• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPONEN KEMAMPUAN DASAR PROFESI PEKERJAAN SOSIAL ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPONEN KEMAMPUAN DASAR PROFESI PEKERJAAN SOSIAL ABSTRAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPONEN KEMAMPUAN DASAR PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

ABSTRAK

Profesi pekerjaan sosial merupakan profesi yang diakui internasional dan sedang berkembang di Indonesia. Dalam perkembangannya profesi pekerjaan sosial masih tumpang tindih dengan pekerjaan atau kegiatan yang bersifat volunteer. Padahal profesi ini telah didasari oleh kerangka pengetahuan (body of knowledge), kerangka keahlian (body of skills), dan kerangka nilai (body of values) yang secara integratif membentuk profil dan pendekatan pekerjaan sosial. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pekerja sosial profesional haruslah memiliki kemampuan keahlian dasar yang terdiri atas : pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional. Dengan kemampuan tersebut baik yang didapat dari pendidikan formal maupun dari pengalaman-pengalaman prakteknya maka perkejaan sosial profesional diharapkan dan dituntut untuk mampu memecahkan masalah-masalah sosial.

Kata kunci : pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pekerjaan sosial

I. Pendahuluan

Profesi pekerjaan sosial di Indonesia masih merupakan bidang keahlian bagi masyarakat Indonesia. Kalaupun orang sudah mengenal tentang pekerjaan sosial itu hanya secara sepintas. Sedangkan pemahaman tentang maksud dari pekerjaan sosial itu sendiri belum diketahui secara tepat dan mendetil. Oleh sebab itu ada semacam anggapan bahwa pekerjaan sosial yang profesional bisa dilaksanakan oleh siapa saja tanpa perlu memasuki pendidikan secara khsusus. Padahal seorang pekerja sosial dapat dikatakan profesional apabila telah mengikuti jenjang pendidikan formal tersebut. Maka selanjutnya bantuan yang akan diberikan oleh seorang pekerja sosial adalah pemberian bantuan secara profesional.

Profesi pekerjaan sosial adalah suatu profesi yang diakui secara internasional dan mempunyai jaringan organisasi praktik dan pendidikan

(2)

internasional. Di Indonesia profesi ini sering dibingungkan dengan volunterisme, para-profesional, dan pegawai negeri. Kebingunan ini jjuga ditambahkan dengan seringnya orang disebut sebagai pekerja sosial sekalipun tidak memiliki pendididkan formal di bidang tersebut. Praktik pekerjaan sosial profesional sangat berbeda dari pemberian bantuan amal. Dalam banyak hal, perbedaan pekerjaan sosial profesional dan bentuk-bentuk layanan non-profesional mirip dengan perbedaan antara dokter medis profesional dan praktisi medis non-profesional. Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja sosial profesional tunduk di bawah kode etik profesi dan bertanggung jawab kepada organisasi tempat ia berpraktik, klien/komunitas, dan profesi itu sendiri. Yang paling penting adalah keterampilan profesional pekerja sosial mencakup asesment dan intervensi yang didasarkan kepada prinsip-prinsip yang berasal dari penelitian dan pengetahuan pekerjaan sosial. Profesi pekerjaan sosial menggunakan pendekatan-pendekatan sistematis berdasarkan sejumlah pengetahuan dan penelitian. Profesi pekerjaan sosial mempunyai komitmen terhadap kebijakan dan praktik yang mempromosikan keadilan sosial, hak asasi manusia, akses kepada sumber-sumber dan layanan bagi semua orang khususnya bagi mereka yang rentan. Dengan demikian klien pekerja sosial profesional sangat jelas tanpa memandang golongan ekonomi dan praktik profesi ini mempuyai standar yang andal dan akuntabel (Enny Supit dalam Albert R. Robert and Gilbert J. Greene: 2008).

Pekerjaan Sosial menurut International Federation of Social Worker (IFSW) adalah : The social work profession promotes problem solving in human relationships, social change, empowerment and liberation of people, and the enhancement of society. Utilizing theorities of human behavior and social system, social work intervenes at the points where poeple interact with their environment. Principles of human right and social justice are fundamnetal to social work. (Tan dan Envall, 2000).

Profesi pekerjaan sosial mendorong pemecahan masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, perubahan sosial, pemeberdayaan, dan pembebasan manusia , serta perbaikan masyarakat. Menggunakan teori-teori perilaku manusia dan sistem-sistem sosial, pekerjaan sosial melakukan intervensi pada titik (atau

(3)

situasi) dimana orang berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-pronsip hak asasi manusia dan keadilan sosial sangat penting bagi pekerjaan sosial (Edi Suharto, 2007).

Untuk menjadi seorang pekerja sosial profesional haruslah memiliki komponen-komponen keahlian dasar yang terdiri atas : pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional. Dengan bekal komponen-komponen dasar tersebut baik yang didapat dari pendidikan formal maupun dari pengalaman-pengalaman prakteknya maka perkejaan sosial profesional diharapkan dan dituntut untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang timbul sebagai akibat dari adanya pembangunan.

Pekerjaan sosial merupakan suatu profesi yang sedang tumbuh dan berkembang di Indonesia dalam upaya mewujudkan suatu taraf kesejahteraan sosial. Secara umum gambaran tentang kesejahteraan sosial adalah kompleks, karena menggambarkan dinamika kehidupan manusia didalam menghadapi berbagai masalah sosial, yang pada dasarnya memfokuskan pada keberadaan manusia, nasibnya, hak-haknya, tanggung jawab dan kewajiban-kewajibannya terhadap sesama serta dipengaruhi oleh nilai-nilai dan sistem-sistem yang berlaku di Indonesia.

Praktek pekerjaan sosial dapat membantu terwujudnya suatu usaha kesejahteraan sosial. Praktek pekerjaan sosial tersebut dilandasi oleh tiga komponen penting yang menjadi bagian dari landasan praktek pekerjaan sosial. Ketiga komponen itu adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Komponen pengetahuan dan keterampilan adalah bagaimanan penerapan Ilmu-ilmu Sosial dalam praktek pekerjaan sosial sedangkan komponen sikap merupakan landasan sikap profesional dalam pekerjaan sosial.

II. Penerapan Ilmu-ilmu Sosial dalam Praktek Pekerjaan Sosial.

Dalam pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur, disadari bahwa unsur-unsur sosial dalam pembangunan perlu mendapat perhatian khusus. Jika dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan ada perhatian yang memadai terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial masyarakat serta pengaruh

(4)

perubahan pada kesejahteraan masyarakat maka dapat diharapkan bahwa hasil pembangunan akan dinikmati oleh masyarakat yang jauh lebih luas.

Pembangunan kesejahteraan sosial yang dilakukan bangsa Indonesia selama ini telah banyak menghasilkan manfaat dan kemajuan. Namun harus diakui hal itu belum sepenuhnya mampu menyelesaikan permasalahan sosial. Berbagai keterbatasan masih dijumpai dalam rangka melakukan usaha kesejahteraan sosial dan memberikan pelayanan sosial bagi mereka yang membutuhkan untuk mencapai taraf kesejahteraan sosial. Segala keterbatasan itu perlu disikapi secara cerdas dan arif. Salah satunya adalah melakukan peningkatan kualitas pelayanan sosial yang terus menerus, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat.

Peningkatan kualitas tidak mungkin terlepas dari upaya pembenahan sumber daya manusia serta metode dan teknik yang terkait dengan penanganan masalah sosial. Perlu pendekatan ilmu pengetahuan (melalui pendidikan dan pelatihan), khususnya ilmu dan profesi pekerjaan sosial yang mendasari intervensi sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Hal ini selaras dengan asumsi dasar bahwa pembangunan kesejahteraan sosial hakikatnya adalah suatu sistem yang terorganisir secara profesional guna pemenuhan kebutuhan dasar dan perlindungan hak asasi manusia. (Bachtiar Chamsah, Albert R. Robert and Gilbert J. Greene: 2008).

Disadari pula bahwa meskipun perencanaan dan pelaksanaan pembangunan diusahakan dengan sebaik-baiknya selalu akan timbul masalah-masalah sosial yang dialami oleh individu, kelompok, dan masyarakat tertentu yang tidak dapat diatasi sendiri oleh orang-orang yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan usaha rehabilitasi agar masalah-masalah sosial dapat dicegah sedini mungkin. Ketiga segi tersebut yaitu pembangunan sosial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai keseluruhan, pemecahan masalah sosial yang telah ada, dan pencegahan terhadap masalah-masalah sosial sebelum timbul, merupakan tugas-tugas pokok para pekerja sosial.

(5)

Sasaran pokok praktek pekerjaan sosial adalah interaksi antara manuisa dan sistem-sistem sosial dalam lingkungan hidupnya. Sistem-sistem tersebut dapat berupa individu, keluarga, kelompok organisasi, lembaga atau masyarakat.

Kenyataannya manusia dan masyarakat hidup dalam relasi yang fungsional. Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan mencapai kesejahteraan kecuali dia berada dalam satu kesatuan yang lebih besar. Dengan demikian mau tidak mau individu harus berperan serta dalam kelompok masyarakat ditempat dia berada. Sebaliknya masyarakat berkewajiban mengatur sistem-sistem sosialnya agar memungkinkan anggota-anggotanya mencapai kesejahteraan umum. Ada kalanya proses hubungan timbal balik tersebut mengalami hambatan. Hambatan-hambatan tersebut dapat berupa ketidakmampuan manusia menjalankan fungsi dalam masyarakat dan atau pengaturan sumber-sumber daya dalam masyarakat yang kurang sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Masalah-masalah yang timbul sebagai akibat hambatan-hamabatan tersebut antara lain keterlantaran, kemiskinan, kenakalan anak, perpecahan keluarga dan penyakit.

Ada kalanya sistem-sistem sosial tempat masalah-masalah ini timbul memiliki kemampuan dan sumber daya yang cukup untuk mengatasi sendiri. Namun jika kemampuan dan sumber daya tersebut tidak memadai maka diperlukan intervensi dari luar sistem misalnya oleh seorang pekerja sosial.

Para pekerja sosial berpendirian bahwa tugas yang dihadapi harus dilaksanakan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan khusus. Dengan demikian baik dalam usaha meningkatkan kesejahteraan sosial secara luas melalui perencanaan dan pelaksanaan pembangunan maupun dalam usaha mengatasi hambatan-hambatan yang mengganggu hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya tidaklah cukup jika orang bersdikap bijaksana dan bertindak atas dasar pengalaman saja. Diperlukan pula pemahaman yang mendalam tentang manusia dan masyarakat serta penerapan metode-metode ilmiah dalam merencakanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perubahan sosial.

(6)

Profesi pekerjaan sosial adalah yang pertama dalam pelayanan manusia yang memberikan fokus kepada manusia dalam lingkungan sebagai suatu paradigma dalam melakukan asesmen dan perubahan. Kerangka biopsikososial spiritual pekerjaan sosial menawarkan suatu perspektif yang luas dalam perilaku manusia. Kerangka ini digunakan untuk mengakses berbagai situasi dalam konteks komunitas, keluarga, dan lingkungan sosial yang lebih luas. Situasi dipahami sebagai gabungan anatar faktor-faktor fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Dengan kata lain, kebutuhan manusia dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut dipandang sebagai kesatuan yang saling terkait. Mengingat akses terhadap sumber-sumber-sumber untuk kelangsungan hidup dan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan adalah faktor yang sangat penting dalam asesmen, maka intervensi pekerjaan sosial untuk perubahan biasanya difokuskan pada individu, keluarga, komunitas dan lingkungan agar terjadi perubahan dalam alokasi dan ketersediaan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Keterampilan intervensi pekerjaan sosial adalah melakukan perubahan pada tingkat mikro dan makro (individu dan kmunitas). Pekerja sosial mempelajari keterampilan untuk bekerja dengan individu, keluarga, kelompok kecil, dan komunitas. Pada tingkat individu dan keluarga, pekerja sosial membantu menangani situasinya dengan mengaitkan mereka pada berbagai sumber dan mendukung kekuatan individu dan keluarga sebagai sumber untuk perubahan. Pada tingkatan komunitas pekerja sosial, hal ini juga membantu mengembangkan sumber dan merencanakan layanan untuk pemenuhan keutuhan masyarakat. Keterampilan ini didasarkan pada konsep-konsep teoritis, bukti yang diperoleh dari praktik dan kebiakan praktik ( Enny Supit, Albert R. Robert and Gilbert J. Greene: 2008 ).

III. Keterampilan-keterampilan Dasar Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial adalah suatu bidang yang melibatkan interaksi diantara orang dengan lingkungan sosialnya, yang menggunakan kemampuan orang untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupan mereka, mengatasi penderitaan, dan mewujudkan aspirasi-aspirasi serta nilai-nilai mereka.

(7)

Pekerjaan sosial yang telah didefinisikan di atas mempunyai tujuan-tujuan seperti yang dikemukakan oleh Soetarso (1993

) sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan orang untuk menghadapi tugas-tugas kehidupannya dan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

2. Mengkaitkan orang dengan sistem-sistem yang dapat menyediakan smber-sumber pelayanan-pelayanan dan kesempatan-kesempatan yang dibutuhkan.

3. Meningkatkan kemampuan pelaksanaan sistem-sistem tersebut secara efektif dan berperikemanusiaan

4. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, dan perkembangan kebijakan serta perundang-undangan.

Didalam prakteknya pekerjaan sosial didasarkan atas pengetahuan dan keterampilan yang diorientasikan melalui tindakan. Pengetahuan ini meliputi Human Behavior and social environment, social welfare system, methods of social work, and research. Dengan demikian maka tanggung jawab utama seorang pekerja sosial adalah menerapkan pengatahuan dalam pemecahan masalah.

Oleh sebab itu praktek pekerjaan sosial sebagai pelayanan profesional dapat dipertanggungjawabkan, karena pada dasarnya praktek ini menerapkan/mewujudkan pengatahuan (knowledge) dan nilai (value). Untuk dapat mempraktekkan secara bertanggungjawab maka diperlukan keterampilan-keterampilan (skills).

Naomi I. Brill dan Leonora Serafica de Guzman menyatakan bahwa keterampilan-keterampilan pekerjaan sosial adalah terdiri dari :

1. Diferential Diagnosis, keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan pekerja sosial untuk memahami keunikan klien serta situasinya serta menyesuaikan tekniknya terhadap klien. Disini pekerja sosial diharapkan mampu mendiagnosa perbedaan-perbedaan tersebut, berarti tidak dibenarkan untuk menangani masalah dengan cara yang sama.

(8)

2. Timing, manusia pada dasarnya mempunyai masalah terus menerus. Namun di dalam menangani atau memecahkan suatu masalah, seorang pekerja sosial dibatasi oleh waktu, disini berarti pekerja sosial harus mempunyai keterampilan untuk merencanakan dan menggunakan waktu secara tepat.

3. Partialization, masalah pada dasarnya kompleks, yaitu luas dan komprehensif. Untuk dapat memahaminya para pekerja sosial harus mempunyai keterampilan untuk memisah-misahkan serta membantu klien memikirkan masalah itu dan memutuskan dimana titik mulai penanganan masalah.

4. Focus, masalah sosial mempunyai banyak dimensi dan masing-masing dimensi saling berinteraksi. Untuk itu pekerja sosial harus mampu memfokuskan salah satu dimensi sebagai point of entry.

5. Establishing Partnership, Keterampilan ini berhubungan dengan kerja bersama antara pekerja sosial dengan klien dalam mememahami tugas-tugas dan peranan-peranan satu sama lainnya.

6. Structur, Keterampilam penstrukturan berhubungan dengan kemampuan pekerja sosial untuk menentukan setting dan batas-batas yang dapat lebih berguna terhadap pekerjaan yang akan dilakukan. Disini ditentukan dapat tidaknya dilakukan, kapan, dan dimana diadakan konsultasi, hal-hal apa yang diperlukan dan sebagainya. (brill, 1978;128-132 dan Guzman 1983:100-104).

Sedangkan keterampilan-keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh pekerja sosial dikemukakan pula oleh Armando Morales dan Bradford W. Sheafor sebagai berikut :

1. Basic helping skills yaitu keterampilan dasar dari pekerja sosial. Antara lain penerapan skill di dalam berhubungan dengan klien (relationship); cara bertindak yang rasional termasuk kemampuan mengumpulkan data collection, kemampuan mengumpulkan data analisis dan aksi.

(9)

2. Engagement skills, adalah proses melayani orang sebelum menjadi klien, pekerja sosial dapat menjelaskan pelayanan apa yang ada pada lembaga tempat kita bekerja dan calon klien tersebut sebaiknya mengetahui lembaga pelayanan yang ada di luar.

3. Observation skills , yaitu keterampilan untuk melakukan pengamatan. Pekerja sosial bukan hanya mengamati dengan mata dan telinga tetapi juga dengan hati.

4. Comunnication skills, yaitu kemempuan berkomunikasi

5. Emphaty skills, yaitu keterampilan untuk merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain hingga kita dapat menggunakan akal pikiran kita untuk membantu memecahkan masalah.

Selanjutnya pekerja sosial harus memahami berbagai pendekatan lain di luar keterampilan-keterampilan tersebut di atas dan dapat memilih satu diantaranya yang paling tepat untuk suatu tujuan tertentu. Akan tetapi seringkali pekerja sosial dihadapkan pada satu situasi yang mengandung prasangka-prasangka teoritis; terpaku pada teori-teori ilmiah tertentu yang dapat mempengaruhi usahanya untuk menyusun tugas-tugas dalam pekerjaannya dan juga tujuan-tujuannya. Dengan kata lain ada suatu anggapan bahwa terdapat kesenjangan antara teori yang dipelajari dengan praktek yang dilaksanakan dalam proses pemberian bantuan.

Dengan demikian keterampilan pekerjaan sosial perlu diarahkan kepada situasi dan kondisi permasalahan yang sering timbul di masyarakat agar praktek pemberian bantuan dari pekerjaan sosial dapat berfungsi secara taat waktu dan taat asas.

IV. Landasan Sikap Profesional Pekerjaan Sosial

Dalam praktek pekerjaan sosial sikap pekerja sosial akan selalu dipengaruhi oleh berbagai nilai. Pekerjaan sosial menyatakan pentingnya nilai-nilai sebagai suatu dimensi yang besar dalam praktek profesionalnya. Oleh sebab itu pekerja sosial menempatkan posisi yang didasarkan atas suatu nilai-nilai. Nilai-nilai secara umum dapat diartikan sebagai pusat pandangan setiap orang tentang

(10)

bagaimana menjalani hidup ini. Artinya nilai-nilai merupakan suatu pedoman tingkah laku bagi setiap orang dalam melakukan tindakan di suatu lingkungan tertentu guna mencapai tujuan-tujuannya.

Praktik pekerjaan sosial selalu berdasarkan pada nilai masyarakat, karena profesi pekerjaan sosial mendapat misi untuk melaksanakan sebagian dari fungsi masyarakat. Oleh sebab tu praktik pekerjaan sosial akan mengambil dan dipengaruhi oleh nilai masyarakat. Jadi suatu profesi harus selaras dengan nilai-nilai masyarakat. Praktik pekerjaan sosial di Indonesia harus yang sesuai dan mendukung nilai masyarakat Indonesia.

Pengetahuan pekerjaan sosial dapat diambil dari mana saja, tetapi kita perlu menyaringnya untuk disesuaikan dengan nilai masyarakatnya. Nilai belum tetu merupakan hal yang dipraktikan di dalam masyarakat atau dengan kata lain apa yang dipraktikan di dalam masyarakat belum tentu merupakan kegiatan untuk mencapai/melaksanakan nilai. Jadi nilai masyarakat sebagai salah satu sumber nilai profesi, karena profesi sebenarnya lahir sebagai perwujudan dari pelaksanaan nilai masyarakat.

Konsep nilai banyak dibahas didalam literatur pekerjaan sosial, karena nilai mempunyai pengaruh yang sangat besar didalam pelaksanaan praktek pekerjaan sosial. Pekerja sosial dalam melaksnakan tugas-tugasnya selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai, menurut Armando Morales dan Bradford W. Sheafor sebagai berikut : Nilai pekerjaan sosial yang meliputi :

1. nilai-nilai personal (personal value) 2. nilai-nilai profesi (profesional value) 3. nilai-nilai pribadi (values of client’s)

4. Nilai lembaga tempat pekerja sosial bekerja

5. nilai masyarakat dimana praktek pekerjaan sosial dilaksanakan.

Nilai-nilai dasar pekerjaan sosial berasal dari nilai-nilai masyarakat demokratis yang menekankan penghargaan pada martabat dan harga diri manusia, serta antar hubungan yang saling menuntungkan diantara individu dengan masyarakat. Kemudian didalam prakteknya, nilai-nilai tersebut dirunuskan

(11)

menjadi prinsip-prinsip dasar pekerjaan sosial yang akan menjadi landasan bagi praktek pekerjaan sosial profesional.

Prinsip-prinsip dasar pekerjaan sosial tersebut meliputi : keyakinan akan martabat dan harga diri manusia, keyakinan akan adanya hak manusia untuk menentukan nasibnya sendiri, keyakinan akan adanya hak yang sama bagi setiap manusia, serta keyakinan akan adanya tenggung jawab sosial dalam pelaksanaan tugas-tugas kehidupan setiap manusia termasuk tugfas profesionalnya.

Selanjutnya dalam praktek, pekerjaan sosial dituntut untuk mengenali, memahami, serta menginternalisasikan beberapa nilai sebagai berikut :

1. Penerimaan (acceptance) 2. Komunikasi (communication) 3. Partisipasi (participation)

4. Bersikap adil, tidak terlalu memuji ataupun mencela 5. menghargai kerahasiaan dari privacy kliennya 6. mawas diri pada pekerja sosial

7. memakai rasio dalam memberikan tanggapan yang objektif 8. fleksibel

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa sikap pekerja sosial dilandasi oleh prinsip-prinsip dasar profesional, nilai-nilai masyarakat secara umum serta nilai-nilai masyarakat tempat dilaksanakannya praktek pekerjaan sosial., Dan pada dasarnya sikap profesional tersebut terletak pada pengendalian diri pekerja sosial untuk tetap mampu bersikap objektif tanpa pernah kehilangan sikap sebagai manusia biasa. Dapat pula diartikan sikap profesional pekerja sosial terutama berarti kemampuannya untuk mengenali dan menggunakan dirinya sendiri dalam suatu hubungan profesional dengan kliennya. Seperti juga hal pekerja sosial harus memilih kemampuan untuk memahami berbagai aspek pada klien serta lingkungan. Pemilikan sikap profesional tersebut merupakan proses dan merupakan hasil belajar dari para pekerja sosial itu sendiri baik dari penelaahannya maupun pengalamannya secara praktis. Pemilikan sikap tersebut tidak diragukan lagi dalam proses pemberian bantuan, sehingga hubungan pemberian bantuan bukan diciptakan oleh teknik-teknik pemberian bantuan

(12)

melainkan oleh pemberi bantuan itu sendiri dalam hal ini adalah pekerja sosial profesional.

Selanjutnya sebagai petunjuk dan pedoman sikap pekerja sosial dalam praktek profesionalnya, maka harus ada kode etik profesional bagi pekerja sosial yang memberikan tuntutan bagi prakteknya dalam menerapkan pelayanan pekerjaan sosial profesional. Kode etik ini akan mengungkapkan standar-standar tingkah laku tertentu bagi pekerja sosial dalam hubungan profesionalnya dengan mereka yang dilayaninya. Dalam mematuhi kode etik ini pekerja sosial memandang kewajiban-kewajiban yang tercantum didalamnya sesuai dengan situasi yang dihadapinya, memasukan semua prinsip-prinsip ke dalam pertimbangannya, serta memilih suatu rangkaian kegiatan yang selaras dengan jiwa dan hakekat kode etik tersebut.

Kode etik merupakan rumusan atau standar atau tuntunan tentang perilaku yang dianggap baik dan yang perlu ditunjukan oleh anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya.

Tujuan dan fungsi kode etik profesi adalah sebagai berikut :

1. Melindungi reputasi ptofesi dengfan jalan memberikan kriteria-kriteria yang dapat diikuti untuk menghatur tingkah laku anggotanya.

2. Secara terus menerus meningkatkan kompetensi dan kesadaran tanggung jawab bagi para anggota di dalam melaksanakan praktek.

3. Melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang tidak kompeten.

Kode etik pada prinsipnya mengatur hal-hal yang berkaitan dengan proses pertolongan pekerjaan sosial yasng mengatur komponen-komponen proses pertolongan pekerjaan sosial yaitu : pekerja sosial, klien, teman sekerja, badan sosial tempat pekerja sosial bekerja, profesi pekerja sosial dan masyarakat tempat proses pertolongan diberikan.

Namun demikian, kode etik yang saat ini dipakai dan dijadikan pedoman oleh pekerja sosial di Indonesia adalah kode etik yang berasal dari Amerika Serikat (National Association of Social Welfare), walaupun tetap dapat digunakan sebagai pedoman sikap para pekerja sosial dimanapun.

(13)

Dalam hubungannya dengan perumusan dan penetapan kode etik tersebut, pekerjaan sosial di Indonesia sebagai profesi sudah ada, tetapi belum diketahui oleh sebagain besar masyarakat karena belum ada kejelasan praktek profesinya. Dibandingkan dengan profesi lainnya, profesi kita belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Untuk sementara ini profersi pekerjaan sosial di Indonesia sedang dalam taraf untuk mewujudkan eksistensinya. Oleh karena itu pada saat ini para pekerja sosial Indonesia membutuhkan kode etik untuk melandasi praktek pekerjaan sosial profesional. Dan sedikit demi sedikit sejalan dengan tujuan profesi pekerjaan sosial tersebut. Kemudian dengan telah terbentuknya kode etik tersebut diharapkan dapat merangsang pekerja sosial untuk meningkatkan kualitas praktek pekerjaan sosial profesionalnya. Dan dengan praktek-prakteknya tersebut dapat menyempurnakan kembali kode etik.

V. Penutup

Untuk memberikan dasar pembenaran yang kuat bagi intervensi atau praktek yang dilaksanakannya maka pekerja sosial dalam bersikap akan menempati posisinya yang dilandasai oleh suatu nilai yang telah tercermin di dalam prinsip-prinsip umum pekerjaan sosial. Dimana sikap yang mendasari pekerja sosial dalam memberikan bantuan adalah memiliki rasa cinta sehingga dia memiliki kemampuan dan kepekaan untuk mengenali dan menggunakan dirinya sendiri dalam suatu hubungan profesional dengan kliennya dalam proses pemberian bantuan.

Sebagai petunjuk dan pedoman sikap serta tindakan-tindakan dalam praktek profesionalnya maka terdapat pula kode etik profesional bagi pekerjaan sosial yang memberi tuntunan bagi prakteknya dalam menerapkan pelayanan pekerjaan sosial di masyarakat. Dan untuk mengembangkan praktek pekerjaan sosial profesional di Indonesia harus mempunyai sikap yang mendasar yaitu sikap optimisme juga dalam rangka lebih memperkenalkan profesi pekerjaan sosial tersebut hendaknya para pekerja sosial dapat meningkatkan kualitas prakteknya serta bekerja dalam segala bidang yang mengarah pada usaha kesejahteraan sosial pada umumnya.

(14)

Pekerjaan sosial adalah suatu bidang yang melibatkan interaksi-interaksi antara manusia dengan lingkungan sosialnya, yang menggunakan kemampuan orang untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupan mereka, mengatasi penderitaan, dan mewujudkan aspirasi-aspirasi serta nilai-nilai mereka.

Didalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja sosial tidak terlepas dari beberapa keterampilan khusus yang didasari oleh ilmu pengetahuan ilmiah serta sikap profesional. Keterampilan-keterampilan khusus tersebut tidak menjamin keberhasilan pekerja sosial dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan tujuan-tujuan pekerjaannya. Hal ini disebabkan oleh pandangan-pandangan dan teori-teori ilmiah yang masih berorientasi kepada konsep dari negara barat. Untuk itu dibutuhkan adanya konsep keterampilan pekerjaan sosial tersendiri yang sesuai dengan kondisi negara Indonesia.

Riwayat Penulis

Dudung Abdurroup, S.Sos., M.Si., adalah Dosen Kopertis Wil. IV yang diperbantukan pada FISIP UNLA Bandung.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Albert R. Robert and Gilbert J. Greene, (penyunting), (2008). Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1 (penerjemah Juda Damanik dan Cynthia Pattiasina), PT. BPK Gunung Mulia , Jakarta, 2008.

Tan, Ngoh-Tiong dan Elis Envall (2000).Social Work : Chalenges in The New Millenium dalam Tan Elis (ed.) Social Work Around The World. Switzerland: IFSW Press.

Edi Suharto (2007). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri, memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility), PT Refika Aditama, Bandung.

Soetarso, (1993). Praktek Pekerjaan Sosial, Kopma STKS Bandung.

Brill, Naomi, I., (1978). Working With People : The Helping Prosess, JB. Lippincott Company, New York.

Morales, Armando and Sheafor, Bradford, W. (1983). Social Work a Profession of Many Faces, Allyn and Bacon, Inc. Boston.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) di Pemerintahan Kota Manado yang bertugas memberikan usul dan saran kepada Walikota Manado

Berdasarkan hasil analisis mengenai Implementasi Desa Adat Osing Dalam Mengembangkan Potensi Pariwisata di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi dari

Penentuan dimensi besaran-besaran turunan akan lebih mudah dilakukan jika kita telah mengetahui dan memahami apa saja dimensi dari setiap besaran pokok.. Dimensi

Kesimpulan : Pelaksanaan program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) kemungkinan memiliki kontribusi dalam membantu ibu hamil mempersiapkan

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan angket dengan Skala Likert, dengan interpretasi semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi mutu pelayanan

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah bagaimana pengaruh perbandingan tepung kulit pisang raja dengan tepung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hijabers community berpengaruh signifikan terhadap gaya hidup, gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

Kasir.Showdialog() ‘ menyebabkan hanya form kasir yang tampil.