• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. peranan penting dari keseluruhan perkonomian nasional. Padi adalah tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. peranan penting dari keseluruhan perkonomian nasional. Padi adalah tanaman"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Petani Padi Sawah

Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

peranan penting dari keseluruhan perkonomian nasional. Padi adalah tanaman

pangan yang utama. Sejak lahir peradaban manusia, pertanian memainkan peran

sebagai suatu kegiatan yang sangat esensial dalam menopang hidup dan

kehidupan manusia. Sektor ini merupakan satu-satunya sektor yang sangat

bergantung pada sumber daya lahan, air, iklim dan ekosistem disekitarnya.

Mengingat keadaan iklim, struktur tanah dan air di setiap daerah berbeda maka

jenis tanaman padi di setiap daerah umumnya berbeda. Perbedaan tersebut

umumnya terletak pada usia tanaman, jumlah hasil mutu beras, dan ketahanan

terhadap hama dan penyakit (Suryana, 2003).

Petani tradisional umumya menanam padi hanya berdasarkan pengalaman,

karena pengetahuan yang terbatas maka satu jenis padi ditanam terus menerus

dalam suatu lahan. Pola tanam yang demikian bukan cara yang baik, terutama

terhadap kemungkinan besar serangan hama dan penyakit.

Ditinjau dari kegunaannya tanaman padi dapat dibedakan dalam 2 jenis

yaitu :

1. Padi beras yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan

makanan pokok sehari hari, sebagai hasil akhir tanaman dijadikan

(2)

2. Padi ketan yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan

makanan pokok sehari hari. Beras ketan umumnya dijadikan tepung

sebagai bahan pembuat panganan atau makanan ringan.

Adapun jenis padi yang diusahakan oleh petani yaitu :

1. Padi sawah, yaitu padi yang ditanam di sawah, yaitu lahan yang cukup

memperoleh air. Padi sawah pada waktu tertentu memerlukan genangan

air, termasuk sejak musim tanam sampai mulai berbuah.

2. Padi kering yaitu jenis padi yang tidak membutuhkan banyak air

sebagaimana padi sawah. Bahkan padi kering ini dapat tumbuh hanya

mengandalkan curah hujan. Ditinjau dari segi hasilnya, padi sawah jelas

dapat menghasilkan lebih banyak dari pada padi kering (Rosyidi, 1998).

Pendapatan Usahatani Padi Sawah

Dari tahun ketahun, luas lahan sawah makin berkurang, namun kebutuhan

akan beras semakin meningkat. Untuk itu, upaya yang harus dilakukan adalah

peningkatan produktivitas dan teknologi tepat guna sesuai potensi melalui

pengolahan lahan, menyemai bibit, memupuk, memberantas hama penyakit,

merumput, menyiang, menghalau burung, memanen dan pasca panen, yaitu

merontokkan gabah, menjemur gabah, dan memasukkan gabah ke goni/

menggilingkan ke tempat penggilingan. Selain kebutuhan keluarga petani akan

tercukupi, maka akan meningkatkan pendapatan keluarga petani. Tinggi

rendahnya pendapatan yang diperoleh petani, ditentukan oleh tinggi rendahnya

produksi dan produktivitas yang dicapai. Antara produksi dan pendapatan

memiliki hubungan yang linier. Semakin tinggi produksi dan produktivitas yang

(3)

pendapatan yang diperolah petani akan mempengaruhi motivasi petani untuk mau

meningkatkan produksi. Sementara besarnya pendapatan yang diperolah petani

padi sawah akan ditentukan oleh faktor – faktor diantaranya harga produk itu

sendiri, harga biaya produksi, harga faktor produksi dan kebijakan pemerintah

(Rahardjo, 1995).

Pendapatan Usahatani Non Padi Sawah

Pendapatan usahatani non padi sawah merupakan penerimaan yang berasal

dari nilai penjualan hasil non padi sawah, dikurangi dengan pengeluaran nilai

biaya.

Sumber pendapatan usahatani non padi sawah meliputi:

 palawija ( jagung, ubi kayu, kelapa, kelapa sawit, coklat dan karet)

 hortikultura ( kacang tanah, kacang kedele, sawi, tomat, cabe, Terong)

 nelayan

 beternak

Tanaman, hewan ternak dan ikan yang dapat diusahakan oleh manusia.

Tanaman yang diusahakan seringkali dikelompokkan berdasarkan unsure-unsur

kesamaan biologinya. Sesuai dengan perbedaan biologi tanaman, hewan ternak

dan ikan cara membudidayakannyadiperlukan lahan yang berbeda persyaratannya.

Tetapi secara umum dapat dikatakan, bahwa persyaratan lahan untuk tanaman

yang berumur pendek lebih tinggi disbanding untuk tanaman tahunan atau hewan

tahunan atau hewan ternak. Oleh karena itu, untuk menghasilkan pendapatan yang

tinggi. Petani perlu melakukan perencanaan program penggunaan lahan

(4)

Pendapatan non Usahatani

Sumber pendapatan yang berasal di luar pertanian terdiri dari sektor formal

seperti pegawai negeri, ABRI atau pamong desa, dan sektor informal seperti

dagang, usaha industri, pekerja bangunan dan jasa. Namun tidak tertutup

kemungkinan sumber pendapatan rumah tangga berasal dari kegiatan mencari

benda di alam bebas (gali pasir) atau di peroleh dari usaha menyewakan barang,

baik itu aset tanah atau aset lainnya dan mendapat sumbangan berupa kiriman dari

pihak luar keluarga atau pihak lainnya.

Pendapatan non usahatani merupakan penerimaan yang berasal dari nilai

berbagai usaha dikurangi dengan pengeluaran nilai biaya.

Sumber pendapatan non usahatani di desa ini meliputi buruh tani, pengrajin,

penjahit, montir, supir, tukang batu dan pedagang.

Adapun konsep pendapatan yang lain, pendapatan petani akan berbeda

apabila lingkungan pertaniannya berbeda. Dataran rendah yang dicirikan oleh

keadaan irigasi menghasilkan pendapatan per jam kerja yang lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah di dataran tinggi. Selain itu perbedaan status petani

memberikan pengaruh terhadap pendapatan. Kelompok petani miskin cenderung

memperoleh pendapatan per jam kerja yang lebih rendah (Soekartawi, 1994).

Hukum ekonomi menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan

penduduk semakin tinggi pula persentase atau porsi pengeluaran yang

dibelanjakan untuk barang bukan makanan (semakin rendahnya persentase

pengeluaran untuk makanan). Dengan banyak makan sayuran, daging, ikan, telur,

serta buah-buahan, sebenarnya secara otomatis masyarakat semakin berkurang

(5)

kecenderungan mengkonsumsi beras semakin kecil, dikarenakan mereka makan

sayuran, daging, ikan, telur dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup banyak

bahkan kadang masih diselilingi kue serta makanan kecil.

Hukum Engel mengatakan bahwa proporsi anggaran rumah tangga yang

dialokasikan untuk membeli pangan akan semakin kecil pada saat tingkat

pendapatan meningkat. Seperti contohnya, rumah tangga golongan berpendapatan

tinggi di perkotaan Indonesia bagian Timur mengeluarkan 46 persen dari total

pengeluarannya untuk makanan, sedangkan rumah tangga golongan

berpendapatan rendah di tempat yang sama menghabiskan 64%. Pada tahun 1996

rumah tangga di perdesaan dan perkotaan Indonesia mengeluarkan 45% dan 53%

dari total pengeluaran untuk makanan. Sedangkan hukum Bennett mengatakan

bahwa akan menurun pada saat pendapatan rumah tangga semakin naik.

Persentase kalori diperoleh dari bahan pangan pokok turun bersama naiknya

pendapatan, karena konsumen mendiversifikasi bundel pangan yang

dikonsumsinya dengan memasukkan kalori yang memiliki harga tinggi

(Suryana, 2003)

Kesejahteraan Petani

Jika kelompok yang satu mengalami peningkatan pendapatan, maka posisi

yang lain secara relatif akan merosot, itu berarti pilihan mendasar yang dihadapi

oleh pihak pemerintah bukan soal antara pertumbuhan atau pemerataan

pendapatan, melainkan soal kelompok manakah yang kesejahteraan atau

(6)

indeks kesetaraan bobot agaknya merupakan indeks yang paling cocok untuk

digunakan mengukur pertumbuhan ekonomi disuatu daerah penelitian.

Setiap orang memiliki keinginan untuk sejahtera, suatu keadaan yang

serba baik, atau suatu kondisi di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur,

dalam keadaan sehat dan damai. Sejahtera juga mengandung pengertian aman

sentosa, makmur, serta selamat , terlepas dari berbagai gangguan. Keadaan

sejahtera itu juga digambarkan dalam UU No 6 tahun 1974 dengan sangat abstrak,

yaitu suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang

diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin. Lebih

lengkap, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian

kesejahteraan yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan

dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang,

papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya

seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi

dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Walaupun sulit diberi pengertian, namun kesejahteraan memiliki

beberapa kata kunci yaitu terpenuhi kebutuhan dasar, makmur, sehat, damai dan

selamat, beriman dan bertaqwa (Wiryono, 1997)

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai komponen

yang dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada

kehidupan yang sejahtera atau belum. Komponen yang dapat dilihat antara lain

keadaan perumahan di mana mereka tinggal, tingkat pendidikan, dan kesehatan.

Biro Pusat Statistik (2000) menyatakan bahwa komponen kesejahteraan yang

(7)

tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf

dan pola konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan

sosial budaya. Di samping komponen yang dikemukakan di atas, ada komponen

lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya luas

kepemilikan lahan (Rustanta, 1998)

Untuk mencapai kesejahteraan itu manusia melakukan berbagai macam

usaha, misalnya di bidang pertanian, perdagangan, pendidikan, kesehatan serta

keagamaan, pertahanan-keamanan dan sebagainya. Manusia juga melakukan

upaya-upaya secara individu serta berkelompok. Upaya mencapai kesejahteraan

lewat kelompok misalnya membentuk koperasi, asosiasi, organisasi serta

membentuk Negara. Kesejahteraan juga bisa dibedakan menjadi lahiriah/fisik dan

batiniah. Namun, mengukur kesejahteraan, terutama kesejahteraan batin/spiritual,

bukanlah yang mudah. Kesejahteraan yang bersifat lahir yang biasa dikenal

dengan kesejahteraan ekonomi lebih mudah diukur daripada kesejahteraan batin

(Wiryono, 1997)

Ukuran kesejahteraan lebih kompleks dari kemiskinan. Kesejahteraan

dapat diraih jika seseorang dapat mengakses pekerjaan, pendapatan, pangan,

pendidikan, tempat tinggal, kesehatan, dan lainnya. Karena itu kita sering

mengukur kesejahteraan dari sisi fisik atau ekonomi. Terdapat berbagai

perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan dari sisi fisik, seperti Human

Development Index (Indeks Pembangunan Manusia), Physical Quality Life Index

(Indeks Mutu Hidup); Basic Needs (Kebutuhan Dasar); GNP/Kapita (Pendapatan

Perkapita), dan Nilai Tukar Petani (NTP), ukuran kesejahteraan ekonomi inipun

(8)

Dalam pengertian ilmu ekonomi, konsumsi dapat diartikan sebagai

kebutuhan manusia dalam bentuk benda dan juga baik untuk diri sendiri maupun

untuk kepentingan keluarga/lingkungannya, berdasarkan tata hubungan dan

tanggungjawabnya didasarkan atas pola produksi, pola distribusi dan sistem

kebutuhan yang dimilikinya yang sifatnya tercermin sebagai kebutuhan primer

dan kebutuhan sekunder (Lukman 2002).

Landasan Teori

Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang

diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi.

Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk dengan biaya adalah :

• Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, pupuk, pestisida, bahan bakar, bunga modal, dalam penanaman lain.

• Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang atau pajak, iuran pengairan, taksiran penggunaan biaya jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri. • Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan

perkakas, yang berupa penyusutan.

• Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap

• Biaya- biaya lain (Prawirakusumo, 1990)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan

(9)

dan penerimaan dalam usahatani. Pendapatan sangat dipengaruhi oleh banyaknya

produksi yang dijual oleh petani sendiri sehingga semakin banyak jumlah

produksi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan dari nilai penjualan

hasil ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan total

nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk,

pestisida dan alat-alat) pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga,

pajak dan lain-lain. Dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total revenue (total penerimaan)

TC = Total cost ( total biaya)

(Hernanto, 1993)

Salah satu balas jasa yang banyak dibicarakan adalah balas jasa yang

berwujud upah, upah banyak ditemui di sektor formal, walaupun persentase

pekerja di sektor formal belum besar, namun seiring diharapkan bahwa persentase

yang bekerja disektor formal akan membesar dengan majunya perekonomian.

Dengan kata lain majunya perekonomian persentase pekerja penerima gaji

akan membesar, oleh sebab itu ekonomi sumberdaya manusia juga memberi

perhatian pada struktur upah (termasuk upah minimum) dan serikat bekerja gaji,

hanya sebagian dari pendapatan yang diterima pekerja, oleh sebab itu perlu pula

dilihat pendapatan menyeluruh yang diterima pekerja. Struktur pendapatan akan

mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa yang pada gilirannya

(10)

melihat struktur pendapatan, sebagai akibat balas jasa yang diterima oleh pekerja.

(Ananta, 1990)

Adapun ukuran pendapatan tenaga kerja antara lain :

1. Pendapatan kerja petani adalah pendapatan yang diperhitungkan dari

penerimaan dan penjualan hasil. Penerimaan yang diperhitungkan dari

yang digunakan untuk keluarga ditambah dengan kenaikan nilai inventaris

dikurangi pengeluaran yang diperhitungkan.

2. Pendapatan tenaga kerja petani dari pengahasilan yang diperoleh kerja

petani ditambah penerimaan yang diperhitungkan untuk keluarga.

3. Pendapatan tenaga kerja keluarga diperoleh dari penghasilan kerja petani

ditambah dengan nilai tenaga kerja keluarga.

4. Pendapatan keluarga diperoleh dari pendapatan keluaga berbagai sumber.

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana kegiatan diluar usahatani.

Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya

mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap

semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok dari usahataninya,

keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibat efektifitas usahatani menjadi

rendah (Hernanto, 1993).

Total pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan keluarga yang

berasal dari usahatani padi sawah dan non usahatani lainnya. Kontribusi

pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diterima dari usahatani dibagi

dengan pendapatan keluarga dan dikalikan 100%, sehingga dapat diketahui

(11)

Dapat dilihat pada rumus dibawah ini :

Total pendapatan usahatani x 100%

Total pendapatan keluarga petani

Meningkatnya pendapatan maka meningkat pula pengeluaran untuk

keperluan rumah tangga dan pembentukan modal. Menurunnya pendapatan akan

menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan modal. (Tohir, 1991)

Adapun faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan petani

tersebut yaitu :

a) Umur, rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh

pada produktifitas sektor pertanian Indonesia. Petani berusia tua biasanya

cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi

teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda.

b) Pendidikan, Masri singarimbun dan D. H. Penny mengemukakan

banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan

berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu

kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar

dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga. Artinya bahwa

kecakapan seseorang dalam suatu lembaga atau organisasi. Faktor terakhir

inilah kemudian akan mempengaruhi secara langsung kemampuannya

dalam memperoleh pendapatan yang lebih besar

c) Lamanya berusahatani, pengalaman seseorang dalam berusahatani

berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Dalam mengadakan suatu

(12)

secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan

penelitian.

d) Jumlah tanggungan, akan semakin banyak (anggota keluarga) akan

semakin berat beban hidup yang harus dipenuhi jumlah anggota keluarga

akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang

memiliki sebidang tanah tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan

bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi

terutama pangan akan semakin bertambah.

e) Luas Lahan, akan mempengaruhi skala usaha. Dan skala usaha ini pada

akhirnya akan mempengaruhi efesien atau tidaknya suatu usaha pertanian.

Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha

pertanian maka lahan tersebut semakin tidak efesien. Hal ini didasarkan

pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan

tidakan yang mengarah pada segi efesien akan berkurang. Sebaliknya pada

lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor

produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efesien.

Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan

usaha yang tidak efesien pula.

f) Produksi padi sawah, merupakan proses kombinasi dan kondisi

material-material dan kekuatan-kekuatan input, faktor sumberdaya atau jasa

produksi dalam pembuatan satu barang atau jasa (output dan produk).

Produksi merupakan sejumlah hasil dalam satuan lokasi dan waktu

(13)

input produksi dan sarana produksi dalam suatu usahatani

(Soekartawi, 1998).

Pengukuran kesejahteraan petani umumnya dilakukan dengan Nilai Tukar

Petani. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima

petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB) yang dinyatakan dalam

persentase. Penanda kesejahteraan petani dengan NTP dapat didekati dengan

berbagai cara sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Olehkarena itu, sesuai dengan

tujuan penelitian maka penanda tingkat kesejahteraan dengan konsep Nilai Tukar

Pendapatan Rumah tangga Petani. Penanda tersebut adalah merupakan ukuran

kemampuan rumah tangga petani dalam memenuhi kebutuhan subsistennya.

Konsep kebutuhan subsistem disebut juga dengan nilai tukar subsisten.

( Hutabarat, 1995)

Menurut konsep Biro Pusat Statistik yang diformulasikan sebagai Nilai

tukar subsistem mendefenisikan bahwa nilai tukar pendapatan baru memasukkan

semua usaha pertanian, namun belum memasukkan kegiatan berburuh tani dan

sektor non pertanian yang cukup besar memberikan kontribusi terhadap

pendapatan petani. Olehkarena itu, menurut Hutabarat, 1995., bahwa konsep Nilai

Tukar Pendapatan petani didefenisikan merupakan nisbah antara pendapatan total

rumah tangga petani dengan pengeluaran total rumah tangga petani. Pendapatan

total rumah tangga petani merupakan penjumlahan dari seluruh nilai hasil

produksi komoditas pertanian yang dihasilkan petani, nilai berburuh tani, dan

lainnya (kiriman, dll) sedangkan pengeluaran petani merupakan penjumlahan dari

(14)

Secara sistematis Konsep Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani adalah : NTRP = Y/E Y = Yp + Ynp E = Ep + Ek Dimana :

Yp = Total pendapatan dari usaha pertanian

Ynp = Total pendapatan dari usaha non-pertanian

Ep = Total pengeluaran untuk usaha pertanian

Ek = Total pengeluaran untuk usaha non-pertanian.

Nilai tukar pendapatan rumah tangga petani (NTPRP) yang digunakan sebagai

tolak ukur kesejahteraan rumahtangga petani padi adalah < 1, artinya bahwa

tingkat kesejahteraan rumahtangga petani padi masih belum masuk kategori

sejahtera. Dan > 1, artinya bahwa tingkat kesejahteraan rumahtangga petani padi

masuk kategori sejahtera ( Hutabarat, 1995)

Kerangka Pemikiran

Petani padi sawah adalah orang yang mengusahakan produksi padi sawah

dalam usaha tani dengan memiliki ciri yang terdiri dari faktor sosial ekonomi

(umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan

produksi padi sawah). Faktor sosial ekonomi ini yang akan memberikan pengaruh

terhadap pendapatan.

Pada umumnya masyarakat desa yang mayoritas petani memiliki

(15)

walaupun suatu keluarga telah memiliki usahatani utama namun tetap berupaya

untuk mengusahakan berbagai jenis cabang usahatani yang lain maupun kegiatan

produktif diluar usahatani seperti Buruh Tani dan Pedagang. Walaupun mayoritas

petani di desa tersebut sudah mengusahakan usahatani padi sebagai usaha tani

utama, ternyata banyak diantara mereka yang mengusahakan kegiatan lain sebagai

matapencaharian tambahan disamping usahatani non padi sawah, seperti usahatani

kacang kedele, cabe dan beternak.

Biaya produksi merupakan biaya yang relatif dikeluarkan untuk

memproduksikan suatu barang, jika menginginkan produksi yang tinggi maka

tenaga kerja perlu ditambah dan sebagainya. Dengan semakin banyaknya kegiatan

produktif yang dapat dilakukan petani dan keluarganya diharapkan akan mampu

meningkatkan total pendapatan keluarga.

Adapun pendapatan total rumahtangga pertanian merupakan penjumlahan

dari seluruh nilai hasil usahatani padi sawah, non usahatani, dan usahatani non

padi sawah yang akan memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan petani padi

sawah dimana kesejahteraan dapat dilihat dari jumlah pengeluaran konsumsi

pangan sembilan bahan pokok adalah beras, lauk pauk, telur, sayur mayur, garam,

gula, minyak goreng, terigu dan minyak tanah apakah terpenuhi dan konsumsi

nonpangan seperti konsumsi sandang, papan, kesehatan, pendidikan, transportasi,

hiburan sosial, adat dan agama, dan pengeluaran non usahatani apakah terpenuhi.

Dengan kata lain pendapatan petani merupakan pengeluaran untuk konsumsi

rumah tangga dan pengeluaran untuk biaya produksi dengan menggunakan

metode penanda tingkat kesejahteraan petani dengan konsep Nilai Tukar

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Fukofuka dan Itano (2006) ikan tuna mata besar mempunyai ciri- ciri morfologi yaitu sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor,

1) Kegiatan pembelajaran kurang maksimal karena saat itu laboratorium SMP Negeri 1 Ketapang sedang digunakan oleh kelas lain. Kegiatan pembelajaran akhirnya dilakukan di

Usulan perbaikan yang diberikan yaitu rancangan perbaikan stasiun pencetakan upper, perbaikan desain meja pada aktivitas mendesain dan menggambar pola, perbaikan

Kepemilikan Anjing dalam kitab Al-Umm Juz II tidak di perbolehkan untuk memelihara anjing kecuali untuk berburu, menjaga kebun, dan menjaga ternak. Sedangkan

Di bawah mikroskop cahaya, kromosom dalam sel yang sedang membelah dan diwarnai, berupa batang fleksibel, padat, seperti terlihat pada gambar 2-1(a), setiap kromosom

Dengan adanya kesadaran merek terhadap M yang tinggi dari konsumen, asosiasi merek yang kuat dari konsumen terhadap Minute Maid Pulpy, serta adanya pemberian

Imam al-Baghawi berpendapat satu kali kuantitas pengakuan zina sudah cukup untuk ditetapkan hukuman itu lebih kuat dari pada pendapat yang dikemukakan Imam Ibnu Qudamah, bahwa

Pelaksanaan seni tayub dalam kehidupan masyarakat baik itu saat pelaksanaan untuk ritual, hiburan maupun politik merupakan suatu fakta sosial yang tidak dapat dipungkiri dan