KURIKULUM
PELATIHAN FASILITATOR
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Filosofi Pelatihan ... 4
BAB II
PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI
... 7
A.
Peran
... 7
B.
Fungsi
... 7
C.
Kompetensi ... 7
BAB III
TUJUAN PELATIHAN
... 8
A.
Tujuan Umum ... 8
B.
Tujuan Khusus ... 8
BAB IV
STRUKTUR PROGRAM
... 9
BAB V
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM
PEMBELAJARAN (GBPP)
... 10
BAB VI
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN ... 32
BAB VII PESERTA DAN PELATIH ... 38
A.
Peserta ... 38
B.
Pelatih/fasilitator/instruktur
... 38
BAB VIII PENYELENGGARA DAN TEMPAT
PENYELENGGARAAN ... 39
A.
Penyelenggara ... 39
BAB IX EVALUASI ... 40
A.
Peserta ... 40
B.
Pelatih ... 40
C.
Penyelenggara ... 41
BAB X
SERTIFIKAT
... 42
LAMPIRAN
... 43
A.
Jadwal Pelatihan ... 43
B.
Bank Soal ... 46
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara terbesar kelima
dengan jumlah anak
stunting
di dunia. Studi
Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian
Kesehatan tahun 2016 mencatat terdapat 28%
balita
stunting
di Indonesia.
Stunting
adalah
masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup
lama.
Stunting
terjadi mulai dari dalam
kandungan dan baru terlihat saat anak berusia
dua tahun, dimana anak secara fisik terlihat lebih
pendek
daripada
anak
lain
seumurnya.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan
angka kematian bayi dan anak, menyebabkan
penderitanya mudah sakit, memiliki postur tubuh
tidak maksimal saat dewasa, dan tidak memiliki
kekampuan kognitif yang memadai, sehingga
tidak saja mengakibatkan kerugian bagi individu
tetapi juga kerugian sosial ekonomi jangka
panjang bagi Indonesia.
Stunting bukan hanya karena kurang makan.
Stunting
disebabkan oleh berbagai faktor yang
berakar pada kemiskinan, ketahanan pangan dan
gizi, serta pendidikan. Secara tidak langsung akar
masalah ini mempengaruhi ketersediaan dan
pola konsumsi rumah tangga, pola asuh,
pelayanan kesehatan, dan kesehatan lingkungan
yang kemudian mempengaruhi asupan makanan
dan menyebabkan berbagai infeksi, sehingga
menimbulkan gangguan gizi ibu dan anak
(UNICEF 1990, disesuaikan dengan kondisi
Indonesia).
Untuk mencegah dan mengatasi
stunting,
dilakukan dua model intervensi yaitu intervensi
spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik mencakup
upaya-upaya
mencegah
dan
mengurangi
gangguan secara langsung misalnya melalui
imunisasi, pemberian makanan tambahan untuk
ibu hamil dan balita, dan pemantauan
pertumbuhan. Intervensi sensitif mencakup
upaya-upaya
mencegah
dan
mengurangi
gangguan secara tidak langsung misalnya
melalui penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi,
peningkatan
pendidikan,
penanggulangan
kemiskinan, dan peningkatan kesetaraan gender.
Studi
Lancet
(2008)
menemukan
bahwa
intervensi spesifik hanya mendukung 20% upaya
pencegahan/penurunan
stunting,
sementara
intervensi sensitif berkontribusi hingga 80%.
Sementara itu berbagai studi yang dilakukan oleh
WHO, UNICEF, World Bank, dan dari kalangan
akademisi menemukan bahwa ketersediaan
akses air minum yang aman dan sanitasi yang
layak merupakan kunci untuk mencegah paparan
penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang
menjadi penyebab terjadinya diare, cacingan,
infeksi saluran pernafasan, dan stunting.
Hingga akhir 2016, BPS mencatat 87% penduduk
Indonesia telah memiliki akses air minum yang
aman dan 61% memiliki akses sanitasi yang
layak. Terdapat peningkatan akses yang cukup
besar sejak tahun 2008, terutama setelah
pemerintah menerapkan pendekatan Sanitasi
program-program sanitasi dan air minum.
Pembangunan Kesehatan tahun 2015-2019
merupakan salah satu komponen pelaksanaan
ke-5 dari Nawacita Presiden, yaitu meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia. Di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) 2015-2019, pemerintah menetapkan
target tersedianya akses air minum dan sanitasi
universal (100%) bagi seluruh rakyat Indonesia
dan penurunan angka
stunting
dari 40% ke 28%
pada tahun 2019. Secara spesifik, Kementerian
Kesehatan
menetapkan
empat
prioritas
kesehatan 2015-2019, yaitu: 1) menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi, 2)
menurunkan prevalensi balita pendek (stunting),
3) menanggulangi penyakit menular HIV-AIDS,
Tuberculosis, dan Malaria, dan 4) menanggulangi
penyakit tidak menular Hipertensi, Diabetes,
Obesitas, Kanker, dan gangguan jiwa.
Dalam upaya menurunkan angka
stunting
dan
mencapai target akses universal air minum dan
sanitasi, diperlukan kolaborasi dan integrasi
antara program air minum, sanitasi, dan gizi.
Kolaborasi ini memerlukan sumber daya manusia
(SDM) yang mampu mengelola kegiatan terkait
STBM dan
stunting
yang tersebar merata di
seluruh Indonesia. Kolaborasi dan integrasi
antara SDM yang memahami STBM dan
memahami isu
stunting merupakan hal baru.
Oleh
karena
itu,
diperlukan
kegiatan
pengembangan
sumber
daya
manusia,
khususnya melalui pelatihan.
Dalam upaya penguatan kapasitas pengelola
program STBM dan program penurunan stunting,
perlu disusun Kurikulum dan Modul Pelatihan
Fasilitator STBM Stunting. Diharapkan pelatihan
ini mampu mencetak fasilitator-fasilitator yang
mampu menggunakan pendekatan STBM untuk
berkontribusi menurunkan angka Stunting
di
wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan
peran dan fungsinya.
Kurikulum ini didesain dengan pendekatan
“learner centered” yakni pendekatan yang
menempatkan
pembelajar
sebagai
pusat
perhatian, sedangkan pelatih/fasilitator lebih
berperan sebagai katalisator (catalyst), pembantu
proses (process helper), dan penghubung
sumber daya (resource linker). Mengingat adanya
perbedaan gaya pengajaran dan budaya
setempat, maka tujuan pembelajarannyapun
diarahkan pada tumbuhnya proses penemuan
sendiri (self-discovery), sehingga kompetensi
yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam
pelaksanaan tugas.
B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan
Fasilitator
STBM
Stunting
ini
diselenggarakan dengan memperhatikan:
1. Prinsip
pembelajaran
orang
dewasa
(andragogi), dimana selama pelatihan peserta
berhak untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya
mengenai pemberdayaan
masyarakat,
perubahan perilaku, advokasi, komunikasi,
gizi.
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat,
sejauh berada di dalam konteks pelatihan.
c. Diberikan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi
dalam
setiap
proses
pembelajaran.
d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun
diabaikan.
2. Berorientasi kepada peserta, di mana peserta
berhak untuk:
a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar
tentang STBM Stunting.
b. Mendapatkan pelatih profesional yang
dapat menfasilitasi dengan berbagai
metode, melakukan umpan balik, dan
menguasai materi STBM Stunting.
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang
dimiliki, baik secara visual, auditorial
maupun kinestetik (gerak).
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang
dimiliki masing-masing tentang STBM
Stunting, saling berbagi antar peserta
maupun fasilitator.
e. Melakukan refleksi dan memberikan
umpan balik secara terbuka.
f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi tingkat
kemampuannya.
3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan
peserta untuk
a. Mengembangkan keterampilan langkah
demi
langkah
dalam
memperoleh
kompetensi
yang
diharapkan
dalam
mengelola program STBM Stunting.
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan
berhasil
mencapai
kompetensi
yang
diharapkan pada akhir pelatihan.
4. Melakukan
experimentasi
dengan
menggunakan metode
Experimental Learning
Cycle (ELC) yang memberikan petunjuk
praktis tentang desain pembelajaran, dengan
karakteristik:
a. Terkait dengan kehidupan nyata,
b. Mendorong
peserta
untuk
dapat
mengekspresikan perasaan dan opini
berdasarkan
pengalaman
dan
pengetahuan mereka, dan
c. Menerapkan evaluasi terintegrasi dengan
memberikan umpan balik kepada peserta
latih tentang kemajuan yang telah dicapai.
PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI
A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan
sebagai fasilitator pada kegiatan STBM Stunting
di wilayah kerjanya masing-masing.
B. Fungsi
Dalam
melaksanakan
perannya
peserta
mempunyai fungsi yaitu melakukan fasilitasi
kegiatan STBM stunting di wilayah kerjanya
masing-masing.
C. Kompetensi
Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki
kompetensi dalam:
1. Menjelaskan arah dan kebijakan program
kesehatan masyarakat.
2. Menjelaskan konsep dasar STBM Stunting.
3. Menerapkan
pemberdayaan
masyarakat
dalam STBM Stunting.
4. Melakukan advokasi dan fasilitasi STBM
Stunting
5. Melakukan pemicuan STBM Stunting di
komunitas.
BAB III
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu
melakukan fasilitasi kegiatan STBM stunting di
wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan
peran dan fungsinya.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:
1.
Menjelaskan arah dan kebijakan program
kesehatan masyarakat.
2.
Menjelaskan konsep dasar STBM Stunting.
3.
Menerapkan
pemberdayaan
masyarakat
dalam STBM Stunting.
4.
Melakukan advokasi dan fasilitasi STBM
Stunting
5.
Melakukan pemicuan STBM Stunting di
komunitas.
STRUKTUR PROGRAM
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka
disusunlah materi yang akan diberikan secara rinci
pada tabel berikut:
No MATERI WAKTU T P PL JML A. MATERI DASAR 1. Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM 2 0 0 2 Subtotal 2 0 0 2 B. MATERI INTI 1. Konsep Dasar STBM Stunting 2. Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting
3. Advokasi dan Fasilitasi STBM Stunting 4. Pemicuan STBM Stunting di komunitas 3 1 2 4 3 2 6 8 0 0 0 10 6 3 8 22 Subtotal 10 19 10 39 C. MATERI PENUNJANG 1. Building Learning Commitment (BLC) 2. Rencana Tindak Lanjut
(RTL) 3. Anti Korupsi 0 1 2 3 2 0 0 0 0 3 3 2 Subtotal 3 5 0 8 Total 15 24 10 49 Keterangan:
1 jpl @ 45 menit; T = Teori; P = Penugasan di kelas; PL = Praktik Lapangan
BAB V
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)
Nomor : MD.1
Judul Materi : Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM
Waktu : 2 JPL (T=2 jpl; P=0 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan
pembangunan kesehatan untuk percepatan perbaikan gizi dengan
STBM.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi Setelah mengikuti materi/
sesi ini peserta latih mampu menjelaskan:
1. Kebijakan
Prioritas Kesehatan b. Pendekatan keluarga dalam pencapaian prioritas pembangunan kesehatan c. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (CTJ) (Slide power point) • Komputer • LCD Projector • Sound System • Flip chart • Spidol (ATK) • Modul 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
•
Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi•
Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019•
Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan 2. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi 2. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.3. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM
3. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM.
Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK)
•
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga.•
Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang STBMNomor : MI.1
Judul Materi : Konsep Dasar STBM Stunting
Waktu : 6JPL (T=3 jpl; P=3 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep dasar STBM dan Stunting.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu: 1. Menjelaskan konsep STBM 1. STBM a. Pengertian STBM, b. Tujuan STBM, c. Sejarah program pembangunan sanitasi, • CTJ • Curah Pendapat • Pemutaran Film • Diskusi kelompok • Bahan tayang (slide,ppt,film ) • LCD • Komputer/ laptop • Flipchart • Materi Advokasi STBM, 2012. • Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di 2. Menjelaskan strategi STBM 2. Strategi STBM : a. Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu Referensi b. Peningkatan layanan penyediaan sanitasi c. Penciptaan lingkungan yang kondusif • Spidol • Meta plan • Kain tempel • Lem semprot kain • Modul • Film Memicu Perubahan Menuju Sanitasi Total di Maharashtra India • Panduan Diskusi Bidang Kesehatan, 2013 • Depkes Dit. PL, Modul Pelatihan Stop BABS, 2008. • Kemenkes RI, Dit.
Penyehatan Lingkungan, Modul Hiegiene Sanitasi Makanan dan Minuman, 2012. • Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasioanal Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 3. Menjelaskan lima pilar
STBM 3. Lima Pilar STBM a. Pengertian pilar-pilar dalam STBM b. Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM c. Penyelenggaraan pelaksanaan 5 pilar STBM d. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM 4. Menjelaskan Prinsip-Prinsip STBM 4. Prinsip-Prinsip STBM a. Tanpa subsidi b. Masyarakat sebagai pemimpin c. Tidak menggurui/ memaksa, d. Totalitas seluruh
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
komponen masyarakat HPK) 2013
• Kemenkes RI, Dit Gizi Pedoman Gizi Seimbang 2015 • Materi Kesehatan
dan Gizi bagi pendamping PKH, 2014 • Environmental Health Perspective Volume 112 no 11, November 2014, Beyond Malnutrition The role of Sanitatiin in Stunted Grow. • Nutrition Landscape Informtion System (NLIS) WHO, 2010 • Permenkes No.3/2014 tentang STBM
5. Menjelaskan Stunting 5. Stunting
a. Pengertian stunting b. Penyebab Stunting c. Akibat Stunting 6. Menjelaskan
Pencegahan Stunting 5. Pencegahan Stunting a. Pendekatan secara langsung
b. Pendekatan secara tidak langsung. 7. Menjelaskan Tangga
Perubahan Perilaku 6. Tangga Perubahan perilaku a. Tangga perubahan
Perilaku Sanitasi b. Tangga perubahan
perilaku asupan gizi c. Tangga perubahan
perilaku visi STBM-Stunting
Nomor : MI.2
Judul Materi : Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting
Waktu : 3 JPL (T=1 jpl; P=2 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menerapkan pemberdayaan masyarakat STBM Stunting.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan Metode
Media dan Alat Bantu
Referensi Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu: 1. Menjelaskan partisipasi masyarakat 1. Partisipasi masyarakat a. Pengertian partisipasi masyarakat b. Tingkatan partisipasi masyarakat • Ceramah Tanya jawab • Curah Pendapat( TPK 1.B) • Diskusi Kelompok (TPK 2.C) • Bermain Peran • Bahan tayang • LCD • Komputer/ laptop • Flipchart • Spidol • Meta plan • Kain tempel • Modul • Panduan • Permenkes No. 65/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan. • Permenkes No. 3/2014 tentang STBM. 2. Menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam STBM Stunting 2. Pemberdayaan masyarakat dalam STBM Stunting a. Pengertian pemberdayaan masyarakat b. Prinsip dasar
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu pemberdayaan masyarakat c. Tahapan pemberdayaan masyarakat d. Penerapan pemberdayan masyarakat dalam STBM Stunting. (TPK 2.D) diskusi kelompok • Panduan bermain peran • Lembar kasus • Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM, Kemenkes RI, 2014. • Health Promotion and Community Participation, WHO, 2002.
Nomor : MI.3
Judul Materi : Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi STBM-Stunting
Waktu : 8 JPL (T=2 jpl; P=6 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan advokasi dan fasilitasi STBM Stunting
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu: 1. Melakukan komunikasi STBM-Stunting 2. Melakukan Advokasi STBM Stunting 1. Komunikasi
Pengertian dan bentuk-bentuk komunikasi Komunikasi efektif Strategi komunikasi STBM-Stunting 2. Advokasi a. Pengertian advokasi b. Cara melakukan
advokasi yang efektif c. Langkah-langkah advokasi STBM • CTJ • Curah pendapat • Diskusi Kelompok • Diskusi Pleno • Bermain peran • Praktik • Bahan tayang (slide ppt) • LCD • Komputer/ laptop • Flipchart • Spidol • Meta plan • Modul • Panduan role play • Buku Sisipan Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, Jakarta: 2013. • Modul Teknologi Advokasi Kesehatan Bagi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Stunting • Kain tempel
• Panduan bermain peran • Panduan diskusi kelompok • Panduan praktik Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli, Puspromkes, Kemenkes: 2011. • Materi Teknik Fasilitasi Partisipatif, Eko Dermawan, 2012. • Health Principles of Housing, WHO, 1989 • Issue in Health Advocay, JHU, 1999. • Facilitator’s Guide to Participatory Decision Making, Kaner, S,et all 2007. • Buku Acuan Penerapan PRA, 3. Melakukan fasilitasi STBM Stunting 3. Teknik fasilitasi STBM Stunting a. Prinsip-prinsip fasilitasi STBM Stunting 1. Pengertian fasilitasi 2. Prinsip dasar fasilitasi 3. Peran fasilitator 4. Perilaku fasilitator dalam STBM Stunting b. Teknik-Teknik fasilitasi 1. Teknik mendengar 2. Teknik bertanya 3. Teknik menghadapi situasi sulit
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu Referensi 4. Dinamika bertanya 5. Curah pendapat Berbuat Bersama Berperan Setara, Djohani, Rianingsih, Ed. 1996.
Judul Materi : Pemicuan STBM Stunting di Komunitas
Waktu : 22 JPL (T=4 jpl; P=8 jpl; PL=10 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemicuan STBM Stunting di komunitas.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu: 1. Melakukan kegiatan
pra-pemicuan 1. Kegiatan pra-pemicuan a. Screening Stunting dan faktor resikonya b. Pemahaman budaya lokal c. Advokasi TOMA d. Pembentukan tim pemicuan e. Menyiapkan alat bantu fasilitasi pemicuan f. Persiapan logistik • CTJ • Diskusi Kelompok • Bermain peran • Latihan • Penugasan • Praktek Lapangan • Pemutaran film • Bahan tayang (slide ppt) • LCD • Komputer / laptop • Flipchart • Meta Plan • Skenario • Kain Tempel • Panduan Penugasan
1.
Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat2.
Permenkes no. 40 tahun 2011/2012 tentang Pemberian Makanan Bayi dan Anak3.
Perpres no.42 tahun 2013 tentangg. Penentuan lokasi h. Penentuan peserta pemicuan Screening Stunting • Panduan praktek lapangan • Panduan Simulasi • Panduan Penugasan Bina Suasana • Panduan Bermain Peran Advokasi • Buku KIA • Lembar Observasi • Tabel WHO 2005 • Film singkat pengukuran tinggi badan (MCAI) Gerakan Nasional Percepatan Pebaikan Gizi.
4.
Surat Edaran Menteri Kesehatan no. 184 tahun 2015 tentang Proporsi Pendanaan STBM dalam APBD5.
PP no. 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.6.
PP no. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.7.
Inpres no.1 tahun2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
8.
Pedoman Teknis Wirausaha Sanitasi 2. Melakukan kegiatan pemicuan 2. Langkah-langkah Pemicuan a. Perkenalan dan penyampaian tujuan b. Bina suasana c. Analisa partisipatf dan pemicuan d. Tindak lanjut olehmasyarakat. 3. Melakukan kegiatan
paska pemicuan.
1.
a. Paska Pemicuan Cara membangun ulang komitmen b. Pilihan teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM c. Cara membangun jejaring layanan penyediaan sanitasimonitoring e. Media promosi untuk perubahan perilaku yang berkelanjutan. STBM • Alat LiLA (Lingkar Lengan Atas) tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi Bagi Bangsa Indonesia
10.
Permenkes no.23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi11.
Permenkes no. 35 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenglenggara an Program Keluarga Sehat Dengan Pendekatan Keluarga12.
Kepmenkes no. 1955 tahun 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi AnakNomor : MP.1
Judul Materi : Membangun Komitmen Belajar (BLC)
Waktu : 3 JPL (T=0 jpl; P=3 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun komitmen belajar dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif selama proses pelatihan berlangsung.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu: 1. Mengenal sesama
warga pembelajar pada proses pelatihan 1. Perkenalan • CTJ • Curah pendapat • Permainan • Diskusi kelompok • Bahan tayang (slide ppt) • Flipchart/ papan tulis • Spidol • Meta plan • Jadwal dan alur • Buku Panduan Dinamika Kelompok (LAN 2010 dan Pusdiklat Aparatur) • Depkes RI,Pusdiklat Kesehatan, 2004, Kumpulan Games dan Energizer, Jakarta. 2. Menyiapkan diri untuk
belajar bersama secara aktif dalam suasana yang kondusif
2. Pencairan (ice breaking)
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu harapan yang ingin
dicapai bersama baik dalam proses
pembelajaran maupun hasil yang ingin dicapai di akhir pelatihan.
proses pembelajaran dan
hasil yang ingin dicapai • Norma/ tata Pelatihan tertib standar pelatihan • Panduan permainan • Munir, Baderal, 2001, Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam Laboratorium Ilmu Perilaku, Jakarta 4. Merumuskan kesepakatan norma kelas yang harus dianut oleh seluruh warga pembelajar selama pelatihan berlangsung.
4. Norma kelas dalam pembelajaran
5. Merumuskan
kesepakatan bersama tentang kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas
5. Kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas
6. Membentuk organisasi kelas
Nomor : MP. 2
Materi : Anti Korupsi
Waktu : 2 Jpl (T = 2, P = 0, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Anti Korupsi
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan Metode
Media dan
Alat Bantu Referensi Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu menjelaskan: 1. Konsep korupsi 1. Konsep korupsi a. Definisi korupsi b. Ciri-ciri korupsi c. Bentuk/jenis korupsi d. Tingkatan korupsi e. Faktor penyebab korupsi
f. Dasar hukum tentang korupsi • Curah pendapat • Ceramah tanya jawab • Latihan kasus • Modul • Bahan tayang • Komputer • Flipchart • Spidol • Panduan latihan • Kasus • Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu 2. Konsep anti korupsi 2. Konsep anti korupsi
a. Definisi anti korupsi b. Nilai-nilai anti korupsi c. Prinsip-prinsip anti korupsi Korupsi • Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 • Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 232/MENKES/SK/ VI/2013 tentang Strategi Komunikasi Pekerjaan dan Budaya Anti Korupsi • Modul Anti Korupsi,
Kemenkes, 2014 3. Upaya pencegahan korupsi
dan pemberantasan korupsi
3. Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi a. Upaya pencegahan korupsi b. Upaya pemberantasan korupsi c. Strategi komunikasi Pemberatasan Korupsi (PK) 4. Tata cara pelaporan
dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi
4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran Tindak Pidana Korupsi (TPK)
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan
Sub Pokok Bahasan Metode
Media dan
Alat Bantu Referensi b. Penyelesaian hasil penanganan pengaduan masyarakat c. Pengaduan d. Tatacara penyampaian pengaduan e. Tim penanganan pengaduan masyarakat terpadu di lingkungan Kemenkes. f. Pencatatan pengaduan 5. Gratifikasi 5. Gratifikasi a. Pengertian gratifikasi b. Aspek hukum c. Gratifikasi dikatakan sebagai Tindak Pidana Korupsi (TPK)
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu d. Contoh gratifikasi
Nomor : MP.3
Judul Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL) Waktu : 3 JPL (T=1 jpl; P=2 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut pelaksanaan kegiatan STBM Stunting di wilayah
kerjanya masing-masing.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup RTL. 2. Menjelaskan
langkah-langkah penyusunan RTL
3. Menyusun RTL dan Gantt Chart untuk kegiatan yang akan dilakukan. 1. RTL: a. Pengertian RTL b. Ruang lingkup RTL. 2. Langkah-langkah penyusunan RTL.
3. Penyusunan RTL dan gantt chart untuk kegiatan yang akan dilakukan. • Ceramah Tanya Jawab • Latihan • Diskusi kelompok • Flipchart • Spidol • Meta plan • Kain tempel • LCD • Presentasi • Lembar/ Format RTL • Kemenkes RI, Pusdiklat Aparatur, Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveillance, Jakarta: 2008. • BPPSDM Kesehatan, Rencana Tindak Lanjut, Modul TOT NAPZA, Jakarta:
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu 4. Melakukan evaluasi
pelaksanaan STBM-Stunting
4. Evaluasi pelaksanaan
STBM-Stunting • Kemenkes RI, 2009.
Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta: 2010, • Kemenkes RI, Second Decentralized Health Services Project, Model Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta: 2010.
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
BAB VI
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN
Wawasan Materi dasar: 1. Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM 2. Anti korupsi Metode: • Ceramah Tanya Jawab, • Curah Pendapat, PRE TEST
Building Learning Commitment
(BLC) Metode: Games
Pengetahuan dan Keterampilan Materi Inti:
1. Konsep Dasar STBM Stunting 2. Pemberdayaan Masyarakat
dalam STBM Stunting 3. Komunikasi, Advokasi, dan
Fasilitasi STBM Stunting 4. Pemicuan STBM Stunting di
komunitas
Metode:
• Ceramah Tanya Jawab • Curah pendapat • Diskusi kelompok • Diskusi pleno
• Bermain peran/Roleplay • Simulasi
• Pemutaran film
Post Test & Evaluasi penyelenggaraan Penutupan
PEMBUKAAN
Rencana Tindak Lanjut (RTL) E V A L U A S I Praktek Lapangan (PL)
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai
berikut:
1. Pre Test
Pelaksanaan pre tes dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman awal
peserta terhadap materi yang akan diberikan
pada proses pembelajaran.
2. Pembukaan
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa
kegiatan berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan
penjelasan program pelatihan.
b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang
tentang latar belakang perlunya pelatihan dan
dukungannya terhadap program STBM
Stunting.
3.
Building
Learning
Commitment
(BLC)/
Membangun Komitmen Belajar
Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan
peserta dalam mengikuti proses pelatihan. Faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam proses
BLC
adalah tujuan pelatihan, peserta (jumlah dan
karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan
prasarana yang tersedia. Proses pembelajaran
dilakukan dengan berbagai bentuk permainan
sesuai dengan tujuan pelatihan. Proses
BLC
dilakukan dengan alokasi waktu 3 jpl dan proses
tidak terputus. Dalam prosesnya, 1 (satu) orang
fasilitator memfasilitasi maksimal 30 orang
peserta.
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Proses pembelajaran meliputi:
a. Forming
Pada tahap ini setiap peserta masing-masing
masih saling observasi dan memberikan ide
ke dalam kelompok. Pelatih berperan
memberikan rangsangan agar setiap peserta
berperan serta dan memberikan ide yang
bervariasi.
b. Storming
Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin
lama suasananya makin memanas karena ide
yang diberikan mendapatkan tanggapan yang
saling mempertahankan idenya
masing-masing.
Pelatih
berperan
memberikan
rangsangan pada peserta yang kurang terlibat
agar ikut aktif menanggapi.
c. Norming
Pada tahap ini suasana yang memanas
sudah mulai reda karena kelompok sudah
setuju dengan klarifikasi yang dibuat dan
adanya kesamaan persepsi. Masing-masing
peserta mulai menyadari dan muncul rasa
mau menerima ide peserta lainnya. Dalam
tahap ini sudah terbentuk norma baru yang
disepakati
kelompok.
Pelatih
berperan
membulatkan ide yang telah disepakati
menjadi ide kelompok.
d. Performing
Pada tahap ini kelompok sudah kompak,
diliputi suasana kerjasama yang harmonis
sesuai dengan norma baru yang telah
disepakati
bersama.
Pelatih
berperan
memacu kelompok agar masing-masing
peserta ikut secara aktif dalam setiap
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
kegiatan kelompok dan tetap menjalankan
norma yang telah disepakati.
Hasil
yang
didapatkan
pada
proses
pembelajaran adalah:
a. Harapan yang ingin dicapai
b. Kekhawatiran
c. Norma kelas
d. Komitmen
e. Pembentukan tim (organisasi kelas)
4. Pengisian wawasan
Setelah materi BLC/Membangun Komitmen
Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan
materi sebagai dasar pengetahuan/ wawasan
yang sebaiknya diketahui peserta dalam
pelatihan ini, yaitu: Arah dan Kebijakan Program
Kesehatan Masyarakat.
5. Pemberian pengetahuan dan keterampilan
Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan
dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi
yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian
materi dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode yang melibatkan semua peserta untuk
berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi
tersebut, yaitu ceramah tanya jawab, curah
pendapat, diskusi kelompok, diskusi pleno,
bermain peran, simulasi, pemutaran film, dan
praktek lapangan.
Pengetahuan
dan
keterampilan
yang
disampaikan meliputi materi:
a. Konsep Dasar STBM Stunting.
b. Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting.
c. Advokasi dan Fasilitasi STBM Stunting.
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
d. Pemicuan STBM Stunting di komunitas
Setiap hari sebelum proses pembelajaran
dimulai, pelatih/fasilitator melakukan kegiatan
refleksi dimana pada kegiatan ini pelatih/fasilitator
bertugas untuk menyamakan persepsi tentang
materi yang sebelumnya diterima sebagai bahan
evaluasi untuk proses pembelajaran berikutnya.
6. Evaluasi
a. Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi
terhadap proses pembelajaran tiap hari
(refleksi) dan terhadap pelatih/fasilitator.
b. Evaluasi tiap hari (refleksi) dilakukan dengan
cara mereview kegiatan proses pembelajaran
yang sudah berlangsung, sebagai umpan
balik
untuk
menyempurnakan
proses
pembelajaran selanjutnya.
c. Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh
peserta pada saat pelatih/fasilitator telah
mengakhiri materi yang disampaikannya.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
form evaluasi terhadap pelatih/fasilitator.
7. Praktek Lapangan
Praktek lapangan dilaksanakan setelah seluruh
materi dasar dan materi inti diberikan. Praktek
lapangan
bertujuan
agar
peserta
dapat
mengimplementasikan keterampilan yang sudah
didapatkan di kelas.
8. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Masing-masing peserta menyusun rencana
tindak lanjut hasil pelatihan sesuai dengan peran
dan fungsinya di wilayah kerja masing-masing.
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
9. Post-test dan evaluasi penyelenggaraan
Post-test
dilakukan
untuk
mengetahui
pengetahuan peserta setelah mendapat materi
selama pelatihan. Selain post-tes, dilakukan
evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap
kemampuan yang telah didapat peserta melalui
penugasan-penugasan. Setelah itu dilakukan
evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan
yang
dilakukan
setelah
semua
materi
disampaikan dan sebelum penutupan. Tujuan
evaluasi penyelenggaraan adalah mendapatkan
masukan dari peserta tentang penyelenggaraan
pelatihan
yang
akan
digunakan
untuk
menyempurnakan penyelenggaraan pelatihan
berikutnya.
10. Penutupan
Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua
rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh pejabat
yang berwenang dengan susunan acara sebagai
berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.
b. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta.
c. Pembagian sertifikat.
d. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta.
e. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat
yang berwenang.
f. Pembacaan doa.
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
BAB VII
PESERTA DAN PELATIH
A. Peserta
1. Kriteria Peserta adalah:
a. Bersedia
menjadi
Fasilitator
STBM
Stunting.
b. Mendapat rekomendasi dari pemerintah
setempat dan lembaga lainnya yang
kompeten.
2. Jumlah Peserta :
Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal
30 orang.
B. Pelatih/fasilitator/instruktur
Pelatih adalah tim pelatih/fasilitator STBM
Stunting dari Kementerian Kesehatan dan praktisi
STBM dan Gizi dari berbagai instansi dan proyek
pendukung, dengan memenuhi kriteria berikut ini:
a. Memiliki
latar
belakang
pengetahuan,
pengalaman, dan terlibat dalam kegiatan
STBM dan Gizi.
b. Memiliki pengalaman sebagai pelatih dalam
kegiatan STBM dan/atau Gizi.
c. Menguasai kurikulum dan substansi yang
akan dilatihkan.
d. Telah mengikuti TOT/ TPPK/ Widyaiswara
Dasar.
e. Pejabat
struktural
yang
membidangi
kesehatan lingkungan dan gizi.
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
BAB VIII
PENYELENGGARA DAN
TEMPAT PENYELENGGARAAN
A. Penyelenggara
Pelatihan
Fasilitator
STBM
Stunting
diselenggarakan oleh Institusi pelatihan yang
terakreditasi/ bekerjasama dengan Balai Besar
Pelatihan Kesehatan (BBPK)/ Balai Pelatihan
Kesehatan (Bapelkes) dan mitra pembangunan
air minum, sanitasi, dan gizi yang dalam
pelaksanaannya
berkoordinasi
dengan
penanggung jawab program
, dengan kriteria:
1. Memiliki tenaga Pengendali Pelatihan atau
seseorang yang ditunjuk sebagai pengendali
proses pembelajaran yang menguasai materi
pelatihan.
2. Memiliki minimal 1 orang tenaga SDM yang
telah mengikuti pelatihan penyelenggara
pelatihan (
Training Officer Course
/TOC).
B. Tempat Penyelenggaraan
Pelatihan
Fasilitator
STBM
Stunting
diselenggarakan di Institusi pelatihan yang
terakreditas/ instansi lainnya yang memiliki
sarana
dan
fasilitas
yang
memenuhi
kebutuhan/persyaratan untuk pelatihan.
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
BAB IX
EVALUASI
Evaluasi dilakukan terhadap:
A. Peserta
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil
pembelajaran dari peserta. Evaluasi terhadap
peserta dilakukan melalui:
1. Penjajagan awal melalui pre test.
2. Post test untuk mengukur pemahaman
peserta terhadap materi yang telah diterima.
Soal pre dan post test dapat menggunakan soal
dari bank soal (terlampir) sebanyak 30 soal.
Komposisi soal mencakup materi dasar dan
materi inti.
B. Pelatih
Evaluasi
dilakukan
untuk
mengetahui
kemampuan
pelatih/
fasilitator
dalam
menyampaikan materi pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dapat
dipahami dan diserap peserta, yaitu:
1. Penguasaan materi
2. Ketepatan waktu
3. Sistematika penyajian
4. Penggunaan metode dan alat bantu pelatihan
5. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta
6. Penggunaan bahasa dan volume suara
7. Pemberian motivasi belajar kepada peserta
8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran Umum
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
9. Memberikan kesempatan tanya jawab
10. Kemampuan menyajikan
11. Kerapihan berpakaian
12. Kerjasama antar Tim pelatih
C. Penyelenggara
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap
pelaksanaan pelatihan sesuai form terlampir.
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
BAB X
SERTIFIKAT
Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan
dengan ketentuan kehadiran minimal 95% dari
keseluruhan
jumlah
jam
pembelajaran
akan
mendapatkan sertifikat pelatihan yang dikeluarkan
oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit
1 (satu). Sertifikat ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang dan oleh panitia penyelenggara. Apabila
tidak memenuhi ketentuan tersebut maka peserta
hanya akan mendapatkan surat keterangan telah
mengikuti pelatihan yang ditandatangani oleh ketua
panitia penyelenggara.
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
LAMPIRAN
A. Jadwal Pelatihan (tentatif)
Hari Pertama
Jam Kegiatan/Materi Fasilitator/ Narasumber
11.00-13.00 Registrasi, Cek In, dan Makan Siang 13.00-13.30 Pembukaan: • Penjelasan penyelenggaraan ujicoba pelatihan • Sambutan pengarahan dan pembukaan • Pengantar tentang STBM dan Stunting di Provinsi Banten dan Kabupaten Lebak. • Pejabat terkait 13.30-15.45 (3 JPL) Materi Penunjang Membangun Komitmen Belajar (BLC) • MOT 15.45-16.00 Pretest • Sekretariat 16.00-18.00 (2 JPL) Materi Penunjang
Anti Korupsi • MOT
18.30-19.00
Makan Malam dan istirahat Hari Kedua 08.00-09.30 (2 JPL) Materi Dasar Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM • Pejabat terkait/fasilitator 09.30-09.45 Coffee Break
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 12.00
(3 JPL) Konsep Dasar STBM-Stunting
12.00-13.00
Istirahat Makan Siang
13.00-15.15 (3 JPL)
Lanjutan Materi Inti 1
Konsep Dasar STBM-Stunting • Fasilitator sesi 15.15-15.30 Coffee Break 15.30-17.45 (3 JPL) Materi Inti 2 Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM • Fasilitator sesi 18.30-19.00 Makan Malam Hari Ketiga 08.00-10.15 (3 JPL) Materi Inti 3 Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stunting • Fasilitator sesi 10.15-10.30 Coffee Break 10.30-12.00 (2 JPL)
Lanjutan Materi Inti 3
Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stuntng • Fasilitator sesi 12.00-13.00
Istirahat Makan Siang
13.00-15.15 (3 JPL)
Lanjutan Materi Inti 3
Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stunting • Fasilitator sesi 15.15-15.30 Coffee Break 15.30-17.45 (3 JPL) Materi Inti 4 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas • Fasilitator sesi 18.30-19.00 Makan Malam 19.00-21.15 (3 JPL)
Lanjutan Materi Inti 4
Pemicuan STBM-Stunting
di Komunitas
• Fasilitator sesi
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 08.00- 15.30 (10 JPL)
Lanjutan Materi Inti 4
Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas (Makan siang di lapangan) • Fasilitator sesi 15.30-16.00 Coffee Break 16.00-17.45 (3 JPL)
Lanjutan Materi Inti 4
Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas • Fasilitator sesi 18.30-19.00 Makan Malam 19.00-21.15 (3 JPL)
Lanjutan Materi Inti 4
Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas • Fasilitator sesi Hari Kelima 08.00-10.15 (3 JPL) Materi Penunjang
Rencana Tindak Lanjut • MOT 10.15-10.30 Coffee Break 10.30-11.15 Post-Test • Sekretariat 11.15-12.00 Penutupan
Makan siang, peserta kembali ke daerah masing-masing
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
B. Bank Soal
I. Materi Dasar- Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM
1. Berikut ini merupakan salah satu dari 3 pilar program Indonesia sehat:
a. Paradigma sehat
b. upaya kuratif c. upaya rehabilitatif d. upaya informatif
2. Strategi yang dilakukan dalam paradigma sehat adalah? a. Upaya kuratif
b. upaya rehabilitatif
c. pemberdayaan
d. penguatan pelayanan kesehatan
3. Masa emas (golden period) pada masa pertumbuhan manusia dikenal dengan istilah:
a. masa kehamilan b. masa remaja
c. masa 1000 Hari Pertama Kehidupan
d. masa menyusui
4. Intervensi yang mempunyai kontribusi sampai 70% dalam perbaikan gizi balita adalah:
a. Intervensi sensitif
b. Intervensi spesifik
c. Intervensi sektor kesehatan d. Intervensi partisipatif
5. Sebagai contoh intervensi adalah pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Bentuk intervensi tersebut merupakan contoh dari:
a. Intervensi sensitif
b. Intervensi spesifik
c. Intervensi sektor kesehatan d. Intervensi partisipatif
6. Intervensi yang mempunyai kontribusi sampai 30% dalam perbaikan gizi balita adalah:
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
b. Intervensi spesifik
c. Intervensi sektor kesehatan d. Intervensi partisipatif
7. Indikator % cakupan pemberian MP ASI anak usia > 6 bulan merupakan kegiatan dari:
a. Perlindungan terhadap kekurangan yodium b. Perlindungan terhadap kekurangan zat besi
c. Pemberian makanan pendamping AsiI (MPASI)
d. Fortifikasi pangan
8. Gugus tugas Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dipimpin oleh:
a. Menteri Kesehatan b. Menteri pertanian
c. Menteri kesejahteraan sosial
d. Menteri Koordinator Pembangunan manusia dan kebudayaan
9. Berikut ini yang merupakan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yaitu:
a. Perilaku tidak merokok b. Perilaku tidak minum alkohol
c. Peningkatan aktifitas fisik
d. Kebiasaan makan sayur dan buah
10. Pendekatan keluarga yang dilakukan untuk meningkatkan jangkauan sasaran pelayanan kesehatan dengan cara:
a. Kunjungan keluarga. b. Pemberdayaan masyarakat c. Partisipasi masyarakat d. Pos pelayanan terpadu
II. Materi Inti 1- Konsep Dasar STBM dan Stunting
1. Stunting adalah...
a. Kondisi anak dimana Berat Badan menurut umurnya tidak normal(tidak sesuai standar)
b. Kondisi anak dimana Berat Badan menurut Tinggi Badannya tidak normal
c. Kondisi anak dimana Panjang Badan menurut umurnya tidak normal
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) d. Kondisi anak dimana Indeks masa Tubuh menurut
umurnya tidak normal
2. Faktor penyebab langsung terjadinya “stunting” adalah... a. Sosial politik budaya dan budaya
b. Asupan yang kurang dan penyakit infeksi
c. Sanitasi dan pelayanan kesehatan d. Karena anak sering sakit
3. Stunting pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena...
a. Ibu hamil yang menderita Kurang Energi Khronis (KEK)
b. Ibu hamil yang tinggi badannya lebih dari 150 cm c. Ibu hamil yang usainya diatas umur 30 tahun d. Bayi yang diberi ASI ekslusif
4. Akibat dari anak yang menderita stunting
a. Anak gemuk dan gangguan pendengaran b. Anak kurus dan mudah terserang panyakit c. Anak kurus dan pertumbuhan sel otak terganggu
d. Anak pendek dan pertumbuhan sel otak terganggu
5. Penanggulangan stunting pada bayi & anak 0-24 bulan dari aspek gizi
a. Pemantauan pertumbuhan, Pemberian ASI ekslusif, Pemberian makan sesuai anjuran
b. Pemantauan pertumbuhan, Pemberian susu pengganti ASI, Makanan bervariasi
c. Pemberian makanan sesuai anjuran, Pemberian ASI ekslusif, Immunisasi
d. Immunisasi, Penimbangan secara rutin dan Pemberian makanan tambahan
6. Komponen STBM yang mencakup advokasi kepada pemerintah, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan program pembangunan sanitasi perdesaan, yaitu
a. Penciptaan lingkungan yang kondusif
b. Peningkatan kebutuhan sanitasi c. Peningkatan penyediaan akses sanitasi
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) d. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi 7. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah:
a. Pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan untuk menurunkan kejadian diare.
b. Pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
c. Pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat untuk menurunkan kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya.
d. Pendekatan untuk merubah perilaku hidup bersih dan sehat melalui upaya pemberdayaan masyarakat
8. Yang tidak termasuk upaya untuk mencegah terjadinya
stunting adalah:
a. Perbaikan kondisi sanitasi lingkungan.
b. Bayi mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang
c. Bayi mendapatkan imunisasi yang lengkap
d. Menggalakkan posyandu
9. Tiga pondasi utama perubahan perilaku fasilitator, adalah:
a. Perubahan perilaku dan kebiasaan (Attitude and behavior change), berbagi (sharing), dan metode (method).
b. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), peningkatan kebutuhan (demand creation), dan peningkatan suplai layanan (supply creation).
c. Inisiatif masyarakat, totalitas, dan solidaritas masyarakat.
d. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), totalitas dan solidaritas masyarakat, dan peningkatan suplai layanan (supply creation).
10. Seorang fasilitator STBM hendaknya menempatkan masyarakat sebagai:
a. Mitra kerja
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) c. Kelompok yang perlu ditolong
d. Kelompok yang perlu diajar
11. Seorang fasilitator hendaknya memiliki perilaku: a. Sebagai penolong masyarakat
b. Sebagai guru masyarakat
c. Sebagai motivator dan pendamping bagi masyarakat
d. Sebagai pemberi solusi atas permasalahan masyarakat
12. Penyakit diare dalam tinja dapat disebarkan melalui: a. Air, tanah, lalat, makanan, kaki
b. Air, tanah, lalat, tangan, makanan
c. Tangan, kaki, tanah, lalat d. Tangan, air, kaki, lalat
13. Di bawah ini yang bukan termasuk prinsip-prinsip STBM adalah:
a. Masyarakat sebagai pemimpin b. Tanpa subsidi
c. Melakukan penyuluhan
d. Totalitas seluruh komponen masyarakat
14. Yang tidak termasuk manfaat dari Peta sanitasi di masyarakat?
a. Sebagai media bagi Puskemas untuk membangun fasilitas sanitasi
b. Mengetahui kondisi sanitasi yang ada di masyarakat
c. Sebagai alat memicu masyarakat yang belum mengakses jamban sehat
d. Sebagai alat monitoring perkembangan akses sanitasi di masyarakat
15. Tingkatan partisipasi masyarakat yang paling sesuai dengan pendekatan STBM adalah:
a. Masyarakat hanya menerima informasi b. Masyarakat mulai diajak untuk berunding
c. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
d. Masyarakat mendapatkan wewenang untuk mengatur sumber daya dan membuat keputusan
16. Urutan pendampingan STBM ke masyarakat adalah: 1. Monitoring dan Verifikasi
2. Pemicuan
3. Pengumpulan data awal 4. Advokasi kepada Toma Toga a. 1-3-2-4
b. 3-4-2-1
c. 2-3-1-4 d. 3-1-2-4
17. Sebelum melakukan pemicuan perlu dikumpulkan data awal. Data yang tidak perlu dikumpulkan di tingkat desa adalah:
a. Data awal jumlah masyarakat yang memiliki dan menggunakan jamban sehat, tidak sehat, numpang, dan BAB sembarangan
b. Data awal volume limbah ternak
c. Data awal jumlah keluarga yang telah mengelola limbah cair
d. Data awal jumlah keluarga yang telah mengelola sampahnya
18. Tim Pemicu terdiri dari unsur apa saja?
a. Fasilitator utama, pembuat peta sosial, perekam proses, penjaga alur, dan penata suasana.
b. Fasilitator utama, asisten fasilitator, perekam proses, penjaga alur, dan penata suasana.
c. Fasilitator utama, promotor kesehatan, perekam proses, penjaga alur, dan penata suasana.
d. Promotor kesehatan, fasilitator, pembuat peta sosial, penjaga alur, dan penata suasana.
19. Dibawah ini yang tidak termasuk dalam elemen pemicuan, sbb :
a. Rasa malu dan takut sakit. b. Takut dosa.
c. Harga diri
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
20. Dalam jendela fasilitator, seorang fasilitator harus: a. Banyak bertanya, banyak menjelaskan
b. Banyak bertanya, sedikit menjelaskan
c. Sedikit bertanya, banyak menjelaskan d. Sedikit bertanya, sedikit menjelaskan
21. Jika masyarakat ingin membangun jamban sehat dengan harga terjangkau bisa menghubungi siapa?
a. Toko material.
b. Wirausaha sanitasi dan penyedia layanan sanitasi
c. Koperasi. d. Puskesmas.
22. Yang bukan bagian dari manfaat kegiatan monitoring dalam STBM adalah:
a. Mengetahui perkembangan komitmen masyarakat b. Memberikan informasi untuk kegiatan tindak lanjut c. Strategi perencanaan kegiatan
d. Mendapatkan dana bantuan
23. Strategi pelaksanaan monitoring STBM di desa sebagai berikut, kecuali:
a. Pelibatan aktif kader dengan melibatkan komite/natural leader dan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat
b. Menggunakan peta sanitasi dan melihat data perkembangan
c. Dilakukan secara berkala, terjadual dan berkelanjutan
d. Melalui pertemuan pleno desa
24. Kegiatan pemicuan terdiri dari tiga tahapan yaitu pra pemicuan, pemicuan dan paska pemicuan. Yang tidak perlu dipersiapkan dalam pemicuan, adalah:
a. Tim pemicu
b. Alat dan bahan pemicuan, format-format pendukung
c. Menghadirkan Toma dan Toga
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
25. Kegiatan-kegiatan paska pemicuan, kecuali:
a. Monitoring dan membangun ulang komitmen
b. Mempersiapkan alat dan bahan pemicuan
c. Pemicuan lanjutan
d. Membangun jejaring dengan wirausaha sanitasi dan penyedia jasa sanitasi
III. Materi Inti 2- Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting
1. Pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan karena?
a. 80% sumber daya pembangunan berasal dari kontribusi/partisipasi masyarakat.
b. Perilaku masyarakat merupakan faktor utama terjadinya masalah kesehatan.
c. Pemerintah memiliki cukup sumber dana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat. d. Masalah kesehatan masyarakat semakin kompleks
dan mahal.
2. Keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan melaksanakan keputusan disebut?
a. Pelibatan masyarakat
b. Partisipasi masyarakat
c. Pemberdayaan masyarakat d. Pengembangan masyarakat
3. Kunci partisipasi masyarakat dalam STBM adalah?
a. STBM adalah inisiatif masyarakat, dilakukan secara total, memerlukan solidaritas masyarakat, dan semua oleh masyarakat.
b. STBM adalah inisiatif fasilitator, dilakukan secara total, memerlukan solidaritas bersama, dan didukung oleh pemerintah.
c. STBM adalah inisiatif bersama masyarakat dan pemerintah, dilakukan secara total, memerlukan solidaritas masyarakat, dan semua oleh masyarakat.
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) d. STBM adalah inisiatif masyarakat, dilakukan bersama total, memerlukan partisipasi masyarakat, dan semua oleh masyarakat.
4. Tingkatan partisipasi masyarakat dalam STBM Stunting adalah?
a. Masyarakat hanya menerima informasi b. Masyarakat mulai diajak untuk berunding
c. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar
d. Masyarakat memiliki wewenang untuk mengatur sumber daya dan membuat keputusan.
5. Pemberdayaan masyarakat Adalah?
a. Instruksi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat.
b. Fasilitasi non instruktif untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat.
c. Dukungan pemerintah untuk mendidik dan meningkatkan kemampuan masyarakat.
d. Bantuan fasilitator untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahan masalah di masyarakat.
6. Pemberdayaan masyarakat bersifat dua arah atau resiprokal, artinya?
a. Pemerintah memberi informasi dan instruksi, masyarakat melakukan kegiatan.
b. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya kemudian membuat rencana tindak lanjut.
c. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya, membuat rencana, menerapkan, mengevaluasi, dan memberi umpan balik kepada pemerintah.
d. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya, membuat rencana, menerapkan, mengevaluasi, memberi umpan balik kepada pemerintah, dan pemerintah memberi respon dan mengakomodasi umpan balik masyarakat.
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 7. Pemberdayaan masyarakat diarahkan agar masyarakat
lebih?
a. Mandiri dan kuat b. Mampu, proaktif, terbuka
c. Mampu, proaktif, dan aspiratif
d. Mandiri, proaktif, terbuka, aspiratif.
8. Yang tidak termasuk prinsip dasar pemberdayaan masyarakat adalah?
a. Kesukarelaan b. Partisipatif
c. Kesinambungan
d. Keterbukaan
9. Prinsip pemberdayaan masyarakat yang artinya dapat dipertanggungjawabkan dan terbukan untuk diawasi oleh siapa saja, adalah?
a. Prinsip demokratis b. Prinsip desentralisasi
c. Prinsip keterbukaan
d. Prinsip akuntabilitas
10. Prinsip-prinsip tambahan atau landasan lain dari pemberdayaan masyarakat adalah?
a. Prinsip ekologi
b. Prinsip gender c. Prinsip globalisasi d. Prinsip perdamaian
11. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi melaksanakan perilaku. Apakah itu dalam pemberdayaan masyarakat?
a. Prinsip pemberdayaan masyarakat
b. Tahapan pemberdayaan masyarakat
c. Tingkatan pemberdayaan masyarakat d. Strategi pemberdayaan masyarakat
12. Dimanakah tercantum pedoman tentang pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan?
a. Permenkes No. 3/2014 b. Permenkes No. 45/2014
Standard Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) d. Permenkes No. 3/2013
13. Ada berapakah strategi pemberdayaan masyarakat menurut Permenkes terkait Pemberdayaan Masyarakat di bidang kesehatan?
a. 4 strategi
b. 5 strategi
c. 6 strategi d. 7 strategi
14. Yang tidak termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah?
a. Membangun kesadaran kritis masyarakat b. Perencanaan partisipatif
c. Pengorganisasian masyarakat
d. Pemberian instruksi
15. Ada berapa pilar yang disasar dalam STBM Stunting? a. 5 pilar
b. 6 pilar c. 7 pilar
d. 8 pilar
16. Pengecekan lingkar lengan atas dilakukan kepada? a. Remaja Putri
b. Wanita Usia Subur
c. Ibu Hamil
d. Ibu Menyusui 17. Anemia disebabkan karena?
a. Kurang makan sayur b. Kurang makan buah
c. Kekurangan zat besi
d. Kurang makan ikan
18. Faktor penyebab utama masalah kesehatan masyarakat adalah:
a. Genetik
b. Perilaku
c. Pelayanan Kesehatan d. Lingkungan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 19. Batasan lingkar lengan atas yang digunakan untuk mengidentifikasi Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil adalah:
a. =< 23.5 cm
b. > 23,0 cm c. < 28,0 cm d. > 28,0 cm
20. Salah satu kunci untuk terbentuknya partisipasi masyarakat adalah:
a. Kerjasama b. Empathy
c. Mau mendengarkan
d. Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada campur tangan pihak luar, dan
biasanya akan muncul “natural leader” di masyarakat.
21. Salah satu tingkatan dalam partisipasi masyarakat adalah: a. Saling memiliki dalam unsur masyarakat
b. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar.
c. Bekerja secara sukarela
d. Saling menghargai dalam berperilaku
22. Prinsip dasar pemberdayaan yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan saling memperdulikan merupakan prinsip:
a. Otonom b. Egaliter c. Akuntabilitas
d. Keterbukaan
23. Strategi yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat adalah:
a. Peningkatan upaya advokasi yang mendukung masyarakat memperjuangkan kepentingannya melalui pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
b. Peningkatan gotong royong untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.