• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi 4 (empat) tahap, yaitu: Tahap I. Pembuatan ekstrak daun saga, sambiloto, dan pare, dengan metode Maserasi H2O, di

Laboratorium Kimia Analitik Institut Pertanian Bogor selama 1 (satu) bulan. Tahap II. Analisis Laboratorium yang meliputi analisis ekstrak daun dan pakan berupa Analisis Proksimat, analisis mineral Ca, P, Mg, Fe, dan Zn serta analisis vitamin A dan C pakan dan dedaunan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan Laboratorium Kimia Analitik Universitas Mataram selama 1 (satu) bulan. Tahap III. Percobaan pemeliharaan burung perkutut dengan perlakuan pakan yang berbeda dan pemberian ekstrak daun-daunan, dilaksanakan di Bird Farm Perkutut Prima, di Desa Sukakarya Cisarua selama 10 (sepuluh) minggu pada awal bulan Maret 2005 sampai akhir Mei 2005. Tahap IV. Analisis suara perkutut dengan menggunakan program komputer Avisoft SASLab Light selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juni dan Juli 2005.

Materi Penelitian

Tahap I. Pembuatan Ekstrak Daun

Bahan dan alat yang digunakan yaitu: daun saga, sambiloto, dan pare hutan, akuades, blender, kertas saring Whatman no. 40, wadah penampung hasil saringan, rotary evaporator, timbangan kapasitas 1 kg dan timbangan analitik.

Tahap II. Analisis Laboratorium

Bahan dan alat yang digunakan yaitu: sampel pakan dan daun, yang terdiri dari gabah lampung, milet, jewawut, ketan hitam, daun saga, daun sambiloto, dan daun pare hutan, seperangkat peralatan dan bahan kimia untuk analisis proksimat, analisis vitamin A dan C, mineral Zn, Fe, P, Ca dan Mg, serta analisis gross energy (Lampiran 1)

(2)

Tahap III. Percobaan Pemeliharaan Perkutut dan Perekaman Suara

Bahan dan alat yang digunakan yaitu: burung perkutut (jenis kelamin tidak dibedakan) kelas junior yang berumur 4-6 bulan sebanyak 25 ekor, kandang penangkaran berukuran 120 cm x 60 cm x 180 cm sebanyak 25 unit dan dilengkapi tempat makan dan minum, pakan utama berupa gabah lampung, milet, jewawut, dan ketan hitam, ekstrak daun saga, sambiloto, dan pare hutan, timbangan digital kapasitas 1 kg, seperangkat alat perekam digital.

Tahap IV. Analisis Suara

Bahan dan alat yang digunakan yaitu: cuplikan suara perkutut dalam bentuk wave, seperangkat komputer yang dilengkapi dengan program analisis suara Avisoft SASLab Light.

Metode Penelitian

Pembuatan Ekstrak Daun dengan Metode Maserasi H2O

Ekstraksi daun dengan Maserasi H2O berdasarkan prosedur yang telah

dikembangkan di Laboratorium Kimia Analitik MIPA IPB. Daun saga, sambiloto, dan pare hutan masing-masing ditimbang berat segarnya (x g), kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender. Akuades disiapkan untuk perendaman dengan perbandingan 1 : 5 ( g/g). Untuk membantu proses penghalusan daun, dicampur akuades yang telah disiapkan secukupnya. Setelah daun halus, dilakukan perendaman dengan mencampur sisa akuades. Perendaman dilakukan selama 24 jam. Setelah selesai perendaman daun disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no. 40 dan ditampung dalam sebuah wadah kosong yang telah ditimbang beratnya (y g). Hasil saringan kemudian di uapkan pelarutnya menggunakan Rotary Evaporator dengan suhu 40°C sehingga yang tersisa adalah ekstrak daun berupa gel. Selanjutnya ekstrak dan wadah ditimbang beratnya (z g), sehingga dapat diketahui:

Berat ekstrak (g) = z – y

Persentase ekstrak daun dari berat segar daun (rendemen) dapat diketahui dengan rumus:

(3)

Berat ekstrak daun (g)

Rendemen (%) = ___________________ x 100%

Berat segar daun (x g)

Analisis Proksimat Pakan dan Ekstrak Daun

Analisis laboratorium pada sampel pakan dan ekstrak daun bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi yang meliputi antara lain: Kadar Air (KA), Kadar Abu, Protein Kasar (PK), Lemak Kasar (LK), dan Serat Kasar (SK) (AOAC 1990) (Lampiran 1).

Analisis Gross Energy Pakan

Untuk mengetahui kandungan energi total (gross energy) dari milet, jewawut, ketan hitam dan gabah lampung dilakukan analisis dengan metode Bomb Calorimetry (Lampiran 1).

Analisis Mineral, Vitamin A dan C

Penetapan Kalsium (Ca) menggunakan metode titrasi dengan KMnO4

0.01N, penetapan fosfor menggunakan metode Molibdat-Vanadat, penetapan magnesium secara kolorimetrik dan penetapan Fe dan Zn menggunakan AAS, serta penentuan vitamin A menggunakan kromatografi kolom/spektrofotometer berdasarkan Apriyantono et al. (1989) dilakukan pada pakan dan ekstrak daun. Penentuan vitamin C menggunakan Metode Titrasi Iodium (Jacobs) dilakukan pada pakan dan ekstrak daun (Sudarmadji et al. 1984) (Lampiran 1).

Percobaan Pemeliharaan Burung Perkutut dan Perekaman Suara

Peternakan perkutut Prima (Bird Farm Prima) terdapat di 2 (dua) lokasi yaitu di daerah Sindang Barang Bogor dan di desa Sukakarya Cisarua Bogor. Penelitian ini berada di lokasi peternakan perkutut di desa Sukakarya Cisarua Bogor. Peternakan ini memiliki koleksi perkutut dalam jumlah besar, dan beberapa perkutut telah menjuarai berbagai kontes suara perkutut dan memiliki nilai jual yang tinggi.

(4)

Pada Peternakan terdapat 25 unit kandang dengan ukuran setiap unit 120 cm x 60 cm x 180 cm, yang terbuat dari kawat halus untuk dindingnya dan rusuk yang terbuat dari alumunium dan atap yang ditutupi seng sebagian agar sinar matahari tetap masuk. Pada bagian tengah kandang ditutupi agar angin dan hujan tidak terlalu kencang masuk ke dalam kandang (Gambar 7a dan 7b). Peternakan berada di atas bukit dengan ketinggian 700 m dari atas permukaan laut, dengan suhu lingkungan yang cukup dingin berada dalam kisaran 24–27 °C.

(a)

(b)

Gambar 7 Lokasi dan model kandang perkutut Prima

Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan dengan 5 ulangan dan setiap individu diambil cuplikan suara.

(5)

Perlakuan pakan terdiri dari 5 macam perlakuan, yaitu: Ransum Basal (A), A + ekstrak daun saga (B), A + ekstrak daun sambiloto (C), A + ekstrak daun pare hutan (D), A + kombinasi ekstrak daun (E). Ransum basal terdiri dari : gabah lampung, milet, jewawut, dan ketan hitam (Produksi Sumber Alam) yang diberikan ad libitum berdasarkan 10% dari berat badannya. Namun demikian pada penelitian ini jumlah pemberian pakan dilebihkan untuk masing-masing jenis pakan sebesar 10 gram/4 hari, yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan nutrisi perkutut.

Pemberian ekstrak daun saga, sambiloto, dan pare hutan diberikan seminggu sekali pada pagi hari, dengan pemberian di dasarkan pada kebiasaan peternak perkutut yaitu rata-rata 30 lembar daun saga segar/ekor/minggu. Konsentrasi ke-30 lembar daun saga ini diketahui nilainya setelah proses ekstraksi, sedangkan untuk daun sambiloto dan pare hutan jumlah pemberiannya sama dengan daun saga. Ekstrak daun diberikan dengan cara dilarutkan terlebih dahulu kemudian diberikan dengan menggunakan syringe secara gavage. Burung ditimbang berat badannya setiap seminggu sekali. Burung diaklimatisasi terlebih dahulu terhadap lingkungan dan pakan selama 2 minggu. Kemudian pada minggu ke-3 hingga ke-9 dilakukan pemberian pakan dan ekstrak daun saat burung berumur 4-6 bulan. Pada minggu ke-10 hingga ke-11, saat perkutut berusia 6-8 bulan dilakukan perekaman suara. Perekaman dilakukan selama 6 jam mulai jam 08.00 – 14.00 setiap hari selama 6 hari, yang mana 3 jam I untuk blok kandang I (12 unit) dan 3 jam berikutnya untuk blok kandang II (13 unit) dan dilakukan pergantian waktu setiap hari selama perekaman.

Parameter penampilan burung yang diamati adalah konsumsi pakan dan nutrisi, pertambahan bobot badan dan tingkat preferensi pakan. Data konsumsi nutrisi dan tingkat preferensi pakan ditabulasi dan dibahas secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran jumlah nutrisi yang dikonsumsi dan tingkat kesukaan perkutut terhadap jenis pakan tertentu bila dihubungkan dengan kondisi suhu sekitar. Percobaan pakan ini dilakukan selama 10 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis suara.

(6)

Analisis Suara

Hasil perekaman suara dengan menggunakan tape recorder digital kemudian dikonversi dalam bentuk digital audio pada format wave dalam komputer. Cuplikan suara yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan program Avisoft SASLab Light yang menghasilkan spectogram dan oscillogram. Melalui spectogram dan oscillogram tersebut karakteristik suara yang diemisikan dapat dikenali. Pada program tersebut suara dianalisis pada window=flat-top bermodus mono dengan ukuran bandwith 44100 Hz, kecepatan 16-bit dan panjang sampel Fast Fourier Transformation (FFT) = 256 points.

Hasil dari analisis tersebut berupa oscilogram dan spectogram yang menunjukkan syllable (ketukan) dan plot (alur) frekuensi suara dalam kilohertz (kHz) versus waktu (detik) (Gambar 8 dan 9).

Gambar 8 Oscilogram suara perkutut legendaris Susi Susanti

Parameter suara yang diukur pada oscilogram dan spectogram antara lain: 1.Jumlah syllable atau not (Gambar 8), yaitu jumlah elemen yang muncul

sebagai alur (trace) yang terpisah antara satu suara dengan suara lainnya, meliputi syllable (not/ketukan) total, yaitu jumlah seluruh Syllable (depan, tengah, ujung) untuk setiap produksi suara dan jumlah syllable

(7)

(not/ketukan) suara tengah, yaitu jumlah Syllable yang muncul pada suara tengah.

2.Tempo (syllable/detik) (Gambar 8), merupakan pengulangan beberapa syllable yang sama per detik.

3.Durasi suara (Gambar 8), adalah lama tempuh suara pada saat individu burung memproduksi suara dan dibagi menjadi empat, yaitu : (a) durasi total yang merupakan durasi dari seluruh syllable suara depan, tengah, dan ujung; (b) durasi depan yang merupakan durasi dari syllable awal; (c) durasi tengah yang merupakan durasi suara tengah yang terdiri dari beberapa syllable; (d) durasi ujung yang merupakan durasi dari syllable terakhir.

4.Modulasi frekuensi suara depan (Gambar 9), yang merupakan batas atas hingga batas bawah (Hz) syllable depan pada spectogram. Biasanya perkutut memiliki frekuensi suara yang lebih rendah dan datar dibandingkan dengan burung berkicau (bernyanyi) lainnya.

5.Jumlah repertoire, merupakan jumlah suara yang diemisikan selama 3 jam/hari dalam masa perekaman.

Gambar 9 Spectogram suara perkutut legendaris Susi Susanti

Analisis Data

Data hasil konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, analisis suara ditabulasi dan dilakukan uji normalitas, kemudian dilanjutkan dengan analisis

(8)

peragam (ANKOVA) dan uji lanjut dengan Uji Tukey. Untuk data parameter suara dilakukan juga Uji Korelasi Linear untuk mendapatkan hubungan antar parameter suara. Data tingkat preferensi pakan dan data konsumsi nutrien pakan ditabulasi dan dijabarkan secara deskriptif. Data diolah dengan menggunakan komputer program Minitab Statistical software release 13.30.

Model Linear Analisis Peragam dalam RAL

Adapun model linear untuk analisis peragam dalam rancangan acak lengkap berdasarkan Steel dan Torrie (1995) yaitu:

Yij = µ +

τ

i + β ( Xij - X..) +

ε

ij

i = 1,2,3,4,5 j = 1,……,5 Keterangan:

Yij = Nilai respon yang dihasilkan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j µ = Nilai rata-rata umum

τ

i = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i

β = Koefisien regresi yang menunjukkan ketergantungan Yij pada Xij Xij = Pengukuran diameter respon yang dihasilkan perlakuan ke-i pada

ulangan ke-j yang berkaitan dengan Yij X.. = Nilai rata-rata respon yang diukur

Gambar

Gambar 7  Lokasi dan model kandang perkutut Prima
Gambar 8  Oscilogram suara perkutut legendaris Susi Susanti
Gambar 9  Spectogram suara perkutut legendaris Susi Susanti

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kelompok pemecahan masalah sedang hasil tes menunjukkan bahwa pada aspek penalaran tidak ada siswa yang berada di kategori sangat tinggi, 1 siswa berada di kategori

Hal ini berarti minat mahasiswa untuk belajar Bahasa Inggris di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Jambi berada pada tingkatan Tinggi

Hal ini disebabkan karena pada pengukuran kala pertama, nilai tingginya sangat jauh berbeda dengan kala berikutnya yang mana pada kala pertama mengalami subsidence yang curam dan

Sedangkan penelitian yang dilakukan Lenny dan Indriantoro (1999) menyimpulkan bahwa lamanya kepemilikan suatu saham biasa di Bursa Efek Jakarta periode 1995 sampai 1996

• Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang mengurutkan dan menuliskan urutan peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta

Sumatera Utara yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah kawasan pertanian tanaman pangan dan peternakan terpadu di Desa Sei Buluh yang berada di wilayah

Faktor eksternal terdiri dari peluang ( opportunies ): permintaan kacang hijau yang cenderung meningkat; memiliki keunggulan bagi pangan pokok dan pangan sehat, harga jual

Kepadatan mutlak adalah suatu kondisi campuran beraspal yang dipadatkan lebih besar sebagai simulasi adanya kepadatan sekunder oleh lalu lintas, sehingga sampai pada