54
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas data penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian periode tahun 2008.
4.1. Diskripsi Objek Penelitian
Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian No. 01/M-IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian. Departemen Perindustrian terbagi atas 7 (tujuh) unit eselon I dan 4 (empat) Staf Ahli Menteri.
Tugas Pokok masing-masing Unit Kerja adalah sebagai berikut: •Sekretariat Jenderal
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal terdiri dari 5 (lima) unit eselon II (Biro) yaitu:
1) Biro Perencanaan 2) Biro Kepegawaian
3) Biro Keuangan
4) Biro Biro Hukum dan Organisasi
5) Biro Umum dan Hubungan Masyarakat
•Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia
Mempuyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis dibidang indutri agro dan kimia. Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia terdiri dari 6 (enam) unit eselon II yaitu :
1) Sekretariat Direktorat Jenderal 2) Direktorat Industri Makanan
4) Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan 5) Direktorat Industri Kimia Hulu
6) Direktorat Industri Kimia Hilir
•Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri logam mesin tekstil dan aneka.Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka terdiri atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1) Sekretariat Direktorat Jenderal 2) Direktorat Industri Logan
3) Direktorat Industri Mesin
4) Direktorat Industri Tekstil dan produk Tekstil 5) Direktorat Industri Aneka
•Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri alat transportasi dan telematika.Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika terdiri atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1) Sekretariat Direktorat Jenderal
2) Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan
3) Direktorat Industri Maritim dan Jasa Keteknikan 4) Direktorat Industri Telematika
5) Direktorat Industri Elektronika
•Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri kecil dan Menengah.Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah terdiri atas 6 (enam) unit eselon II yaitu:
2) Direktorat Industri Pangan 3) Direktorat Industri Sandang
4) Direktorat Industri Kimia dan Bahan Bangunan 5) Direktorat Industri Logam dan Elektronika 6) Direktorat Industri Kerajinan
•Inspektorat Jenderal
Mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dilingkungan Departemen Perindustrian.Isnpektorat Jenderal terdiri atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1) Sekretariat Inspektorat Jenderal 2) Inspektorat I
3) Inspektorat II 4) Inspektorat III 5) Inspektorat IV
•Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang industri. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri terdiri atas 5 (lima) unit eselon II yaitu:
1) Sekretariat Badan
2) Pusat Penenlitian dan Pengembangan Iklim Usaha dan Analisa Industri
3) Pusat Standardisasi
4) Pusat penelitian dan Pengembangan Sumber Daya 5) Lingkungan Hidup dan Energi
•Staf Ahli
Adalah unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Staf Ahli mempunyai tugas memberi telaahan kepada Menteri mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas
Sekretariat Jenderal, Direktorat jenderal, Badan dan Inspektorat Jenderal. Staf Ahli terdiri atas
1) Staf Ahli Bidang Bidang Iklim Usaha dan investasi 2) Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri
3) Staf Ahli Bidang Pemanfaatan, Pengembangan dan Pemasaran Hasil Industri
4) Staf Ahli Bidang Teknologi dan Sumber Daya Industri
•Staf Khusus
Adalah unsur pembantu Menteri dalam rangka membantu kelancaran pelaksanaan tugas Menteri Perindustrian dalam penelaahan, pengolahan dan pemecahan berbagai permasalahan dibidang pengembangan inovasi teknologi dan peningkatan daya saing industri serta pengembangan investasi dan percepatan proyek investasi industri prioritas.
Disamping itu untuk menunjang pelaksanaan tugas Departemen, terdapat 3 (tiga) unit eselon II (Pusat) yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal, yaitu:
•Pusat Pendidikan dan pelatihan Industri (Pusdiklat)
Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan,bimbingan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan SDM aparatur dan dunia usaha sektor industri.
•Pusat Data dan Indormasi (Pusdatin)
Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan data, sistem jaringan informasi dan pelayanan data atau informasi industri.
•Pusat Administrasi Kerjasama Internasional (Pusakin)
Mempunyai tugas melaksanakan perumusan program, penyusunan sistem, dan pelaksanaan koordinasi dalam penyelenggaraan administrasi bantuan luar negeri dan kerjasama fora internasional di bidang industri.
Berdasarkan tugas pokok tersebut diatas, maka struktur organisasi Departemen Perindustrian dapat dilihat sebagai berikut:
4.2. Hasil Pengolahan Data
Pengolahan data data dokumentasi dilakukan melalui program Microsoft Office-Exel 2007 untuk menyederhanakan data dan seleksi data yang terkait dengan topic bahasan penelitian ini. Mengapa demikian? Karena, data dokumentasi yang ada bersifat laporan realisasi anggaran periode 2008 di mana melingkupi segala aspek yang ada di lingkungan unit kerja Departemen Perindustrian. Oleh karena itu, diperlukan seleksi data kemudian dilakukan transfer data ke dalam program Microsoft Office-Exel 2007. Lebih lanjut, selesai seleksi data dan entry data ke dalam program Microsoft Office-Exel 2007 maka dilakukan eksport data ke dalam program SPSS (Standard Procedure Statistical Solution) Versi 20.0. Adapun hasil olahan data melalui program SPSS Versi 20.0 sebagai berikut:
Tabel 4.1. Deskripsi Data
SUMMARY OUTPUT Multi Regression Statistics
MULTI R 0,997544814
R Square 0,995095656
Adjusted R 0,994900597 Std. Error of the Estimate 2093,879687 Observation 184
Tabel di atas menggambarkan bahwa:
a. Koefisien korelasi adalah nilai yang menggambarkan kekuatan korelasi antara independent variable dengan dependent variable. Adapun Nilai perolehan Koefisiensi Korelasi pada Multi Regression sebesar 0,997544814. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan korelasi antara Variabel Bebas yang terdiri dari Besar Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama dengan Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y) masuk ke dalam klasifikasi hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dan dapat diandalkan di mana pembagian klasifikasinya sebagai berikut: (Sugiyono Tahun 2004). 1) < 0,20 berarti hubungan rendah sekali, lemas sekali 2) 0,20 – 0,40 berarti hubungan rendah tetapi pasti.
3) 0,40 – 0,70 berarti hubungan yang cukup berarti atau moderat. 4) 0,70 – 0,90 berarti hubungan yang tinggi, kuat.
5) 0,90 > berarti hubungan sangat tinggi, kuat sekali, dapat diandalkan.
b. R Square yang biasa dinamakan sebagai Determinant Correlation yaitu
koefisiensi korelasi yang menentukan dikarenakan mendekati model populasi R2 yang sebenarnya (Sugiyono Tahun 2004) sebesar 0,995095656. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa korelasi antara variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2),
Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama dengan Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y) dipastikan masuk ke dalam klasifikasi hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dan dapat diandalkan
c. Adjusted R Square merupakan koreksi dari R2 sehingga gambarannya lebih mendekati suatu penjajakan model populasi R2 yang disesuaikan dirumuskan sebagai berikut :
di mana
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel
Perolehan nilai adjusted R Square adalah 0,994900597 sehingga gambarannya lebih mendekati suatu penjajakan model populasi R2 yang disesuaikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa korelasi antara variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama dengan Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y) dipastikan masuk ke dalam klasifikasi hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dan dapat diandalkan
(
)
⎥⎦⎤ ⎢⎣ ⎡ − − − − = k n n R R Adjusted 2 1 1 2 1d. Bertitik tolak dari Data Sekunder (Secondary Data) di mana total
Variabel X (Penjumlahan Nilai Variabel X1 hingga X7) adalah sebesar
2.146.906. Sedangkan Standard Error of the Estimate adalah sebesar 2093,879687. Berarti Standard Error of the Estimate hanya sebesar 0.10% dari total Variabel X (Penjumlahan Nilai Variabel X1 hingga X7). Dengan kata lain, 100%-0.10% adalah 99.9% data sekunder (secondary data)
yang digunakan dalam penelitian tidak mengalami error.
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa data sekunder (secondary data) yang digunakan dalam penelitian ini
hanya mengalami tingkatan error sebesar 0.10%. Oleh karena itu, akurasi data sekunder mencapai 99.9%. Keakurasian data ini memperkuat perolehan nilai multi koefisiensi korelasi (R), R2 dan Adjusted R di mana membuktikan bahwa korelasi antara variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama dengan Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y) dipastikan masuk ke dalam klasifikasi hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali, dan dapat diandalkan
Kemudian, berapa prosentase daya serap antara realisasi penyerapan anggaran terhadap pagu awal? Ini dapat dilihat pada perhitungan rasio yang dilakukan dengan program SPSS Versi 20.0 di bawah ini
Case Processing Summary 184 0 184 Overall Excluded Total Count
Ratio Statistics for PENYERAPAN_ANGGARAN / PAGU_AWAL
,866 Mean
Dari Tabel di atas memperlihatkan bahwa purata hanya 86.60% dana yang bisa diserap oleh satuan kegiatan di lingkungan Departemen Perindustrian Republik Indonesia periode tahun 2008 dibandingkan pagu awalnya.
4.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian dimulai dengan Uji F untuk menguji hipotesis sebagai berikut: Ho ; β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = 0
Hi ; Minimal ada satu βi ≠ 0
Tabel 4.2. UJI F
ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 156.566.936.018 7 22366705145 5101,507916 ,000 Residual 771.642.458 176 4384332,145
Total 157.338.578.475 183
a Predictors: (Constant), DEKON_NON_DEKON_X7, TANDA_BINTANG_X3, LOKASI_ PULAU_JAWA_LUAR_JAWA_X4, PUSAT_DAERAH_X5, SEKOLAH_NON_ SEKOLAH_X6, REVISI_X2, BESAR_PAGU_X1
b Dependent Variable: PENYERAPAN_ANGGARAN_Y
Sumber: Hasil Olahan SPSS Versi 20.0
Pengambilan Keputusan (Arif Pratisto Tahun 2005) :
a. Dari perspektif nilai perolehan F Hitung terhadap F Tabel 1) Jika F Hitung < F Tabel maka Ho DITERIMA. 2) Jika F Hitung > F Tabel maka Ha DITERIMA
b. Dari perpektif nilai perolehan ρ value terhadap ρ pada 95% 1) Jika ρ value < ρ pada 95% maka Ha DITERIMA 2) Jika ρ value > ρ pada 95% maka Ho DITERIMA
Tabel di atas menggambarkan bahwa; 1) F Hitung adalah 5101,507916 2) F Tabel dilihat pada;
a) Taraf signifikansi 95% b) df pembilang adalah 7 c) df penyebut adalah 183 maka F Tabel adalah 2.01
Dengan demikian F Hitung (5101,507916) > F Tabel (2.01) berarti Ha DITERIMA di mana Variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y)
3) Nilai perolehan ρ value regression adalah 0.00 sehingga ρ value < ρ pada 95% maka Ha DITERIMA. Berarti, Variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y)
Karena hasil uji F menolak Ho maka dilanjutkan dengan uji t dengan cara melihat besaran nilai T Hitung pada coefficients seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. T Test untuk berbagai Koefisien Regresi
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
95% Confidence Interval for B
B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound
1 (Constant) 6937,1327 1381,3780 5,021893 0,00 4210,9358 9663,3297 X1 0,5795 0,0067 0,8201 85,902281 0,00 0,5662 0,5928 X2 172,5917 221,5356 0,0061 1,024664 0,04 -264,6165 609,7998 X3 0,4271 0,0215 0,1569 19,840946 0,00 0,3846 0,4696 X4 -515,9674 361,6112 -0,0083 -1,426857 0,02 -1229,6196 197,6848 X5 -7516,8879 1034,4475 -0,0554 -7,266573 0,00 -9558,4055 -5475,3702 X6 920,5974 609,3271 0,0106 1,510843 0,01 -281,9306 2123,1255 X7 2481,9639 478,7792 0,0394 5,183943 0,00 1537,0768 3426,8511 a Dependent Variable: PENYERAPAN_ANGGARAN_Y
Sumber: Hasil Olahan SPSS Versi 20.0 Pengambilan Keputusan:
a. Jika t Hitung < t Tabel maka Ho DITERIMA b. Jika - t Hitung < t Tabel maka Ha DITERIMA c. Jika t Hitung > t Tabel maka Ha DITERIMA
Interpretasi:
a. T Hitung untuk variabel:
1) X1 (Besar Pagu) = 85.902.281 2) X2 (Revisi) = 1.024.664 3) X3 (Tanda Bintang) = 19.840.946 4) X4 (P. Jawa-Luar Jawa) = -1.426.857 5) X5 (Pusat-Daerah) = -7,266573 6) X6 (Sekolah-Non Sekolah) = 1,510843 7) X7 (Dekon-Non Dekon) = 5,183943 b. T Tabel pada
1) 2 tailed sig 95% berarti T Tabel ½ (95%) = T Tabel (0.025) 2) df = jumlah sample – jumlah variabel = 184 – 8 = 176 maka T Tabel (0.025; 176) adalah 1.96.0
c. Dengan demikian,
1) T Hitung yang positif secara keseluruhan > T Tabel maka Ha DITERIMA.
2) T Hitung yang negative secara keseluruhan < T Tabel maka Ha DITERIMA.
Berarti, Variabel bebas yang terdiri dari; Besar Pagu (X1), Revisi (X2), Tanda Bintang (X3), P. Jawa-Luar Jawa (X4), Pusat-Daerah (X5), Sekolah-Non Sekolah (X6) dan Dekon-Non Dekon (X7) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran Departemen Perindustrian Republik Indonesia Periode Tahun 2008 (Y). Jadi, faktor-faktor penyebab memang memiliki pengaruh terhadap rendahnya penyerapan realisasi anggaran di lingkungan Departemen Perindustrian Republik Indonesia periode Tahun 2008
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Bertitik tolak dari serangkaian pengujian hipotesis maka;
1. Tentang besarnya pagu anggaran yang disediakan selama ini tidak mengacu pada anggaran berbasis kinerja (ABK), dimana dalam penganggaran berbasis kinerja, orientasi anggaran lebih dititik beratkan kepada kinerja atau hasil sehingga informasi mengenai hasil (output/outcome) semestinya
tercantum dalam dokumen anggaran sehingga banyak anggaran yang tidak dapat diserap sesuai dengan target yang sudah ditetapkan. Dengan demikian besarnya pagu anggaran menjadi faktor penyebab rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
2. Dengan seringnya diadakan revisi akan mengakibatkan terlambatnya pencairan anggaran karena waktu melakukan revisi tidak dilengkapi dengan data dukung yang akurat, sehingga memakan waktu yang cukup lama dalam pembahasan dengan Departemen Keuangan. Jadi dengan terlambatnya persetujuan revisi akan berimplikasi terhadap pelaksanaan kegiatan, sehingga tidak semua anggaran yang ada dapat diserap. Oleh karena itu revisi merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
3. Tanda bintang akan berimplikasi terhadap penyerapan anggaran dikarenakan pada saat dilakukan penelaahan dengan Departemen Keuangan ternyata satuan kerja (satker) tidak didukung dengan data sesuai dengan ketentuan atau prosedur yang berlaku. Oleh karena itu satker yang diberi tanda bintang menjadi faktor penyebab rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
4. Bersumber pada terjadinya perbedaan penafsiran kebijakan yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan antara Kanwil yang berada di p.Jawa dengan yang di luar P.Jawa akan berimplikasi pada pelaksanaan satuan kerja. Hal ini secara otomatis mengakibatkan terjadinya perbedaan daya serap realisasi anggaran antara P. Jawa dan luar Jawa. Oleh karena itu faktor perbedaan penafsiran antara kanwil P. Jawa dan luar Jawa menyebabkan rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
5. Bersumber pada perbedaan besaran penanganan volume satuan kerja antara pusat dan daerah berimplikasi pada terjadinya perbedaan daya serap
realisasi anggaran. Selama ini anggaran yang berada dipusat lebih besar dibandingkan daerah pada hal daya serap nya lebih kecil. Oleh karena itu adanya perbedaan besaran volume satuan kerja dan tingkat daya serap realisasi anggaran menjadi faktor penyebab rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
6. Bersumber pada perbedaan antara apa yang direncanakan Departemen Perindustrian dengan minat masyarakat pada bidang studi tertentu yang menjadi tren berimplikasi pada belum meratanya pencapaian target pendirian institusi pendidikan pada setiap propinsi yang berada dibawah naungan Departemen Perindustrian. Oleh karena itu anggaran yang dialokasikan untuk bidang pendidikan khususnya pendirian institusi pendidikan sebagai faktor rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
7. Dengan dilansirnya kebijakan otonomi daerah maka terjadi perbedaan penafsiran pihakmana yang bertanggung jawab terhadap penangan satuan kerja antara pusat dan daerah. Selama ini kebijakan pelaksanaan satuan kerja (satker) yang dikeluarkan oleh pusat terjadi benturan dengan peraturan daerah mengakibatkan masing-masing pihak tidak merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh karena itu tingkat daya serap realisasi anggaran menjadi rendah maka dengan adanya benturan kebijakan pusat (permen) dan daerah (perda) sebagai faktor penyebab rendahnya penyerapan realisasi anggaran.
Disamping faktor-faktor tersebut diatas ada juga masalah-masalah internal antara lain:
a. Rencana dan jadual pelaksanaan kegiatan belum disusun dengan baik dan konsisten.
b. Lambatnya memulai proses pelaksanaan kegiatan baik swakelola maupun yang memerlukan proses lelang, rata-rata dilaksanakan sekitar bulan Maret.
c. Masih lemahnya pemahaman pengelola DIPA dalam proses dan tata kelola pelaksanaan anggaran.
d. Adanya kebijakan pemerintah terhadap pemotongan anggaran e. Belum diterapkannya Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Dari uraian tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan sementara, diproyeksikan ke depannya bahwa variable-variabel tersebut diatas bisa dikatakan sebagai kendala dalam upaya mengoptimalkan realisasi anggaran.