HUBUNGAN ANTARA POSISI PARTUS, BERAT BADAN LAHIR, TEKNIK MENGEDAN DENGAN TERJADINYA RUPTUR
PERINEUM SPONTAN PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
ROSLENA Mahasiswa ABSTRAK
Rupture perineum menjadi penyebab perdaran ibu post partum. Perdarahan post partum menjadi penyebab utama 40% kemetian ibu di Indonesia. Dari hasil penelitian awal yang dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak bahwa angka kejadian rupture perineum sebanyak 97 orang, dari 10 ibu, 6 diantaranya memilih setengak duduk, 2 jongkok dan2 lagi dibantu oleh suami.Untuk mengetahui hubungan antara posisi partus, berat badan lahir, teknik mengedan dengan terjadinya rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu Dan Anak banda aceh tahun 2013.Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study, total sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik accidental sampling. Teknik pengumpulan data dengan membagikan kuesioner dan observasi register rekam medik. menunjukkan bahwa posisi partus tidak telentang dengan rupture perineum sedang sebanyak 33(100%) dengan p<0,05, berat badan lahir normal dengan rupture perineum sedang sebanyak 30(83,3%) dengan p>0,05, dan teknik mengedan yang baik dengan rupture perineum sedang sebanyak 33(100%) dengan p<0,05. Ada hubungan posisi dengan rupture perineum spontan, tidak ada hubungan berat badan lahir dengan rupture perineum spontan, ada hubungan teknik mengedan dengan rupture perineum spontan, diharapkan kepada ibu yang akan bersalin agar melakukan posisi partus secara tidak terlentang dan teknik mengedan secara benar untuk mengurangi resiko terjadinya rupture perineum spontan saat persalinan normal.
Kata Kunci: Posisi Partus, Berat Badan Lahir, Teknik Mengedan, Rupture Perineum
PENDAHULUAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi, yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan sangat di pengaruhi oleh ”3P” yaitu janin (passenger), jalan lahir (passage) dan tenaga (power) dan ”2P” yaitu position dan phsycologi (Manuaba, 2005). Persalinan dengan berat badan janin besar dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan persalinan seperti hipertensi dalam kehamilan, polihidramnion (cairan ketuban berlebih), persalinan lama, persalinan sulit misalkannya karena bahu macet, perdarahan pasca persalinan dan Ruptur perineum (Krisnadi, 2009), selain itu resiko
berat badan janin besar pada janin itu sendiri adalah terjadinya patah tulang selangka pada saat persalinan (Andro, 2012).
Perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian ibu , kematian ibu ini disebabkan oleh perdarahan postpartum (plasenta previa, solusio plasenta , kehamilan ektopik, plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri). Salah satu penyebab perdarahan adalah robekan jalan lahir (rupture perineum), robekan ini dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan karena serviks atau vagina (Saifudin, 2001).
Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak
menggunakan alat. Ruptur perineum disebabkan paritas, jarak kelahiran, berat badan bayi, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, ekstraksi cunam, ekstraksi fakum, trauma alat dan episiotomi. (Winkjosastro,2005).
Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Ruptur perineum dapat terjadi karena adanya robekan spontan maupun episiotomi. Ruptur perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan dan perdarahan, sedangkan Ruptur perineum spontan terjadi karena ketegangan pada daerah vagina pada saat melahirkan, juga bisa terjadi karena beban psikologis mengahadapi proses persalinan dan yang lebih penting lagi Ruptur perineum terjadi karena ketidaksesuaian antara jalan lahir dan janinnya, oleh karena efek yang ditimbulkan dari Ruptur perineum sangat kompleks (Partiwi, 2009).
Menurut Stefen, seorang tokoh WHO dalam bidang Obgyn, jumlah patah tulang osteoporotik meningkat dengan cepat. Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050, seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan baik. (Hilmy, 2010).
Di Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami rupture perineum, 40 % diantaranya mengalami rupture perineum karena kelalaian bidannya. 20 juta diantaranya adalah ibu bersalin. Dan ini akan membuat beban biaya untuk pengobatan kira-kira 10 juta dolar pertahun (Heimburger,2009).
Menurut penelitian di Australia, setiap tahun 20.000 ibu bersalin akan mengalami rupture perineum ini disebabkan oleh ketidaktahuan bidan tentang asuhan kebidanan yang baik.
Di Asia rupture perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum didunia terjadi di Asia (Campion, 2009). Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25 – 30 tahun yaitu 24 % sedang pada ibu bersalin usia 32–39 tahun sebesar 62 %. Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia.
Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bandung, yang melakukan penelitian dari tahun 2009-2010 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima ibu bersalin yang mengalami rupture perineum akan meninggal dunia dengan persen ( 21,74 % ) ( Siswono, 2003 ).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di rumah sakit ibu an anak bahwa angka kejadin rupture perineum yang pada tahun 2012 sebanyak 97 orang, dengan kriteri rupture tingkat 1 sebanyak 50 orang dengan berat badan lahir rata-rata>3100 gr, rupture tingkat2 sebnyak 46 orang dengan berat badan lahir rata-rata 2800 gr, rupture tingkat 3 sebanyak 1 orng dengan berat badan lahir rata-rata<3300 gr. Jumlah bayi yang lahir dengan berat>4000 gr sebanyak 2 orang, dan pada posisi persalinan dalam satu hari persalinan mencapai 10 persalinan normal/duduk, 2 jongkok,dan 2 lagi dibantu oleh suami untuk setengah duduk, hal ini yang melatar belakangi peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul. “Hubungan Antara Posisi Partus, Berat Badan Lahir, Teknik Mengedan Dengan Terjadinya Rupture Perineum Banda Aceh Tahun 2013”.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Antara Posisi Partus, Berat Badan Lahir, Teknik Mengedan dengan Rupture Perineum spontanBanda Aceh Tahun 2013”.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan posisi partus, berat badan lahir, teknik mengedan dengan terjadinya rupture perineum spontan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui posisi partus pada ibu bersalin di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
b. Untuk mengetahui berat badan lahir paa ibu bersalin di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
c. Untuk mengetahui teknik mengedan pada ibu bersalin di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
C. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat 1. Bagi peneliti
Untuk menambahkan wawasan dan masukan dalam memahami dan menganalisa suatu masalah dalam hal ini yang berkaitan dengan hubungan berat badan lahir.
2. Bagi tempat penelitian
Sebagai masukan dan bahan informasi bagi tenaga kesehatan setempat yang dapat digunakan untuk memberikan pelayanan persalinan secara optimal. 3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil peneliti ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa jurusan Kebidanan sehingga dapat merncanakan dan mengembangkan penelitian selanjutnya. Meningkatkan sumber bacaan tentang bubungan berat badan lahir.
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
Kerangka konsep penelitian ini dikembangkan berdasarkan teori Winkjosastro (2005) terjadinya rupture perineum. Maka kerangka konsep dapat dijadikan sebagai berikut :
Variable Independen Variable Dependent
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yng di teliti, yaitu sebagai berikut : 1. Rupture perineum : Robekan jalan lahir
yang dialami ibu bersalin setalah
melahirkan secara tidak sengaja. Variabel ini akan di ukur dengan Observasi register rekam medik dengan kriteria tingkat sedang bila, (Ibu rupture TK I dan II) Tingkat berat bila ibu rupture tingkat III dan IV- Tingkat sedang ( I dan II)Tingkat Berat ( III dan IV). Hasil ukur tersbut berskala ordinal
2. Posisi partus : Posisi yang dilakukan ibu untuk kenyamanan dirinya saat persalinan. Variabel ini akan di ukur dengan menggunakan kuesioner dengan kriteriatelentang bila memilih posisi litotomi/supine tidak terlentang bila ibu memilih posisi lain seperti semi fauler,
Berat badan lahir Rupture perineum spontan Posisi partus Teknik Mengedan
jongkok, berdiri, berbaring miring. Hasil ukur dikategorikan dalam 2 kategori, yaitu terlentang, tidak terlentang. Hasil ukur tersebut berskala nominal
3. Berat badan lahir : Berat badan lahir saat dilahirkan Variabel ini akan di ukur dengan Observasi register rekam medik dengan kriteria penilaian BBLR : <2500 gr Normal : 2500-4000 gr. Hasil ukur dikategorikan dalam 2 kategori, yaitu normal, BBLR. Hasil ukur tersbut berskala ordinal
4. Teknik mengedan : Cara mengedan ibu dalam persalinan. Variabel ini akan di ukur dengan menggunakan kuesioner dengan kriteria : baik bila melakukan semua teknik yang dianjurkanKurang bial salah satu teknik yang dianjurkan tidak dilakukan. Hasil ukur dikategorikan dalam 2 kategori, yaitu baik, kurang. Hasil ukur tersbut berskala ordinal
Hipotesa
1. Ada hubungan antara posis partus dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2013.
2. Tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2013. 3. Ada hubungan antara teknik
mengedan dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2013.
Wilayah Generilisasi
Hasil pennelitian ini dapat di generalisasikan untuk seluruh Badan Layanan Daerah Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.
Populasi dan sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah ibu-ibu yang bersalin di RSIA.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang ada dalam penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidental sampling (yaitu sampel yang diteliti secara kebetulan)
Desain penelitian
Adapun penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan coss sectional study yang variabel independent dan dependent di ukur secara bersamaan
.
Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 29 Juli-2 Agustus 2013
Analisa data
a. Analisa univariat
dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen
b. Analisa bivariat
dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu hubungan posisi partus terhadap rupture perineum spontan pada persalinan dengan melakukan uji statistik chi-square dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test dengan tingkat kemaknaan 95% dan nilai P<0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengumpulan data yang peneliti lakukan melalui register rekam medic dan kuesioner pada responden yang berjumlah 40 orang di peroleh hasil sebagi berikut :
Tabel : 5.1
Distribusi Frekuensi Posisi Partus di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Banda Aceh Tahun 2013
No Posisi Partus Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Tidak Terlentang 33 82,5 2 Terlentang 7 17,5 Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 40 responden mayoritasnya menggunakan posisi partus secara tidak terlentang sebanyak 33 orang (82,5%).
Tabel : 5.2
Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Di rumah Sakit Ibu Dan Anak
Banda Aceh Tahun 2013
No Berat Badan Lahir Frekuensi (F) Presentase (%) 1 Normal 36 90 2 BBLR 4 10 Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari
40 responden, yang memiliki Berat Badan Lahir Normal sebanyak 36 Orang (90%).Tabel : 5.3
Distribusi Frekuensi Teknik Mengedan Di rumah Sakit Ibu Dan Anak
Banda Aceh Tahun 2013
No Teknik Mengedan Frekuensi (F) Presentase (%) 1 Baik 32 80 2 Kurang 8 20 Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 40 responden yang memiliki teknik mengedan yang baik sebanyak 32 Orang (80%).
Tabel : 5.4
Distribusi Frekuensi Rupture Perineum Spontan Dirumah Sakit Ibu Dan Anak
Banda Aceh Tahun 2013
No Rupture perineum spontan Frekuensi (F) Presentase (%) 1 Sedang 33 82,5 2 Berat 7 17,5 Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 40 responden yang memiliki rupture perineum spontan dengan tingkat sedang sebanyak 33 Orang (82,5%).
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Hubungan Posisi Partus dengan Rupture perineum Spontan Pada persalinan Normal Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Banda Aceh Tahun 2013
No Posisi Partus Rupture Perineum Spontan Jumlah % P-Value Sedang Berat F % f % 1 Terlentang 0 0 7 100 7 100 0.000
2 Tidak
terlentang 33 100 0 0 33 100 Total 33 82,5 7 17,5 40 100
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 33 responden yang melakukan posisi partus tidak terlentang, semua responden 33(100%) mengalami Rupture perineum spontan sedang. Dan dari 7 orang responden yang melakukan posisi partus secara terlentang, semua responden 7(100%) mengalami rupture perineum spontan tingkat berat.
Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara posisi partus dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dengan nilai P<0,05.
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Hubungan berat badan lahir dengan Rupture perineum
Spontan Pada persalinan Normal Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Banda Aceh Tahun 2013
No Berat Badan lahir Rupture Perineum Spontan Jumlah % P-Value Sedang Berat f % f % 1 Normal 30 83,3 6 16,7 36 100 0,552 2 BBLR 3 75,0 1 25,0 4 100 Total 33 82,5 7 17,5 40 100 Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari
36 responden yang berat badan lahir normal, sebanyak 30 responden (83,3%) mengalami Rupture perineum spontan sedang. Dan dari 4 orang responden yang berat badan lahir rendah, sebanyak 3 responden (75,0%) mengalami rupture perineum spontan tingkat sedang.
Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dengan nilai P>0,05.
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Hubungan teknik mengedan dengan Rupture perineum
Spontan Pada persalinan Normal Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Banda Aceh Tahun 2013
No
mengedan Teknik Rupture Perineum Spontan Jumlah % P-Value Sedang Berat f % f %1
Baik 33 100 0 0 33 1000,000
2
Kurang 0 0 7 100 7 100 Total 33 82,5 7 17,5 40 100 Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari33 responden yang teknik mengedan baik, semua responden 33 (100%) mengalami Rupture perineum spontan sedang. Dan dari 7 orang responden yang teknik mengedannya kurang, semua responden 7(100%) mengalami rupture perineum spontan tingkat berat.
Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik mengedan dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dengan nilai P<0,005. PEMBAHASAN
Hubungan posisi partus dengan rupture perineum spontan
Dari hasil uji statistic, Chi-square di peroleh dengan nilai kemaknaan p = 0,000 (p≤0,05) bahwa ada hubungan antara posisi partus dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Winkjosastro(2005), mengemukakan bahwa rupture perineum selain disebabkan oleh faktor ibu , pimpinan persalinan yang tidak sebagaimana mestinya seperti posisi saat persalinan (Posisi partus) yang tidak benar yakni posisi terlentang dapat menyebabkan rupture perineum yang lebih berat, sehingga untuk menghindari terjadinya rupture yang berat dengan memimpin
persalinan secara benar yakni sebaiknya posisi setengah duduk atau berbaring miring.
Hasil penelitian Rahmi, F (2006), bahwa ada hubungan antara Posisi persalinan dengan rupture perineum pada ibu primigraviga di Bps. Sri Hariati Bandung. Dimana ibu ibu primigravida yang melakukan posisi persalinan secara tidak terlentang umumnya 13 responden (64,2%) mengalami rupture perineum ringan, sedangkan ibu yang melahirkan dengan posisi terlentang 18 (68,6%) responden yang mengalami rupture perineum berat.
Hubungan berat badan lahir Terhadap Rupture Perineum Spontan
Dari hasil uji statistic, Chi-square di peroleh dengan nilai kemaknaan p=0,552 (p≥0,05) bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal
Tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Winkjosastro (2005), mengemukakan bahwa Berat Badan Lahir merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya rupture perineum. Bila berat badan lahir rendah kemungkinan lebih kecil frekuensi terjadinya rupture perineum. Namun paritas dan jarak kelahiran juga merupakan faktor terjadi rupture perineum, jarak kelahiran yang telalu dekat memungkinkan terjadi rupture perineum yang berat.
Hasil penelitian Suliswati (2010), bahwa tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum di Rumah Sakit Umum fauziah Bireuen. Dimana berat badan lahir dengan makrosomia yang menyebabkan terjadinya rupture perineum umumnya 15 responden (68,2%) mengalami rupture tingkat sedang, sedangkan ibu yang melahirkanbayi dalam kategori normal, 18 (61,6%) responden yang mengalami rupture perineum berat.
Hubungan teknik mengedan Terhadap Rupture Perineum Spontan
Dari hasil uji statistic, Chi-square di peroleh dengan nilai kemaknaan p = 0,000 (p≤0,05) bahwa ada hubungan antara teknik mengedan dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2003), mengemukakan bahwa mengedan yang benar dengan mengedan sesuai dengan dorongan alamiah selama kontaksi. Selain itu juga ibu tidak di anjurkan untuk menahan nafas pada saat mengedan atau nafas jangan terengah-engah. Teknik mengedan yang benar yakni dimana saat ibu mengedan tidak mengangkat bokongnya.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara posis partus dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2013.
2. Tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2013. 3. Ada hubungan antara teknik
mengedan dengan rupture perineum spontan pada persalinan normal di Rumah sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2013.
Saran
1. Kepada ibu yang akan bersalin agar melakukan posisi persalinan secara tidak terlentang dan teknik mengedan secara benar untuk mengurangi resiko terjadinya rupture perineum spontan saat persalinan normal.
2. Kepada Pegawai rumah sakit ibu dan anak agar menganjuurkan pasien untuk melakukan posisi tidak terlantang saat persalinan agar mengurangi frekuensi rupture perineum derajat 3 dan 4.
3. Kepada institusi pendidikan agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya rupture perineum. DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2012, Bayi Berat Badan Lahir Rendah, copyright 2011-2012 kesehatan masyarakat. Powered by blogger. Di akses tanggal 09 januari 2013
Alimul, 2005. Riset Dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi Pertama, Jakarta, Selemba Medika
Andro, 2012, Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida, @Androskripsi.blogspot.Com Di akses tanggal 24 desmber 2012
Arikunto, 2003. Prosedur Penelitian, Jakarta, Rinika Cipta
Budiarto,E.2002. Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat, Jakrta, EGC
Depkes, 2004. Rupture Perineum. //www.lestdtudy-ryny.blogspot.com. di akses pada tanggal 12 januari 2013 Diah Nur, 2012. Posisi Meneran Saat
Persalinan.http
://www.Blogdiah.blogspot.com.iakses pada tanggal 12 maret 2013
Heimburger, 2009. Rupture Perineum.http ://www.scribd.com. diakses pada tanggal 09 januari 2013
Hilmy, 2010. Rupture Perineum. http://scribd.com. Diakses pada tanggal 09 januari 2013
Krinadi, 2009. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Rupture Perineum Persalinan Nomal Pada Persalinan Primigravida.http://www.
Androskripsi. Blogspot.com.diakses pada tanggal 09 januari 2013
Lia, 2012. Cara Mengejan. http ://www. Bidanlia.blogspot.com.diakses pada tanggal 12 maret 2013
Manuaba, 2005. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Pada Primigravida.http://www.
skipsi.pediat.com.diakses pada tanggal 13 januari 2013
Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta
Pratiwi, 2006. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Terjadinya Rupture Perineum Spontan Pada Persalinan Normal, Yayasan Harapan Bangsa Banda Aceh
Prawirohardjo, 2007. Acuan Asuhan Persalinan Normal. YBPS : Jakarta
Sarifuddin, 2005. Posisi Meneran Saat Persalinan. Salemba medika Jakarta
Sastroasmoro, 2002. Pendekatan Metode Penelitian. Rineka Cipta Jakarta
Siswono, 2003. Rupture Perineum. Rajawali Press Jakarta
Sjahmien moehji, 2003. Ilmu Gizi Dan Penanggulangan Gizi Buruk. Papas Sinar Sinanti Bhratara. Jakarta Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Fitramaya : Yogyakarta Susi salfianti. 2001. Analisis Perbedaan
Berat Badan Sebelum Dan Sesudh Menggunkan Kontrasepsi Suntik Di Bidan Praktek Swasta Ratna Ramlah Banda Aceh, Yayasan U’budiyah Banda Aceh
Tsyania, 2007. Bayi Baru Lahir. Rineka Cipta Jakarta
Winkjosastro, 2005. Rupture Perineum, Fitramaya : Jakarta