• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN RAWAT INAP Heni Sri Wahyuni 1, Kuntarti 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN RAWAT INAP Heni Sri Wahyuni 1, Kuntarti 2"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN RAWAT

INAP

Heni Sri Wahyuni1, Kuntarti2

1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia

2. Departemen Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia

E-mail: heni.biegas@gmail.com

Abstrak

Status gizi mempengaruhi keadaan kesehatan secara umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik perawat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien rawat inap. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survey deskriptif dengan rancangan penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63% memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi, sedangkan yang memiliki pengetahuan baik hanya 24%. Sikap responden bertentangan dengan keyakinan mereka dalam kaitannya dengan praktik mereka. Responden tidak tahu peran utama mereka dalam perawatan gizi. 5.6% menyatakan sangat setuju bahwa menilai status gizi pasien adalah tanggung jawab perawat dibandingkan dengan 75.7% Sangat Setuju bahwa itu adalah tanggung jawab ahli gizi dan 24.3% sangat setuju tanggung jawab dokter. Penelitian ini merekomendasikan adanya peningkatan pengetahuan tentang manajemen nutrisi bagi staf perawat dengan cara mengikuti seminar atau pelatihan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien secara berkesinambungan.

Kata kunci : nutrisi, pengetahuan, sikap dan praktik perawat

Abstract

Nutritional status affects the general state of health. The aim of the study was to determine the level of knowledge, attitudes, and practices of nurses in meeting the nutritional needs of inpatients. The method used in this study was a descriptive survey with a descriptive research design. The results showed that as many as 63% have sufficient knowledge about the level of fulfillment of nutritional needs, while having a good knowledge of only 24%. They contradicted themselves on their beliefs in relation to their practices. They did not know their primary role in nutrition care. 5.6% strongly agreed that it was the nurse’s responsibility to assess of nutritional status of the patient compared to 75.7% who strongly Agareed it was the dietitians’ responsibility and 24.3% who strongly agreed it was the doctor's responsibility. The study recommends an increase in knowledge of nutrition management for the nursing staff by following the seminar or training related to the fulfillment of the patient's nutritional needs on an ongoing basis.

Keywords: nutrition, knowledge, attitude and practice of nurses

Pendahuluan

Malnutrisi adalah masalah umum pada pasien rawat inap , yang berdampak secara signifikan terhadap kesehatan dan ekonomi. Malnutrisi terjadi sebagai akibat dari tidak seimbangnya gizi yang harus dipenuhi dalam dietnya atau tidak terpenuhinya zat gizi tertentu, mungkin disebabkan karena proporsi zat gizi tersebut lebih atau salah ( Kozier , 2008 ). Efek dari kekurangan gizi di antaranya adalahnya perubahan yang cukup besar dalam fungsi

mental, fungsi jantung dan ginjal, fungsi pernapasan, fungsi saluran pencernaan, termoregulasi, fungsi kekebalan dan penyembuhan luka (Barendregt, 2004). Situasi stres seperti trauma bersamaan, sepsis, radang dan luka bakar mempercepat hilangnya massa jaringan dan fungsi yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit dapat menyebabkan malnutrisi sekunder dan kekurangan gizi dapat mempengaruhi penyakit yang mendasarinya (Jeejeebhoy, 2000). Sebuah studi di Inggris pada tahun 2004 menemukan bahwa 40% dari

(2)

500 pasien masuk RS di bagian sub-spesialis (termasuk bedah umum dan ortopedi) mengalami gizi kurang minimal tingkat ringan (Body mass index/BMI <20, Test skin fold/TSF <percentile ke-15) (McWhirter & Pennington, 2004). Data lain didapatkan hanya 48% pasien gizi kurang yang informasi gizinya terdokumentasi. Dari 112 pasien rawat inap di RS selama sekitar 7 hari, 64% kehilangan 4-10% berat badan (BB) saat mereka pulang. Saat dipulangkan, 75% pasien yang gizi kurang saat masuk menurun BB-nya dan hanya 13% yang BB meningkat. prevalensi malnutrisi di RS berkisar 40% sampai 59% (Cinda, 2003). Salah satu pasien yang rentan terhadap malnutrisi adalah pasien kasus bedah saluran pencernaan (Lalisang, 1997). Di Indonesia, kasus malnutrisi banyak ditemukan pada pasien rawat inap di bangsal anak, bedah, geriatri, luka bakar, dan penyakit dalam (Dwiyanti, 2004). Menurut Sukmaniah (2009) prevalensi malnutrisi pada pasien rawat inap pada hari pertama adalah 16%. Pada hari perawatan ke -7 presentase pasien yang mengalami gizi kurang dan buruk naik menjadi 20%. Berdasarkan penelitian di RS dr. Sardjito, RS dr. Jamil dan RS Sanglah pada tahun 2002, terjadi penurunan status gizi pada pasien sebesar 28,2 % selama dirawat di RS (Budiningsari, 2004). Pencegahan terjadinya malnutrisi di RS dapat dilakukan dengan mengkaji status gizi pasien lebih cermat. Penilaian status gizi sudah harus dilakukan sejak pasien masuk RS, karena mengkaji dan meningkatkan nutrisi yang adekuat klien adalah aspek asuhan keperawatan yang penting dan vital, sehingga malnutrisi atau risiko malnutrisi pada pasien RS sedapat mungkin bisa diminimalkan. Menurut Soegih (1998), penyebab malnutrisi di RS adalahnya kurangnya perhatian petugas kesehatan terhadap status gizi pasien, salah satunya adalah kurang memperhatikan status gizi pasien dapat berupa tidak mengukur status gizi awal pasien masuk, tidak memperhatikan asupan makan pasien, dan kurangnya pemantauan status gizi pasien. Dari beberapa faktor tersebut, kurangnya perhatian petugas

kesehatan ini banyak mengakibatkan terjadinya malnutrisi di RS.

Perawat diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan terkini dalam memberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien (Gordon & Watts, 2011). Menurut Yalcin (2013) perawat yang melakukan kegiatan penilaian gizi memiliki nilai pengetahuan yang lebih tinggi secara statistik dan signifikan dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan penilaian gizi. Menurut Kobe (2006) dalam penelitiannya di Kenya menyatakan bahwa kinerja umum dari perawat pada aspek-aspek tertentu dari pengetahuan, sikap dan praktek secara keseluruhan rendah. Hanya 26% dari perawat yang menyatakan sangat setuju bahwa menilai status gizi pasien itu adalah tanggung jawabnya, sebagian besar 72% sangat setuju itu adalah tanggung jawab ahli gizi dan 24% yang sangat setuju itu tanggung jawab para dokter.

Meskipun perawat mengetahui bahwa perawatan gizi adalah hal yang penting, tetapi perawat sering mengalami kesulitan dalam memprioritaskannya di antara kegiatan keperawatan yang lain, sebagai akibat dari kendala waktu dan tugas ganda yang dimiliki perawat. Akan tetapi tanpa pengetahuan dasar gizi yang baik, perawat tidak dapat memberikan perawatan nutrisi yang tepat . Oleh karena itu dipandang perlu dan tepat untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan praktek perawat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, sehingga peneliti mengangkat judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pasien Rawat Inap”

Metode

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode penelitian survey deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah semua perawat yang melakukan tindakan keperawatan di unit rawat inap RSUD Ciawi Bogor berjumlah 110 orang Dalam hal ini yang akan digambarkan pada penelitian ini adalah gambaran tingkat pengetahua, sikap,

(3)

dan praktik perawat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.

Hasil

Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi disajikan dalam betuk tabel

Diagram 5.1 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pasien Di RSUD Ciawi Bogor, Mei 2014, (N=107)

Berdasarkan diagram diatas diperoleh data 63% perawat memiliki pengetahuan cukup tentang pemnuhan kebutuhan nutrisi. Setelaha menganalisis tingkat pengetahuan, peneliti menyajikan tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik responden dalam bentuk tabel.

Tabel bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup (63%)

tentang pemenuhan perawat tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan karakteristik usia menunjukkan responden pada kelompok usia dewasa awal memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik yaitu (97,1%). Tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa responden perempuan lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan baik di banding laki-laki. Tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan didapatkan bahwa responden dengan pendidikan DIII lebih baik dengan (95,6%) dibandingkan dengan S1. Tingkat pengetahuan berdasarkan masa kerja didapatkan data yang masa kerja 1-10 tahun (89,7%) memiliki tingkat pengetahuan lebih baik. Lalu tingkat pengetahuan yang tpernah mengikuti pelatihan lebih rendah di bandingkan dengan yang mengikuti pelatihan yaitu (29,4).

Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Rawat Inap Pada penelitian sikap dan praktik diperoleh data bahwa sikap responden bertentangan dengan keyakinan mereka dalam kaitannya dengan praktik mereka. Responden tidak tahu peran utama mereka dalam perawatan gizi, mereka juga tidak tahu peran yang dimainkan oleh ahli gizi dan dokter. Diperoleh data ( 5,6%) mengatakan sangat setuju bahwa menilai status gizi pasien adalah tanggung jawab perawat dibandingkan dengan (75,7%) menyatakan Sangat Setuju bahwa itu adalah tanggung jawab ahli gizi dan (24,3%) sangat setuju tanggung jawab dokter. Ditampilkan dalam bentuk diagram.

Tingkat pengetahuan, f (%)

Variabel Baik Cukup Kurang Total (%) Umur 18-40 tahun 41-60 tahun 24 (96%) 1(4%) 66 (97.1%) 2 (2.9%) 13 (92.9%) 1 (7.1%) 103 (99,1%) 4 (3.7%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 9 (36%) 16 (64%) 22 (32.4%) 46 (67.6%) 2 (14.3%) 12 (85.7%) 33 (30.8%) 74 (69.2%) Pendidikan D III S1 23 (92%) 2 (8%) 65 (95.6%) 3 (4.4%) 12 (85.7%) 2 (14.3%) 100 (93.5%) 7 (6.5%) Masa kerja 1-10 tahun 11-20 tahun 24 (96%) 1 (4%) 61 (89.7%) 7 (10.3%) 13 (92.9%) 1 (7.1%) 98 (91.6%) 9 (8.4%) Pelatihan Pernah Tidak pernah 6 (24%) 19 (76%) 20 (29.4%) 48 (70.6%) 3 (21.4%) 11 (78.6%) 29 (27.1%) 78 (72.9%)

(4)

Pembahasan

Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin berkembang daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik (Notoatmodjo, 2007).pada hasil penelitian diperoleh data responden pada kelompok usia dewasa awal memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik yaitu (97,1%). Potter & Perry (2005) menjelaskan bahwa pada masa dewasa awal perubahan kognitif tentunya belum terjadi. Individu pada masa dewasa awal sangat mampu untuk menerima ataupun mempelajari hal baru.. pengetahuan juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dengan hasil responden perempuan memiliki tingkat pengetahuan lebih baik daripada laki-laki.

Survei yang dilakukan di London pada tahun 2000 menunjukan bahwa perempuan lebih banyak berbicara, bertukar pikiran, dan menggunakan media informasi sebagai sumber mengenai masalah kesehatan sehingga didapatkan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Akan tetapi, dalam penelitian yang dilakukan oleh Dale (2005)

dan Theresia (2001) melaporkan bahwa tidak

didapatkan hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan seseorang karena informasi dari berbagai sumber bisa didapatkan oleh semua

orang, baik laki-laki maupun perempuan. Menurut

UK National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) tahun 2006, Pedoman pada dukungan gizi orang dewasa merekomendasikan bahwa semua profesional kesehatan yang terlibat langsung dalam perawatan pasien harus menerima pendidikan dan pelatihan tentang pentingnya menyediakan nutrisi yang cukup. Oleh karena itu, diharapkan bahwa perawat yang memiliki interaksi langsung dengan pasien akan dilengkapi dengan pengetahuan dan

sikap yang tepat untuk mendeteksi orang-orang yang beresiko kekurangan gizi dan memberikan informasi yang akurat, praktis, dan konsisten saran diet yang sesuai dengan kebutuhan gizi khusus dari pasien (Fletcher & Carey, 2011)

Pada sikap dan praktik perawat didapatkan data perawat merasa bahwa nutrisi penting dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Namun, mereka merasa bahwa penilaian status gizi adalah bukan tanggung jawab mereka melainkan tanggung jawab dari ahli gizi atau dokter. Perawatan gizi pasien merupakan salah satu tanggung jawab utama dari semua perawat (Persenius, 2008). Meskipun sebagian besar perawat menunjukkan bahwa peran utama mereka dalam pengelolaan gizi pasien adalah untuk membantu pasien saat makan dan menilai nutrisi pasien. Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, ahli gizi harus berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam memberikan pelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui peranan masing masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan (Dep Kes, 2013).

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap responden mengenai gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik perawat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup (63%) tentang pemenuhan perawat tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan karakteristik usia menunjukkan responden pada kelompok usia dewasa awal memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik yaitu (97,1%). Tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa

(5)

responden perempuan lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan baik di banding laki-laki. Tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan didapatkan bahwa responden dengan pendidikan DIII lebih baik dengan (95,6%) dibandingkan dengan S1. Tingkat pengetahuan berdasarkan masa kerja didapatkan data yang masa kerja 1-10 tahun (89,7%) memiliki tingkat pengetahuan lebih baik. Lalu tingkat pengetahuan yang tpernah mengikuti pelatihan lebih rendah di bandingkan dengan yang mengikuti pelatihan yaitu (29,4). Pada penelitian sikap dan praktik diperoleh data bahwa sikap responden bertentangan dengan keyakinan mereka dalam kaitannya dengan praktik mereka. Responden tidak tahu peran utama mereka dalam perawatan gizi, mereka juga tidak tahu peran yang dimainkan oleh ahli gizi dan dokter. Diperoleh data ( 5,6%) mengatakan sangat setuju bahwa menilai status gizi pasien adalah tanggung jawab perawat dibandingkan dengan (75,7%) menyatakan Sangat Setuju bahwa itu adalah tanggung jawab ahli gizi dan (24,3%) sangat setuju tanggung jawab dokter.

Saran dari peneliti yang dapat disampaikan diantaranya; Perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang manajemen nutrisi bagi staf perawat dengan cara mengikuti seminar atau pelatihan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien secara berkesinambungan, Perlu diadakannya evaluasi dan monitoring penerapan manajemen nutrisi terhadap perawat yang telah dilatih tentang nutrisi, Lembar penilaian keperawatan harus direvisi untuk memasukkan protokol penilaian gizi karena hal ini dapat membantu untuk memperjelas persyaratan untuk kondisi spesifik dan terukur untuk menggabungkan beberapa untuk skor penilaian risiko dan panduan intervensi, Terkait hasil penelitian dimana tingkat pengetahuan perawat bertentangan dengan sikap dan praktik, diperlukan peningkatan fungsi seorang manajer yaitu kepala ruangan dalam controling. Karena dengan adanya pengawasan dari kepala

ruangan sehingga sikap dan praktik dapat dilakukan sesuai dengan ilmu yang diperoleh oleh perawat, Peneliti selanjutnya diharapakan mengembangkan topik penelitian terkait nutrisi seperti mencari hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan kesadaran dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien, dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Referensi

Cinda S, Barco K, Dewitt MA, Maeda M. (2003), Realtionship of nutritional status to length of stay, hospital costs, and discharge status of patients hospitalized in the medicine service. J Am Diet Assoc.

________,Dep Kes RI, (2013) Pedoman PGRS Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Fletcher, A. And Carey E. (2011). Knowledge,

Attitudes And Practices In The Provision Of

Nutritional Care, British Journal Nursing

Ija, M. (2009). Pengaruh Status Gizi Pasien Bedah Mayor Pre Operasi Terhadap Penyembuhan Luka dan Lama Rawat Inap Pasca Operasi di RSUP. Dr. Sarjito Yogyakarta. Tesis S2. Yogyakarta. Pascasarjana UGM

Kobe, J.A. (2006). Aspects of nutritional knowledge, attitudes, and practices of nurses working in the surgical division at the Kenyatta national hospital, Kenya. published thesis (M.A.), Department of Human Nutrition of the University of Stellenbosch, Stellenbosch

Kozier B, Erb G, Berman A, Snyder S, Lake R, Harvey S (2008) Fundamentals of Nursing: concepts, process and practice. Pearson Education, Harlow

Mary Marian, Mary K. Russel, Scott A.Shikora, (2008), Clinical Nutritional for surgical patients, Jones and Bartlett Publisher inc

(6)

Yalcin N, (2012), Nutrition Knowledge Level Of Nurses, Health Science Journal

Mona Wetzel Persenius (2008), Nutritional Nursing Care-Nurses’sinteraction With The Patient, The Team And The Organization, Disertation Nursing Science, Karlstad.

(7)

Gambar

Diagram 5.1 Proporsi Responden Berdasarkan  Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pemenuhan  Kebutuhan Nutrisi Pasien Di RSUD Ciawi Bogor,  Mei 2014, (N=107)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji BNT yang disajikan pada Lampiran 17, terlihat bahwa umur kebuntingan hari ke-8 dengan hari ke-12 dan hari ke-10 dengan hari ke--12 menunjukkan perbedaan

perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual. 2) Menganalisis dan mendapatkan bukti empiris, pengaruh hubungan tingkat. leverage terhadap pengungkapan modal

Analisis data pada bab 4 meliputi (1) wujud tuturan dalam implikatur percakapan yang terdapat pada kumpulan cerita Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika, (2) analisis

Puji syukur penulis kepada Tuhan YME, Sang Alpha dan Omega, karena berkat karunia-Nya, skripsi dengan judul “ Strategi Pengembangan Koperasi Karyawan Universitas Bina Nusantara

Teknologi informasi saat ini berperan penting dalam bisnis dan organisasi. Melalui teknologi informasi perusahaan dapat memperoleh kemudahan dalam melakukan proses

[r]

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai netonya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian jika, dan hanya jika, terdapat hak yang

[r]