• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MIN KOTA BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MIN KOTA BANDA ACEH"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

45

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MIN KOTA BANDA ACEH

Kurniawan Syah Putra

Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Abdur Rauf (STAISAR) Aceh Singkil Email: kurniawansyahputra119@gmil.com

Abstrak

Implementasi kurikulum 2013 menemui sejumlah masalah di lapangan, diantaranya berkaitan dengan kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran dan penilaian yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Hal ini terjadi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Banda Aceh dimana masih terdapat berbagai masalah di Madrasah baik mengenai masih kurangnya pemahaman guru tentang implementasi kurikulum 2013 selain itu kurangnya pemahaman guru tentang penerapan pendekatan saintifik dan penilaian autentik sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 khusunya pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dijabarkan ke dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah perencanaan pembelajaran PAI dalam kurikulum 2013?; (2) Bagaimanakah penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI di MIN Kota Banda Aceh?; dan (3) Bagaimanakah pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh?. Jenis penelitian ini adalah Pendekatan Penelitian Kualitatif, subjek dalam penelitian ini adalah 4 orang guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan 4 orang kepala Madrasah Ibtidaiyah di Kota Banda Aceh dari 4 Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Kota Banda Aceh yang dijadikan sebagai sampel. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi. Temuan penelitian ini sebagai berikut: Pertama, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada 4 (empat) Madrasah Ibtidaiyah di Kota Banda Aceh untuk setiap komponen RPP sudah menggunakan pedoman sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018 tentang Juknis Penyusunan RPP bagi Madrasah dibawah Naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Kedua, Penerapan pendekatan saintifik pada MIN 2 Kota Banda Aceh berjalan sesuai dengan langkah dan ketentuannya meskipun pada akhir pembelajaran tidak cukup waktu karena terlalu luas materi yang disampaikan oleh guru. Pada MIN 3 Kota Banda Aceh pendekatan saintifik dalam pembelajaran SKI juga berjalan sesuai dengan langkah-langkahnya, siswa mengalami kendala dalam menguasai materi ajar, karena dalam proses pembelajaran siswa diharuskan menghafal bahan dalam waktu singkat. Ketiga, Secara umum peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik yang dilakukan guru sudah berjalan namun teknik penulisan soal masih harus di perbaiki lagi agar siswa yang dinilai tidak merasa sulit dan hasil belajar dapat maksimal.

(2)

46 A. Pendahuluan

Pada dasarnya pendidikan adalah melaksanakan eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala

bidang kehidupanya.1

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan sudah menentukan nasib kurikulum 2013, yaitu dengan penerapan secara terbatas. seperti dilansir pada halaman Kemendikbud, Kamis (11/12/2014). Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan catatan dan evaluasi tentang pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut. Kurikulum sudah diterapkan di seluruh sekolah dibulan Juli 2014, sementara instruksi untuk melakukan evaluasi baru dibuat 14 Oktober 2014, yaitu enam hari sebelum

pelantikan presiden baru (Peraturan Menteri NO 159).2

Pada awalnya pemberlakuan kurikulum 2013 sempat menuai pro dan kontra. Perkembangan terbarunya penerapan Kurikulum Pendidikan 2013 mulai dievaluasi. Penerapan Kurikulum 2013 menekankan pada upaya guru dalam memberikan motivasi dan peningkatan keterampilan dimana dikemukakan juga pada peraturan Menteri pendidikan Nasional No 71 Tahun 2013 mengenai Struktur Kurikulum menjelaskan Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Tidak hanya itu, Kurikulum 2013 juga disebut memiliki basis yang cukup mirip dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

1 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 9 2.http://news.okezone.com/read/2014/12/11/65/1077829/10 masalah utama -kurikulum-2013. Diakses.24-12-2015. Jam 09:25 WIB.

(3)

47

Karena Kurikulum 2013 mengedepamkan interaksi antara siswa dan guru dalam

proses belajar mengajar.3

Perubahan kurikulum dalam pendidikan selalu membutuhkan penyesuaian pola pikir para pemangku kepentingan (stake holder). Demikian pula yang terjadi pada Kurikulum 2013 ini mungkin akan sukses bila ada perubahan paradigma atau lebih tepatnya mindset para guru dalam proses pembelajaran. Hal itu mengingat substansi perubahan dari Kurikulum 2006 (KTSP) ke Kurikulum 2013 ini adalah perubahan proses pembelajaran, dari pola pembelajaran ala BANK, yaitu guru menulis di papan tulis dan murid mencatat di buku serta guru menerangkan sedangkan murid mendengarkan menjadi proses pembelajaran yang lebih mengedepankan murid untuk melakukan pengamatan, bertanya, mengeksplorasi, mencoba, dan mengekspresikannya. Proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif tersebut hanya mungkin terwujud bila mindset guru telah berubah. Mereka tidak lagi memiliki mindset bahwa mengajar harus di dalam kelas dan menghadap ke papan tulis. Mengajar bisa dilakukan di perpustakaan, kebun, tanah lapang, atau juga di sungai. Media pembelajaran pun tidak harus buku, alat peraga, atau komputer. Tanam-tanaman dan pohon di kebun, sungai, dan sejenisnya juga dapat menjadi media pembelajaran.

Mengubah mindset guru seperti itu tidak mudah, karena sudah berpuluh tahun guru mengajar dengan model ala Bank. Tidak mudah bila tiba-tiba guru harus berubah menjadi seorang fasilitator dan motivator. Mengubah mindset guru itulah pekerjaan rumah tersendiri bagi Kemendikbud dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kegagalan mengubah mindset guru akan menjadi sumber kegagalan implementasi Kurikulum 2013. Persoalannya adalah perubahan mindset guru tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, melainkan butuh waktu bertahun-tahun, padahal Kurikulum 2013 itu harus

3 Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah

(4)

48

dilaksanakan dalam waktu secepatnya. Komprominya adalah persoalan teknis dilatihkan dalam waktu satu minggu, tapi perubahan mindset harus dilakukan terus-menerus dengan cara mendorong guru untuk terus belajar.

Penerapan Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah di Banda Aceh sudah dimulai sejak Juli 2014. Sampai sekarang Sudah mamasuki tahun kedua, namun masih menyisakan berbagai permasalahan timbul di kalangan pendidik maupun pihak madrasah sendiri. Permasalahan ini terjadi mulai dari pemahaman guru tentang bagaimana efektivitas penerapan kurikulum 2013 sampai kepada buku bahan ajar yang masih menuai berbagai kontroversi dikalangan para guru maupun tenaga kependidikan di Madrasah.

Implementasi Kurikulum 2013 di Madrasah menemui sejumlah masalah. Selain persoalan paradigmatik, seperti mengubah mindset guru tersebut, ada problem teknis yang berkaitan dengan kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran dan penilaian yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dalam penerapan kurikulum 2013 guru diharuskan menggunakan pendekatan saintifik dan penilaian autentik, sementara pemahaman guru tentang pendekatan saintifik dan penilaian autentik tersebut masih belum maksimal. Kemudian ada lagi perubahan struktur kurikulum yang menyebabkan adanya pelajaran yang hilang maupun bertambahnya jam. Semuanya itu berimplikasi pada pembelajaran dalam kelas.

Problematika lainnya seperti adanya perubahan pendekatan proses pembelajaran dalam struktur kurikulum terjadi penambahan jumlah jam mata pelajaran. Sebagai contoh, pendidikan agama di tingkat Madrasah Ibtidaiyah kelas I-III dari dua menjadi empat jam seminggu, yang diikuti dengan perumusan kompetensi inti (KI) yang seimbang dengan jumlah jamnya, sehingga yang terjadi tetap mengejar materi, bukan proses pembelajarannya yang dibenahi. Semestinya yang diubah adalah lamanya tatap muka untuk setiap mata pelajaran, misalnya tatap muka di Madrasah Ibtidaiyah kelas I-III saat ini per jam mata pelajaran itu selama 35 menit, bisa ditambah menjadi 45 menit. Lain halnya lagi di jenjang MTs dan MA, dari 45 menit per jam pelajaran

(5)

49

dapat ditambah menjadi 60 menit per jam pelajaran, sehingga proses

pembelajarannya lebih leluasa.4

Pendidikan agama Islam (PAI) mempunyai kedudukan yang sangat penting di Madrasah apalagi di tingkat Madrasah Ibtidaiyah, karena pendidikan Islam dapat mengantarkan anak didik pada pencapaian kebahagian dunia dan akhirat. apabila pelaksanaan pembelajaran PAI di madrasah berjalan secara efektif dan efesien sesuai dengan ketentuan Kurikulum 2013. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran PAI dengan baik maka setiap guru harus mengetahui bagaimana cara penerapannya sesuai kurikulum 2013, Menurut salah satu guru PAI di MIN 2 Kota Banda Aceh bernama Nurhayati, S. Pd. I mengatakan bahwa;

“Kelemahan proses penerapan kurikulum 2013 selama ini yang saya alami terutama pada kurangnya buku penunjang untuk guru dan siswa, mengenai pendekatan saintifik dan penialain autentik memang sudah pernah kita dengar penjelasan di berbagai pertemuan atau pelatihan, namun masih perlu pendalaman, kemudian terkait buku ajar yang tersedia selama ini agak sulit dihubungkan dengan media, karena tidak semua media yang dalam buku tersebut tersedia di

Madrasah”5.

Selain Ibu Nurhayati, S. Pd. I penulis juga sempat melakukan wawancara dengan salah satu guru PAI di MIN Teladan Kota Banda Aceh yang sekarang sudah berubah nama menjadi MIN 7 Kota Banda Aceh yaitu Bapak Fuanni, S.Pd. I mengatakan bahwa;

“Sampai sekarang pelatihan tentang penerapan kurikulum 2013 belum maksimal diberikan untuk para guru, walaupun sebagian besar sudah mulai paham tentang pendekatan saintifik dan penilaian autentik, namun menurut saya perlu ditingkatkan lagi pemahaman

4 Keputusan Menteri Agama Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah

(6)

50

tentang pendekatan saintifik dan penilaian autentik agar pelaksanaan

pembelajaran dapat maksimal”6.

Berdasarkan hasil kedua wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penerapan kurikulum 2013 pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Banda Aceh masih terdapat berbagai masalah baik mengenai masih kurangnya pemahaman guru tentang penerapan pendekatan saintifik dan penilaian autentik sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 khusunya pada mata pelajaran PAI. Apalagi sampai sekarang pihak Madarasah sendiri juga masih belum begitu siap dengan peralihan kurikulum yang tiba-tiba ini sudah berubah dari Kurikulum tingkat satuan pendidikan berubah ke Kurikulum 2013. Dari latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik ingin membuat suatu penelitian tentang “Kurikulum 2013 dan Penerapannya Dalam Pembelajaran PAI Pada MIN Kota Banda Aceh”.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perencanaan pembelajaran PAI dalam kurikulum 2013 di MIN Kota Banda Aceh?, bagaimanakah penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI di MIN Kota Banda Aceh?, dan bagaimanakah pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh?

B. Kajian Teori

1. Perumusan KI KD Silabus dan RPP dalam Kurikulum 2013

Zaman terus berkembang dan berubah. Seiring dengan perubahan tersebut, muncul berbagai persoalan yang harus dihadapi manusia. Hanya SDM tangguh yang bisa bersaing di zaman yang terus berkembang. Menciptakan SDM yang tangguh dan berkualitas menjadi tuntutan setiap negara. Menjawab permasalahan SDM tersebut, pemerintah di Indonesia berusaha memperbaiki pendidikan di negara ini. Pendidikan yang diselenggarakan secara optimal diharapkan dapat menciptakan lulusan yang berkualitas yang memiliki

(7)

51

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah terus mengembangkan kurikulum di Indonesia. Terkait Kurikulum 2013, ada beberapa faktor yang menjadi alasan dalam mengembangkan kurikulum tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain tantangan masa depan dan berbagai fenomena negatif yang terjadi pada

masyarakat.7

a. Perumusan KI dan KD Dalam Pembelajaran PAI

Berdasarkan perkembangan dan kebutuhan pendidikan saat ini, diperlukan perbaikan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang mengakomodasikan prinsip-prinsip untuk memperkuat proses pembelajaran. Sehubunan dengan itu Kemendikbud sudah menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah mencakup Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah

Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK). Sebelumnya kita tahu bersama bahwa kurikulum sekarang yang banyak digunakan dan berlaku adalah kurikulum 2013 revisi 2017 yang artinya sudah ada penyempurnaan dari tahun-tahun sebelumnya.

Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan siswa untuk mencapai suatu Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki peserta didik pada setiap tingkat, kelas atau program. Sedangkan, Kompetensi Dasar adalah kemampuan siswa untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. KD terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif dan psikomotorik). Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah

7 Fadlillah, M, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs,& SMA/MA. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 17.

(8)

52

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, kecuali untuk mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai mata pelajaran

yang berdiri sendiri untuk kelas IV, V, dan VI.8

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dijelaskan tentang Tujuan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Dalam Pendidikan Agama Islam rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial, yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai

pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.9

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi

8 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

9 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

(9)

53

Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dijalaskan bahwa, Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Sementara Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi inti sebagaimana dimaksud terdiri atas:

a. kompetensi inti sikap spiritual;

b. kompetensi inti sikap sosial;

c. kompetensi inti pengetahuan; dan

d. kompetensi inti keterampilan.10

Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku teks pelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

b. Perumusan Silabus Dalam Pembelajaran PAI

Salah satu faktor keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah ketersedianya silabus pada setiap satuan pendidikan. Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu sebagai hasil dari seleksi, pengelompokkan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Silabus adalah pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan

kompetensi dasar.11

10 Peraturan Menteri Pendidikan ….. Tahun 2016.

11 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 38.

(10)

54

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar

yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.12 Silabus adalah rencana

pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.13

Dari beberapa pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa silabus adalah seperangkat rencana yang berisi garis besar atau pokok-pokok pembelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Adapun prinsip-prinsip Pengembangan Silabus sebegai berikut:

a. Ilmiah, yaitu Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan

dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

b. Relevan, maksudnya yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan

urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

c. Sistematis, Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara

fungsional dalam mencapai kompetensi.

d. Konsisten, Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara

kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

12 Mulyasa, E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 190.

(11)

55

e. Memadai, Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman

belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f. Aktual dan Kontekstual, Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman

belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel, Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi

keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

h. Menyeluruh, Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah

kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).14

C. Metode Penelitian

Peneliti ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini mengungkapkan fenomena-fenomena atau masalah-masalah berlandaskan atas logika keilmuan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mukhtar yang menjelaskan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan, prosedur, dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan

yang ditekuni.15

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Mukhtar menyatakan

berupa kata-kata, tindakan dan tambahan data seperti dokumen dan lain-lain.16

Sumber data dari penelitian ini adalah informan atau orang yang akan

14 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 134.

15 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Referensi, 2013), hal. 29. 16 Mukhtar, Metode Praktis ……, hal. 100.

(12)

56

dimanfaatkan untuk memberikan informasi/data terkait penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala Madrasah dan guru Madrasah Ibtidaiyah di Kota Banda Aceh. Hal ini dikarenakan kepala Madrasah dan guru merupakan pihak yang terlibat/mengalami langsung dan saling mendukung terlaksananya proses pendekatan saintifik dan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh serta perumusan tujuan pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh. pada Madrasah tahun pelajaran 2016/2017. Data penelitian ini dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai berikut:

b. Data Primer

Data primer yaitu sumber data penelitian yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan tidak melalui media perantara. Data primer

dalam penelitian ini adalah hasil observasi dan wawancara di lapangan.17 Data

primer menurut Mukhtar adalah data yang dihimpun langsung oleh seorang peneliti umumnya melalui proses wawancara. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari informan Guru PAI di MI Kota Banda Aceh dan Kepala MI di Kota Banda Aceh yang diperlukan untuk melakukan penelitian. c. Data Sekunder

Data sekunder menurut Mukhtar adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua atau ketiga. Data sekunder dikenal juga dengan data-data pendukung atau pelengkap

data utama yang dapat digunakan oleh peneliti.18 Dalam penelitian ini data

sekunder yang diperlukan seperti materi atau dokumen. seperti profil singkat Madrasah, buku penilaian siswa sebagai kelengkapan administrasi guru PAI di setiap MI di Kota Banda Aceh, SK Dirjen Pendis Nomor 5164 Tahun 2018 yang menjelaskan Panduan Penyusunan dan petunjuk teknis penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk seluruh Madrasah dibawah Kementerian Agama Republik Indonesia.

17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D., (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 193.

(13)

57 e. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, maka digunakan dua jenis teknik pengumpulan data yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan pengumpulan data dari lapangan

(field research).19 Dalam studi kepustakaan ini, penulis mengumpulkan dan

mempelajari berbagai teori dan konsep dasar yang berhubungan dengan pendekatan saintifik dan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh serta perumusan tujuan pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh. Teori-teori dan konsep dasar tersebut diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Sementara untuk pengumpulan data di lapangan penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan dan ikut serta langsung ke Madrasah untuk memperoleh data yang akurat. Definisi lain dari observasi atau pengamatan adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan pengamatan.20 Teknik

pengamatan dapat memberikan pemahaman kepada penelitian untuk dapat memahami situasi yang sedang terjadi dilapangan. Maka penulis menyiapkan instrumen lembaran pengamatan dan mengadakan pengamatan langsung untuk mengetahui bagaimana pendekatan saintifik dan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh serta perumusan tujuan pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh.

2. Data Wawancara (Interview)

Wawancara dilakukan untuk menjadikan data lebih objektif maka peneliti mewawancara supaya mendapatkan data yang tidak ditemukan melalui

19 Mohammad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 54.

20 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cet. IX, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.76.

(14)

58

pengamatan atau observasi tentang pendekatan saintifik dan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh serta perumusan tujuan pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh. Mewawancarai informan dengan menggunakan panduan atau pedoman wawancara untuk mencari informasi tentang pendekatan saintifik dan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh serta perumusan tujuan pembelajaran PAI pada MIN di Kota Banda Aceh. Wawancara ada tiga macam

yaitu wawancara terstruktur, semi terstuktur, dan tidak terstuktur.21 Wawancara

yang akan lakukan adalah dengan terstuktur.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui dokumentasi sebagai upaya untuk melengkapi data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dan observasi, maka peneliti mengambil beberapa gambar kegiatan, mempelajari arsip dan dokumen-dokumen yang telah ada. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan peroleh data berupa dokumen-dokumen tertulis, seperti Undang-Undang dan peraturan-peraturan daerah yang tertulis, jurnal, buku-buku dan arsip-arsip berkaitan dengan lembaga tempat penelitian. Penggunaan teknik pengumpulan data ini tidak lain untuk melengkapi teknik wawancara dan observasi karena pada dasarnya teknik-teknik pengumpulan data tersebut adalah saling melengkapi.

f. Teknik Analisis Data

Tahapan sesudah pengumpulan data melalui Observasi, wawancara dan dokomentasi, kemudian dilakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Analisis data yang dilakukan secara kualitatif, yaitu analisis model Miller dan Hubberman dalam Sugiyono, merujuk pada proses interaktif yang menyeluruh meliputi: (1)

21 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cet. XVI (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 319.

(15)

59

Reduksi data (Data Reduction), (2) Penyajian data (Data Display), dan (3)

Penarikan kesimpulan atau verifikasi.22

D. Hasil Penelitian

1. Perencanaan Pembelajaran PAI Dalam Kurikulum 2013 di MIN Kota Banda Aceh

Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada 4 (empat) Madrasah Ibtidaiyah di Kota Banda Aceh dimana RPP yang diteliti tersebut masing-masing berbeda mata pelajaran di kelas V dan kelas VI. Setiap Komponen RPP yang diteliti menggunakan pedoman sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018 tentang Juknis Penyusunan RPP bagi Madrasah dibawah Naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Pemahaman guru Madrasah Ibtidaiyah di Kota Banda Aceh dalam merancang sebuah RPP sudah mengikuti petunjuk teknis yang ada yakni lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018.

Dalam juknis penyusunan RPP diawali dengan komponen tujuan pembelajaran. Dalam komponen tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan Kompetensi Dasar, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Fiqih kelas VI pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Banda Aceh yang disusun oleh Ibu Nurhayati diperoleh data bahwa komponen tujuan pembelajaran yang dibuat sudah disesuaikan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018. Kemudian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VI pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Kota Banda Aceh yang disusun oleh Bapak Edi Saputra juga sudah mengikuti juknis penyusunan RPP.

(16)

60

Selanjutnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas V pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri 7 Kota Banda Aceh yang disusun oleh Bapak Fuanni telah disesuaikan dengan petunjuk teknis penyusunan RPP yang tercantum dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018. Kemudian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlak kelas V pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri 8 Kota Banda Aceh yang disusun oleh Ibu Asma juga sudah mengikuti juknis penyusunan RPP. Pada komponen kompetensi dasar ini sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018 memuat kompetensi dasar pada kompetensi inti-1, kompetensi dasar pada kompetensi inti-2, kompetensi dasar pada kompetensi inti-3, kompetensi dasar pada kompetensi inti-4. Hasil analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari mata pelajaran PAI di masing-masing Madrasah yang diteliti sudah disesuaikan petunjuk teknis penyusunan RPP.

Kemudian pada komponen indikator pencapaian kompetensi. Hasil analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari mata pelajaran PAI di masing-masing Madrasah yang diteliti bahwa penyusunan komponen indikator sudah disesuaikan petunjuk teknis penyusunan RPP yakni indikator diturunkan dari komptensi dasar (KD) harus menggunakan kata kerta operasional, kemudian jumlah indikator tergantung pada kedalaman dan keluasan materi, satu indikator satu kata kerja operasional, disusun secara prosedural dari LOTS (Low order thinking skils) sampai dengan HOTS (High order thinking skils). Petunjuk perumusan indikator dirincikan lagi bahwa; (1) Indikator kompetensi dasar pada kompetensi inti-1 (Agama dan PPKN), (2) Indikator kompetensi dasar pada kompetensi inti-2 (Agama dan PPKN), (3) Indikator kompetensi dasar pada kompetensi inti-3 dan (4) Indikator kompetensi dasar pada kompetensi inti-4. Indikator disusun secara berurutan mulai dari ranah kognitif C1, C2 dan C3 masuk dalam kategori LOTS (Low order thinking skils) sedangkan C4, C5 dan C6 masuk dalam kategori HOTS (High order thinking skils).

(17)

61

Pada komponen materi pembelajaran pada masing-masing RPP tentu harus disesuaikan dengan materi ajar setiap mata pelajaran, kemudian pada komponen metode pembelajaran juga disesuaikan dengan keahlian masing-masing guru menggunakan metode yang menurutnya tepat dan efektif karena harus disesuaikan dengan materi ajar. Selanjutnya pada komponen media, alat, dan sumber pembelajaran, masing-masing Madrasah mempunyai perlengkapan yang berbeda-beda, sehingga penyusunan RPP untuk komponen ini harus disesuaikan dengan ketersediaan media, alat, dan sumber pembelajaran di masing-masing Madrasah.

Kemudian komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Pada komponen ini penyusunan RPP fokus pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Fiqih kelas VI pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kota Banda Aceh yang disusun oleh Ibu Nurhayati sudah menerapkan langkah-langkah pendekatan saintifik yakni mengamati, menanya, mengekplorasi/menalar, mengasosiasi/mencoba dan mengomunikasikan/diskusi. Selain menggunakan pendekatan saintifik ibu Nurhayati juga menggunakan model pembelajaran groub investigation. Hasil analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VI pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Kota Banda Aceh yang disusun oleh Bapak Edi Saputra juga sudah menerapkan langkah-langkah pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.

Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits kelas V pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri 7 Kota Banda Aceh yang disusun oleh Bapak Fuanni mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup sudah disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan saintifik dengan model pembelajaran cooperative learning. Kemudian analisis RPP yang disusun oleh Ibu Asma mata pelajaran Akidah Akhlak kelas V

(18)

62

pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri 8 Kota Banda Aceh juga sudah menerapkan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Take and Give.

Selanjutnya komponen penilaian pembelajaran remedial dan pengayaan. Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh setiap guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil analisis semua RPP dari masing-masing Madrasah semuanya menerapkan penilaian autentik. Teknik Penilaian sikap/afektif dengan cara observasi, penilaian diri dan penilaian teman sebaya, untuk penilaian pengetahuan/kognitif dengan cara tes tertulis, tes lisan dan penugasan sementara teknik penilaian keterampilan/psikomotorik dengan cara kinerja, proyek dan portofolio. Hasil penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang sudah menguasai materi pembelajaran setiap guru mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik yang berhasil dalam pengayaan. Materi pengayaan yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi ajar yang sudah dikuasai oleh peserta didik.

Dari pembahasan analisis RPP diatas dapat kesimpulan bahwa Setiap komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru PAI pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Banda Aceh sudah disesuaikan dengan petunjuk teknis penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018.

2. Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pai Di MIN Kota Banda Aceh

Analisis penerapan Pendekatan saintifik yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada 4 (empat) Madrasah Ibtidaiyah di Kota Banda Aceh yang diteliti tersebut masing-masing berbeda mata pelajaran di kelas V dan kelas VI. Setiap guru sudah menerapkan langkah-langkah pendekatan saintifik yakni mengamati, menanya, mengekplorasi/ menalar, mengasosiasi/ mencoba,

(19)

63

mengomunikasikan/ diskusi. Maka dapat dikatakan sudah disesuaikan dengan langkah pendekatan saintifik.

Guru Pendidikan Agama Islam mata pelajaran Fiqih di MIN 2 Kota Banda Aceh menerapkan pendekatan saintifik pada materi ajar tentang minuman yang halal dan haram. Pada langkah mengamati peserta didik diajak mengamati video dan gambar tentang minuman halal menurut agama Islam. Kemudian pada langkah menanya guru memotovasi peserta didik agar dapat bertanya sesuai dengan pembahasan dalam video dan gambar. Pada langkah mengekplorasi/menalar guru menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan cara guru terlebih dahulu menyiapkan materi yang akan dijadikan sebagai bahan diskusi tentang arti dan jenis-jenisnya minuman halal. Selanjutnya pada langkah mengasosiasi/ mencoba setiap kelompok mendapat satu materi yang diberikan oleh guru secara acak untuk didiskusikan, kegiatan ini berlangsung sampai ke empat kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Setelah semua kelompok tampil, guru memberikan penguatan di akhir kegiatan diskusi berkaitan dengan materi minuman halal dan haram. Maka dari paparan tersebut, penerapan pendekatan saintifik mata pelajaran Fiqih dengan materi ajar minuman halal dan haram di MIN 2 Kota Banda Aceh dapat berjalan lancar sesuai dengan perencanaan.

Guru Pendidikan Agama Islam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MIN 3 Kota Banda Aceh menerapkan pendekatan saintifik pada materi ajar Khalifah Utsman Bin Affan. Pendekatan saintifik yang dilakukan Guru PAI pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MIN 3 Kota Banda Aceh ini sudah disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan saintifik yakni mengamati,

menanya, mengekplorasi/ menalar, mengasosiasi/ mencoba,

mengomunikasikan/ diskusi. Pada langkah pendekatan saintifik awalnya di kegiatan inti adalah mengamati, dalam kegiatan mengamati, siswa mengamati video pendek tentang kisah Utsman bin Affan dan mencatat pesan-pesan penting yang terdapat dalam video. Pada langkah menanya, peserta didik diberikan kesempatan bertanya tentang informasi di video atau di buku jika ada

(20)

64

yang belum jelas dipahami. Kemudian pada langkah mengekplorasi/ menalar, Peserta didik membaca bacaan dalam buku teks di dalam bacaan terdapat beberapa pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami materi bacaan. Langkah selanjutnya mengasosiasi/ mencoba, guru memberikan penguatan dan penjelasan tambahan terhadap tanggapan peserta didik atau dibacakan peserta didik. Pada langkah mengomunikasikan/ diskusi/ networking, Dari masing-masing kelompok, dibagi ada yang menjadi juru bicara kelompoknya, sedangkan anggota lain bertugas berkunjungan ke kelompok lain. Tugas juru bicara adalah menjelaskan hasil kerja kelompoknya kepada anggota kelompok lain yang berkunjung. Sedangkan tugas anggota yang berkunjung adalah mencari tahu tema yang dibuat kelompok lain. Begitu seterusnya sampai semua kelompok, kecuali kelompoknya sendiri. Langkah-langkah mengajar seperti ini sudah dilakukan oleh Bapak Edi Saputra sebagaimana yang terdapat dalam langkah-langkah pendekatan saintifik.

3. Pelaksanaan Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran PAI di MIN Kota Banda Aceh

Penilaian autentik menjadi sebuah sistem penilaian dalam kurikulum 2013 yang mempunyai tiga aspek penilaian yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan, dalam hal ini cakupan penilan dari tiga domain tersebut juga berbeda dari segi tehnik dan metode, dari hasil penelitian penulis mendapatkan bahwa penerapan penilaian autentik di MIN Kota Banda Aceh sudah cukup sesuai dengan ketentuan kurikulum 2013, begitupun dengan kaidah-kaidah yang ada, namun untuk lebih mensistematiskan pembahasan tentang penerapan penilaian autentik di MIN Kota Banda Aceh ini penulis akan mejelaskan beberapa poin penting diantara yaitu bagaimana perencanaan penilaian dilakukan oleh pendidik, proses penilaian dilakukan hingga tahap pelaporan penilaian.

Penilaian autentik merupakan penilaian yang meliputi beberapa aspek yaitu aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Aspek sikap

(21)

65

meliputi aspek religius (keagamaan) dan aspek sosial. Implementasi penilaian autentik tentunya mempunyai aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh guru, seperti rubrik maupun instrumen dalam penilaian. Ia menambahkan bahwa penilaian autentik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penilaian lain, tetapi penilaian autentik membutuhkan persiapan yang lebih matang. Contohnya rubrik, instrumen yang sudah siap, dan membutuhkan penilaian yang berkelanjutan juga. Seperti penilaian proyek itu butuh kelanjutan. Tahap pertama dalam penerapan penilaian autentik seorang guru harus menyusun perencanaan penilaian. Perencanaan penilaian merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh pendidik dalam melakukan proses penilaian yang akan menjadi acuan agar pencapaian penilaian bisa berjalan dengan baik, yang dimulai dengan menelaah kompetensi inti dan kompetensi dasar kemudian menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran.

Penilaian autentik dalam mata pelajaran PAI di MIN Kota Banda Aceh sepenuhnya telah diterapkan, begitupun dari segi teknis penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa dengan cara menyesuaikan gaya mengajarnya dengan buku panduan guru yang telah disediakan oleh Kementerian Agama yang setidaknya juga telah menjadi pedoman bagi guru-guru di MIN Kota Banda Aceh dalam menerapkan penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian yang detail, semua yang ada pada siswa masuk dalam penilaian. Penilaian ini, guru dituntut untuk menguasai prosedur dalam implementasi penilaian autentik. Keberhasilan penilaian autentik berada pada guru yang setiap hari melakukan penilaian. Macam-macam penilaian autentik yang diterapkan di MIN MIN Kota Banda Aceh pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

E. Kesimpulan

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada 4

(empat) Madrasah Ibtidaiyah di Kota Banda Aceh untuk setiap komponen RPP sudah menggunakan pedoman sesuai dengan Keputusan Direktur

(22)

66

Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018 tentang Juknis Penyusunan RPP bagi Madrasah dibawah Naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Masing-masing RPP sudah disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi yang berbeda-beda sesuai Madrasah masing-masing. Dalam RPP juga sudah memuat model pembelajaran terbaru, metode pembelajaran terbaru dan media ajar terbaru, disesuaikan dengan tuntutan kurikulum 2013 yakni penerapan pendekatan saintifik pada setiap materi ajar.

2. Penerapan pendekatan saintifik pada MIN 2 Kota Banda Aceh berjalan

sesuai dengan langkah dan ketentuannya meskipun pada akhir pembelajaran tidak cukup waktu karena terlalu luas materi yang disampaikan oleh guru. Pada MIN 3 Kota Banda Aceh pendekatan saintifik dalam pembelajaran SKI juga berjalan sesuai dengan langkah-langkahnya, namun siswa mengalami kendala dalam menguasai materi ajar, karena dalam proses pembelajaran siswa diharuskan menghafal bahan dalam waktu singkat. Penerapan pendekatan saintifik pada MIN 7 Kota Banda Aceh mata pelajaran Al-Qur’an Hadits sudah berjalan mengikuti langkah-langkah pendekatan saintifik, tapi guru mengalami kendala karena siswa kelas V masih kurang menguasai kaidah Tajwid, sehingga hasil belajar kurang maksimal. Terakhir pendekatan saintifik pada MIN 8 Kota Banda Aceh juga sudah mengikuti langkah-langkah pendekatan saintifik walaupun siswa sempat bingung karena kemampuannya dalam menalar dan menyimpulkan sesuatu itu masih terbatas.

3. Pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI yang dilakukan oleh

guru pada 4 Madrasah Ibtidaiyah di Kota Banda Aceh masing-masing dapat dikatakan sudah berjalan lancar. Namun kelemahan guru dalam Pelaksanaan penilaian autentik ini adalah pada penyusunan soal/Tes tulis, terutama soal HOTS (High order thinking skils), karena dalam penyusunan soal seorang guru harus menyesuaikan Indikator yang dia pakai di RPP kemudian sudah diterapkan dalam pembelajaran baru setelah itu boleh

(23)

67

dituangkan dalam soal HOTS. Secara umum peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik yang dilakukan guru sudah berjalan namun teknik penulisan soal masih harus di perbaiki lagi agar siswa yang dinilai tidak merasa sulit dan hasil belajar dapat maksimal.

(24)

68

DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah

Keputusan Menteri Agama Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah

Fadlillah, M, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs,& SMA/MA. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014),

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 37

Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012),

Mulyasa, E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),

Ara Hidayat, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012),

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Referensi, 2013), Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),

Mohammad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002),

Lexy J. Moleong (Mengutip dari Guuba dan Lincol), metodologi penelitian kuantitatif, Edisi revesi.cet. 25, (Bandung: Romaja Rosada, 2008),.

(25)

69

Moh. Pabundu Tika, Metodelogi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),

Rusdin Pohan, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Rijal Institute, 2007),

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cet. IX, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),

Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi OffSet, 2000),

Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cet. XVI (Bandung: Alfabeta, 2013),

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),

http://news.okezone.com/read/2014/12/11/65/1077829/10- masalah- utama -kurikulum-2013. Diakses.24-12-2015. Jam 09:25 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Konsekuensinya adalah ketiga potensi tersebut harus mendapat sentuhan yang proporsional agar siswa tersebut dapat berkembang sebagai manusia yang seutuhnya

Sama halnya seperti outer marker , middle marker   juga meman"arkan gelombang elektromagnetik untuk memberikan informasi ke pilot dengan jarak  yang berbeda dari :M yaitu

Pada Gambar 8 meperlihatkan grafik pengaruh lama waktu terhadap suhu pada pengering dimana produk yang diujikan adalah ketumbar.. Pada grafik terlihat bahwa hubungan antara lama

Berdasarkan tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Jember memiliki motivasi yang tinggi dengan diterapkan

beberapa lokasi dengan keadaan geografi yang berbeda di Sulawesi Tengah dan dari berbagai asal inang untuk dijadilkan sebagai koleksi plasma nutfah agensia hayati

Struktur membran pneumatik merupakan salah satu sistem struktur soft shell, dimana struktur dapat berdiri akibat perbedaan tekanan udara di dalam struktur pneumatik dengan

Pencantuman logo atau nama perusahaan dan atau produk sponsor pada bagian bawah atau samping dibeberapa media publikasi dan promosi event dengan besar space 15 % dari space SPONSOR

a) Sedangkan sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara langsung. 17 Data primer yaitu data yang diperoleh dari