• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V AREA CONTROL SERVICE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V AREA CONTROL SERVICE"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi 1 Desember 2016

V- 1

BAB V

AREA CONTROL SERVICE

5. 1 Unit Pelayanan & Wilayah Tanggung Jawab

5.1.1 Unit Pelayanan

5.1.1.1 Pelayanan Pemanduan Ruang Udara Jelajah di atas sebagian pulau Jawa, Sumatera, dan sebagian Kalimantan (Jakarta FIR) dilaksanakan oleh Divisi ACC Kantor Cabang Utama Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC) Perum LPPNPI.

5.1.1.2 Jakarta Area Control Center (selanjutnya disebut Jakarta ACC) memberikan pelayanan berupa Area Control Service, Flight Information Service dan Alerting Service di dalam wilayah Jakarta Upper Control Area (UTA).

5.1.1.3 Pelayanan Pemanduan Ruang Udara Jelajah sebagaimana disebutkan pada butir (5.1.1.1) diatas terdiri dari :

a. Jakarta ACC sektor Upper Semarang (USMG); b. Jakarta ACC sektor Upper Yogyakarta (UJOG); c. Jakarta ACC sektor Upper Pontianak (UPNK); d. Jakarta ACC sektor Upper Tanjungpandan (UTPN); e. Jakarta ACC sektor Upper Palembang (UPLB); f. Jakarta ACC sektor Upper Pangkalpinang (UPKP); g. Jakarta ACC sektor Upper Jakarta (UJKT);

h. Jakarta ACC sektor Upper Bandung (UBND); i. Jakarta ACC sektor Pekanbaru (UPKU);

(2)

Edisi 1 Desember 2016

V- 2

j. Jakarta ACC sektor Upper Medan (UMDN); k. Jakarta ACC sektor Upper Banda Aceh (UBAC); l. Jakarta ACC sektor Upper Indian Oceanic (IOS);

5.1.2 Wilayah Tanggung Jawab

5.1.2.1 Jakarta UTA memiliki batas-batas wilayah kewenangan dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Lateral Limit :

06 00 00N 092 00 00E 06 00 00N 097 30 00E 01 39 00N 102 10 00E thence along the arc of circle radius 100NM centered of 01 21 36E 103 48 25E to equator 104 46 00E to equator 105 10 00E 00 50 00S 106 00 00E equator 108 00 00E equator 109 00 00E 00 18 00N 109 00 00E thence along Kalimantan west coast to the national border within Malaysia until 01 07 18N 113 35 00E 03 00 00S 110 23 00E 08 20 00S 110 23 00E 12 00 00S 114 30 00E 12 00 00S 107 00 00E 02 00 00S 092 00 00E;

b. Vertical Limit untuk Controlled Airspace : 1) Upper Limit : FL460;

2) Lower Limit : FL245. 5.1.2.2 Peta terlampir

5. 2 Checklist, Position Log dan Laporan Harian 5.2.1 Checklist

(3)

Edisi 1 Desember 2016

V- 3

a. Periksa fasilitas radio (VHF) yang akan digunakan, Tx maupun Rx termasuk readibilitynya.

b. Periksa surveillance display;

c. Periksa posisi surveillance test-plot di tempat yang seharusnya; d. Periksa peralatan IADS yang ada di Voice Switching Control System

(VCCS);

e. Periksa fasilitasEJAATS dan JAATS; f. Periksa NOTAM dan weather forecast;

g. Periksa fasilitas-fasilitas lainnya yang dianggap perlu diketahui; h. Turut menganalisa kondisi traffic dan FPS;

i. Ikut mengawasi proses serah terima Controller saat pergantian posisi/shift yang juga diawasi oleh ACC Supervisor pedinas sebelumnya;

j. Mengawasi kelengkapan jumlah personil yang akan bertugas;

k. Melakukan serah terima dengan ACC Supervisor pedinas sebelumnya, diakhiri dengan saling membubuhkan tanda tangan (pada daily report form shift sebelumnya/yang akan digantikan) sebagai bentuk tanda acceptance pelimpahan tanggung jawab kerja secara menyeluruh antar kedua kelompok shift tersebut.

5.2.1.2 Controller Checklist Directive a. Menganalisa kondisi traffic; b. Menganalisa FPS;

c. Menyesuaikan Coordination Form dengan Active List dalam surveillance display;

(4)

Edisi 1 Desember 2016

V- 4

d. Berkoordinasi dengan Controller sebelumnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kondisi traffic dan atau peralatan;

e. Menggunakan headset (Controller) sebagaimana mestinya;

f. Melakukan Log in pada workstation yang menjadi tanggung jawabnya;

g. Pernyataan serah terima secara lisan: pernyataan accept control (Controller).

5.2.1.3 Ketentuan Penggunaan Controller Working Position (CWP) EJAATS a. Sebelum melakukan pemanduan lalu lintas udara, setiap

Controller/Officer atau Supervisor/PTO FIC wajib melakukan Log In pada CWP.

b. Status Control Area, sebagai berikut :

1) HGT : 000 – 995;

2) PRI : posisi ON;

3) RR : posisi OFF;

4) S/N : posisi ON;

5) QUICK (button) : OFF (tombol tidak terseleksi); 6) XLBL (button) : OFF (tombol tidak terseleksi); 7) ZOOMING LEVEL : Jika diperlukan;

8) SDPS (button) : posisi warna Hijau; 9) FDPS (button) : posisi warna Hijau; 10) FPL (button) : posisi warna Hijau; 11) S/N (button) : posisi warna Hijau;

(5)

Edisi 1 Desember 2016

V- 5

c. Konfigurasi SIL (Sector Inbound List) WINDOW, jika diperlukan d. Konfigurasi MAP WINDOW menampilkan data sekurang kurangnya

sebagai berikut : 1) Domestic Routes 2) International Routes 3) Domestic Waypoints 4) International Waypoints 5) Navaids

6) Reporting Point Symbols

7) Garis batas Sektor yang menjadi tanggung jawabnya

e. Tampilan dasar dari AIR SITUATION PICTURE di sarankan berwarna hitam

5.2.1.4 Petunjuk Pengumpulan Data

a. Semua posisi kerja di Jakarta ACC wajib menggunakan FPS yang bertujuan, antara lain untuk :

1) Mem-back up pemberian Surveillance Separation;

2) Membantu team investigasi apabila terjadi incident atau accident; 3) Penyediaan data untuk analisa, statistik dan alat bukti untuk

penagihan PJP.

b. Jakarta ACC berkewajiban membantu permintaan unit-unit terkait dalam hal penghimpunan data penerbangan lintas (overflying) guna

(6)

Edisi 1 Desember 2016

V- 6

kelancaran penagihan PJP oleh perusahaan, dalam situasi tertentu dan sepanjang kondisi memungkinkan.

c. Data penerbangan lintas sebagaimana dimaksud pada butir 5.2.1.4 b diatas antara lain dapat berupa:

1) Aircraft identification; 2) Aircraft registration; 3) Aircraft type;

4) Aircraft operator;

5) Route of flight atau perubahannya jika ada; dan 6) Any other necessary information.

d. Jakarta ACC berkewajiban menanyakan langsung kepada pesawat terbang yang diduga atau diketahui tidak memiliki Flight Approval/Security Clearance, sepanjang hal itu dapat dilakukan, serta melaporkannya kepada ACC Supervisor untuk secara hirarki diteruskan kepada yang berkepentingan.

5.2.1.5 Prosedur Transisi dari EJAATS ke JAATS

a. Sistem Surveillance yang ada di ATS Jakarta terdiri dari sistem ATC utama yang disebut ExcellentJakarta Automated Air Traffic Control System (EJAATS) dan sistim ATC back up yaitu Jakarta Automated Air Traffic Control System (JAATS).

b. Apabila EJAATS tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka pemanduan lalu lintas penerbangan dilanjutkan dengan menggunakan sistem back up yaitu JAATS, setelah ACC

(7)

Edisi 1 Desember 2016

V- 7

Supervisor berkoordinasi dengan ATS Regional/ Operational Coordinator.

c. Surveillance dikatakan tidak dapat berfungsi apabila EJAATS mengalami hal-hal sebagai berikut :

1) SDPS (SurveillanceData Processing System) tidak berfungsi: a) Apabila terjadi kerusakan pada SDPS, pelayanan lalu lintas

penerbangan harus dialihkan ke JAATS;

b) Beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemandu lalu lintas penerbangan adalah :

i. Aktifkan fungsi JAATS dengan menekan tombol Key board Video Mouse (KVM) ;

ii. Identifikasi dan plot target yang ada di JAATS sesuai dengan data pesawat yang ada di FPL / Coordination Form;

iii. Membuat FPS (Flight Progress Strip) secara manual.

2) FDPS (Flight Data Processing System) tidak berfungsi;

a) Apabila terjadi kerusakan pada SDPS, pelayanan lalu lintas penerbangan harus dialihkan ke JAATS;

b) Beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemandu lalu lintas penerbangan adalah :

i. Aktifkan fungsi JAATS dengan menekan tombol Key board Video Mouse (KVM) ;

(8)

Edisi 1 Desember 2016

V- 8

ii. Identifikasi dan plot target yang ada di JAATS sesuai dengan data pesawat yang ada di FPL / Coordination Form;

iii. Membuat FPS (Flight Progress Strip) secara manual.

5.2.2 Position Log

5.2.2.1 ACC Supervisor berkewajiban membuat position log untuk masing-masing sektor yang menjadi tanggung jawabnya sebelum shift dimulai disesuaikan dengan personil yang bertugas pada sektor yang menjadi tanggung jawabnya;

5.2.2.2 Controller berkewajiban menduduki posisi kerja sesuai dengan position log yang telah dibuat oleh ACC Supervisor dan melaporkan kepada ACC Supervisor apabila terjadi perubahan dari yang telah dibuat; 5.2.2.3 ACC Supervisor berkewajiban untuk membuat kesesuaian data yang

tertera pada position log dengan personil yang bertugas pada CWP tertentu dan dibubuhi tanda tangan atau paraf serta initial name.

5.2.3 Laporan Harian

5.2.3.1 ACC Supervisor berkewajiban membuat laporan seluruh kejadian yang terkait dengan sektor yang menjadi tanggung jawabnya pada form laporan harian secara lengkap dan rinci.

5.2.3.2 Supervisior ACC berkewajiban memberikan pengarahan dan pengawasan secara aktif kepada Controler yang menjadi tanggung jawabnya ;

(9)

Edisi 1 Desember 2016

V- 9

5. 3 Flight Progress Strip & Simbol 5.3.1 Flight Progress Strip (FPS)

5.3.1.1 Setiap laporan yang dikirim oleh penerbang harus dicatat secara lengkap pada FPS yang telah tersedia dengan tujuan:

a. Untuk mencapai tingkat akurasi yang tinggi dalam penyediaan data penerbagnan;

b. Pemberian pelayanan Procedural Separation; c. Demi kelancaran dan keteraturan dalam bekerja; d. Untuk pendataan dan penagihan;

e. Memudahkan investigasi bila terjadi hal-hal yang tidak normal. 5.3.1.2 Untuk memudahkan dalam proses identifikasi dalam melakukan

pemanduan, maka dibedakan warna dari FPS sebagai berikut:

a. Strip holder warna hijau digunakan untuk departing aircraft dari Bandara Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusuma, Budiarto dan Pondok Cabe serta untuk overflying Westbound traffic;

b. Strip holder warna kuning digunakan untuk arriving aircraft ke Bandara Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusuma, Budiarto dan Pondok Cabe serta untuk overflying eastbound traffic;

5.3.1.3 Petunjuk pengaturan posisi FPS sebagai berikut:

a. Bahwa pesawat terbang yang flight level-nya paling tinggi diletakkan pada posisi paling atas, kecuali disebutkan lain di dalam masing-masing sector binder;

b. Jika ada dua pesawat terbang atau lebih mempunyai flight level yang sama maka pesawat terbang yang lebih dulu tiba di suatu posisi diletakkan paling bawah, kecuali disebutkan lain di dalam masing-masing sector binder;

(10)

Edisi 1 Desember 2016

V- 10

c. Jika ada dua pesawat terbang atau lebih mempunyai rute yang tidak sama maka pesawat terbang yang lebih dulu akan meninggalkan wilayah suatu sektor diletakkan paling bawah sedangkan yang mempunyai estimasi berikutnya diletakkan di atasnya;

5.3.1.4 Tata cara penulisan FPS pada Jakarta ACC.

SIA406 0106 B744 A B F310 C D WSSS 1728 D SURGA 1806 E F G H E F G H TAVIP 1850 D WADD 1750 I 0619 Keterangan :

a. Mach number speed (Jakarta ACC); b. Registrasi pesawat;

c. Flight level pada saat contact pertama (passing flight level); d. Jam pertama pesawat contact (QSO) dan jam terakhir contact

(QSY);

e. Waypoint/position report;

f. Estimate Time suatu way point/position report;

g. Actual Time (berdasarkan laporan penerbang);

h. Informasi lain yang menyangkut penerbangan tersebut, seperti: 1) Deviasi yang dilakukan pesawat terbang.

(11)

Edisi 1 Desember 2016

V- 11

Contoh :

1810  350/1815.

Artinya pada jam 1810 pesawat terbang mulai naik ke FL 350 dan reaching pada jam 1815.

0130  310/0135.

Artinya pada jam 0130 pesawat terbang mulai turun ke FL 310 dan reaching pada jam 0135.

3) Keterangan telah diberikan traffic information atau weather information.

i. Time of transfer, ditandai dengan check mark bila transfer telah

dilakukan ke adjacent unit.

Contoh penulisan FPS di Jakarta ACC secara lengkap sebagai berikut :

5.3.2 Simbol

Tabel 5.1 Simbol ATC System Sektor ACC

Symbols Target Type Description

+ Primary track Cross

Surveillance track Diamond

SIA406 0106 B744 M.85 9VSDD F310/1808 290 1806 WSSS 1728 SURGA 1806 1807 1810350 /1815 MASRI 1830 10 LOT RAFIS 1840 TAVIP 1850 1848 WADD 1750 0619

(12)

Edisi 1 Desember 2016

V- 12

Δ Pure ADSB Triangle

O FPL track Circle

Combinned track

(Primary+SSR) Square

Double SSR/

Non unique SSR code Hourglass

X Plot Times

5. 4 Pelayanan Di Area Control Centre

5.4.1 Pelayanan di Area Control Centre

5.4.1.1 Jakarta ACC berkewajiban memberikan Area Control Service kepada seluruh pesawat yang terbang (keterangan pada butir 5.4.1.2 s/d 5.4.1.5) di wilayah Jakarta Upper Control Area (UTA). Pelayanan yang dimaksud adalah :

a. Area Surveillance Service diberikan kepada seluruh pesawat yang memiliki kemampuan Surveillance dan terbang di wilayah Jakarta UTA yang terpantau oleh fasilitas Surveillance;

b. Non Surveillance atau Procedural Service diberikan kepada seluruh pesawat yang terbang di wilayah Jakarta UTA dalam rangka membantu meningkatkan safety pemberian Area Surveillance Service.

5.4.1.2 Departing Aircraft

a. Yang dimaksud dengan departing aircraft adalah semua pesawat terbang yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusuma, Pondok Cabe, Budiarto dan Husein Sastranegara.

(13)

Edisi 1 Desember 2016

V- 13

b. Jakarta ACC wajib memberikan Initial level kepada pesawat terbang, jika Final Flight Level belum diperoleh dari adjacent ACC yang terkait dengan penerbangannya.

c. Jakarta ACC bertanggung jawab untuk tetap menjaga separasi antar pesawat terbang yang terkait sampai dilimpahkan kewenangan pemanduannya kepada adjacent ATS unit terkait.

d. Jakarta ACC wajib mentransfer data penerbangan sesuai dengan ketentuan yang tertuang didalam LOA sebelum pesawat terbang memasuki wilayah adjacent ATS unit terkait.

e. Jakarta ACC wajib mentransfer data penerbangan ke adjacent ATS unit terkait sesuai dengan LOA sesegera mungkin apabila flying time ke TCP kurang dari 30 (tiga puluh) menit.

f. Jakarta ACC wajib memberitahu dan berkoordinasi dengan adjacent ATS unit terkait jika terjadi perubahan data penerbangan. 5.4.1.3 Arriving Aircraft

a. Yang dimaksud dengan arriving aircraft adalah semua pesawat terbang yang datang dan akanmendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusuma, Pondok Cabe, Budiarto dan Husein Sastranegara.

b. Jakarta ACC hanya boleh memberikan descend instruction kepada pesawat terbang tersebut sampai ke lower limit sesuai dengan arah penerbangannya sebagai initial descend level jika vacant level belum diperoleh dari adjacent ATS unit terkait.

(14)

Edisi 1 Desember 2016

V- 14

c. Jakarta ACC bertanggung jawab untuk tetap menjaga separasi antar pesawat terbang terkait sampai dilimpahkan kewenangan pemanduannya kepada adjacent ATS unit terkait.

d. Jakarta ACC wajib memberitahu dan berkoordinasi dengan adjacent ATS unit terkait jika terjadi perubahan data penerbangan. 5.4.1.4 Over Flying Aircraft

a. Yang dimaksud dengan over-flying aircraft adalah:

1) Semua pesawat terbang yang melintasi wilayah Jakarta ACC, dimana pesawat terbang tersebut berangkat dan mendarat di bandara-bandara yang secara geografis terletak di luar wilayah Jakarta ACC;

2) Semua pesawat terbang yang berangkat dan mendarat dari dan ke bandara yang secara geografis terletak didalam wilayah Jakarta ACC kecuali Bandara Soekarno-Hatta, Halim Perdanakusuma, Pondok Cabe, Budiarto dan Husein Sastranegara.

b. Jakarta ACC wajib men-transfer data penerbangan sesuai ketentuan yang berlaku didalam LOA sebelum pesawat terbang memasuki wilayah adjacent ATS unit terkait.

c. Jakarta ACC wajib segera meneruskan amended cleareance yang diperoleh dari adjacent ATS unit kepada pesawat terbang terkait. d. Jakarta ACC bertanggung jawab untuk tetap menjaga separasi

antar pesawat terbang sampai dilimpahkan kewenangan pemanduannya kepada adjacent ATS unit terkait;

(15)

Edisi 1 Desember 2016

V- 15

e. Jakarta ACC wajib memberitahu dan berkoordinasi dengan adjacent ATS unit terkait jika terjadi perubahan data penerbangan. 5.4.1.5 Local Flight

a. Local flight adalah suatu penerbangan tidak berjadual dengan tujuan khusus yang berangkat dan akan mendarat di bandara-bandara yang sama dimana secara geografis terletak di dalam wilayah Jakarta ACC dan pergerakannya hanya di dalam wilayah Jakarta ACC.

b. Pesawat terbang yang akan melakukan local flight untuk keperluan photo flight/test flight wajib mengisi flight plan paling lambat 6 (enam) jam sebelum ETD dan harus dilengkapi dengan SSR transponder mode A dan C.

5.4.2 Separation Minima

5.4.2.1 Jenis-jenis separation minima yang diberlakukan di wilayah tanggung jawab Jakarta ATC Unit didasarkan atas separation minima yang tertuang lebih lengkap dan terinci dalam AC 170-02 Chapter 5 dan MOS 170-01;

5.4.2.2 Prioritas penggunaan separasi minima adalah sebagai berikut : a. Surveillance Separation;

Setelah prosedur identifikasi dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku, Jakarta ACC menerapkan ATS Surveillance Separation Minima 5 (lima) NM antar pesawat terbang;

b. Longitudinal Separation minima based on Distance Measuring Equipment (DME)

1) 20 NM/DME separation, dimana kedua pesawat terbang memiliki kecepatan yang sama dan 10 NM dimana pesawat

(16)

Edisi 1 Desember 2016

V- 16

terbang yang berada di depan lebih cepat 20 kt atau lebih, baik untuk crossing track maupun same track;

2) 10 NM/DME antar pesawat terbang on the same track yang sedang climb atau decent;

3) 10 NM/ DME antar pesawat yang reciprocal track dengan syarat kedua pesawat terbang harus sudah saling melewati satu dengan yang lain.

c. Lateral Separation

1) Dengan referensi ke suatu lokasi geografis atau lokasi geografis yang berbeda yang didasarkan kepada position reports secara positif dari pesawat terbang;

2) VOR lateral minimal 15 derajat dan distance salah satu pesawat terbang sekurang kurangnya 15NM, diverging track; 3) NDB lateral minimal 30 derajat dan distance salah satu

pesawat terbang sekurang kurangnya 15NM, diverging track; 4) DR atau Dead Reckoning atau way point lateral minimal 45

derajat dan distance salah satu pesawat terbang sekurang-kurangnya 15NM, diverging track;

5) RNAV lateral minimal 15 derajat dan buffer kedua rute sudah tidak overlapping lagi.

d. RNAV-10 Separation:50 NM jarak antar pesawat yang diterapkan pada rute RNAV-10.

e. Vertical Separation

(17)

Edisi 1 Desember 2016

V- 17

2) RVSM standard separation minima 1000 ft diterapkan antara

FL 310 sampai FL 410 (inclusive) dan antara FL 290 sampai FL 410 (inclusive) khusus RNP routes bagi pesawat terbang yang RVSM approved dapat dilihat pada flight plan (tertera huruf W pada item 10) atau sumber lain yang bisa dipertanggung jawabkan.

f. Longitudinal Separation minima menggunakan Mach Number Technique

1) 80 NM RNAV antar pesawat terbang dengan menggunakan Longitudinal separation minima Mach Number Technique Based on Distance using RNAV;

2) 10 menit antar pesawat terbang dengan menggunakan longitudinal separation minima Mach Number Technique Based on Time; atau

3) 9 menit atau lebih dengan metoda Mach Number Technique (MNT), dimana pesawat terbang yang berada di depan lebih cepat M 0,02; atau

4) 8 menit atau lebih dengan metoda Mach Number Technique (MNT), dimana pesawat terbang yang berada di depan lebih cepat M 0,03; atau

5) 7 menit atau lebih dengan metoda Mach Number Technique (MNT), dimana pesawat terbang yang berada di depan lebih cepat M 0,04; atau

6) 6 menit atau lebih dengan metoda Mach Number Technique (MNT), dimana pesawat terbang yang berada di depan lebih cepat M 0,05; atau

(18)

Edisi 1 Desember 2016

V- 18

7) 6 menit atau lebih dengan metoda Mach Number Technique (MNT), dimana pesawat terbang yang berada di depan lebih cepat M 0,05.

g. Longitudinal separation minima based on time

1) 10 menit jika di sepanjang rute tersebut terdapat beberapa alat bantu navigasi; atau

2) 5 menit berlaku untuk semua rute yang tidak memenuhi persyaratan di atas.

5.4.2.3 Separation minima on the same level antar sektor Upper Control yang berlaku adalah 10 NM Surveillance separtion antar pesawat dan no closingspeed, kecuali sektor yang berhubungan dengan Jakarta UIOS adalah procedural separation.

5.4.2.4 Separation minima yang berlaku pada butir 5.4.2.3 diatas hanya berlaku untuk pesawat yang salah satunya atau kedua-duanya menuju ke bandara yang berada pada wilayah accepting sektor di Jakarta UTA, sedangkan untuk pesawat yang kedua-duanya dengan tujuan keluar dari sektor di Jakarta UTA separasi yang berlaku disesuaikan dengan separasi yang tertuang dalam LOA yang berlaku.

5.4.3 Speed Control

Jika dipandang perlu Jakarta ACC boleh melaksanakan speed control, baik secara horizontal speed control (yang dinyatakan dalam kelipatan M0.01 atau kelipatan 6 knots berdasarkan IAS) maupun vertical speed control yang dilaksanakan dengan penambahan/pengurangan rate of climb/descend.

(19)

Edisi 1 Desember 2016

V- 19

5.4.4 High Altitude Holding/Orbit

5.4.4.1 High altitude holding hanya bisa dilakukan pada holding fix yang telah ditentukan sebelumnya dan mengikuti prosedur yang berlaku pada holding fix tersebut.

5.4.4.2 Apabila untuk keperluan ATS unit atau permintaan dari penerbang karena alasan tertentu, Controller boleh melakukan tindakan penundaan dengan menginstruksikan untuk melakukan High altitude holding. 5.4.4.3 Pemberian instruksi sebagaimana dimaksud pada butir 5.4.4.2 di atas

apabila atas kepentingan ATS unit, maka Controller wajib :

a. Memberitahu penerbang tentang alasan danlamanya orbit agar penerbang dapat mengambil keputusan;

b. Menentukan posisi orbit, harus berada di dalam wilayah Jakarta ACC dan berjarak minimal 20 (dua puluh) menit atau lebih dari batas wilayah atau TCP;

c. Berkoordinasi dengan ATS unit terkait jika posisi orbit kurang dari 20 (dua puluh) menit dari TCP;

d. Menentukan ketinggian dan arah orbit dengan tujuan agar tidak mengganggu traffic lain;

e. Menanyakan kecepatan dan radius orbit kepada penerbang;

f. Menjaga standard separation minima dengan traffic lain yang terbang di dekatnya;

g. Memberikan Expected Approach Time (EAT) kepada penerbang setelah berkoordinasi dengan Approach Control Office (APP) terkait.

(20)

Edisi 1 Desember 2016

V- 20

5.4.4.4 Untuk memberikan sequence pendaratan kepada pesawat yang akan menuju bandara Soekarno-Hatta, maka Jakarta ACC dapat meng-Holding pesawat udara atas instruksi dari Jakarta Lower Control dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Holding dilakukan pada holding point yang sesuai dengan ketentuan Standart Arrival (STAR) dan rute penerbangan yang dipergunakan oleh pesawat udara tersebut;

b. Holding pada holding point lain yang tidak sesuai dengan rute penerbangannya apabila dalam kondisi tertentu mengharuskan untuk dilakukan, setelah sebelumnya dilakukan koordinasi dengan penerbang dan Jakarta Lower Control;

c. Ketinggian minimum holding harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di STAR Jakarta;

d. Tidak boleh diimplementasikan separasi surveillance antar pesawat yang holding pada holding fix yang sama;

e. Sesegera mungkin menyampaikan EAT yang diberikan Jakarta Lower Control kepada penerbang.

5.4.5 Fuel Dumping

5.4.5.1 Dalam hal fuel dumping, Controller harus menentukan rute dan ketinggian yang diperuntukkan serta mendapat kesepakatan dari penerbang di kawasan mana kegiatan tersebut akandilakukan, serta mengarahkan pesawat terbang dimaksud ke kawasan yang dipandang aman dari conflicting traffic dan jauh dari gedung maupun pemukiman penduduk.

(21)

Edisi 1 Desember 2016

V- 21

5.4.5.2 Kawasan yang dimaksud pada butir 5.4.5.1 di atas adalah :

a. Ketinggian minimal 2000 ft di atas perairan atau minimal 6000 ft di atas daratan dan jauh dari gedung maupun pemukiman penduduk; b. Jarak minimal 15 menit penerbangan dihitung dari batas wilayah

Jakarta FIR.

5.4.5.3 Separation minima dengan pesawat terbang di sekitarnya adalah berjarak minimal 20 NM atau 5 (lima) menit di belakang fuel dump aircraft atau 1000 ft di atasnya dan atau 2000 ft di bawahnya. Kondisi seperti ini harus dipertahankan hingga 5 (lima) menit setelah kegiatan tersebut berakhir.

5.4.5.4 Memberitahu pesawat terbang lainnya dengan cara broadcast/blind transmission dengan tujuan agar mereka dapat mengindari kawasan dimaksud serta memberitahu kembali bilamana kegiatan sudah berakhir.

5.4.6 ACC Surveillance

5.4.6.1 ACC Surveillance diberikan kepada seluruh pesawat yang berada di Jakarta UTA dalam jangkauan fasilitas Surveillance kecuali Jakarta UTA Upper Indian Oceanic Sector (UIOS).

5.4.6.2 Fasilitas Surveillance yang digunakan dalam pemberian ATS Surveillance Service di Jakarta ACC adalah :

a. Radar digunakan untuk seluruh wilayah Jakarta UTA;

b. Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B) digunakan di FL290 s/d FL460.

(22)

Edisi 1 Desember 2016

V- 22

5.4.6.3 Penerapan ATS Surveillance Separation dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Target Radar dengan target Radar diterapkan Surveillance Separation;

b. Target ADS-B dengan target ADS-B diterapkan Surveillance Separation;

c. Target Radar dengan target ADS-B diterapkan Surveillance Separation.

5.4.6.4 Sebelum diberikan ATS Surveillance service kepada pesawat terbang,

identification harus dilaksanakan dan diinformasikan kepada

penerbang. Identification harus dipertahankan sampai termination of the ATS Surveillance service;

5.4.6.5 Jika prosedur identifikasi gagal dilakukan karena berbagai macam sebab, Jakarta ACC tidak boleh menerapkan ATS Surveillance separation di dalam wilayah kewenangannya;

5.4.6.6 Dalam hal terjadi kegagalan identifikasi sebagaimana disebutkan pada butir 5.4.6.5 di atas, maka Jakarta ACC menerapkan pelayanan non ATS Surveillance separation/procedural separation di wilayah kewenangan dan tanggung jawabnya.

5.4.7 Pelayanan Procedural

5.4.7.1 Pelayanan Procedural diberikan dengan tujuan untuk memberikan Proceduralseparasi antar pesawat yang akan memasuki atau berada di wilayah Jakarta UTAdiluar jangkauan fasilitas surveillance atau apabila fasilitas surveillance terjadi kerusakan.

(23)

Edisi 1 Desember 2016

V- 23

5.4.7.2 Procedural Controller wajib menggunakan alatbantu utama dalam pemberian pelayanan procedural yaitu FPS.

5. 5 Duty Familiarization

5.5.1 Radar Controller/Senior ATC yang baru ataupun mutasi dari luar JATSC yang akan mengambil rating SArR bagi Radar Controller dan rating ACC bagi Senior ATC, wajib melaksanakan proses untuk penerbitan rating yang tertuang di point 3.9.2.

5.5.2 Tahap berikutnya wajib menjalani ATC proficiency check dengan ATC checker sesuai dengan ketentuan yang tertuang di point 3.9.3.

5. 6 ACC Phraseologies 5.6.1 Departing aircraft

5.6.1.1 ACID (aircraft identification) 5.6.1.2 Radar Identification of Aircraft

5.6.1.3 Verification of the accuracy of mode-C/level information displayed 5.6.1.4 Other instruction and information

Example:

Pesawat terbang callsign GIA320 di Hand-off oleh APP dengan passing level 250 dengan intended FL330 tujuan ke Surabaya, maka phraseology pada first contact-nya adalah:

Controller: “Indonesia three two zero identified passing flight level two five zero, continue climb to flight level three threezero direct to Charlie Alfa”.

(24)

Edisi 1 Desember 2016

V- 24

5.6.2 Arriving aircraft

5.6.2.1 ACID (aircraft identification) 5.6.2.2 Radar Identification Procedure

The Methode of SSR identification procedures are: a. Identification a radar label

b. Discrete code c. Mode S

d. Transfer of radar identification e. Set specific code

f. Squawk ident

5.6.2.3 Clearance for arriving aircraft

5.6.2.4 Other instruction and information.(Jika ada) Example:

Pesawat terbang callsign GIA321telah ditransfer oleh Ujungpandang ACC posisi madin dengan squawk number 6331 FL320, maka phraseology pada first contact-nya adalah:

Controller : “Indonesia three two one, identified on squawk six three three one. Clear to ESALA via Indramayu two arrival expect runway two five, maintain flight level three two zero report ready for descend.”

5.6.3 Overflying aircraft

5.6.3.1 ACID (aircraft identification) 5.6.3.2 Radar Identification of aircraft

(25)

Edisi 1 Desember 2016

V- 25 5.6.3.3 ATC clearance

5.6.3.4 Other instruction/information Example:

P: “Qantas one zero position overANITO flight level three five zerosquawk zero one zero two”

C: “Qantas one zero identified on squawk zero one zero two, clear to SAPDA via flight plan route, maintain flight level three five zero”

5.6.4 Termination of radar service

5.6.4.1 Phraseology “Radar service terminated” digunakan untuk pesawat terbang yang akan meninggalkan wilayah yang diberikan radar service ke non radar service.

Example:

“Indonesia two three four position abeam PIALA, radar service terminated contact Semarang Approach on one two zero decimal three”.

5.6.4.2 Phraseology “Radar control terminated” digunakan apabila fasilitas radar Jakarta ACC unserviceable atau sebab-sebab lain yang membuat Jakarta ACC tidak dapat memberikan pelayanan radar.

Example:

“Indonesia two three four Radar control terminated due to radar Jakarta unserviceable”.

(26)

Edisi 1 Desember 2016

V- 26

5.6.4.3 Phraseology “Identification lost” digunakan apabila pesawat terbang yang sudah diberikan radar service tiba-tiba hilang dari pantauan radar Jakarta.

Example:

“Indonesia two three four identification lost”.

5. 7 Upper Pontianak (UPNK) sector

5.7.1 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points International Routes

Tabel 5.1 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points International Routes

Routes Way points Remarks Separation M774 RNAV 10 ⇦⇨ KADAR TCP 10 Menit 80 NM 50 NM YUANA WIDIA LAWIB TRIBO TANUR TCP M635 RNAV 10 ⇦⇨ SURGA TCP 10 Menit 80 NM 50 NM RUSMA SAMSU MASRI TCP P648 RNAV 10 ⇦⇨ RAFIS 10 Menit 80 NM 50 NM TRIBO OSUKA

(27)

Edisi 1 Desember 2016

V- 27

Routes Way points Remarks Separation EBONY OMEGA OKADA TCP G464 ⇦⇨ SUGIK TCP 15 Menit OSUKA PNK VOR ARUPA TCP L504 RNAV 10 ⇦⇨ BAVUS TCP 10 Menit 80 NM 50 NM PNK VOR OMEGA ROTAN TCP L644 RNAV 10 ⇦⇨ KIKOR TCP 10 Menit 80 NM 50 NM TPN VOR M772 RNAV 10 OSUKA 10 Menit 80 NM 50 NM ANIPU TCP R455 PNK VOR 15 Menit PAPSA TCP Domestic Routes

Tabel 5.2 Domestic Routes

Routes Way points Remarks Separation

(28)

Edisi 1 Desember 2016 V- 28 WIDIA TCP PNK W23 ⇦⇨ RUSMA 10 Minutes YUANA PNK VOR W35 ⇦⇨ PNK VOR 10 Minutes EBONY NOMAD TCP W38 PNK VOR 10 Minutes MASRI 5.7.2 Panduan Kerja

a. Duty controller harus mengaktifkan menu sector toolbars minimal untuk sectorUpper Pangkal Pinang

b. Memandu lalu lintas penerbangan di wilayah tanggung jawabnya;

c. Memberikan sequencing terhadap pesawat yang datang dari P648 (OKADA), L644 (KIKOR), W38 (PNK) menuju ke poin DENDY

d. Mentransfer pesawat dengan exit point SURGA, KADAR, ARUPA, PAPSA, ANIPU, OKADA, ROTAN, NOMAD, TANUR, SUGIK dan BAVUS yang arrival PNK, segera setelah mendapat estimate dari pesawat;

e. Berkoordinasi dengan asisten apabila ada perubahan level;

f. Merevisi ke adjacent unit apabila terjadi perbedaan estimate TCP 3 menit atau lebih;

g. Transfer of control and communication dari UPNK ke UTPN segera sebelum waypoint MASRI (M635), TPN (L644) dan RAFIS (P648 dan A576S), setelah clear traffic;

(29)

Edisi 1 Desember 2016

V- 29

h. Transfer of control and communication dari UPNK ke adjacent unit (SIN, UPG dan KBL FIR), segera sebelum crossing boundary;

5.7.3 Adjacent ATS Unit

5.7.3.1 Vertikal bawah :

a. Pontianak APP-TMA; b. Jakarta FIC

5.7.3.2 Horizontal

a. Di sebelah utara dengan Singapore ACC dan Kinabalu ACC; b. Di sebelah timur dengan Ujungpandang ACC;

c. Di sebelah selatan dengan Jakarta ACC sektor UTPN; d. Di sebelah barat dengan Jakarta ACC sektor UPKP.

5.7.4 Potential Trouble Spot Areas

5.7.4.1 Posisi antara SURGA dengan KIKOR, BAVUS dengan KIKOR dan antara BAVUS dengan ARUPA, diberikan vertical separation karena lateral separation diantara posisi tersebut kurang dari minima;

5.7.4.2 Di wilayah sekitar waypoint RUSMA, perpotongan rute M635 dan L644;

5.7.4.3 Di wilayah sekitar waypoint TRIBO, perpotongan rute M774 dan P648; 5.7.4.4 Di wilayah sekitar waypoint OMEGA, perpotongan rute L504 dan

P648;

5.7.4.5 Di wilayah sekitar waypoint OSUKA, perpotongan rute G464 dan P648;

(30)

Edisi 1 Desember 2016

V- 30

5.7.4.6 Di wilayah sekitar PNK, proses descend dan climb dari dan ke Pontianak.

5.7.5 Sektor Information

5.7.5.1 Radio frequency, call-sign and AFTN: a. Radio Frequency : 133,7 MHz. b. Radio Telephony : Jakarta Radar

c. AFTN : WIIIZQZX

5.7.5.2 Sector equipment configuration: a. EJAATS terdiri dari:

1) RDPS 2) FDPS b. VCCS meliputi :

1) Inter ATC Direct Speech (IADS) 2) Transceiver VHF 133,7 MHz. 5.7.5.3 Public telephone : +62 21 5502590. 5.7.5.4 FPS bays.

5.7.6 Radar Hand off Procedures

5.7.6.1 Radar Controller melakukan hand off pada saat pesawat terbang berada pada posisi 30 NM sebelum crossing boundary ATS unit terkait atau sebelum passing FL 250, mana yang lebih dulu tercapai.

(31)

Edisi 1 Desember 2016

V- 31

5.7.7 Manajemen FPS di sektor UPNK

5.7.7.1 Tata letak dan penulisan FPS mengacu pada butir 5.3.1.3

5.7.7.2 Strip aktif harus mencantumkan ETO waypoint/perpotongan 2 (dua) rute.

5.7.8 Letter of Agreements (LOA) 5.7.8.1 Internal ATS unit.

ATS Operational Coordination Agreement between Internal ATS Units Jakarta Air Traffic Service Centre diberlakukan di semua dinas/unit yang ada di Divisi ACC.

5.7.8.2 External ATS unit.

a. Dengan Singapore ACC; b. Dengan Kinabalu ACC; c. Dengan Pontianak APP-TMA; d. Dengan Ujungpandang ACC.

5.7.9 IFR Military Training Routes in Jakarta ACC sektor UPNK

5.7.9.1 Tidak ada rute khusus yang disediakan bagi keperluan military training. 5.7.9.2 Pesawat terbang militer yang akan mengadakan training di sektor UK

wajib memberitahukan detail/rincian training melalui surat paling lambat 3 (tiga) hari sebelum training dimulai dan jika dalam keadaan darurat dapat berkoordinasi dengan ATS Regional Coordinator on duty 3 (tiga) jam sebelum training dimulai serta mengirimkan copy rencana penerbangan (flight plan).

(32)

Edisi 1 Desember 2016

V- 32

5.7.9.3 Detail/rincian training:

a. Waktu training (tanggal, jam dan durasi); b. Ketinggian yang akan digunakan;

c. Rute yang akan digunakan; d. Tipe dan jumlah pesawat terbang; e. Karateristik atau jenis training;

f. Copy dari rencana penerbangan (flight Plan).

5.7.10 Area of Refueling Routes Including Air Refueling Initial Point andAir Refueling Control Point.

5.7.10.1 Route M774 southbound initial point YUANA control point WIDIA dan TRIBO.

5.7.10.2 Route M774 northbound initial point TRIBO control point WIDIA dan YUANA.

5.7.10.3 Bila dianggap perlu diijinkan untuk blocked level antara FL 250 sampai FL 270 di rute-rute pada poin 1 s/d 2 diatas.

5.7.11 Kontigensi

5.7.11.1 Kegagalan komunikasi.

a. Jika terjadi kegagalan komunikasi frekuensi 133.7 Mhz, maka komunikasi diambil alih oleh UTPN 125.7 MHz atau FIC 11396 & 6556 KHz ;

(33)

Edisi 1 Desember 2016

V- 33

c. Jika terjadi kegagalan sarana koordinasi (VCCS) maka koordinasi dilakukan secara langsung atau menggunakan sarana komunikasi yang tersedia.

5.7.11.2 Kegagalan surveillance.

a. Jika terjadi kegagalan pada CWP (controller work position) di UPNK maka tanggung jawab pemanduan tetap dilakukan dengan menggunakan CWP terdekat;

b. Apabila terjadi kegagalan system utama, maka pemanduan dilakukan dengan menggunakan system cadangan (back up system); c. Apabila terjadi kegagalan system utama dan system cadangan,

maka pemanduan dilaksanakan secara procedural.

5. 8 Upper Tanjung Pandan (UTPN) Sector

5.8.1 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points International routes.

Tabel 5.3 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points International routes UTPN

Routes Way points Remarks Separation M635 RNAV 10 ⇦⇨ MASRI TCP 10 Menit 80 NM 50 NM RAFIS TAVIP TCP A576S ⇦⇨ RAFIS 15 Menit MADIN P648 ATOSO 10 Menit

(34)

Edisi 1 Desember 2016

V- 34 Domestic routes:

Tabel 5.4 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points Domestic routes UTPN

Routes Way points Remarks Separation W -14 ABASA 10 Minutes ALTAR TPN VOR TCP W -15 ⇦⇨ LEPAS 10 Minutes ALAMO TAVIP TCP W -18 SPADA 10 Minutes ⇦⇨ ABILO SPIKO TCP W 38 MASRI 10 Minutes RNAV 10 ⇦⇨ AMBOY 80 NM 50 NM RAFIS TCP L511 RNAV-10 ⇨ PKP VOR TCP 10 Menit 80 NM 50NM MIMIX RUPKA TCP L895 RNAV-10 ⇨ MIMIX 10 Menit 80 NM 50 NM L644 RNAV-10 ⇦⇨ TPN VOR TCP 10 Menit 80 NM 50 NM ABASA DKI VOR

(35)

Edisi 1 Desember 2016 V- 35 AMBOY W 38W TPN VOR 10 Minutes AMBOY DENDY 5.8.2 Panduan Kerja

a. Duty controller harus mengaktifkan menu sector toolbars minimal untuk sectorUpper Semarang, Lower North, Lower East

b. Memandu lalu lintas penerbangan di wilayah tanggung jawabnya ;

c. Membuat sequencing antar pesawat yang datang dari W15 (TAVIP) dan W18 (SPIKO) yang akan menuju ke poin GASPA.

d. Untuk pesawat tujuan Bandung (WICC), agar diarahkan menuju ke DKI. Kecuali sudah berkoordinasi dengan Upper Semarang, Upper Jogja dan Lower Center untuk memberikan direct route.

e. Memberikan sequencing terhadap pesawat yang datang dari P648 (OKADA), L644 (KIKOR), W38 (PNK) menuju ke poin DENDY.

f. Pesawat yang akan menuju WIII melalui poin DENDY atau GASPA dapat diberikan descent clearance sesuai dengan LOCA atau ketinggian yang diberikan oleh Lower Center;

g. Mentransfer pesawat dengan exit point TAVIP, SPIKO, RUPKA, RAFIS danarrival WIOK, segera setelah mendapat estimate dari pesawat;

h. Transfer of control and communication dari UTPN ke UPNK segera sebelum waypoint MASRI (M635), TPN (W14) dan RAFIS (P648), setelah clear traffic;

i. Transfer of control and communication dari UTPN ke UPG segera sebelum

(36)

Edisi 1 Desember 2016

V- 36

j. Transfer of control and communication dari UTPN ke USMG segera

sebelum crossing boundary.

5.8.3 Adjacent ATC Unit :

ATS unit yang berbatasan secara vertikal dan horizontal dengan Jakarta ACC sektor UTPN :

5.8.3.1 Vertikal bawah :

a. Jakarta APP-TMA sektorLC; b. Jakarta FIC.

5.8.3.2 Horizontal :

a. Di sebelah utara dengan Jakarta ACC sektor UPNK; b. Di sebelah timur dengan Ujungpandang ACC;

c. Di sebelah selatan dengan Jakarta ACC sektor USMG; d. Di sebelah barat dengan Jakarta ACC sektor UJKT.

5.8.4 Potential Trouble Spot Areas :

a. Daerah descent dan climb pesawat udara pada rute W15, W18 dan W38W/P648;

b. Daerah sekitar holding point GASPA dan DENDY;

c. Di wilayah sekitar waypoint RAFIS, perpotongan rute M635 dengan P648; d. Di wilayah sekitar waypoint TAVIP, perpotongan rute M635 dengan W15; e. Di wilayah sekitar waypoint SPIKO, perpotongan rute M635 dengan W18; f. Di area perpotongan rute L511 dengan W18;

(37)

Edisi 1 Desember 2016

V- 37

g. Di area perpotongan rute L511 dengan W15;

h. Di area sekitar waypoint AMBOY, perpotongan rute L511 dengan P648, W38, dan W38W;

i. Area proses climbing and descending dari dan ke W14, W15, W18

5.8.5 Sektor information

5.8.5.1 Radio frequency, call-sign and AFTN: a. Radio Frequency : 125,7 MHz. b. Radio Telephony : Jakarta Radar

c. AFTN : WIIIZQZX

5.8.5.2 Sector equipment configuration: a. EJAATS terdiri dari:

1) RDPS 2) FDPS b. VCCS meliputi :

1) Inter ATC Direct Speech (IADS)

2) Transceiver VHF 125,7 Mhz dan 133,7 MHz. 5.8.5.3 Public telephone : +62 21 5502590.

5.8.5.4 FPS bays.

5.8.6 Radar Hand off Procedures

Radar Controller melakukan hand off pada saat pesawat terbang berada pada posisi 30 NM sebelum crossing boundary ATS unit terkait atau sebelum passing FL 250, mana yang lebih dulu tercapai.

(38)

Edisi 1 Desember 2016

V- 38

5.8.7 Manajemen FPS di Sektor UTPN

5.8.7.1 Tata letak dan penulisan FPS mengacu pada butir 11.05.08

5.8.7.2 Strip aktif harus mencantumkan ETO waypoint/perpotongan 2 (dua) rute.

5.8.8 Letter of Agreements (LOA) 5.8.8.1 Internal ATS unit.

ATS Operational Coordination Agreement between Internal ATS Units Jakarta Air Traffic Service Center diberlakukan di semua dinas/unit yang ada di Divisi ACC.

5.8.8.2 External ATS unit.

a. Dengan Ujungpandang ACC.

5.8.9 IFR Military Training Routes in Jakarta ACC sector UTPN

5.8.9.1 Tidak ada rute khusus yang disediakan bagi keperluan military training. 5.8.9.2 Pesawat terbang militer yang akan mengadakan training di sektor UTPN wajib memberitahukan detail/rincian training melalui surat paling lambat 3 (tiga) hari sebelum training dimulai dan jika dalam keadaan darurat dapat berkoordinasi dengan ATS Regional Coordinator on duty 3 (tiga) jam sebelum training dimulai serta mengirimkan copy rencana penerbangan (flight plan).

5.8.9.3 Detail/rincian training:

a. Waktu training (tanggal, jam dan durasi); b. Ketinggian yang akan digunakan;

(39)

Edisi 1 Desember 2016

V- 39

d. Tipe dan jumlah pesawat terbang; e. Karateristik atau jenis training;

f. Copy dari rencana penerbangan (flight Plan).

5.8.10 Area of Refueling Routes Including Air Refueling Initial Point and Air Refueling Control Point.

5.8.10.1 Route M635 southbound initial point RUSMA control point RAFIS dan TAVIP.

5.8.10.2 Route M635 northbound initial point TAVIP control point RAFIS dan RUSMA.

5.8.10.3 Bila dianggap perlu diijinkan untuk blocked level antara FL 250 sampai FL 270 di rute-rute pada poin 1 s/d 2 diatas.

5.8.11 Permanen delegasi airspace

5.8.11.1 Permanen delegasi airspace untuk pesawat southeast bound melalui W12/A585 & pesawat yang berangkat dari WIPP nortwest bound melalui W12/A585 ke upper pangkalpinang.

5.8.12 Kontingensi

5.8.12.1 Kegagalan komunikasi.

a. Jika terjadi kegagalan komunikasi frekuensi 125,7 Mhz, maka komunikasi diambil alih oleh USMG 120,9 MHz;

(40)

Edisi 1 Desember 2016

V- 40

c. Jika terjadi kegagalan sarana koordinasi (VCCS) maka koordinasi dilakukan secara langsung atau menggunakan sarana komunikasiyang tersedia.

5.8.12.2 Kegagalan surveillance.

a. Jika terjadi kegagalan pada CWP (controller work position) di UTPN maka tanggung jawab pemanduan tetap dilakukan dengan menggunakan CWP terdekat;

b. Apabila terjadi kegagalan system utama, maka pemanduan dilakukan dengan menggunakan system cadangan (back up system); c. Apabila terjadi kegagalan system utama dan system cadangan,

maka pemanduan dilaksanakan secara procedural. 5.8.12.3 Kegagalan Koordinasi

a. Jika terjadi kegagalan sarana koordinasi (VCCS) maka koordinasi dilakukan secara langsung atau menggunakan sarana komunikasi terdekat ;

b. Jika terjadi kegagalan pada AWP (assistant work position) maka koordinasi dan pengaktifan data dilakukan dengan menggunakan WP terdekat ;

c. Apabila terjadi kegagalan system utama, maka koordinasi dan pengaktifan data dilakukan dengan menggunakan system cadangan (back up system).

5. 9 Upper Palembang (UPLB) Sector

5.9.1 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points International routes

(41)

Edisi 1 Desember 2016

V- 41

Tabel 5.5 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points International routes Upper Palembang (UPLB)

Routes Way points Remarks Separation A-585 JATAM TCP 15 Minutes PLB VOR DOMIL DOLTA CKG VOR HLM VOR G-337 ⇦⇨ MUPAP TCP 15 Minutes BKL BIBUL TCP G-461 PABIO TCP 15 Minutes PLB VOR BORAS G-579 DOLTA 15 Minutes DOMIL PLB PARDI TCP M766 RNAV 10 ⇦⇨

DKI VOR 10 Minutes

80 NM 50 NM TULIP TKG VOR TOLIT BKL VOR TCP

(42)

Edisi 1 Desember 2016

V- 42

RNP – 10 routes :

Tabel 5.6 RNP – 10 routes UPLB

Routes Way points Remarks Separation N-752  RNAV 10 PLB VOR 10 Minutes 80 NM 50 NM DUNAM TCP N-646  RNAV 10

PKU VOR 10 Minutes

80 NM 50 NM NOPAR TCP IBALA GUVIL L-764  RNAV 10 PKP VOR 10 Minutes 80 NM 50 NM IKIBU LEMUS L-896 RNAV 10 FLEX TRACK GUVIL 10 Minutes 80 NM 50 NM OBMAT 5.9.2 Panduan Kerja

a. Duty Controller harus mengaktifkan menu sector toolbars minimal untuk sectorUpper Jakarta dan Upper Pekanbaru;

b. Memandu lalu lintas penerbangan di wilayah tanggung jawabnya ;

c. Memberikan sequencing terhadap pesawat yang menuju WIII melalui poin CARLI.

d. Untuk menghindari pontential conflict, tidak disarankan memberikan direct route ke poin CARLI.

(43)

Edisi 1 Desember 2016

V- 43

e. Arriving aircraft via W19 hanya boleh diturunkan ke FL290

f. Departing aircraft maintaining FL280 apabila sudah menjadi responsibility Upper Palembang, pesawat tersebut boleh naik ke Higher Level FL280 setelah pesawat melewati rute W19, clear traffic atau ada koordinasi dengan Lower North..

g. Untuk traffic yang menggunakan rute G579 (PARDI), dapat diberikan direct route ke poin PARDI setelah poin DOLTA dan pesawat tersebut

reaching flight level yang ditentukan.

h. Transfer of control and communication dari UPLB ke UPKP segera setelah PLB VOR, setelah clear traffic ;

i. Transfer of control and communication dari UPLB ke UBND segera

sebelum entering UBND Airspace ;

j. Transfer of control and communication dari UPLB ke UPKU segera

sebelum entering UPKU Airspace;

k. Direct route to PARDI tidak diberikan sebelum koordinasi dilakukan dengan unit terkait.

5.9.3 Adjacent ATS Unit

ATS unit yang berbatasan secara vertikal dan horizontal dengan Jakarta ACC sector UPLB:

5.9.3.1 Vertikal bawah :

a. Jakarta APP sektor LN; b. Palembang APP-TMA; c. Pangkalpinang APP-TMA; d. Jakarta FIC.

(44)

Edisi 1 Desember 2016

V- 44

5.9.3.2 Horizontal:

a. Di sebelah utara dengan Singapore ACC dan UPKU;

b. Di sebelah timur dengan Jakarta ACC sektor UPKP dan UBND; c. Di sebelah selatan dengan Jakarta ACC sektor UJKT;

d. Di sebelah barat dengan Jakarta ACC sektor IOS.

5.9.4 Potential Trouble Spot Areas

5.9.4.1 Daerah pertemuan antara rute G-461 dengan W-12E dan rute G-461 dengan G-579/N-752;

5.9.4.2 Waypoint IBALA yang merupakan perpotongan antara rute M766 dengan N-646;

5.9.4.3 Daerah perpotongan antara rute G-461 dengan N-646;

5.9.4.4 Di wilayah sekitar waypoint CARLI ; departing dari dan arriving ke Jakarta serta overflying ;

5.9.4.5 Di wilayah sekitar waypoint BORAS, DOMIL dan TERKA ; departing dari Jakarta menggunakan W12, G579, A585 dan arriving ke Jakarta menggunakan W12E, G461 ; traffic W21;

5.9.4.6 Di wilayah sekitar waypoint TUNDA dan TOLIT ;departing dari dan arriving ke Jakarta serta overflying traffic di W11 dan W19/M766.

5.9.5 Sector Information

5.9.5.1 Radio frequency, call-sign and AFTN: a. Radio Frequency : 132,7 Mhz b. Radio Telephony : Jakarta Radar

(45)

Edisi 1 Desember 2016

V- 45

c. AFTN : WIIIZQZX

5.9.5.2 Sector equipment configuration: a. EJAATS terdiri dari :

1) RDPS dan 2) FDPS b. VCCS meliputi :

1) Inter ATC Direct Speech (IADS)

2) Local Channel Direct (LCD) no. 121 (Controller) dan 122 (Assistant).

3) Transceiver VHF 132,7 5.9.5.3 Public telephone :+62 21 5506176. 5.9.5.4 FPS bays.

5.9.6 Manajemen FPS di Sektor UPLB

5.9.6.1 Tata cara penulisan FPS mengacu pada butir 11.05.08 5.9.6.2 Northbound Traffic (2700 – 0890)

a. Diatur berdasarkan Level

b. Strip aktif harus mencantumkan ETO PLB VOR dan atau TKG VOR, menurut kebutuhan.

5.9.6.3 Southbound Traffic (0900 – 2690)

Diatur berdasarkan Time (disesuaikan dengan posisi aktual pesawat pada radar screen)

(46)

Edisi 1 Desember 2016

V- 46

5.9.7 Letter of Agreements ( LoA ) 5.9.7.1 Internal ATS unit.

ATS Operational Coordination Agreement between Internal ATS Units Jakarta Air Traffic Sevice Center diberlakukan di semua dinas/unit yang ada di Divisi ACC.

5.9.7.2 External ATS unit.

a. Dengan Singapore ACC; b. Dengan Palembang APP-TMA; c. Dengan Pangkalpinang APP-TMA.

5.9.8 IFR Military Training Routes in Jakarta ACC Sector UPLB :

5.9.8.1 Tidak ada rute khusus yang disediakan bagi keperluan military training.

5.9.8.2 Pesawat terbang militer yang akan mengadakan training di UPLB wajib memberitahukan detail/rincian training melalui surat selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum training dimulai dan jika dalam keadaan darurat dapat berkordinasi dengan ATS Regional Coordinator on duty 3 (tiga) jam sebelum training dimulai serta mengirimkan copy rencana penerbangan (Flight plan).

5.9.8.3 Detail/rincian training:

a. Waktu training (tanggal, jam dan durasi); b. Ketinggian yang akan digunakan;

(47)

Edisi 1 Desember 2016

V- 47

d. Tipe dan jumlah pesawat terbang; e. Karateristik atau jenis training;

5.9.9 Area of Refueling Routes including Air Refueling Initial Point and Air Refueling Control Point.

5.9.9.1 Route W-21, initial point TKG VOR control point TERKA dan PLB VOR;

5.9.9.2 Atas pertimbangan safety dan efisiensi ATS Regional Coordinator diijinkan untuk melakakukan blocked level pada rute-rute tersebut diatas.

5.9.10 Special Use and ATC Assigned Airspace.

5.9.10.1 Test flight area : tidak dialokasikan; 5.9.10.2 Photo flight area : tidak ada pembatasan.

5.9.11 Permanen delegasi airspace

5.9.11.1 Permanen delegasi airspace untuk pesawat southeast bound melalui W12/A585 & pesawat yang berangkat dari WIPP nortwest bound melalui W12/A585 ke upper pangkalpinang.

5.9.12 Kontingensi

5.9.11.1 Kegagalan komunikasi.

a. Jika terjadi kegagalan komunikasi frekuensi 132.7 MHz, maka komunikasi diambil alih oleh UPKP freq. 132,9 MHz di wilayah utara, UJKT freq. 135,9 MHz di wilayah selatan dan UPKU freq. 132,3 MHz di wilayah Barat;

(48)

Edisi 1 Desember 2016

V- 48

b. Controller tetap bertanggung jawab terhadap traffic di wilayahnya;

c. Jika terjadi kegagalan sarana koordinasi (VCCS) maka koordinasi dilakukan secara langsung atau menggunakan sarana komunikasiyang tersedia.

5.9.11.2 Kegagalan surveillance.

a. Jika terjadi kegagalan pada CWP (Controller Work Position) di UPLB maka tanggung jawab pemanduan tetap dilakukan dengan menggunakan CWP terdekat;

b. Apabila terjadi kegagalan system utama, maka pemanduan dilakukan dengan menggunakan system cadangan (back up system);

c. Apabila terjadi kegagalan system utama dan system cadangan, makan pemanduan dilaksanakan secara procedural.

5. 10 Upper Pangkalpinang (UPKP) Sector

5.10.1 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points International routes

Tabel 5.7 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points International routes Upper Pangkalpinang (UPKP)

Routes Way points Remarks Separation B-469

NE NDB TCP 15 Minutes

TODAK

(49)

Edisi 1 Desember 2016

V- 49

Routes Way points Remarks Separation

PKP VOR BOSLO G-461 BORAS TCP 15 Minutes BIDAK BIKAL HLM VOR G-579 PLB 15 Minutes PARDI TCP RNP – 10 routes :

Tabel 5.8 RNP – 10 routes UPKP

Routes Way points Remarks Separation L-511  RNAV 10 PKP VOR TCP 10 Minutes 80 NM 50 NM L-764  RNAV 10 PKP VOR 10 Minutes 80 NM 50 NM L-895  RNAV 10 PKP VOR 10 Minutes 80 NM 50 NM Domestic routes :

Tabel 5.8 Domestic routes UPKP

(50)

Edisi 1 Desember 2016

V- 50

Routes Way points Remarks Separation

W-23 ⇦⇨ PLB VOR 10 Minutes TODAK PKP VOR W-24 ⇦⇨ PLB VOR 10 Minutes TIAMA NE NDB W-25 ⇦⇨ PASOL 10 Minutes PLB VOR FERET LEPAR W-26 KIRDA TCP 10 Minutes PKP VOR 5.10.2 Panduan Kerja

a. Duty Controller harus mengaktifkan menu sector toolbars minimal untuk sectorUpper Jakarta, Upper Pekanbaru, Upper Tanjung Pandan:

b. Memandu lalu lintas penerbangan di wilayah tanggung jawabnya;

c. Memberikan sequencing terhadap pesawat yang menuju ke poin BUNIK dengan tujuan Jakarta (WIII)

d. Dapat memberikan direct route terhadap pesawat yang akan menggunakan L511 Dari poin ANITO ke MIMIX.

e. Duty controller tidak boleh memberikan direct route poin TATAN terhadap pesawat yang menggunakan L511 & L895 menuju poin SAPDA

(51)

Edisi 1 Desember 2016

V- 51

f. Duty controller boleh memberikan direct route terhadap pesawat overflying southbound setelah melewati PKP

g. Duty controller boleh memberikan direct route terhadap pesawat overflying southbound paling jauh poin LEMUS (L764) dan IPKON (A585)

h. Transfer of control and communication dari UPKP ke UJKT segera setelah passing PKP, setelah clear traffic;

i. Transfer of control and communication dari UPKP ke UJKT segera

sebelum waypoint BORAS, setelah clear traffic ;

j. Transfer of control and communication dari UPKP ke PLB APP, segera

setelah descend atau clear traffic;

k. Transfer of control and communication dari UPKP ke UK (L511), segera sebelum crossing boundary.

5.10.3 Adjacent ATS Unit

ATS unit yang berbatasan secara vertikal dan horizontal dengan Jakarta ACC sektor UPKP : 5.10.3.1 Vertikalbawah : a. Palembang APP-TMA; b. Pangkalpinang APP-TMA; c. Jakarta FIC. 5.10.3.2 Horizontal:

a. Di sebelah utara dengan Singapore ACC;

(52)

Edisi 1 Desember 2016

V- 52

c. Di sebelah selatan dengan Jakarta ACC sektor UJKT; d. Di sebelah barat dengan Jakarta ACC sektor UPLB. 5.10.4 Potential Trouble Spot Areas

5.10.4.1 Diwilayah sekitar waypoint PARDI;

5.10.4.2 Diwilayah sekitar waypoint ANITO, traffic menggunakan rute B470 dan B469.

5.10.5 Sector Information

5.10.5.1 Radio frequency, call-sign and AFTN: a. Radio Frequency : 132,9 Mhz b. Radio Telephony : Jakarta Radar

c. AFTN : WIIIZQZX

5.10.5.2 Sector equipment configuration: a. EJAATS terdiri dari :

1) RDPS dan 2) FDPS b. VCCS meliputi :

1) Inter ATC Direct Speech (IADS)

2) Local Channel Direct (LCD) no. 121 (Controller) dan 122 (Assistant).

3) Transceiver VHF 132,7 5.10.5.3 Public telephone :+62 21 5506176. 5.10.5.4 FPS bays.

(53)

Edisi 1 Desember 2016

V- 53

5.10.6 Manajemen FPS di Sektor UPKP :

5.10.6.1 Tata cara penulisan FPS mengacu pada butir 11.05.08; 5.10.6.2 Tata letak FPS sesuai dengan ketinggian Pesawat udara.

5.10.7 Letter of Agreements ( LoA ) 5.10.7.1 Internal ATS unit.

ATS Operational Coordination Agreement between Internal ATS Units Jakarta Air Traffic Service Center diberlakukan di semua dinas/unit yang ada di Divisi ACC.

5.10.7.2 External ATS unit.

a. Dengan Singapore ACC; b. Dengan Palembang APP-TMA; c. Dengan Pangkalpinang APP-TMA.

5.10.8 IFR Military Training Routes in Jakarta ACC Sector UPKP :

5.10.8.1 Tidak ada rute khusus yang disediakan bagi keperluan military training.

5.10.8.2 Pesawat terbang militer yang akan mengadakan training di UPKP wajib memberitahukan detail/rincian training melalui surat selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum training dimulai dan jika dalam keadaan darurat dapat berkordinasi dengan ATS Regional Coordinator on duty 3 (tiga) jam sebelum training dimulai serta mengirimkan copy rencana penerbangan (Flight plan).

(54)

Edisi 1 Desember 2016

V- 54

a. Waktu training (tanggal, jam dan durasi); b. Ketinggian yang akan digunakan;

c. Rute yang akan digunakan; d. Tipe dan jumlah pesawat terbang; e. Karateristik atau jenis training;

5.10.9 Area of Refueling Routes including Air Refueling Initial Point and Air Refueling Control Point.

5.10.9.1 Rute B-470, initial point ANITO control point PKP VOR;

5.10.9.2 Atas pertimbangan safety dan efisiensi ATS Regional Coordinator diijinkan untuk melakakukan blocked level pada rute-rute tersebut diatas.

5.10.10 Special Use and ATC Assigned Airspace.

5.10.10.1 Test flight area : tidak dialokasikan; 5.10.10.2 Photo flight area : tidak ada pembatasan;

5.10.11 Kontingensi

5.10.11.1 Kegagalan komunikasi.

a. Jika terjadi kegagalan komunikasi frekuensi 132.9Mhz, maka komunikasi diambil alih oleh UPLB frekuensi 132,7 MHz; b. Controller tetap bertanggung jawab terhadap traffic di

(55)

Edisi 1 Desember 2016

V- 55

c. Jika terjadi kegagalan sarana koordinasi (VCCS) maka koordinasi dilakukan secara langsung atau menggunakan sarana komunikasiyang tersedia;

5.10.11.2 Kegagalan surveillance.

a. Jika terjadi kegagalan pada CWP (controller work position) di UPKP maka tanggung jawab pemanduan tetap dilakukan dengan menggunakan CWP terdekat;

b. Apabila terjadi kegagalan system utama, maka pemanduan dilakukan dengan menggunakan system cadangan (back up system);

c. Apabila terjadi kegagalan sistem utama dan sistem cadangan, maka pemanduan dilaksanakan secara procedural;

5. 11 Upper Jakarta (UJKT) Sector

5.11.1 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points International Routes :

Tabel 5.9 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points International Routes Upper Jakarta (UJKT)

Routes Way points Remarks Separation B-469 TODAK TCP 15 Minutes BIDAK BIKAL HLM VOR B-470 PKP VOR TCP 15 Minutes BOSLO

(56)

Edisi 1 Desember 2016

V- 56

Routes Way points Remarks Separation BUNIK NOKTA G-461 PLB VOR TCP 15 Minutes BORAS BIDAK BIKAL HLM VOR RNP – 10 routes :

Tabel 5.10 RNP – 10 routes UJKT

Routes Way points Remarks Separation L-764  RNAV 10 PKP VOR 10 Minutes 80 NM 50 NM IKIBU LEMUS Domestic routes :

Tabel 5.11 Domestic routes UJKT

Routes Way points Remarks Separation W-12E BORAS TCP 10 Minutes BIDAK BIKAL NOKTA W-26 PKP VOR TCP 10 Minutes BOSLO BUNIK NOKTA

(57)

Edisi 1 Desember 2016

V- 57

5.11.2 Panduan Kerja

a. Duty controller harus mengaktifkan menu sector toolbars minimal untuk sector Upper Palembang, Upper Tanjung Pandan dan Lower North; b. Memandu lalu lintas penerbangan di wilayah tanggung jawabnya;

c. Memberikan sequencing terhadap pesawat yang airborne dari Palembang (WIPP) dan Pangkal Pinang (WIKK) dengan pesawat yang dating dari Upper Pangkal Pinang dan Upper Palmbang;

d. Pesawat yang akan menuju WIII melalui poin BUNIK dapat diberikan descent clearance sesuai LOCA atau ketinggian yang diberikan oleh Lower North;

e. Untuk pesawat tujuan Jakarta (WIII) diinstruksikan menuju ke poin BUNIK, kecuali pesawat tersebut no delay dapat diberikan direct route ke poin NOKTA (atau disesuaikan direct route dari LN pada scratch pad);

f. Untuk traffic tujuan Bandung (WICC), controller dapat memberikan descent clearance ke FL220 dengan memberikan direct route ke HLM dan melakukan transfer of communication dengan Terminal South (123,75 mhz);

g. Untuk traffic enroute yang akan melintasi Upper Jogjakarta, Controller harus menginstruksikan pesawat menuju HLM, tidak diperkenankan memberikan direct route pada area of responsibility Upper Jogjakarta tanpa melakukan koordinasi;

h. Transfer of control and communication dari UJKT ke LN pada tempat atau ketinggian yang telah disepakati dan cleared traffic;

(58)

Edisi 1 Desember 2016

V- 58

i. Transfer of control and communication dari UJKT ke UBND segera

sebelum crossing boundary;

5.11.3 Adjacent ATS Unit

ATS unit yang berbatasan secara vertikal dan horizontal dengan Jakarta ACC sektor UJKT :

5.11.3.1 Vertikal bawah :

a. Jakarta APP sektor LN; b. Palembang APP-TMA; c. Pangkalpinang APP-TMA; d. Jakarta FIC;

5.11.3.2 Horizontal:

a. Di sebelah utara dengan Jakarta ACC sektor UPKP;

b. Di sebelah timur dengan Jakarta ACC sektor UTPN, USMG dan UJOG;

c. Di sebelah selatan dengan Jakarta ACC sektor UBND; d. Di sebelah barat dengan Jakarta ACC sektor UPLB;

5.11.4 Potential Trouble Spot Areas

5.11.4.1 Diwilayah sekitar waypoint BOSLO; 5.11.4.2 Diwilayah sekitar waypoint BORAS;

(59)

Edisi 1 Desember 2016

V- 59

5.11.5 Sector Information

5.11.5.1 Radio frequency, call-sign and AFTN: a. Radio Frequency : 135,9 Mhz b. Radio Telephony : Jakarta Radar

c. AFTN : WIIIZQZX

5.11.5.2 Sector equipment configuration: a. EJAATS terdiri dari :

1) RDPS dan 2) FDPS b. VCCS meliputi :

1) Inter ATC Direct Speech (IADS)

2) Local Channel Direct (LCD) no. 121 (Controller) dan 122 (Assistant).

3) Transceiver VHF 132,7 5.11.5.3 Public telephone :+62 21 5506176. 5.11.5.4 FPS bays.

5.11.6 Manajemen FPS di Sektor UJKT

5.11.6.1 Tata cara penulisan FPS mengacu pada butir 11.05.08; 5.11.6.2 Tata letak FPS sesuai dengan base on time to BUNIK.

5.11.7 Letter of Agreements ( LoA ) 5.11.7.1 Internal ATS unit.

Gambar

Tabel 5.1 Simbol ATC System Sektor ACC
Tabel 5.1 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points  International Routes
Tabel 5.2 Domestic Routes
Tabel 5.3 Routes, Way points, Navigation Aids and Transfer of Control Points  International routes UTPN
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Ciri-ciri yang berkaitan dengan rumah tradisional Melayu bukan sahaja terdapat pada bahagian- bahagian dan corak-corak ukiran rumah itu tapi juga dalam bentuk berbagai upacara,

Angket kuisioner diambil pada saat sebelum penilitian ini dibuat, lalu setelah itu ketiga Validator yang telah disebutkan diatas akan diberikan angket Validasi untuk

Dalam proses produksi tisu potong tersebut, pemilik home industry tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian sarana dan prasarana pekerjaan.. Pemilik home industry hanya

Dari jawaban responden tersebut lebih dominan responden menyatakan setuju dan sangat setuju dalam hal pelayanan fasilitas fisik yang tersedia berkesan nyaman kepada nasabah

³Inilabas ni Linda ang kanyang rosaryo at hawak pa rin ang mikropono, sinabi niya, ³Now we pray the rosary for our safe journey.´ Naglabas ng rosaryo ang iba... ³Idinaos ang

[r]

Penggunaan buku wajib juga berhubungan dengan dinamika diskusi yang dilaksanakan di kelas sesuai dengan Rencana Pembelajaran Semester (RPS)/ silabus yang disusun

Manajemen Potensi Sumber Daya Manusia A Mery Citra Sondari SE.. Hj.Nunuy Nur Afiah