ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2012
TESIS
Oleh
DAHLIA ROSA 107032172/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2012
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
DAHLIA ROSA 107032172/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI
KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012 Nama Mahasiswa : Dahlia Rosa
Nomor Induk Mahasiswa : 107032172
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K)) (
Ketua Anggota
Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes)
Dekan
Telah diuji
Pada tanggal : 03 Juli 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K) Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes
PERNYATAAN
ANALISIS FAKTOR MEMENGARUHI KEHAMILAN USIA MUDA DI KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2012
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2012
(Dahlia Rosa)
ABSTRAK
Kehamilan yang terjadi pada usia muda ≤ 20 tahun akan menyebabkan kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih besar dibandingkan kehamilan dan persalinan pada usia reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. Banyak hal yang dapat mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual pra nikah yang berdampak terhadap terjadinya kehamilan di usia muda. Kehamilan usia muda pada hakekatnya kurang mempunyai persiapan atau kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin.
Untuk itu dilakukan penelitian kuantitatif tentang “ Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 “ yang bertujuan untuk mengetahui faktor (tingkat pendidikan, ekonomi, dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan, kepatuhan terhadap orang tua, adat istiadat atau pandangan masyarakat, hukum dan peraturan, pandangan terhadap konsep cinta) yang memengaruhi kehamilan usia muda dengan cara mengelompokkan variabel yang diteliti menjadi faktor 1, faktor 2, dan seterusnya. Menggunakan metode survey analitik melalui explanatory reseach
dan pendekatan secara cross sectional. Dengan menggunakan data primer melaui
kuesioner. Seluruh populasi digunakan sebagai sampel sebanyak 87 orang wanita hamil dan melahirkan.
Setelah dilakukan penelitian tentang Analisis Faktor ditemukan 87 responden (75 orang hamil dan 12 orang sudah melahirkan) dengan responden terbanyak di desa sambirejo yaitu 30 orang (34.48%) dari 7 (tujuh) desa yang ada, rata-rata pada usia 16-19 tahun yaitu 49 orang (56,32%). Berdasarkan hasil analisis faktor dari 9 (sembilan) variabel yang ada menjadi 7 (tujuh) variabel dengan proses factoring hanya bisa direduksi menjadi 2 (dua) faktor yaitu faktor 1 terdiri variabel dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan dan pandangan terhadap konsep cinta dinamakan faktor internal,berarti ada sekelompok wanita yang hamil diusia muda lebih disebabkan karena adanya dorongan dari dalam diri wanita itu sendiri. Dan faktor 2 terdiri variabel pendidikan, ekonomi dan adat istiadat atau pandangan masyarakat yang dinamakan faktor eksternal, berarti ada sekelompok wanita yang hamil diusia muda lebih disebabkan karena adanya dorongan dari luar diri wanita itu sendiri.
Dengan diketahuinya faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab kehamilan usia muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat diharapkan dapat disebarluaskan dan diberikan pemahaman kepada masyarakat sehingga tidak terjadi lagi kehamilan diusia muda yang dapat menurunkan angka kematian ibu dan janin.
ABSTRACT
Pregnancy occurs in the age of ≤ 20 years will result in maternal and neonatal mortality 2 – 4 times bigger compared to those who are pregnant in their healthy reproductive ages of 20 – 35 years. Many factors that drive the teenagers to do premarital sexual intercourse cause the incident of pregnancy in young age. This kind of pregnancy basically lacks biological, psychological and socio-economic preparation and maturity that can inflict poor health to the mothers and fetal growth and development.
The purpose of this explanatory analytical quantitative study with cross-sectional-approach entitled “The Analysis of Factors Influencing Pregnancy in Young Age in Binjai Subdistrict, Langkat District, in 2012” was to find out the factors (levels of education and economy, biological drive, knowledge of reproductive health, opportunity, obedience to parents, customs or public opinion, laws and regulations, and views on the concept of love) influencing the incident of pregnancy in young age by grouping the variables studied into factor 1, factor 2 and so forth. The population of this study was 87 pregnant women and those who have given birth and all of them were selected to be the samples for this study. The primary data for this study were obtained through questionnaire distribution.
The result of Factor Analysis showed that of the 87 respondents (75 pregnant women and 12 women who have given birth), the most respondents (30 respondents = 34.48%) live in Sambirejo Village. Of the 7 (seven) villages studied, 49 respondents (56.32%) were in average of 16 -19 years of age. The result of Factor Analysis on 9 (nine) variables, only 2 (two) variables that could be reduced through factoring process such as Factor 1 consisted of the variables of biological drive and knowledge of reproductive health, the variables of opportunity and views on the concept of love were called Internal Factor which means that there was a group of women who were pregnant in young age caused by the drive within themselves. Factor 2 consisted of the variables of education and economy, and customs or public opinion was called Internal Factor which meant that there was a group of women who were pregnant in young age caused by the drive from outside of them.
By knowing the Internal and External Factors causing the incident of pregnancy in young age in Binjai Subdistrict, Langkat District, it is expected that this information can be widely socialized to the community members that pregnancy in young age will not occur any more that the rate of maternal and neonatal mortality can be minimized.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
tesis ini dengan judul “Analisis Faktor Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012”
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Kesehatan Reproduksi Universitas Sumatera Utara.
Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H,
M.Sc (CTM), Sp.A(K) dan Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.
2. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
3. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K) selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing dengan
penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan sehingga tesis ini
4. Dr. Muhammad Rusda, SpOG dan Drs. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku penguji
tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing dan meluangkan
waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis ini.
5. Terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dr. Herman
Sadeck, M.Kes beserta staff dan dr. Harry Abdullah beserta staff sebagai Kepala
Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang telah
memberikan ijin dan dukungan moril kepada penulis dalam rangka menyelesaikan
penelitian.
6. Terima kasih kepada Camat Retti Yanti, BA beserta Staff Kecamatan Binjai
beserta staff yang sudah membantu dalam proses pengumpulan data dilokasi
penelitian.
7. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda Alm. Arwin A.R.
dan Ibunda Deliana serta mertua Ayahanda (alm) Lettu Purn. Murad Aziz dan
Ibunda Roidah Panjaitan telah membantu dan member dukungan moril serta restu
dan doa.
8. Teristimewa buat suami tercinta, Benny Feryanto, SH dan buah hatiku M. Ferly
Alzajirah, Adinda Muhardinata, SE dan Murdeli Akbar, Amd beserta istri dan
teman-teman tercinta yang penuh pengertian, dorongan pengorbanan serta
9. Rekan- rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti
pendidikan, penelitian dan penulisan tesis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat di harapkan dan
diucapkan terimakasih.
Medan, Juli 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Dahlia Rosa, lahir tanggal 09 Juli 1976 di daerah Rd. Panjang Peureulak Aceh
Timur, anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara, pada pasangan Arwin AR dan Deliana.
Menikah dengan Benny Feryanto, SH Tahun 2003. Anak pertama dari 2 (dua)
bersaudara pada pasangan (alm) Lettu Purn. Murad Aziz dan Ibunda Roidah
Panjaitan dengan dikarunia 1 (satu) orang anak bernama M. Ferly Alzajirah.
Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Pertamina Rantau Panjang
Peureulak, SD Negeri Pertamina, SMP Negeri Rantau Panjang Peureulak, Sekolah
Perawat Kesehatan (SPK) Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa Tahun 1994,
Program Pendidikan Bidan-A Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa Tahun 1995,
Akademi Kebidanan Depkes Medan Tahun 2001, Diploma IV Bidan Pendidik USU
Medan Tahun 2003.
Mulai bekerja sebagai Bidan PTT Tahun 1995 – 1998 di Desa Kampung Bakti
Kota Cane, Praktek Bidan secara Mandiri Tahun 2000 – 2005, Bekerja di Akbid
Nusantara 2000 Medan Tahun 2000 – 2003 sebagai Dosen dan Pudir I, di Akbid
Pemkab Langkat sebagai Dosen Tahun 2002 – Sekarang dan Direktur Tahun 2004 –
Sekarang.
Penulis mengikuti Pendidikan Lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi
DAFTAR ISI
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Perkawinan Usia Muda…… ... 11
2.1.3 Kerugian Remaja Melakukan Seks Pranikah ... 15
2.1.4 Gejala Awal Kehamilan ... 15
2.1.5 Dampak yang Terjadi Pada Kehamilan Usia Muda ... 17
2.1.6 Penanggulangan ... 19
2.2 Analisis Faktor ... 24
2.2.1 Pengertian ... 24
2.2.2 Model Analis Faktor dan Statistik yang Relevan ... 25
2.2.3 Model Matematik dalam Analisis Faktor ... 26
2.2.4 Langkah-langkah Analisis Faktor ... 27
3.3.2 Sampel ... 39
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39
3.4.1 Data Primer... 39
3.4.2 Data Skunder ... 39
3.4.3 Data Tertier... 40
3.4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 42
4.2 Distribusi Karakteristik Responden ... 53
4.3 Uji Kelayakan Faktor ... 54
4.4.6 Component Transformation Matrix... 64
4.4.7 Penamaan Faktor yang Terbentuk ... 64
BAB 5. PEMBAHASAN ... 67
5.1 Analisis Uji Kelayakan ... 67
5.1.1 Analisis Uji Kelayakan I ... 67
5.1.2 Analisis Uji Kelayakan II ... 68
5.1.3 Analisis Uji Kelayakan III ... 69
5.2 Analisis Faktor (Faktoring, Ekstraksi dan Rotasi) ... 69
5.3.2 Faktor Eksternal ... 79
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
6.1 Kesimpulan ... 82
6.2 Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………... 41
3.2. Rincian Pertanyaan dari Variabel yang Diteliti………... 45
4.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Binjai Berdasarkan Desa/ Kelurahan di
Kabupaten Langkat Tahun 2010 ... 51
4.2. Banyaknya Penduduk Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2010 ... 52
4.3. Karakteristik Wanita yang Hamil dan Melahirkan yang Berusia ≤ 20
Tahun di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2011 ... 53
4.4. Distribusi Korelasi Faktor Kelayakan Pertama Pada Variabel yang
Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 56
4.5. Distribusi Korelasi Faktor Kelayakan Kedua Pada Variabel yang
Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 57
4.6. Distribusi Korelasi Faktor Kelayakan Ketiga Pada Variabel yang
Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 59
4.7 Distribusi Besarnya Hubungan Variabel yang Memengaruhi Kehamilan
Usia Muda Berdasarkan Jumlah Varians dari Faktor yang Terbentuk di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 60
4.8 Distribusi Variabel yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda
Berdasarkan Faktor yang Terbentuk di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 61
4.9. Distribusi Proses Penentuan Variabel yang Memengaruhi Kehamilan Usia
4.10. Distribusi Penentuan Variabel yang Lebih Jelas dan Nyata Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun
2012 ... 63
4.11. Distribusi Validasi Faktor yang Terbentuk ... 64
4.12. Distribusi Faktor Internal yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda ... 64
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Landasan Teori Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Kehamilan Usia Muda ≤ 20 Tahun (Modifikasi dari Roumauli, S. 2011, Aryani, R. 2009, Manuaba, IBG. 2010 Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati, 2005, Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007) ... 37
2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 38
4.3. Peta Wilayah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ... 49
4.4. Distribusi Penduduk Kecamatan Binjai Berdasarkan Desa/ Kelurahan
di Kabupaten Langkat Tahun 2010 ... 50
4.5. Grafik Scree Plot terhadap Jumlah Faktor yang Terbentuk ... 62
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 87
2. Hasil Pengolahan Data ... 94
ABSTRAK
Kehamilan yang terjadi pada usia muda ≤ 20 tahun akan menyebabkan kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih besar dibandingkan kehamilan dan persalinan pada usia reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. Banyak hal yang dapat mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual pra nikah yang berdampak terhadap terjadinya kehamilan di usia muda. Kehamilan usia muda pada hakekatnya kurang mempunyai persiapan atau kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin.
Untuk itu dilakukan penelitian kuantitatif tentang “ Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 “ yang bertujuan untuk mengetahui faktor (tingkat pendidikan, ekonomi, dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan, kepatuhan terhadap orang tua, adat istiadat atau pandangan masyarakat, hukum dan peraturan, pandangan terhadap konsep cinta) yang memengaruhi kehamilan usia muda dengan cara mengelompokkan variabel yang diteliti menjadi faktor 1, faktor 2, dan seterusnya. Menggunakan metode survey analitik melalui explanatory reseach
dan pendekatan secara cross sectional. Dengan menggunakan data primer melaui
kuesioner. Seluruh populasi digunakan sebagai sampel sebanyak 87 orang wanita hamil dan melahirkan.
Setelah dilakukan penelitian tentang Analisis Faktor ditemukan 87 responden (75 orang hamil dan 12 orang sudah melahirkan) dengan responden terbanyak di desa sambirejo yaitu 30 orang (34.48%) dari 7 (tujuh) desa yang ada, rata-rata pada usia 16-19 tahun yaitu 49 orang (56,32%). Berdasarkan hasil analisis faktor dari 9 (sembilan) variabel yang ada menjadi 7 (tujuh) variabel dengan proses factoring hanya bisa direduksi menjadi 2 (dua) faktor yaitu faktor 1 terdiri variabel dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan dan pandangan terhadap konsep cinta dinamakan faktor internal,berarti ada sekelompok wanita yang hamil diusia muda lebih disebabkan karena adanya dorongan dari dalam diri wanita itu sendiri. Dan faktor 2 terdiri variabel pendidikan, ekonomi dan adat istiadat atau pandangan masyarakat yang dinamakan faktor eksternal, berarti ada sekelompok wanita yang hamil diusia muda lebih disebabkan karena adanya dorongan dari luar diri wanita itu sendiri.
ABSTRACT
Pregnancy occurs in the age of ≤ 20 years will result in maternal and neonatal mortality 2 – 4 times bigger compared to those who are pregnant in their healthy reproductive ages of 20 – 35 years. Many factors that drive the teenagers to do premarital sexual intercourse cause the incident of pregnancy in young age. This kind of pregnancy basically lacks biological, psychological and socio-economic preparation and maturity that can inflict poor health to the mothers and fetal growth and development.
The purpose of this explanatory analytical quantitative study with cross-sectional-approach entitled “The Analysis of Factors Influencing Pregnancy in Young Age in Binjai Subdistrict, Langkat District, in 2012” was to find out the factors (levels of education and economy, biological drive, knowledge of reproductive health, opportunity, obedience to parents, customs or public opinion, laws and regulations, and views on the concept of love) influencing the incident of pregnancy in young age by grouping the variables studied into factor 1, factor 2 and so forth. The population of this study was 87 pregnant women and those who have given birth and all of them were selected to be the samples for this study. The primary data for this study were obtained through questionnaire distribution.
The result of Factor Analysis showed that of the 87 respondents (75 pregnant women and 12 women who have given birth), the most respondents (30 respondents = 34.48%) live in Sambirejo Village. Of the 7 (seven) villages studied, 49 respondents (56.32%) were in average of 16 -19 years of age. The result of Factor Analysis on 9 (nine) variables, only 2 (two) variables that could be reduced through factoring process such as Factor 1 consisted of the variables of biological drive and knowledge of reproductive health, the variables of opportunity and views on the concept of love were called Internal Factor which means that there was a group of women who were pregnant in young age caused by the drive within themselves. Factor 2 consisted of the variables of education and economy, and customs or public opinion was called Internal Factor which meant that there was a group of women who were pregnant in young age caused by the drive from outside of them.
By knowing the Internal and External Factors causing the incident of pregnancy in young age in Binjai Subdistrict, Langkat District, it is expected that this information can be widely socialized to the community members that pregnancy in young age will not occur any more that the rate of maternal and neonatal mortality can be minimized.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa
dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial dimana terjadi
perubahan fhisik mental, psikososial yang cepat dan berdampak pada berbagai asfek
kehidupan. Remaja harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang kadang
saling bertentangan. Banyak sekali kejadian hidup yang akan terjadi, yang tidak saja
akan menentukan kehidupan masa dewasa, namun juga kualitas generasi berikutnya
sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis. Perubahan fhisik yang dialami
remaja berhubungan dengan produksi hormon seksual dalam tubuh yang
mengakibatkan timbulnya dorongan emosi dan seksual. Hal ini menjadi titik rawan
karena remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu dan mempunyai kecendrungan
mencoba hal–hal baru (Heriana, dkk, 2008).
Di mana perubahan ini juga akan berdampak pada perilaku remaja tersebut.
Perkembangan fisik ditandai dengan semakin matang dan mulai berfungsinya organ–
organ tubuh termasuk organ reproduksinya. Perubahan psikis yang dialami pada
masa pubertas adalah perhatian yang lebih terhadap diri sendiri dan lawan jenis,
dengan menjaga penampilanya. Hal inilah yang membuat manjadi mandiri tanpa
adalah remaja pada fase ini akan lebih dekat dengan teman sebaya dibandingkan
dengan orang tuanya sendiri. Hal ini tentu banyak sekali akibatnya, salah satunya
adalah sumber informasi, karena remaja cenderung lebih dekat dengan teman
sebayanya maka kemungkinan iapun akan lebih percaya pada informasi yang berasal
dari teman–temannya, termasuk informasi tentang seksualitas. Padahal informasi
seperti itu belum tentu dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (Hurlock, 2003).
Banyak mitos-mitos diseputar seksualitas, sebuah informasi yang belum pasti
kebenarannya, namun sudah terlanjur dipercaya oleh remaja. Mitos yang paling
ngetren di kalangan remaja adalah hubungan seks (HUS) sekali nggak bakalan bikin
hamil. Atau HUS adalah tanda cinta dan sayang khususnya di hari-hari spesial seperti
‘hari jadian’, ulang tahun ataupun valentine day. Namun ternyata dari kejadian inilah
angka kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) membengkak setiap tahunnya. Salah
satu cara menyikapi mitos-mitos tersebut adalah dengan memberikan informasi atau
pendidikan tentang kesehatan reproduksi yang tepat dan benar. Pendidikan
seksualitas bukan sekedar memberi informasi yang lengkap mengenai seksualitas,
misalnya dari sudut pandang bilogis yaitu tentang organ reproduksi tetapi juga
mengajarkan ketrampilan untuk memilih dan mengkomunikasikan pilihannya, serta
mengajarkan laki-laki untuk lebih menghormati perempuan dengan demikian
pendidikan seksualitas justru melindungi remaja dari resiko hubungan seks yang tidak
terlindungi. Mengingat rasa ingin tahu remaja yang besar maka diperlukan strategi
pengambilan keputusan tentang pendidikan seks sehingga tidak terjadi kehamilan
Menurut laporan Organisasi Badan Dunia Bidang Kependudukan (United
Nation Population Fund/ UNPFA, 2000) 1 dari 6 penduduk dunia adalah remaja yang
85% hidup di negara berkembang yang rata-rata sudah aktif seksual, sebagiannya
sudah menikah sehingga menimbulkan tantangan resiko masalah kesehatan
reproduksi seperti kehamilan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual
(PMS) dan HIV/ AIDS. Setiap tahun ± 15 juta remaja (15-19 tahun) melahirkan, 4
juta aborsi, hampir 100 juta menderita PMS yang dapat disembuhkan, ± 7000 remaja
terinfeksi HIV/ hari, hal ini dipengaruhi oleh tuntutan kawin muda dan hubungan
seksual, akses pendidikan dan pekerjaan terbatas, ketidaksetaraan gender, kekerasan
seksual, pengaruh media massa dan gaya hidup populer. Di Inggris Raya angka
kehamilan usia 15-19 tahun tertinggi di Eropa Barat yaitu empat kali lebih besar
daripada Prancis dan tujuh kali lipat angka yang sama di Belanda. Sementara itu,
angka konsepsi remaja di bawah usia 20 tahun menurun di seluruh Eropa, kecuali di
Inggris Raya (Andrews, G.2009)
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) 228/ 100.000 KH , Angka Kematian Bayi (AKB)
34/ 1000 KH dan Angka Kematian Neonatus (AKN) 19/1000 KH hal ini masih jauh
dari target MDGs tahun 2015 yaitu AKI mencapai 102/ 100.000 KH. Dimana AKI
dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN
lainnya. Untuk menurunkan jumlah AKI dan AKB perlu akses layanan kesehatan
komplikasi paada waktu hamil dan bersalin, aborsi tidak aman, PMS dan kanker
reproduktif.
Menurut profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 jumlah AKI
116/100.000 KH dan AKB 7,73/1000 KH. Sedangkan hasil survei yang dilaksanakan
oleh FKM USU ditemukan AKI 268/100.000 KH dan AKB 23/1000 KH. Hal ini
berarti AKI dan AKB untuk Sumatera Utara masih cukup tinggi.
Menurut data Riset Kesehatan Daerah (RISKESDA) tahun 2010 ditemukan
Jumlah remaja (laki dan perempuan) 63.048 dengan status belum menikah 86,7 %
menjawab pernah melakukan hubungan seksual laki-laki 3.0% dan perempuan 1.1%.
Usia menikah : umur 10–14 tahun 4,8 % dan usia 15–19 tahun 41,9%. Hal ini berarti
prilaku seksual sebelum menikah sudah mulai terjadi pada usia yang sangat muda.
Menurut profil kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2010 ditemukan AKI
83,02/ 100.000 dan AKB 6,20/1000 KH . Angka ini jauh di bawah angka nasional
dan provinsi sehingga angka ini belum dapat dijadikan standar, karena kemungkinan
masih banyak kematian yang tidak terlaporkan. Oleh karena itu diperlukan pencatatan
dan pelaporan yang lebih teliti dari sarana yang paling dasar seperti Posyandu atau
Bidan di desa.
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya dengan negara
lain yaitu perdarahan, infeksi, dan eklampsi. Sedangkan penyebab tidak langsung
yaitu anemia, kurang energi kronis (KEK), dan keadaan “4 terlalu” yaitu terlalu
Salah satu dampak dari penurunan TFR (Total Fertility Rate) dan IMR (Infant
Mortality Rate) adalah perubahan struktur umur penduduk, diantaranya adalah
terjadinya peningkatan jumlah penduduk usia remaja. Remaja yang berumur 15-24
tahun pada tahun 2000 adalah seperlima dari seluruh penduduk Indonesia. Kesehatan
reproduksi pada masa remaja menjadi penting karena akan berkaitan dengan
kesehatan reproduksi di masa dewasanya. Oleh karena itu penting untuk mempelajari
perilaku reproduksi remaja, seperti dalam perilaku pacaran berisiko, yang dapat
berdampak pada kondisi kesehatan reproduksi (Kusumayarni, dkk. 2002).
Menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKKR) tahun 2007
ditemukan 1% wanita pernah melakukan hubungan seksual sedangkan pria 6%.
Selain itu juga terdapat hubungan yang kuat antara sikap responden terhadap
hubungan seksual pra nikah dan prilaku seksual antara 22 % wanita dan 45% pria
yang menerima hubungan seksual pra nikah ternyata telah secara aktif pernah
melakukan hubungan seksual. Salah satu resiko dari seks pra nikah atau seks bebas
adalah terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan (KTD) yang terjadi pada masa
remaja.
Proses kehamilan yang awalnya menjadi hal yang bahagia bagi pasangan
yang terikat oleh jalinan perkawinan namun sebaliknya proses kehamilan itu akan
menjadi malapetaka bagi pasangan yang belum terikat oleh jalinan perkawinan yang
sah atau bisa di sebut hubungan seksual pranikah. Istilah “hubungan seksual
dimaksud dengan hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang
dilakukan oleh sepasang insan sebelum mereka diikat oleh tali perkawinan. Kartono
(1996) yaitu kehamilan pranikah pada umumnya tidak direncanakan dan
menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya,
ditambah lagi dengan adanya sanksi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan
kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan, 2009).
Menurut Sarwono (2006), ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam
munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya perubahan-perubahan
hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual remaja, penyebaran informasi yang
salah misalnya dari buku-buku dan VCD porno, rasa ingin tahu (curiousity). yang
sangat besar, serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua dikarenakan
orang tua menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan diusia muda.. Pendidikan seks atau seksualitas
pendidikan adalah proses perolehan informasi dan pembentukan sikap dan keyakinan
tentang seks, identitas seksual, hubungan dan keintiman. Oleh sebab itu setiap orang
mendapatkan informasi tentang seks dari sumber yang berbeda melalui media, dari
teman, orang tua, sekolah dan lembaga kesehatan.
Di Kalimantan Selatan dalam studi Wahyu dkk (1999) mengatakan bahwa
perkawinan usia muda masih tinggi yaitu rata-rata di bawah 18 tahun. Hal ini
disebabkan tentang pemahaman perkawinan yang rendah yang disebabkan oleh putus
sekolah, tidak memiliki pekerjaan yang jelas. Dan adanya pandangan bahwa dengan
masyarakat setempat memiliki budaya lebih baik kawin muda daripada jadi perawan
tua. Selain itu karena kedua remaja terlanjur jatuh cinta atau married by accident
(Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007)
Menurut data Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian
(BP-4) Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat ditemukan 92 pernikahan yang terjadi di
usia ≤ 20 tahun (21%) dari 442 pernikahan yang terjadi pada tahun 2010. Sedangkan
tahun 2011 ditemukan 120 pernikahan yang terjadi di usia muda < 20 tahun (25%)
dari 480 pernikahan. Hal ini terlihat adanya peningkatan jumlah perkawinan usia
muda ≤ 20 tahun di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat untuk tahun 2010 dan
2011. Dari jumlah tersebut sekitar 50-60% remaja putri tersebut telah hamil di luar
nikah. Dimana pernikahan yang terjadi di usia muda tersebut memberikan kontribusi
yang besar untuk terjadinya kehamilan pada usia muda yaitu ≤ 20 tahun.
Menurut data laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA) Puskesmas Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat di tahun
2011 jumlah ibu hamil yang berusia ≤ 20 tahun berjumlah 44 orang (31%) dari 140
orang ibu hamil yang ada di wilayah tersebut.
Kehamilan yang terjadi pada usia muda ≤ 20 tahun akan menyebabkan
kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih besar dibandingkan kehamilan dan persalinan
pada usia reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. Kehamilan usia muda atau remaja akan
mengakibatkan berbagai risiko seperti kelahiran prematur, BBLR (Berat Badan Bayi
Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga
dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin
(Heriana,dkk. 2008).
Menurut Fullerton et al, (1997) Kehamilan remaja dan peran ibu merupakan
dua isu yang penting karena wanita muda berisiko tinggi memiliki kesehatan buruk,
pendidikan rendah, tingkat sosial ekonomi yang rendah. Sedangkan menurut Westall
(1997) bolos sekolah, prestasi akademik rendah, dan pendidikan seks yang kurang
memadai adlah faktor pemicu tingginya angka kehamilan ini (Andrews, 2009)
Dengan melihat tingginya angka perkawinan di usia muda ≤ 20 tahun dan
banyak hal yang dapat mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual pra
nikah yang berdampak terhadap terjadinya kehamilan di usia muda yang merupakan
salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu pada masa hamil. Yang mana
kehamilan usia muda adalah kehaamilan yang pada hakekatnya kurang mempunyai
persiapan atau kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi.
Penelitian ini menggunakan analisis faktor bukan dengan regresi karena
analisis faktor memiliki variabel dependen tidak ada hanya satu jenis saja yaitu
kehamilan diusia muda sedangkan secara regresi memiliki variabel dependen
kehamilan dengan usia muda dan tidak usia muda keduanya diukur. Agar
mendapatkan faktor apa yang paling mempengaruhi maka peneliti tertarik meneliti
tentang “ Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kehamilan Usia Muda Di Kecamatan
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah karena tingginya angka wanita hamil di usia muda ≤ 20
tahun.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor (tingkat pendidikan, ekonomi, dorongan biologis,
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan, kepatuhan terhadap orang
tua, adat istiadat atau pandangan masyarakat, hukum dan peraturan, pandangan
terhadap konsep cinta) yang memengaruhi kehamilan usia muda dengan cara
mengelompokkan variabel yang diteliti menjadi faktor 1, faktor 2, dan seterusnya.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang analisis
faktor yang memengaruhi kehamilan usia muda.
1.4.2. Manfaat Aplikatif
Dengan diperolehnya faktor 1, 2, 3, dan seterusnya yang memengaruhi
kehamilan usia muda sehingga dapat sebagai dasar untuk membuat suatu
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan Usia Muda 2.1.1 Pengertian
Menurut Monks (1999) dalam Nasution (2007) batasan usia secara global
berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun masa muda
awal, 15-18 tahun masa muda pertengahan, 18-21 tahun masa muda akhir.
Menurut Hurlock (2003) menyatakan secara tradisional masa muda dianggap
sebagai “badai dan tekanan” yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin, lamanya 280
hari (40 mgg atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba,
IBG. 2010).
Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika
terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko
akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari reproduksi sehat
(Manuaba, IBG. 2010) .
Kehamilan yang terjadi diusia muda merupakan salah satu resiko seks
pranikah atau sesk bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono
(1996) kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak
yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari masyarakat
terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan.
2009).
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Perkawinan Usia Muda
Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 Pasal 7 bahwa
perkawinan diizinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.
Namun Pemerintah mempunyai kebijakan tentang prilaku reproduksi manusia yang
ditegaskan dalam UU No.10 tahun1992 yang menyebutkan bahwa Pemerintah
menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyak resiko
kehamilan yang akan dihadapi pada usia muda, untuk perkawinan diizinkan pada usia
21 tahun bagi laki-laki dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia
muda adalah perkawinan yang dilakukan pada laki-laki yang berusia kurang dari 21
tahun dan perempuan berusia kurang 19 tahun (Widyastuti, dkk.2009).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk menikah di usia muda,
yang selanjutnya akan hamil dan melahirkan diusia muda antara lain :
a. Tingkat Pendidikan
Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya perkawinan
usia muda (Romauli, S.dkk.2011).
b. Ekonomi
Apabila anak perempuan telah menikah, berarti orang tua bebas dari tanggung
mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk
melakukan hubungan seksual pra nikah. Karena kemiskinan ini , remaja putri
terpaksa bekerja. Namun sering kali mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari
12 jam sehari, bekerja di perumahan tanpa di bayar hanya diberi makan dan
pakaian, bahkan beberapa mengalami kekerasan seksual (Aryani, R. 2010).
c. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi dianggap tabu dibicarakan dengan anak (remaja). Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat kurang (Manuaba, IBG.dkk.2009 dan Aryani, R.2010).
d. Hukum atau Peraturan
Dalam agama Islam, menikah diisyaratkan oleh beberapa pemeluknya
dianggap sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari hal-hal yang
tidak diinginkan yaitu wanita umur 16 tahu dan pria umur 19 tahun. Dari segi
lain makin mudah orang bercerai dalam suatu masyarakat makin banyak
perkawinan usia muda (UU. Pernikahan tahun1974).
e. Adat Istiadat atau Pandangan Masyarakat
kepercayaan yang salah, kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua (Romauli, S.2011).
f. Dorongan Biologis
Adanya dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan
insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon.
Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar, misalnya dengan
membaca buku atau melihat film/ majalah yang menanpilkan gambar–gambar
yang membangkitkan erotisme. Di era teknologi informasi yang tinggi
sekarang ini, remaja sangat mudah mengakses gambar tersebut melalui
telepon genggam dan akan selalu di bawa dalam setiap langkah remaja
(Aryani, R. 2009 dan Manuaba, IBG.2010).
g. Kepatuhan Terhadap Orang Tua
Perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja terhadap
orang tua atau sifat menentang ( Romauli, S. 2011).
h. Ketidakmampuan Mengendalikan Dorongan Biologis
Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai–nilai
moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak
akan melakukan seks pra nikah, karena mengingat ini adalah dosa besar yang
harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun
keimanan ini dapat sirna tanpa tersisa bila remaja dipengaruhi obat–obatan
pelanggaran terhadap nilai–nilai agama dan moral dinikmati dengan tanpa
rasa bersalah (Aryani, R.2009)
i. Adanya Kesempatan Melakukan Hubungan Seks Pra Nikah
Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pra nikah sangat penting untuk
dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu
maka hubungan seks pra nikah tidak akan terjadi. Terbukanya kesempatan
pada remaja untuk melakukan hubungan seks didukung oleh kesibukan orang
tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan
hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja di luar rumah dan
menghabiskan hari–harinya dengan kesibukan masing – masing sehingga
perhatian terhadap anak remajanya terabaikan.
Selain itu pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara
berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja
untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel/ motel atau ke night club
sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan
seksual pra nikah(Aryani, R. 2009).
j. Pandangan terhadap Konsep Cinta
Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta,
keintiman, dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung berfikir
bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan remaja akhir
cenderung melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan saling
berkomunikasi dengan pasangan (Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati,
2005).
2.1.3 Kerugian Remaja Melakukan Seks Pra Nikah
Kerugian remaja bila melakukan hubungan seksual pra nikah adalah sebagai
berikut :
a. Resiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonorhoe, sifilis, HIV/
AIDS. Herpes simplek, herpes genitalis dan lain sebagainya.
b. Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini
terjadi, maka beresiko terhadap tindakan aborsi yang tidak aman dan resiko
infeksi atau kematian perdarahan, Bila kehamilan diteruskan, maka beresiko
melahirkan bayi yang kurang/ tidak sehat.
c. Trauma kejiwaan (depresi,rasa rendah diri, dan rasa berdosa karena berzina).
d. Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan.
2.1.4 Gejala Awal Kehamilan
Menurut Dianawati (2002) gejala-gejala awal yang terjadi pada proses
kehamilan diantaranya ditandai dengan (Lesnapurnawan, 2009) :
a. Tidak Datangnya Menstruasi
Seseorang yang telah melakukan hubungan seksual wajib memeriksakan diri ke
dokter jika dalam waktu satu minggu atau lebih tidak mendapatkan menstruasi
b. Perubahan pada Payudara
Biasanya, menjelang menstruasi, payudara perempuan akan terasa kencang dan
padat. Penyebabnya, jumlah hormon estrogen dalam tubuh meningkat. Kondisi
seperti itu akan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan berakhirnya masa
menstruasi. Lain lagi jika terjadinya kehamilan, memadat dan mengencangnya
payudara akan berlangsung lama dan akan semakin membesar disertai dengan
rasa kesemutan. Semua perubahan ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen
dan progeteron, yang sudah berfungsi untuk memproduksi air susu. Selain itu,
saluran-saluran jaringan payudara telah dialiri darah.
c. Sering Buang Air Kecil
Hal ini biasanya terjadinya pada awal kehamilan. Penyebabnya adalah ginjal
bekerja terlalu berlebihan sehingga kantung kencing pun akan cepat terisi.
d. Mual-mual dan Muntah
Gejala ini biasanya terjadi pada pagi hari. Dari gejala ini dapat diketahui bahwa
ia hamil, setelah lebih dari 1 minggu menstruasinya tidak datang. Gejala ini akan
hilang setelah memasuki 12 minggu sejak masa hamilan. Tidak setiap perempuan
mengalami gejala ini. Faktor yang menjadi penyebab timbulnya gejala ini masih
2.1.5 Dampak yang Terjadi Pada Kehamilan Usia Muda
Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda (remaja)
umumnya akan menimbulkan masalah–masalah sebagai berikut : (Lesnapurnawan,
2009. Manuaba, IBG.2010. Romauli, S. 2011).
a. Masalah Kesehatan Reproduksi
Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya
mempunyai kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat menurunkan generasi
penerus yang sehat. Untuk itu memerlukan perhatian karena belum siapnya alat
reproduksi untuk menerima kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai
bentuk komplikasi. Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2–5 kali lebih tinggi dari pada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
b. Masalah Psikologis
Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum
matang, sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam
perkawinan. Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai
biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya pada waktu kawin relatif masih
muda. Tetapi untuk remaja yang hamil di luar nikah menghadapi masalah
psikologi seperti rasa takut, kecewa, menyesal, rendah diri dan lain-lain, terlebih
c. Masalah Sosial Ekonomi
Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan
dalam bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya dengan
bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai
penopang. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress
(tekanan batin).
Dampak kebidanan yang terjadi pada kehamilan usia muda adalah
(Asfriyanti, 2009 dan Manuba, IBG. 2010) :
a. Abortus (Keguguran)
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan
remaja yang tidak dikehendaki. Abortus yang dilakukan oleh tenaga
non-profesional dapat menimbulkan tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Kelainan Bawaan
Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan
tingginya prematur, BBLR dan cacat bawaan.
c. Mudah Terinfeksi
Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan stres
memudahkan terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.
d. Anemia Kehamilan
Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam bemtuk eklampsi dan
pre eklampsi sehingga dapat menimbulkan kematian. Dimana keracunan
kehamilan merupakan penyebab kematian ibu yang terbesar ketiga.
f. Kematian Ibu yang Tinggi
Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang pintas untuk
melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka kematian abortus yang
dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian
ibu terutama karena perdarahan dan infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal
dengan trias klasik yaitu perdarahan, infeksi dan gestosis.
2.1.6 Penanggulangan
Manuaba, IBG. dkk. 2010 penanggulangan masalah kehamilan usia muda atau
remaja sangat sukar dan kompleks yang menyangkut berbagai segi kehidupan
masyarakat diantaranya :
a. Pengaruh Globalisasi
Dengan derasnya arus informasi yang mendorong remaja mempunyai prilaku
seks yang bebas dan jumlah anak dalam suatu keluarga tidak terbatas sehingga
kualitas pendidikan rohani kurang mendapat perhatian. Untuk itu perlu
ditanamkan nilai-nilai moral dan etika agama yang baik mulai dari masa
anak-anak, karena semua agama berpendapat bahwa kehamilan dan anak harus
yang disaksikan masyarakat. Untuk itu diperlukan sikap dan prilaku orang tua
yang dapat dijadikan panutan dan suri tauladan bagi remaja.
b. Pendidikan Seks
Pendidikan seks pada remaja sangat berguna untuk memberikan pengetahuan
tentang seks dan penyakit hubungan seks. Program pendidikan seks ini lebih
besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat pendekatan terpadu antara
sekolah dan layanan kesehatan. Staf layanan kesehatan dapat dilibatkan dalam
penyampaian pendidikan seks, dan sekolah dapat mengatur kunjungan kelompok
ke klinik sebagai pengenalan dan untuk meningkatkan rasa percaya diri dari para
remaja yang mungkin ingin mendapatkan layanan klinik tersebut.
c. Keluarga Berencana untuk Remaja
Kenyataannya prilaku seks remaja menjurus kearah liberal, tidak dapat
dibendung, dan hanya mungkin mengendalikannya sehingga penyebaran
penyakit hubungan seks dan kehamilan dikalangan remaja dapat dibatasi. Untuk
itu perlu dicanangkan program keluarga berencana dikalangan remaja sehingga
pengendalian prilaku seks dapat tercapai.
d. Pelayanan Gugur Kandungan
Pelayanan gugur kandungan pada remaja banyak dilakukan oleh lembaga tertentu
atau dilakukan secara perorangan untuk menghilangkan keadaan dalam
persimpangan jalan pada remaja. Melakukan gugur kandungan merupakan
tindakan yang paling rasional untuk menyelesaikan masalah hamil remaja dengan
(1). Bebas dari stres hamil yang tidak dikehendaki
(2). Bebas dari tekanan stres dan masyarakat
(3). Masih dapat melanjutkan sekolah atau bekerja
(4). Bila dilakukan secara legalitas penyulit sangat minimal dan tidak
mengganggu fungsi reproduksi
(5). Biaya ringan, dibandingkan bila kehamilan diteruskan.
Walaupun pelaksanaan gugur kandungan merupakan tindakan yang paling
rasional dan menguntungkan kedua belah pihak tetapi bukanlah dapat dilakukan
begitu saja karena undang-undang kesehatan telah menetapkan petunjuk
pelaksanaannya dan disertai sangsi hukum. Dengan demikian melakukan gugur
kandungan bukan berarti bebas dari tuntutan hukum dan tuntutan moral pelaku
dan yang meminta dilakukannya.
Penanggulangan kehamilan pra nikah adalah (Asfriyanti, 2010) :
a. Pencegahan
Pencegahan hubungan seksual pra nikah memerlukan waktu yang sangat lama
dan bertahap. Dengan memperhatikan faktor–faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya hubungan seksual pra nikah maka langkah–langkah yang perlu
dilakukan adalah :
(1). Melakukan pendidikan seksual pada anak dan remaja
Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di rumah
diharapkan, terutama untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan
para remaja mengenai kesehatan reproduksinya dan juga apa saja yang
harus dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Sebelum usia
10 tahun pendidikan seksual bisa diberikan secara bergantian tetapi ibu
umumnya lebih berperan, menjelang akil baligh, saat sudah terjadi proses
diferensiasi jenis kelamin dan muncul rasa malu, sebaiknya ibu
memberikan penjelasan kepada anak perempuan dan ayah kepada anak
laki–laki.
Menurut dr.Paat dan dr.Yulia pendidikan seks di sekolah
hendaknya tidak terpisah dari pendidikan pada umumnya dan bersifat
terpadu. Bisa dimasukkan pada pelajaran Biologi, Kesehatan, Moral dan
Etika secara bertahap dan terus–menerus. Sekali waktu penyuluhan
seksual perlu diadakan misalnya tentang menghadapi masa haid dan
mimpi basah yang diberikan pada murid kelas VI.
(2). Meningkatkan pengetahuan agama bagi remaja.
Penegakan norma agama dan norma sosial lainnya juga harus
diupayakan secara maksimal untuk mencegah para remaja untuk
melakukan hubungan yang terlalu bebas yang dapat menyebabkan
kehamilan. Pemberian pengetahuan agama pada anak sejak usia dini
sampai akil baligh akan sangat besar pengaruhnya dalam mencegah
(3). Meningkatkan perhatian kedua orang tua terhadap anak–anaknya.
Pada saat ini hubungan antara orang tua dan anak mulai kurang
karena keduanya sibuk bekerja dari pagi hingga sore, sehingga sedikit
sekali waktu yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan anak.
Untuk orang tua diharapkan khususnya yang bekerja agar bisa
menyisihkan waktunya dalam membina anak–anaknya, minimal pada
waktu makan malam bersama dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
(4). Menunda hubungan seks bagi remaja yang terlibat pacaran.
Remaja juga harus dituntut untuk mengisi kegiatan sehari–harinya
dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olah raga, kesenian dan juga
belajar. Selama pacaran remaja harus dihindarkan untuk bercumbu secara
berlebihan, karena hal itu juga akan memancing mereka untuk melakukan
tindakan yang lebih jauh lagi dan akhirnya melakukan persenggamaan.
b. Pengobatan
Kehamilan yang dialami remaja adalah kehamilan yang beresiko tinggi.
Karena itu remaja yang hamil harus memeriksakan kehamilannya secara
intensif. Dengan demikian kelainan dan hal–hal yang menyulitkan nantinya
dapat segera dicegah dan diobati, sehingga proses kehamilan dan persalinan
2.2 Analisis Faktor 2.2.1 Pengertian
Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas
prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel
yang banyak menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah
menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar
informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variabel) (Supranto, 2010).
Selain itu analisis faktor dapat juga berfungsi sebagai alat uji validasi internal dari
alat ukur yang dipergunakan (Ridwan, 2002).
Analisis faktor merupakan salah satu tekhnik analisis statistik multivariat,
dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara seksama bersama pada
semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas atau
disebut sebagai metode antar ketergantungan (interdependence methode) tersebut.
Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling
interdependen tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan varibel
yang lebih sedikit jumlah varibel awal sehingga memudahkan analisis statistik
selanjutnya (Wibowo, A. 2006).
Tujuan yang penting dari analisis faktor adalah menyederhanakan hubungan
yang beragam dan kompleks pada beberapa variabel yang diamati dengan
menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan pada suatu struktur data
Analisis faktor yang dipergunakan di dalam situasi sebagai berikut (Supranto,2010) :
a. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying
dimensions) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.
b. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak
berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan
suatu set variabel asli yang saling berkorelasi di dalam analisis multivariate
selanjutnya, misalnya analisis regresi berganda dan analisis diskriminan.
c. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set varibel yang penting dari suatu set
variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis
multivariate selanjutnya.
2.2.2. Model Analisis Faktor dan Statistik yang Relevan
Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi linier berganda,
yaitu setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear dari faktor yang
mendasari (underlying factors) (Supranto, 2010).
Jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu varabel dengan variabel yang
lainnya tercakup dalam analisis disebut communality. Hubungan antara variabel yang
dinyatakan dalam suatu common factors yang sedikit jumlahnya ditambah dengan
faktor yang unik untuk setiap variabel. Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan
sesama faktor unik dan juga tidak berkorelasi dengan common faktor.
Common factor dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel
dianggap saling tidak berkorelasi, akan tetapi mungkin atau tidak mungkin
berkorelasi satu sama lain. Masing-masing faktor dapat diekspresikan dengan
persamaan sebagai berikut :
F1 = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + …..+ WikX
Dimana : F
k 1
Wi adalah : timbangan atau koefisien nilai faktor ke i
adalah : perkiraan faktor ke i (didasarkan pada nilai variabel X dengan
koefisiennya Wi)
k adalah : banyaknya variabel
Semakin besar bobot Wi suatu variabel terhadap faktor, maka pengaruh
variabel terhadap faktor tersebut semakin erat, yang berarti perubahan variabel
memberikan kontribusi yang semakin besar pada nilai faktor. Hal ini berlaku untuk
keadaan sebaliknya (Supranto, 2010).
Statistik kunci yang relevan dengan analisis dengan analisis faktor adalah :
Bartlett’s tes of sphericity yaitu suatu uji statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi (uncorrelated) dalam populasi.
2.2.3. Model Matematik dalam Analisis Faktor
Di dalam model analisis faktor, komponen hipotesis diturunkan dari hubungan
antara variabel terobservasi. Model analisis faktor mensyaratkan bahwa hubungan
antar variabel terobservasi harus linier dan nilai koefisien korelasi tak boleh nol,
artinya benar-benar harus ada hubungan. Komponen hipotesis yang diturunkan harus
memiliki sifat sebagai berikut :
b. Variabel komponen hipotesis yang disebut faktor bisa dikelompokkan
menjadi dua yaitu common faktor dan unique faktor. Dua komponen ini bisa
dibedakan kalau dinyatakan dalam timbangan di dalam persamaan linier, yang
menurunkan variabel terobservasi dari variabel komponen hipotesis. Common
factor mempunyai lebih dari satu variabel dengan timbangan yang bukan nol
nilainya. Suatu faktor unik hanya mempunyai satu variabel dengan timbangan
yang tidak nol terikat dengan faktor. Jadi hanya satu variabel yang tergantung
pada satu faktor unik.
c. Common faktor selalu dianggap tidak berkorelasi dengan faktor unik.
Faktor unik biasanya juga dianggap saling tidak berkorelasi satu sama
lainnya.
d. Umumnya dianggap bahwa jumlah common factor lebih sedikit dari jumlah
variabel asli, akan tetapi banyaknya faktor unik biasanya dianggap sama
dengan banyaknya variabel asli (Supranto, 2010)
2.2.4. Langkah-Langkah Analisis Faktor
Menurut Supranto (2010), langkah-langkah yang diperlukan dalam analis
faktor adalah :
a. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah faktor analisis dan mengidentifikasi/ mengenali
variabel-variabel asli yang akan dianalisis faktor.
(2). Variabel yang akan dipergunakn di dalam analisis faktor harus
dispesifikasi berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan
dari peneliti.
(3). Pengukuran variabel berdasarkan skala interval atau ratio.
(4). Banyaknya elemen sampel (n) harus cukup/ memadai sebagai petunjuk
kasar, kalau k sebagai banyaknya jenis variabel (atribut) maka n=4 atau 5
kali k. Artinya kalau variabel 5, banyaknya responden minimal 20 atau
25 orang sebagai sampel acak.
b. Membentuk Matriks Korelasi
Proses analisis di dasarkan pada suatu matriks korelasi agar variabel
pendalaman yang berguna bisa diperoleh dari penelitian matriks ini. Agar
analisis faktor bisa tepat dipergunakan, varaiabel-variabel yang akan dianalisis
harus berkorelasi. Apabila koefisien korelasi antar-variabel terlalu kecil,
hubungan lemah, analisis faktor tidak tepat.
Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi
akan terkait dengan metode statistik korelasi yaitu :
(1) Besar korelasi atau korelasi independen variabel yang cukup kuat,
misalnya > 0,5 atau bila dilihat tingkat signifikansinya adalah < dari 0,5.
(2) Besar korelasi partial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap
variabel dengan mengganggap variabel lain adalah tetap (konstan) harus
kecil. Pada SPSS deteksi korelasi parsial diberikan pada Anti Image
Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu
Barlett’s Test of Sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa
variabel tak berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistik,
berarti hipotesis nol harus ditolak (berarti ada korelasi yang signifikan
diantara beberapa variabel). Kalau hipotesis nol terima, ketepatan analisis
faktor harus dipertanyakan.
Statistik lainnya yang berguna adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)
mengukur kecukupan sampling (sampling adequancy). Indeks ini
membandingkan besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya
koefisien korelasi parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan korelasi antar
pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lain dan analisis faktor
mungkin tidak tepat.
(1). Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan
(2). Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan
(3). Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah
(4). Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup
(5). Harga KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan
(6). Harga KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima
Measure of Sampling Adequacy (MSA) ukuran dihitung untuk seluruh
matriks korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada
2003). Angka MSA berkisar 0-1 menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis
lebih lanjut (Wibowo, 2006).
(1) MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel
lain.
(2) MSA > 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih
lanjut.
(3) MSA < 0,5 variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih
lanjut.
c. Menentukan Metode Analisis Faktor
Segera setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan tekhnik
yang tepat untuk menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian
ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara
metode yang bisa digunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk
menghitung timbangan atau koefisien skor faktor, yaitu principal components
analysis dan common factor analysis.
Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data
dipertimbangkan. principal component analysis direkomendasikan kalau hal
yang pokok ialah menentukan bahwa banyaknya faktor minimum yang harus
memperhitungkan faktor maksimum tersebut dinamakan principal
components.
Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi didasarkan pada
Metode ini dianggap tidak tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali/
mengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang
menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring
(Supranto,2010).
Communalities ialah jumlah varian yang sumbangkan oleh suatu
variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut
proporsi atau bagian varian yang dijelaskan common factor , atau besarnya
sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar
communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan
faktor yang dibentuknya.
Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap
faktor. Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing
faktor dalam menghitung varian yang dianalisis (Wibowo, 2006).
d. Rotasi Faktor-Faktor
Suatu hasil atau out put yang penting dari analisis faktor ialah apa
yang disebut matriks faktor pola (faktor pattern matrix). Matriks faktor berisi
koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan
dinyatakan dalam faktor. Koefisien ini disebut muatan faktor, mewakili
korelasi antar-variabel dan faktor.
Di dalam melakukan rotasi faktor, kita menginginkan agar setiap
memeriksa variabel yang belum layak dimasukkan menjadi layak dimasukkan
dalam buat penamaan. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap
variabel mempunyai muatan yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa
saja, kalau mungkin dengan satu faktor saja. Kalau terjadi beberapa faktor
mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk
membuat interpretasi tentang seluruh varian (dari seluruh variabel asli)
mengalami perubahan.
e. Interpretasi Faktor
Interpretasi faktor dipermudah dengan mengidentifikasi variabel yang
muatannya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa
diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi
padanya. Variabel yang tidak dengan sumbu salah satu faktorberarti
berkorelasi dengan kedua faktor tersebut .
f. Menghitung Skor dan Nilai Faktor
Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu
variabel oleh masing masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu
data mewakili karakteristik khusus yang dipresentasikan oleh faktor. Nilai
faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan. Sebenarnya analisis
faktor tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nlai faktor, sebab
tanpa menghitungpun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi
variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel
g. Memilih Surrogate Variabels
Surrogate variabel adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih
untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya.
h. Proses Analisis Faktor
Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut
Supranto (2010) dan Riyanto,A.(2011) :
(1). Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor.
(2). Menguji variabel yang ditentukan, menggunakan metode Barlett Test of
Sphericity Sera pengukuran MSA (Measure Sampling Adequacy).
(3). Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel
tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor.
(4). Faktor yang terbentuk pada banyak kasus kurang menggambarkan
perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan
mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara
nyata dengan faktor lain.
(5). Kemudian interpretasikan hasil penemuan (artinya faktor-faktor tersebut
mewakili variabel yang mana saja), dan memberi nama atas faktor yang
terbentuk.
(6). Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk
a. Membagi sampel awal menjadi dua bagian kemudian membandingkan
hasil faktor sampel satu dengan sampel dua. Jika hasil tidak banyak
perbedaan, bisa dikatakan faktor yang terbentuk telah valid.
b. Dengan melakukan metode Comfirmatory Faktor Analysis (CFA)
dengan cara Structural Equation Modelling (SEM). Proses ini bisa
dibantu dengan Software khusus, seperti Lisrel atau Amos.
2.3. Landasan Teori
Menurut BKKBN usia yang ideal untuk hamil dan melahirkan yaitu 20-30
tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Dengan kata lain disebut
reproduksi yang sehat untuk wanita saat hamil dan melahirkan, karena pada masa
hamil banyak terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologi untuk
itu diperlukan persiapan dalam menghadapi masa kehamilan tersebut. Persiapan
tersebut ada tiga hal yaitu persiapan phisik, persiapan mental/ emosi/ psikologi dan
persiapan sosial/ ekonomi (Manuaba, IBG. 2010).
Pada umumnya proses kehamilan menjadi hal yang bahagia bagi
pasangan yang terikat oleh jalinan perkawinan namun sebaliknya proses kehamilan
itu akan menjadi malapetaka bagi pasangan yang belum terikat perkawinan yang sah
atau bisa di sebut hubungan seksual pranikah. Istilah “hubungan seksual pranikah”
sudah merupakan hal yang tidak asing lagi, baik di kalangan masyarakat ilmuan