• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREVENSI PENYEBARAN VIRUS H5N1 DENGAN MODEL SI-SIIR MELALUI KONTROL VAKSINASI PADA POPULASI MANUSIA. Tri Andri Hutapea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREVENSI PENYEBARAN VIRUS H5N1 DENGAN MODEL SI-SIIR MELALUI KONTROL VAKSINASI PADA POPULASI MANUSIA. Tri Andri Hutapea"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PREVENSI PENYEBARAN VIRUS H5N1 DENGAN MODEL SI-SIIR MELALUI KONTROL VAKSINASI

PADA POPULASI MANUSIA

Tri Andri Hutapea

Jurusan Matematika FMIPA Unimed. Email: triandh_A19@yahoo.com

ABSTRAK

Pemodelan matematika merupakan salah satu cara untuk menginterpretasikan masalah nyata dalam kajian matematik. Penyebaran virus H5N1 dari populasi unggas ke populasi manusia diinvestigatasi melalui model yang terbentuk. Pada penelitian ini, salah satu tipe dari pemodelan matematika, yaitu SI-SIIR, digunakan untuk menganalisis stabilitas lokal dinamik untuk populasi unggas dan manusia. Model SI-SIIR mendeskripsikan pengelompakan setiap individu untuk kedua populasi. Setiap unggas yang terinfeksi virus H5N1 akan mati, tetapi setiap manusia terinfeksi mungkin meninggal atau sembuh. Selain itu, manusia juga dapat terinfeksi mutasi virus H5N1. Pembahasan utama pada penelitian ini adalah analisis stabilitas lokal penyebaran virus H5N1 dengan kontrol vaksinasi pada populasi manusia.

Kata kunci: Model SI-SIIR; virus H5N1; mutasi virus H5N1; Endemik; Stabilitas

Lokal; and Vaksinasi.

1. PENDAHULUAN

Flu burung merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan HPAI (High Pathogenic Avian Influenza) H5N1 yang menyerang pada hewan-hewan ternak khususnya ayam dan bebek. Pada tahun 1901 diketahui penyebab

virus H5N1 adalah sejenis virus

yang merupakan suatu agen

filterable. Pada unggas HPAI dapat

menyerang secara mendadak, hingga

dalam jangka waktu singkat

menimbulkan kematian. Pada tahun 1997 muncul kasus pertama di

(2)

Hongkong manusia terinfeksi virus H5N1 satu orang dilaporkan meninggal karena virus tersebut. Setelah itu, tercatat ada 100 lebih kasus yang menimpa manusia dengan 60 diantaranya berakibat fatal sejak. Seluruh kasus tersebut terjadi di Asia disebabkan kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi [6] dan [7].

Virus H5N1 menular ke manusia jika

ada interaksi langsung dengan

unggas yang terinfeksi virus H5N1. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Menurut WHO, virus H5N1 lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibandingkan dari manusia ke manusia. Satu-satunya cara virus

H5N1 dapat menyebar dengan

mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus H5N1 tersebut bermutasi dan bercampur dengan

virus flu manusia [11]. Di

Indonesia, pada akhir tahun 2004 sekitar 5 juta ternak ayam dimusnahkan karena diindikasikan terserang virus H5N1. Selanjutnya Juli tahun 2005 dilaporkan kematian

manusia akibat virus H5N1 menyebabkan tiga orang meninggal. Dalam kajian pemodelan matematika, model SI-SIIR atau pengembangannya merupakan model penyebaran penyakit endemik yang telah diteliti (Iwami, 2008; Derouich and Boutayeb, 2008). Kompartemen SI, yaitu susceptible: kelompok individu unggas yang rentan, dan

infected: kelompok individu unggas

yang tertular virus H5N1, merupakan kelompok populasi sumber virus. Dalam tulisan, kompartemen SI merupakan populasi unggas, yaitu asal virus H5N1 selanjutnya akan menyebar ke populasi manusia. Kompartemen SIIR, yaitu

susceptible: kelompok individu

manusia yang rentan, InfectedA:

kelompok individu manusia yang

terinfeksi karena virus H5N1,

InfectedM: kelompok individu

manusia yang terinfeksi karena

mutasi/perubahan virus H5N1, dan

Recovery: kelompok individu

manusia yang sembuh [11] dan [14]. Sejak adanya endemik virus H5N1, para ahli sudah merancang vaksin untuk meminimalisir kematian manusia dan unggas. Menurut WHO,

(3)

pada Desember 2014, beberapa pusat penelitian bahkan universitas di dunia ini sudah berhasil menemukan vaksin untuk virus flu burung, baik vaksin untuk manusia atau vaksin untuk unggas.

Pada penelitian ini, penulis hanya menginvestigasi penyebaran virus H5N1 dengan model SI-SIIR dengan kontrol vaksinasi pada populasi manusia. Adanya vaksin untuk manusia merupakan daya tarik untuk melakukan kajian kontrol secara matematik dalam penyabaran virus H5N1. Hal ini merupakan motivasi utama dalam penelitian ini. Model SI-SIIR adalah salah satu model

penyebaran penyakit endemik, SI merupakan pengelompokan pada populasi unggas dalam 2 kompartemen yaitu unggas yang

rentan (S1) dan unggas yang

terinfeksi virus H5N1 (I1). SIIR adalah pengelompokan pada populasi manusia dalam 4 kompartemen yaitu manusia yang rentan (S2), manusia yang terinfeksi oleh virus H5N1 (I21), manusia yang terinfeksi oleh mutasi virus H5N1 (I22) dan manusia yang sembuh (R), dengan catatan bahwa manusia yang sembuh merupakan manusia yang sembuh total dari virus H5N1.

2. METODE PENELITIAN

Populasi unggas dikelompokkan dalam dua kompartemen, yaitu kompartemen unggas yang rentan (S1) dan kompartemen unggas yang

terinfeksi virus H5N1 (I1). Oleh

karena itu, model penyebaran virus H5N1 yang digunakan pada populasi unggas adalah model SI. Sementara itu populasi manusia dikelompokkan dalam empat kompartemen yaitu kompartemen manusia yang rentan

(S2), kompartemen manusia yang

terinfeksi oleh virus H5N1 (I21), kompartemen manusia yang terinfeksi oleh mutasi virus H5N1 (I22) dan kompartemen manusia yang sembuh (R). Kajian pada penelitian ini, manusia yang telah sembuh dari virus H5N1 adalah sembuh permanen, maka pemodelan yang digunakan adalah model SIIR.

Ide dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari peneiliti terdahulu yang telah konsern dengan

(4)

µ S1 I1 I21 S2 I22 R m b+ 1 d + µ 2 β µ+d2

σ

ε

γ ρ µ c b

ω

1 β 4 β

Gambar 1: Ilustrasi kerangka model dengan kontrol vaksin pada

populasi manusia. Populasi Manusia Populasi Unggas

kajian seputar virus H5N1. Dengan mengacu pada [8], [10], [11], [12], dan [16] bagan ilustrasi penyebaran

virus H5N1 dengan kontrol vaksinasi pada populasi manusia adalah sebagai berikut.

c: rekrutmen total pada populasi

unggas, b: laju kematian alami pada

populasi unggas; ω:laju kontak

individu unggas yang rentan dengan individu unggas yang terinfeksi pada populasi unggas; m: laju kematian karena virus H5N1 pada populasi unggas; β1: laju kontak individu yang terinfeksi pada populasi unggas dengan individu yang rentan pada

populasi manusia; ρ: rekrutmen

total pada populasi manusia; µ: laju kematian alami pada populasi manusia; d : laju kematian pada 1

populasi manusia karena virus

utama; d : laju kematian pada 2

populasi manusia karena mutasi

virus H5N1; β2: laju penularan

mutasi virus H5N1 pada populasi manusia, β3: laju vaksinasi pada populasi unggas; ε:laju mutasi, γ : Laju kesembuhan individu dari populasi manusia yang terinfeksi

virus H5N1; σ:laju kesembuhan

individu populasi manusia yang terinfeksi mutasi virus H5N1; α : Laju penurunan immunitas individu

populasi manusia; dan β4: laju

vaksinasi pada populasi manusia.

(5)

3. TEORI PENDUKUNG 3.1 Persamaan Diferiansial

Bentuk umum suatu sistem N persamaan orde pertama akan mempunyai bentuk berikut:

𝑦𝑦′1 = 𝑓𝑓1(𝑥𝑥, 𝑦𝑦1, 𝑦𝑦2, … , 𝑦𝑦𝑁𝑁), 𝑦𝑦′2 = 𝑓𝑓1(𝑥𝑥, 𝑦𝑦1, 𝑦𝑦2, … , 𝑦𝑦𝑁𝑁),

⋮ (3.1)

𝑦𝑦′𝑁𝑁 = 𝑓𝑓𝑁𝑁(𝑥𝑥, 𝑦𝑦1, 𝑦𝑦2, … , 𝑦𝑦𝑁𝑁).

(3.1) Jika di dalam suatu sistem

terdapat perkalian antara variabel bebasnya maka disebut sistem persamaan diferensial tak linier.Jika di dalam suatu sistem tidak terdapat perkalian antara variabel bebasnya maka disebut sistem persamaan diferensial linier [5].

3.2 Nilai Eigen dan Vektor Eigen Definisi 1

Jika A adalah matriks n × n , maka vektor tak nol x didalam 𝑅𝑅𝑛𝑛 dinamakan vektor eigen (eigen vektor) dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x, yakni:

𝐴𝐴𝑥𝑥 = 𝜆𝜆𝑥𝑥

untuk suatu skalar 𝜆𝜆. Skalar 𝜆𝜆

dinamakan nilai eigen (eigen value) dari A dan x dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan 𝜆𝜆 [1].

Untuk memperoleh nilai eigen dari sebuah matriks A yang berukuran n × n, dapat dilakukan dengan cara menuliskan kembali Ax =𝜆𝜆x sebagai

𝐴𝐴𝑥𝑥 = 𝜆𝜆𝐼𝐼𝑥𝑥 atau secara ekuivalen,

(𝜆𝜆𝐼𝐼 − 𝐴𝐴)𝑥𝑥 = 0. (3.2)

Agar 𝜆𝜆 dapat menjadi nilai eigen, harus terdapat satu solusi taknol dari persamaan ini. Persamaan (3.2) memiliki solusi taknol jika dan hanya jika

det(𝜆𝜆𝐼𝐼 − 𝐴𝐴) = 0 (3.3)

ini disebut persamaan karakteristik

A; skalar yang memenuhi persamaan

ini adalah nilai eigen dari A [15].

3.3 Matriks Jacobian

Matriks jacobian akan mempermudah dalam proses linearisasi sistem non linear [20].

Definisi 2

Diberikan fungsi 𝑓𝑓 = (𝑓𝑓1, 𝑓𝑓2, … , 𝑓𝑓𝑛𝑛) pada sistem persamaan diferensial nonlinier 𝑑𝑑𝑥𝑥

𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥) dengan

(6)

𝑓𝑓𝑖𝑖 ∈ 𝐶𝐶′(𝐸𝐸, ℝ), 𝑖𝑖 = 1, 2, … , 𝑛𝑛. Matriks 𝐽𝐽�𝑓𝑓(𝑥𝑥)� = ⎣ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎡𝜕𝜕𝑓𝑓𝜕𝜕𝑥𝑥1(𝑥𝑥)1 𝜕𝜕𝑓𝑓1(𝑥𝑥) 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑛𝑛 𝜕𝜕𝑓𝑓1(𝑥𝑥) 𝜕𝜕𝑥𝑥2 𝜕𝜕𝑓𝑓2(𝑥𝑥) 𝜕𝜕𝑥𝑥2 ⋯ ⋯ 𝜕𝜕𝑓𝑓1(𝑥𝑥) 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑛𝑛 𝜕𝜕𝑓𝑓2(𝑥𝑥) 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑛𝑛 ⋮ ⋮ ⋱ ⋮ 𝜕𝜕𝑓𝑓𝑛𝑛(𝑥𝑥) 𝜕𝜕𝑥𝑥1 𝜕𝜕𝑓𝑓𝑛𝑛(𝑥𝑥) 𝜕𝜕𝑥𝑥2 ⋯ 𝜕𝜕𝑓𝑓𝑛𝑛(𝑥𝑥) 𝜕𝜕𝑥𝑥𝑛𝑛 ⎦ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎤ (3.4)

dinamakan matriks Jacobian dari f pada titik x.

3.4 Titik Kesetimbangan

Diberikan sistem autonomus sebagai berikut:

( )

( )

     = = y x g dt dy y x f dt dx , , (3.5)

Suatu titik (𝑥𝑥0, 𝑦𝑦0) merupakan suatu titik kritis (atau titik kesetimbangan) dari sistem (3.5) jika 𝑓𝑓(𝑥𝑥0, 𝑦𝑦0 ) = 0 dan 𝑔𝑔(𝑥𝑥0, 𝑦𝑦0 ) = 0. fungsi konstan 𝑥𝑥(𝑑𝑑) = 𝑥𝑥0, 𝑦𝑦(𝑑𝑑) = 𝑦𝑦0,merupakan penyelesaian dari (3.5) untuk semua t [9].

Definisi 3

Dalam bukunya [22], Perko mendefenisikan suatu sistem

( )

x f x= • (3.6) Dengan f :ERnRn fungsi kontinu pada E. Sistem (3.6) dikatakan linier jika f1, f2 , f3, ... fn

masing-masing linier dalam x1, x2,

x3, ... xn dan dikatakan nonlinear jika

f1, f2 , f3, ... fn masing-masing nonlinier dalam x1, x2, x3, ... xn. Definisi 4 Titik n x∈ℜ ∧

disebut titik ekuilibrium

Sistem (3.6) jika =0     ∧ x f . Definisi 5 Titik ekuilibrium x disebut titik ekuilibrium hiperbolik dari Sistem

(3.6) jika semua nilai eigen

    ∧ x Jf ,

mempunyai bagian real tak nol. Definisi 6

Diberikan matriks Jacobian

    ∧ x Jf , sistemx Jf xx      = ∧ • disebut linierisasi

Sistem (3.6) di sekitar titik

x .

Kestabilan suatu sistem linierisasi diperoleh berdasarkan nilai eigen

dari matriks Jacobian

    ∧ x Jf . Teorema 3.1 Diberikan x= Ax, dengan An×n 167

(7)

matriks bilangan real, mempunyai nilai eigen λi,i= ,....,1,2 k

(

kn

)

. a) Titik ekuilibrium

x dikatakan stabil asimtotik jika dan hanya jika Re

( )

λi <0,∀i=1,2,....,k.

b) Jika terdapat i

(

1,2,....,k

)

sehingga Re

( )

λi >0, maka titik ekuilibrium

x tidak stabil.

c) Jika (i) Re

( )

λi ≤0,∀i=1,2,....,k.

(ii) Nilai-nilai eigen λi

dengan Re

( )

λi =0

bersesuaian dengan vektor eigen bebas linier yang cacahnya sama dengan multiplisitasnya dari λi.

maka titik ekuilibrium

x stabil.

3.5 Bilangan Reproduksi Dasar

Parameter 𝑅𝑅0 (Bilangan Reproduksi Dasar) yaitu perkiraan jumlah kasus kedua yang dihasilkan oleh satu

infectious yang masuk ke populasi.

Jika 𝑅𝑅0< 1 maka 𝑑𝑑𝐼𝐼

𝑑𝑑𝑑𝑑< 0 untuk t→ ∞, maka setiap individu infected hanya dapat menyebarkan penyakit kepada rata-rata kurang dari satu penderita baru, sehingga penyakit akan menghilang dari populasi. Jika 𝑅𝑅0> 1 maka setiap individu infected dapat meneyebarkan penyakit kepada rata-rata lebih dari satu penderita baru, sehingga pada akhirnya akan terjadi epidemik [18].

4. ANALISIS MODEL DAN HASIL

Ide dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari peneiliti terdahulu yang telah konsern dengan kajian seputar virus H5N1. Asumsi-asumsi dalam penelitian ini sebagai berikut:

a) Populasi manusia dan burung terbuka

b) Setiap kelahiran pada populasi manusia masuk ke kompartemen

rentan.

c) Setiap kelahiran pada populasi burung masuk ke kompartemen rentan.

d) Tidak terjadi penularan virus H5N1 antar manusia.

e) Laju penurunan immunitas individu (manusia) yang sembuh = 0.

f) Masa inkubasi pada indvidu

(8)

yang terinfeksi atau mutasi virus H5N1 diabaikan.

Dengan tersebut dan melalui bagan ilustrasi penyebaran virus H5N1

dengan kontrol vaksinasi pada populasi manusia (Gambar 1), model matematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

     − − = − + = 1 1 1 1 1 1 1 1 1 mI bI I S dt dI I S bS c dt dS ω ω (4.1)                  − + = − − − + = − − − − = + − − − = − − = − − = R I I dt dR I I d I I S I I dt dI I I d I I I I S dt dI S I S I S S dt dS mI bI I S dt dI I S bS c dt dS µ σ γ σ µ β ε γ µ ε β β β β µ ρ ω ω 22 21 22 22 2 22 22 2 2 22 21 22 21 21 1 21 22 21 1 2 1 21 2 4 22 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 (4.2) Dengan domain . 0 , 0 , , , , , 1 1 1 2 21 22 2 6 22 21 2 1 1       ≤ ≤ + + + ≤ ≤ ≤ + ≤ ∈       = ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ + ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ µ ρ N R I I S b c N I S R R I I S I S T Teorema 4.1 Diberikan

(

)

m b b c r + = ω

0 bilangan reproduktif dasar dari Sistem (4.1).

i) Jika r0 ≤1 maka Sistem (4.1) hanya mempunyai satu titik ekuilibrium yaitu

      =       = ∧1, ∧1 ,0 0 b c I S P .

ii) Jika r0 >1, maka Sistem (4.1) mempunyai dua titik ekuilibrium

(9)

      =       = ∧1, ∧1 ,0 0 b c I S P dan       + + =       = ∧ ∧ ω ω b m b c m b I S P1 1, 1 , . Teorema 4.2 Misalkan 1 =0 ∧ I dan

(

µ β

)(

µ σ

)

ρβ + + − = 2 4 2 0 d

R bilangan reproduktif dasar

karena penyebaran mutasi virus H5N1 pada populasi manusia.

i) Jika R0 ≤1,maka Sistem (5.2) hanya mempunyai satu titik ekuilibrium yaitu E0

=       =       ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ 0 , 0 , 0 , , 0 , , , , , , 1 2 21 22 1 µ ρ b c R I I S I

S .Jika R0 >1, maka Sistem (5.2)

mempunyai dua titik ekuilibrium yaitu E0 =

      =       ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ 0 , 0 , 0 , , 0 , , , , , , 1 2 21 22 1 µ ρ b c R I I S I S dan E1 =       ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ R I I S I S1, 1, 2, 21, 22,

(

)

(

)

,

(

)

. , 0 , , 0 , 2 4 2 2 4 2 2 2               − − + +       − − + + + + = β β µ σ µ ρ µ σ β β µ σ µ ρ β σ µ d d d b c Bukti: Untuk 1 =0 ∧ I dan 21 =0 dt dI diperoleh 21=0 ∧ I . Jika 1 =0 ∧ I dan 22 =0 dt dI maka 0 22 = ∧ I atau 2 2 2 β σ µ+ + = ∧ d

S , demikian selanjutnya hingga titik ekulibrium

non-endemik E0 =       =       ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ 0 , 0 , 0 , , 0 , , , , , , 1 2 21 22 1 µ ρ b c R I I S I S . Karena

(

)

2 4 2 22 β β µ σ µ ρ − − + + = ∧ d I , 21=0 ∧ I , dan =0 dt dR , ditemukan

(

)

    − − + + = ∧ 2 4 2 β β µ σ µ ρ µ σ d R .■ Teorema 4.3 Diberikan 1 − >0 + = ∧ ω b m b c I ,

(

)

      + + + = − 4 1 1 2 2 0 β β µ σ µ ρβ I d R

adalah bilangan reproduktif dasar

(10)

penyebaran virus H5N1 dan mutasi virus H5N1 dari Sistem (4.2). Jika

1

0 > −

R , maka Sistem (4.2)

mempunyai tiga titik ekuilibrium yaitu E0, E1 dan E2. Titik E2 =

      ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ R I I S I S1, 1, 2, 21, 22, merupakan titik ekuilibrium ketiga dari Sistem

(4.2), dengan = ∧ 1 S + >0 ω m b ; 1 − >0 + = ∧ ω b m b c I ;

(

)

[

(

)

]

4 0 2 1 2 2 2 2 2 >       + + − + + − + + = ∧ l p k p k p k k p S ρε β µ ρβ µ ρβ µ ρ ;

(

)

[

(

)

]

0 4 2 1 2 2 2 2 21 >               + + − + + − + + = ∧ l p k p k p k k p l p I ρε β µ ρβ µ ρβ µ ρ ; dengan

(

2

)

1 0 = + > − p k R µ ρβ ;

(

)

[

(

)

]

4 0 2 1 2 2 2 2 2 22 >      + + − + + − = ∧ l p k p k p k k I ρβ µ ρβ µ β ρε β ;dan

(

)

[

(

)

]

(

)

[

(

)

]

0 4 2 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 >                         + + − + + − +               + + − + + − + + = ∧ l p k p k p k k l p k p k p k k p l p R ρε β µ ρβ µ ρβ β σ ρε β µ ρβ µ ρβ µ ρ γ µ . (4.3) Teorema 4.4 Diberikan

(

)

m b b cw r + = 0 , dan

titik-titik ekuilibrium dari Sistem (4.1)

yaitu P0 =       =       ∧ ∧ 0 , , 1 1 b c I S dan P1 =       + + =       ∧ ∧ ω ω b m b c m b I S1, 1 , .

i) Jika r0 <1, maka titik

ekuilibrium P0 stabil asimtotik

lokal.

ii) Jika r0 >1, maka titik ekuilibrium P0 tidak stabil (titik

saddle).

iii) Jika r0 >1, maka titik ekuilibrium P1 stabil asimtotik

lokal.

(11)

Bukti:

Persamaan karakteristik matriks

Jacobian titik P0, yaitu

( )

0 =0 − PJ I λ sedemikian sehingga

(

)

.

(

)

=0      + + + b c m b b λ ω λ . i) Untuk r0 <1, maka λ1 = b− <0 dan 2 = −

(

b+m

)

<0 b c ω λ , maka

titik P0 stabil asimotik lokal.

ii) Untuk r0 >1, makaλ1 = b− <0

dan 2 = −

(

b+m

)

>0

b c

ω

λ , maka

titik P0 tidak stabil (titik saddle).

Persamaan karakteristiknya matrik

Jacobian untuk titik P1 , yaitu

( )

1 =0 − PJ I λ , berlaku:

(

)

0 2 + + − = + + b m b c m b c λ ω ω λ

Dengan menentukan nilai λ yang memenuhi persamaan kuadrat di atas, ditarik kesimpulan bahwa titik titik P1 stabil lokal. ■

Teorema 4.5 Diberikan

(

µ β

)(

µ σ

)

ρβ + + − = 2 4 2 0 d

R dan titik ekuilibrium bebas penyakit dari

Sistem (4.2) yaitu E0 = 1, 1, 2, 21, 22, ,0, ,0,0,0.      =       ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ µ ρ b c R I I S I S Jika R0 <1,

maka titik ekuilibrium E0 stabil asimtotik lokal.

i) JikaR0 >1, maka titik ekuilibrium E0 tidak stabil (titik saddle).

Bukti:

Pembuktian Teorema 4.5 analog dengan pembuktian Teorema 4.4. ■

Teorema 4.6 Jika

(

)(

)

1 2 4 2 0 = µ β µ + +σ > ρβ d

R maka, titik ekuilibrium endemik E1 =

(

)

(

)

(

)

            − + +       − + + + + =       ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ ∧ 2 4 2 2 4 2 2 2 22 21 2 1 1, , , , , ,0, ,0, , β β µ σ µ ρ µ σ β β µ σ µ ρ β σ µ d d d b c R I I S I S

stabil asimtotik lokal. Bukti:

Nilai eigen dari matriks J

( )

E1 , ditentukan melalui persamaan karakteristiknya

(12)

( )

1 =0. − EJ I λ

(

)

(

)

(

) (

.

)(

.

)

. 2 2

(

2

)

0 3 3 =      + + + +               + − − − − − k k l m b b c b λ λ µ λ ρβ λ ρβ µ β ω λ β λ .

Dengan menggunakan Kriteria Routh-Hurwitz, Teorema 1 disimpulkan bahwa titik E1 stabil asimtotik lokal .

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Jika nilai parameter ω semakin kecil maka akan mengakibatkan nilai parameter m semakin kecil. Dengan

demikian nilai       + ω b m b c akan konvergen ke b c (jumlah maksimum dari populasi unggas). Dengan demikian peneliti memberikan saran kepada pihak pengambil kebijakan, perlu dan harus dikaji secara ilmu kesehatan tindakan preventif yang memenuhi kondisi (semakin kecil)

parameter ω dan m. Sebagai

tindakan preventif atas bahaya suatu virus mengacu pada bilangan

reproduktif dasar (R0). Dalam

penelitian ini, kasus wabah mutasi virus H5N1, jika selisih rasio rekrutmen total ditambah laju vaksinasi terhadap total laju dengan rasio laju kematian alami terhadap laju kontak individu rentan dengan individu yang sakit lebih dari satu, maka perlu dilakukan tindakan preventif pada populasi tersebut. Untuk kasus wabah virus utama dan mutasinya, jika rasio parameter yang terkait dengan bilangan reproduktif

dasar       − 0

R lebih besar dari satu, maka pada populasi unggas dan manusia harus dilakukan tindakan preventif.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Anton, H., Aljabar Linier

Elementer, Edisi kelima, Terjemahan Pantur Silaban dan

I Nyoman Susila, Penerbit Erlangga, Jakarta; 1994.

[2]. Alsagaff, H dan Mukty, H.,

(13)

Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Cetakan kedua,

University Press, Surabaya; 2002.

[3]. Arrowsmith, D.K., Place, 1992.

Dynamical System: Differential Equatio,Maps and Chaotic Behaviour, Chapman and Hall,

London; 1992.

[4]. Bonnard, B and Chyba, M,

Singular Trajectoris and their role in control theory, Springer,

Berlin; 2003.

[5]. Conte, S.D dan de Boor, C.,

Dasar- Dasar Analisis

Numerik, Edisi Ketiga, Penerbit

Erlangga, Jakarta; 1980.

[6]. Depkes RI, Glosarium Data

dan Informasi Kesehatan,

Depkes RI, Jakarta; 2006.

[7]. Depkes RI, Riset Kesehatan

Dasar, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan RI, Jakarta; 2013.

[8]. Derouich, M and Boutayeb, A., 2008. An Avian Mathematical

Model, Applied Mathematical Sciences, Vol 2, 2008, No. 36, 1749-1760.

[9]. Finizio, N dan Ladas, G.,

Persamaan Diferensial Biasa

Dengan Penerapan Modern,

Edisi ke-2, Penerbit Erlangga, Jakarta; 1998.

[10]. Iwami, S., Takeuchi , Y., Liu, X., 2009. Avian Flu Pandemic:

Can We Prevent it? Journal of Theoritical Biology 257,

181-190. Journal home

page:www.elsevier.com/locate/ yjtbi

[11]. Hutapea Tri Andri, Kusumo Fajar Adi. Penyebaran Virus

Avian Influenza dengan Model SI – SIIR, Majalah Berkala

MIPA UGM Volume 19 Januari 2009.

[12]. Jung , E., Takeuchi, Y., Jo.T.C., 2009. Optimal Control

Strategy for Prevention of Avian Influenza Pandemic. Journal of Theoritical Biology 260, 220-229. Journal home page:www.elsevier.com/locate/ yjtbi.

[13]. Jordan, D.W., and Smith, P.,

2002. Nonlinear Ordinary

Differential Equations, Oxford

University Press.

[14]. Kartono, M., Flu Burung

Adapted from www.Influenza

(14)

Report.com.By Kamps,B. S.,Hoffmann, C..

[15]. Kocak, H dan Hole,J.K,

Dynamic and Bifurcation,

Springer-Verlag, New-York; 1991.

[16]. Summary of status of

development and availability of A(H5N1) candidate vaccine viruses and potency testing

reagents from

http://www.who.int/influenza/v accines/virus/en/.

[17]. Luenberger, G.D., Introduction

to Dynamic Systems Theory, Models and Applications, John

Wilwy &Sons, New York; 1979.

[18]. Ma, Z and Jia, L., Dynamical

Modeling and Analysis of Epidemics, World Scientific

Publishing Co. Pte.Ltd, Singapore; 2009.

[19]. Noor, N., Pengantar

Epidemiologi Penyakit Menular, Rineka Cipta,

Jakarta; 2006.

[20]. Olsder, G.J., Mathematical

System Theory, Delftse

Uitgevers Maatschappij, Netherlands; 1994.

[21]. Pamuntjak, R.J. dan Santosa, W., Persamaan Diferensial Biasa, ITB, Bandung; 1990.

[22]. Perko, L., Differential

Equations and Dynamical Systems, Springer-Verlag,

New-yorK; 1991.

[23]. Soejoedono, R.D. dan

Handayani E., Flu Burung, Penebar swadaya, Jakarta; 2006.

[24]. Soejoedono, R.D. dan Handayani E., Flu Burung, Penebar swadaya, Jakarta; 2006.

[25]. Tallis, G., Septiawati, C., 2007.

Modul 2 Depkes R.I : Dasar-Dasar Flu Burung, Pandemi dan Fase-Fase Pandemi Influenza Menurut WHO.

[26]. Verhulst, F., Nonlinear

Differential Equation and Dyanimacal Systems,

Springer-Verlag, Berlin Heidelberg; 1990.

Gambar

Gambar 1: Ilustrasi kerangka model dengan kontrol vaksin pada  populasi manusia.Populasi Manusia   Populasi Unggas

Referensi

Dokumen terkait

Shortening a project schedule Viewing the Project Workspace Adding and Removing Portlets Customizing the Project Workspace Primavera P6 Rel 8.0 Fundamentals. materials and all

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu

mazhab Hanafi, perkawinan tanpa wali (menikahkan diri sendiri), atau meminta orang lain di luar wali nasab untuk menikahkan gadis atau janda, sekufu atau tidak adalah boleh3. Hanya

2,5 Oral candidiasis merupakan infeksi oportunistik* yang umum baik pada oral maupun perioral yang biasanya dihasilkan dari perkembangan endogenik jamur candida secara

Setelah dilakukan analisis diperoleh hasil terapi pijat refleksi kaki berpengaruh signifikan dalam meningkatkan ankle brachial index (ABI) pada pasien diabetes

Skripsi berjudul Perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina) Dengan Teknik Skarifikasi Pada Berbagai Konsentrasi Media Tanam Ampas Tahu Sebagai Bahan Ajar Pada Materi

Identifikasi perubahan dimaksudkan untuk dapat menggambarkan secara umum perubahan-perubahan yang terjadi pada unit hunian susun.Identifikasi perubahan didasarkan

DAFTAR ALAMAT SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI SE – KOTA BEKASI TAHUN 2019.. NO NAMA SEKOLAH