• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.2.2 Total Varians Explained

Ada 7 (tujuh) variabel yang dimasukkan dalam analisis faktor, yaitu tingkat pendidikan, ekonomi, dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan, adat istiadat atau pandangan masyarakat dan pandangan terhadap konsep cinta.

Dua faktor ini menggambarkan data dengan tujuan adalah untuk mengurangi jumlah faktor yang diperlukan untuk menjelaskan variasi dalam data. Memeriksa hasil jendela sesi baris dari % varians atau eigenvalues plot. Proporsi variabilitas

dijelaskan oleh tiga faktor akhir adalah (0.761, 0.668, 0.562, 0.496 dan 0.259) masing-masing mereka dapat dihilangkan. Dua faktor yang pertama bersama-sama mewakili 60.772%.

5.2.3. Scree Plot

Jika tabel Total Variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat

dengan perhitungan angka, maka scree plot (Gambar 4.6.) menunjukkan dengan

grafik. Terlihat bahwa dari satu kedua faktor (garis dari sumbu Component Number

=1 ke 2), arah garis menurun dengan cukup tajam. Kemudian dari angka 2 ke 3, garis masih menurun. Demikian pula dari angka 3 ke 4, 4 ke 5 dan 5 ke 6 garis juga masih menurun namun kini dengan slope yang lebih kecil. Juga perhatikan faktor 7 sudah di

bawah angka 1 dari sumbu Y (eigenvalues). Hal ini menunjukkan bahwa dua faktor

adalah paling bagus untuk meringkas ketujuh variabel tersebut.

5.2.4. Component Matrix

Tabel Component Matrix (Tabel 4.9.) menunjukkan distribusi ketujuh variabel pada dua faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka yang ada pada tabel adalah faktor loading, yang menunjukkan korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1 dan faktor 2. Proses penentuan variabel mana akan masuk ke faktor yang mana dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris.

Pada tabel 4.9 terlihat besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1 dan faktor 2 yaitu :

1). Variabel Pendidikan

a. Korelasi antara variabel pendidikan dengan faktor 1 adalah +0.673 (kuat

karena di atas 0.5).

b. Korelasi antara variabel pendidikan dengan faktor 2 adalah +0.488 (lemah karena di bawah 0.5).

2). Variabel Ekonomi

a. Korelasi antara variabel ekonomi dengan faktor 1 adalah +0.669 (kuat karena di atas 0.5).

b. Korelasi antara variabel ekonomi dengan faktor 2 adalah +0.367 (lemah karena di bawah 0.5).

3). Variabel Dorongan Biologis

a. Korelasi antara variabel dorongan biologis dengan faktor 1 adalah +0.708 (kuat karena di atas 0.5).

b. Korelasi antara variabel dorongan biologis dengan faktor 2 adalah -0.249 (lemah karena di bawah 0.5).

4). Variabel Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi

a. Korelasi antara variabel pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan faktor 1 adalah +0.667 (kuat karena di atas 0.5).

b. Korelasi antara variabel pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan faktor 2 adalah -0.361 (lemah karena di bawah 0.5).

5). Variabel Kesempatan

a. Korelasi antara variabel kesempatan dengan faktor 1 adalah +0.653 (kuat karena di atas 0.5).

b. Korelasi antara variabel kesempatan dengan faktor 2 adalah -0.612 (lemah karena di bawah 0.5).

6). Variabel Adat Istiadat atau Pandangan Masyarakat

a. Korelasi antara variabel adat istiadat atau pandangan masyarakat dengan faktor 1 adalah +0.590 (kuat karena di atas 0.5).

b. Korelasi antara variabel adat istiadat atau pandangan masyarakat dengan faktor 2 adalah 0.533 (kuat karena di atas 0.5).

7). Variabel Pandangan terhadap Konsep Cinta

a. Korelasi antara variabel pandangan terhadap konsep cinta dengan faktor 1 adalah +0.623 (kuat karena di atas 0.5).

b. Korelasi antara variabel pandangan terhadap konsep cinta dengan faktor 2 adalah -0.124 (lemah karena di bawah 0.5).

Karena masih ada variabel (variabel adat istiadat dan pandangan masyarakat) yang belum jelas akan dimasukkan dalam faktor 1 dan faktor 2 maka perlu dilakukan

proses rotasi (rotation) agar semakin jelas perbedaan sebuah variabel akan

5.2.5. Rotated Component Matrix

Pada tabel 4.10. Component Matrix hasil proses rotasi (Rotated Component Matrix) memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata antara faktor 1 dan faktor 2 dimana faktor loadings yang dulunya kecil semakin diperkecil, dari faktor loadings yang besar semakin diperbesar.

1). Variabel Pendidikan : korelasi antara variabel pendidikan dengan faktor 2 yang sebelum dirotasi adalah 0.488 (lemah) dengan rotasi lebih diperkuat menjadi 0.811. Sebaliknya korelasi variabel pendidikan dengan faktor 1 adalah 0.673 (kuat), dengan rotasi diperkecil lagi menjadi 0.179. Dengan demikian, bisa dikatakan variabel pendidikan bisa dimasukkan sebagai komponen faktor 2, namun dengan bukti yang lebih jelas.

2). Variabel Ekonomi : variabel ini masuk faktor 2, karena faktor loading dengan faktor 2 terbesar (0.725)

3). Variabel Dorongan Biologis : variabel ini masuk faktor 1, karena faktor loading dengan faktor 1 terbesar (0.695).

4). Variabel Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi : variabel ini masuk faktor 1, karena faktor loading dengan faktor 1 terbesar (0.738).

5). Variabel Kesempatan : variabel ini masuk faktor 1, karena faktor loading dengan faktor 1 terbesar (0.895).

6). Variabel Adat Istiadat atau Pandangan Masyarakat : variabel ini masuk faktor 2, karena faktor loading dengan faktor 2 terbesar (0.790).

7). Variabel Pandangan terhadap Konsep Cinta : variabel ini masuk faktor 1, karena faktor loading dengan faktor 1 terbesar (0.548).

Dengan demikian, ketujuh variabel telah direduksi menjadi 2 faktor yaitu :

Faktor 1 : terdiri atas variabel dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan dan pandangan terhadap konsep cinta.

Faktor 2 : terdiri atas variabel pendidikan, ekonomi dan adat istiadat atau pandangan masyarakat.

5.2.6. Component Transformation Matrix

Pada Tabel 4.11 terlihat angka-angka yang ada pada diagonal, antara component 1 dan component 2. Terlihat ke 2 angka jauh diatas 0.5 (0.747 dan 0.747). Hal ini membuktikan kedua faktor (component) yang terbentuk sudah tepat, karena mempunyai korelasi yang tinggi.

5.3. Interpretasi dan Penamaan Faktor

Interpretasi didasarkan pada skala angka yang sebelumnya diberikan ke responden, yakni dari skala 1 sampai 7 karena angka bergerak dari negatif (angka 1 untuk sangat tidak setuju sekali) ke positif (angka 7 untuk sangat setuju sekali), maka secara logika semakin angka output mendekati 7, semakin responden berpersepsi positif terhadap variabel tertentu. Sebaliknya semakin kecil angka output, semakin responden berpersepsi negatif.

a. Faktor 1 : terdiri atas variabel dorongan biologis, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kesempatan dan pandangan terhadap konsep cinta. Jika diberi nama faktor tersebut bisa dinamakan faktor internal.

Hal ini berarti ada sekelompok wanita yang hamil diusia muda lebih disebabkan karena adanya dorongan dari dalam diri wanita itu sendiri.

b. Faktor 2 : terdiri atas variabel pendidikan, ekonomi dan adat istiadat atau

pandangan masyarakat. Jika diberi nama faktor tersebut bisa dinamakan faktor eksternal.

Hal ini berarti ada sekelompok wanita yang hamil diusia muda lebih disebabkan karena adanya dorongan dari luar diri wanita itu sendiri.

Maka interpretasi variabel dari faktor yang terbentuk adalah :

3.2.1. Faktor Internal

a. Pengaruh Faktor Dorongan Biologis

Berdasarkan hasil analisis, faktor dorongan biologis berpengaruh terhadap kehamilan usia muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 yaitu dengan nilai KMO diatas 0.5 yaitu 0.695 dengan signifikan 0.001. Dorngan biologis dapat terjadi dengan membaca buku, majalah, novel romantis, film porno/film blue dan Televisi yang tanpa disensor serta telephone seluler yang dapat mengakses internet gambar-gambar atau film porno. Hal ini menjelaskan bahwa kecanggihan tekhnologi tidak selalu memberikan dampak positif untuk pembentukan karakter seseorang tanpa dibekali dengan tingkat pengetahuan dan agama yang cukup, terlihat varibel telephone seluler yang dapat mengakses internet gambar-gambar atau film

porno merupakan variabel terbanyak yaitu 73,5%. Hal ini sesuai menurut teori Aryani, R. 2009 dan Manuaba, IBG.2010 dorongan biologis dapat meningkat karena pengaruh dari luar misalnya dengan membaca buku atau melihat film/ majalah yang menampilkan gambar–gambar yang membangkitkan erotisme. Di era tekhnologi informasi yang tinggi sekarang ini, remaja sangat mudah mengakses gambar tersebut melalui telephon genggam dan akan selalu di bawa dalam setiap langkah remaja. Menurut asumsi peneliti dorongan biologis atau hasrat tersebut terjadi karena adanya rasa penasaran ingin tahu untuk mencobanya karena menampilkan gambar-gambar yang dapat menimbulkan rangsangan untuk melakukan hubungan seksual.

b. Pengaruh Faktor Kurangnya Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan hasil analisis faktor, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap kehamilan usia muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 yaitu dengan nilai KMO diatas 0.5 yaitu 0.738 dengan signifikan 0.001. Variabel terbanyak adalah pengetahuan tentang hubungan seksual yang dianggap tabu untuk dipertanyakan pada masa anak dan remaja yaitu 74.7% dibandingkan tentang perbedaan anggota tubuh antara laki-laki dan perempuan, menstruasi, kehamilan, darimana datangnya anak serta melakukan hubungan seksual sekali saja dilakukan tidak akan hamil. Hal ini menjelaskan bahwa

masyarakat tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual dan dianggap tabu dibicarakan dengan anak

sangat kurang (Manuaba, IBG.dkk.2009 dan Aryani, R.2010). Menurut asumsi peneliti orang tua menganggap masa anak atau remaja belum saatnya untuk mengetahui dan mengerti tentang pengetahuan kesehatan reproduksi karena takut anak akan mencoba serta adanya anggapan pada masa dewasa akan tahu dengan sendirinya.

c. Pengaruh Faktor Kesempatan

Berdasarkan hasil analisis faktor, faktor kesempatan berpengaruh terhadap kehamilan usia muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 dengan nilai KMO diatas 0.5 yaitu 0.895 dengan signifikan 0.001. Variabel terbanyak adalah perhatian orang tua yang kurang yaitu 82,7% dibandingkan dengan kesibukan orang tua yang bekerja di luar rumah dan pemberian fasilitas (uang saku) yang berlebihan. Hal ini menjelaskan bahwa terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seks didukung oleh kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian pada remaja (Aryani, R. 2009). Menurut asumsi peneliti dengan tidak adanya perhatian karena kesibukan orang tua menyebabkan anak mempunyai kesempatan untuk melakukan pergaulan bebas sehingga menyebabkan terjadinya kehamilan pada usia muda seperti hamil sebelum menikah dan ketidak sesuaian tanggal pernikahan dengan usia kehamilan.

d. Pengaruh Faktor Pandangan terhadap Konsep Cinta

Berdasarkan hasil analisis faktor, pandangan mengenai konsep cinta berpengaruh terhadap kehamilan usia muda di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2012 dengan nilai KMO diatas 0.5 yaitu 0.548 dengan signifikan 0.001. Hal ini menjelaskan bahwa pandangan terhadap konsep cinta seperti peluk, cium,

hubungan seks tanpa kontrasepsi merupakan ungkapan untuk menunjukkan perasaan cinta dan sayang terhadap pacar atau pasangan. Menurut Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati, 2005 mengatakan bahwa remaja menyalahartikan atau kebingungan tentang konsep cinta bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pacar/pasangan dan sarana untuk berkomunikasi. Menurut asumsi peneliti tingkah laku tersebut untuk membuktikan rasa cinta dan sayang karena suka masa suka dan merupakan hal yang wajar untuk dilakukan.

Dokumen terkait