• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERTAHANAN BAHASA IBU DI KALANGAN REMAJA PADA LINGKUNGAN PURI DI KABUPATEN GIANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERTAHANAN BAHASA IBU DI KALANGAN REMAJA PADA LINGKUNGAN PURI DI KABUPATEN GIANYAR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMERTAHANAN BAHASA IBU DI KALANGAN REMAJA

PADA LINGKUNGAN PURI DI KABUPATEN GIANYAR

Sang Ayu Isnu Maharani

Universitas Udayana isnu.maharani@yahoo.com

ABSTRACT

Maintaining language in particular mother tongue in a community is cumpulsory because it show identity and attitude of appreciation toward the ancestors’ inheritance. This descriptive qualitative research to find out the use of mother tongue language by teenagers in Puri in Gianyar Regency. It is also try to investigate supporting factors as well as obstacles in language maintenance by teenagers in Puri in Gianyar Regency. It is found that the use of mother tongue language is still happening well in Puri. However, there is language change in the mate domain. The supporting factors of the language maintenance are the language status of the Balinese language as the mother tongue of Balinese as well as the identity of Balinese ethnic. Besides that the domain factors also influence the language maintenance since the community of the mother tongue’s speaker in Puri is dense. Other additional factors are the activity; religious activity in particular, and the community of the Puri which obligue the surrounding to speak in their mother tongue. The obstacles are the ability to communicate in the most polite Balinese language (ASI), the ability to comprehend ASI, dynamic of the modern life, and also the attitude tendency which considered mother tongue as an ”old fashion” language.

Keywords: language maintenance, teenagers, Puri

ABSTRAK

Pemertahanan Bahasa utamanya Bahasa Ibu dalam sebuah komunitas merupakan sebuah keharusan oleh karena hal tersebut menunjukkan identitas dan juga sikap menghargai warisan leluhur. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha mengetahui tentang penggunaan Bahasa Ibu di kalangan remaja di lingkungan Puri di Kabupaten Gianyar. Penelitian ini berusaha menginvestigasi faktor-faktor pendukung dan juga faktor penghambat dalam pemertahanan bahasa di kalangan remaja di lingkungan Puri di Kabupaten Gianyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemertahanan Bahasa Ibu masih berlangsung dengan baik di kalangan remaja di lingkungan Puri. Akan tetapi, ditemukan adanya pergeseran bahasa dalam ranah kekariban. Faktor faktor pendukung pemertahanan bahasa adalah status Bahasa Bali sebagai Bahasa Ibu dan identitas suku Bali. Selain itu faktor ukuran kelompok pengguna bahasa (komunitas) juga berpengaruh terhadap pemertahanan bahasa tersebut mengingat komunitas penutur di lingkungan Puri terkonsentrasi. Faktor pendukung lainnya adalah aktivitas di kalangan remaja utamanya aktivitas keagamaan dan faktor komunitas Puri yang mengharuskan sekelilingnya berbicara dalam Bahasa Ibu mereka. Faktor penghambatnya diantaranya tingkat kesulitan untuk berkomunikasi dalam Bahasa Bali Alus (Alus Singgih/ASI), kesulitan memahami Bahasa Bali Alus (ASI), dinamika kehidupan modern, dan juga kecendrungan sikap yang menganggap Bahasa Bali sebagai Bahasa Ibu yang kuno.

(2)

2 Kata kunci: pemertahanan bahasa, remaja, Puri

1. Pendahuluan

Secara geografis Propinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" Lintang Selatan dan 114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Relief dan topografi Pulau Bali di tengah-tengah terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Dengan luas daerah 5.634,40 ha, Propinsi yang dijuluki sebagai Pulau Inspirasi dan banyak julukan lainnya memiliki delapan kabupaten dan satu kota. Salah satu Kabupaten yang menjadi tujuan wisata selain sebagai pusat seni dan budaya adalah Kabupaten Gianyar. Sebagai tujuan wisata sudah barang tentu banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan sehingga dapat terlihat tingginya kunjungan wisatawan ke Kabupaten seni ini.Data dari Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Gianyar tahun 2010 menyebutkan bahwa terdapat 1.363.910 orang wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten ini. Data tersebut diperoleh dari setiap objek wisata yang dikunjungi oleh wisatawan. Ini berarti terdapat kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 519.562 orang yang didominasi oleh wisatawan mancanegara sebanyak 385.957 orang.

Kabupaten Gianyar memiliki banyak tempat wisata menarik untuk dikunjungi misalnya, Desa Batubulan, Celuk, Desa Petulu, Desa wisata Kendran dan banyak lagi lainnya. Dari banyak tempat wisata menarik tersebut, kunjungan wisatawan juga identik dengan Palace Tour atau kunjungan ke Puri. Hal ini dikarenakan nilai historis yang dimiliki Puri sebagai sentra peradaban dan awal mulanya kebudayaan Bali. Puri di pulau Bali adalah nama sebutan untuk tempat tinggal bangsawan Bali, khususnya mereka yang masih merupakan keluarga dekat dari raja-raja Bali. Berdasarkan sistem pembagian triwangsa atau kasta, maka puri ditempati oleh bangsawan berwangsa ksatria. Puri-puri di Bali dipimpin oleh seorang keturunan raja, yang umumnya dipilih oleh lembaga kekerabatan puri. Pemimpin puri yang umumnya sekaligus pemimpin lembaga kekerabatan puri, biasanya disebut sebagai Penglingsir atau Pemucuk. Para keturunan raja tersebut dapat dikenali melalui gelar yang ada pada nama mereka, misalnya Ida I Gusti, Cokorda, Anak Agung Ngurah, Dewa Agung, Ratu Agung, Ratu Bagus dan lain-lain untuk pria; serta Cokorda Istri, Anak Agung Istri, Dewa Ayu, dan lain-lain untuk wanita.

Kehidupan Puri tentunya menarik untuk dikunjungi sehingga hampir setiap wisatawan yang berkunjung ke Bali tidak melewatkan kesempatan untuk melihat lebih dekat kehidupan Puri lebih dekat. Tata krama yang menyangkut cara makan, cara berpakaian ataupun penggunaan bahasa dimulai dari Puri.

Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari hari di Puri biasanya menggunakan Bahasa Ibu yaitu bahasa Bali, akan tetapi penggunaannya juga banyak dipengaruhi oleh bahasa lainnya yaitu bahasa Indonesia dan juga bahasa asing dari interaksi mereka dengan wisatawan. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang memunculkan pertanyaan tentang pemertahanan penggunaan Bahasa Ibu dalam hal ini adalah Bahasa Bali di lingkungan Puri itu sendiri. Bagi kalangan dewasa tentunya hal ini tidak begitu kentara karena Bahasa Ibu kerap digunakan dalam kegiatan keaagaman dan ritual di Bali. Misalnya: pesangkepan (pertemuan), piodalan (upacara agama) dan kegiatan adat lainnya. Sementara itu di kalangan remaja yang kerap bersentuhan dengan hal-hal modern serta gesekan dalam interaksi sosial dengan dominasi wisatawan menjadikan kalangan remaja mudah ”tergoda” untuk mengalih bahasakan penggunaan Bahasa Ibu mereka dengan Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Inggris.

Kalangan remaja merupakan substansi yang signifikan dalam upaya mempertahankan bahasa dan juga regenerasi penutur bahasa oleh karena remaja adalah indikator utama untuk melihan proses transmisi bahasa antar generasi. Keberlanjutan penggunaan Bahasa Ibu di kalangan remaja akan menentukan sebuah pemertahanan bahasa.

(3)

3 2.Landasan Teori

Bahasa sesungguhnya hanya ada dalam pikiran para pemakainya, dan akan berfungsi ketika para para pemakainya berhubungan satu sama lain secara alami dalam lingkungan sosial dan alamiah mereka. Interaksi dengan bahasa lain dalam pikiran dua atau banyak penutur menyebabkan multifungsi bahasa. Bahasa merupakan sebuah ”alat” atau ”instrumen komunikasi”, namun bahasa tidak bisa dibongkar pasang begitu saja, atau dikerjakan sembarangan untuk meningkatkan efisiensi (Haugen, 1972:326)

Pemertahanan bahasa sebagai defense terhadap adanya tendensi pergeseran bahasa. Kesadaran akan suatu bangsa untuk memertahankan identitas sebuah sistem nilai untuk bangsa. Pemertahanan diperlukan ketika terdapat tendensi dalam sebuah pergesaran bahasa.

Pemertahanan bahasa mengacu pada sebuah situasi dimana anggota komunitas atau masyarakatnya berusaha mempertahankan penggunaan bahasa yang telah biasa mereka gunakan (Hoffman, 1991:186). Salah satu cara untuk menguji penggunaan bahasa pada komunitas tutur diperlukan teori ranah (domain) sebuah istilah yang dipopulerkan oleh sosiolinguis Amerika, Joshua Fishman (1968). Fishman (1972:442) mendefinisikan ”ranah” sebagai gambaran abstrak sosio budaya dari topik komunikasi, hubungan antar komunikator, dan tempat terjadinya peristiwa komunikasi sesuai dengan struktur sosial lapisan suatu komunitas tutur. Faktor sosial tertentu-siapa yang berbicara, konteks sosial pembicaraan, fungsi dan topik pembicaraan, fungsi dan topik pembicaraan-ternyata sangat penting dalam pertimbangan untuk memilih bahasa dalam berbagai jenis komunitas tutur yang berbeda. Suatu ranah melibatkan tipikal interaksi di antara tipikal partisipan dala tipikal latar atau topik pembicaraan (Holmes, 2000:22).

Ranaha merupakan sebuah konsep yang didukung oleh tiga faktor yaitu: partisipan, latar atau sering disebut setting dan juga topik. Tiga faktor tersebut akan memberikan gambaran secara umum tentang berbagai masyarakat tutur. Jumlah ranah dalam suatu masyarakat tidak dapat ditentukan scara pasti (Sumarsono, 1990:14)

Selain Hoffman, pemaparan dari Holmes juga akan digunakan untuk penelitian ini guna mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pemertahanan Bahasa Ibu. Ia menyebutkan bahwa ” Sebuah bahasa akan dapat dipertahankan oleh vitalitas bahasa etnis. Tiga komponen atau aspek yang mempengaruhi adalah: yang pertama status bahasa seperti terrefleksi pada sikap penggunaan bahasa itu sendiri, yang kedua adalah ukuran kelompok pengguna bahasa dan distribusinya, dan yang ketiga adalah eksten dimana bahasa menikmati dukungan institusi (Janet Holmes, 2001:65). Selain itu penelitian ini juga akan didukung oleh pemaparan yang disampaikan oleh Jendra bahwa faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa diantaranya: jumlah pembicara, konsentrasi penduduk, identitas dan kebanggaan budaya, kondisi ekonomi yang lebih baik.

3. Metode

Metode Penelitian merupakan alat prosedur dan teknik yang dalam melaksanakan penelitian (Djajasudarma, 1993: 3). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu rangkaian kegiatan atau proses mengumpulkan data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek kehidupan tertentu pada objeknya. Penelitian ini tidak menggunakan data dalam bentuk bilangan/angka dan tidak ditafsirkan sesuai dengan ketentuan statistik.

Sumber data dalam penelitian ini adalah kaum remaja yang berusia 13-26 tahun di kalangan Puri di Kabupaten Gianyar. Sumber data melibatkan tiga orang remaja yang akan dipilih secara acak di masing-masing Puri di Kabupaten Gianyar.

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dengan teknik wawancara, pencatatan, dokumentasi serta studi pustaka. Sejumlah pertanyaan seputar pemertahanan bahasa, pemilihan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari hari, dan

(4)

4

pertanyaan lainnya akan dipersiapkan untuk wawacara dengan para remaja dalam proses pengumpulan data. Saat wawancara berlangsung, percakapannya akan direkam menggunakan alat perekam atau dicatat. Teknik dokumentasi dengan cara mengambil gambar melalui kamera atau video rekam juga akan dilakukan dalam pengumpulan data. Selain itu, studi pustaka juga akan dilakukan dalam pengumpulan data dengan cara mencatat informasi mengenai pemertahanan bahasa dari buku-buku, literatur dan bahan yang ada lainnya.

Metode yang akan digunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif. Metode ini adalah penyampaian hasil perolehan data berupa pemaparan dan penjelasan.

Hasil analisis data dalam penelitian ini akan disajikan dengan menggunakan teknik informal (Sudaryanto, 1993: 145). Teknik informal dimaksud untuk menyajikan laporan penelitian dengan menggunakan ungkapan verbal secara naratif yang ditata secara induktif-deduktif ataupun sebaliknya, deduktif-induktif.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Penggunaan Bahasa Ibu di kalangan Remaja di Lingkungan Puri di Gianyar

5.1.1 Ranah Keluarga

Penggunaan bahasa Ibu pada ranah keluarga dibatasi pada lokasi Puri beserta para anggota keluarga dengan segala aktivitas komunikasinya. Anggota keluarga terdiri dari orang tua, anak dan saudara. Saudara kandung, saudara sepupu, paman/bibi, demikian halnya dengan kakek/nenek. Dengan kedudukan responden sebagai anak, maka interlokutor yang terlibat dalam interaksi komunikasi ranah keluarga adalah saudara kandung, saudara sepupu, paman/bibi, kakek/nenek. Topik komunikasi terkait dengan hal hal tentang kehidupan keluarga dan sebagainya.

Hasil analisis data menggambarkan bahwa kecendrungan penggunaan bahasa dalam ranah ini adalah menggunakan Bahasa Ibu, yaitu Bahasa Bali. Bahasa Bali sendiri terbagi atas: Bahasa Bali Sor (Bahasa Kasar) lebih dikenal dengan singkatan Alus Sor/ASO, Bahasa Bali Madya (Bahasa Menengah) atau juga disingkat Alus Mider/AMI dan Bahasa Bali Alus (Bahasa Sopan), lebih dikenal dengan Alus Singgih/ASI. Penggunaan bahasa kepada orang tua atau kepada paman/bibi ataupun kakek/nenek adalah menggunakan Bahasa Bali Alus. Penggunaan bahasa kepada saudara kandung atau saudara sepupu menggunakan Bahasa Bali Madya (Bahasa Menengah) dan Bahasa Bali Sor (Bahasa Bali Kasar) digunakan untuk para wargi atau

penyeroan (abdi Puri) baik yang tinggal di dalam Puri ataupun mereka yang berada di luar atau di

lingkungan sekitar Puri.

4.1.2 Ranah Ketetanggaan

Lingkungan kedua para responden setelah keluarga adalah tetangga. Tetangga secara tidak langsung akan memberikan corak kebahasaan kepada para responden. Ranah ketetanggaan dibatasi pada lokasi sebelah menyebelah Puri, tempat-tempat berkumpul seperti warung, beranda ataupun halaman rumah, mulut gang dan sebagainya. Hal-hal yang dibicarakan tentulah terkait dengan topik pembicaraan tentang kehidupan sehari-hari, isu-isu menarik, dan lain sebagainya. Interlokutor yang terlibat dibatasi pada interaksi tetangga yang sebaya, tetangga yang lebih muda ataupun tetangga yang lebih tua.

Dari hasil wawancara kepada para responden, dari semua Puri didapatkan bahwa pilihan penggunaan Bahasa yang mereka gunakan adalah pada Bahasa Ibu yaitu Bahasa Bali, dalam hal ini adalah Bahasa Bali Madya (Bahasa Menengah) atau AMI. Ini dikarenakan oleh status mereka sebagai penghuni Puri yang mengharuskan mereka untuk bersikap sopan dan menjadi panutan di

(5)

5

masyarakat. Penggunaan Bahasa Indonesia hanya bila interlokutor mereka memulai komunikasi dalam Bahasa Indonesia. Apabila tidak, maka para responden akan menggunakan Bahasa Ibu mereka.

Analisa data menunjukkan bahwa para remaja tidak terlalu banyak berinteraksi dengan para tetangga, kecuali pada saat ada kegiatan keagamaan ataupun rapat untuk Sekaa Truna Truni (STT); kumpulan para remaja dalam satu wilayah/banjar. Diluar itu para responden disibukkan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah mereka.

4.1.3 Ranah Kekariban

Ranah Kekariban melibatkan hubungan yang sangat akrab antaranggota dalam sebuah komunitas. Hubungan kekariban pada komunitas remaja ditandai oleh adanya jalinan hubungan yang khusus dan sangat akrab antar partisipan sebaya. Interaksi komunikasi yang terjadi bisa bersifat pribadi, rahasia, santai, seenaknya dan lain sebagainya. Topik yang dibicarakan pun variatif; biasanya berhubungan dengan orang tua, kejadian di sekolah, teman lawan jenis, permainan, hiburan dan topik-topik lainnya. Interaksi komunikasi pada ranah kekariban tidak dibatasi oleh lokasi. Artinya lokasinya bisa di Puri atau rumah teman karib, di tempat-tempat hiburan, di pusat perbelanjaan ataupun tempat lainnya. Interlokutor pada ranah kekariban hanyalah teman karib. Teman karib dalam penelitian ini dibatasi pada teman karib sesuku dan berbeda suku.

Penelitian ini mendapatkan bahwa interaksi komunikasi dalam ranah kekariban cenderung tidak menggunakan Bahasa Ibu. Responden tidak menggunakan Bahasa ibu mereka dalam berinteraksi dikarenakan mereka lebih nyaman menggunakan Bahasa Indonesia dalam bercakap cakap apalagi dengan latar di luar Puri. Pun bagi teman karib para responden yang datang ke Puri mereka juga akan lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia.

4.2 Faktor-faktor pendukung dan penghambat pemertahanan Bahasa Ibu pada kalangan remaja di lingkungan Puri di Kabupaten Gianyar

Bagian ini membahas mengenai faktor-faktor penghambat dan pendukung pemertahanan Bahasa Ibu pada lingkungan Puri di Kabupaten Gianyar. Dalam kerangka teori yang disampaikan oleh Holmes bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan sebuah bahasa adalah: status bahasa, ukuran kelompok pengguna bahasa, serta eksten dimana bahasa menikmati dukungan institusi. Masing-masing faktor akan diuraikan lebih detail berikut ini:

4.2.1 Status Bahasa

Status Bahasa Ibu dalam hal ini Bahasa Bali terefleksi pada sikap penggunaan oleh para responden. Analisa data menunjukkan bahwa persentase Bahasa Ibu digunakan dalam ranah keluarga masih dominan. Demikian halnya dalam ranah ketetanggaan, Bahasa Ibu menunjukkan dominasinya sebagai penanda status sosial penggunanya. Namun dilain pihak dapat digambarkan bahwa terjadi pergeseran bahasa dalam ranah kekariban, yaitu bergesernya penggunaan Bahasa Ibu menjadi Bahasa Indonesia. Ukuran kelompok pengguna Bahasa (komunitas)

4.2.2 Ukuran kelompok pengguna Bahasa (komunitas)

Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap pemertahanan sebuah bahasa adalah ukuran kelompok pengguna Bahasa (komunitas). Sebuah bahasa akan semakin bertahan apabila sebuah komunitas terkonsentrasi dan memiliki banyak penutur yang berkomunikasi menggunakan Bahasa Ibu dalam domain atau ranah yang berbeda. Dalam penelitian ini komunitas yang dimaksud adalah lingkungan Puri.

(6)

6

Puri yang tersebar di Kabupaten Gianyar merupakan bagian dari berbagai Puri yang tersebar hampir di seluruh Kabupaten di Bali. Puri sebagai sentra peradaban menjadi sebuah komunitas yang senantiasa melestarikan penggunaan Bahasa Ibu.

4.2.3 Eksten dimana bahasa didukung oleh Institusi

Dari analisa data untuk bagian ini ditemukan bahwa keberadaan Bahasa Ibu bagi komunitas Puri, khususnya pada kalangan remajanya memberikan persetujuan bahwa Bahasa Bali sejauh ini telah didukung oleh institusi. Hal ini terbukti dengan adanya kolom khusus berbahasa Bali dalam koran lokal, yaitu Bali Post, yang edisinya muncuk setiap hari Minggu. Bahasa Bali merupakan salah satu mata pelajaran wajib di Sekolah Dasar di Bali demikian halnya di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum.

Analisa dalam kerangka Holmes diatas juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Jendra (2010) mengenai faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa di lingkungan Puri. Dilihat dari jumlah pembicara, maka penutur Bahasa Ibu di lingkungan Puri terbilang cukup banyak, mengingat banyaknya Puri yang tersebar di setiap Kabupaten yang ada di Bali. Dalam Wikipedia tercatat lebih kurang 90 Puri yang tersebar di seluruh Bali, dan jumlah tersebut belum termasuk yang tercatat dalam Pesamuhan Puri di Bali.

5. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa penggunaan Bahasa Ibu yaitu Bahasa Bali pada kalangan remaja di lingkungan Puri di Kabupaten Gianyar masih berlangsung baik. Bahasa Bali digunakan dalam komunikasi sehari hari antara para penutur dan interlokutor di lingkungan Puri. Penggunaan Bahasa Bali terjadi pada ranah keluarga, dan juga ranah ketetanggaan. Penggunaan Bahasa Ibu dalam ranah kekariban menunjukkan adanya pergeseran Bahasa. Bahasa Ibu yang dominan digunakan dalam ranah keluarga dan ranah ketetanggaan tidak terlihat dalam ranah kekariban. Bahasa Ibu bergeser penggunaannya dengan Bahasa Indonesia oleh karena disebabkan oleh kebiasaan mereka bercengkerama menggunakan Bahasa Indonesia di sekolah.

2. Faktor-faktor pendukung pemertahanan Bahasa Ibu di kalangan remaja di lingkungan Puri di Kabupaten Gianyar adalah: Status Bahasa; dimana Bahasa Bali menjadi Bahasa Ibu bagi masyarakat Bali dan menjadi identitas suku Bali. Ukuran kelompok pengguna Bahasa Ibu tersebut juga cukup besar, mengingat ada banyak Puri yang tersebar di setiap Kabupaten di Bali. Faktor lainnya adalah eksten dimana bahasa menikmati dukungan institusi. Dalam hal ini Bahasa Bali telah dimasukkan menjadi mata pelajaran wajib untuk diikuti bagi para siswa di SD, SMP dan SMA. Jurnalistik pun turut mengambil peran dalam mendukung keberadaan Bahasa Ibu ini, terbukti dengan adanya ruang khusus di salah satu koran yang ada di Bali, yaitu Bali Post yang menampilkan rubrik khusus yang berbahasa Bali. Tiga faktor tersebut senada dengan faktor-faktor yang disampaikan oleh Jendra. Bahwa, jumlah pembicara, konsentrasi, identitas & kebanggaan budaya menjadi faktor pendukung pemertahanan bahasa ibu di kalangan remaja di lingkungan Puri di Kabupaten Gianyar. Selain itu kondisi ekonomi yang lebih baik juga menjadikan proses pemertahanan bahasa dapat dilakukan.

(7)

7

Fasold, Ralph W.1984. The Sociolinguistic of Society. Oxford:Blackwell Fasold, Ralph W. 1993. The Sociolinguistics of Language. Oxford: Blackwell

Fishman, Joshua A (Ed). 1971. The Sociology of Language. Rowley. Massachussetts: Newburry House

Haugen, E.1972. Bilingualism in Americas: A Bibliography and Research Guide. American Dialect Society

Holmes, Janet.2001. An Introduction to Sociolinguistics (Second Edition). Edinburgh: Pearson Education Limited

Hymes, Dell.1976. Language in Culture and Society. New York: Harper and Row Publishers Sudaryanto.1982. Metode Linguistik: Kedudukannya, Aneka Jenisnya, dan Faktor Penentunya. Yogyakarta, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada

Sumarsono.1993. Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Referensi

Dokumen terkait

KAJIAN TERHADAP U-Mo SEBAGAI KANDIDAT BAHAN BAKAR BARU BERDENSITAS TINGGI. Pengembangan bahan bakar baru dikaji guna mencari bahan bakar yang memiliki densitas tinggi dan

Menerangkan bahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan penelitian denganjudul proposal" Pengelolaan Sampah Pasar Sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Lingkungan

U nastavku je prikazan Projekt rekonstrukcije HE Zakučac kroz njegove faze životnog ciklusa od iniciranja projekta i ciljeva koji će se ostvariti, detaljnog planiranja kako

Objective: To analyze the diagnostic accuracy of VAS compared to PNIF in measurement of nasal obstruction in patients with persistent allergic rhinitis. Method: This

pengukur risiko saham dalam penelitian mereka karena beta sebagai ukuran risiko sistematis dapat dipakai untuk mengestimasi keuntungan yang diharapkan, dimana hal tersebut

Adapun temuan dari penelitian ini adalah; 1) Hasil analisis regresi membuktikan, strategi harga terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar

Kemampuan spasial dalam penelitian ini adalah kemampuan memanipulasi dan merotasi secara mental suatu objek dalam menyelesaikan masalah geometri dimensi tiga serta kemampuan

Mendapatkan keterangan seperti tersebut diatas saya dan suami pesimis akan kelanjutan tanah tersebut dan tidak ingin untuk memiliki tanah tersebut maka suami saya menghubungi