• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI NUTRISI SAPI PERAH DI PETERNAKAN CISARUA INTEGRATED FARM (CIF) AULIA KIRANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI NUTRISI SAPI PERAH DI PETERNAKAN CISARUA INTEGRATED FARM (CIF) AULIA KIRANA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI NUTRISI SAPI PERAH DI PETERNAKAN

CISARUA INTEGRATED FARM

(CIF)

AULIA KIRANA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul evaluasi nutrisi sapi perah di peternakan Cisarua Integrated Farm (CIF) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015 Aulia Kirana NIM D24080234

(4)

ABSTRAK

AULIA KIRANA. Evaluasi nutrisi sapi perah di peternakan Cisarua Integrated Farm (CIF). Dibimbing oleh DWIERRA EVVYERNIE dan DESPAL.

Kebutuhan susu di Indonesia mencapai 3.12 ton, tetapi produksi susu dalam negeri hanya mampu memenuhi 1.2 ton (30%) selebihnya sebanyak 70% diperoleh dari impor, dengan itu perlu adanya penyelesaian untuk meningkatkan produksi susu melalui perbaikan pakan dan nutrisinya, serta pemilihan bibit unggul. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pakan sapi perah CIF untuk mendapatkan formula pakan terbaik terhadap pola produksi susunya. Penelitian ini menggunakan 66 sapi laktasi yang diantaranya laktasi pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima dimana dari sapi laktasi tersebut diambil data produksi susu dan pemberian pakannya. Parameter yang diuji dari penelitian ini adalah produksi susu dan konsumsi pakan. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian yang diperoleh diantaranya Sapi perah pada CV. Cisarua Integrated Farm Indonesia memiliki pola produksi yang baik tetapi produksi susunya masih relatif rendah dan kecukupan nutriennya telah terpenuhi berdasarkan PK, TDN, Ca dan P, kecuali bahan kering (BK).

Kata kunci: kecukupan nutrien, periode laktasi, produksi susu, sapi perah.

ABSTRACT

AULIA KIRANA. Nutrient evaluation of dairy cattle in Cisarua Integrated Farm (CIF). Supervised by DWIERRA EVVYERNIE and DESPAL.

National mik production supplied only 30% of total milk consumption (3.12 tonnes). Indonesia imported about 70% of its national milk demand. In order to increase milk production performance, improvement of feeding management, production persistency, and breed selection are possible solutions. The study aimed to find one of best feeding practices based on milk production pattern by conducting an evaluation of feeding practice at CV Cisarua Integrated Farm. This study used 66 lactating cattle of first, second, third, fourth and fifth lactation. During this study, milk production and feeding management were recorded. The parameters measured were milk production and feed intake . The analysis used was descriptive analysis. The results showed that dairy cows on the CV. Cisarua Integrated Farm Indonesia has a pattern of good production but milk production is still relatively low and the adequacy of nutrients has been fulfilled by PK, TDN, Ca and P, except for dry matter (DM).

(5)
(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

EVALUASI NUTRISI SAPI PERAH DI PETERNAKAN

CISARUA INTEGRATED FARM

(CIF)

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

(8)
(9)

Judul Skripsi : Evaluasi Nutrisi Sapi Perah di Peternakan Cisarua Integrated Farm (CIF)

Nama : Aulia Kirana NIM : D24080234 Disetujui oleh Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc Pembimbing I Dr Despal, SPt MSc Agr Pembimbing II Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi Manu Hara Karti S, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah evaluasi nutrisi, dengan judul Evaluasi Nutrisi Sapi Perah di Peternakan Cisarua Integrated Farm (CIF). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Tema ini dipilih karena kandungan nutrisi pakan khususnya pada sapi perah sangat penting untuk diperhatikan mengingat pengaruhnya terhadap peningkatan produktifitas ternak. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis pakan yang diberikan oleh peternak di CV Cisarua Integrated farm serta mengevaluasi pemberian nutrien dan manajemen pakan yang diberikan.

Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan diaplikasikan dengan baik.

Bogor, Juni 2015 Aulia Kirana

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 METODE 1

Lokasi dan Waktu Penelitian 1

Alat 2

Materi 2

Prosedur Penelitian 2

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Kondisi Umum Lokasi 3

Sistem Pemeliharaan 4

Pemberian Pakan 5

Kualitas Pakan 6

Kecukupan Nutrien 6

Produksi Susu 8

Pola Produksi Susu 9

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

RIWAYAT HIDUP 12

(14)

DAFTAR TABEL

1 Jadwal pemberian pakan 4

2 Pemberian pakan sapi perah 5

3 Hasil proksimat pakan sapi perah CV. Cisarua Integrated Farm (CIF) 6 4 Pemberian nutrien pakan sapi perah CV. Cisarua Integrated Farm (CIF) 7

5 Produksi susu berdasarkan laktasi ke- 8

DAFTAR GAMBAR

(15)

PENDAHULUAN

Kebutuhan protein hewani nasional dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Ironinya pertumbuhan penduduk tidak diikuti oleh pemenuhan kebutuhan masyarakat akan protein. Hal ini ditunjukkan oleh rataan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia yang masih rendah yaitu 4.19 kg kapita-1 hari-1. Jumlah tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan standar konsumsi protein nasional, karena menurut FAO standar kecukupan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia adalah 6 kg kapita-1 hari-1 (Mustofa 2008). Salah satu sumber protein yang dapat menyumbang kecukupan kebutuhan protein hewani nasional adalah susu.

Konsumsi susu nasional Indonesia hingga saat ini belum dapat dipenuhi melalui produksi dalam negeri, sebagai akibat lambannya perkembangan agribisnis sapi perah. Kebutuhan susu secara nasional mencapai 3120 kg, namun produksi susu saat ini baru memenuhi 30% (1208 kg) dari kebutuhan manusia dan selebihnya 70% diimpor dari luar negeri (livestockreview 2012). Pemenuhan kebutuhan susu nasional dapat dimaksimalkan dengan meningkatkan usaha ternak perah di Indonesia.

Usaha ternak perah merupakan suatu kegiatan agribisnis karena mencakup penyediaan bahan baku susu. Susu hasil dari pemerahan ternak terutama dari sapi perah merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi, karena di dalamnya terkandung zat-zat gizi yang lengkap yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan serta perkembangan tubuh.

Produksi susu dapat ditingkatkan dengan adanya manajemen yang baik dalam usaha peternakan sapi perah, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan pemberian pakan yang sesuai, karena itu perlu dilakukan suatu evaluasi kecukupan nutrien yang terkandung dalam pakan sapi perah yang diberikan dengan mengacu pada standar kebutuhan National Research Council (NRC 1989). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pakan sapi perah di peternakan Cisarua Integrated Farm (CIF). Hasil evaluasi diharapkan dapat memberikan perubahan atau memperbaiki manajemen pemberian pakan dalam pemeliharaan sehingga dapat menentukan kuantitas dan kualitas pakan yang tepat untuk menunjang produktifitas susu sapi perah.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di CV. Cisarua Integrated Farm, Kampung Paragajen, Barusireum Rt 03/06, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dan berlangsung pada bulan Januari 2014.

(16)

2

Alat

Peralatan yang digunakan antara lain alat tulis, data produksi susu, indentitas ternak, kandungan nutrien bahan pakan yang didapatkan dari CV. Cisarua Integrated Farm pada bulan Oktober hingga Desember 2013 dan tabel NRC 1988.

Materi Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 66 ekor sapi laktasi peranakan Fries Holstein (FH). 66 sapi diantaranya 27 ekor sapi laktasi ke-1, 16 ekor sapi laktasi ke-2, 14 ekor sapi laktasi ke-3, empat ekor sapi laktasi ke-4, dan lima ekor sapi laktasi ke-5. Berat badan sapi berkisar diantara 328-577 kg, dan dengan rataan produksi susu 15.37 liter ekor-1 hari-1.

Pakan

Pakan yang diberikan di CV. Cisarua Integrated Farm adalah hijauan dan konsentrat, hijauan yang diberikan antara lain rumput gajah sedangkan konsentrat yang biasa digunakan diantaranya meliputi dedak, bungkil kelapa, bungkil kedelai, kacang koro, onggok, molases, pollard, ampas kecap, mineral mix, probiotik, NaCl dan urea.

Prosedur Penelitian Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi, prediksi melalui studi kasus dengan obyek sapi perah yang dilaksanakan pada awal bulan Januari untuk pengambilan data di CV. Cisarua Integrated Farm, Kampung Paragajen, Barusireum Rt 03/06, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data selama tiga bulan kemudian dibandingkan dengan standar NRC. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengevaluasi kecukupan nutrien sapi perah yang ada di CV. Cisarua Integrated Farm. Pemberian pakan dilakukan lima kali sehari yakni tiga kali pemberian konsentrat dan dua kali pemberian hijauan, dan total yang diberikan dalam sehari rata-rata per ekor sapi mendapatkan hijauan sebanyak 19.71 kg, dan konsentrat sebanyak 9.76 kg ekor-1.

Pengumpulan dan Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini berasal dari laporan bulanan yang dimiliki oleh CV. Cisarua Integrated Farm. Data yang diambil meliputi data produksi susu, jumlah konsumsi, bulan laktasi, tanggal partus dan analisis proksimat dari konsentrat dan hijauan yang digunakan selama bulan Oktober hingga Desember 2013.

Pengumpulan Data dilakukan dengan mengelompokkan data berdasarkan Day In Milk yang dihitung dari tanggal partusnya, konsumsi pakan, bulan laktasi serta komposisi nutrien yang dihitung melalui data proksimat konsentrat serta

(17)

3 hijauan, kemudian data yang dikumpulkan dari bulan Oktober hingga Desember dicari data yang berkesinambungan dari tiga bulan tersebut, selanjutnya data diolah dan disederhanakan dalam bentuk tabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Peubah yang diamati

Peubah yang diamati antara lain produksi susu, konsumsi pakan serta kecukupan nutrien yang diberikan.

Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya ditabulasikan dan diolah menggunakan program Microsoft Excel. Hasil dari pengolahan data berdasarkan hari laktasi (Day In Milk), bulan laktasi, konsumsi bahan kering dan nutrien serta evaluasi kecukupan nutrien dengan membandingkan hasil yang diperoleh berdasarkan Nutrient Requirement Council (NRC) 1998. Setelah hasil didapat maka dianalisis dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan pola produksi susu serta kecukupan nutrien.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi

CV. Cisarua Integrated Farm adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang budidaya sapi perah serta beberapa kegiatan usaha pendukung lainnya, seperti pembuatan kompos, dairy educational tour dan produksi pakan ternak (konsentrat). CV. Cisarua Integrated Farm didirikan oleh Bpk. Drs. H. Djawahir pada tahun 1997 di daerah Puncak tepatnya di Kampung Paragajen, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Populasi sapi perah Cisarua Integrated Farm pada waktu pertama berdiri sejumlah 5 ekor sapi perah. Seiring berjalannya waktu peternakan ini mampu berkembang hingga populasi ternak sapi perah mencapai 120 ekor dengan rata-rata produksi susu 1000 liter per hari.

Secara geografis, Kecamatan Cisarua terletak di selatan wilayah Bogor pada 06°42’LS dan 106°56’BB. Cisarua memiliki ketinggian dari permukaan laut (dpl) antara 650-1400 m dpl, dengan curah hujan rata-rata 3178 mm tahun-1 dan suhu udara antara 17.58 oC-23.91 oC. Bentuk wilayah Kecamatan Cisarua terdiri dari perbukitan sampai bergunung 25%, berombak sampai berbukit 40%, dan datar sampai berombak 35%. Kondisi alam yang berbukit sampai bergunung dengan suhu yang sejuk sangat sesuai untuk usaha peternakan sapi perah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1981) bahwa daerah sejuk dan kering yang sesuai untuk sapi perah adalah pegunungan dengan ketinggian minimal 800 m dpl dan bersuhu 18.3 ºC.

(18)

4

Sistem Pemeliharaan

Setiap peternakan memiliki pola manajemen pemberian pakan yang berbeda-beda begitupun dengan CV. Cisarua Integrated Farm yakni dalam pola manajemen yang diterapkan dengan memberikan pakan sebanyak lima kali sehari dengan kombinasi pakan konsentrat dan rumput dan dua kali dilakukan pemerahan. Jadwal pemberian pakan dan pemerahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jadwal pemberian pakan dan pemerahan di CV. Cisarua Integrated Farm

Waktu Perlakuan 04.30 05.30 Konsentrat Pemerahan 07.00 Rumput 15.00 16.00 Konsentrat Pemerahan 17.00 Rumput 19.00 Konsentrat

Tahap awal pemberian pakan adalah pemberian konsentrat pada dini hari pukul 04.30, dikarenakan untuk merangsang pencernaan terlebih dahulu baru kemudian diberikan serat yang lebih tinggi yakni rumput. Mekanisme pemberian konsentrat terlebih dahulu dikarenakan mikroorganisme dalam rumen mempunyai preferensi untuk mencerna konsentrat lebih dahulu karena konsentrat lebih mudah dicerna dari pada rumput. Pemberian konsentrat yang dilakukan 2 jam sebelum pemberian hijauan akan mengakibatkan peningkatan kecernaan bahan kering dan bahan organik. Hal ini terjadi karena konsentrat yang kaya akan pati sebagian besar sudah dicerna oleh mikroorganisme rumen pada saat hijauan mulai masuk ke dalam rumen (Hutabarat 1970). Rumput yang digunakan pada peternakan CV. Cisarua Integrated Farm antara lain rumput gajah sedangkan konsentrat yang digunakan adalah konsentrat yang diracik sendiri oleh peternakan CV. CIF, diantaranya campuran dari dedak, bungkil kelapa, bungkil kedelai, kacang koro, onggok, molases, pollard, ampas kecap, mineral mix, probiotik, NaCl dan urea.

Pemberian pakan dengan lima kali sehari sudah cukup baik untuk meningkatkan konsumsi pakan dan produksi susu hal ini sesuai dengan penelitian Campbell (1961) bahwa frekuensi pemberian pakan akan dapat meningkatkan konsumsi pakan, sehingga produksi susu akan mengalami peningkatan. Peningkatan susu tersebut terjadi karena energi dan zat-zat makanan lainnya yang diperlukan untuk memproduksi susu tersedia dalam jumlah lebih banyak, serta dengan frekuensi pemberian pakan lebih dari dua kali sehari dapat meningkatkan konsumsi pakan, mengurangi fluktuasi metabolit dan pH rumen, meningkatkan produksi susu 2.5% dan lemak susu 7.3%. Pada sapi laktasi awal, 0-12 minggu periode laktasi dan sapi pada periode transisi, pemberian ransum jadi dengan frekuensi pemberian pakan yang lebih sering, meningkatkan respon produksi jika fermentabilitas pakan sedang hingga tinggi.

(19)

5 Pemberian Pakan

Setiap peternakan memiliki pola pemberian pakan yang berbeda-beda terutama pada jumlah pemberian pakan dan imbangan antara hijauan dan konsentrat yang diberikan. Dalam penelitian ini pemberian pakan sapi perah tercantum pada tabel 2, dari pemberian tersebut didapatkan perbandingan pemberian antara hijauan dan konsentratnya 67:33. Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan Siregar (1992) yakni imbangan hijauan dan konsentrat yang baik agar dapat mencapai produksi susu tinggi yaitu 60:40, dan untuk pakan yang mutunya kurang baik imbangannya menjadi 55:45 dan bila mutu pakan sangat baik imbangannya menjadi 64:36 guna memberikan energi sebanyak mungkin (Blackely dan Bade, 1994). Pemberian pakan antara hijauan dan konsentrat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pemberian pakan sapi perah

Jenis Pakan Hijauan Konsentrat

BS kg e-1 hari-1 19.71 ± 0.87 9.76 ± 2.33

BK kg e-1 hari-1 3.52 ± 0.08 8.20 ± 1.95

% BB dari BS 4.38 2.17

% BB dari BK 0.78 1.82

Keterangan: BK: bahan kering; BS: bahan segar; BB: bobot badan dengan asumsi 450 kg.

Jumlah konsumsi pakan adalah faktor paling mempengaruhi produksi susu (Wodzicka-Tomaszewska et al. 1993). Rata-rata pemberian hijauan segar kg ekor

-1

hari-1 adalah 19.71 kg dan pemberian konsentrat segar ekor-1 hari-1 sebanyak 9.76 kg. Berdasarkan NRC (2001) rata-rata kebutuhan hijauan segar untuk seekor sapi dengan bobot badan rata-rata 450 kg adalah 15-27 kg ekor-1 hari-1, hal ini menunjukkan bahwa pemberian hijauan pada CV. CIF telah memenuhi standar NRC, sedangkan berdasarkan bahan kering yang diberikan jumlah dari hijauan dan konsentratnya sebanyak 11.72 kg ekor-1 hari-1. Konsumsi bahan kering akan berpengaruh pada tercukupinya kebutuhan nutrien dan jumlah zat pakan yang dikonsumsi serta digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan. Menurut NRC (1989) konsumsi bahan kering seekor sapi perah laktasi dengan rataan bobot badan 450 kg yaitu 8.29 kg ekor-1 hari-1. Jika di bandingkan menurut NRC 1989 maka kebutuhan bahan kering telah terpenuhi dikarenakan jumlah bahan kering yang diberikan oleh CV. CIF ini melebihi dari standar NRC yang telah ditetapkan yaitu berkisar 8.72 kg ekor-1 hari-1.

Pemberian pakan bila berdasarkan bobot badan menurut Tabel 2 hanya memenuhi 6.55% bobot badan dari pemberian bahan segar yang diberikan, sedangkan dalam pemberian bahan kering berdasarkan bobot badan hanya 2.6%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan yang dilakukan di CV. CIF jika pemberiannya dalam bentuk bahan segar maupun bahan kering telah memenuhi standar NRC, tetapi jika dikonversi kebutuhan bahan segar dan bahan kering berdasarkan bobot badan maka CV. CIF belum memenuhi kebutuhan konsumsinya berdasarkan bahan segar maupun bahan kering ransum. Menurut sutardi (1981) kebutuhan konsumsi bahan kering ransum yakni 3% dari bobot badan atau 10% bahan segar berdasarkan bahan segar.

(20)

6

Kualitas Pakan

Tingkat produksi seekor ternak dipengaruhi oleh kualitas pakan yang dikonsumsi. Pakan sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat dimana hijauan merupakan sumber serat yang berperan terhadap produksi asam asetat yang berpengaruh pada kadar lemak susu, serta konsentrat berperan terhadap produksi asam propionat karena mengandung sumber energi tinggi dan asam propionat sendiri berpengaruh terhadap produksi susu (Bath et al. 1985). Pada CV. Cisarua Integrated Farm pakan yang diberikan memiliki kandungan nutrien yang disajikan pada Tabel 3. Kandungan nutrien pakan yang diberikan baik hijauan maupun konsentrat masih berada dibawah kandungan nutrien berdasarkan NRC 1988 maupun SNI 2009. Kualitas pakan berpengaruh paling besar pada produksi susu, jumlah pemberian pakan hijauan dan konsentrat dapat mempengaruhi jumlah pemberian susu dan kadar lemak. Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan atau memenuhi hidup pokok, produksi susu, pertumbuhan dan kebuntingan sehingga akan dicapai produksi susu yang optimal.

Tabel 3 Hasil proksimat pakan sapi perah CV. Cisarua Integrated Farm

Nutrien (%) Hijauan Literatura Konsentrat literaturb

BK 17.88 20 84 86 TDN 55 55 65.79 70 PK 12.07 8.7 17.56 16 Ca 0.38 0.6 0.55 0.8-1.0 P 0.30 0.26 0.38 0.6-0.8 Keterangan : a. NRC 1988. b. SNI 2009

Pada tabel di atas adalah hasil evaluasi terhadap komposisi proksimat bahan pakan di CV. CIF dimana pada hasil tersebut yang perlu digaris bawahi adalah bahan kering dan proteinnya yang tinggi, bahan kering hijauan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan literatur yakni dikarenakan usia pemotongan ketika dianalisis yang terlalu dini yakni usia 30-40 hari dan kadar air tinggi karena pada saat sampel diambil adalah pada musim hujan dengan intensitas sering, sedangkan pada kandungan mineralnya masih rendah dibandingkan dengan literatur dikarenakan tidak ditambahkannya mineral mix dari komposisi ransumnya.

Kecukupan Nutrien

Dalam penyusunan ransum sapi perah khususnya sapi perah periode laktasi dibutuhkan informasi dari bobot badan, kadar lemak dan produksi susu (NRC 1989). Semakin tinggi bobot badan, kadar lemak dan produksi susu maka kebutuhan zat nutrien semakin tinggi juga. Berdasarkan hasil analisis pakan (rumput gajah dan konsentrat) jumlah nutrien yang diberikan di peternakan CV. CIF berdasarkan NRC (1989) dapat dilihat pada Tabel 4.

(21)

7 Tabel 4 Pemberian nutrien pakan sapi perah CV. Cisarua Integrated Farm

Nutrien Pemberian (kg) Kebutuhan (kg)* Evaluasi balance (kg)

BK 11.75 13.94 -2.19

TDN 8.79 7.83 0.96

PK 2.14 1.54 0.6

Ca 0.06 0.06 -

P 0.06 0.04 0.02

Keterangan :* Kebutuhan NRC 1989 dengan asumsi bobot 450 kg dan rataan produksi 15.37 liter.

Berdasarkan Tabel 4 jumlah pemberian berdasarkan nutrien yang dibutuhkan seperti bahan kering (BK), total digestible nutrient (TDN), protein kasar (PK), kalsium (Ca), Posfor (P) jika dibandingkan dengan standar NRC yang telah dihitung berdasarkan asumsi bobot badan sapi 450 kg dan produksi susunya 15.37 liter hari-1 maka kebutuhannya relatif terpenuhi kecuali untuk bahan kering yang diberikan masih kurang yaitu -2.19 kg. Kekurangan bahan kering ini bisa disebabkan kurangnya pemberian hijauan atau konsentrat yang diberikan sehingga ketika dihitung berdasarkan bahan kering yang dicerna belum memenuhi standar. Konsumsi bahan kering akan berpengaruh terhadap terpenuhinya kebutuhan nutrien dan jumlah zat pakan yang dikonsumsi serta digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan.

Energi dibutuhkan sapi perah periode laktasi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi susu, pertumbuhan dan reproduksi. Sedangkan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian energi pada CV tersebut telah memenuhi kebutuhan sehingga nilai nutrient balance positif yaitu 0.96. Kelebihan nutrien yang ditunjukkan oleh keseimbangan energi tidak terlalu besar, jika kelebihan energi terlalu berlebih maka dikhawatirkan akan mengakibatkan penimbunan lemak pada jaringan adipose tubuh, sedangkan jika defisiensi energi dalam pakan akan mengakibatkan menurunnya produksi susu, laju pertumbuhan, kondisi tubuh dan kandungan protein dalam susu (Reaves et al. 1973).

Protein sangat diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi dan produksi susu (Sudono 1999). Namun pada tabel diatas menunjukkan bahwa nutrien yang dihasilkan telah mencukupi sebesar 0.6 dari kebutuhannya. Kelebihan berdasarkan tabel di atas tidak terlalu berlebih masih bisa dikataan dalam batas normal tetapi jika pemberian protein terlalu tinggi dalam ransum sapi perah yang masih dalam periode laktasi yang kurang kandungan energinya akan menurunkan koefisien penggunaan protein karena protein akan dirombak menjadi energi (NRC 2001). Jika defisiensi protein dalam ransum akan memperlambat pengosongan perut sehingga menurunkan konsumsi. Defisiensi protein yang berlangsung terus-menerus mengakibatkan penurunan konsumsi bahan kering ransum, produksi susu, bahan kering tanpa lemak dan kadar protein susu, anak yang dilahirkan kecil, pertumbuhan terhambat dan daya tahan terhadap penyakit menurun (Ensminger et al. 1990).

Sapi perah membutuhkan mineral yang jumlahnya relative tinggi guna pemenuhan kalsium baik pada pertumbuhan sapi maupun produksi air susu yang dihasilkan (Prakassi 1999), berdasarkan hasil evaluasi kecukupan nutrien pada Tabel 4, mineral Ca dan P sudah memenuhi standar kebutuhan berdasarkan NRC 1989, tetapi pada mineral P terdapat kelebihan dibandingankan dengan yang diberikan yaksni sebesar 0.02 kg.

(22)

8

Produksi Susu

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu yaitu bangsa, lama bunting, masa laktasi, bobot badan, estrus (birahi), umur, selang beranak (calving interval), masa kering, frekuensi pemerahan serta makanan dan tata laksana. Umur juga berpengaruh terhadap produksi susu. Laktasi pertama dicapai pada 24 bulan dengan produksi susu rata-rata 75% dari produksi susu sapi dewasa, umur tiga tahun (laktasi kedua) produksi rata-rata 85% dari produksi sapi dewasa, dan pada umur empat dan lima tahun (laktasi ketiga dan empat) produksi susu mencapai 92% dan 98%, ketika sapi berumur delapan sampai sembilan tahun, terjadi penurunan produksi secara perlahan sampai sapi mati (Schmidt et al. 1989). Begitupun dengan hasil penelitian Nugroho (2015) yang melaporkan bahwa produksi susu sapi perah FH akan mengalami peningkatan dari laktasi pertama ke laktasi berikutnya hingga umur enam atau delapan tahun dan setelah itu mengalami penurunan secara bertahap.

Pada Tabel 5 diketahui puncak laktasi terjadi pada laktasi kedua dan ketiga dan tercapai lebih dini dibandingkan dengan pernyataan di atas. Cepatnya produksi maksimal dicapai oleh ternak yaitu pada laktasi kedua dan ketiga maka akan mempengaruhi peforma ternak yaitu bobot badan ataupun body condition score serta produksi susunya menjadi lebih rendah pada laktasi berikutnya sehingga persistensi produksi sangat rendah.

Tabel 5 Produksi susu berdasarkan laktasi ke-

Laktasi Jumlah sapi Rataan produksi susu (kg e-1 hari-1) Produksi minimum (kg e-1 hari-1) Produksi maksimum (kg e-1 hari-1) 1 28 13.95 7 24.68 2 17 17.95 8.18 30.09 3 15 18.17 9.09 29.79 4 5 12.96 9.40 19.33 5 4 13.82 12.32 15.37

Pada Tabel 5 adalah produksi susu yang dihasilkan pada CV.CIF dalam setiap periode laktasi, dimana setiap periode laktasi menghasilkan produksi susu yang berbeda-beda. Pada tabel diatas terlihat bahwa sapi laktasi ke-1 masih tergolong rendah dikarenakan pada masa laktasi pertama energi yang dihasilkan masih digunakan untuk pertumbuhan dan pada laktasi ke-3 menghasilkan rataan produksi tertinggi, sedangkan produksi susu mulai menurun pada laktasi berikutnya, hal ini disebabkan pada laktasi pertama, sapi masih dalam masa pertumbuhan sehingga nutrien yang dikonsumsi sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan performa tubuh dan belum memaksimalkan produksi susu, hal ini sesuai dengan Sutardi dan Djohari (1979).

Sedangkan pada laktasi ke-4 dan seterusnya sapi perah mengalami penurunan produksi susu, hal ini diduga akibat adanya pengaruh peningkatan produksi susu yang maksimal pada laktasi sebelumnya dimana sapi dengan produksi susu tinggi cenderung mengalamipenurunan bobot badan, hal ini didukung oleh pernyataan (Roche et al 2007) melaporkan bahwa bahwa sapi perah akan mengalami kehilangan bobot tubuh selama peningkatan produksi susu. Sehingga pada laktasi ke-4 nutrien yang dikonsumsi digunakan untuk

(23)

9 memperbaiki peforma tubuh yaitu untuk pertumbuhan jaringan, peningkatan bobot badan dan produksi susu menurun.

Pencapaian puncak produksi yang lebih dini ini diduga dapat mempengaruhi jumlah produksi susu selama periode laktasi berikutnya. Namun kondisi ini dapat diperbaiki dengan adanya perbaikan pakan yang menyebabkan rendahnya produksi susu. Ransum yang memiliki kandungan nutrien yang baik akan menghasilkan produksi susu yang tinggi

Pola Produksi Susu

Gambar 1 menunjukkan variasi pola produksi susu pada 305 hari pertama periode laktasi. Lama hari laktasi idealnya adalah 305 hari, namun kenyataannya sering kali ditemukan lama laktasi sapi perah FH yang kurang dari 305 hari ataupun lebih dari 305 hari seperti yang dilaporkan oleh Nugroho (2015). Laktasi diikuti oleh dua bulan periode kering sebelum beranak berikutnya. Produksi susu mencapai puncak satu sampai dua bulan setelah beranak. Puncak laktasi terjadi pada hari ke 34–43 (bulan kedua) kemudian diikuti penurunan produksi susu secara perlahan hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1981) puncak produksi susu selama sapi laktasi yaitu sekitar bulan kedua dan akan menurun pada bulan kedelapan sampai kesepuluh. Puncak produksi susu akan cenderung dicapai dalam waktu yang lebih lama pada sapi-sapi yang produksi susunya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sapi yang produksi susunya lebih rendah. Pada Gambar 1 puncak produksi hanya terjadi beberapa hari sehingga menggambarkan bahwa produksi susu pada CV. CIF belum berproduksi tinggi secara keseluruhan.

Gambar 1 Pola produksi susu berdasarkan hari laktasi

Pada gambar diatas terdapat grafik rata-rata, maksimum dan minimum pada pola produksi susu, makna maksimum pada diagram tersebut adalah beberapa sapi yang produksinya masih dapat ditingkatkan kembali produksinya diantaranya melalui perbaikan manajemen pakan pada periode transisi dan perbaikan kualitas ransum pakan yang sesuai dengan masa laktasi dan periode tertentu, sedangkan makna minimum adalah dimana beberapa sapi perlu manajemen khusus sehingga dapat meningkatkan kembali produksi susunya.

0 5 10 15 20 25 30 35 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 P ro du k si Su su (K g )

Hari Laktasi (Ke-)

max rata2 min

(24)

10

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sapi perah pada CV. Cisarua Integrated Farm Indonesia memiliki pola produksi yang baik serta kecukupan nutriennya telah terpenuhi yakni berdasarkan BK, PK, TDN, Ca dan P kecuali bahan kering berdasarkan standar NRC 1989, tetapi produksi susunya masih relatif rendah.

Saran

Perlu adanya perbaikan kualitas pakan pada peternakan sapi perah CV. Cisarua Integrated Farm terutama pada bahan kering sehingga dapat memaksimalkan kembali kecernaan nutrien pada sapi perah serta produksi susunya.

DAFTAR PUSTAKA

Bath DL, Dickinson FN, Tucker HA, Applemen RD. 1985. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. 3rd Edition. Philadelphia: Lea and Febiger.

Blakely J, Bade DH. 1994. Ilmu Peternakan. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr.

Campbell JR, Meriland CP. 1961. Effects of frequency of feeding on production characteristics and feed utilization in lactating dairy cows. J. Dairy Science. 44 : 664.

Ensminger ME, Oldfield JE, Heinemann WW. 1990. Feeds and Nutrition 2nd Edition. Clovis: The Ensminger Publishing Co.

Hutabarat L. 1970. Pengaruh jangka waktu antara pemberian makanan penguat dan rumput terhadap pencernaan makanan dan produksi susu sapi perah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor .

Lestari A. 2014. Evaluasi kecukupan nutrien sapi perah pada musim yang berbeda di koperasi peternak sapi Bandung Utara (KSBU) Lembang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Livestockreview. 2012. Kebutuhan susu nasional baru terpenuhi 30 sisanya impor [internet]. [diunduh 2014 Jan 30]; Jakarta (ID): Tersedia pada: http://www.livestockreview.com/2012/06/kebutuhan-susu-nasional-baru-terpenuhi-30-sisanya-impor/.

Mustofa I. 2008. Ilmu kebidanan veteriner menunjang kesejahteraan masyarakat [internet]. [diunduh 2014 Jan 29]; Surabaya (ID): Universitas Airlangga. Tersedia pada: http://unair.ac.id/unair_v1/gurubesar.unair.php?id=47.

[NRC] National Research Council. 1989. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 6thRevised Edition. Washington DC (US): National Academy Press.

(25)

11 [NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirements of Dairy Cattle.

7th Revised Edition. Washington DC (US): National Academy Press.

Nugroho HD, Permana IG, Despal. 2015. Utilization of bioslurry on maize hydrophonic fodder as a corn silage supplement on nutrient digestibility and milk production of dairy cows. Media Peternakan. 38(1):70-76.

Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.

Reaves PM, Robert EJ, William ME. 1973. Dairy Cattle: Feeding and Management. Canada: John Wiley and Sons Inc.

Roche JR, Macdonald KM, Burke CR, Berry DP. 2007b. Associations between body condition score, body weight and reproductive performance in seasonal-calving pasture-based dairy cattle. J. Dairy Science. 90:376-391. Schmidt GH, Van Vleck LD. 1974. Principles of Dairy Science. San Francisco:

W.H. Freeman.

Schmidt GH, Van Vleck LD, Hutgens MF. 1989. Principles of Dairy Science. 2th Edition. Englewood Diffs. New Jersey: Prenttice Hall Inc.

Siregar SB. 1992. Sistem pemberian pakan dalam upaya meningkatkan produksi susu sapi perah. Wartazoa. 2(3):23-27.

Siregar SB. 2001. Peningkatan kemampuan berproduksi susu sapi perah laktasi. JITV. 6:2.

Smith VR. 1969. Physiology of Lactation. 5th Edition. Ames (US): Iowa State University Pr.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2009, Pakan Konsentrat Sapi Perah. Jakarta (ID): BSN Pr.

Sudjatmogo. 1998. Pengaruh superovulasi dan kualitas pakan terhadap pertumbuhan dalam upaya meningkatkan produksi susu dan daya tahan hidup anak domba sampai umur sapih [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sudono A. 1999. Ilmu Produksi ternak perah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Sutardi T, Djohari M. 1979. Hubungan kondisi faali sapi laktasi dengan kebutuhan makanannya. Buletin Makanan Ternak. (4):189-207.

Sutardi T. 1981. Sapi perah dan pemberian makanannya. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wodzicka T, Mashka IM, Djajanegara A, Gardiner S, Wiradaya TP. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surakarta (ID). Sebelas Maret University Pr.

(26)

12

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 5 Februari 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Subakir dan Ibu Nina Zulfikar. Tahun 1996 penulis mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar Negri Wage II Sidoarjo dan diselesaikan tahun 2002. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai tahun 2002 dan diselesaikan tahun 2005 di SMPN 1 Taman, Sidoarjo. Penulis melanjutkan pendidikan lanjutan menengah keatas di SMA Darul Ulum 1, Jombang pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008. Penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2009. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di beberapa organisasi kampus, beberapa yang pernah diikuti antara lain staf Informasi dan Komunikasi di Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) periode 2009-2010, staf Sosialisasi dan Kemasyarakatan di Korps Sukarela (KSR) periode (2010-2012).

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala berkat dan perlindungan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar kesarjanaan dari program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Subakir dan Ibu Nina Zulfikar yang telah banyak membantu dalam berbagai hal, baik berupa finansial, nasehat dan doa yang tiada henti, serta kasih sayang yang tulus, Ely Astuti, Citra, Wawan dan Asbi yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan semangat bagi penulis.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat M.Sc, Agr selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih kepada Dr. Ir Dwierra Evvyernie A, MS, M.Sc dan Dr. Despal, S.Pt, M.Sc, Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada bapak Dr. Ir Suryahadi, DEA dan Dr. Edit Lesa A, S. Pt, M.Sc sebagai dosen penguji sidang yang telah memberikan banyak kritik serta saran yang membangun terhadap penulisan skripsi dan penulis.

Terimakasih atas bantuan yang diberikan oleh teman penelitian yaitu Nurul, kepada seluruh staf CIF, mahasiswa INTP 45, khususnya Dewi, Iko, Feri, Ide, Nila, Syafa, Mia, Ira, serta keluarga besar KSR PMI Unit 1 IPB dan keluarga besar Ikatan Alumni Darul Ulum sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Gambar

Tabel 1 Jadwal pemberian pakan dan pemerahan di CV. Cisarua Integrated Farm
Tabel 3 Hasil proksimat pakan sapi perah CV. Cisarua Integrated Farm  Nutrien (%)  Hijauan  Literatur a Konsentrat  literatur b
Tabel 5  Produksi susu berdasarkan laktasi ke-  Laktasi  Jumlah  sapi  Rataan produksi susu (kg e-1 hari-1 )  Produksi  minimum  (kg e -1  hari -1 )  Produksi  maksimum (kg e-1 hari-1 )  1  28  13.95  7  24.68  2  17  17.95  8.18  30.09  3  15  18.17  9.09
Gambar 1 menunjukkan variasi pola produksi susu pada 305 hari pertama  periode laktasi

Referensi

Dokumen terkait

Sir John Hershel, salah satu dari astronomer besar di Inggris, dan orang yang dianggap oleh banyak orang sebagai bapak astronomi modern, melaporkan bahwa ia telah

Hasil kalibrasi model antara indeks dari citra spasial dengan data nilai lengas tanah pada 40 titik pengamatan BRG selama periode 2018-2019 menunjukkan performa

Dihimbau kepada para Koordinator Sektor Pelayanan “NAZARETH”, “FILADELFIA” dan “MAKEDONIA”/Pengurus PelKat/Komisi, serta Warga Jemaat GPIB “CINERE” Depok

Pada delay 30 detik dan juga 60 detik, rata-rata selisih waktu tamu terdeteksi yang didapatkan dengan delay 30 detik yaitu 6.05 detik dan delay 60 detik didapatkan

Sedangkan pada tanaman dengan dosis mikoriza dosis 6 gr, 8 gr, dan 10 gr jumlah daun tidak mengalami penurunan yang disebabkan adanya simbiosis dengan mikoriza sehingga

Semuanya sudah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam operasionalnya, jauh dekatnya tujuan pengiriman.Bahkan terkadang

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa uji t menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap arus kas masa depan, disebabkan karena arus kas