• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama Lengkap Ayah Ibu : Ryan Okta Wijaya A. Yani : Ir. Ahmad Yani : Rismawati Tempat, tanggal lahir : Takalar, 16 Oktober 1998 A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama Lengkap Ayah Ibu : Ryan Okta Wijaya A. Yani : Ir. Ahmad Yani : Rismawati Tempat, tanggal lahir : Takalar, 16 Oktober 1998 A"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap : Ryan Okta Wijaya A. Yani

Ayah : Ir. Ahmad Yani

Ibu : Rismawati

Tempat, tanggal lahir : Takalar, 16 Oktober 1998

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jipang Raya Perumahan Villa Mega Sari H/21 Nomor Telepon/HP : 085342672832

Email : ryanowjy@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

- SD Inpres Bontomanai Makassar (2004-2010) - SMP Kartika XX-I Makassar (2010-2013) - SMA Negeri 3 Makassar (2013-2016) - Universitas Hasanuddin (2016-2017)

(7)

ii KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa tercurahkan atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, karena beliaulah sebagai suritauladan yang membimbing manusia menuju surga. Alhamdulillah berkat hidayah dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat Premenstrual Syndrome (PMS) pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, ayah Ir. Ahmad Yani dan ibu Rismawati yang senantiasa sabar dan selalu memberikan motivasi serta tidak henti-hentinya memanjatkan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Serta saudara kandung penulis, Nurfadillah A. Yani dan Try Anugrah Ramadhan.

Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar Ayahanda dr. H. Machmud Gaznawi, Sp.PA(K) yang telah memberikan sarana dan prasarana sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.

2. Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dr. Nelly, M.Kes, Sp.PK. selaku

(8)

iii pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan koreksi selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. 3. dr. Andi Weri Sompa, M.Kes, Sp.S selaku pembimbing akademik saya

yang telah memberikan semangat dan motivasi selama proses perkuliahan dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Teman-teman bimbingan skripsi, Farah Syifa dan Muhammad Ikram yang senantiasa memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman sejawat angkatan 2017 Argentaffin yang selalu mendukung dan memberikan saran dan semangat.

Karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan senang dalam menerima kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga tetap dapat memberikan manfaat pada pembaca, masyarakat dan penulis lain. Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Makassar, Maret 2021

(9)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR SINGKATAN ...v

DAFTAR GAMBAR ...vi

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

ABSTRAK ...ix BAB I PENDAHULUAN ...1 A. Latar Belakang ...1 B. Rumusan Masalah ...4 C. Tujuan Penelitian ...4 D. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

A. Premenstrual Syndrome (PMS) ...7

1. Pengertian Menstruasi ...7

(10)

v

3. Etiologi Premenstrual Syndrome (PMS) ...8

4. Gejala Premenstrual Syndrome (PMS) ...11

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Premenstrual Syndrome (PMS) ...13

6. Jenis-jenis Premenstrual Syndrome (PMS) ...15

7. Pencegahan Premenstrual Syndrome (PMS) ...17

8. Pengukuran Premenstrual Syndrome (PMS) ...18

B. Indeks Massa Tubuh (IMT) ...19

1. Pengertian Indeks Massa Tubuh (IMT) ...19

2. Perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) ...19

C. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) ...20

D. Tinjauan Keislaman ...21

BAB III KERANGKA KONSEP...29

A. Kerangka Teori...29

B. Konsep Pemikiran ...30

C. Definisi Operasional...30

D. Hipotesis ...32

BAB IV METODE PENELITIAN ...33

A. Desain Penelitian ...33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...33

(11)

vi

D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...33

E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...35

F. Instrumen Penelitian...36

G. Jenis dan Sumber Data ...36

H. Alur Penelitian ...37

I. Metode Pengolahan dan Penyajian Data ...38

J. Analisis Data ...39

K. Etika Penelitian ...40

BAB V HASIL PENELITIAN...41

A. Gambaran Umum Populasi ...41

B. Karakteristik Sampel ...41

C. Perbedaan antara IMT dengan derajat PMS...43

D. Hubungan antara IMT dengan derajat PMS...44

BAB VI PEMBAHASAN ...46

A. Pembahasan ...46

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...50

A. Kesimpulan ...50

B. Saran ...51

DAFTAR PUSTAKA ...52 LAMPIRAN

(12)

vii DAFTAR SINGKATAN

FK : Fakultas Kedokteran IMT : Indeks Massa Tubuh PMS : Premenstrual Syndrome SD : Standar Deviasi

(13)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Kerangka Teori ...27 Gambar III.2 Konsep Pemikiran ...28 Gambar IV.1 Alur Penelitian ...36

(14)

ix DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Klasifikasi IMT menurut Depkes RI ...18

Tabel III.1 Definisi Operasional ...31

Tabel V.1 Karakterisitik Sampel Penelitian ...42

Tabel V.2 Perbedaan antara IMT dengan derajat PMS...43

(15)

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Hasil Olah Data SPSS

Lampiran 4 Dokumentasi Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan Lampiran 5 Data Mentah Kuisioner Penelitian

(16)

xi SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Maret, 2021 Ryan Okta Wijaya A. Yani/ 105421103217

Nelly

Analisis Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Derajat Premenstrual Syndrome (PMS) Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah

(x+ 55 halaman + lampiran)

ABSTRAK

Latar Belakang : Gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami pre-menstrual

syndrome (PMS) bervariasi, mulai dari gejala yang ringan hingga berat. Intensitas PMS

pada wanita dipengaruhi faktor hormonal, psikososial, dan fisiologis. Status gizi tersebut diukur berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Berdasarkan sebuah penelitian, setiap kenaikan 1 kg/m2 pada IMT dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan terhadap risiko PMS sebesar 3 persen (Ilmi, dkk 2018).

Metode Penelitian : Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik dengan

pendekatan cross sectional dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuisioner dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Variabel yang digunakan adalah IMT dan derajat PMS. Sampel penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Teknik sampling yang digunakan adalah Total sampling. Pengolahan dan analisis data menggunakan Microsoft Excel 2019 dan SPSS 23. Penyajian data dalam bentuk tabel, frekuensi, dan persentase disertai narasi.

Hasil : Hasil penelitian didapatkan 21 orang dengan IMT kurus, 86 orang dengan IMT

normal, 19 orang dengan IMT berat badan lebih, dan 29 orang dengan IMT obesitas. Derajat PMS didapatkan 111 orang dengan derajat PMS ringan dan 44 orang dengan derajat PMS sedang-berat. Uji Mann-Whitney didapatkan hasil yang bermakna (p value= 0,000). Uji spearman didapatkan hasil yang bermakna dengan korelasi yang cukup (p value= 0,000 dan r= 0,333).

Kesimpulan : Terdapat perbedaan dan hubungan yang bermakna antara IMT dengan

derajat PMS pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Dengan korelasi yang cukup antara IMT dengan derajat PMS.

(17)

xii THESIS MEDICAL SCHOOL MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR March, 2021 Ryan Okta Wijaya A. Yani / 105421103217

Nelly

Analysis of Body Mass Index (BMI) with the Degree of Premenstrual Syndrome (PMS) in Muhammadiyah University Students

(x + 55 pages + attachments)

ABSTRACT

Background : Symptoms that arise in someone who has pre-menstrual syndrome (PMS)

vary, ranging from mild to severe symptoms. The intensity of PMS in women is influenced by hormonal, psychosocial and physiological factors.Nutritional status is measured based on body mass index (BMI).. According to one study, every 1 kg / m2 increase in BMI was associated with a 3 percent significant increase in the risk of PMS (Ilmi et al. 2018).

Research methods : The research used is a type of analytical research with a cross

sectional approach using primary data obtained from a questionnaire with measurements of height and weight. The variables used were BMI and the degree of PMS. The sample of this research was the students of the Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Makassar. The sampling technique used was total sampling. Processing and data analysis using Microsoft Excel 2019 and SPSS 23. Presentation of data in the form of tables, frequencies, and percentages accompanied by narration.

Result: The results showed 21 people with a thin BMI, 86 people with normal BMI, 19

people with overweight BMI, and 29 people with obese BMI. The degree of PMS was found by 111 people with mild PMS and 44 people with moderate-severe PMS degrees. The Mann-Whitney test showed significant results (p value = 0,000). Spearman test obtained significant results with sufficient correlation (p value = 0.000 and r = 0.333).

Conclusion:There are significant differences and relationships between BMI and PMS

degrees in students of the Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Makassar. With sufficient correlation between BMI and the degree of PMS.

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Premenstrual Syndrome (PMS) adalah perpaduan gejala fisik, psikologis dan emosional yang terkait dengan siklus menstruasi, tanda-tanda PMS timbul 6-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang saat menstruasi dimulai.1 Gejala yang muncul pada seseorang yang mengalami PMS dapat bervariasi, mulai dari gejala yang ringan sampai berat. Gejala-gejala fisik dan psikologis yang tak jarang dilaporkan seperti rasa kembung, pembengkakan dan nyeri payudara, ketegangan emosional, depresi, gangguan mood.2 Intensitas PMS bervariasi pada beberapa wanita dilihat dari faktor hormonal, psikososial, dan fisiologis. The Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF) digunakan untuk mengukur derajat Premenstrual Syndrome (PMS).3

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2019 Prevalensi PMS yang dilaporkan pada mahasiswi bervariasi pada beberapa negara seperti, 33,82% di Cina, 37% di Etiopia, 39,9% di Taiwan, 39,4%-56,9% di Iran, 65% di Mesir, 72,1%–91,8% di Turki, 79% di Jepang, 80% di Pakistan, 89,5% di Korea Selatan, dan 80,2% -92,3% di Yordania.4

Hasil penelitian di Indonesia pada 260 orang wanita usia subur, ditemukan sebesar 95 persen mengalami setidaknya satu gejala PMS, dengan tingkat PMS sedang hingga berat sebesar 3,9 persen.4 Penelitian yang

(19)

2 dilakukan Sumarni Marwang dkk di kota Makassar didapatkan siswi yang mengalami PMS ringan (28%) dan mengalami PMS berat (72%).2

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa PMS disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen. Kadar estrogen dalam tubuh paling tinggi ditemukan pada IMT obesitas. Efek estrogen yang bersirkulasi lebih ditemukan pada wanita gemuk daripada wanita dengan berat badan normal.5 Wanita yang berat badannya berlebih, lemak yang tertimbun merupakan steroid yang akan menjadi bahan baku pembentukan hormon estrogen sehingga menimbulkan hormon estrogen berlebihan menyebakan terjadinya hiperestrogenisme. Teori menjelaskan adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal menurut siklus menstruasi merupakan penyebab Premenstrual Syndrome (PMS).6 Status gizi diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sumarni Marwang dkk tahun 2018 dalam kenaikan 1 kg/m2 pada IMT dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan terhadap risiko PMS sebanyak tiga persen.4

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wara Anung Anindita tentang hubungan IMT dengan Sindrom pramenstruasi pada usia remaja awal <18 tahun mendapatkan hasil Sebanyak 106 responden (76.8%) mengalami PMS derajat ringan dan 32 responden (23.2%) sisanya mengalami PMS derajat sedang hingga berat. Terdapat hubungan antara IMT dengan derajat PMS.7 Penelitian oleh Sandra Aulia Rahman pada usia wanita reproduktif 18-47 tahun mendapat hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh

(20)

3 (IMT) diatas normal terhadap kejadian premenstrual syndrome. Penelitian oleh Yuniati di Pondok Pesantren Mahirul Hikam Assalafi Payudan Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tentang hubungan antara status gizi dengan derajat PMS terdapat 1,1% IMT sangat rendah, 14,1% IMT rendah, 27,1% IMT normal, 36,5% overweight, dan 21,2% obesitas.8

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 di Indonesia, menyebutkan bahwa prevalensi status gizi dari IMT usia 20-24 tahun kurus sebanyak 15,8%, prevalensi BB lebih 8,4% dan 12,1% tergolong obesitas. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi obesitas lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki. Provinsi yang prevalensi obesitas tertinggi adalah DKI Jakarta yaitu 29,8% dan terendah yaitu Nusa Tenggara Timur yaitu 10,3%. Untuk Sulawesi Selatan pravelensi obesitas yaitu 19,1%.9

Penyebab utama dari obesitas adalah energi yang tidak seimbang antara kalori yang masuk dengan kalori yang dikeluarkan. Penumpukan kadar yang berlebihan ini dapat disebabkan oleh sejumlah fakto, salah satunya adalah mengkonsumsi makanan secara berlebihan.

Dalam surah al - A'raf [77]: 31 ada larangan untuk tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan.10

َِٰ َنِىٓ ء ا َم َ نُ ُوان ََِِٰ َم نُِْوندَِ َم نمنسَِ دٍ وواِل وانس ٍِش ر وُناِ ِشلَ َمَنِنُ ِاِ مِإ ََّ شِ لَِلَ

ِحِ ُ ُوانُوْد

فِ ننلَ

Yang artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

(21)

4 Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (Q.S. al - A'raf [77]: 31).10

Ayat diatas menjelaskan kata Al-Musrifin yang berasal dari kata asrafa - yusrifu yang artinya dengan melampaui batas atau berlebih-lebihan. Ayat diatas Allah S.A.W mengatur urusan makan dan minum. Larangan berlebihan itu mengandung beberapa arti, antara lain tidak berlebihan pada porsi makan dan minum itu sendiri. Sebab, makan dan minum menggunakan porsi berlebihan dan melampaui batas akan mendatangkan penyakit.10

Berdasarkan gagasan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti analisis Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat Premenstrual Syndrom (PMS) pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dirumuskan masalah “Apakah terdapat perbedaan dan hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat Premenstrual Syndrome (PMS) pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat Premenstrual Syndrome (PMS) pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah.

2. Tujuan khusus

(22)

5 b. Diketahui klasifikasi IMT mahasiswi Universitas Muhammadiyah. c. Didapatkan klasifikasi derajat PMS pada mahasiswi Universitas

Muhammadiyah.

d. Didapatkan perbedaan antara IMT dengan derajat PMS pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah.

e. Didapatkan hubungan antara IMT dengan derajat PMS pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah ke dalam praktik nyata.

2. Bagi Universitas

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan derajat PMS berdasarkan IMT.

b. Hasil penelitian ini akan memberikan informasi kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar tentang dampak perbedaan IMT pada mahasiswi dengan derajatPMS. 3. Bagi Masyarakat

a. Menambah pengetahuan kepada masyarakat bahwa tingkatan IMT dapat mempengaruhi derajat PMS pada wanita.

(23)

6 b. Penelitian ini memberikan manfaat langsung bagi subjek penelitian agar dapat memodifikasi perilaku dan gaya hidup untuk menurunkan berat badan dan mencegah PMS agar tidak terlalu berat.

(24)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Premenstrual Syndrome (PMS) 1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debrissel mukosa uterus disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium secara periodik dan siklik, yang dimulai kurang lebih 14 hari setelah ovulasi. Siklus haid terjadi sebagai dampak pertumbuhan dan pengelupasan lapisan endometrium uterus.11

Berbagai keluhan yang ada sebelum haid, yaitu diantaranya cemas, lelah, susah konsentrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut dan sakit di payudara.12

2. Premenstrual Syndrome (PMS)

Premenstrual Syndrome (PMS) adalah perpaduan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita..1 Gejala yang muncul pada seseorang yang mengalami PMS dapat bermacam-macam, mulai dari gejala yang ringan sampai berat. Gejala-gejala fisik dan psikologis yang sering dilaporkan yaitu rasa kembung, pembengkakan dan nyeri payudara, ketegangan emosional, depresi, gangguan mood.2 Intensitas PMS bervariasi pada antara wanita dilihat dari faktor hormonal, psikososial, dan fisiologis. Tanda-tanda yang dialami

(25)

8 dapat berbeda diantara masing-masing siklus. Gejala yang paling umum dari gejala sindrom pramenstruasi adalah iritabilitas dan perilaku emosional, depresi, agitasi, kelelahan, penurunan konsentrasi, pembengkakan (edema) dan rasa sakit dada dan perut.1

3. Etiologi Premenstrual Syndrome (PMS)

Berbagai teori bahwa sindroma premenstruasi disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah dampak dari perubahan hormon pada saat sebelum menstruasi. Selain faktor hormonal, peran faktor gaya hidup antara lain aktivitas fisik dan mikronutrien juga tidak bisa diabaikan, Olahraga teratur bisa membantu mengurangi sindroma premenstruasi. Penyebab sindroma premenstruasi berhubungan dengan beberapa faktor antara lain:

a. Faktor hormonal

Tingkat ketidakseimbangan estrogen dan hormone progesteron di mana estrogen sangat berlebihan, sementara progesteron berkurang.1 b. Faktor kimiawi

Kadar serotonin yang berubah-ubah selama siklus menstruasi, dimana perubahan serotonin sendiri dikaitkan dengan tanda-tanda depresi, kecemasan, kelelahan, agresif dan lain sebagainya. Serotonin yang rendah terjadi pada wanita dengan sindrom premenstruasi.1

(26)

9 Insiden sindrom premenstruasi dua kali lebih tinggi dalam kelahiran kembar satu telur (monozigotik) dibandingkan kelahiran kembar dua telur (dizigotik). 1

d. Faktor psikologis

Stress sangat penting dalam mempengaruhi sindrom premenstruasi. Gejala-gejala sindrom premenstruasi akan makin konkret dialami oleh wanita yang terus menerus mengalami tekanan psikologi. 1

e. Faktor aktivitas fisik

Kebiasaan beraktivitas yang kurang dapat memperberat sindrom premenstruasi. Aktivitas fisik direkomendasikan untuk mengurangi keparahan sindrom premenstruasi. Namun masih sedikit bukti yang mendukung jelas korelasi antara kegiatan fisik dengan sindrom premenstruasi. Aktivitas fisik secara teratur direkomendasikan untuk mengurangi lelah dan depresi terkait sindrom premenstruasi. Beberapa sumber mengungkapkan bahwa latihan aerobik merupakan cara lain yang efektif untuk mengurangi sindroma premenstruasi. Beberapa mekanisme biologis dapat menjelaskan hubungan aktivitas fisik dengan sindrom premenstruasi. Aktivitas fisik dapat meningkatkan endorphin, menurunkan estrogen dan hormon steroid lainnya, menaikkan transportasi oksigen pada otot, mengurangi kadar kartisol dan menaikan keadaan psikologis. Semua prosedur ini mendukung interaksi terbalik kegiatan fisik dengan sindrom pramenstruasi, dimana makin teratur

(27)

10 kegiatan fisik maka akan semakin berkurang keparahan sindrom premenstruasi. Secara psikologis kegiatan fisik dapat meningkatkan mood, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengatasi tantangan. 1 f. Kalsium

Penelitian telah menunjukkan bahwa kalsium mempengaruhi suasana hati yang berlangsung selama sindrom premenstruasi. Gejala seperti gelisah, hidrasi dan depresi dapat berkurang pada seseorang dengan sindrom premenstruasi yang mengkonsumsi kalsium tanpa efek samping.Tiga Asupan harian yang direkomendasikan buat kalsium adalah 1000 mg/'hari. Asupan kalsium yang tinggi dengan jumlah yang lebih besar dari 1.336 mg/hari dapat meminimalisir gejala-gejala gangguan mood, perilaku, nyeri dan retensi air selama siklus menstruasi. Sepuluh Sumber utama kalsium berasal dari susu dan output olahan lainnya seperti yogurt dan keju. Juga penting untuk menjaga asupan harian 400-800 IU vitamin D bersama dengan kalsium untuk mendapatkan efek maksimal. Warna hijau, seperti bayam. Sumber lainnya adalah kacang, biji-bijian, gandum, oatmeal, yogurt, kedelai, alpokat, dan pisang.1

g. Vitamin B

Vitamin B6 dapat membantu meredakan depresi dan kecemasan yang terkait dengan PMS. Penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara suplementasi vitamin B kompleks dan PMS yang ditandai dengan pengurangan dan penghapusan gangguan fisik dan

(28)

11 mental yang terkait dengan PMS. Dosis vitamin B6 yang dianjurkan adalah 50 sampai 100 mg per hari. Sumber utama vitamin B6 adalah biji-bijian, sayuran (wortel, bayam, kacang polong), telur dan daging.1 4. Gejala Premenstruasi syndrome (PMS)

Jumlah yang diketahui sekitar 200 gejala yang berhubungan dengan PMS tetapi yang paling umum adalah mudah tersinggung (lekas marah) dan disforia (perasaan sedih). Gejala muncul 6-10 hari sebelum haid berupa gejala fisik dan psikis yang mengganggu aktivitas sehari-hari dan menghilang setelah haid. Gejala PMS termasuk gejala fisik, emosional dan perilaku.13

Gejala-gejala yang mungkin ditemukan pada seseorang yang mengalami Premestrual Syndrome (PMS) adalah:

a. Perubahan fisik

(1) Sakit pada punggung (2) Kembung

(3) Payudara terasa penuh dan nyeri (4) Nafsu makan tidak stabil

(5) Sulit buang air besar (6) Pusing

(7) Pingsan (8) Nyeri kepala

(29)

12 (10) Hot flashes (Kulit wajah, leher, dada tampak merah dan teraba

hangat) (11) Sulit tidur (12) Lemas

(13) Mual dan muntah

(14) Kelelahan yang luar biasa

(15) Kelainan pada kulit (misalnya jerawat dan neurodermatitis) (16) Pembengkakan pada jaringan atau nyeri sendi

(17) Berat badan bertambah b. Perubahan suasana hati

(1) Mudah marah (2) Cemas berlebih (3) Depresi

(4) Mudah tersinggung (5) Gelisah

(6) Mudah sedih dan Mudah bahagia c. Perubahan mental

(1) Ruwet

(2) Susah untuk fokus (3) Pikun13

(30)

13 Premenstrual Syndrome (PMS) biasanya terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormon dan siklus menstruasi, beberapa faktor yang meningkatkan terjadinya Premenstrual Syndrome (PMS) : a. Riwayat Keluarga

Genetik merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam timbulnya PMS, peran genetik ini dapat dilihat dalam sejarah keluarga, keluarga yang disebut dalam penelitian ini termasuk keluarga kandung yaitu ibu dan saudara perempuan. Jika salah satu anggota keluarga ini pernah PMS di amsa lalu, dapat dikatakan bahwa seseorang beresiko lebih besar terkena penyakit PMS.14

b. Wanita yang pernah melahirkan

Faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya PMS yang pertama adalah pada wanita yang melahirkan. Bahkan jika wanita itu telah melahirkan beberapa anak, maka PMS bias menjadi lebih berat.14 c. Status perkawinan

Wanita yang berstatus menikah memiliki potensi untuk mengalami PMS lebih banyak dari pada wanita lajang. 14

d. Usia

Usia juga merupakan faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian PMS. Dalam kasus ini, wanita berusia antara 30 dan 45 tahun mengalami lebih banyak PMS dan PMS pada usia mereka yang lebih tua. 14

(31)

14 Faktor stres akan memperburuk gangguan PMS. Ini sangat mempengaruhi pikiran dan pemecahan masalah seseorang. Stres adalah reaksi tanggung jawab seseorang, baik secara fisik maupun psikologis karena perubahan. Kemarahan, kecemasan dan bentuk emosi lainnya adalah reaksi stres. Menyatakan ketegangan merupakan respon psikologis dan fisiologis seseorang untuk stress dalam bentuk takut, marah, cemas, frustasi atau aktivitas saraf otonom. 14

f. Pola makan

Kebiasaan meminum produk atau minuman tinggi gula dan garam, kopi, teh, cokelat, minuman bersoda, produk susu dan produk setengah jadi bisa membuat gejala PMS semakin parah. 14

g. Indeks massa tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan estrogen dan faktor dominan yang menyebabkan PMS adalah estrogen.14

h. Kekurangan zat-zat gizi

Beberapa nutrisi yang jika tidak mencukupi dalam tubuh akan meningkatkan resiko PMS. Nutrisi yang dipertimbangkan adalah vitamin B (Terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi dan asam linoleat.14

i. Kegiatan fisik

Faktor risiko berikutnya yang dapat mempengaruhi PMS adalah kurangnya latihan dan aktifitas fisik. Kurangnya kebiasaan olahraga

(32)

15 dapat meningkatkan Premenstrual syndrome(PMS), aktifitas fisik dapat meningkatkan endorphin, menurunkan hormon estrogen dan steroid lainnya, meningkatkan transportasi oksigen pada otot, mengurangi kadar kortisol, dan memperbaiki keadaan psikologis.14

6. Jenis-jenis Premenstrual Syndrome (PMS)

Jenis-jenis Premenstrual Syndrome (PMS) barmacam-macam, menurut gejala yang timbul. Tipe-tipe tersebut, yaitu:

a. Tipe A

PMS tipe (anxiety) ditandai dengan gejala seperti kecemasan, saraf tegang, perasaan tidak stabil. Beberapa wanita juga mengalami depresi ringan hingga sedang sebelum menstruasi. Gejala tersebut disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron, hormon estrogen terlalu tinggi di bandingkan dengan hormon progesteron.15

b. Tipe H

PMS Tipe H (hyperhydrasion) di tandai gejala kembung, nyeri pada payudara, pembengkakan tangan dan kaki, dan kenaikan berat badan sebelum menstruasi.. Edema akan terbentuk karena akumulasi air pada jaringan di luar sel karena sejumlah besar garam atau gula dalam makanan penderita15

c. Tipe C

PMS tipe C (craving) di tandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan manis-manis. Rasa ingin makan makanan

(33)

16 manis di sebabkan oleh pikiran yang stres, garam tinggi pada makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega-6), atau kekurangan magnesium.15

d. Tipe D

PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala depresi, ingin menangis, lemah, sulit tidur, kebingungan, dan kesulitan dalam mengucapkan kata-kata. PMS tipe D biasanya terjadi bersamaan dengan tipe A. Sindrom PMS tipe D disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, ketika kadar hormon progesteron dalam siklus menstruasi terlalu tinggi di bandingkan dengan hormone estrogen.15

7. Pencegahan Premenstrual Syndrome (PMS)

Pencegahan premensrual syndrome dapat dilakukan dengan cara : a. Modifikasi Gaya Hidup

Gaya hidup sehari-hari perlu disesuaikan untuk meminimalkan gejala akibat perubahan hormonal. Pola hidup sehat seperti mengurangi kafein, menambah waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan mengurangi stres juga berperan penting dalam mengatasi PMS.16

b. Pola Diet

Jenis produk yang direkomendasikan untuk penderita PMS bervariasi dari wanita ke wanita, karena wanita dengan PMS mungkin memiliki penyakit lainnya seperti hipoglikemia dan hipertensi, untuk menghasilkan pedoman nutrisi, perlu untuk memprioritaskan penelitian

(34)

17 khusus dan tindakan pencegahan. Nasi, kentang, roti dapat mencegah edema (bengkak), dan mengurangi kafein (kopi), teh, alkohol, dan minuman bersoda juga dapat mengurangi ketegangan, kecemasan dan insomnia (gangguan tidur).16

c. Olahraga

Membiasakan olahraga secara teratur dan aktivitas fisik. Dapat berupa joging, berlari, bersepeda atau berenang. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika malam hari untuk PMS dapat membantu mereka rileks dan tertidur. Berhenti merokok, tingkatkan pengendalian diri, kurangi stress, kurangi asupan garam, gula, dan lemak, tingkatkan asupan karbohidrat dan serat, olahraga keras, rileks dan meditasi, serta konsumsi vitamin B6, kalsium dan magnesium.17 8. Pengukuran Premenstrual Syndrome (PMS)

Premenstrual Syndrome (PMS) diukur memakai kriteria diagnosa SPAF (The Shortened Premenstruasi Assesment Form) yang terdiri dari 10 gejala PMS, masing-masing item diberi skor 1-6, mulai tidak terasa sampai yang ekstrem (sangat berat), sehingga total skor 60. 14

Berikut skor, setiap gejala PMS yang di rasakan. Skor menunjukkan tingkat keparahan yang dialami:

1 = tidak ada keluhan

2 = sangat ringan (gejala yang dialami hanya sedikit terasa)

(35)

18 4 = sedang (gejala terasa dan mempengaruhi aktivitas sehari - hari) 5 = berat (gejala terasa sekali dan terjadi penurunan fungsi, beberapa aktivitas sehari - hari tidak bisa dilakukan)

6 = berat sekali (gejala sangat terasa sekali, terjadi penurunan fungsi fisik dan psikis sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari)

Berikut gejala-gejala yang muncul beberapa hari (kurang lebih 5 sampai 7 hari) saat menjelang haid (datang bulan/menstruasi) :

1. Payudara terasa tegang/nyeri, membesar atau bengkak

2. Merasa tidak berdaya untuk mengatasi masalah yang ringan/biasa 3. Merasa tertekan/stres

4. Mudah tersinggung/marah 5. Merasa sedih/ddepresi 6. Nyeri otot/kaku sendi 7. Berat badan bertambah

8. Rasa sesak, tidak nyaman atau nyeri perut

9. Mengalami bengkak (edema) pada tangan atau kaki 10. Merasa kembung 14

B. Indeks Massa Tubuh (IMT)

(36)

19 Indeks Massa tubuh (IMT) atau indeks Quatelet bentuk pengukuran atau metode penyaringan yang digunakan untuk mengukur komposisi tubuh diukur menggunakan berat dan tinggi yang kemudian diukur dengan rumus IMT. IMT adalah nilai yang berasal dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang.18

2. Perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan memasukkan berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi dalam meter persegi. Berikut rumus untuk mencari indeks massa tubuh (IMT) yaitu sebagai berikut : Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat Badan (kg) : [Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)]. 15

Klasifikasi IMT yang dipakai pada penelitian ini yaitu seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel II.1. Klasifikasi IMT menurut Depkes RI.19

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) (kg/m2)

Kurus IMT < 18,5

Normal IMT ≥18,5 - < 24,9 Berat Badan Lebih IMT ≥ 25,0 - < 27

(37)

20 C. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian Premenstrual

Syndrome (PMS)

Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Premenstrual Syndrome (PMS) melalui kerja hormon insulin. Tingkat insulin pada tubuh berbanding lurus dengan jumlah lemak pada tubuh. Meningkatnya jumlah lemak dalam tubuh menyebabkan sensitivitas dan sekresi insulin berubah. Pada usia remaja yang kelebihan berat badan akan meningkat kadar glukosa darah secara langsung. Peningkatan ini akan menyebabkan gluconeogenesis, sehingga mempengaruhi kadar insulin yang terus meningkat (hiperinsulinemia).20

Sindrom pramenstruasi terjadi karena ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, perubahan efek dari steroid ovarian pada sistem saraf pusat dan perubahan dalam sintesis serotonin selama fase luteal yang mempengaruhi nafsu makan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar wanita yang mengalami gejala emosi pada sindrom pramenstruasi disebabkan oleh ketidak seimbangannya hormon estrogen dan progesteron yang berdampak pada neurotransmitter serotonin dan GABA yang mengatur nafsu makan serta perilaku makan.8

Hormon estrogen bukan hanya berasal dari ovarium tetapi berasal juga dari lemak subkutan. Pada wanita yang kelebihan berat badan, lemak tubuh dapat menyebabkan produksi estrogen yang berlebihan yang dapat menyebakankan hiperestrogenisme. Teori menunjukkan bahwa ada kelebihan

(38)

21 estrogen atau kekurangan progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi adalah penyebab Premenstrual Syndrome (PMS).7

D. Tinjauan Keislaman

Islam adalah agama yang ideal, yang berarti bahwa dalam Islam segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan diatur tanpa kecuali, terutama berhubungan dengan makanan, berdasarkan dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.10

Allah S.W.T berfirman dalam Surah Al-Ahzab [33]:21

مَُِّ ِْاِنىمْدُِِسِىَُِِ ُِ ولَِّل و ِِوْدِ ِنىمْدَم نَوُِِِٓيِاشُِوْ۟ٱِشِاِو۟ٱِ وَنْ نىمْ خ نَُِذ كوُناِمِٓيِسوٍِرىْ

Terjemah Arti: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Orang yang beriman harus meneladani Nabi SAW, bisa juga ayat ini kecaman kepada orang-orang munafik yang mengaku memeluk islam, tetapi tidak mencerminkan ajaran islam. Kecaman ini dikesankan oleh kata ح ق (laqad). Seakan akan ayat itu menyatakan: "Kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya ditengah kamu semua ada Nabi Muhammad yang mestinya kamu teladani”. 10

Berdasarkan uraian diatas, maka Nabi menjadi sekolah bagi oaring-orang yang ingin belajar manhaj dan hidup yang baik dengan setiap gerakan dan setiap kalimat yang diucapkan.

Dalil Allah S.W.T dalam surah Al-baqarah ayat 186:

(39)

22 Terjemahan arti: Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.

Ayat berikut ini turun tentang orang-orang yang mengharamkan sebagian jenis unta/sawaib yang dihalalkan, (Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dari apa-apa yang terdapat di muka bumi) halal menjadi 'hal' (lagi baik) sifat yang memperkuat, yang berarti enak atau lezat, (dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah) atau jalan-jalan (setan) dan rayuannya (sesungguhnya ia menjadi musuh yang nyata bagimu) artinya jelas dan terang permusuhannya itu.

Pola makan sehat menurut yang di ajarkan Rasulullah SAW:

1. Tidak Berlebih-lebihan

Tiga tingkat makanan; Pertama, hanya memenuhi kebutuhan, kedua, cukup (memadai), atau ketiga, berlebihan. Saran Rasulullah SAW tidak berlebihan, jika konsumsi melebihi batas, kita harus menyiapkan sepertiga perutnya untuk makanan, yang ketiga untuk air dan yang ketiga untuk darah, ini adalah cara terbaik untuk makan, Baik untuk tubuh atau hati, jika perut penuh dengan makanan, maka tidak ada cukup ruang untuk minuman, jika orang mengkonsumsi minuman untuk mengisi perut, kemudian pernafasan menjadi sulit untuk menyebabkan kemalasan dan kelelahan. Dia akan merasa berat seperti ada beban di perutnya Akibatnya, hati akan menjadi malas dan tubuh akan cenderung mencari kepuasan lain di luar makan dan minum. 10

(40)

23 Masalah kekuasaan tidak bisa diabaikan, apalagi dilupakan. Apabila masalah makan dan minum tidak segera diatasi dan menjadi prioritas dalam menjaga gaya hidup sehat, terlalu banyak risiko yang harus diambil. Masalah gizi seperti konsumsi harus mencerminkan kebutuhan-kebutuhan kesehatan yang sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan gizi. Ini sejalan dengan firman Allah dalam Surat Al-A’raf [77] : 31

َِٰ َ

نِىٓ ء ا َم َ نُ ُوان ََِِٰ َم نُِْوندَِ َم نمنسَِ دٍ وواِل وانس ٍِش ر وُناِ ِشلَ َمَنِنُ ِاِ مِإ ََّ شِ لَِلَ

ِحِ ُ ُوانُوْد فِ ننلَ

Terjemah Arti: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) meajid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Diatas memperingatkan ke manusia untuk tidak makan atau minum terlalu banyak. Kelebihan makanan dan konsumsi alkohol dapat menyebabkan penyakit tubuh, termasuk obesitas. Obesitas adalah salah satu faktor yang menyebabkan berbagai jenis penyakit berbahaya. Minuman ini dapat meyebabkan goponatremia dengan gejala: mual dan muntah, sakit kepala, keadaan membingungkan, kehilangan energi, kelelahan, kecemasan dan lekas marah, kelemahan otot dalam bentuk kejang-kejang dan koma..10

2. Cuci Tangan Sebelum dan Sesudah Makan

Nabi Muhammad S.A.W menganjurkan untuk mencuci tangan sebelum dan setelah makan ternyata sesuai dengan ilmu medis karena kebersihan tangan adalah syarat untuk memperoleh nikmatnya kesehatan, jika kebersihan pada tangan tidak terjaga atau sembarang memegang

(41)

24 sesuatu yang kotor, dampaknya sangat besar bagi ketahanan tubuh anda ketika terserang penyakit.10

Alasan untuk harus menjaga kebersihan tangan karena tangan berada di permukaan luar kulit dan membentuk pembatas antar lingkungan. Jika tidak mencuci tangan sebelum makan, kuman dan racun dapat dengan mudah berkembang. Selain itu, telapak tangan seseorang adalah bagian organ tubuh yang paling fleksibel. Karena banyak interaksi dengan dunia luar, seperti berjabat tangan, memegang atau menyentuh sesuatu. Dalam dunia medis, lebih dari 70% penyakit menular, seperti flu, sebagian besar disebabkan oleh infeksi pada telapak tangan.10

3. Tenang dan Tidak Terburu-buru

Etika makan yang sangat penting bagi setiap umat berdasarkan anjuran Rasulullah SAW adalah makan dengan tenang dan tidak terburu-buru. Ini tidak mencerminkan etika yang baik karena mencerminkan keserakahan. 10

Rasulullah SAW melihat umatnya diajari makan secara perlahan, karena memiliki pengaruh yang kuat terhadap aspek psikologis, yang dapat menimbulkan suasana rileks sehingga berdampak positif pada kelancaran saluran pencernaan. Suasana santai sambil menyantap manfaat luar biasa. Sambil menahan garis mulut makanan yang akan datang usahakan untuk tidak mengisi penuh sendok. Karena nabi mengajarkan untuk mengunyah makanan sampai halus, kerongkongan dapat dengan mudah menelannya dan perut tidak akan terganggu ketika harus mencerna makanan.10

(42)

25 Rasulullah SAW melarang seseorang makan dengan cara bersandar karena akan membahayakan kesehatan dan akan mengganggu pencernaan pada lambung, Cara posisi tegak lurus yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah menduduki kaki kiri sembari lutut yang kan an ditegakkan, sehingga posisi lambung tidak tertekandan kita bisa makan dengan nikmat. Dengan punggung tegak saat makan, energi akan lancar mengalir. Hal ini dijelaskan dalam hadis Nabi SAW sebagai berikut:

َِيِق نَ و نرِلَ ِٱِكوِِننَ يَِِْ ناو َُِ ُُِوقِلم حوْ وْ مِر وحِر دُِ وا ل يِشَِىٍِو دُوِِ نٓ و نَِْ يِشَِىٍِو

يَّس اى نل نانسل َِٰ ُِىمََِِ ِوِِمِر ن َّىمُِ نَ و نٌَِّ ( إبوْم آيَّس اى نل نانسل آلي ْم

17آ مَصفحٱ 3)

Artinya:(4979) Abu Nu'aim menceritakan kepada kami Mi'ar menceritakan kepada kami dari Ali bin Aqmar, aku mengdengar Abu Juhaifah berkata, Rasulullah saw. Bersabda “Saya tidak suka makan dengan bersandar” Ada enam bahaya kenyang yang mengakibatkan ketidakstabilan pada tubuh yaitu:

1. Tubuh yang berat karena kenyang akan melemahkan kekuatan dan tubuh yang dapat memperkuat tubuh adalah penyesuaian porsi konsumsi makanan dan bukan jumlah makanan dikonsusinya. 10

2. Keras hati ada riwayat dari Hudzaifah tentang Nabi SAW yang pernah bersabda," Orang yang sedikit makanannya, maka perutnya sakit dan hatinya keras".10

3. Hilangnya kecerdasan rusaknya kemampuan menalar dan lemahnya daya hafal. Ini seperti yang dikatakan oleh Ali bin Abi T halib," Kekenyangan akan menghilangkan kecerdasan".10

4. Tubuh menjadi lemah untu melakukan ibadah dan mencari ilmu. Poin ini seperti yang dikatakan oleh Luqman pada anaknnya,"Pada saat

(43)

26 lambung sudah terisi penuh maka pikiran akan tidur hingga tidak berfungsi, hikmah akan membisu, anggota tubuh juga duduk tidak dapat melakukan ibadah”. 10

5. Akan banyak tidur oleh sebagian orang bijak,"Orang yang banyak makannya maka akan banyak minumnya. Orang yang banyak minumnnya maka ia akan banyak tidurnya. Orang yang banyak tidurnya maka akan banyak dagingnya. Orang yang banyak dagingnya maka akan keras hatinya. Orang yang keras hatinya maka akan tenggelam dalam lumpur dosa”. 10

6. Memperkuat dorongan syahwat dan membantu bala tentara setan. Ini seperti yang dikatakan oleh al - Ghazali. Diriwayatkan dari Nabi SAW yang pernah bersabda," Banyak makan adalah racun".10

Tidak dapat dipungkiri bahwa yang terpenting bagi sesorang adalah kesehatan. Beberapa ulama menyatakan bahwa kesehatan adalah mahkota yang bertumpu pada kepala seseorang yang masih sehat dan hanya diketahui oleh orang sehat. Kesehatan hanya dapat dicapai dengan mengikuti etika dasar agama, mengikuti instruksinta dan menjauh dari larangannya. 12

Kesehatan sesorang sebagian besar ditentukan karena berhubungan dengan makanan. Oleh karena itu, Allah S.W.T memerintahkan untuk menjaga makanan dalam Surah Al-A’raf [77]: 31. Dalam ayat ini Allah S.W.T menunjukkan kepada kita cara makan dan minum dengan baik sampai kita bias hidup dengan kegiatan sehat dan kuat, Allah S.W.T juga

(44)

27 melarang kita makan dan minum berlebihan dan melebihi batas dalam dua hal ini, yang jelas terlihat di ayat sebelumnya. Padahal, makan berlebihan dan minum merupakan ancaman berbahaya bagi tubuh dan anggota tubuh yang melakukannya. Selain itu, makan terlalu banyak dapat menguningkan tubuh, melemahkannya, kentut parah, dan membatasi pernapasan. 10

(45)

28 BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Gambar III.1. Kerangka Teori Indeks Massa Tubuh Berlebih Akumulasi lemak ditubuh Hiperinsulinemia Kadar estrogen meningkat Ketidakseimbangan hormonal Gangguan menstruasi Premenstrual Syndrome (PMS) Meningkatkan pembentukan hormon estrogen Faktor resiko: 1. Riwayat keluarga 2. Wanita yang pernah melahirkan 3. Status perkawinan 4. Usia 5. Stres 6. Pola makan 7. Kekurangan mikronutrien 8. Kegiatan fisik

(46)

29 B. Konsep Pemikiran

Variabel independent (X) Variabel dependen(Y)

Variabel perancu (Z) Gambar III.2. Konsep Pemikiran Indeks Massa Tubuh

(IMT) DerajatPremenstual Syndrome (PMS) Stress Pola makan Kegiatan fisik Kekurangan mikronutrien

(47)

30 C. Definisi Operasional

1. Derajat Premenstrual Syndrome (PMS)

Gejala yang dirasakan mahasiswi dari ringan sampai berat yang terkait dengan menstruasi yang diingat selama 3 siklus menstruasi. Alat dan cara ukur menggunakan SPAF yang terdiri dari 10 item gejala PMS, masing - masing item diberi score 1 - 6, mulai tidak bergejala sampai yang ekstrim (sangat berat), sehingga total score 60. Dikatakan PMS jika mengalami paling sedikit 5 tanda PMS atau total score lebih atau sama dengan 10.

Kriteria objektif : <35 = gejala ringan

35 = gejala sedang-berat

Skala pengukuran : Ordinal 2. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian dimasukkan di rumus IMT dan di klasifikasikan berdasarkan Depkes RI. Alat dan cara ukur menggunakan Timbangan berat badan digital dalam (Kg) dan mikrotoise dalam (m) dengan cara ukur Berat Badan (kg) : [Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)]

Kriteria objektif : Kurus = IMT <18,5

Normal = IMT ≥18,5 - < 24,9 Berat badan lebih = IMT ≥25,0 - <27 Obesitas = IMT ≥ 27,0

(48)

31

(49)

32 D. Hipotesis

1. Hipotesis Null (H0)

Tidak terdapat perbedaan dan hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat Premenstrual Syndrome (PMS) pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah.

2. Hipotesis Alternatif (H1)

Terdapat perbedaan dan hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat Premenstrual Syndrome (PMS) pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah.

(50)

33 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional study di mana variabel-variabel yang termaksud efek di observasi sekaligus pada waktu yang sama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2020. C. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Universitas Muhammadiyah Makassar.

D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2017-2018.

(51)

34 2. Besar Sampel

Z= deviat baku alfa

Z=deviat baku beta

P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya

Q2 = 1 P2

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement

peneliti Q1 = 1P1

P1P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

P = proporsi total = (P1+P2)/2 Q = 1P Maka, n1=n2 = ( Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2 (P1P2) ) 2 n1=n2 =( 1,282√2 x 0,6 x 0,4 + 0,842 √0,7 x 0,3+0,5x 0,5 (0,7 0,5) ) 2 n1=n2 =( 1,282√0,48 + 0,842 √0,46 (0,2) ) 2 n1=n2 = ( 1,282 x 0,692 + 0,842 x 0,678 (0,2) ) 2 n1=n2 = ( 0,887 + 0,570 (0,2) ) 2

(52)

35 n1=n2 = ( 1,457 0,2 ) 2 n1=n2 =(7,285)2 n1=n2 = 53,07  54 sampel

3. Teknik Pengambilan Sampel

Cara pemilihan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik Total Sampling dimana seluruh mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar menjadi sampel pada penelitian ini. Data tersebut didapatkan dari pembagian kuesioner yang di berikan kepada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2017-2018 secara online.

E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswi yang berusia minimal 19 tahun b. Mahasiswi yang sudah menstruasi

c. Bersedia menjadi responden 2. Kriteria Eksklusi

a. Mahasiwi yang memiliki riwayat penyakit dahulu (seperti: endometriosis, dan kista ovarium)

b. Mahasiswi yang ada riwayat operasi saluran reproduksi c. Mahasiwi yang menggunakan obat kontrasepsi oral d. Mahasiswa dengan gangguan pikiran atau stres F. Instrumen Penelitian

(53)

36 Penelitian ini instrument yang digunakan adalah pengukuran tinggi badan serta pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital, skala pengukuran indeks massa tubuh (IMT) yaitu ordinal. Sedangkan PMS menggunakan kriteria diagnosa SPAF (The Shortened Premenstruasi Assesment Form) yang terdiri dari 10 item gejala premenstrual masing-masing item diberi score 1-6, mulai idak terasa sampai yang ekstrem (sangat berat) sehingga total score 60. Dikatakan PMS jika mengalami paling sedikit 5 tanda PMS atau total score lebih atau sama dengan 10, skala pengukuran untuk Premenstrual Syndrome (PMS) yaitu nominal.

G. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara:

a. Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan observasi langsung, jika masih dalam kondisi pandemic maka akan dilakukan oleh responden dirumah masing-masing dan mengisinya di kuisioner.

b. Derajat Premenstrual Syndrome (PMS) dengan mengisi SPAF (The Shortened Premenstruasi Assesment Form).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi dokumen, meliputi data profil mahasiswi dan data jumlah total mahasiswi angkatan 2017-2018 dari Tata usaha Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

(54)

37 Gambar IV.2. Alur Penelitian

I. Metode Pengolahan dan Penyajian Data 1. Pengolahan data

Data berat badan dan tinggi badan diperoleh dari responden setelah peneliti menghubungi dan membagikan kuisioner kepada responden dan

dilakukan pengisian kuisioner

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri via online

Peneliti mengecek kembali data berat badan dan tinggi badan responden beserta kuisioner yang telah diisi, apabila belum lengkap maka peneliti

akan meminta responden untuk melengkapinya

Pengolahan data

Analisis data

Penyajian data

Meminta permohonan izin untuk melaksanakan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar Nommensen.

(55)

38 Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program statistik di perangkat komputer melalui prosedur sebagai berikut:

a. Editing

Editing bertujuan untuk memeriksa jawaban untuk diselesaikan lagi. Editing dilakukan di lapangan, jadi jika kesalahan atau ketidaksempurnaan dari kesalahan pengisian dapat di eksekusi segera atau dapat di lengkapi. Editing dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data, penjelasan dan pemrosesan data yang dikumpulkan. b. Coding

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas terhadap data yang akan di analisa.

c. Entry (Pengimputan Data)

Fase ini terdiri dari input data yang dikumpulkan dalam program computer untuk proses analisi.

d. Cleaning (pembersihan Data)

Pada tahap ini proses pembersihan data dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghindari kesalahan sebelum menganalisis data. Proses pembersihan dimulai dengan menghapus data yang tidak lengkap.

(56)

39 Hasil pengolahan data disediakan dalam bentuk penjelasan, table, distribusi dan tafsir.

J. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Digunakan untuk melihat karakteristik subjek penelitian berdasarkan panjang siklus menstruasi, IMT, PMS, gejala fisik PMS dan gejala psikis PMS. Selanjutnya, analisa ini akan menampilkan distribusi frekuensi dalam bentuk table.

2. Analisis Bivariat

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak computer. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dan perbedaan antara variabel independen dan dependen. Uji hipotesa yang digunakan adalah uji korelasi Pearson dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Apabila data tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji alternatif yaitu uji Spearman. Uji perbedaan yang digunakan adalah Uji Man-Whitney.

Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik ini adalah:

1) Ho diterima, jika X2 hitung < X2 tabel (jika p value >0,05) tabel artinya tidak ada perbedaan dan hubungan antara variabel yang diteliti dengan IMT dengan derajat Premenstrual Syndrome (PMS).

2) Ha ditolak, jika X2 hitung ≥ X2 tabel (jika p value < 0,05) ada perbedaan dan hubungan antara variabel yang diteliti dengan IMT dengan derajat Premenstrual Syndrome (PMS).

(57)

40 1. Lembar persetujuan diberikan untuk subjek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, jika responden bersedia untuk operasional, formulir persetujuan harus ditandatangani. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Subjek tidak dikenakan biaya apapun.

3. Kerahasiaan informasi dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan dan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

(58)

41 BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Populasi

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar memiliki dua prodi yaitu, prodi pendidikan dokter dan prodi pendidikan profesi dokter. Saat ini pada prodi pendidikan dokter memiliki mahasiswa dari angkatan aktif tahun 2017, 2018, 2019, dan 2020. Total mahasiswa aktif pada prodi pendidikan dokter adalah 459 orang. Pada penelitian ini yang dimasukkan menjadi sampel adalah mahasiswi FK Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2017-2018.

B. Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada populasi menggunakan kuesioner mengenai analisis indeks massa tubuh (IMT) dengan derajat pre-menstrual syndrome (PMS). Responden sejumlah 155 orang yang diambil pada bulan November-Desember 2020, kemudian diolah dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2019 dan Statistical Package for the Social Sciences 23 (SPSS 23).

Analisis berikut ini menjelaskan mengenai karakteristik responden berdasarkan usia, IMT, dan derajat PMS. Adapun hasil analisis data tersebut sebagai berikut:

(59)

42 Tabel V.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Parameter Frekuensi Mean±SD Median Range p value

n % Usia 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 24 tahun 5 62 52 30 4 2 3,2% 40% 33,5% 19,4% 2,6% 1,3% 20,82±0,957 21 19-24 - IMT Kurus Normal Berat lebih Obesitas 21 86 19 29 13,5% 55,5% 12,3% 18,7% 22,95±4,282 22,03 15,58-35,42 0,000* Derajat PMS Ringan Sedang-Berat 111 44 71,6% 28,4% 26,1±14 20 10-55 0,000*

Uji Frekuensi Data. *Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.

Berdasarkan data yang didapatkan dari responden yang dapat dilihat pada tabel V.1 menunjukkan terdapat responden yang berusia 19 tahun sebanyak 5 orang (3,2%), usia 20 tahun sebanyak 62 orang (40%), usia 21 tahun sebanyak 52 orang (33,5%), usia 22 tahun sebanyak 30 orang (19,4%), usia 23 tahun sebanyak 4 orang (2,6%), dan usia 24 tahun sebanyak 2 orang (1,3%). Hasil ini menunjukkan usia responden didominasi yang berusia 20 tahun sebanyak 62 orang.

Data karakteristik kategori IMT kurus sebanyak 21 orang, IMT normal sebanyak 86 orang, IMT berat badan lebih sebanyak 19 orang, dan IMT obesitas sebanyak 29 orang. P value dari uji normalitas adalah 0,000. Kondisi ini menunjukkan kategori IMT responden didominasi oleh

(60)

43 kategori IMT normal sebanyak 86 orang dengan data tidak terdistribusi normal (p value> 0,05).

Data karakteristik derajat PMS responden yang dapat dilihat bahwa terdapat responden dengan derajat PMS ringan sebanyak 111 orang dan responden dengan derajat PMS sedang-berat sebanyak 44 orang. P value dari uji normalitas adalah 0,000. Kondisi ini menunjukkan derajat PMS didominasi oleh responden dengan derajat PMS ringan sebanyak 111 orang dengan data tidak terdistribusi normal (p value> 0,05).

C. Perbedaan IMT dengan kelompok derajat Premenstrual Syndrome (PMS)

Tabel V.2 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kelompok derajat Premenstrual syndrome (PMS)

IMT

PMS Ringan PMS Sedang-Berat p value

Mean±SD Median Mean±SD Median

22,18±3,962 21,5 24,88±4,494 26,13 0,000* *Uji Mann-Whitney.

Berdasarkan tabel V.2 hasil uji Mann-Whitney, antara indeks massa tubuh (IMT) responden dengan derajat PMS bahwa nilai p value adalah 0,000 <0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara IMT dengan derajat PMS.

(61)

44 D. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat Premenstrual

Syndrome (PMS)

Tabel V.3 Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan derajat Premenstrual syndrome (PMS) IMT Derajat PMS Mean ±SD Median Range p value r Ringan Sedang-Berat n % n % 111 71,6% 44 28,4% 22,95±15,5 8-35,42 22,04 4,282 0,000* 0,333 *Uji Spearman.

Berdasarkan tabel V.3 hasil uji spearman, antara indeks massa tubuh (IMT) responden dengan derajat PMS diketahui nilai r hitung sebesar 0,333 dengan signifikansi 0,01 untuk uji dua arah. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai p value adalah 0,000 <0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara IMT dengan derajat PMS. Dengan besarnya korelasi adalah 0,333 yang artinya memiliki korelasi yang cukup.

(62)

45 BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan November-Desember 2020 terhadap mahasiswi angkatan 2017-2018 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Respon berjumlah 155 orang. Seluruh responden memenuhi kelengkapan data dan mengikuti penelitian sampai selesai. Pada periode waktu penelitian tersebut semua responden telah menjawab pertanyaan pada kuesioner yang telah diberikan.

Hubungan antara indeks massa tubuh dengan pre-menstrual syndrome melalui kerja hormon insulin. Tingkat insulin dalam tubuh berbanding lurus dengan presentasi lemak dalam tubuh. Presentasi lemak yang lebih besar dalam tubuh menghasilkan perubahan sensitivitas dan sekresi insulin. Pada remaja yang kelebihan berat badan, kadar gula darah akan meningkat secara langsung. Peningkatan ini akan mengakibatkan gluconeogenesis, sehingga mempengaruhi kadar insulin yang terus meningkat (hiperinsulinemia).20

Sindrom pramenstruasi terjadi karena ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, perubahan efek-efek steroid ovarium pada sistem saraf pusat dan perubahan drastis sintesis serotonin selama fase luteal yang mempengaruhi nafsu makan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wanita yang mengalami gejala emosional pada sindrom pramenstruasi disebabkan oleh

(63)

46 ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron yang memiliki dampak pada neurotransmitter serotonin dan GABA yang mengatur nafsu makan serta perilaku makan.8

Pada tabel V.1 menunjukkan terdapat responden yang berusia 19 tahun sebanyak 5 orang (3,2%), usia 20 tahun sebanyak 62 orang (40%), usia 21 tahun sebanyak 52 orang (33,5%), usia 22 tahun sebanyak 30 orang (19,4%), usia 23 tahun sebanyak 4 orang (2,6%), dan usia 24 tahun sebanyak 2 orang (1,3%). Data karakteristik kategori IMT kurus sebanyak 21 orang, IMT normal sebanyak 86 orang, IMT berat badan lebih sebanyak 19 orang, dan IMT obesitas sebanyak 29 orang. P value dari uji normalitas adalah 0,000. Data karakteristik derajat PMS responden yang dapat dilihat bahwa terdapat responden dengan derajat PMS ringan sebanyak 111 orang dan responden dengan derajat PMS sedang-berat sebanyak 44 orang. P value dari uji normalitas adalah 0,000.

Hasil uji Mann-Whitney yang dapat dilihat pada tabel V.2, antara indeks massa tubuh (IMT) responden dengan derajat PMS bahwa nilai p value adalah 0,000 <0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara IMT dengan derajat PMS.

Data hasil uji spearman pada tabel 5.3 yang didapatkan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 <0,05. Maka dari hasil uji signifikan secara statistik tersebut, dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara indeks massa

(64)

47 tubuh dengan derajat PMS pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Dengan besarnya korelasi adalah 0,333 yang artinya memiliki korelasi yang cukup.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Eso, dkk (2016) yang meneliti tentang hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian PMS pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo Angkatan Tahun 2012-2013 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan derajat PMS (p value= 0,000).21

Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Anindita dan Tendean yang meneliti tentang hubungan antara indeks massa tubuh dengan derajat PMS pada siswa SMAN 17 Jakarta menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan derajat PMS (p value= 0,002). Dimana semakin bertambah berat badan seseorang maka kecenderungan untuk mengalami kejadian pre-menstrual syndrome akan bertambah, begitu pula sebaliknya jika berat badan semakin berkurang atau tidak optimal maka kecenderungan untuk mengalami kejadian pre-menstrual syndrome juga akan berkurang.22

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2015) yang meneliti tentang hubungan IMT diatas normal terhadap Pre-menstrual Syndrome (PMS) pada wanita usia reproduktif di Kelurahan Loa Ipuh Kabupaten Kutai Kartanegara didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara IMT diatas normal terhadap pre-menstrual syndrome pada wanita

(65)

48 usia reproduktif dengan korelasi yang cukup (p value= 0,000 dan r= 0,448).23

Secara khusus pada orang obesitas, kolesterol cenderung meningkat karena gangguan asam lemak dan kolesterol. Sumber pembuatan hormon steroid adalah kolesterol yang berasal dari diet yang dibawa LDL dalam pembuluh darah. Maka, seiring dengan meningkatnya IMT yang menunjukkan proporsi lemak tubuh akan meningkat pula produksi hormon steroid estrogen.23 Pada saat menstruasi hormon esterogen meningkat dan hormon progesteron menurun, sehingga mengarah pada pembentukan prostaglandin. Hal tersebut terjadi jika keadaan nutrisi abnormal yang akan mempengaruhi hormon reproduksi sehingga rasa sakit akan terjadi pada wanita yang mengalami PMS. 24

(66)

49 BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan derajat pre-menstrual syndrome (PMS) pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Maka saya sebagai peneliti dapat menyimpulkan hal sebagai berikut:

1. Didapatkan bahwa responden dengan tinggi badan dan berat badan normal yang mendominasi hasil pengukuran IMT pada penelitian ini.

2. Diketahui bahwa kategori IMT normal yang mendominasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Diketahui bahwa kategori derajat PMS ringan yang mendominasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. 4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara IMT dengan derajat PMS pada

mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Dengan korelasi yang cukup antara IMT dengan derajat PMS.

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan derajat PMS pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Dengan korelasi yang cukup antara IMT dengan derajat PMS.

(67)

50 B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Menggunakan metode cohort study agar bisa mempelajari seberapa besar pengaruh dari paparan (indeks massa tubuh) terhadap derajat pre-menstrual syndrome.

2. Menambahkan variabel lain dalam penelitian selain IMT yang dapat mempengaruhi derajat PMS.

(68)

51 DAFTAR PUSTAKA

1. Ramadani, Mery. Premenstrual Syndrome (PMS). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013;7(1).

2. Marwang, Sumarni. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Pada Remaja Putri di SMAN 18 Makassar. Journal of Healthcare Technology and Medicine. 2020; 6(1):46-48.

3. M Utami, Elitha, Nita Sahara. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Sindroma Pramenstruasi Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Angkatan 2012. 2015;1(3):94-100. 4. Ilmi, Ayatun Fil, Diah Mulyawati Utari. Faktor Dominan Premenstrual

Syndrome Pada Mahasiswi (Studi Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Dan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Indonesia). MGMI. 2018;10(1):39-50.

5. Estiani, Kartika, Triska Susila Nindya.Hubungan Status Gizi Dan Asupan Magnesium Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) Pada Remaja Putri.Media Gizi Indonesia. 2018;13(1):20-26.

6. Laila, Annisa Fasichatul. “Hubungan Kelebihan Berat Badan Dengan Dysminorrhea Pada Siswi SMK Ibu Kartini Semarang”. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Pendidikan Dokter, Universitas Muhammadiyah, Semarang. 2016.

7. Anindita, Wara Anung, Reza Tandean. “Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Derajat Premenstrual Syndrome Pada Siswi SMA Negeri 17

Gambar

Gambar III.1 Kerangka Teori ..............................................................................27  Gambar III.2 Konsep Pemikiran .........................................................................28  Gambar IV.1 Alur Penelitian ...........
Tabel II.1. Klasifikasi IMT menurut Depkes RI. 19
Gambar III.1. Kerangka Teori Indeks Massa Tubuh Berlebih Akumulasi lemak ditubuh Hiperinsulinemia Kadar estrogen meningkat Ketidakseimbangan hormonal Gangguan menstruasi Premenstrual Syndrome (PMS)  Meningkatkan  pembentukan hormon estrogen  Faktor resiko:
Tabel V.2 Perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT)  dengan kelompok derajat  Premenstrual syndrome (PMS)
+2

Referensi

Dokumen terkait