PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI TERHADAP INOVASI BIOGAS DI DESA DUKUH KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO
Septiana Rosa Dewi, Suwarto, Agung Wibowo
Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Petanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126, Telp/Fax:(0271) 637457
Email: rose.dewdew23@gmail.com Telp: 085643007688
Abstract : The researched is done with the aim of (1) to review the internal factor and external factors in community development (2) to review of capacity in community development (3) to know the activity of people empowerment (4) to know the extent to which the impact of community empowerment. The researched is done in the village of Dukuh sub-district Sukoharjo district Sukoharjo. The research used the qualitative method .The determination of an informer done with the technique of snowball of sampling. The data collection was conducted by in depth interview, observation and analysis documentation method (include data reduction, data display, conclusion and verification)..The average an area of land owned by farmers who follows empowerment ranging from 0.025 ha until 0.5 ha. Education late traveled husbandman is graduate from high school and some investors empowerment of the male sex with figures dependents the family average were four to five people. Internal and external factors fackor are expected to support the activities of enablement. Empowerment activities undertaken by the people in the village of Dukuh among other human development, business development, institutional development also the environmental development. The impact for the community, it can be seen from the changes in knowledge, latitude and skill they had.
Keywords: Community empowerment, empowerment activities, the impact of empowerment
Abstrak : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) mengkaji faktor internal dan faktor eksternal dalam pemberdayaan masyarakat (2) mengkaji pengembangan kapasitas dalam pemberdayaan masyarakat (3) mengkaji kegiatan pemberdayaan masyarakat (4) mengetahui sejauh mana dampak dari pemberdayaan masyarakat. Penelitian dilakukan di Desa Dukuh Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan teknik snowball sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi dan pencatatan dengan metode analisis yang digunakan adalah reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani yang mengikuti pemberdayaan mulai dari 0,025 ha sampai 0,5 ha. Pendidikan akhir yang ditempuh petani adalah lulusan SMA dan sebagian pelaku pemberdayaan berjenis kelamin laki-laki dengan angka tanggungan keluarga rata-rata berjumlah empat sampai lima orang. Faktor internal dan faktor eksternal yang ada dapat mendukung kegiatan pemberdayaan. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Dukuh antara lain bina manusia, bina usaha, bina lingkungan serta bina kelembagaan. Dampak dari penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan dapat dilihiat dari peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, kegiatan pemberdayaan, dampak pemberdayaan
PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan
upaya sadar dan terencana untuk
melaksanakan perubahan yang
mengarah pada pertumbuhan
ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah
dan didukung oleh partisipasi
masyarakat dengan menggunakan
teknologi terpilih (Mardikanto,
1993). Teknologi merupakan
kebutuhan yang terus berkembang seiring dengan keterbatasan sumber daya alam. Kondisi sumberdaya
alam perlu dipertahankan
kelestariannya sehingga dapat terus
memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Pemanfaatan
sumberdaya alam terkadang
melampaui batas dan menyebabkan kerusakan alam dan kerentanan lingkungan secara umum. Usaha dan kegiatan ini didirikan dalam maksud untuk meningkatkan kiprah dalam kegiatan inovasi dan pengembangan teknologi yang disertai studi dan kajian dalam bidang sumberdaya
alam. Menyadari pentingnya
keberadaan sumberdaya alam, maka perlu dilakukan upaya strategis dengan cara-cara sederhana dan
aplikatif untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya alam dan
lingkungan hidup serta
prouktivitasnya sehingga lebih sehat bagi masyarakat (Badan Lingkungan Hidup, 2010).
Penyelenggaraan program
bantuan kepada masyarakat
khususnya peternak perlu
dikembangkan dalam kerangka
ekonomi produktif yang spesifik di
wilayah pedesaan. Umumnnya
keluarga petani di pedesaan
memiliki sapi sekurang-kurangnya dua ekor dan menjadi investasi keluarga yang dirawat sekedarnya, padahal sebenarnya sapi tersebut masih memiliki potensi lain yang
dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik manfaat langsung maupun tidak langsung. Selama ini sebagian kecil kotoran ternak hanya diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan sisanya dibuang menjadi limbah
yang akan menimbulkan
pencemaran (Badan Lingkungan Hidup, 2008).
Program biogas dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo sejak tahun 2008 dan tersebar di 12 kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Sukoharjo yaitu Desa
Dukuh. Tentunya kegiatan
pemberdayaan di Desa Dukuh Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo diharapkan mampu
mengubah manusia petani menjadi manusia mandiri yang mampu
melakukan perubahan terencana
menuju kondisi kehidupan yang
lebih diharapkan dengan
memanfaatkan segala sumber daya
yang dimiliki. Pengembangan
biogas, akan memperoleh manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat Desa
Dukuh Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo. Manfaat
langsung yang dapat dirasakan adalah mendapatkan sumber energi alternatif berupa gas bio yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak. Selain itu, manfaat lain yang secara langsung dapat
dinikmati dari pengembangan biogas adalah, menyediakan pupuk organik siap pakai yang dapat
digunakan untuk menyuburkan
lahan pertanian. Oleh karena produk utama dari pengembangan biogas ini adalah gas bio dan pupuk organik, maka secara tidak langsung akan
berpengaruh positif terhadap
lingkungan, diantaranya membantu program pelestarian hutan, tanah dan air, mengurangi polusi udara, meningkatkan sanitasi lingkungan
dan mendukung kebijakan
pemerintah dalam menurunkan
subsidi BBM. Disamping itu
pengembangan biogas secara tidak
langsung mendukung program
internasional yaitu mengurangi
dampak negatif dari efek gas rumah kaca.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif yaitu
penelitian yang memiliki
karakteristik bahwa datanya
dinyatakan dalam keadaan
sewajarnya dan bagaimana adanya
(natural setting), dengan tidak
dirubah dalam bentuk
simbol-simbol dan bilangan, sedangkan pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif. Penelitian ini
akan mendeskripsikan tentang
keadaan masyarakat petani sebelum
dan setelah ada kegiatan
pemberdayaan serta bagaimana
proses pemberdayaan tersebut
dilaksanakan sehingga dapat
mengetahui manfaat dari kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam mengembangkan biogas.
Lokasi dipilih secara sengaja
(purposive) yaitu berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian (Singarimbun dan
Effendi, 1995). Lokasi penelitian yang dipilih yaitu di Desa Dukuh Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Pertimbangan pemilihan
di Desa Dukuh Kecamatan
Sukoharjo ini karena di desa ini merupakan desa yang memiliki
kelompok tani kelompok tani
Makmur dan merupakan pelopor inovasi Biogas jika dibandingkan dengan desa lain di kecamatan Sukoharjo, selain itu hampir semua anggota kelompok tani memiliki ternak sehingga memiliki potensi
untuk mengembangkan Biogas
untuk usaha kelompok tani mereka, serta untuk kedepannya Kelompok Tani Makmur mempunyai harapan untuk mampu membuat Biogas sendiri untuk menunjang usahanya.
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara
snowball sampling atau teknik bola
salju. Sampel informan yang akan dipilih dalam penelitian ini antara lain ketua kelompok tani, anggota kelompok tani, petugas Badan
Lingkungan Hidup, tokoh
masyarakat dan perangkat desa
setempat. Key informan dalam
penelitian ini adalah ketua
kelompok tani Makmur.
Adupun sumber data dalam penelitian ini adalah informan, arsip
atau dokumen. Penelitian ini
melibatkan dari pihak-pihak terkait
dalam pengembangan biogas,
informan tersebut terdiri dari ketua kelompok tani, anggota kelompok
tani, petugas Badan Lingkungan
Hidup, tokoh masyarakat dan
perangkat desa setempat. Sedangkan arsip atau dokumen yang dianalisis diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo.
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam, pada penelitian ini wawancara yang dilakukan bersifat terbuka dan dilakukan secara terstruktur dimana peneliti menetapkan sendiri masalah
dan pertanyaan yang diajukan
kepada informan; observasi, dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian secara langsung baik di Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten
Sukoharjo maupun di tempat
kegiatan pemberdayaan;
dokumenter adalah metode
pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti yang berasal dari sumber nonmanusia.
Pengembangan validitas data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi
dan review informan. Teknik
trianggulasi yang digunakan adalaht teknik trianggulasi sumber dan
trianggulasi metode. Teknik
trianggulasi sumber pada penelitian
ini menggunakan informan.
Informan terdiri dari petugas Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten
Sukoharjo dan anggota Kelompok Tani Makmur serta ketua Kelompok Tani Makmur selaku informan
kunci. Review informan dapat
dikatakan sebagai konfirmasi
dengan informan kunci (key
informan) mengenai data yang telah
diperoleh. Dalam tahap review
informan ini yang dijadikan key
informan adalah ketua Kelompok
Tani Makmur Desa Dukuh
Kecamatan sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini antara lain: reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data; penyajian data Sajian
data merupakan suatu rakitan
informasi atau penyajian
sekumpulan informasi dalam bentuk narasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan tindakan; penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Simpulan dilakukan
setelah proses pengumpulan data berakhir. Peneliti akan peneliti akan
mencari pola, model, tema,
hubungan, persamaan, atau hal-hal yang sering muncul untuk ditarik sebuah kesimpulan yang awalnya masih kabur dan nampak semakin jelas dengan adanya data yang mendukung.
HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Internal Masyarakat petani
yang mempengaruhi dalam
kegiatan pemberdayaan
Luas lahan yang dimiliki
masyarakat petani menjadi faktor yang
mempengaruhi dalam mengikuti
kegiatan pemberdayaan terhadap
inovasi biogas. Semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin meningkat pula akan kebutuhan pupuk organik, dimana kebutuhan pupuk organik dapat dipenuhi dari jumlah
ternak yang dimiliki petani. Rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani mulai dari 0,025 ha sampai 0,5 ha.
Sebagian petani adalah lulusan SMA, anggota keluarga mereka juga masih banyak yang masih muda yang masih bersekolah di bangku SMP dan SMA bahkan universitas. Sehingga hal ini biasa mempengaruhi pola pikir keluarga untuk menerima suatu inovasi
baru maupun melakukan suatu
pembaharuan. Tingkat pendidikan yang
ditempuh seseorang memberikan
pengetahuan yang lebih baik tentang cara berpikir, penerimaan suatu inovasi
maupun penilaian terhadap suatu
masalah yang terjadi. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka
kemampuan berfikirnya juga semakin baik.
Jumlah anggota keluarga petani yang masih menjadi tanggungan kepala keluarga di Desa Dukuh rata-rata berjumlah antara empat sampai lima orang.
Akuntabilitas merupakan upaya pemberdayaan masyarakat yang perlu
mengikutsertakan semua potensi
masyarakat. Dalam hal ini pemerintah harus mengambil peranan lebih besar karena mereka yang paling mengetahui
mengenai kondisi, potensi dan
kebutuhan masyarakat (Mardikanto, 2009).
Tabel 1 Peran dan Tanggung Jawab BLH Sukoharjo dan Masyarakat Petani Kelompok Tani Makmur
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Badan Lingkungan Hidup
kabupaten Sukoharjo selaku badan
pemerintah dalam menjalankan
tugasnya agar terwujudnya masyarakat petani desa Dukuh yang mandiri dalam energi biogas sebagai energi alternatif bertugas dengan memegang bebrapa prinsip transparansi.
Beberapa prinsip transparansi yang dipegang agar program biogas berjalan dengan baik, antara lain: keterbukaan dalam rapat, keterbukaan informasi dan keterbukaan menerima pesan dari masyarakat (Tangke, 2011).
Berkaitan dengan berbagai
bentuk partisipasi, Yadav (1974) dalam
Mardikanto (1988) mengemukakan
tentang adanya empat macam kegiatan
yang menunjukkan partisipasi
masyarakat, yaitu : partisipasi dalam
Petugas BLH Masyarakat Petani 1. Memberikan arahan dalam
perencanaan dan pelaksanaan. 2. Pengadaan peralatan yang
tidak dapat disediakan petani 3. Memberikan bantuan berupa
bimbingan dan penyuluhan. 4. Mengadakan pertemuan rutin
dengan masyarakat petani melalui metode FGD.
1. Bergotong royong dalam membuat reaktor biogas dan pemasangan peralatan biogas.
2. Menjaga kerukunan antar anggota kelompok tani. 3. Memelihara dan merawat reaktor biogas.
4. Menjaga kebersihan lingkungan.
5. Mengembangkan usaha dengan memanfaatkan biogas.
pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi serta partisipasi dalam pemanfaatan hasil.
Tabel 2 Partisipasi Masyarakat Petani Kelompok Tani Makmur
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Responsiveness secara umum
sebagai keinginan untuk membantu
(willingness to help), petugas Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten
Sukoharjo memberikan layanan yang cepat dan menangani masalah atau keluhan dengan baik dari petani. Petani selalu mengupayakan keberlangsungan biogas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apabila pikiran mereka dalam kondisi puas dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan petugas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo sebagai badan pemerintah yang mendampingi secara teknis perencanaan dan pelaksanaan
program biogas. Petani merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan petugas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo karena sangat
membantu dan bermanfaat bagi
kehidupan petani. .
Penyelenggaraan pemberdayaan
dalam inovasi program biogas
memberikan dampak yang positif bagi masyarakat, hal ini dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Peran Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sukoharjo sebagai
fasilitator akan memperlancar
pemberdayaan biogas. Adanya
Dimensi Sikap dan Tindakan 1. Partisipasi dalam pengambilan
keputusan.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
3. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi.
4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil.
Masyarakat petani bersama petugas BLH bermusyawarah untuk membuat suatu kebijakan secara demokratis sehingga petani dan BLH dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Selalu mengikuti pertemuan dan aktif dalam memberikan gagasan atau pertanyaan dalam pertemuan . Masyarakat petani secara gotong royong melakukan prosedur pembuatan alat biogas dengan bimbingan petugas BLH.
Masyarakat petani menyediakan bahan baku Biogas secara berkelanjutan.
Berupaya membersikan lingkungan.
Masyarakat petani secara rutin berkoordinasi dengan semua anggota kelompok tani untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan biogas.
Masyarakat petani mengurangi penggunaan kayu bakar dan gas LPG dan beralih ke Biogas.
Masyarakat petani mulai memanfaatkan Biogas untuk membuka peluang usaha baru.
Masyarakat petani mengembangkan produksi pupuk hasil limbah Biogas untuk menganti penggunaan pupuk kimia.
sosialisasi dan pendekatan yang
intensif dapat meningkatkan
pengetahuan dan kepercayaan
masyarakat akan program kegiatan yang sedang berjalan. Hal-hal demikian dapat tercipta karena ada koordinasi yang baik antara masyarakat dengan tokoh masyarakat, perangkat desa dan
tim fasilitator program (Badan
Lingkungan Hidup). Disamping itu adanya peran organisasi masyarakat (Kelompok Tani Makmur) menambah program kegiatan bersama masyarakat
dapat berjalan dengan lancar.
Peningkatan kapasitas kelembagaan
ditunjukkan dengan berjalannya
kelompok tani dalam
mengorganisasikan kegiatan dalam
pemberdayaan. Semua proses kegiatan dilakukan secara bersama mulai dari awal pelaksanaan pemberdayaan.
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu mengikutsertakan semua potensi yang ada pada masyarakat dan pihak-pihak terkait. Kelompok tani Makmur menjalin kerjasama dengan Pemerintah Desa dan Dinas Pertanian yang berperan untuk memberikan dukungan kepada kelompok dalam kegiatan dan menyediakan tenaga pendamping yaitu
Badan Lingkungan Hidup yang
mendampingi dalam pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan.
Sesuai yang dikemukakan oleh Mardikanto (2010), terdapat empat upaya poko dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat, antara lain
: pertama bina manusia, pada
kelompok tani Makmur desa Dukuh kecamatan Sukoharjo adalah meliputi
kegiatan pelatihan-pelatihan yang
diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo antara lain: penyuluhan terhadap kelompok
tani mengenai program biogas,
pengarahan dalam perencanaan dan pelaksaan program biogas di Desa
Dukuh kabupaten Sukoharjo,
pengadaan dan pemberian alat-alat
yang digunakan untuk membuat
biogas, demonstrasi dengan
menunjukan cara pembuatan biogas skala rumah tangga sebagai energi alternatif ramah lingkungan, pelatihan pengoperasian reaktor biogas dan
kompor biogas, pengarahan
pemiliharaan dan perawatan reaktor biogas, memberikan pembinaan rutin kepada masyarakat. Kedua bina usaha, biogas sebagai sumber energi alternatif memberikan manfaat bagi sebagian
anggota kelompok tani Makmur.
Program pengembangan biogas dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi petani. Keluaran digester biogas yang diolah menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan petani sendiri dan dapat dipasarkan. Tetapi tidak semua
anggota kelompok tani Makmur
memiliki usaha sampingan, jauhnya jarak digester dari rumah mereka membuat sebagian anggota enggan
untuk bersama-sama menciptakan
usaha sampingan. Letak digester yang
dekat dengan anggota lain
menimbulkan rasa sungkan terhadap anggota yang rumahnya berdekatan
dengan digester. Keempat bina
lingkungan, dalam kegiatan ini anggota kelompok tani Makmur bertanggung jawab untuk selalu menjaga kondisi kebersihan kandang sapi mereka dan memelihara kondisi reaktor biogas dan
peralatannya agar tidak terjadi
kebocoran yang dapat merugikan lingkungan. Setiap anggota kelompok tani dapat menggunakan limbah hasil pengolahan biogas untuk dijadikan
pupuk dalam upaya pelestarian tanaman pakan ternak. Ketiga bina kelembagaan, upaya pemberdayaan masyarakat perlu mengikutsertakan
semua potensi yang ada pada
masyarakat dan pihak-pihak terkait. Adanya struktur organisasi dalam
kelompok tani Makmur akan
mempermudah pembagian tugas dalam melakukan kegiatan usaha dan hal tersebut didukung dengan adanya interaksi yang baik antara anggota maupun pengurus didalam kelompok. Selain itu kelompok tani Makmur juga menjalin kerjasama dengan Pemerintah
Desa dan Dinas Pertanian.
Dampak pemberdayaan dapat dilihat melalui tigas aspek yaitu : aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek fisik.
Tabel 3 Peningkatan Kesejahteraan yang Terjadi pada Masyarakat Petani Kelompok Tani Makmur
Dimensi Sebelum Pemberdayaan Sesudah Pemberdayaan 1. Aspek
Ekonomi
2. Aspek Sosial
3. Aspek Fisik
Tidak terjadi peningkatan pendapatan.
Keberadaan
kelompok/individu tani belum dikenal masyarakat sekitar.
Terjadi polusi udara berupa bau tak sedap dari kotoran ternak yang dikumpulakan pada kandang ternak petani.
Terjadi peningkatan pendapatan dan mengurangi pengeluaran untuk memenuhi bahan bakar untuk memasak dan penggunaan pupuk.
Pengeluaran dapat dihemat Rp 415.000,00 hingga Rp 625.000,00
Keberadaan kelompok/individu sudah dikenal dan diakui oleh masyarakat karena mampu memproduksi dan mengaplikasikan biogas.
Kesehatan terjaga karena bau tak sedap dari kotoran ternak dapat dikumpulkan dan dimasukan dalam reaktor biogas yang tertutup. Serta pemenuhan gizi terjamin karena pendapatan bertambah.
Sumber : Analisis Data Primer, 2012 Temuan Pokok
Pemberdayaan pengembangan
biogas merupakan salah satu upaya
yang dilakukan oleh pemerintah
melalui Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo untuk mengubah petani menjadi manusia mandiri yang mampu melakukan perubahan kearah
peningkatan kesejahteraan mereka
sendiri dengan memanfaatkan
sumberdaya yang dimiliki. Program pemgembangan biogas ini berangkat dari keprihatinan pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat petani Deesa Dukuh dan tercemarnya lingkungan akibat banyaknya limbah kotoran
ternak. Dengan demikian, pemerintah melalui Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo dan Kelurahan mengadakan program pemberdayaan
Biogas untuk mengatasi masalah
lingkungan dan memberdayakan
masyarakat petani untuk ikut serta dalam mengurangi beban pemerintah dalam subsidi LPG dan adanya peningkatan pengunaan pupuk organik melalui program Biogas.
Kegiatan pemberdayaan tentunya ada faktor internal dan faktor eksternal yang akan mempengaruhi jalannya kegiatan pemberdayaan, yang menjadi faktor internal dalam penelitian ini adalah faktor yang muncul pada diri masyarakat petani yang berdampak pada kemauan diri untuk ikutserta dalam kegiatan pembedayaan dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan
hipunya. Faktor intern yang
mempengaruhi pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat adalah
faktor yang berasal dari dalam rumah tangga petani itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain Luas lahan, tingkat
pendidikan dan jumlah anggota
keluarga. Faktor eksternal dari kegiatan pemberdayaan dalam pengembangan
biogas adalah akuntabilitas,
transparansi, partisipasi dan
Responsiveness.
Tahap-tahap pemberdayaan
masyarakat antara lain dengan cara
pengembangan kapasitas.
Pengembangan kapasitas individu
dalam pemberdayaan terhadap inovasi program biogas memberikan dampak yang positif bagi masyarakat, hal ini
dapat dilihat dari perubahan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Untuk pengembangan kapasitas
kelembagaan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sukoharjo yang berperan sebagai fasilitator akan memperlancar
pemberdayaan biogas. Adanya
sosialisasi dan pendekatan yang
intensif dapat meningkatkan
pengetahuan dan kepercayaan
masyarakat akan program kegiatan
yang sedang berjalan. Upaya
pemberdayaan masyarakat juga perlu mengikutsertakan semua potensi yang ada pada masyarakat dan pihak-pihak terkait demi tercapainya tujuan akhir
yang diinginkan. Kelompok tani
Makmur juga menjalin kerjasama dengan Pemerintah Desa dan Dinas
Pertanian yang berperan untuk
memberikan dukungan.
Kegiatan pemberdayaan
kelompok tani Makmur dimulai dengan kegiatan bina manusia yang diisi dengan pelatihan yang diberikan oleh petugas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo. Tahap kedua dalam kegiatan pemberdayaan pada
kelompok tani Makmur adalah
kegiatan bina usaha. Bina Usaha menjadi kegiatan penting dalam setiap pemberdayaan, karena hal ini adalah tindak lanjut setelah proses bina manusia, dengan adanya bina usaha
diharapkan terjadinya perbaikan
kesejahteraan (ekonomi dan atau
ekonomi) yang akan laku atau
memperoleh dukungan dalam bentuk
partisipasi masyarakat. Beberapa
anggota kelompok tani Makmur
behasil memanfaatkan biogas untuk
mengembangkan usaha rumahan.
Produk olahan yang dihasilakn oleh anggota yaitu pengolahan tahu putih, tahu bakso dan aneka gorengan yang dapat dipasarkan diberbagai warung makan. Tahap ketiga dari kegiatan pemberdayaan kelompok Tani Makmur
adalah bina lingkungan dimana petani diajarkan mengenai kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan agar terhindar dari polusi dan keberadaan sumberdaya alam yang menjadi bahan baku dalam kegiatan produksi.
Selain itu ada kegiatan bina kelembagaan, bina kelembagaan adalah kegiatan yang tak kalah penting untuk menyempurnakan ketiga hal
tersebut diatas. Keberadaan
kelembagaan dalam kegiatan
pemberdayaan sangatlah diperlukan karena apabila kegiatan bina manusia, bina usaha dan bina lingkungan berhasil akan tetapi tidak didukung
tersedianya lembaga yang
memfasilitasi hal tersebut maka
kegiatan pemberdayaan tentu akan mengalami kesulitan dalam proses pelaksanaan ataupun dalam proses
pencapaian tujuan utama
pemberdayaan yaitu perbaikan
kesejahteraan. Oleh karena itu
pembentukan kelompok tani Makmur adalah langkah tepat untuk menunjang
kelancaran kegiatan pemberdayaan
dalam pengembangan biogas.
Pemberdayaan yang dilakukan di
Desa Dukuh tersebut dapat
disimpulkan berhasil karena faktor intenal an eksternal dapat dipenuhi
untuk menunjang keberhasilan
pemberdayaan yang dilakukan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten
Sukoharjo. Sementara itu,
Pemberdayaan program Biogas yang dilakukan petugas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo kepada
masyarakat petani desa Dukuh
Kabupaten Sukoharjo tidak mengalami kendala. Sebab, terjalin kerjasama
antara masyarakat petani dengan
petugas Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sukoharjo yang sinergi dan harmonis sehingga segala bentuk proses pengolahan biogas berjalan
dengan lancar untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat petani. Maksud dan tujuan penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan pengembangan biogas
adalah terjadinya peningkatan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat petani dalam pembuatan dan pemanfaatan biogas.
SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain : pertama, faktor Internal dan faktor eksternal pemberdayaan kelompok tani Makmur sebagai berikut, luas lahan yang dimiliki oleh petani mulai dari 0,025 ha sampai 0,5 ha, pendidikan akhir yang
ditempuh sebagian petani adalah
lulusan SMA dan jumlah anggota
keluarga terdiri dari 4-5 orang
sedangkan faktor eksternal Kelompok Tani Makmur adalah akuntabilitas, kedua transparansi, ketiga partisipasi, keempat responsiveness. Kedua, tahap pengembangan kapasitas terdiri dari :
pengembangan kapasitas individu,
pengembangan kapasitas kelembagaan dan pengembangan kapasitas jejaring.
Ketiga, kegiatan pemberdayaan
Kelompok Tani Makmur Dalam Pengembangan Biogas antara lain: Bina manusia, pada kelompok tani Makmur difokuskan melalui
kegiatan-kegiatan diberikan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten
Sukoharjo. Kedua bina Usaha, kelompok tani Makmur berhasil
memanfaatkan biogas untuk
mengembangkan home industry.
Ketiga Bina Lingkungan, kelompok
untukmemelihara kondisi reaktor biogas dan peralatannya agar tidak
terjadi kebocoran yang dapat
merugikan lingkungan. Keempat Bina
Kelembagaan, koordinasi antar
kelembagaan kelompok tani,
pemerintah desa dan Dinas pertanian sudah berjalan lancar, hanya saja pendampingan dari Dinas Pertanian
masih kurang dan dari Badan
Lingkungan Hidup juga masih dirasa kurang dalam penyediaan fasilitator. Keempat, dampak Pemberdayaan : terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok tani
dari sebelum hingga sesudah.
Sedangkan dampak bagi pemerintah yaitu dapat mengurangi pemberian subsidi gas LPG bagi masyarakat.
Adapun saran yang dapat
diberikan yaitu, sebaiknya Badan Lingkungan Hidup lebih meningkatkan
peranannya dalam pengembangan
biogas sehingga lebih banyak
masyarakat petani dapat diberdayakan secara optimal dan untuk keberlanjutan
program diharapkan dapat
mengembangkan secara
mandiri/swadaya yang tentunya perlu
bantuan pemerintah untuk
mensosialisasikan pentingnya
penggunaan biogas.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Lingkungan Hidup Sukoharjo.
2008. Program Bantuan
Biogas. Sukoharjo.
.2010. Penyediaan Perangkat
Biogas Bagi
Peternak. Sukoharjo
Mardikanto, Totok. 1988. Komukiasi
Pembangunan. UNS Press.
Surakarta.
.1993. Penyuluhan
Pembangunan Pertanian.
UNS Press. Surakarta.
.2009. Membangun Pertanian
Modern. UNS Pers.
Surakarta
.2009. Sistem Penyuluhan
Pertanian. UNS Pers.
Surakarta
.2010. Konsep-Konsep
Pemberdayaan Masyarakat.
UNS Pers. Surakarta.
Singarimbun, M dan Effendi, S. 1995.
Metode Penelitian Survei.
LP3ES. Jakarta.
Tangke, Paulus. 2011. Transparansi
Mewujudkan Good
Governence.
http://paulusmtangke.wordpress .com/transparansi-mewujudkan-good-governance.