• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metodologi Penelitian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN V

Metodologi

Penelitian

MENGUMPULKAN DATA

Fakultas ProgramStudi TatapMuka KodeMK DisusunOleh

PascaSarjana MagisterTeknik Elektro

05

54001(3) Dr.HamzahHilal

Abstract

Kompetensi

Kuliah keempat ini memuat materi tentang observasi langsung, wawancara, dan kuesioner

Pengetahuan dan pemahaman mengenai observasi langsung, wawancara, dan kuesioner.

(2)

Pembahasan

5.1 PENDAHULUAN

Pengumpulan data tidak lain merupakan suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya, data yang dikumpulkan digunakan, kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan.

Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan. Validitas dari data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas dari pengambil datanya sendiri cukup valid. Dalam penelitian untuk bidang tertentu, seperti pada penelitian beberapa masalah psikologis, si pengambil data adalah peneliti sendiri yang harus cukup trampil.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data. Banyak masalah yang dirumuskan tidak akan bisa terpecahkan karena metode untuk memperoleh data yang digunakan tidak memungkinkan, ataupun metode yang ada tidak dapat menghasilkan data seperti yang diinginkan. Jika hal demikian terjadi, maka tidak ada jalan lain bagi si peneliti kecuali menukar masalah yang ingin dipecahkan.

Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu: a. Metode pengamatan langsung.

b. Metode dengan menggunakan pertanyaan. c. Metode khusus.

Dalam pembagian di atas, dasar pembagian adalah sampai berapa jauh si pengambil data langsung atau tidak langsung bergaul dengan subjek penelitian. Perlu juga dijelaskan bahwa cara pengumpulan data dapat dikerjakan berdasarkan pada pengalaman. Memang dapat dipelajari metode-metode pengumpulan data yang lumrah digunakan, tetapi bagaimana cara mengumpulkan data di lapangan, dan bagaimana menggunakan teknik tersebut di lapangan atau di laboratorium, berkehendak akan pengalaman yang banyak.

5.2 PENGUMPULAN DATA DENGAN OBSERVASI LANGSUNG

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Kita sering mengamati bulan purnama, mengamati lampu warna-warni, mengamati gunung yang indah, ataupun mengintip gadis

(3)

cantik sedang mandi di sungai. Tetapi yang dimaksud dengan pengamatan dalam metode ilmiah, bukanlah kegiatan pengamatan seperti di atas (pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:

a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik, b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan,

c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja,

d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas, reliabilitas, dan sensitifitasnya. Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan:

a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dan tidak menggantungkan pada data dari ingatan seseorang.

b. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Misalnya anak bayi tidak dapat berkomunikasi secara verbal. Dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap bayi, seseorang dapat mengetahui perilaku bayi tersebut serta hubungannya dengan sifat-sifat tertentu.

Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi.

Kelemahan yang penting dari pengamatan langsung, adalah:

a. Kadang kala diperlukan waktu mengunggu yang lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap satu kejadian. Misalnya, jika seorang ahli antropologi ingin mengetahui adat perkawinan suatu suku asing di suatu daerah, maka ia harus menunggu sampai ada upacara tersebut.

b. Pengamatan terhadap suatu fenomena yang lama tidak dapat dilakukan secara langsung. Misalnya, untuk mengamati sejarah kehidupan seseorang sejak bayi sampai meninggal tidak mungkin dengan pengamatan langsung.

c. Ada kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diperoleh datanya dengan pengamatan. Misalnya, kegiatan seks, pertengkaran keluarga, dan sebagainya.

Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung ada yang dapat dikuantifikasikan. Tetapi ini bukan berarti bahwa semua data yang diperoleh secara pengamatan langsung harus dikuantifikasikan.

(4)

adanya di lapangan, atau dalam suatu percobaan baik di lapangan atau di dalam laboratorium. Cara pengamatan langsung dapat digunakan pada penelitian eksploratori atau pada penelitian untuk menguji hipotesa.

Terdapat 4 pertanyaan yang harus dijawab oleh peneliti yang melakukan pengamatan langsung, yaitu:

a. Apa yang akan diamati?

b. Bagaimana pengamatan tersbebut dicatat?

c. Prosedur apa yang digunakan untuk memperoleh pengamatan yang akurat?

d. Bagaimana hubungan antara pengamat dengan yang diamati dan bagaimana hubungan tersebut dibina?

5.3 PENGUMPULAN DATA DENGAN WAWANCARA

Selain dari pengumpulan data dengan cara pengamatan, maka dalam ilmu sosial data dapat juga diperoleh dengan mengadakan interview atau wawancara. Dalam hal ini informasi atau keterangan diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap, atau interview.

Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambilnbertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari antara lain:

a. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal sebelumnya.

b. Responden selalu menjawab pertanyaan.

c. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral.

d. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.

Interview merupakan proses interaksi antara pewawancara dan responden. Walaupun bagi pewawancara, proses tersebut adalah satu bagian dari langkah-langkah dalam penelitian, tetapi belum tentu bagi responden, wawancara adalah bagian dari penelitian. Andaikatapun pewawancara dan responden menganggap bahwa wawancara adalah bagian dari penelitian, tetapi sukses tidaknya pelaksanaan wawancara bergantung sekali pada proses interaksi yang terjadi. Suatu elemen yang

(5)

paling penting dari proses interaksi yang terjadi adalah wawasan dan pengertian

(insight).

Dalam interaksi tersebut, masalah isyarat-isyarat yang berada di bawah persepsi sukar dikenal karena antara pewawancara dan responden belum kenal-mengenal. Karena itu, pewawancara sedapat mungkin dapat memperbaiki wawasan atau pengertian dalam interaksi, antara lain:

a. Siaga terhadap banyak isyarat dan mencoba isyarat tersebut.

b. Mencoba membawa isyarat tersebut ke batas yang dapat diberi makna.

Selain dari pewawancara dan responden, situasi wawancara dan isi pertanyaan yang ditanyakan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi dan komunikasi dalam wawancara. Isi dari wawancara mempengaruhi pewawancara, responden dan situasi wawancara. Pengaruh timbal balik terjadi antara pewawancara dan situasi wawancara, antara situasi wawancara dengan responden, dan antara pewawancara dan responden sendiri.

Karakteristik sosial baik dari responde maupun dari pewawancara merupakan faktor yang penting dalam komunikasi wawancara. Penampilan dari pewawancara, latar belakang sosial pewawancara merupakan sifat yang dapat melancarkan atau menghambat komunikasi. Ciri-ciri sosial, sikap, kesehatan, latar belakang dari responden, juga merupakan sifat-sifat yang mempengaruhi interaksi.

Ketrampilan dalam bertanya, ataupun dalam gerak-gerik yang mengundang jawaban yang tepat dan lancar sangat diperlukan bagi seorang pewawancara. Sukar mudahnya pertanyaan harus disesuaikan dengan kemampuan responden dalam menangkap pertanyaan. Pewawancara harus dapat membuat pertanyaan serta situasi sedemikian rupa sehingga responden mempunyai keinginan dan kegairahan untuk menjawabnya. Kesukaran menangkap pertanyaan ataupun keengganan memberikan keterangan dapat menghambat komunikasi.

Interaksi serta komunikasi akan menjadi mudah jika waktu, tempat serta sikap masyarakat menunjang situasi. Waktu wawancara harus dicari sedemikian rupa sehingga bagi responden merupakan, waktu tersebut adalah waktu yang tidak digunakan untuk pekerjaan lain, dan dijaga supaya responden tidak menggunakan waktu yang terlalu lama untuk wawancara. Tempat untuk wawancara haruslah suatu tempat yang dapat diterima oleh responden dan ”dapat diterima” oleh masyarakat sekelilingnya. Kehadiran orang lain dalam wawancara dapat menambah komunikasi dan ada pula yang dapat mengurangi kelancaran komunikasi. Dalam mewawancarai seorang wanita atau ibu rumah tangga, maka kehadiran anaknya yang kecil biasanya menambah kepercayaan si ibu terhadap dirinya sendiri dan dapat diterima oleh masyarakat.

(6)

responden sendiri. Isi wawancara yang tidak sesuai dengan minat responden sangat mempengaruhi situasi wawancara.

Karena itu, suatu keserasian antara pewawancara, responden serta situasi wawancara perlu dipelihara supaya terdapat statu komunikasi yang lancar dalam wawancara. Dalam hubungan ini maka Sangay diperlukan:

a. Suatu hubungan yang baik antara pewawancara dan responden sehingga wawancara berjalan dengan lancar.

b. Kemampuan pewawancara mencatat jalaban sejelas-jelasnya, teliti dan sesuai dengan maksud jawaban.

c. Kemampuan pewawancara menyampaikan pertanyaan kepada responden sejelas-jelasnya dan sesederhana mungkin dan tidak menyimpang dari interview guide. d. Dapat membuat responden memberikan penjelasan tambahan untuk menambah

penjelasan jalaban sebelumnya dengan pertanyaan yang tepat. e. Pewawancara harus dapat bersifat netral terhadap semua jawaban.

Wawancara dilakukan setelah persiapan untuk itu dimantapkan. Dalam persiapan wawancara, sampel responden, kriteria-kriteria responden, pewawancara, serta interview guide, telah disiapkan dahulu.

Interview guide sudah harus disusun dan pewawancara harus mengerti sekali akan isi serta makna dari interview guide tersebut. Segala pertanyaan yang ditanyakan haruslah tidak menyimpang dari panduan yang telah digariskan dalam interview guide

tersebut. Latihan wawancara harus diadakan sebelum wawancara diadakan.

Umumnya pewawancara memegang peranan yang amat penting dalam memulai wawancara. Pewawancara harus dapat menggali keterangan-keterangan dari responden, dan harus dapat merasa serta dapat membawa responden untuk memberikan informasi, baik dengan jalan:

a. Membuat responden merasa bahwa dengan memberikan keterangan tersebut responden telah melepaskan kepuasannya karena suatu tujuan tertentu telah tercapai.

b. Menghilangkan pembatas antara pewawancara dan responden sehingga wawancara dapat berjalan lancar.

c. Keterangan diberikan karena kepuasannya bertatap muka dan berbicara dengan pewawancara.

Umumnya urut-urutan prosedur dalam memulai wawancara adalah sebagai berikut: a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.

b. Menjelaskan mengapa responden terpilih untuk diwawancarai.

c. Menjelaskan institusi atau badan apa yang melaksanakan penelitian tersebut. d. Menerangkan bahwa wawancara tersebut merupakan suatu yang confidensial.

(7)

5.4 PENGUMPULAN DATA MELALUI DAFTAR PERTANYAAN

Alat lain untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan, yang sering disebutkan secara umum dengan nama kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam

kuesioner atau aftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap. Ini

membedakan daftar pertanyaan dengan interview guide. Keterangan-keterangan yang diperoleh dengan mengisi daftar pertanyaan, dapat dilihat dan segi siapa yang mengisi (menulis isian) daftar pertanyaan tersebut. Sehubungan dengan ini, sering dibedakan antara kuesioner dan schedule. Jika yang menuliskan isian ke dalam

kuenioner adalah responden, maka daftar pertanyaan tersebut dinamakan kuesioner

sedangkan jika yang menulis isiannya adalah pencatat yang membawakan daftar isian dalam suatu tatap muka, maka daftar pertanyaan tersebut dinamakan schedule. Pencatat yang mengadakan wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan dinamakan enumerator.

Walaupun nama yang diberikan kepada daftar pertanyaan tersebut kuesioner atau

schedule, tetapi isi dari daftar pertanyaan tersebut sama saja sifatnya. Kuesioner atau

schedule tidak lain dari sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesa.

Kuestioner atau schedule harus mempunyai center perhatian, yaitu masalah yang ingin dipecahkan. Tiap pertanyaan harus merupakan bagian dari hipotesa yang ingin diuji. Dalam memperoleh keterangan yang berkisar sekitar masalah yang ingin dipecahkan itu, maka secara umum isi dari kuestioner atau schedule, dapat berupa:

a. Pertanyaan tentang fakta. Kuesioner/schedule harus berisi pertanyaan tentang fakta-fakta yang dianggap dikuasai oleh responden. Fakta-fakta-fakta tersebut, bisa saja berhubungan dengan responden, dengan suatu keadaan ataupun dengan orang-orang yang dikenal oleh responden sendiri.

b. Pertanyaan tentang pendapat (opinion). Pertanyaan mengenai pendapat secara relatif lebih sukar dijawab oleh responden dibandingkan dengan pertanyaan tentang fakta. Pertanyaan mengenai fakta, tidak betapa memerlukan pikiran bagi responden. Tidak demikian halnya jika pertanyaan tersebut adalah mengenai pendapat, baik tentang suatu keadaan atau tentang suatu situasi. Jawaban pertanyaan tentang pendapat pada umumnya, bersifat laten dan baru muncul jika ditanyakan. Juga pertanyaan mengenai pendapat banyak sekali seginya, menyangkut masalah moral, kebudayaan, harga diri, dan sebagainya.

Dalam penelitian, pertanyaan tentang pendapat dapat didekati dengan dua cara yaitu:

x Dengan melihat berapa persen dari responden yang setuju atau tidak setuju terhadap suatu hal yang ditanyakan, tanpa keinginan untuk mengukur ”kekuatan”

(8)

dari pendapat tersebut.

x Pertanyaan tersebut bukan saja untuk melihat, tetapi untuk mengukur ”kekuatan” pendapatnya, atau untuk melihat sukap responden. Dalam hal ini analisa perlu dilakukan dengan menggunakan skoring untuk menyatukan pendapat dan sikap tersebut.

c. Pertanyaan tentang persepsi diri. Pertanyaan dalam kuesioner atau schedule dapat juga mengenai cara responden menilai sesuatu tentang perilakunya sendiri dalam berhubungan dengan orang lain atau lingkungan. Misalnya, pertanyaan tentang jumlah atau frekuensi berkunjung pada keluarganya dan bagaimana pengaruh kunjungan tersebut terhadap keluarga-keluarga lain.

Walaupun sukar untuk menentukan suatu aturan yang dapat berlaku umum tentang cara mengungkapkan pertanyaan, beberapa petunjuk penting berkenaan dengan hal di atas, perlu diketahui, antara lain:

a. Jangan gunakan perkataan-perkataan sulit.

b. Jangan gunakan pertanyaan yang bersifat terlalu umum

c. Hindarkan pertanyaan yang mendua arti (ambiguous).

d. Jangan gunakan kata yang samar-samar.

e. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti. f. Hindarkan pertanyaan yang berdasarkan presumasi. g. Jangan membuat pertanyaan yang memalukan responden. h. Hindarkan pertanyaan yang menghendaki ingatan.

Pertanyaan-pertanyaan yang disusun dan dikirimkan untuk memperoleh responsi dari responden adalah kuesioner, karena yang mengisi jawaban pertanyaan tersebut adalah responden sendiri. Pengiriman kuesioner biasanya dilakukan dengan pos. Hanya untuk memperoleh informasi tertentu saja penggunaan kuesioner melalui pos dapat dilakukan secara efektif.

Mengumpulkan data dengan menggunakan kuestioner mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

a. Dengan komunikasi pos yang baik penggunaan kuestioner melalui pos tidak memerlukan enumerator, sehingga dapat mengurangi biaya. Kuesioner dapat dikirimkan melalui pos saja, sedangkan enumerator tidak bisa dikirimkan melalui pos.

b. Kuesioner yang dikirimkan dapat mencapai responden dalam area yang luas, lebih-lebih pada daerah yang populasinya jarang dan posnya baik.

c. Karena tidak menggunakan enumerator, maka penggunaan kuesioner yang dikirimkan dapat mengurangi error dari enumerator.

(9)

memerlukan waktu untuk konsultasi atau untuk pencarian data secara lebih akurat.

e. Responden dapat menjawab pertanyaan secara lebih jujur, lebih-lebih pertanyaan yang mengenai pribadi, karena responden tidak bertatap muka dengan enumerator.

Walaupun penggunaan kuesioner mempunyai keuntungan-keuntungan, tetapi penggunaan kuesioner yang dikirinikan mempunyai limitasi-limitasi tertentu. Beberapa dari limitasi tersebut adalah:

a. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat harus sederhana, dan langsung mengenai sasaran.

b. Pertanyaan yang dibuat harus yang dapat dimengerti oleh responden.

c. Jawaban dari pertanyaan tersebut harus diterima sebagai suatu jawaban final, kecuali diadakan lagi checking dengan menggunakan schedule.

d. Penggunaan kuesioner dikirimkan memakan waktu lama untuk memperoleh responsi, sehingga sering digunakan untuk pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban secara cepat.

e. Karena responden dapat membaca semua pertanyaan lebih dahulu sebelum memberi jawaban kepada masing-masing item pertanyan, jawaban yang diberikan untuk masing-masing pertanyaan tidak lagi merdeka (independen).

f. Tidak dapat jaminan bahwa pertanyaan-pertanyan dijawab oleh responden yang dikehendaki.

g. Tidak ada kesempatan untuk membuat tambahan terhadap jawaban yang diperoleh berdasarkan observasi.

h. Responden dapat saja tidak mengembalikan kuesioner

(10)

Daftar Pustaka

1. Nazir, Moh., ”Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia, 2011. 2. Bungin, B., ”Metodologi Penelitian Kuantitatif”, Kencana, 2011.

3. Noor, J., ”Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah”, Prenadamedia Group, 2011.

4. Wijanto, SH., ”Metode Penelitian: Menggunakan Structural Equation Modelling Dengan LISREL 9”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Aspek admnistratif resep dipilih karena merupakan skrining awal pada saat resep dilayani di apotek, skrining admnistratif perlu dilakukan karena mencakup seluruh

Hasil pengujian dalam basis data kedipan menunjukkan sistem yang diajukan dapat mendeteksi durasi kedipan mata dengan tingkat keakuratan 99,4% dan 1% false

Namun analisa Nessler ini tidak terlepas dari gangguan warna dan kekeruhan yang hanya dapat dihilangkan dengan pengolahan pendahuluan yaitu destilasi; destilasi perlu dilakukan

Untuk melaksanakan visi, misi dan strategi pembangunan yang telah ditetapkan maka Kebijakan Umum BBPPTP Ambon adalah : “Memperkuat SDM dan fasilitas laboratorium perbenihan dan

Sedangkan untuk dua atribut yang lain (Responsiveness dan Emphaty), responden tidak mempunyai sikap yang berbeda secara signifikan terhadap kedua atribut tersebut dikarenakan

5 Membuatcheck list atau daftar tugasuntuk mengingatkansemuastaff, akan tugas yang harus dikerjakan dengan persetujuandari FLOOR SUPERVISOR 6 Membantumengontrolpartstockyangada..

 Aspek kemudahan/kesulitan memperoleh LPG tabung 3 kg 1. *) Ada berapa jumlah warung yang menjual LPG 3 kg di daerah anda?... *) Berapa jarak warung yang menjual LPG 3 kg

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan aktivitas yang menyehatkan serta mampu meningkatkan daya tahan fisik, kemampuan mental berpikir, motivasi,