• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA PENOLAKAN ALLAH TERHADAP SAUL BERDASARKAN 1 SAMUEL 15:1-35 DAN IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA PENOLAKAN ALLAH TERHADAP SAUL BERDASARKAN 1 SAMUEL 15:1-35 DAN IMPLIKASINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI SKRIPSI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA PENOLAKAN ALLAH TERHADAP SAUL BERDASARKAN 1 SAMUEL 15:1-35 DAN IMPLIKASINYA BAGI

HAMBA TUHAN MASA KINI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat dalam Menyelesaikan

Stratum Satu (S1) Program Studi Teologi Kristen Pada Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar

Oleh

GOLDY LIE PERUGE NPM: 11012039

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR

(2)

ABSTRAK

Goldy Lie Peruge. “Makna Penolakan Allah Terhadap Saul Berdasarkan 1 Samuel 15:1-35 Dan Implikasinya Bagi Hamba Tuhan Masa Kini.” (Dibimbing oleh Pdt. Dr. Peniel Maiaweng)

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menjelaskan makna dari penolakan Allah terhadap Saul berdasarkan 1 Samuel 15 : 1-35 serta menjelaskan bagaimana implikasi praktisnya dalam kehidupan para hamba-hamba Tuhan masa kini. Adapun kesimpulan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, Penolakan yang dilakukan Allah adalah oleh karna ketidaktaatan akan Firman Tuhan. Firman Tuhan harus di taati dengan serius dan sungguh-sungguh sesuai dengan isi firman Tuhan itu. Firman Tuhan tidak boleh dikurangi dan ditambahi. Kedua, Persembahan korban kepada Tuhan akan berkenanan jika didasari dengan ketaatan akan Firman Tuhan. Banyaknya persembahan yang diberikan kepada Tuhan pun tidak akan menyenangkan hati Tuhan jika firman Tuhan tidak ditaati. Ketiga, mengalami pertobatan dengan sungguh-sungguh dengan mengakui kesalahan lebih baik dibandingkan mengakui perbuatan tapi dengan menyalahkan orang lain. Allah mengampuni dan jauh lebih mengasihi jika ada pengakuan dosa dengan hati yang sungguh. Keempat, Allah tidak pernah salah dalam memilih HambaNya. Ia bisa berubah sikap oleh karena keadaan yang juga berubah.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada umumnya setiap negara mimiliki seorang yang dijadikan pemimpin sebagai kepala pemerintahan yang disebut Presiden atau Perdana Menteri, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk sebuah kerajaan, seorang pemimpin disebut dengan istilah Raja bagi seorang pria dan Ratu bagi seorang wanita. Israel sebagai bangsa yang mandiri sebenarnya adalah bangsa yang juga memiliki pemimpin walaupun pemimpin yang dimiliki bangsa Israel sangat berbeda pada umumnya dengan pemimpin di bangsa lain. Bangsa Israel dipimpin langsung oleh TUHAN (Teokrasi). Perbedaan dengan bangsa-bangsa lain membuat iri bangsa Israel. Kerinduan inilah yang membuat bangsa Israel menuntut pada Samuel sebagai Abdi Allah untuk memiliki raja selain Allah sehingga dapat memimpin mereka dalam setiap perang dan dalam sistem pemerintahan yang terpola pada umumnya.

Kitab 1 Samuel menjadi penggenapan dalam janji Allah. Dalam kitab Ulangan 17:14-20 Allah berjanji bahwa Allah akan memberikan seorang raja ketika bangsa Israel sudah masuk ke negri yang Tuhan berikan (Kanaan). Pada masa itu, di sekitar bangsa Israel ada banyak bangsa-bangsa kafir yang dipimpin langsung oleh seorang raja. Inilah yang melatarbelakangi keinginan rakyat Israel untuk memiliki seorang raja. Allah mampu menepati semua janji-Nya. Kenyataan ini merupakan bukti kuasa dan kemampuan-Nya yang tidak terbatas. Oleh karena itu,

(4)

Allah takkan pernah berjanji untuk sesuatu yang kemudian ternyata tidak mungkin dilaksanakan-Nya. Allah tidak harus memperbaiki perkataan-Nya atau mengakhiri janji-Nya.1 Ketika rakyat Israel meminta seorang raja untuk memimpin mereka sebagai raja yang terlihat oleh mata seperti yang ada pada bangsa lain maka Allah pun memenuhi permintaanya mereka. “Dengan penuh kemurahan, Allah mengabulkan permintaan bangsa itu setelah Samuel mengerjakan segala sesuatu yang dapat dilakukannya untuk menyadarkan mereka tentang tanggung jawab mereka bila ingin diperintah oleh seorang raja.”2 Saul adalah seorang yang dipilih Allah untuk menjadi seorang raja atas Israel. melalui Samuel, ia diurapi untuk memimpin bangsa Israel. Hal inilah yang menjadi tanda di mana Tuhan mempercayakan kepada Saul untuk menjadi raja atas Israel. (Ayat 8a. TUHAN berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka.”—1 Samuel 8:1-22). Sangat jelas pada ayat ini bahwa Allah memimpin Samuel untuk memilih salah seorang dari antara mereka untuk menjadi raja. Kemudian Saul menjadi raja yang dipilih dan diurapi oleh Allah. Namun semua kelihatannya berbeda bila pada akhirnya melihat apa yang dialami oleh Saul. Dalam menjalankan panggilannya sebagai raja yang dipilih oleh Allah, Saul melakukan kesalahan yang pada akhirnya dianggap sebagai kejahatan di hadapan Allah.

1 Milliard J. Erickson, Teologi Kristen 1 (Malang: Gandum Mas, 2004), 466. 2 Walter C. Kaiser, Teologi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2013), 190.

(5)

1 Samuel 13:1-22 menguraikan bahwa Saul tidak menaati apa yang Tuhan katakan melalui samuel. Saul tidak menunggu Samuel untuk mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan (ayat 9—Sebab Saul berkata: “Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu.” Lalu ia mempersembahkan korban bakaran itu). Lalu kesalahan berikutnya ketika Saul disuruh menumpas habis semua musuh yaitu orang Amalek (Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kkanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun kedelai—1 Samuel 15:3). Ayat ini menggambarkan bahwa Saul tidak melakukan apa yang Allah perintahkan. Saul malah menyisakan kambing dan domba yang katanya untuk korban persembahan. Setelah pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Saul, Allah kemudian menolak Saul sebagai raja dan urapan raja dipindahkan kepada Daud.

Pada akhirnya yang dapat dilihat dari perjalanan hidup Saul adalah ia menjadi orang yang jahat, seperti yang dikatakan dalam 1 Samuel 16:14 bahwa roh Allah telah undur dari Saul dan roh jahat yang dari iblis menghinggapi dia, sehingga Saul memiliki nafsu seorang pembunuh yang kuat untuk membunuh Daud. Dan akhir dari kisahnya Alkitab mencatat dalam 1 Samuel 31:4 bahwa Saul mati bunuh diri.

Lalu apa sebenarnya yang membuat Allah menolak Saul sebagai Raja, padahal dari semula Allah yang memilih dia untuk menjadi raja (1 Samuel 9:17).

(6)

Apakah Allah yang salah memilih? Pelanggaran apakah yang dilakukan oleh Saul ? Atau Allah yang tidak konsisten? Bahkan dalam 1 Samuel 15:35 dikatakan bahwa Allah menyesal telah memilih Saul.

Hal yang sama pun dapat terjadi dalam kehidupan masa kini, khususnya dalam pelayanan dimana hamba-hamba Tuhan sebagai orang-orang yang dipanggil Allah, pada akhirnya melakukan pelanggaran dengan tidak mentaati perintah Tuhan. Dan dengan pelanggaran tersebut Allah pun menolak mereka. Seperti yang terjadi pada seorang hamba Tuhan besar di Korea Selatan. “Seorang pastor sebuah gereja dengan jemaat Pantekosta terbesar di dunia, dinyatakan bersalah oleh pengadilan Korea Selatan karena melakukan pelanggaran kepercayaan dan korupsi dari 130 miliar won (US $ 21 juta). Pendeta senior Gereja Yoido Full Gospel tersebut menerima hukuman percobaan dari hukuman penjara tiga tahun dengan masa percobaan lima tahun dan diwajibkan membayar denda sebesar 50 miliar won (US $ 4,7 juta) oleh Seoul Central Court pada 20 Februari 2014. Dalam pengadilan yang sama, putra Cho Penatua Hee - Jun, mantan CEO gereja, dijatuhi hukuman tiga tahun penjara karena berkolusi dengan ayahnya dalam skema penggelapan pada tahun 2002 lalu. Jaksa mengidentifikasi David Cho sebagai kaki tangan untuk kejahatan pelanggaran kepercayaan, mengklaim bahwa Cho menggunakan uang itu untuk membantu memulihkan keuangan anaknya.

Pastor Yonggi Cho, yang kini berusia 78 tahun mengatakan bahwa itu adalah hari yang paling sulit selama 50 tahun pelayanannya ketika ia menerima

(7)

putusan tersebut.“Melalui penderitaan ini, saya telah belajar suatu pekerjaan rumah. Seseorang seharusnya tidak boleh memiliki semuanya, selain kesehatan, status, ketenaran, kekuasaan, uang ... ini semua hal-hal yang di luar tubuh dan tidak layak untuk dikejar” kata Cho kepada jemaatnya di Yoido Full Gospel Church pada 23 Februari 2014.3 Namun, berbeda dengan Saul, pastor Yonggi Cho bertobat dari segala perbuatannya dan kembali melayani Tuhan hingga saat ini.

Ini membuktikan bahwa sangat berbahaya ketika seorang hamba Tuhan yang pada mulanya telah memenuhi panggilan Allah tetapi tidak dapat bertahan dalam ketaatan sehingga ia pun jatuh ke dalam dosa dan membuat Allah menolak dia. Sama seperti yang terjadi pada Saul, kejadian yang dialami Pastor Yonggi Cho pun dapat menimbulkan pertanyaan, apakah Allah salah telah memilihnya bahkan mempercayakan jemat dalam jumlah yang besar kepadanya?

Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk membuat pembahasan dalam bentuk skripsi dengan judul MAKNA DARI PENOLAKAN ALLAH TERHADAP SAUL BERDASARKAN 1 SAMUEL 15:1-35 DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN HAMBA-HAMBA TUHAN MASA KINI.

Pokok Masalah

3 “Kejatuhan Megastar Pastor dr. Yonggi Cho,” diakses 3 Juni 2016,

(8)

Dari pemikiran-pemikiran yang dibahas dalam latar belakang masalah di atas, ada beberapa pokok masalah yang perlu ditelaah dalam penulisan ini, yaitu:

Pertama, apa makna dari penolakan Allah terhadap Saul berdasarkan 1 Samuel 15: 1 – 35 ?

Kedua, bagaimana implikasi dalam kehidupan para hamba Tuhan masa kini ?

Tujuan Penulisan

Dari pemaparan pokok masalah di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

Pertama, untuk menjelaskan makna dari penolakan Allah terhadap Saul berdasarkan 1 Samuel 15 : 1-35.

Kedua, untuk menjelaskan bagaimana implikasi praktisnya dalam kehidupan para hamba-hamba Tuhan masa kini.

Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan yang ingin dicapai melalui penulisan skripsi ini adalah :

Pertama, sebagai dasar pemikiran agar orang percaya dapat memahami makna dari penolakan Allah terhadap saul berdasarkan 1 Samuel 15:1-35

Kedua, untuk menjelaskan supaya para hamba-hamba Tuhan dapat menghargai panggilannya dan bertanggung jawab dalam pelaksanaannya.

(9)

Metode Penelitian

Metode penulisan yang dipergunakan oleh penulis dalam penulis skripsi ini adalah penulisan kualitatif dengan menggunakan prinsip-prinsip Hermeneutik, yaitu metode penafsiran berdasarkan prinsip-prinsip penafsiran Alkitab, dimana penulis menggunakan teknik pengumpulam data melalui penggalian kepustakaan (liblary research) yaitu menggunakan Alkitab dalam berbagai cetakan, kamus, tafsiran dan buku-buku serta berbagai literatur dan tulisan di media online yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini.

Batasan Penulisan

Demi menjaga keteraturan dan fokus dalam penulisan karya ilmiah ini, maka penulis membatasi penulisan ini dengan hanya berfokus pada:

Pertama, penulis hanya membahas mengenai makna penolakan Allah terhadap Saul berdasarkan 1 Samuel 15:1-33.

Kedua, penulis membatasi penulisan ini dengan berfokus pada implikasi penolakan Allah terhadap Saul dalam kehidupan hamba-hamba Tuhan masa kini.

Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman pembaca, maka penulis penguraikan sistematika skripsi ini sebagai berikut :

(10)

Bab I, merupakan pendahuluan yang berisikan : latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, batasas penulisan dan sistematikan penulisan.

Bab II, merupakan pembahasan secara umum mengenai latar belakang kitab Samuel yang terdiri dari penulis dan latar belakang kitab Samuel, garis besar, waktu penulisan, latar belakang sejarah dan budaya, tujuan penulisan, dan tokoh-tokoh penting dalam kitab 1 Samuel.

Bab III, berisi eksposisi 1 Samuel 15:1-35 yang terdiri atas latar belakang konteks 1 Samuel dan analisa struktur.

Bab IV, merupakan pembahasan dan implikasi praktis penolakan Allah terhadap Saul dalam kehidupan hamba-hamba Tuhan masa kini.

(11)

KEPUSTAKAAN

Alkitab

Stamps, Donald C. Ed. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 2005.

Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. 2012. Kamus

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001. Software

e-Sword, Hebrew Old Testament.

BMG Morphology, Word Analysis, In Bible Works Version 7. Buku-Buku

Baker, David L. Mari mengenal Perjanjian Lama. Bandung: BPK Gunung Mulia, 2005.

Bangun, Yosafat. Integritas Pemimpin Pastoral. Yogyakarta: ANDI, 2010. Barth, Christoph dan C. B Marir Frommel. Teologi Perjanjian Lama 2. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2014.

Barth, C. Teologi Perjanjian Lama 4. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989. Bevere, John. Upah dari Penghormatan. Jakarta: Lighting Publishing, 2007. Bons-Strom, M. Apakah Penggembalan itu?. Bandung: BPK Gunung Mulia,

(12)

Charpentier, Etienne. Bagaimana Membaca Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.

Chavda, Mahesh. Doa dan Puasa. Jakarta: Harvest Publication House, 2000. Cole, Edwin Lois. Kunci Keberhasilan. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil

Immanuel, 1995.

Douglas, J. D. Ed. Ensiklopedi Masa Kini Jilid 1 A-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1992.

Ferguson, Sinclair B. Bertumbuh Dalam Anugrah. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997.

Free, Joseph P. Arkeologi dan Sejarah Alkitab. Malang: Gandum Mas, 1997. Green, Denis. Pengenalan Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 1984. Guinnes, Os. The Call. Bandung: Pionir Jaya, 2011.

Hamon, Jebakan-Jebakan dan Prinsip-prinsip Nabi. Jakarta: Metanoia, 2008. Han, Yap Un. Problematika Hamba Tuhan. Jakarta: Persekutuan Alumni SBC,

1998.

Hoft, Irene. Anda merasa Di tolak. Bandung: BPK Gunung Mulia, 2011. Howard Jr, David M. Kitab-Kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama. Malang:

Gandum Mas, 2002.

Iverson, Dick. Gereja Sehat dan Bertumbuh. Malang: Gandum Mas, 2003. Kraus, H.J. Umat Allah Dalam Perjanjian Lama. Jakarta: BPK, 1970.

Lasor, W. S, D. A Hubbard dan F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014.

Lucado, Max. Aktor-aktor Allah: Kisah Orang Biasa Di Tangan Allah yang Luar Biasa. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Maiaweng, Peniel C. D. Penafsiran Narasi Perjanjian Lama. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray 2014.

(13)

Mc Cauley, Ray. Allah Kita Dahsyat. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 1994.

Nee, Watchman. Kehidupan Orang Kristen. Surabaya: Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia, 2000.

Pfeiffer, Charles F. dan Harison, Everett F. Tafsiran Alkitab Wycliffe Vol 1 Kejadian-Ester. Malang: Gandum Mas, 2004.

Rumahlatu, Jerry. Hermeunitika Sepanjang Masa. Jakarta: CV. Cipta Varia Sarana 2011.

Sanders, J. Oswald. Kepemimpinan Rohani. Bandung: Kalam Hidup 2006 Schultz, Samuel J. Pengantar Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 1983 Strauss, Richard L. Bagaimana Memahami Kehendak Tuhan. Bandung: BPK

Gunung Mulia, 2011.

Tabb, Mark. Mari Berpikir tentang Alkitab. Jakarta: Yayasan Gloria, 2011. Tenney, Tommy. Pemburu Tuhan. Jakarta: Immanuel, 2006.

Tidball, Derek J. Teologi Penggembalan. Malang: Gandum Mas, 2002. Ronda, Daniel. Ed. Utuslah Aku: Panggilan Yang Tak Lekang Oleh Waktu.

Bandung: Kalam Hidup 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mendasarkan pada makna evaluasi sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar peserta didik, maka evaluasi diharapkan

dapat ditentukan atau dihitung”. Yang menjadi obyek Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil antara PT. Sarana Jateng Ventura dengan Perusahaan Pasangan Usaha adalah berupa

Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan

Samuel berkata kepadanya bahwa bagsa Israel meminta seorang raja dan Tuhan telah menunjuk Saul sebagai raja.. Kemudian Samuel mengambil minyak zaitun, menuangkannya

Seorang pelaku tahajud yang memiliki hutang amalan fardlu tidak akan bisa memperoleh ilmu-ilmu batiniah buah dari tahajud, seperti ilmu tentang barzakh, ilmu tentang

 Kepala Kepala Daerah Daerah termasuk termasuk pimpinan pimpinan SKPD SKPD se seharus harusnya nya mempunyai kedua mempunyai kedua bentuk kepemimpinan organisasional

Hasil penilitian tentang penerapan marketing mix di toko Rb grosirmart cabang penggaron ini menunjukkan bahwa Mrketing mix yang dilakukan terdiri dari 4P