pasal ini diterima oleh Dewan Pengurus.

32.5. Tata cara dan pelaksanaannya dikerjakan sama sebagaimana penyelenggaraan Musyawarah Nasional.

PASAL 33

RAPAT KERJA NASIONAL

33.1. Rapat Kerja Nasional diselenggarakan 1 (satu) kali dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.

33.2. Rapat Kerja Nasional diselenggarakan oleh Dewan Pengurus dan tata cara pelaksanaannya disiapkan oleh Badan Pelaksana Harian.

33.3. Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh: a) Dewan Pengawas

b) Dewan Pengurus

(33)

d) Anggota dan Anggota Kehormatan e) Badan Pelaksana Harian

PASAL 34

APJII OPEN POLICY MEETING

34.1. Tujuan utama APJII Open Policy Meeting adalah membahas dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan layanan Anggota APJII kepada publik.

34.2. APJII Open Policy Meeting diselenggarakan sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.

34.3. APJII Open Policy Meeting diselenggarakan oleh Dewan Pengurus dan tata cara pelaksanaannya disiapkan oleh Badan Pelaksana Harian.

34.4. Hal-hal utama yang dibahas dalam APJII Open Policy Meeting adalah:

j) IDNIC (Indonesia Network Information Center) meliputi Pelayanan IP Address dan ASN beserta pendaftaran Nama Domain, http://www.idnic.net.id

k) IIX (Indonesia Internet eXchange), Jaringan Interkoneksi Internet di Indonesia, http://www.iix.net.id

l) NIR (National Internet Registry), layanan small multihoming yang difasilitasi oleh Anggota APJII, http://www.apjii.or.id

34.5. APJII Open Policy Meeting dihadiri oleh: a) Dewan Pengawas

(34)

b) Dewan Pengurus

c) Pengurus Perwakilan Wilayah d) Anggota dan Anggota Kehormatan e) Badan Pelaksana Harian

f) Undangan Khusus dan/atau Peninjau yang berasal dari tokoh perusahaan dan/atau pejabat pemerintah, yang jumlah dan namanya ditentukan oleh Dewan Pengurus.

PASAL 35

RAPAT DEWAN PENGAWAS

35.1. Rapat Dewan Pengawas sekurang-kurangnya diadakan 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

35.2. Rapat Dewan Pengawas dipimpin oleh Pimpinan Dewan Pengawas

35.3. Bila diperlukan rapat dapat dihadiri oleh Badan Pelaksana Harian.

PASAL 36

RAPAT DEWAN PENGURUS

36.1. Rapat Dewan Pengurus diatur secara tersendiri oleh Dewan Pengurus, sekurang-kurangnya diadakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

36.2. Jadwal pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

36.3. Bila diperlukan rapat dapat dihadiri oleh Badan Pelaksana Harian.

(35)

PASAL 37 RAPAT-RAPAT LAIN

37.1. Rapat-rapat lain yang dilaksanakan oleh badan-badan/tim/kelompok kerja yang dibentuk oleh Dewan Pengurus tidak diatur secara khusus di dalam Anggaran Rumah Tangga.

37.2. Tata cara pelaksanaan dan bahan diatur secara tersendiri oleh masing-masing badan/tim/ kelompok kerja, sesuai dengan kebutuhan.

37.3. Hasil rapat disampaikan kepada Dewan Pengurus selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja sesudah rapat berakhir.

PASAL 38

QUORUM DAN KEABSAHAN RAPAT

38.1. Selain yang ditentukan dalam Pasal 10 Anggaran Dasar, Musyawarah Nasional dianggap sah bila:

a) Kepada Anggota melalui Dewan Pengurus telah dikirimkan undangan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari kalender sebelum mulainya Musyawarah Nasional.

b) Telah memenuhi quorum yaitu dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) dari jumlah anggota yang semestinya hadir dan/atau yang diundang hadir ditambah 1 (satu).

c) Dalam hal quorum tidak tercapai, maka Musyawarah Nasional ditunda tiap 15 (limabelas) menit sekali dengan waktu penundaan paling lama setengah jam

(36)

(dua kali penundaan).

d) Bila sesudah penundaan setengah jam quorum belum juga tercapai, Musyawarah Nasional dapat terus diselenggarakan dan segala keputusan yang diambil adalah sah.

38.2. Selain yang ditentukan dalam Pasal 11 Anggaran Dasar, Rapat Kerja Nasional dianggap sah bila:

a) Kepada peserta rapat melalui Dewan Pengurus telah dikirimkan undangan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kalender sebelum dimulainya Rapat Kerja.

b) Telah memenuhi quorum yaitu dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota yang semestinya hadir dan/atau yang diundang hadir ditambah 1 (satu). c) Dalam hal quorum tidak tercapai, maka

Rapat Kerja Nasional ditunda tiap 15 (lima belas) menit sekali dengan waktu penundaan paling lama setengah jam (dua kali penundaan).

d) Bila sesudah penundaan setengah jam quorum belum juga tercapai, Rapat Kerja Nasional dapat terus diselenggarakan dan segala keputusan yang diambil adalah sah.

38.3. Selain yang ditentukan dalam Pasal 12 Anggaran Dasar, Rapat Dewan Pengawas adalah sah bila:

a) Kepada Anggota Dewan telah dikirimkan undangan disertai acara dan

(37)

materi rapat, 7 (tujuh) hari kalender sebelum dimulainya Rapat Dewan. b) Dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½

(satu per dua) jumlah Anggota Dewan ditambah 1 (satu).

PASAL 39

TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

39.1. Setiap forum pertemuan dan rapat-rapat, keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.

39.2. Apabila oleh sebab apapun ternyata keputusan berdasarkan musyawarah tidak dapat dicapai maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara (voting) dan keputusan dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) dari jumlah yang hadir ditambah 1 (satu) orang Peserta yang memiliki hak suara.

39.3. Pemungutan suara mengenai orang harus dilaksanakan secara tertutup kecuali jika keputusan dapat diambil secara aklamasi. 39.4. Apabila oleh sebab apapun ternyata

keputusan berdasarkan pemungutan suara tidak dapat dicapai, maka pimpinan rapat berhak menunda keputusan tersebut selama-lamanya 24 (dua puluh empat) jam sejak tidak tercapainya keputusan dan memberikan kesempatan kepada peserta rapat untuk mengambil ulang keputusan pada pertemuan berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia berat pada ibu hamil terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).. Dari penelitian didapatkan

Dan pada Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 yang isinya : “sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh waktu penyadapan dan pemberian etefon terhadap ekspresi gen HbACO3 pada lateks dan kulit batang tanaman karet melalui deteksi

Dalam perkembangannya, filsafat berkembang pesat dan membentuk aliran- aliran pemikiran,sesuai dengan instrumen dan landasan yang menjadi sarana dalam

Pendidikan senantiasa selalu berkembang dan berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat. Dari hal itu maka tidak dapat dipungkiri bila dalam pendidikan selalu

Alur merupakan rangkaian peristiwa yang ditampilkan oleh pengarang dalam sebuah cerita. Alur yang ditampilkan oleh pengarang dalam cerpen ini secara kronologis

Melalui penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah membuat model perlindungan hukum dengan memperhatikan sejumlah aspek diantaranya, aturan hukum, kelembagaan

Adobe Flash merupakan sebuah program yang didesain khusus oleh Adobe dan program aplikasi standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi dan