Panduan Praktik Klinis
SMF : BEDAH UMUM
RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
FIBROADENOMA MAMMAE
(ICD-10: N60.2)
1. Pengertian (Definisi)
Neoplasma jinak payudara yang terdiri dari campuran elemen kelenjar (glandular) dan elemen stroma (mesenkimal), yang terbanyak adaah komponen jaringan fibrous.
2. Anamnesis
- Merasa ada benjolan di payudara cukup lama
- Benjolan sering tidak disertai rasa nyeri dan sering tak ada hubungan dengan menstruasi.
- Benjolan terasa mobile/ lari-lari. - Usia muda (akil baliq - 30 tahun)
3. Pemeriksaan Fisik
- Benjolan biasanya tidak terlalu besar. - Dapat tunggal atau multipel.
- Pada palpasi teraba tumor padat kenyal, berbatas tegas, permukaan halus, meskipun kadang berdungkul-dungkul, sangat mobile, tidak nyeri tekan, dapat tunggal atau multipel, dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening aksila ipsilateral.
4. Kriteria Diagnosis - Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang : USG mammae, mammografi
5. Diagnosis Diagnosis cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pencitraan diperlukan pada keadaan kecurigaan pada tumor kistik atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multipel) 6. Diagnosis Banding - Tumor Phylloides Benigna
- Tubular Adenoma
7. Pemeriksaan Penunjang USG payudara: massa homogen, berbatas tegas dengan halo sign, dengan internal echo yang normo atau hiper.
8. Terapi Eksisi dan pemeriksaan histopatologis spesimen operasi.
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka kekambuhan
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto,
Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS 12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis dr. Zainul Muhtarom Sp. B
dr. Agoeng Suprijadi Sp. B
14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan 1. Crofton SJ, Horne N, Miller F. Fibroadenoma mammae. Edisi ke-1. London: The Mac Millan Press, 1992.
2. Rahajoe N, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB. Pedoman Tatalaksana FAM. 2005.
Panduan Praktik Klinis
SMF : BEDAH UMUM
RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
TUMOR PHYLLODES
1. Pengertian (Definisi) Tumor fibroepithelial yang jarang dan hanya didapatkan di
payudara.
2. Anamnesis - Usia 30 tahun atau lebih- Benjolan sudah diderita lama dan dapat sangat besar tanpa
disertai rasa nyeri, kadang-kadang ada anamnesis cepat membesar terakhir ini, dan disertai ulkus.
3. Pemeriksaan Fisik - Benjolan besar atau sangat besar (5cm-40cm)
- Kulit di atas tumor mengkilat, ada fleboektasi, kadang didapatkan ulkus
- Benjolan berdungkul-dungkul dengan konsistensi heterogen, ada bagian yang padat, dan banyak bagian yang kistik
- Meskipun besar, benjolan masih mobile (mudah digerakkan) dari jaringan sekitar atau dengan kulit dan dasar/dinding thoraks
- Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening aksilla ipsilateral walaupun benjolan sudah sangat besar dan terdapat ulkus
4. Kriteria Diagnosis - Anamnesa- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang : USG mammae, mammografi, FNAB
5. Diagnosis - Diagnosis cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pencitraan diperlukan pada keadaan kecurigaan pada tumor
kistik atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multipel)
6. Diagnosis Banding - Tumor Phylloides Benigna - Tubular Adenoma
7. Pemeriksaan Penunjang - USG mammae atau mammografi: tidak khas, sukar dibedakandengan fibroadenoma mammae
8. Terapi - Eksisi luas, karena bila dilakukan eksisi seperti fibroadenoma mammae maka angka kekambuhan akan sangat besar
- Mastektomi sederhana dikerjakan pada keadaan:
a. benjolan yang sudah menempati hampir seluruh payudarasehingga hanya tersisa sedikit jaringan payudara yang sehat.
b.benjolan residif dan terbukti histopatologis berupa lesi yang maligna.
c. benjolan residif pada usia tua.
- Pada tumor phyllodes yang maligna, prinsip terapi juga sama dengan yang benigna, kecuali pada yang residif, langsung dikerjakan mastektomi sederhana. Pembersihan kelenjar getah bening aksila hanya bila didapatkan metastase pada kelenjar getah bening aksilla.
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto,
Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka
kekambuhan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Zainul Muhtarom Sp. B
dr. Agoeng Suprijadi Sp. B
14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Pang T, Koh KL, PuthuchearySD (eds) : Tumor Phylloides: Strategies for the 90’s, Singapore, World Scientific, (2010).
Panduan Praktik Klinis
SMF : BEDAH UMUM
RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
TUMOR GANAS PAYUDARA
(ICD-10: C50)
ganas dari kulit payudara).
2. Anamnesis -Sebagian besar (85%) mengeluh ada tumor, bisa kecil sampai
besar dan sudah jelas menunjukkan tanda infiltrasi (mobilitas terbatas/ fixed, perlekatan ke kulit/ ulkus, penarikan puting susu, sampai perlekatan pada dinding thoraks).
- Rasa tak enak pada payudara dan besar payudara yang tak sama besar.
- Ada nipple discharge yang berdarah
- Didapatkan rasa mengganjal di ketiak pada metastase kelenjar getah bening axilla ipsilateral.
- Gejala metastase di tempat lain (paru-liver-tulang-otak-payudara kontralateral).
3. Pemeriksaan Fisik - Tumor: letak kuadran, besar tumor, konsistensi, mobilitas,
permukaan, batas, nyeri atau tidak.
- Pemeriksaan kelenjar getah bening axilla ipsilateral, mobilitas kelenjar getah bening.
4. Kriteria Diagnosis
Stadium karsinoma mammae
Stadium T N M 0 In situ 0 0 I 1 0 0 IIA 0 1 2 1 1 0 0 0 0 IIB 2 3 0 0 0 0 IIIA 0 1 3 2 2 1-2 0 0 0 IIIB 0-4 Any 0-2 3 0 0 IV Any Any 1 Keterangan:
T0 : tidak teraba tumor dengan cara pemeriksaan klinis biasa T1 : teraba tumor dengan diameter < 2 cm
T2 : teraba tumor dengan diameter > 2 dan < 5 cm T3 : teraba tumor dengan diameter > 5 cm
N0 : tidak ada metastasis regional
N1 : ada metastasis kelenjar aksilla yang mobile N2 : ada metastasis kelenjar aksilla yang melekat N3 : metastasis ke kelenjar mammaria interna M0 : tidak didapatkan metastasis jauh
M1 : didapatkan metastasis jauh
5. Diagnosis - Anamnesis dan pemeriksaan fisik- Pencitraan (foto thoraks, USG liver, mammografi/ USG
mammae, bonescanning), untuk persiapan operasi dan atau kemoterapi serta menetapkan stadium penyakit.
- Sitologi dapat rutin atau indikasi, untuk operasi atau kemoterapi, serta menentukan stadium penyakit.
6. Diagnosis Banding - Tumor Phylloides Maligna
- Tubular Adenoma
7. Pemeriksaan Penunjang - USG payudara: massa homogen, berbatas tegas denga halo sign, dengan internal echo yang normo atau hiper.
8. Terapi - Kriteria inoperabilitas pada kanker payudara1. Tumor melekat pada dinding thoraks.
2. Edema lengan.
3. Peau d’orange yang melebih ½ payudara.
4. Satelit nodul di daerah payudara yang luas, melewati daerah paudara.
5. Mastitis karsinomatosa.
- Indikasi pemerian radioterapi adjuvan loko-regional 1. Stadium IIA dan IIB.
2. Pada stadum I dan II bila:
- letak tumor di medial atau sentral
- bila letak tumor sangat dekat dengan M. Pektoralis atau menginfiltrasi Mm. Pektoralis
3. Bila pada pemeriksaan histopatologis kelenjar getah bening aksilla sudah ada metastasis dan menembus kapsul.
4. Bila operator merasa perlu ditambahkan radiasi eksterna oleh karena kemungkinan terjadi seeding.
- Indikasi pemberian kemoterapi adjuvan sistemik 1. Bila tumor > 3 cm.
2. Bila pada pemeriksaan histopatologis spesimen mastektomi: - didapatkan metastasis pada kelenjar getah bening aksilla > 3 buah
- tumor poorly differentiated - ada angio dan lymph invasion
- metastasis kelenjar getah bening aksilla yang sudah
menembus kapsul.
- ER dan atau PR negatif 3. Usia kurang dari 35 tahun.
4. Jelas suatu hereditary breast cancer. - Kemoterapi yang diberikan
Pilihan standard
CAF (Cyclophophamide 500mg/m2 – Doxorubicin 50mg/m2 – 5 Fluorouracyl 500mg/m2 ) tiap siklus, diulang tiap 3
minggu, sebanyak 6 siklus.
CMF (Cyclophosphamide 100mg p.o. hari 1-14, Methotrexate 40mg/m2 i.v. hari 1 dan 8, 5FU 500mg/m2 i.v. hari 1 dan 8) tiap siklus, diulang lagi hari ke 28, sebanyak 6 siklus. Pilihan lain
Docetaxel/Paclitaxel-Doxorubicin Gemcitabicine-Cisplatin
Docetaxel/Paclitaxel-Gemcitabicine
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto,
Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS
- Indikasi pemberian terapi hormonal ajuvan sistemik(Tamoxifen)
1. Post menopause dengan ER/PR+ atau tidak diketahui. 2. Post menopause dengan ER/PR-, kemoterapi tidak dapat
diberikan atau tidak sanggup menyediakan.
Pilihan standar: Tamoxifen 20-30mg/ hari p.o. selama 5 tahun. - Tindak lanjut
Dilakukan cukup lama, seumur hidup. Yang dinilai: status generalis, keadaan penyakitnya, komplikasi atau akibat samping dari terapi yang diberikan.
Jadwal follow up:
0-1 tahun : tiap bulan sekali 1-3 tahun : tiap 3 bulan sekali 3-5 tahun : tiap 6 bulan sekali > 5 tahun : tiap tahun sekali
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka
kekambuhan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad malamAd sanationam : dubia ad malam Ad fungsionam : dubia ad malam 11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Zainul Muhtarom Sp. Bdr. Agoeng Suprijadi Sp. B
14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
Panduan Praktik Klinis
SMF : BEDAH UMUM
RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
HEMOROID
(ICD-10: I84)
1. Pengertian (Definisi) Suatu pembesaran bantalan fibrovaskuler yang terdapat dalam kanalis analis.
2. Anamnesis - Rasa tidak nyaman, gatal di anus, keluar cairan lendir dan perdarahan, bila berlanjut timbul prolaps dari hemoroid.
3. Pemeriksaan Fisik - Mencari kelainan penyerta lain, colok dubur.
4. Kriteria Diagnosis Derajat 1: pelebaran vaskularisasi, dapat terjadi perdarahan, tetapi tidak terjadi prolaps.
Derajat 2: dapat terjadi prolaps hemoroid saat defekasi, tetapi masih dapat kembali spontan.
Derajat 3: terjadi prolaps, tetapi masih dapat dikembalikan dengan jari tangan.
Derajat 4: terjadi prolaps, tidak dapat dikembalikan, biasanya disertai strangulasi atau trombosis.
5. Diagnosis Diagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
6. Diagnosis Banding - Laserasi anus- Fistula perianal
7. Pemeriksaan Penunjang - Proktoskopi: tampak benjolan berwarna merah kebiruan.
8. Terapi - Terapi suportif- Modifikasi diet dan pola hidup
- Berendam duduk dalam air hangat selama 10 menit
- Menggunakan kertas basah yang mengandung witch hazel, suatu astringen alami
- Terapi medikamentosa: krim analgetik atau suppositori yang mengandung anestesi lokal, astringen, atau steroid
-Skleroterapi: dengan menyuntikkan Fenol 5% dalam almond oil 3-5 ml pada hemoroid derajat 1 dan 2.
- Terapi pembedahan
Untuk hemoroid grade 3 dan 4, atau grade 1 dan 2 yang gagalditerapi dengan metode nonpembedahan.
- Eksisi trombus, jika trombus cukup besar dan menimbulkan nyeri.
- Ligasi rubber band.
- Hemoroidektomi teknik terbuka (contoh: teknik Milligan-Morgan).
- Hemoroidektomi teknik tertutup (contoh: teknik Ferguson).
- Stapled hemorrhoidopexy (PPH procedure).
9. Edukasi Meminum banyak air putih. Kurangi mengonsumsi
kafein dan minuman keras.
Menambah asupan serat di dalam makanan: buah, sayuran, beras merah atau cokelat, biji-bijian, kacang-kacangan, dan gandum.
Tidak menunda untuk buang air besar. Sebaliknya, jika mengabaikan dorongan untuk buang air besar, bisa membuat tinja keras dan kering hingga memaksa kita harus mengejan saat buang air besar.
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto,
Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS
Panduan Praktik Klinis
SMF : BEDAH UMUM
RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
HERNIA INGUINALIS DAN HERNIA FEMORALIS
(ICD-10: K40 dan K41)
1. Pengertian (Definisi)
Penonjolan abnormal sebagian atau seluruh organ intraabdominal melalui lubang atau defek dinding abdomen, yang dilapisi peritoneum.
- Hernia inguinalis lateralis/ indirekta: kantong hernia keluar melalui annulus internus menuju kanalis inguinalis – annulus eksterus dan keluar menuju kantong zakar.
- Hernia inguinalis medialis/ direkta: kantong hernia keluar melalui segitiga Hasselbach menuju annulus eksternus.
- Hernia femoralis: kantong melalui annulus femoralis menuju ke fossa ovalis.
2. Anamnesis - Benjolan daerah inguinal yang timbul bila penderita berdiri atau mengejandan dapat masuk kembali bila penderita berbaring (hernia reponibilis).
- Bila isi hernia tidak dapat masuk kembali disebut hernia irreponibilis. - Bila terjadi penjepitan isi hernia oleh annulus dan timbul gangguan pasase isi usus dan atau gangguan vaskularisasi disebut hernia inkarserata
3. Pemeriksaan Fisik Dilakukan pada posisi berdiri, terlentang, saat mengejan atau batuk
5. Diagnosis Diagnosis cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
6. Diagnosis
Banding - Hidrokel testis- Epididimitis
7. Pemeriksaan
Penunjang - USG
8. Terapi - Hernia inguinalis dan femoralis harus selalu dilakukan operasi kecuali bilaada kontraindikasi (keadaan pasien terlalu lemah untuk menjalani operasi atau
risiko operasi terlalu tinggi). Pada pasien yang tidak dapat dilakukan atau menolak operasi, disarankan memakai Sabuk Truss untuk menutup defek dinding abdominal sementara waktu hingga dapat dilakukan operasi.
- Sebelum dilakukan operasi, faktor pencetus hernia seperti: konstipasi, batuk kronis, dan obstruksi uretra-bladder neck harus diperbaiki dahulu untuk mencegah kekambuhan.
- Prinsip operasi hernia: menghilangkan saccus peritonealis dan menutup defek dasar inguinal. Dapat dilakukan dengan operasi herniotomi (memotong kantong hernia), herniorafi (menutup defek dasar inguinal dengan jaringan sekitar defek), hernioplasti (menutup defek atau memperkuat dasar inguinal dengan bahan protesa).
- Teknik operasi terbuka: Anterior approach
Tanpa mesh: prosedur Bassini, Halsted, McVay, Shouldice. Mulai ditinggalkan
Dengan mesh: Lichtenstein tension free. Paling banyak digunakan dan rasa nyeri paska operasi ringan
Preperitoneal approach: prosedur Nyhus, Stoppa. Bermanfaat pada kasus hernia bilateral atau kasus rekurensi - Operasi laparoskopik
IPOM: intraperitoneal onlay of mesh
TAPP: transabdominal preperitoneal mesh technique - TEP: total extraperitoneal mesh placement
Hernia inguinal indirekta
Hernia inguinal direkta
Hernia femoralis Usia Semua umur Orang tua Dewasa dan tua Jenis kelamin Terutama pria Pria dan wanita Terutama wanita lokasi Di atas ligamentum inguinale Di atas ligamentum inguinale Di bawah ligamentum inguinale Thumb test (menekan annulus internus dan penderita mengejan) Tidak keluar benjolan
Keluar benjolan Keluar benjolan
Finger test (tes invaginasi jari lewat skrotum ke dalam kanalis inguinalis, penderita mengejan) Tonjolan pada ujung jari
Tonjolan pada sisi jari
-Zieman test (tangan kanan jari II menekan annulus internus kanan, jari III menekan annulus eksternus kanan, Jari IV menekan fossa ovalis kanan, penderita mengejan) Dorongan pada jari II Dorongan pada jari III
Dorongan pada jari IV
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto,
Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS
9. Edukasi - Hindari aktifitas yang berhubungan dengan angkat berat.
- Hindari mengejan terlalu keras saat batuk, olahraga, buang air, dll
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam 11. Tingkat Evidens IV 12. Tingkat Rekomendasi C 13. Penelaah Kritis dr. Zainul Muhtarom Sp. B dr. Agoeng Suprijadi Sp. B 14. Indikator
Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan Azimuddin, edited by Indru Khubchandani, Nina Paonessa, Khawaja (2009). Classification of hernia. (2nd ed. ed.). New York: Springer. p. 21.
Panduan Praktik Klinis
SMF : BEDAH UMUM
RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
PENYAKIT GRAVE’S / MORBUS BASEDOW
1. Pengertian (Definisi) Penyakit autoimun yang ditandai dengan gejalahipertiroidism, goiter yang difus. Dan bisa disertai kelainan
mata dan kulit
2. Anamnesis -- Peningkatan nafsu makan tetapi berat badan turunTremor, gelisah, emosi labil, ketakutan, insomnia, mimpi
buruk
- Diare, mudah lelah, tidak tahan panas, mudah berkeringat
3. Pemeriksaan Fisik - Penderita tampak kurus
- Mata menonjol - Resting tremor - Takikardi
- Pembesaran tiroid yang difus
4. Kriteria Diagnosis Klasifikasi Gustillo dan Anderson:
a. Patah tulang derajat I
Garis patah tulang sederhana. Luka <1 cm, bersih b. Patah tulang derajat II
G Garis patah tulang sederhana. Luka <1 cm, bersih, tanpa kerusakan jaringan lunak luas, flap, atau avulsi c. Patah tulang derajat III
Patah tulang dengan kerusakan jaringan luas termasuk kulit, otot, saraf, pembuluh darah. Patah tulang ini disebabkan gaya denga kecepatan tinggi
5. Diagnosis - Peningkatan nafsu makan tetapi berat badan turun
- Tremor, gelisah, emosi labil, ketakutan, insomnia, mimpi buruk
- Diare, mudah lelah, tidak tahan panas, mudah berkeringat - Penderita tampak kurus
- Mata menonjol - Resting tremor - Takikardi
- Pembesaran tiroid yang difus
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto,
Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto
Dr. Sujatmiko, MMRS - Tiroiditis sub akut
- Hipertiroid karena peningkatan gonadotropin
7. Pemeriksaan Penunjang - Laboratorium: kadar T3 dan T4 meningkat, TSH menurun
- USG tirod: pembesaran kelenjar tiroid yang difus
- Sidikan yodium: gambaran tangkapan yodium meningkat
8. Terapi - Propil Thyourasil (PTU) 3 x 100 mg (dewasa)
- Beta blocker (propanolol) - Minor tranzquilizer (diazepam) - Pembedan dan internal radiasi
9. Edukasi Makanan tinggi serat dan protein, istirahat yang cukup
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis dr. Zainul Muhtarom Sp. B
dr. Agoeng Suprijadi Sp. B
14. Indikator Medis Kondisi pasien membaik
15. Kepustakaan
1. Davies TF. Grave disease-Pathogenesis. In Bravement LE, Utiger RD (eds). Werner & Ingbar’s The tyroid- A Fundamental and Clinical Text, 8th ed., Philadelphia: Lippincott illiam& Wilkins; 2000,p. 518-30
Panduan Praktik Klinis
SMF : BEDAH UMUM
RSUD PROF. Dr. SOEKANDAR KAB. MOJOKERTO
TAHUN 2015
STRUMA NODUSA NON TOKSIKA
1. Pengertian (Definisi) Pembesaran kelenjar tirod yang berbatas tegas, tanpa gejalahipertiroid
2. Anamnesis -- Benjolan dileher bagian bawah depanNyeri dileher bagian bawah depan disertai peningkatan suhu
tubuh
- Apakah pasien berasal dari daerah endemis?(banyak tetangga yang memiliki gejala sama)
3. Pemeriksaan Fisik - Inspeksi:o Benjolan dileher depan bawah yang bergerak ke atas
saat menelan ludah
- Palpasi
o Lokalisasi benjolan terhadap trakea
o Ukuran
o Konsistensi
o Mobilitas terhadap jaringan sekitar o Benjolan bergerak saat menelan ludah
o Bagian bawah benjolan dapat diraba atau tidak (jika tidak dapat diraba, kemungkinan ada bagian yang masuk retrosternal)
o Raba KGB leher
4. Kriteria Diagnosis AnamnesaPemeriksaan fisik
Pemeriksaan lab : T3, T4, TSH
5. Diagnosis -- Benjolan dileher bagian bawah depanNyeri dileher bagian bawah depan disertai peningkatan suhu
tubuh
- Apakah pasien berasal dari daerah endemis?(banyak tetangga yang memiliki gejala sama)
- Inspeksi:
o Benjolan dileher depan bawah yang bergerak ke atas saat menelan ludah
- Palpasi
o Lokalisasi benjolan terhadap trakea o Ukuran
o Konsistensi
o Mobilitas terhadap jaringan sekitar
o Benjolan bergerak saat menelan ludah
o Bagian bawah benjolan dapat diraba atau tidak (jika tidak dapat diraba, kemungkinan ada bagian yang masuk retrosternal)
o Raba KGB leher
7. Pemeriksaan Penunjang - X-foto leher AP/lateralo Untuk mengetahui kalsifikasi pada struma,
penyempitan atau pendorongan trakea
- X-foto thorax AP/lateral
o Untuk mengetahui bagian struma yang ada di retrosternal
- FNAB
o Screening keganasan tiroid
- Potong beku
o Dikerjakan intra operatif untuk menentukan struma
ganas/tidak
8. Terapi - Subtotal lobektomi : bila hanya 1 sisi saja - Subtotal tiroidektomi: bila kedua lobus terkena
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka
Ketua Komite Medik
Dr. Asri Bindusari, SpKK 19601102 198703 2 002
Mojokerto,
Ketua SMF Bedah Umum
dr. Zainul Muhtarom Sp. B 19611205 198901 1 001
Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto