• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Hukum Pailit - Karyawan Sebagai Pemohon Dalam Mempailitkan Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Hukum Pailit - Karyawan Sebagai Pemohon Dalam Mempailitkan Perusahaan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Karyawan Sebagai Pemohon Dalam Mempailitkan Perusahaan

(Studi Kasus: Kasus PT. Kymco Lippo Motor Indonesia)

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah LBHK semester I Angkatan V

Oleh:

Prasaja Pricillia Sujatmiko 2010131019

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN Fakultas Ekonomi

Program Pendidikan Profesi Akuntansi 2011

(2)

Latar Belakang

"The most important asset in business is people". Dalam studi manajemen, pendapat bahwa aset terpenting dari bisnis adalah orang-orang terutama karyawan adalah pendapat lama yang dikenal dan teruji kebenarannya. Tanpa orang-orang di dalamnya, suatu bisnis tidak dapat bergerak. Bisnis berkaitan dengan pemasok, pelanggan, pemerintah, pemilik, serta karyawan. Bisnis dibangun di atas dasar hubungan kepentingan dari orang-orang tersebut.

Bisnis juga tidak lepas dari masalah. Bisnis akan terus memiliki masalah kecuali jika bisnis tersebut berakhir. Seringkali ketika bisnis tidak dapat menyelesaikan masalah, bisnis tersebut akan berakhir dengan hilangnya perusahaan. Entah hilang dalam artian kehilangan kekuasaan (merger, akuisisi, konsolidasi), ataupun hilang dalam artian sesungguhnya (likuidasi/pailit). Pada umumnya perusahaan akan sebisa mungkin menghindari pailit.

Ada dua kejadian yang umum terjadi pada kasus pailitnya perusahaan. Pertama adalah permohonan pailit oleh kreditor karena debitor melakukan wanprestasi dengan tidak membayar hutangnya kepada kreditor. Kedua adalah permohonan pailit oleh debitor sendiri karena ingin menghindari hukuman pidana. Walaupun demikian, sedikit sekali perusahaan yang menyatakan perusahaannya pailit.

Pengajuan permohonan pailit di Indonesia didasari oleh Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UU Kepailitan). Berdasarkan UU tersebut, pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit selain kreditor dan debitor yaitu Kejaksaan, BI, Bapepam, dan Menkeu RI. Pada praktiknya, ada pula perusahaan yang dimohonkan pailit oleh karyawannya sendiri seperti pada kasus PT Kymco Lippo Motor Indonesia (PT. KLMI).

Kasus Pengajuan Permohonan Pailit PT KLMI Oleh Karyawan

PT Kymco melakukan join ventura dengan Lippo dan mendirikan PT. KLMI pada 23 September 1996 di Cikarang. PT KLMI merupakan agen tunggal pemegang merek dari PT Kymco yang menjual sepeda motor Kymco di Indonesia. Kasus pailit PT Kymco bermula dari sengketa pemegang saham pada Agustus 2007. Penggugat adalah PT

(3)

Metropolitan Triperdana (Lippo Group), pemegang 25% saham PT KLMI, dan tergugat adalah Kwang Yang Motor Co. Ltd dan PT Kymco. Pada saat itu majelis hakim mengabulkan gugatan PT Metropolitan dan meletakkan sita jaminan atas 75% saham yang dimiliki Kwang Yang Motor. Selain itu, pabrik perakitan motor PT Kymco turut diletakkan sita jaminan.

Permohonan pailit PT KLMI yang pertama diajukan oleh PT San Ching Indonesia pada tanggal 29 Oktober 2008. PT San Ching menuding Kymco belum membayar utang pemesanan barang sejumlah Rp502.289 juta. Saat itu karyawan KLMI bersama-sama berusaha menggagalkan pailit PT KLMI. Pada Desember 2008, majelis hakim menolak permohonan pailit tersebut karena PT KLMI dianggap berprestasi dan masih dapat melunasi hutang pada PT San Ching.

Meskipun PT KLMI lolos dari gugatan pailit PT San Ching, PT KLMI mulai tersendat-sendat sejak terjadinya sengketa pemegang saham pada Agustus 2007. Puncaknya Presdir Su Kou Cang kabur ke Taiwan dan sejak Septermber 2008 seluruh karyawan PT KLMI dirumahkan. Ketika itu manajemen berjanji akan memulai produksi kembali pada Februari 2009. Produksi tidak pernah dimulai kembali dan sejak Juni 2009 PT KLMI menyatakan tidak dapat membayar gaji karyawan. Pada April 2010, karyawan yang tergabung dalam serikat pekerja akhirnya mengajukan permohonan pailit bersama dua kreditor lain, PT Abdimetal Prakarsa, dan PT Amanda Vida Mitrama (RSIA Amanda).

Dalam permohonan disertakan jumlah tunggakan gaji, iuran Jamsostek, dan THR karyawan sejak Juni 2009 sebesar Rp7,656 miliar. PT Abdimetal Prakarsa mengajukan tagihan sebesar Rp74,577 juta, dan PT Amanda menuntut tagihan sebesar Rp50,783 juta. Sebelumnya PT Abdimetal dan PT Amanda telah mengajukan somasi namun tidak ada tanggapan.

Pada 29 April 2010, para kreditor menghadirkan kreditor lain sebagai berikut: PT Indo Cipta Hasta Perkasa dengan jumlah tagihan Rp9,8 juta, PT Arpo Selaras Cemerlang dengan tagihan Rp46 juta, CV Rino Multi Niaga dengan tagihan Rp17 juta, dan

MCE Seitmitsu Indonesia dengan tagihan Rp72 juta. Utang tersebut sejak tahun 2008 belum diselesaikan.

(4)

Pada 12 Mei 2010, PT KLMI dinyatakan pailit karena terbukti memiliki utang jatuh tempo yang belum dibayar dan berutang kepada lebih dari satu kreditor. Majelis hakim berpendapat permohonan telah memenuhi Pasal 2 butir 1 UU Kepailitan sehingga permohonan pailit patut dikabulkan. Kurator yang ditunjuk untuk mengurus dan membereskan aset pailit pada kasus PT KLMI adalah Ali Sumali Nugroho.

Masalah

Berdasar atas kasus yang telah dipaparkan, maka tulisan ini dibuat untuk mengetahui tentang:

1. Apakah tindakan karyawan sebagai pemohon pailit sesuai dengan ketentuan yang berlaku?

2.

Apa penyebab terjadinya pengajuan permohonan pailit oleh karyawan?

3.

Apa akibat dari pengajuan permohonan pailit oleh karyawan?

Analisis

Pengertian Kreditor dan Debitor

Kreditor menurut UU Kepailitan Pasal 1 butir 2 adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.

Debitor menurut UU Kepailitan Pasal 1 butir 3 adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.

Pasal 1 butir 11 UU Kepailitan juga menjelaskan bahwa setiap orang adalah perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi.

Pada Kasus PT KLMI, PT KLMI yang berbentuk badan hukum bertindak sebagai debitor yang memiliki utang kepada pemasok dan karyawan. Dalam proses kepailitan para direktur PT KLMI merupakan perwakilan perusahaan sebagai debitor. Utang tersebut berdasarkan perjanjian dan dapat ditagih ke muka pengadilan. Perjanjian yang dimaksud akan dijelaskan kemudian.

(5)

Golongan Kreditor

Penentuan golongan kreditor di dalam kepailitan adalah berdasarkan Pasal 1131 sampai dengan Pasal 1138 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (“UU KUP”); dan Undang-Undang Kepailitan. Golongan kreditor tersebut meliputi:

1.

Kreditor yang kedudukannya di atas kreditor pemegang saham jaminan kebendaan (contoh:utang pajak) dimana dasar hukum mengenai kreditor ini terdapat di dalam Pasal 21 UU KUP jo pasal 1137 KUH Perdata;

2.

Kreditor pemegang jaminan kebendaan yang disebut sebagai Kreditor Separatis (dasar hukumnya adalah Pasal 1134 ayat 2 KUH Perdata). Jaminan kebendaan yang dikenal/diatur di Indonesia adalah:

o Gadai; o Fidusia;

o Hak Tanggungan; dan o Hipotik Kapal;

3.

Utang harta pailit. Yang termasuk utang harta pailit antara lain adalah sebagai berikut:

o Biaya kepailitan dan fee Kurator;

o Upah buruh, baik untuk waktu sebelum Debitur pailit maupun sesudah Debitur pailit (Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004); dan

o Sewa gedung sesudah Debitur pailit dan seterusnya (Pasal 38 ayat (4) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004);

4.

Kreditor preferen khusus, sebagaimana terdapat di dalam Pasal 1139 KUH Perdata, dan Kreditor preferen umum, sebagaimana terdapat di dalam Pasal 1149 KUH Perdata; dan

5.

Kreditor konkuren. Kreditor golongan ini adalah semua Kreditor yang tidak masuk Kreditor separatis dan tidak termasuk Kreditor preferen khusus maupun umum (Pasal 1131 jo. Pasal 1132 KUH Perdata).

(6)

Berdasarkan penggolongan kreditor di atas, pada kasus pengajuan permohonan pailit PT KLMI didapati 2 jenis kreditor:

1. Kreditor Konkuren.

PT Abdimetal dan PT Amanda merupakan kreditor konkuren. PT Abdimetal dan PT Amanda tidak masuk kreditor separatis karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak memegang jaminan kebendaan, dan tidak masuk kreditor preferen karena bukan merupakan pemegang saham. Selain kedua perusahaan tersebut, terdapat kreditor lain seperti PT Indo Cipta Hasta Perkasa, PT Arpo Selaras Cemerlang, CV Rino Multi Niaga, dan MCE Seitmitsu Indonesia. Seluruh kreditor tersebut memiliki utang berdasarkan perjanjian dan termasuk dalam kreditor konkuren.

2.

Kreditor terkait utang harta pailit.

Karyawan PT KLMI merupakan kreditor terkait utang harta pailit. Sesuai Pasal 39 butir 2 Undang-Undang Kepailitan, upah yang terhutang sebelum dan sesudah putusan pernyataan pailit diucapkan merupakan utang harta pailit. Pengertian Pailit dan Syarat Pengajuan Pailit

Menurut Pasal 1 butir 1 UU Kepailitan, kepailitan adalah "sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini."

Syarat permohonan pailit berdasarkan UU Kepailitan Pasal 2 ayat 1 adalah: - Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor

- Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang sudah jatuh waktu PT KLMI sebagai termohon pailit telah memenuhi syarat permohonan pailit, yaitu:

-

memiliki dua atau lebih debitor, antara lain ketiga pemohon pailit (PT Abdimetal, PT Amanda, dan para karyawan) serta kreditor lain di luar pemohon pailit (PT Indo Cipta Hasta Perkasa, PT Arpo Selaras Cemerlang, CV Rino Multi Niaga, dan MCE Seitmitsu Indonesia)

- tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang sudah jatuh waktu (dibuktikan dengan tagihan-tagihan utang dan pembukuan perusahaan)

(7)

Berdasarkan keterangan di atas, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan bahwa PT KLMI telah memenuhi syarat permohonan pailit dan mengabulkan permohonan pailit dari karyawan dan kreditor pemohon dengan menyatakan PT KLMI pailit pada 12 Mei 2010.

Perjanjian dan Wanprestasi

Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum satu orang atau lebih mengikatkan diri kepada orang lain (Pasal 1313 KUHPdt)

Perikatan yaitu:

a. Suatu hubungan hukum antara dua orang ("pihak") atau lebih. Pihak yang satu berhak dan pihak lain berkewajiban memenuhi hak (R. Subekti, 1976:1).

b. Hubungan hukum dalam hukum kekayaan, di satu pihak ada hak, pihak lain ada kewajiban (J. Satrio, 1993:12).

c. Perikatan berarti memberi sesuatu, tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPdt).

Pengertian Wanprestasi:

a. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi

b. Melaksanakan apa yang disanggupi, tetapi tidak sesuai dengan janji; c. Terlambat memenuhi janji; dan

d. Melakukan sesuatu yang tidak dibolehkan dalam perjanjian.

Pada kasus PT KLMI, terdapat perjanjian berupa perjanjian utang piutang dagang dengan kreditor konkuren yang didasari surat bukti transaksi dan perjanjian pembayaran upah buruh yang didasari UU Ketenagakerjaan serta (apabila ada) kontrak manajemen dengan tenaga kerja. Dengan demikian PT KLMI selaku debitor memiliki utang yang timbul karena perjanjian. Dengan tidak dibayarnya utang kepada kreditor konkuren dan upah buruh kepada karyawan, PT KLMI melakukan wanprestasi karena tidak melaksanakan apa yang disanggupi. Wanprestasi ini terjadi karena tidak adanya itikad baik dari debitor untuk melunasi utangnya. Kelangsungan usaha kreditor konkuren jadi tidak terjamin karena utang yang belum dilunasi debitor, dan kelangsungan hidup para karyawan jadi tidak menentu karena gaji tidak dibayar sejak Juni 2009 sampai permohonan kepailitan diajukan pada bulan April 2010. Segala

(8)

upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan telah ditempuh dan tidak membuahkan hasil sehingga akhirnya para kreditor mengajukan permohonan kepailitan ke Pengadilan Niaga.

Akibat Permohonan Pailit Pada Kreditor, Debitor, Karyawan, dan Pihak Lain Akibat dari putusan pailit pada kasus PT.KLMI:

-

Debitor : Kehilangan hak menguasai dan mengurus harta kekayaannya. Hak untuk mengurus harta pailit diserahkan kepada Kurator. Utang-utangnya dihapuskan dan penyitaan sebelumnya dibatalkan.

-

Kreditor : Mendapatkan jaminan pembayaran atas seluruh atau sebagian utang PT KLMI, apabila dapat mengajukan dokumen bukti yang lengkap pada Kurator.

-

Karyawan : Mendapatkan pembayaran atas utang gaji PT KLMI dari harta pailit. - Pelanggan : Operasional yang berhenti membuat produk sepeda motor Kymco

berhenti dipasarkan di Indonesia.

Kesimpulan

1. Tindakan karyawan PT KLMI sebagai pemohon pailit sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Undang-Undang Kepailitan. Karyawan selaku kreditor terkait utang harta pailit berhak menuntut debitor (PT KLMI) atas utang gaji karyawan yang menjadi hak karyawan dengan dasar UU Ketenagakerjaan.

2. Terjadinya wanprestasi atas perjanjian pembayaran gaji karyawan serta tidak adanya itikad baik untuk menyelesaikan sengketa tersebut menyebabkan kelangsungan hidup karyawan tidak menentu. Jalan mediasi telah dilakukan tetapi tidak membuahkan hasil. Demi kelangsungan hidupnya karyawan akhirnya menempuh jalan mengajukan permohonan untuk mempailitkan PT KLMI.

3. Pengajuan permohonan pailit suatu perusahaan tidak hanya mempengaruhi debitor dan kreditor. Pailitnya PT KLMI akan berdampak pada seluruh pihak lain yang memiliki hubungan kepentingan dengan perusahaan seperti pelanggan. Dengan diputuskannya pailit PT KLMI, kreditor konkuren dapat menerima pembayaran atas utang yang tertunggak. Status karyawan juga meningkat dari buruh perusahaan yang tidak dibayar gajinya menjadi buruh dari perusahaan yang pailit dengan jaminan pembayaran gaji yang tertunda dari harta PT KLMI.

(9)

REFERENSI * http://202.153.129.35/berita/baca/lt4bbb062ea031d/operasional-berhenti-kymco-dipailitkan-lagi * http://metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2010/05/12/17683/PT-Kymco-Lippo-Diputuskan-Pailit *

http://www.primaironline.com/berita/ekonomi/pemohon-pailit-kymco-bawa-4-kreditur

* Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kasus tersebut maka PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk mengajukan permohonan pailit kepada Pengadilan Negri Jakarta Pusat, tetapi permohonan pailit tersebut ditolak, dengan

Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga yang mengabulkan permohonan pailit terhadap TPI tidak sesuai dengan Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

SARINA yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat bahwa Undang-Undang yang mengatur tidak cukup melindungi kepentingan Bank

Dasar pertimbangan hakim mengenai imbalan jasa kepada Tim Kurator Telkomsel dalam Penetapan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor

Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang menolak gugatan kepailitan yang dimohonkan PT JAIC Indonesia tidak terlepas dari

Dalam UUK dan PKPU ditentukan syarat-syarat untuk dapat dinyatakan debitor pailit oleh pengadilan niaga yang berwenang. Debitor dinyatakan pailit oleh pengadilan

Apabila syarat – syarat tersebut tidak memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan tersebut, maka permohonan pernyataan pailit tersebut tidak akan dikabulkan oleh Pengadilan

Nomor : 049/AJAKO/SKTP/III/2013 Lampiran : 1 Satu berkas Perihal : Surat Keterangan Tidak Pailit Kepada Yth, PANITERA PENGADILAN NEGERI NIAGA JAKARTA PUSAT Dengan hormat, Kami yang