PENERAPAN TUGAS PRESENTASI DAN PENILAIAN SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PjBL) DI MATA KULIAH
BIMBINGAN DAN KONSELING
Ifa Muhimmatin1
ifakholahuddin@gmail.com Abstract
This research was a action research that conducted in three cycles. The research was conducted because some problems happened in the learning process. The learning method that applied is a project-basic learning (PjBL) that inserted with presentation and peer assessment task. The research subjects are 32 students in the Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi who take Guidance anda Counselling (GC) elective course. This research was conducted from 31 october till desember 22, 2015. Research assesments consist of presentation skills assesment, effective assessment and student' project assessment. The assessment results were analyzed descriptively. The results showed that average of student presentation ability increased by 0,334 (on 4 max score), average of student’ affective also increase by 0,219. Assesment result for students project was good with average 87,08. The implementation of project-based learning with presentation and peer assessment task can improve the rate of presentation ability, affective, and quality of students’ project in GC course.
Key words: Project-based Learning, oral presentation, peer assesment, guidance
and counselling
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama tiga siklus. Penelitian dilaksanakan karena terdapat permasalahan pada proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan ialah pembelajaran berbasis proyek dengan tugas presentasi dan penilaian sebaya. Subyek penelitian ialah 32 mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi yang menempuh mata kuliah pilihan Bimbingan dan Konseling (BK). Penelitian dari 31 Oktober hingga 22 Desember 2015. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemampuan presentasi, penilaian afektif, dan penilaian proyek mahasiswa. Hasil penilaian dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rerata kemampuan presentasi mahasiswa sebesar 0,334 pada skala 4, dan peningkatan rerata skor afektif mahasiswa sebesar 0,219. Penilaian terhadap proyek mahasiswa menunjukkan bahwa bahwa mahasiswa telah melaksanakan proyek dengan baik dengan rerata 87,08 pada skala 100. Hasil penilaian ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa mahasiswa telah tuntas secara klasikal. Penerapan pembelajaran berbasis proyek dengan tugas presentasi dan penilaian sebaya
1
Dosen Pada Program Studi Pendidikan Biologi Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
dapat meningkatkan rerata kemampuan presentasi, afektif, dan kualitas proyek mahasiswa di mata kuliah BK.
Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Proyek, presentasi, penilaian sebaya,
bimbingan dan konseling PENDAHULUAN
Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan mata kuliah pilihan di program studi pendidikan biologi Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi. Mata kuliah BK mempunyai tujuan agar mahasiswa sebagai calon guru biologi mempunyai bekal kemampuan sebagai agen pembimbing dan sebagai konseli di kelas yang dibelajarkan. Kemampuan sebagai agen BK di kelas sangat penting bagi calon guru biologi karena siswa di satu kelas yang sama dapat berasal dari berbagai latar belakang, dengan berbagai tingkat kemampuan, sifat, dan minat yang berbeda. Perbedaan-perbedaan pada siswa tersebut dapat menjadi sebuah masalah yang mengganggu proses pembelajaran jika mahasiswa calon guru tidak memiliki penguasaan di bidang bimbingan dan konseling. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi akademik dan Kompetensi Guru, yaitu bahwa guru harus mempunyai kompetensi pedagogik dalam membelajarkan siswa.
Proses penguasaan BK oleh mahasiswa calon guru dapat ditempuh melalui kegiatan yang dapat membawa mahasiswa belajar langsung tentang peran guru sebagai agen BK di sekolah. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning/PjBL). Model
pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Tiga komponen utama dari PjBL ialah adanya mahasiswa sebagai pebelajar, dosen sebagai tutor, dan masalah sebagai obyeknya (Carrió, et. al., 2011). Pembelajaran berbasis proyek mempunyai prinsip dasar antara lain adanya orientasi masalah, perencanaan proyek, integrasi antara teori dengan praktik, arahan dan monitoring, pendekatan berbasis tim, kolaborasi, dan umpan balik (Barge, 2010).
Penerapan PjBL dalam perkuliahan BK yaitu mahasiswa membuat proyek berkelompok untuk menjawab permasalahan yang diajukan dosen dalam perkuliahan. Proyek yang dilaksanakan mahasiswa harus bertempat di sekolah-sekolah menengah yang berada di Kabupaten Banyuwangi, dengan harapan mahasiswa dapat berinteraksi dengan guru-guru bidang studi biologi atau IPA, dan memahami cara-cara atau kiat yang dilakukan guru atau pihak sekolah dalam kaitannya dengan bimbingan dan konseling. Tamim & Grant (2013) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek selain membuat mahasiswa memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang konsep, juga dapat mengasah ketrampilan, kemampuan berinteraksi dengan orang
lain, dan sikap mempertanggungjawabkan hasil kerja.
Kegiatan perkuliahan mata kuliah BK yang telah dilaksanakan selama empat pertemuan menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek berjalan dengan lancar. Namun ketika memasuki minggu-minggu praktikum, yaitu ketika beberapa mata kuliah bidang biologi sedang aktif menyelenggarakan praktikum, suasana perkuliahan BK menjadi tidak kondusif. Hal ini karena ada beberapa mahasiswa yang menghadiri mata kuliah BK dengan membawa tugas atau logbook praktikum, dan mereka berusaha menyelesaikan tugas tersebut sambil mengikuti mata kuliah BK. Hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa mengungkap bahwa mereka terpaksa mengerjakan tugas lain di perkuliahan BK karena mereka memiliki jadwal kuliah dan praktikum yang padat, beban tugas yang banyak, dan posisi mata kuliah BK sebagai mata kuliah pilihan. Mata kuliah pilihan bagi sebagian mahasiswa dianggap sebagai mata kuliah yang mudah, dan nantinya mereka pasti mendapatkan nilai bagus.
Permasalahan diatas menuntut diberlakukannya tugas yang dapat membuat mahasiswa fokus mengikuti perkuliahan BK dan mengabaikan tugas mata kuliah lain. Tugas yang dapat diterapkan misalnya tugas diskusi presentasi, dan tugas penilaian sebaya. Presentasi merupakan kegiatan menyampaikan pemikiran, dan melibatkan kemampuan berkomunikasi lisan sehingga mahasiswa dapat membangun pengetahuan secara lebih aktif (Lie dan Angelique, 2003). Penilaian sebaya ialah pengaturan pendidikan dimana mahasiswa menilai penampilan atau
presentasi temannya secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga mendorong tiap mahasiswa untuk merefleksi, berdiskusi, dan berkolaborasi (Strijbos & Sluijsmans, 2010).
Tugas presentasi diterapkan dengan membagi mahasiswa dalam empat kelompok, membagikan printout slide powerpoint yang berbeda pada tiap kelompok, memberi waktu 30 menit untuk diskusi kelompok, mempersilahkan tiap kelompok untuk presentasi, dan tanyajawab. Anggota kelompok yang sedang tidak presentasi mendapat tugas untuk menilai presenter secara individual. Kegiatan tersebut memberi peluang pada tiap mahasiswa untuk mempresentasikan materi yang disiapkan oleh dosen, tiap mahasiswa mendapat nilai dari teman-temannya, dan tiap mahasiswa berhak menilai teman-temannya. Pemberian tugas presentasi dan penilaian sebaya tersebut pada model pembelajaran berbasis proyek tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan presentasi mahasiswa, dapat meningkatkan afektif mahasiswa terhadap proses pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan, serta melaporkan kegiatan proyek. METODE
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus. Model pembelajaran yang diterapkan ialah pembelajaran berbasis proyek (Project-based Learning/PjBL) dengan penerapan tugas presentasi dan penilaian sebaya (peer assesment). Sintaks PjBL yang diterapkan terdiri dari enam tahapan: 1). penentuan pertanyaan dasar; 2). menyusun
rencana proyek; 3). menyusun jadwal; 4). monitoring; 5). menguji hasil; dan 6). evaluasi pengalaman (Kemendikbud, 2013). Penerapan tugas presentasi dan penilaian sebaya dilaksanakan pada sintaks satu.
Subyek penelitian ialah 32 mahasiswa program studi pendidikan biologi Universitas 17 Agustus 1945
Banyuwangi yang mengikuti mata kuliah pilihan Bimbingan dan Konseling (BK). Penelitian dilaksanakan tanggal 31 Oktober hingga 22 Desember 2015. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemampuan presentasi, penilaian afektif, dan penilaian proyek mahasiswa. Hasil penilaian dianalisis
secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terlaksana sebanyak tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi. Proses PTK berjalan sesuai rencana
pelaksanaan pembelajaran, dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan berdasar hasil evaluasi pembelajaran di siklus sebelumnya. Tabel 1 merupakan rangkuman pelaksanaan PTK yang telah dilakukan.
Tabel 1. Rekap pelaksanaan PTK Siklus
ke
Perencanaan Pelaksanaan & Pengamatan Refleksi
1 Dosen menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan alat penilaian Dosen menyiapkan rangkuman materi
Pelaksanaan kuliah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
Mahasiswa dapat merencanakan proyek, namun belum terbiasa melakukan proyek di sekolah
Ada mahasiswa yang melakukan penilaian sebaya tanpa menggunakan rubrik penilaian
Ada mahasiswa yang
mencoba mengerjakan tugas mata kuliah lain saat ada presentasi Penjelasan tentang tatacara pelaksanaan proyek dan tatakrama survei di sekolah perlu diberikan Penjelasan tentang pembuatan rubrik penilaian sebaya perlu diberikan Presentasi perlu ditambah dengan tanya jawab agar mahasiswa fokus terhadap proses pembelajaran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran disempurnaka n sesuai dengan hasil refleksi
Pelaksanaan kuliah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
Mahasiswa dapat melakukan kegiatan proyek mereka di sekolah dan menyusun laporan Bimbingan tentang penyusunan laporan proyek perlu diberikan Bimbingan tentang
Siklus ke
Perencanaan Pelaksanaan & Pengamatan Refleksi
Mahasiswa dapat melakukan penilaian sebaya dengan rubrik, namun masih subyektif
Tidak terdapat mahasiswa yang mengerjakan tugas mata kuliah lain saat
presentasi, mahasiswa fokus pada proses tanya jawab
penyelesaian masalah pada studi kasus perlu dilakukan Penjelasan tentang penilaian sebaya yang obyektif perlu diberikan Tanyajawab pada presentasi tetap dipertahankan 3 Rencana pelaksanaan pembelajaran disempurnak an sesuai dengan hasil refleksi
Pelaksanaan kuliah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
Mahasiswa dapat melakukan penilaian sebaya secara obyektif
Mahasiswa dapat
menyelesaikan proyek dan mempresentasikan hasilnya, namun laporan tertulis hasil proyek kurang baik dari segi isi & tata bahasanya
Bimbingan tentang penulisan laporan proyek perlu dilakukan agar laporan proyek sesuai dengan hasil proyek yang sesungguhnya dan tujuan proyek tercapai
Penerapan tugas presentasi dan tugas penilaian sebaya merupakan salah satu upaya memfokuskan perhatian mahasiswa pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Kegiatan presentasi diselenggarakan di awal pertemuan sebagai pengganti ceramah dosen. Materi yang harus disampaikan
oleh tiap kelompok mahasiswa dalam presentasi ialah materi yang telah disiapkan oleh dosen dan diberikan kepada mahasiswa setengah jam sebelum presentasi dimulai. Hasil penilaian terhadap kemampuan presentasi mahasiswa tersaji dalam Gambar 1 dan Tabel 1.
Gambar 1. Persentase Jumlah Mahasiswa pada tiap Skor Penilaian Kemampuan Presentasi
Penilaian kemampuan presentasi pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pada siklus satu, sebanyak 37,5% mahasiswa mendapat skor dua yang berarti ‘cukup mampu’ dalam presentasi. Sedangkan hanya 25% mahasiswa yang mendapat skor empat atau kategori ‘sangat mampu. Pada siklus dua terdapat 40,62% mahasiswa yang mendapat skor tiga (kategori ‘mampu’) dan 34,38% lainnya mendapat skor empat (kategori
‘mampu’). Pada siklus tiga terdapat 46,87% mahasiswa yang mendapat skor tiga (kategori ‘mampu’) dan 34,38% lainnya mendapat skor empat (kategori ‘sangat mampu’). Grafik 1 secara umum menunjukkan bahwa terdapat beberapa mahasiswa yang mengalami peningkatan kemampuan presentasi dari skor dua (kategori ‘cukup mampu’) ke skor tiga (kategori ‘mampu’) dan skor empat (‘sangat mampu’).
Tabel 1. Rerata Skor Kemampuan Presentasi Mahasiswa Siklus Average Gain 1 2 3 Rerata Skor 2,562 3,031 3,093 2,896 0,334 Kategori (cukup
mampu) (mampu) (mampu) (cukup mampu) Penilaian rerata kemampuan
presentasi pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rerata kemampuan presentasi mahasiswa dari 2,562 di siklus satu, menjadi 3,093 di siklus tiga dengan gain sebesar 0,334 pada skala 4. Rerata
kemampuan presentasi mahasiswa secara umum yaitu 2,896 atau dapat dikatakan mahasiswa cukup mampu dalam mempresentasikan materi pembelajaran.
Tiap kelompok mahasiswa melakukan presentasi secara
bergantian, dan kelompok yang lain bertugas untuk melakukan penilaian sebaya terhadap kelompok yang presentasi. Tugas melakukan penilaian sebaya diterapkan agar mahasiswa
tetap fokus terhadap proses pembelajaran. Hasil penilaian terhadap afektif mahasiswa tersaji dalam Gambar 2 dan tabel 2.
Gambar 2. Persentase Jumlah Mahasiswa pada Tiap Skor Penilaian Afektif Penilaian terhadap afektif mahasiswa
selama proses presentasi (Gambar 2) menunjukkan bahwa pada siklus satu, sebanyak 50% mahasiswa mendapat skor 3 (kategori ‘aktif’) meski masih terdapat 3,13% mahasiswa yang mendapat skor 2 (‘kurang aktif’) dan 25% lainnya mendapat skor 1 (‘kurang aktif’). Pada siklus dua, sebanyak 65,62% mahasiswa mendapat skor 3 (‘aktif’) dan 25% lainnya mendapat skor
4 (kategori ‘sangat aktif’). Pada siklus tiga, sebanyak 56,25% mahasiswa mendapat skor 3 (kategori ‘aktif’) dan 28,12% mahasiswa mendapat skor 4 (kategori ‘sangat aktif’). Grafik 2 secara umum menunjukkan bahwa terdapat peningkatan persentase jumlah mahasiswa yang mendapat skor tiga dan skor empat pada siklus dua dan tiga.
Tabel 2. Rerata Skor Kemampuan Afektif Mahasiswa Siklus Average Gain 1 2 3 Rerata Skor 2,906 3,156 3,125 3,063 0,219
Penilaian rerata skor afektif menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rerata skor afektif mahasiswa dari 2,906 di siklus satu menjadi 3,125 di siklus tiga dengan gain sebesar 0,219 pada skala 4. Rerata kemampuan afektif mahasiswa secara umum yaitu 3,063 atau dapat dikatakan mahasiswa aktif menyimak presentasi dan melakukan penilaian sebaya. Falchikov (2005) berhipotesis bahwa melibatkan mahasiswa dalam penilaian dalam kegiatan presentasi sangat bermanfaat untuk membangun kemampuan menganalisa kemampuan diri dan mengembangkan pemahaman tentang kriteria penilaian. Cheng & Warren (2005) dalam artikelnya juga menyebutkan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa kemampuan presentasi mahasiswa
meningkat karena adanya penilaian sebaya.
Keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis proyek dengan penerapan tugas presentasi dan penilaian sebaya terhadap pemahaman kognitif mahasiswa dapat dilihat melalui persentase ketuntasan klasikal. Tabel 3 menunjukkan kemampuan kognitif mahasiswa dengan pengukuran melalui tes tulis essay. Hasil tes menunjukkan bahwa rerata nilai yang diperoleh mahasiswa ialah 83,03 pada skala 100, dengan ketuntasan klasikal sebesar 87,5%. Persentase ketuntasan klasikal tersebut lebih dari 85%, sehingga dapat dikatakan bahwa mahasiswa telah tuntas secara klasikal terhadap materi yang diajarkan dalam pembelajaran berbasis proyek. Tabel 3. Ketuntasan Klasikal Mahasiswa terhadap Materi Pembelajaran
Jumlah Praktikan dengan Nilai < 75 Jumlah Praktikan dengan Nilai ≥ 75 Rerata Nilai Ketuntasan Klasikal Keputusan
4 praktikan 28 praktikan 83,03 87,5% Tuntas Pembelajaran berbasis proyek
diterapkan agar mahasiswa memiliki pengalaman dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah menengah. Kegiatan proyek
mengharuskan mahasiswa
bekerjasama melakukan perencanaan proyek, melaksanakan proyek,
menyampaikan hasil proyek, dan membuat laporan proyek. Penilaian terhadap proyek mahasiswa ini berpedoman pada panduan penilaian PjBL oleh Kemendikbud (2013), dengan hasil penilaian tersaji pada
Tabel 4.
Tabel 4. Penilaian Rencana dan Hasil Proyek
Kelompok Penilaian Rerata Nilai per Kelompok Rencana Proyek Pelaksanaan & Hasil Proyek Laporan Proyek Kelompok 1 85 90 90 88,33 Kelompok 2 90 90 80 86,67 Kelompok 3 90 87,5 88 88,50
Kelompok 4 85 92,5 85 87,67 Kelompok 5 75 70 70 71,50 Kelompok 6 95 92,5 95 94,17 Rerata (M) 86,67 87,08 84,67 Skor maksimal = 100 Jangkauan (R) 20 22,5 25
Penilaian terhadap kualitas rencana proyek mahasiswa mempunyai rerata 86,67 dengan jangkauan 20 pada skala 100. Penilaian ini menunjukkan bahwa mahasiswa telah merencanakan proyek dengan baik. Penilaian terhadap proses dan hasil proyek mempunyai rerata 87,08 dengan jangkauan 22,5. Penilaian terhadap laporan proyek tertulis mahasiswa
mendapat rerata nilai terendah dibanding penilaian proyek lainnya, yaitu mempunyai rerata 84,67 dengan jangkauan 25. Penilaian rendah tersebut karena mahasiswa dapat melaporkan hasil proyek secara lisan dengan baik, namun kurang dapat menyajikan hasil proyeknya dalam
bahasa tulis
.
SIMPULAN
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai subyek dari proyek yang dilaksanakan. Penerapan tugas presentasi pada pembelajaran berbasis proyek menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan presentasi. Peningkatan kemampuan presentasi mahasiswa tersebut terjadi antara lain karena adanya tugas penilaian sebaya. Sesuai dengan hal di atas, penerapan tugas penilaian sebaya juga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan persentase jumlah mahasiswa yang mendapat skor tiga dan skor empat pada siklus dua dan siklus tiga. Penerapan tugas penilaian sebaya telah membuat mahasiswa lebih fokus dan aktif dalam kegiatan di mata kuliah BK, sehingga meminimalisir kemungkinan mahasiswa mengerjakan tugas mata kuliah lain di perkuliahan mata kuliah BK.
Pembelajaran berbasis proyek diterapkan agar mahasiswa memiliki pengalaman dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah menengah. Hasil penilaian terhadap rencana, pelaksanaan, dan hasil proyek mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa telah dapat berkerjasama melaksanakan proyek di sekolah. Hasil tes juga menunjukkan bahwa mahasiswa telah mempunyai kemampuan kognitif terhadap materi BK. Terdapat hal yang belum maksimal dari penerapan pembelajaran ini, yaitu kemampuan mahasiswa dalam menyusun laporan hasil proyek secara tertulis, dan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan penilaian sebaya secara obyektif. Karena itulah kiranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran berbasis proyek yang menekankan pada laporan hasil, dan penelitian tentang cara penerapan penilaian sebaya yang efektif bagi mahasiswa semester awal.
DAFTAR PUSTAKA
Barge, Scott. 2010. Principles of Problem and Project-Based Learning: The Aalborg PBL Model. Aalborg University. Carrió, et. al,. 2011. The
Effectiveness of The Hybrid Problem-based Learning Approach in The Teaching of Biology: A Comparison with Lecture-based Learning. Journal of Biological Education. 45(4), 229-235.
Cheng, W., & Warren, M. 2005. Peer Assessment of Language Proficiency. Language Testing Journal. 22(1): 93-121. Falchikov, N. 2005. Improving Assessment Through Student Involvement. Practical Solutions for Aiding Learning in Higher and Further Education. New York: RoutledgeFalmer. Kemendikbud. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning). Jakarta: Kemendikbud.
Lie, L & Angelique, L. 2003. Implementing Effective Peer Assesment. (online) http://www.cdtl.nus.edu.sg/bri ef/v6n3/sec4.html (12 September 2015). Permendiknas, 2007. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Strijbos, J.W., & Sluijsmans, D. 2010.
Unravelling Peer
Assessment: Methodological, Functional, and Conceptual Developments. Learning and Instruction Journal, 20(4), 265-269.
Tamim, SR. & Grant, M. 2013. Definitions and Uses: Case Study of Teachers Implementing Project-based Learning. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 7(2), 3.