• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Badung, April 2015 Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar. Erasmus Kayadu, S.Si, M.Si NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Badung, April 2015 Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar. Erasmus Kayadu, S.Si, M.Si NIP"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TIM REDAKSI BULETIN METEO NGURAH RAI

Pelindung Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Bandar Udara Ngurah

Rai Bali

Erasmus Kayadu, S.Si, M.Si

Penasehat

Drs. A.A. Gede Trikumara S. Pande Putu Pardana Ni Wayan Siti, S.Sos

Pemimpin Redaksi

Agus Yarcana

Wakil Pemimpin Redaksi

Decky Irmawan, SE, M. Kom Dewa Gede Agung Mahendra,

S. Kom

Sekretaris Redaksi

Agit Setiyoko, S.T Ni Made Dwi Jayanti, S. Kom

Tim Redaksi

Sangsang Firmansyah, SP Muh. Khamdani, SP Tatang Hadi Suprobo, SH, SP

Devi Ardiyansah, SP I Putu Sumiana, S.Si Kadek Sumaja, S.Si

Tim Percetakan/Distributor

I Wayan Subakti, A.Md Putri Kusumastuti, A.Md

Kadek Winasih, A.Md Devi Dwita Meiliza, SE

Alamat Redaksi

Stasiun Meteorologi Kelas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali

Gedung GOI Lt. II Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali

80361 Telp. 03619359754 Fax. 03619351124 Email : stametngurahraidps@gmail.com Website www.ngurahrai,bali.bmkg.go.id KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas diterbitkannya Buletin Meteo Ngurah Rai edisi April 2015 ini. Pembuatan buletin ini dilakukan sebagai ikhtiar untuk mengevaluasi sekaligus menginformasikan kejadian cuaca khususnya di lingkup Bandara I Gusti Ngurah Rai selama kurun waktu sebulan terakhir. Sebagai pelengkap, kami tampilkan pula info grafis mengenai kondisi Stasiun Meteorologi Ngurah Rai Denpasar tahun 2015.

Penerbitan buletin ini diharapkan dapat memberi nilai tambah kepada masyarakat terutama kepada pengguna layanan cuaca penerbangan.

Sebagaimana biasa, saran dan kritik membangun tentu saja masih kami perlukan guna menjadikan kualitas buletin ini ke depan menjadi semakin baik.

Badung, April 2015

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar

Erasmus Kayadu, S.Si, M.Si NIP. 196102121984031001

(3)

DAFTAR ISI

TIM REDAKSI BULETIN METEO NGURAH RAI ... 1

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... 2

I. DAFTAR ISTILAH ... 4

II. PENDAHULUAN... 8

III. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT ...10

A. ENSO (El Nino Southern Osclation)...10

B. MJO (Madden-Jullien Oscilation) ...11

C. Sirkulasi Monsun ...13

D. Suhu Muka Laut...15

IV. PROFIL PARAMETER CUACA STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI DENPASAR BULAN MARET2015 ...16

A. Curah Hujan...16

B. Suhu Udara...16

1 Suhu Udara Rata-Rata Harian ...16

2 Suhu Udara Maksimum ...17

3 Suhu Udara Minimum ...18

C. Kelembaban Udara...18

D. Tekanan Udara ...19

E. Arah dan Kecepatan Angin Permukaan ...20

F. Crosswind, Headwind dan Tailwind...21

V. EVALUASI KINERJA STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI DENPASAR ...23

A. Evaluasi Kinerja Tiap Kelompok...23

B. Verifikasi Prakiraan Cuaca ... 29

(4)

VI. ANALISA PENGUKURAN VISIBILITAS MENGGUNAKAN TRANSMISSOMETER LT31 : HUBUNGANNYA DENGAN INTENSITAS HUJAN DAN BACKGROUND

LUMINANCEDI STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI ...31

A. Pendahuluan...31

B. Tinjauan Pustaka ...32

1. Konsep Visibiltas ...32

2. Transmissometer LT31 ...33

a. Window Contamination measurement ...34

b. Autocalibration ...35

c. Autoalignment ...35

3. Present Weather Detector PWD22 ...36

4. Background Luminance Sensor LM21 ...36

C. Metode Penelitian ...37

D. Data... 37

E. Hasil dan pembahasan ... 38

1. Visibilitas pada kejadian hujan lebat tanggal 1 Desember 2014...38

2. Visibilitas pada kejadian hujan lebat tanggal 10 Desember 2014...39

3. Visibilitas pada kejadian hujan lebat tanggal 18 Desember 2014...40

F. Kesimpulan dan Saran ... 41

1. Kesimpulan...41

2. Saran...41

(5)
(6)

I. DAFTAR ISTILAH

Aerodrome Warning adalah berita meteorologi yang berisi peringatan untuk berhati-hati atau mengambil langkah-langkah tertentu berkaitan dengan prakiraan akan adanya cuaca signifikan atau fenomena ekstrem di sekitar Bandar udara.

AUSMI (Australian Monsoon Index) merupakan indeks yang mengukur sirkulasi monsun Australia yang terjadi dengan menghitung rata-rata angin zonal (timur barat) pada ketinggian 850 mb pada area (5oLS-15oLS, 110oBT-130oBT) (Kajikawa dkk., 2009). Indeks AUSMI bernilai positif berarti terjadi penguatan sirkulasi monsunal dengan ditandai angin paras 850 mb pada area (5oLS-15oLS, 110oBT-130oBT) cenderung bergerak dari barat, sebaliknya indeks AUSMI bernilai negatif berarti terjadi pelemahan sirkulasi monsunal dengan ditandai angin paras 850 mb pada area (5oLS-15oLS, 110oBT-130oBT) cenderung bergerak dari Timur – Tenggara.

Crosswind adalah angin yang arahnya dari samping benda yang bergerak misalnya pesawat yang sedang dalam penerbangan.

El Ninoadalah fase negatif dari ENSO yang dicirikan dengan anomali suhu muka laut yang lebih hangat di wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian timur dibandingkan dengan di bagian baratnya dan ditandai dengan nilai SOI negatif.

ENSO (El Nino Southern Oscillation) adalah fenomena interaksi lautan-atmosfer skala global dengan variabilitas interannual yang terjadi karena adanya penyimpangan (anomali) suhu muka laut di wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial.

FKLIM71 adalah formulir yang di dalamnya dicatat data klimatologi bulanan pada stasiun station meteorologi atau klimatologi.

Flight Forecast adalah prakiraan cuaca untuk penerbangan yang dikumpulkan dalam satu berkas dokumen prakiraan cuaca penerbangan dan diserahkan kepada penerbang sebelum terbang.

Headwind adalah angin yang bertiup dari arah depan berlawanan dengan arah benda, misalnnya pesawat yang sedang dalam penerbangan.

ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) adalah area di sekitar wilayah tropis yang dicirikan dengan pola pumpunan (konvergensi) angin dalam skala yang luas dan dapat berpotensi terjadi cuaca buruk di sepanjang wilayah yang dilewatinya.

La Nina adalah fase positif dari ENSO yang dicirikan dengan anomali suhu muka laut yang lebih hangat di wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian barat dibandingkan

(7)

MET REPORT adalah singkatan dari “meteorological report”. Digunakan dalam bahasa laporan cuaca penerbangan yang menyatakan bahwa laporan yang dibuat adalah laporan rutin dari hasil pengamatan cuaca.

METAR adalah kata sandi yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sandi atau keterangan yang mengikutinya adalah informasi cuaca yang sedang berlangsung di Bandar udara. METAR dibuat secara rutin, biasanya dibuat secara berkala setiap 30 menit sekali, untuk dikirim ke atau dipertukarkan dengan Stasiun Meteorologi Penerbangan lainnya, dan/atau dikirim ke Pusat-Pusat Data dan Analisis yang ditentukan. MJO (Madden Jullian Oscillation) adalah fenomena atmosfer skala global dengan variabilitas intraseasonal yang menunjukkan potensi area konvektif kuat dan menjalar dari barat ke timur di sepanjang wilayah ekuatorial.

Monsun suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal tiga bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan dua istilah monsun yaitu Monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim penghujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.

OLR (Outgoing Longwave Radiation) adalah energi gelombang panjang dari permukaan bumi yang dipancarkan ke angkasa. Nilai besar/kecil dari OLR mengindikasikan jumlah tutupan awan yang rendah/tinggi.

Pilot Balon (Pibal)adalah pengukuran dan perhitungan arah dan kecepatan angin dengan pelacakan balon meteorologi menggunakan theodolite.

PW (Precipitable Water)adalah banyaknya uap air yang berpotensi menjadi hujan. Siklon tropis adalah sistem tekanan rendah dengan angin berputar siklonik yang terbentuk di lautan wilayah tropis dengan kecepatan angin maksimal 34,8 (tiga puluh empat koma delapan) knots atau 64,4 (enam puluh empat koma empat) km/jam (kilometer per jam) di sekitar pusat pusaran.

SOI (Southern Oscillation Index) adalah indeks yang menunjukkan aktifitas ENSO dan mengindikasikan adanya perkembangan atau intensitas kejadian El Nino atau La Nina di Samudera Pasifik. SOI dihitung berdasarkan perbedaan tekanan permukaan laut antara Tahiti dan Darwin.

SPECI adalah kata sandi yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sandi atau keterangan yang mengikutinya adalah informasi tentang adanya fenomena khusus pada suatu saat di suatu Bandar udara dan atau di sekitarnya. SPECI dibuat untuk dikirim ke

(8)

atau dipertukarkan dengan Stasiun Meteorologi Penerbangan lainnya, dan/atau dikirim ke Pusat-Pusat Data dan Analisis yang ditentukan.

TAFOR adalah singkatan dari “terminal forecast”. Sandi meteorologi yang menunjukkan bahwa berita yang tertulis di belakangnya adalah tentang prakiraan cuaca Bandar udara. TAFOR memuat informasi tentang akan terjadinya cuaca di suatu Bandar udara pada waktu yang akan datang. Unsur cuaca yang diprakirakan meliputi angin permukaan, jarak pandang mendatar, fenomena cuaca, awan, dan perubahan signifikan dari satu atau lebih unsur tersebut selama selang waktu prakiraan.

Tailwind adalah angin yang bertiup dari arah belakang sejajar dengan arah benda, misalnya pesawat yang sedang dalam penerbangan.

WNPM (Western North Pacific Monsoon) merupakan indeks yang mengukur sirkulasi monsun Asia yang terjadi dengan menghitung perbedaaan rata-rata angin zonal (timur barat) pada ketinggian 850 mb antara area (5oLU-15oLU, 100oBT-130oBT) dan area (20oLU-30oLU, 110oBT-140oBT) (Wang B dkk., 2008). Indeks WNPM bernilai negatif berarti terjadi penguatan sirkulasi monsunal Asia dengan ditandai angin paras 850 mb pada area (20oLU-30oLU, 110oBT-140oBT) cenderung lebih besar nilainya dibanding angin paras 850 mb pada area (5oLU-15oLU, 100oBT-130oBT). Sehingga dominan arah angin paras 850 mb adalah Timur Laut-Timur. Indeks WNPM bernilai positf berarti terjadi pelemahan sirkulasi monsunal Asia dengan ditandai angin paras 850 mb pada area (20oLU-30oLU, 110oBT-140oBT) cenderung lebih kecil nilainya dibanding angin paras 850 mb pada area (5oLU-15oLU, 100oBT-130oBT). Sehingga dominan arah angin paras 850 mb adalah Barat Daya-Barat.

WXREV adalah informasi meteorologi yang berisikan rangkuman keadaan cuaca selama 24 jam pada stasiun meteorologi atau klimatologi.

(9)

II. PENDAHULUAN

Benua maritim Indonesia yang hangat mengakibatkan banyak fenomena atmosfer skala global dan regional mempengaruhi cuaca dan iklimnya. Fenomena atmosfer ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang terjadi di Samudra Pasifik, IOD (Indian Ocean Dipole) yang terjadi di Samudra Hindia, osilasi Madden-Jullien (Madden-Jullien Oscilation), daerah pumpunan antar tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ITCZ) serta sirkulasi monsun Asia dan Australia adalah beberapa fenomena skala global dan regional yang mempengaruhi wilayah Indonesia. Luasnya bentangan wilayah Indonesia menyebabkan pengaruh fenomena atmosfer ini tidaklah sama di setiap wilayah. Secara umum pengaruh fenomena-fenomena tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2 berikut :

Bali adalah salah satu pulau kecil yang berada di kawasan tengah Indonesia

Gambar 2.1 Pengaruh Fenomena La Nina dan IOD Positif untuk wilayah Indonesia

Gambar 2.2 Pengaruh Fenomena El Nino dan IOD Negatif untuk wilayah Indonesia

II. PENDAHULUAN

Benua maritim Indonesia yang hangat mengakibatkan banyak fenomena atmosfer skala global dan regional mempengaruhi cuaca dan iklimnya. Fenomena atmosfer ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang terjadi di Samudra Pasifik, IOD (Indian Ocean Dipole) yang terjadi di Samudra Hindia, osilasi Madden-Jullien (Madden-Jullien Oscilation), daerah pumpunan antar tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ITCZ) serta sirkulasi monsun Asia dan Australia adalah beberapa fenomena skala global dan regional yang mempengaruhi wilayah Indonesia. Luasnya bentangan wilayah Indonesia menyebabkan pengaruh fenomena atmosfer ini tidaklah sama di setiap wilayah. Secara umum pengaruh fenomena-fenomena tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2 berikut :

Bali adalah salah satu pulau kecil yang berada di kawasan tengah Indonesia

Gambar 2.1 Pengaruh Fenomena La Nina dan IOD Positif untuk wilayah Indonesia

Gambar 2.2 Pengaruh Fenomena El Nino dan IOD Negatif untuk wilayah Indonesia

II. PENDAHULUAN

Benua maritim Indonesia yang hangat mengakibatkan banyak fenomena atmosfer skala global dan regional mempengaruhi cuaca dan iklimnya. Fenomena atmosfer ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang terjadi di Samudra Pasifik, IOD (Indian Ocean Dipole) yang terjadi di Samudra Hindia, osilasi Madden-Jullien (Madden-Jullien Oscilation), daerah pumpunan antar tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ITCZ) serta sirkulasi monsun Asia dan Australia adalah beberapa fenomena skala global dan regional yang mempengaruhi wilayah Indonesia. Luasnya bentangan wilayah Indonesia menyebabkan pengaruh fenomena atmosfer ini tidaklah sama di setiap wilayah. Secara umum pengaruh fenomena-fenomena tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2 berikut :

Bali adalah salah satu pulau kecil yang berada di kawasan tengah Indonesia

Gambar 2.1 Pengaruh Fenomena La Nina dan IOD Positif untuk wilayah Indonesia

Gambar 2.2 Pengaruh Fenomena El Nino dan IOD Negatif untuk wilayah Indonesia

(10)

adalah 5.636,66 km2, sedangkan luas lautannya 9.634,35 km2, terlihat bahwa luas lautan Bali dua kali lipat luas daratannya. Kondisi ini mengakibatkan keadaan cuaca dan iklim di wilayah Bali dipengaruhi oleh fenomena atmosfer seperti ENSO, MJO dan sirkulasi angin monsun Asia dan Australia. Penyampaian informasi mengenai analisa cuaca di wilayah Bali ini menjadi salah satu tugas dari Stasiun Meteorologi Kelas I Bandar Udara Ngurah Rai Bali.

Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar merupakan stasiun meteorologi yang terletak di dalam bandar udara I Gusti Ngurah Rai Bali. Selain memberikan informasi analisa keadaan cuaca wilayah Bali, juga bertugas untuk memberikan informasi cuaca untuk penerbangan di bandar udara I Gusti Ngurah Rai Bali. Informasi cuaca penerbangan yang diberikan antara lain METAR, SPECI, Met Report, Special Report,

Flight ForecastdanAerodrome Warning. Informasi lain yang juga dihasilkan oleh Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar adalah informasi pengamatan cuaca synoptik dan udara atas. Semua informasi yang disampaikan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi jasa penerbangan pada khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya untuk mengantisipasi perubahan cuaca yang terjadi.

(11)

III. ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT

Analisis dinamika atmosfer dan laut selama periode Maret 2015 akan memberikan gambaran terhadap fenomena atmosfer dominan yang mempengaruhi perubahan cuaca di wilayah Bali. Secara umum akan ditampilkan kondisi tiap-tiap fenomena atmosfer seperti ENSO, MJO, sirkulasi monsun dan suhu muka laut selama periode Maret 2015 sebagai berikut :

A. ENSO (El Nino Southern Osclation)

Penentuan fase ENSO dilakukan dengan analisis terhadap indeks NINO dan SOI yang mengamati perubahan kondisi atmosfer di sekitar samudra Pasifik. Indeks NINO dibagi menjadi 4, dimana tiap indeks menunjukan anomali suhu muka laut untuk wilayah yang berbeda di samudra Pasifik. Untuk wilayah Indonesia, indeks NINO yang digunakan adalah indeks NINO 3.4.

Pada periode Januari hingga Maret 2015 indeks NINO 3.4 menunjukan nilai antara 0.4ºC s/d 0.6ºC. Nilai indeks ini juga menunjukan fase ENSO yang negatif dan adanya fenomena El Nino yang terjadi. Intensitas dari fenomena El Nino yang terjadi adalah El Nino lemah (Weak El Nino). Hal ini menunjukan bahwa kondisi El Nino kurang berpengaruh terhadap kondisi cuaca di sekitar wilayah Indonesia bagian Timur dan Tengah. Secara lengkap indeks NINO terlihat pada Gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1 Indeks NINO Tahun 2014-2015 (Sumber :

www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO /enso.shtml)

(12)

Selain Indeks NINO 3.4, indeks yang juga harus digunakan untuk analisis ENSO adalah indeks SOI. Indeks SOI memiliki batas-batas nilai yang menunjukan ENSO fase negatif atau positif. Untuk ENSO fase negatif indeks SOI bernilai -8 atau lebih, sedangkan untuk ENSO fase positif bernilai 8 atau lebih. Nilai indeks SOI antara -8 s/d 8 adalah keadaan netral.

Selama periode Maret 2015, indeks SOI rata-rata 30 harian mengalami fluktuasi nilai yang cukup signifikan antara -12 s/d 1. Hal ini menunjukan bahwa pada periode Maret 2015 terindikasi adanya fase ENSO negatif dan fenomena El Nino yang aktif di sekitar wilayah samudra Pasifik. Sedangkan nilai indeks SOI rata-rata 30 harian yang terakhir menunjukan nilai -12.1 yang menunjukan bahwa kondisi ENSO negatif semakin kuat. Secara lengkap perubahan indeks SOI rata-rata 30 harian terlihat pada Gambar 3.2 berikut :

Berdasarkan indeks NINO 3.4 dan SOI tersebut dapat diketahui bahwa selama periode Maret 2015 terindikasi adanya ENSO fase negatif, serta menunjukan adanya fenomena El Nino lemah yang aktif dengan potensi peningkatan intensitas di beberapa bulan ke depan. Oleh karena itu peluang penurunan curah hujan yang disebabkan oleh fenomena El Nino di sekitar wilayah Indonesia bagian Timur dan Tengah cukup signifikan. B. MJO (Madden-Jullien Oscilation)

Pada umumnya analisis fenomena atmosfer MJO menggunakan indikasi perubahan nilai OLR yang terjadi di sekitar area ekuator. Perubahan nilai OLR pada periode Maret 2015 yang ditampilkan dengan diagram Hovmoller terlihat seperti Gambar 3.3 berikut :

Gambar 3.2 Indeks SOI Rata-Rata 30 Harian (Sumber : www.bom.gov.au/climate/enso/)

(13)

Dari data OLR di atas berdasarkan letak geografis Indonesia 94058' 21" BT-141° 01' 10"BT dapat ditentukan bahwa pada awal hingga pertengahan periode Maret 2015 nilai OLR berkisar dari -0.5 sampai -3 dengan kata lain terjadi peningkatan tutupan awan di Indonesia. Sedangkan pada pertengahan periode hingga akhir Maret 2015 nilai OLR berkisar antara 0.5 sampai 3.5 yang menunjukan adanya penurunan tutupan awan di Indonesia. Untuk pergerakan MJO selama periode Maret 2015 dapat dilakukan analisis terhadap diagram fase MJO yang terlihat seperti Gambar 3.4 berikut :

Dari pergerakan MJO pada gambar di atas dapat disimpulkan bahwa MJO aktif di wilayah Indonesia hanya pada tanggal 3-9 Maret 2015, terutama di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur.

Gambar 3.3 Diagram Hovmoller Nilai OLR Rata-Rata 5 Harian (Sumber : www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/mjo.shtml)

(14)

C. Sirkulasi Monsun

Pengaruh sirkulasi monsun terhadap perubahan cuaca di sekitar wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur dapat dianalisa pada AUSMI (Australian Monsoon Index) dan WNPM (Western North Pacific Monsson). Pada periode Maret 2015 indeks WNPM menunjukan nilai antara -13 s/d -2. Pada awal hingga akhir periode Maret 2015, terlihat nilai WYMI cenderung bernilai negatif dan menunjukan sirkulasi monsunal Asia masih cukup kuat. Secara lengkap fluktuasi nilai WYMI terlihat pada Gambar 3.5 berikut :

Sedangkan pada periode Maret 2015 AUSMI juga menunjukan fluktuasi yang cukup signifikan, dengan nilai antara -8 s/d 6. Pada awal hingga pertengahan periode Maret 2015, terlihat nilai AUSMI positif yang menunjukan terjadi penurunan sirkulasi monsunal Australia, arah angin lapisan 5000ft (850HPa) cenderung dari Barat. Sedangkan pada pertengahan hingga akhir periode nilai AUSMI negatif yang menunjukan terjadi peningkatan sirkulasi monsunal Australia dan arah angin lapisan 5000ft (850HPa) cenderung dari Timur - Tenggara. Secara lengkap fluktuasi nilai AUSMI terlihat pada Gambar 3.6 berikut :

Berdasarkan pola angin lapisan 5000ft (850 HPa) rata-rata pada periode Maret 2015 diketahui bahwa arah angin dominan di sekitar wilayah Indonesia bagian Tengah

Gambar 3.5 Grafik WNPM (Sumber:http://apdrc.soest.hawaii.edu/projects/monsoon)

(15)

dan Timur dari arah Barat Daya-Barat Laut. Angin baratan ini mengindikasikan bahwa sirkulasi monsunal Asia masih cukup kuat pengaruhnya terhadap keadaan cuaca di wilayah tersebut. Wilayah Bali secara khusus, arah angin rata-rata dari arah Barat Daya-Barat dengan kecepatan rata-rata antara 2-7 knots pada periode Maret 2015. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada Gambar 3.7 berikut :

Sirkulasi monsun Asia yang masih cukup kuat juga dapat dilihat pada pola tekanan udara permukaan rata-rata pada periode Maret 2015. Terlihat bahwa tekanan udara permukaan disekitar wilayah Asia masih tinggi, sedangkan tekanan udara permukaan disekitar wilayah Australia masih rendah. Hal ini mengakibatkan aliran massa udara bergerak dari Benua Asia menuju Benua Australia. Untuk wilayah Indonesia, tekanan udara permukaan rata-rata pada periode Maret 2015 berkisar antara 1009.5-1012.5 HPa, khusus untuk wilayah Bali, tekanan udara permukaan rata-rata berkisar antara 1010-1010.5 HPa. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada gambar 3.8 berikut :

(16)

Pada periode Maret 2015 terjadi peningkatan kandungan uap air yang signifikan di sekitar wilayah Indonesia. Berdasarkan nilai kandungan uap air di atmosfer atau

Precipitable Water (PW) rata-rata diketahui bahwa kisaran nilainya antara 36-51 kg/m2. Kisaran nilai PW tersebut masihtergolong tinggi, sehingga pertumbuhan awan juga tinggi di beberapa daerah. Hal ini juga berlaku untuk wilayah Bali, dimana kisaran nilai PW antara 47-50 kg/m2. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada gambar 3.9 berikut :

D. Suhu Muka Laut

Suhu muka laut pada periode Maret 2015 di wilayah Indonesia berkisar antara 27-30oC. Beberapa wilayah mempunyai kisaran suhu muka laut antara 28-30.5oC, dimana kisaran suhu ini menunjukan potensi penguapan dan pertumbuhan awan yang signifikan. Wilayah Bali pada periode Maret 2015 mempunyai kisaran suhu muka laut antara 29-29.5oC, dengan konsentrasi suhu muka laut yang tinggi merata di seluruh wilayah. Secara lengkap hal ini bisa dilihat pada gambar 3.10 berikut :

(17)

IV. PROFIL PARAMETER CUACA STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI DENPASAR BULAN MARET2015

A. Curah Hujan

Pada periode Maret 2015 tercatat jumlah hari hujan di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar sebanyak 19 hari, dengan rincian 17 hari hujan terukur dan 2 hari hujan tidak terukur (TTU). Sedangkan untuk total curah hujan pada periode Maret 2015 sebesar 294,8 mm. Berdasarkan dasarian, maka curah hujan yang tercatat dapat dikelompokan manjadi dasarian I, II dan III. Pada dasarian I tercatat adanya 10 hari hujan dengan jumlah curah hujan 214,4 mm, pada dasarian II tercatat ada 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 73,4 mm, sedangkan pada dasarian III tercatat ada 3 hari hujan dengan jumlah curah hujan 7 mm. Curah hujan tertinggi tercatat pada tanggal 07 Maret 2015. Grafik curah hujan pada periode Maret 2014 ditunjukan oleh Gambar 4.1 sebagai berikut :

B. Suhu Udara

Secara umum akan diberikan penjelasan mengenai profil suhu udara rata rata harian, profil suhu udara maksimum dan profil suhu udara minimum pada periode Maret 2015 di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar.

1 Suhu Udara Rata-Rata Harian

Suhu udara rata rata harian pada periode Maret 2015 berkisar antara 25,9oC– 29,2oC. Suhu udara rata-rata harian terendah terjadi pada tanggal 6 Maret 2015, sedangkan suhu udara rata-rata harian tertinggi terjadi tanggal 31 Maret 2015. Secara

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Cu ra h Hu ja n ( m m ) Tanggal

Grafik Curah Hujan Periode Maret 2015

(18)

umum grafik suhu udara rata rata harian periode Maret 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut :

2 Suhu Udara Maksimum

Suhu udara maksimum pada periode Maret2015 berkisar antara 28oC-32,3oC. Selama periode ini, rata-rata suhu udara maksimum tercatat sebesar 30,8oC, dengan suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada tanggal 31 Maret 2015 dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada tanggal 7 Maret 2015. Secara umum penggambaran tentang suhu udara maksimum pada periode Maret 2015 terlihat pada Gambar 4.3 sebagai berikut : 24,0 25,0 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Su hu U dar a (o C) Tanggal

Grafik Suhu Udara Rata-Rata Harian Periode Maret 2015

25,0 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 31,0 32,0 33,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 S u h u Ud a ra ( o C ) Tanggal

Grafik Suhu Udara Maksimum Periode Maret 2015

Gambar 4.2 Grafik Suhu Udara Rata Rata Harian Periode Maret 2015

(19)

3 Suhu Udara Minimum

Suhu udara minimum pada periode Maret 2015 berkisar antara 22,9oC–25,5oC. Selama periode ini, rata-rata suhu udara minimum tercatat sebesar 24,5oC, dengan suhu udara minimum tertinggi terjadi pada tanggal 17 Maret 2015 dan suhu udara minimum terendah terjadi pada tanggal 11 Maret 2015. Secara umum penggambaran tentang suhu udara minimum pada periode Maret 2015 terlihat pada Gambar 4.4 sebagai berikut :

C. Kelembaban Udara

Kondisi kelembaban udara rata-rata harian di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar selama periode Maret 2015 berkisar antara 74–88 %. Pada periode ini kelembaban udara rata-rata harian tertinggi terjadi pada tanggal 06 Maret 2015, sedangkan kelembaban udara rata rata harian terendah terjadi pada tanggal 18 Maret 2015. Kondisi kelembaban udara rata rata harian periode Maret 2015 ditunjukkan pada Gambar 4.5 sebagai berikut :

21,5 22,0 22,5 23,0 23,5 24,0 24,5 25,0 25,5 26,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 S u h u Ud a ra ( o C ) Tanggal

Grafik Suhu Udara Minimum Periode Maret 2015

(20)

D. Tekanan Udara

Tekanan udara rata-rata harian di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar selama periode Maret 2015 berkisar antara 1008,3–1012,1 HPa. Tekanan udara rata-rata harian tertinggi pada periode ini terjadi pada tanggal 26 Maret 2015, sedangkan tekanan udara rata rata terendah terjadi pada tanggal 02 dan 04 Maret2015. Secara umum profil tekanan udara rata rata harian periode Maret 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut : 65 70 75 80 85 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Ke le m b a b a n Ud a ra ( % ) Tanggal

Grafik Kelembaban Udara Rata-Rata Harian Periode Maret 2015 1006,0 1007,0 1008,0 1009,0 1010,0 1011,0 1012,0 1013,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 T e k a n a n Ud a ra ( HP a ) Tanggal

Grafik Tekanan Udara Rata-Rata Harian Periode Maret 2015

Gambar IV.5 Grafik Kelembaban Udara Rata Rata Harian Periode Maret 2015

(21)

E. Arah dan Kecepatan Angin Permukaan

Profil arah angin permukaan (10 meter) di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar pada periode Maret 2015 dapat dilhat pada windrose angin permukaan pada Gambar 4.9. Berdasarkan windrose angin permukaan tersebut diketahui bahwa arah angin permukaan dominan adalah dari arah Barat (247.5o-292.5o) dengan prosentase mencapai 15.83%. Sedangkan resultan angin yang menunjukan arah angin rata rata pada periode ini tercatat dari arah 14odengan prosentase 14%.

Profil kecepatan angin permukaan (10 meter) di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar pada periode Maret 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.10. Terlihat bahwa kecepatan angin permukaan secara umum berkisar antara 1-4 knots dengan prosentase sebesar 46.4%. Kecepatan angin permukaan maksimum tercatat terjadi pada tanggal 05 Maret 2015 pada pukul 17.00 WITA, dengan kecepatan mencapai 19 knots

Gambar 4.9 Windrose Angin Permukaan Periode

(22)

F. Crosswind, Headwind dan Tailwind

Informasi crosswind, headwind dan tailwind di Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar pada periode Maret 2015 disajikan dalam bentuk histogram crosswind, histogram headwind dan tailwind, prosentase crosswind kanan dan kiri serta prosentase headwind dan tailwind.

Histogram crosswind periode Maret 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.11. Terlihat bahwa kondisi netral dan croswind kiri dengan kecepatan 1-2 kts knots memiliki jumlah kejadian tertinggi yang mencapai 506 kejadian. Untuk kecepatan crosswind maksimum, tercatat kecepatan crosswind kiri mencapai 10-11 knots sebanyak 1 kejadian, sedangkan kecepatan crosswind kanan mencapai 13-14 knots sebanyak 3 kejadian.

Sedangkan histogram headwind dan tailwind dapat dilihat pada Gambar 4.12. Terlihat bahwa kondisi netral dan tailwind dengan kecepatan 1-2 kts memiliki jumlah kejadian tertinggi yang mencapai 38 kejadian. Untuk kecepatan headwind maksimum, tercatat mencapai 19-21 knots sebanyak 3 kejadian. Sedangkan untuk kecepatan tailwind maksimum, tercatat mencapai 9-11 knots sebanyak 6 kejadian.

1 3 9 90 260 506 200 292 132 61 25 1 3 0 100 200 300 400 500 600 -10-(-11) -8-(-9) -6-(-7) -4-(-5) -2-(-3) 0-(-1) 1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12 13-14 F re k u e n s i Ke c e p a ta n Kecepatan Crosswind (kt) Histogram Crosswind Periode Maret 2015

Nilai - : Crosswind Kiri Nilai + : Crosswind Kanan

(23)

Prosentase kejadian crosswind kanan dan kiri, headwind dan tailwind pada periode Maret 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.13. Crosswind kanan memiliki prosentase kejadian tertinggi yang mencapai 46%. Sedangkan untuk prosentase kejadian headwind dan tailwind, terlihat bahwa prosentase kejadian headwind yang tertinggi mencapai 67%.

0 6 0 50 100 150 200 250 300 350 400 -12-(-14) -9-(-11) F re k u e n s i Ke c e p a ta n

Histogram Headwind dan Tailwind Periode Maret 2015

Crosswind Kiri 31% Crosswind Kanan 45%

Prosentase Crosswind Kanan dan Kiri

Periode Maret 2015

Gambar 4.12 Histogram Headwind dan Tailwind Periode Maret 2015

Gambar 4.13 Grafik Prosentase Crosswind Kanan dan Kiri, Headwind dan Tailwind Periode Maret 2015

Nilai - : Tailwind Nilai + : Headwind

Prosentase kejadian crosswind kanan dan kiri, headwind dan tailwind pada periode Maret 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.13. Crosswind kanan memiliki prosentase kejadian tertinggi yang mencapai 46%. Sedangkan untuk prosentase kejadian headwind dan tailwind, terlihat bahwa prosentase kejadian headwind yang tertinggi mencapai 67%.

6 31 106 380 306 281 302 110 47 11 3 -9-(-11) -6-(-8) -3-(-5) 0-(-2) 1-3 4-6 7-9 10-12 13-15 16-18 19-21 Kecepatan Crosswind (kt)

Histogram Headwind dan Tailwind Periode Maret 2015

Crosswind Kiri 31%

Netral 24%

Prosentase Crosswind Kanan dan Kiri Periode Maret 2015 Tailwind 14% Headwind 67%

Prosentase Headwind dan Tailwind

Periode Maret 2015

Gambar 4.12 Histogram Headwind dan Tailwind Periode Maret 2015

Gambar 4.13 Grafik Prosentase Crosswind Kanan dan Kiri, Headwind dan Tailwind Periode Maret 2015

Nilai - : Tailwind Nilai + : Headwind

Prosentase kejadian crosswind kanan dan kiri, headwind dan tailwind pada periode Maret 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.13. Crosswind kanan memiliki prosentase kejadian tertinggi yang mencapai 46%. Sedangkan untuk prosentase kejadian headwind dan tailwind, terlihat bahwa prosentase kejadian headwind yang tertinggi mencapai 67%.

3 0

19-21 22-24

Histogram Headwind dan Tailwind Periode Maret 2015

Tailwind 14%

Netral 19%

Prosentase Headwind dan Tailwind

Periode Maret 2015

Gambar 4.12 Histogram Headwind dan Tailwind Periode Maret 2015

Gambar 4.13 Grafik Prosentase Crosswind Kanan dan Kiri, Headwind dan Tailwind Periode Maret 2015

Nilai - : Tailwind Nilai + : Headwind

(24)

V. EVALUASI KINERJA STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI DENPASAR

Evaluasi kinerja secara rutin merupakan salah satu bentuk upaya Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar untuk memenuhi sasaran kinerja berupa tersedianya informasi cuaca penerbangan secara rutin dan informasi significant meteorologi (sigmet) guna mendukung keselamatan transportasi.

A. Evaluasi Kinerja Tiap Kelompok

Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar memiliki empat kelompok utama antara lain kelompok prakirawan dan pengolahan, kelompok pengamatan dan komunikasi, kelompok teknisi dan kelompok Tata Usaha (TU). Evaluasi tiap kelompok ini dilakukan dengan membandingkan realisasi kegiatan terhadap target awalnya. Secara umum evaluasi kinerja kelompok prakirawan dan pengolahan dapat dilihat pada Tabel 5.1, sedangkan untuk evaluasi kinerja kelompok pengamatan dan komunikasi dapat dilihat pada Tabel 5.2. Untuk evaluasi kinerja kelompok teknisi tercatat secara lengkap pada Tabel 5.3. Terakhir untuk evaluasi kinerja kelompok Tata Usaha (TU) tercatat pada Tabel 5.4.

(25)

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target/BL Realisasi Prosentase Tersedianya Informasi 1 PENINGKATAN PENGELOLAAN DATA

Cuaca untuk Pener A. PENGUMPULAN DATA

bangan secara routin 1 Jumlah Pengumpulan data meteorologi permukaan untuk pemetaan dan analisis tepat waktu(2 kali sehari) 62 62 100

dan informasi signifi 2 Jumlah Pengumpulan data meteorologi udara atas untuk pemetaan dan analisis tepat waktu(2 kali sehari)6 lapiasan

372 372 100

cant meteorologi 3 Jumlah pengumpulan produk informasi cuaca dan prakiraan cuaca NWP,peringatan dini dari BMKG Pusat (SIGWX 2 lap,windtemp 9 lap,synergie 17 produk,setiap hari

1891 1891 100

(sigmet) guna 4 Prosentase pelaporan kejadian gunung meletus dalam bentuk volkano activity report kepada Stamet Kelas I Soekarno-Hatta dan Stamet Hasanudin Makasar

Tiap Kejadian 0

mendukung kesela 5 Prosentase laporan keadaan cuaca pada saat terjadinya kecelakaan pesawat ke Kapus Meteorologi Penerbangan dan Maritim

Tiap Kejadian 0

matan transportasi 6 Prosentase pelaporan cuaca ektrim tepat waktu Tiap Kejadian 1 100

7 Jumlah pembuatan evaluasi dan kajian cuaca ektrim di Bandara Ngurah Rai dan dikirim Ke BMKG Pusat Tiap Kejadian 1 100 8 Jumlah pengiriman Taf dan Taf AMD 2 jam sebelumnya dengan keakuratan 80 % 124 124 100 9 Jumlah pembuatan dan pengiriman Trend setiap 30 menit secara tepat waktu 1488 1488 100 B. PENGOLAHAN DATA

1 Jumlah Aerodrome Climatology Summary ( ACS ) 1 1 100

2 Jumlah Penatausahaan Website

a. Berita Website 1 10 1000

b. Data Website 31 31 100

c. Data Log User 31 31 100

3 Jumlah Pengelolaan Data Base

a. Degitasi me.48 2 file 2 100

b. Data Fklim 71 2 file 2 100

c. Data Arah dan Kecepatan Angin 2 file 2 100

d. Data Cuaca Khusus 2 file 2 100

e. Data Hujan 2 file 2 100

f. Data penyinaran matahari 2 file 2 100

g. Data Tekanan Udara(QFE,QFF) 2 file 2 100

h. Data Kelembaban Udara(RH) 2 file 2 100

I. Data Suhu udara 2 file 2 100

j. Data Visibility 2 file 2 100

C. PENYIMPANAN DATA

1 Pengiriman dan penyimpanan Megasoft Fklim-71 12 file 12 100

2 Pengiriman dan penyimpanan Megasoft Intensitas Hujan 12 file 12 100

(26)

3 Penyimpanan Megasoft Synoptik 12 file 12 100 4 Jumlah data hasil pemodelan yg tersimpan(windtemp,SIGWX) 1364 1364 100

5 Jumlah citra radar cuaca yang tersimpan 4464 4044 91

6 Jumlah citra sattelite yang tersimpan 744 744 100

7 Jumlah ACS yang tersimpan 1 buku 1 100

D. ANALISIS DAN PRAKIRAAN

1 Jumlah pemetaan dan analisis cuaca synoptik 2 kali sehari 62 62 100 2 Jumlah pemetaan dan analisis 6 lapisan udara atas,2 kali sehari 372 372 100

3 Jumlah intepretasi produk NWP 1891 1891 100

4 Jumlah intepretasi citra sattelite tiap jam yg digunakan untuk operasional 744 744 100 5 Jumlah citra radar tiap 10 meneit yang digunakan untuk operasioanl 4464 4044 91 6 Jumlah prakiraan cuaca kebandaraan yg dikirim via face book (00.06,12,18) utc 124 124 100 7 Prosentase analisis sementara atas kejadian cuaca ektrim dan prediksi cuaca ektrim di Bandara Ngurah Rai Tiap kejadian 1 100 8 Jumlah Tafor 10 Bandara yang menjadi kewenangan(0012,0618,1224)utc 930 1116 120

9 Verifikasi TAFOR WADD 4 kali sehari 114 114 100

E. PELAYANAN JASA

1 Jumlah pelaksanaan updating dan penyimpanan produk data dan informasi prakiraan cuaca secara teratur :

a. Jumlah desiminasi produk prakiraan media face book 124 124 100 b. Jumlah desiminasi produk data dan informasi dengan display 31 31 100 c. Jumlah desiminasi prakiraan cuaca bandara media website 31 31 100 d. Jumlah desiminasi prakiraan cuaca bandara 3 hari kedepan media website 31 31 100 e. Prosentase desiminasi peringatan dini cuaca ektrim media website Tiap kejadian 18

2 Jumlah Penyebaran Flight Forecast 8 kali sehari melalui Media website 248 248 100

3 Jumlah desiminasi Trend forecast Metar 1488 1488 100

4 Jumlah desiminasi Tafor untuk 10 bandara dalam kewenangan 930 1116 120 5 Prosentase pembuatan dan penyebaran informasi peringatan dini di bandara ngurah rai media website Tiap kejadian 18

6 Jumlah pembuatan evaluasi dan kajian cuaca ektrim di bandara ngurah rai dan dikirim ke BMKG Pusat Tiap kejadian 1 100 7 Jumlah pemberian dan pelaksanaan briefing cuaca penerbangan untuk pengguna,pilot,airline crew sesuai

permintaan

Tiap kejadian 12 100

8 Jumlah pemberian pelayanan jasa untuk keperluan khusu (asuransi dll) Tiap kejadian

9 Jumlah pemberian dokumen penerbangan( flight forecast ) 4650 6202 133 10 Jumlah desiminasi Tafor WADD validity 24 jam (4 kali) sehari 124 124 100

11 Jumlah desiminasi Aerodrome Warning Tiap kejadian 18 100

12 Jumlah desiminasi informasi meteorologi melalui buletin 1 1 100

(27)

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target/BL Realisasi Prosentase

Tersedianya Informasi A. PENINGKATAN PENGAMATAN METEOROLOGI

Cuaca untuk Pener 1 Jumlah pengamatan meteorologi permukaan selama 24 jam dan tepat waktu. 744 744 100

bangan secara routin 2 Jumlah pengamatan meteorologi udara atas dgn pilot balon 3 kali sehari dan tepat waktu. 93 87 94

dan informasi signifi 3 Jumlah data pengamatan pilot balon dengan ketinggian > 19000 ft 32 32 100

cant meteorologi 4 Jumlah penyandiaan data meteorologi permukaan 8 kali sehari dan tepat waktu 248 248 100

(sigmet) guna 5 Jumlah penyandian data meteorologi udara atas pibal 3 kali sehari dan tepat waktu. 93 87 94

mendukung kesela 6 Jumlah pengamatan cuaca khusus radar cuaca 48 kali sehari. 1488 1488 100

matan transportasi 7 Jumlah pengamatan cuaca khusus satelit cuaca 24 jam. 744 744 100

8 Jumlah pengamatan meteorologi permukaan menggunakan peralatan di taman alat dan landas pacu utk pelayanan penerbangan 24 jam.

744 744 100

9 Jumlah Penyandian data METAR tepat waktu 1488 1488 100

10 Jumlah Penyandian data SPECIAL dan Special Report tepat waktu 105 105 100

11 Jumlah pembuatan Local Routine Report tepat waktu 1488 1488 100

12 Jumlah entry data base BMKGsoft 24 kali sehari 744 744 100

13 Jumlah pembuatan wxrev tepat waktu 31 31 100

14 Jumlah pengamatan meteorologi selama 24 jam dan tepat waktu untuk unsur :

a. Jumlah pengamatan unsur lamanya penyinaran matahari 31 31 100

b. Jumlah pengamatan unsur suhu udara 744 744 100

c. Jumlah pengamatan tekanan udara 744 744 100

d. Jumlah pengamatan unsur angin 744 744 100

e. Jumlah pengamatan unsur kelembaban udara 744 744 100

f. Jumlah pengamatan unsur jarak pandang 744 744 100

g. Jumlah pengamatan unsur penguapan. 31 31 100

B. PENGUMPULAN DATA

1 Jumlah pengiriman berita data sandi meteorologi permukaan 8 kali sehari secara tepat waktu. 248 246 99 2 Jumlah pengiriman berita data sandi meteorologi udara atas pibal 3 kali sehari tepat waktu. 93 87 94 3 Jumlah monitoring dan kualiti kontrol pengiriman berita data meteorologi permukaan 8 kali sehari. 248 248 100 4 Jumlah monitoring dan kualiti kontrol pengiriman berita data meteorologi udara atas 3 kali sehari. 93 93 100 5 Jumlah pengiriman informasi cuaca penerbangan Metar tepat waktu tiap 30 menit 1488 1488 100

6 Jumlah pengiriman data Climat tanggal 4 setiap bulannya. 1 1 100

7 Jumlah pengiriman berita Local Routine Report 24 jam tepat waktu dengan pengiriman setiap 30 menit. 1488 1488 100

8 Jumlah pengiriman database BMKGsoft 744 744 100

9 Prosentase pengiriman Spesial Report dan Spesial secara tepat waktu tiap kejadian 105 100 C. PENGELOLAAN DATA

1 Jumlah pengolahan dan pengarsipan data hasil pengamatan dalam format yang telah ditetapkan :

a. Me 45 1 1 100

b. Me 48 1 1 100

c. Form AB 1 1 100

d. F Klim 71 1 1 100

(28)

e. Pengamatan Angin Permukaan tiap jam 1 1 100

f. Pengamatan angin atas 1 dan 2 1 1 100

g. Steadyness Wind 1 1 100

h. Metar 1 1 100

i. Wx Rev 1 1 100

j. Climat 1 1 100

k. Penguapan 1 1 100

2 Jumlah hasil kendali mutu data hasil pengamatan tiap jam pengamatan 744 744 100

3 Jumlah pengelolaan database 744 744 100

4 Jumlah data hasil pengamatan synoptik yang tersimpan 744 744 100

5 Jumlah data hasil pengamatan udara atas yang tersimpan 93 93 100

6 Jumlah data hasil pengamatan synoptik dan udara atas yang tersimpan 1 1 100

7 Jumlah pelayanan data 11 11 100

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target/BL Realisasi Prosentase

Tersedianya Informasi A. PENINGKATAN PEMELIHARAAN

Cuaca untuk Pener 1 Jadwal pemeliharan berkala 1 2 200

bangan secara routin 2 Pelaksanaan pemeliharaan peralatan berkala :

dan informasi signifi a. Alat Konvensional 117 117 100

cant meteorologi b. Alat Modern 117 117 100

(sigmet) guna c. Alat elektronik sederhana 117 117 100

mendukung kesela 3 Pelaksanaan pemeliharaan fasilitas penunjang 117 117 100

matan transportasi 4 Pelaporan kerusakan peralatan secara berjenjang -

-5 Pelaksanaan perbaikan peralatan -

-6 Pelaksanaan monitoring peralatan dan melaporkan hasil monitoring secara berjenjang 1 1 100 7 Pencatatan dan pengarsipan riwayat peralatan stasiun setiap tahun -

-8 Pencatatan dan pelaporan perubahan aset peralatan secara berjenjang - -9 Kalibrasi peralatan

a. Pengusulan kalibrasi ke Balai atau ke BMKG Pusat -

-b. Pelaksanaan Kalibrasi oleh Balai atau BMKG -

-10 Pengusulan suku cadang dan peralatan cadangan -

-11 Pengukuran ketebalan tabung gas dan melaporkan kondisi tabung gas - -12 Pengecekan PWS

a.Pengecekan PWS 1 1 100

b.Kerusakan PWS -

-c. Perbaikan PWS -

-13 Display Informasi Cuaca Bandara

a. Pengecekan dan perawatan 31 31 100

(29)

b. Kerusakan -

-c. Perbaikan -

-14 Pengoperasian/pengamatn Polusi Udara

a. Sampel Debu 10 10 100

b.Sample Air Hujan 6 6 100

c. Pelaporan hasil pengamatan / pengoperasian 1 1 100

15 Pengoperasian Actinograph 31 31 100

16 Menjaga dan memelihara kebersihan, kemanana dan persyaratan lingkungan peralatan 4 4 100

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target/BL Realisasi Prosentase

Tersedianya Informasi A. PENINGKATAN PELAKSANAAN TUGAS ADMINISTRASI DAN KERUMAHTANGGAAN

Cuaca untuk Pener 1 Jumlah penataan ketatausahaan administrasi kepegawaian, SDM dan pengarsipan kerumahtanggaan sehingga mudah dan dapat diakses tepat waktu.

1 1 100

bangan secara routin 2 Jumlah pelaporan operasional dan TU yang terkirim kurang dari tanggal 6 setiap bulannya. 1 1 100

dan informasi signifi 3 Jumlah pengiriman pelaporan bulanan kegiatan kurang dari tanggal 10 bulan berjalan. 1 1 100

cant meteorologi 4 Jumlah penatausahaan Keuangan dan pelaporannya terkirim kurang dari tangga 6 bulan berjalan. 1 1 100

(sigmet) guna 5 Jumlah penatausahaan Barang Milik Negara dan pelaporannya terkirim kurang dari tanggal 6 bulan berjalan.

1 1 100

mendukung kesela 6 Jumlah pengiriman DUPAK setiap tanggal 6 bulan Januari dan Juli. - -

-matan transportasi 7 Jumlah penatausahaan penggajian dan uang makan dan PNBP kurang dari tanggal 5 bulan berjalan

1 1 100

8 Prosentase kenaikan pangkat pegawai tepat waktu. - -

-9 Prosentase pemberian berkala tepat waktu. 7 7 100

10 Jumlah penatauasahaan keuangan, rekonsiliasi dan pelaporannya kurang dari tanggal 6 bulan berjalan.

1 1 100

11 Jumlah rekonsiliasi keuangan dan BMN tepat waktu. 1 1 100

12 Jumlah program kerja, lakes, TOR, RKA-SK, RKT, Tapkin tepat waktu - -

-13 Jumlah penataan arsip, ruangan dan lingkungan 1 1 100

B. PENINGKATAN KUALITAS SDM DAN KERJASAMA

1 Jumlah internal training/rapat kelompok / diskusi kelompok Stamet Ngurah Rai Tiap pelaksanaan 1 100 2 Prosentase workshop/ training /diklat BMKG Pusat Tiap pelaksanaan 1 100 3 Prosentase dukungan terhadap kegiatan BBMKG Wil III, instansi lainnya. Tiap pelaksanaan 5 100

4 Jumlah rapat umum staf 3 bulanan - -

-5 Jumlah rapat evaluasi kegiatan bulanan. 1 1 100

6 Prosentase rapat evaluasi pelaksanaan anggaran bulanan setiap awal bulan 1 1 100 7 Prosentase sosialisasi yang dilaksanakan atau yang diikuti. Tiap pelaksanaan 1 100 8 Prosentase olahraga bersama sesuai jadwal Tiap pelaksanaan 2 100

(30)

B. Verifikasi Prakiraan Cuaca

Verifikasi prakiraan cuaca adalah evaluasi kinerja yang digunakan untuk mengukur tingkat keakuratan informasi prakiraan yang diberikan oleh Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar. Verifikasi dilakukan dengan melakukan perbandingan antara hasil prakiraan cuaca dari informasi TAFOR dengan hasil pengamatan cuaca dari informasi METAR dan SPECI. Pada proses verifikasi, setiap unsur meteorologi hasil prakiraan cuaca mempunyai nilai persyaratan toleransi ketelitian saat dibandingkan dengan hasil pengamatan cuaca. Batasan toleransi ketelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut :

No. Unsur Meteorologi Persyaratan Toleransi Ketelitian Prosentase

Minimum Ketelitian

1. Arah Angin ± 30o 80 %

2. Kecepatan Angin ± 5 Kt untuk kecepatan sampai 25 Kt 80 % ± 20% untuk kecepatan diatas 25 Kt

3. Jarak Pandang ± 200 m untuk jarak pandang sampai 700 m 80 % ± 30% untuk jarak pandang antara 700 m & 10 Km

4. Cuaca/Endapan Terjadi atau tidak 80 %

5. Jumlah Awan ± 2 Oktas 70 %

6. Tinggi Dasar Awan ± 30 m (100 ft) untuk tinggi dasar awan sampai 120 m 70 % ± 30% untuk tinggi dasar awan antara 120 m & 3000 m (10.000 ft)

Pada periode Maret 2015, verifikasi prakiraan cuaca menunjukan hasil yang sangat baik dengan kisaran hasil verifikasi antara 75-94%. Secara lengkap hasil verifikasi prakiraan cuaca Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar terlihat pada Tabel 5.5. Terlihat bahwa hasil verifikasi terendah pada periode Maret2015 adalah verifikasi unsur meteorologi cuaca/endapan sebesar 75%, sedangkan hasil verifikasi tertinggi adalah verifikasi unsur meteorologi tinggi dasar awan sebesar 94%. Hasil verifikasi ini menunjukan bahwa kualitas informasi prakiraan cuaca yang dihasilkan cukup baik, sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh jasa penerbangan di Bandar Udara Ngurah Rai Bali.

Verifikasi Unsur Meteorologi

Arah Angin Kecepatan Angin Jarak Pandang Cuaca/Endapan Jumlah Awan Tinggi Dasar Awan Standart Minimum 80% 80% 80% 80% 70% 70% Hasil Verifikasi 90% 96% 88% 82% 83% 94%

Tabel 5.4 Tabel Persyaratan Toleransi Ketelitian Pada Verifikasi Prakiraan Cuaca

(31)

C. Evaluasi Kunjungan Website

Website Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Denpasar,

www.ngurahrai.bali.bmkg.go.id, merupakan salah satu bentuk penyampaian informasi meteorologi. Evaluasi terhadap banyaknya kunjungan ke halaman website selama periode Maret2015 dapat menunjukan jumlah informasi meteorologi yang tersampaikan kepada pengguna. Khusus untuk informasi Flight Forecast, dilakukan evaluasi terhadap pengambilan data tersebut via website. Selama periode Maret 2015 fluktuasi jumlah kunjungan website dapat dilihat pada Gambar 5.1, sedangkan untuk fluktuasi jumlah pengambilanFlight Forecastvia website dapat dilihat pada Gambar 5.2.

294321 406 228 293 364 209 121 507 441 550 429 648 238262 403 335 564 434 281 255267 607 543 496497489 263259 558 504 0 100 200 300 400 500 600 700 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 A x is T it le Tanggal

Grafik Jumlah Kunjungan Website Periode Maret 2015

0 100 200 300 400 500 600

Tafor Indonesia Timur Tafor Indonesia Barat Tafor Timika Taf Internasional SIN, MYS Taf Internasional HGK Taf Internasional AUS Flight Doc Jakarta Flight Doc Kupang Flight Doc Makasar Flight Doc Itl 00Z Flight Doc Itl 06Z Flight Doc Itl 12Z Flight Doc Itl 18Z

Jumlah Pengambilan Grafik Jumlah Pengambilan Flight Forecast

Via Website Periode Februari 2015

Gambar 5.1 Grafik Jumlah Kunjungan Website Periode Maret 2015

(32)

VI. ANALISA PENGUKURAN VISIBILITAS MENGGUNAKAN TRANSMISSOMETER LT31 : HUBUNGANNYA DENGAN INTENSITAS HUJAN DANBACKGROUND

LUMINANCEDI STASIUN METEOROLOGI KELAS I NGURAH RAI Agit Setiyoko1*, Agus Yarcana2

1PMG Muda Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai;

2PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai; *Email: agetsetiyoko@gmail.com

ABSTRAK

Visibilitas atau jarak pandang merupakan salah satu unsur yang sangat penting pada pengamatan meteorologi untuk keselamatan penerbangan di suatu bandar udara. Transmissometer LT31 merupakan peralatan pengukur jarak pandang atau visibilitas yang dirancang tanpa banyak membutuhkan perawatan secara manual oleh manusia. Sensor forward scatter PWD22 yang terintegrasi pada sistem LT31 digunakan untuk mengkalibrasi sistem secara otomatis. LT31 juga dilengkapi dengan sistem autoalignment sehingga semua gangguan eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil pengukuran. Sensor Background Luminance LM21 digunakan untuk mengukur ambient light di lokasi pengukuran. Hasil pengukuran dengan menggunakan transmissometer LT31 di Stasiun Meteorologi Ngurah Rai menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara visibilitas dengan intensitas curah hujan dan background luminance. Perubahan variabel transmitansi akibat faktor – faktor meteorologis (penyerapan dan hamburan partikel – partikel cahaya) yang tidak linier menyebabkan penunjukan nilai visibilitas pada transmissometer LT31 yang berubah secara drastis saat terjadi perubahan intensitas hujan dan nilai background luminance.

Kata kunci : Visibilitas, Transmissometer, Forward scatter, Background Luminance.

A. Pendahuluan

Visibilitas atau jarak pandang merupakan salah satu unsur yang sangat penting pada pengamatan meteorologi untuk keselamatan penerbangan di suatu bandar udara. Menurut Annex 3 Meteorology Service for International Air Navigation, Visibilitas adalah : a. Jarak terjauh dimana sebuah obyek hitam yang cukup besar ukurannya dan terletak dekat dengan permukaan tanah, dapat terlihat dan dikenali ketika diamati dengan latar belakang yang cerah. atau b. Jarak terjauh dimana sebuah lampu yang mempunyai intensitas sebesar 1000 candela dapat terlihat dan teridentifikasi dengan latar belakang yang lebih gelap. Annex 3 juga menyatakan definisi dari Runway Visual Range (RVR) sebagai Kisaran di mana pilot pesawat di garis tengah landasan pacu dapat melihat tanda-tanda permukaan landasan pacu atau melukiskan lampu landasan pacu atau mengidentifikasi garis tengahnya. Sedangkan menurut World meteorological Organization (WMO), visibilitas adalah parameter yang menggambarkan karakteristik massa udara dan

(33)

mewakili keadaan optik dari atmosfer. Pengamatan visibilitas dilakukan dengan menggunakan pengamatan visual terhadap suatu titik acuan ataucheck pointyang sudah diukur jaraknya terlebih dahulu. Selain itu pengukuran juga bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan alat yang mewakili jarak pandang seorang observer terhadap suatu titik atau lampu sebagai acuan. Pengamatan visibilitas secara otomatis di Stasiun Meteorologi Ngurah Rai dilakukan dengan menggunakan Transmissometer LT31.

B. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Visibiltas

Visibilitas adalah fenomena psycho physical yang sangat kompleks dan sangat tergantung pada faktor – faktor yang mempengaruhi pandangan manusia. Kemampuan untuk meperkirakan jarak pandang sangat subyektif tergantung pada kemampuan untuk melakukan interpretasi dan persepsi dari tiap manusia yang berbeda - beda, demikian juga dengan karakteristik sumber cahaya dan faktor – faktor lainnya. Menurut WMO, faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi seorang pengamat dalam menentukan jarak pandang adalah :

Karakteristik dan dimensi potometrik dari suatu obyek.

Kondisi dari persepsi visual, termasuk efek dari cahaya eksternal dan lokasi dari pengamat.

Keadaan optikal dari atmosfer antara observer dengan obyek yang diamati.

Dari ketiga faktor tersebut di atas, kondisi optikal dari atmosfer merupakan faktor yang langsung berhubungan dengan kondisi meteorologis, sehingga dapat digunakan untuk mengukur visibilitas atau jarak pandang di suatu tempat, namun diperlukan suatu parameter yang bisa menggambarkan kondisi optikal dari atmosfer secara obyektif tanpa dipengaruhi oleh faktor – faktor eksternal. WMO merekomendasikan parameter dasar dari visibilitas ini yang disebut dengan Meteorological Optical Range (MOR). MOR mengasumsikan bahwa pada kenyataannya, mata manusia mempunyai batas kemampuan yaitu hanya bisa mengenali suatu obyek pada batas luminansi (contrast treshold) sebesar 5%. Berdasarkan parameter ini WMO mendefinisikan visual range

sebagai satuan jarak dari suatu benda hitam yang dapat dikenali pada siang hari dengan horison langit sebagai latar belakangnya. Sesuai dengan Hukum Bouguer – Lambert, fluks cahaya pada jarakx didefinisikan sebagai :

(34)

F = Fluks cahaya pada jarakx(cd)

F0= Fluks cahaya pada jarakx= 0 (cd) X =jarak (m)

σ = koefisienextinction(a+b)

a =koefisien penyerapan(absorbtion) b =koefisien hamburan(scattering)

WMO merekomendasikan :

= = 0.05 = 0.05 sehingga = − ( . )

≅ − 3 Sedangkan berdasarkan hukum Koschmieder :

= ( )( )

dimana : VN = visibilitas standard =contrast treshold T =transmitansi

B = Baseline (meter)

WMO merekomendasikan sebesar 0.05, sehingga dalam hal ini MOR (VNpada = 0.05) adalah :

= ( . )= 3

2. Transmissometer LT31

Prinsip kerja yang dipakai pada peralatan Transmissometer LT31 adalah mengukur visibilitas melalui pengukuran transmitansi yang berkurang karena karena adanya penyerapan dan hamburan partikel – partikel cahaya sepanjang jarak antara transmiter

dan receiver seperti ditunjukkan pada tabel 1. Penyerapan dan hamburan tersebut bisa terjadi karena adanya hujan, debu, kabut, asap dan sebagainya. Sistem Transmissometer LT31 terdiri atas :

Main transmitter unit Main receiver unit

Measurement unit transmitter Measurement unit receiver

PWD forward scatter sensor (PWD22) Background luminance sensor (LM21)

(35)

Tabel 1. Perbandingan transmitansi dengan visibilitas pada transmissometer LT31 (Vaisala, 2010)

Transmitansi (%)

Visibilitas pada Baseline (m)

30 m 50 m 75 m 0.995 17.995 29.925 44.887 0.99 8.955 14.925 22.387 0.95 1.755 2.924 4.387 0.93 1.24 2.067 3.1 0.9 854 1.424 2.135 0.8 403 672 1.008 0.6 176 294 440 0.4 98 164 246 0.2 56 93 140 0.1 39 65 98 0.015 21 36 54

Transmissometer LT31 merupakan peralatan pengukur jarak pandang atau visibilitas yang dirancang tanpa banyak membutuhkan perawatan secara manual oleh manusia. Oleh karena itu alat ini dilengkapi oleh sistem monitoring dan kalibrasi secara otomatis dimana semua gangguan eksternal akan dikompensasi nilainya sehingga tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil pengukuran. Untuk memperoleh hasil yang optimal main transmitter menggunakan sumber cahaya LED yang mempunyai daya tinggi, sedangkan main receiver dirancang untuk mempunyai respon spektral yang hampir sama dengan sensitivitas spektral mata manusia.

Gambar 1. Ilustrasi Pengukuran Visibilitas (Vaisala, 2010)

a. Window Contamination measurement

LT31 dilengkapi oleh sistem window contamination measurement pada measurement unit transmitter dan receiver dimana kualitas dari window selalu dimonitor

(36)

dan dijaga agar debu atau kotoran yang menghalangi cahaya yang masuk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pengukuran. Setiap penurunan cahaya akibat kotoran atau debu yang menghalangi akan dikompensasi secara otomatis sehingga kualitas dari pengukuran visibilitas akan selalu terjaga.

b. Autocalibration

Sensor forward scatter yang terintegrasi pada sistem LT31 digunakan untuk mengkalibrasi sistem secara otomatis. Sensorforward scattermenentukan faktor kalibrasi pada sensor transmissometer. Hasil pembacaan oleh sensor transmissometer selalu terkalibrasi kapanpun terjadi situasi dimana diperlukan kalibrasi seperti window contamination atau terindikasi penurunan sinyal di receiver unit. Selain mempunyai keuntungan, sistem autocalibration dengan menggunakan forward scatter juga mempunyai kelemahan yaitu apabila sensor forward scatter yang digunakan sebagai referensi terletak pada jarak yang jauh dengan sensor transmissometer, maka pada kondisi cuaca yang tidak homogen, hasil dari autocalibration tidak akan sesuai apabila dipakai sebagai referensi sensor transmissometer.

c. Autoalignment

Selain autocalibration, Transmissometer LT31 juga dilengkapi dengan sistem

autoalignment. Kualitas dari alignment sangat menentukan kinerja dari pengukuran visibilitas. Penurunan kualitas dari alignment seperti misalnya karena bergesernya pondasi dapat menyebabkan penurunan sinyal receiver. LT31 mempunyai mekanisme

fine-alignment secara otomatis dimana transmitter dan receiver optic tube terletak pada suatu cardanic frame yang dapat bergerak menyesuaikan diri dengan posisi lensa. Sebuah motor gear digunakan untuk menggerakkan optic tube secara horisontal dan vertikal untuk mendapatkan kualitasalignmentyang tetap tinggi.

(37)

3. Present Weather Detector PWD22

Present Weather Detector PWD22 adalah sensor optik yang mengukur keadaan cuaca dengan menggunakan prinsip pengukuran forward scatter. Sebuah cahaya yang dipancarkan akan dihamburkan oleh partikel – partikel di dalam udara dan digunakan untuk menentukan tipe dari keadaan cuaca dengan mengukur besarnya atenuasi cahaya akibat hamburan. PWD22 juga dilengkapi oleh sensor hujan yang dapat mengukur intensitas hujan yang terjadi.

Gambar 3. Present Weather Detector PWD22 (Vaisala, 2006)

4. Background Luminance Sensor LM21

Background Luminance Sensor LM21 adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya background luminance atau ambient light di lokasi pengukuran. Ambient light

adalah intensitas cahaya dari segala arah baik pencahayaan alami dari benda – benda alam yang memancarkan sinar (matahari, bulan) maupun dari sorot lampu atau benda – benda yang memancarkan sinar lainnya. Sama seperti PWD22, Background Luminance Sensor LM21 juga terintegrasi dengan sistem LT31.

(38)

C. Metode Penelitian

Metode Penelitian dengan menggunakan korelasi Pearson dengan mencari kekuatan hubungan antara visibilitas dan intensitas hujan, dan sejauh mana pengaruh

background luminance terhadap pengukuran jarak pandang atau visibilitas. Korelasi pearson adalah metode yang sering digunakan untuk meneliti hubungan antara dua variabel yang merupakan data – data interval. Korelasi pearson dapat dihitung dengan persamaan 3.1 di bawah ini (Irianto, 2012) :

= ∑ ( ̅)( )

∑ ( ) ∑ ( )

dimana : x= visibilitas (meter)

y= intensitas hujan (mm/jam) D. Data

Data yang dipakai pada penelitian ini adalah :

Data raw visibility dari transmissometer LT31 di Stasiun Meteorologi Ngurah Rai pada tanggal 1, 10, 18 Desember 2014 dengan jarakbaseline30 meter.

Data intensitas hujan dari Present Weather Detector PWD22 pada tanggal 1, 10, 18 Desember 2014.

Data Background Luminance dari Background Luminance Sensor LM21 pada tanggal 1, 10, 18 Desember 2014.

Waktu yang digunakan pada peralatan adalah waktu UTC (Universal Time Coordinated) dimana terdapat selisih waktu +8 jam dengan waktu lokal di Stasiun Meteorologi Ngurah Rai. Transmissometer yang digunakan terletak di Runway 27 Bandara Ngurah Rai Bali.

(39)

E. Hasil dan pembahasan

1. Visibilitas pada kejadian hujan lebat tanggal 1 Desember 2014

Gambar 5. Pengaruh kejadian hujan lebat terhadap visibilitas pada tanggal 1/12/2015

Grafik pada gambar 5 di atas adalah pengukuran visibilitas dengan menggunakan transmissometer LT31 pada saat kejadian hujan lebat tanggal 1 Desember 2014 siang sampai menjelang sore hari dari jam 04.56 UTC (12.56 LT) sampai 07.00 UTC (15.00 LT). Pada grafik di atas terlihat pengaruh intensitas hujan danbackground luminanceterhadap pengukuran visibilitas. Dari jam 05.13 sampai 05.18 visibility tetap stabil pada jarak 15000 meter walaupun telah terjadi hujan dengan intensitas ringan sampai sedang (0.01 – 2.86 mm/hour) tetapi nilaibackground luminance masih berada di atas 6000 cd/m2. Pada saat nilai background luminance berada di bawah 5000 cd/m2 barulah visibility turun secara drastis sampai 2845 meter. Dari jam 05.31 intensitas hujan semakin meningkat hingga mencapai maksimum sebesar 78.32 mm/jam. Pada saat terjadi hujan lebat tersebut, pengukuran visibilitas tetap menunjukkan nilai di bawah 3000 meter demikian juga

background luminance tetap berada di bawah 5000 cd/m2. Pada jam 06.44 intensitas hujan mulai menunjukkan penurunan sampai di bawah 4 mm/jam yang mengakibatkan nilai visibilitas mulai menunjukkan peningkatan hingga mencapai 15000 meter pada jam 06.51 dan mencapai kondisi stabil pada jam 07.29 setelah hujan berhenti sama sekali dengan nilaibackground luminance tidak menunjukkan peningkatan tetap di bawah 5000 cd/m2. Koefisien korelasi antara visibilitas dengan intensitas hujan dari grafik di atas sebesar r = -0.51 yang berarti hubungan antara visibilitas dan intensitas hujan cukup kuat.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 0 4 :5 6 0 4 :5 9 0 5 :0 3 0 5 :0 6 0 5 :1 0 0 5 :1 3 0 5 :1 7 0 5 :2 0 0 5 :2 4 0 5 :2 7 0 5 :3 1 0 5 :3 4 0 5 :3 8 0 5 :4 1 0 5 :4 5 0 5 :4 8 0 5 :5 2 0 5 :5 6 0 5 :5 9 0 6 :0 3 0 6 :0 6 0 6 :1 0 0 6 :1 3 0 6 :1 7 0 6 :2 0 0 6 :2 4 0 6 :2 7 0 6 :3 1 0 6 :3 4 0 6 :3 8 0 6 :4 1 0 6 :4 5 0 6 :4 8 0 6 :5 2 0 6 :5 5 0 6 :5 9 time (UTC)

Grafik Visibilitas vs Intensitas Hujan

(40)

Pada siang hari selain keadaan cuaca yang terjadi di sekitar peralatan, besarnya

background luminancejuga berpengaruh terhadap pengukuran visibilitas. 2. Visibilitas pada kejadian hujan lebat tanggal 10 Desember 2014

Gambar 6. Pengaruh kejadian hujan lebat terhadap visibilitas pada tanggal 10/12/2015

Grafik pada gambar 6 di atas adalah pengukuran visibilitas dengan menggunakan transmissometer LT31 pada saat kejadian hujan lebat tanggal 10 Desember 2014 malam hari dari jam 13.00 UTC (21.20 LT) sampai 18.21 UTC (01.21 LT). Pada grafik di atas terlihat penurunan visibilitas secara drastis sampai di bawah 2000 meter akibat intensitas hujan yang meningkat dengan cepat dari jam 15.01 hingga 17.35. Setelah jam 17.35 terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang mengakibatkan visibilitas berubah – ubah namun tetap di atas 2000 meter. Dari grafik di atas didapatkan koefisien korelasi yang cukup tinggi sebesar r = -0.58 antara visibilitas dengan intensitas hujan. Koefisen korelasi ini lebih besar daripada kejadian hujan lebat pada siang hari, yang mengindikasikan intensitas hujan lebih berpengaruh kuat dikarenakan background luminance yang sangat kecil pada malam hari. Pada malam hari, nilai background luminance sangat rendah sehingga pengukuran visibilitas lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan cuaca di tempat pengukuran. Hal tersebut juga terlihat pada grafik di atas dimana terlihat penurunan visibilitas meskipun masih di atas 10000 meter pada jam 13.11 akibat terjadinya hujan ringan dengan intensitas 0.17 – 0.55 mm/hour.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 1 3 :0 0 1 3 :0 9 1 3 :1 8 1 3 :2 7 1 3 :3 6 1 3 :4 5 1 3 :5 4 1 4 :0 3 1 4 :1 2 1 4 :2 1 1 4 :3 0 1 4 :3 9 1 4 :4 8 1 4 :5 7 1 5 :0 6 1 5 :1 5 1 5 :2 4 1 5 :3 3 1 5 :4 2 1 5 :5 1 1 6 :0 0 1 6 :0 9 1 6 :1 8 1 6 :2 7 1 6 :3 6 1 6 :4 5 1 6 :5 4 1 7 :0 3 1 7 :1 2 1 7 :2 1 1 7 :3 0 1 7 :3 9 1 7 :4 8 1 7 :5 7 1 8 :0 6 1 8 :1 5 1 8 :2 4 time (UTC)

Grafik Visibilitas vs Intensitas Hujan

(41)

3. Visibilitas pada kejadian hujan lebat tanggal 18 Desember 2014

Gambar 7. Pengaruh kejadian hujan lebat terhadap visibilitas pada tanggal 18/12/2015

Grafik pada gambar 7 di atas adalah pengukuran visibilitas dengan menggunakan transmissometer LT31 pada saat kejadian hujan lebat tanggal 18 Desember 2014 pagi hari dari jam 01.20 UTC (09.20 LT) sampai 03.12 UTC (11.20 LT). Pada grafik di atas terlihat penurunan visibilitas secara drastis dari 15000 meter ke 2786 meter pada saat

background luminance berada di bawah 6000 cd/m2 pada jam 01.22, walaupun belum terjadi hujan. Dari data PWD22 pada jam tersebut terdapat MIST atau kabut (WMO Code 10) yang kemungkinan besar menyebabkan penurunan visibilitas pada saat itu. Penurunan visibilitas danbackground luminance secara drastis kemungkinan diakibatkan oleh kelembaban udara yang meningkat dengan cepat dan menyebabkan terjadinya kabut menjelang terjadinya hujan dengan intensitas sedang sampai tinggi pada jam 01.39 sampai 03.04. Setelah hujan berhenti terlihat peningkatan kembali visibilitas dan

background luminance secara signifikan, setelah background luminance mencapai 8000 cd/m2 visibilitas meningkat secara drastis dari 1798 ke 15000 meter. Koefisien korelasi antara visibilitas dengan intensitas hujan pada saat kejadian hujan lebat di atas cukup tinggi sebesar r = -0.63, yang mengindikasikan terdapat korelasi yang kuat antara visibilitas dan intensitas hujan pada waktu kejadian hujan lebat di atas 4 mm/jam.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 1 :2 0 1 :2 3 1 :2 6 1 :3 0 1 :3 3 1 :3 6 1 :3 9 1 :4 3 1 :4 6 1 :4 9 1 :5 2 1 :5 6 1 :5 9 2 :0 2 2 :0 5 2 :0 9 2 :1 2 2 :1 5 2 :1 8 2 :2 2 2 :2 5 2 :2 8 2 :3 1 2 :3 5 2 :3 8 2 :4 1 2 :4 4 2 :4 8 2 :5 1 2 :5 4 2 :5 7 3 :0 1 3 :0 4 3 :0 7 3 :1 0 time (UTC)

Grafik Visibilitas vs Intensitas Hujan

(42)

F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :

a. Terdapat korelasi yang kuat antara visibilitas dengan intensitas curah hujan pada pengukuran dengan menggunakan transmissometer LT31 di Stasiun Meteorologi Ngurah Rai. Peningkatan intensitas curah hujan menyebabkan terjadinya penurunan visibilitas secara signifikan.

b. Terdapat pengaruh background luminance yang cukup kuat pada pengukuran visibilitas di siang hari dengan menggunakan transmissometer LT31. Pada malam hari, karena intensitas background luminance yang sangat kecil, maka pengaruhnya tidak begitu besar, visibilitas hanya dipengaruhi oleh keadaan cuaca di tempat pengukuran.

c. Perubahan variabel transmitansi akibat faktor – faktor meteorologis (penyerapan dan hamburan partikel – partikel cahaya) yang tidak linier seperti yang terlihat pada tabel 1 menyebabkan penunjukan nilai visibilitas pada transmissometer LT31 yang berubah secara drastis saat terjadi perubahan intensitas hujan dan

background luminance. 2. Saran

Perlunya verifikasi pengukuran visibilitas oleh peralatan transmissometer LT31 dengan pengukuran secara visual berdasarkan check point yang sudah diukur jaraknya terlebih dahulu, dan pada keadaan cuaca yang lain seperti pada kondisi kabut, debu, dan asap sehingga dapat diukur juga pengaruhnya terhadap visibilitas.

G. Daftar Pustaka

International Civil Aviation Organization (ICAO). 2013. Annex 3 : Meteorology Service for International Air Navigation 13thedition. United States : ICAO

Irianto, Agus. 2012. Statistik : Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.

Vaisala. 2002. Background Luminance Sensor User’s guide.. Helsinki : Vaisala oyj. Vaisala. 2004. Transmissometer LT31 User’s guide M210667EN-A. Helsinki : Vaisala oyj. Vaisala. 2006. Present Weather Detector PWD22 User’s guide. Helsinki : Vaisala oyj. Vaisala. 2010. Transmissometer LT31 Operator Training. Helsinki : Vaisala oyj.

Gambar

Gambar 2.2 Pengaruh  Fenomena El  Nino dan  IOD Negatif untuk  wilayah Indonesia
Gambar 3.2 Indeks  SOI  Rata-Rata  30  Harian (Sumber  : www.bom.gov.au/climate/enso/)
Gambar 3.3 Diagram  Hovmoller  Nilai  OLR  Rata-Rata  5  Harian (Sumber  : www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/mjo.shtml)
Gambar 3.6 Grafik AUSMI (Sumber:http://apdrc.soest.hawaii.edu/projects/monsoon)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dapat ditemukan perumusan masalah yaitu : Bagaimana data mining dapat membantu pihak Bank Perkreditan Rakyat dalam menentukan tingkat resiko

203 DKI Jakarta Jakarta Utara RS Pantai Indah Kapuk JL.. 207 Jambi Jambi RS St.Theresia Jl. Kebon Jati No. Raya Cibarusah Desa Sindangmulya Kec. Raya Cikarang Cibarusah

“Perancangan Sistem Aplikasi Lelang Barang Berbasis Android” Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk dapat mengaplikasikan teori- teori yang telah dipelajari selama

Setiap perusahaan mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai itu semua.Begitu juga pada PT Bakrie Telecom

Dalam penelitian terdahulu MEH-K juga telah dikembangkan untuk menganalisis benda elastis tiga dimensi (dinamakan K-Solid ). Dalam penelitian ini dikukan penyelidikan

Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Bukit Batu saat ini kurang memuaskan. Karena masih banyak masalah yang mengakibatkan siswa kurang antusias untuk belajar.. 14 Pembelajaran

Semakin besar volume larutan sari nenas maka nilai tegangan, arus serta daya listriknya semakin besar, hal ini dikarenakan larutan sari nenas memiliki kandungan asam klorida dan