• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Tambahan Mini CEX

N/A
N/A
Daud Gultom

Academic year: 2024

Membagikan "Tugas Tambahan Mini CEX"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Tugas Tambahan Mini CEX

Oleh :

Daud Habinsaran Gultom H1AP20037

Pembimbing :

dr.Ikhsan Trinardi, M.Sc, Sp.A

KEPANITRAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU

2023

(3)

Pemeriksaan Fisik Anak

1. Pemeriksaan Keadaan Umum

Tinggi badan, Berat badan dan Lingkar kepala

Pada anak kurang dari 5 tahun menggunakan kurva WHO

(4)
(5)
(6)

Pada anak lebih dari 5 tahun menggunakan kurva CDC BB/Umur : BB sekarang/BB ideal x 100%

TB/ Umur : TB sekarang/ TB ideal x 100%

BB/TB : BB sekarang/BB ideal menurut TB x 100%

Interpretasi:

BB/Umur:

>120% : Obesitas 110-120% : Overweight 90-110% : Normal 70-90% : BB kurang

< 70% : BB sangat kurang TB/Umur

>120% : Sangat Tinggi 110-120% : Tinggi

90-110% : Normal 70-90% : Pendek

< 70% : Sangat Pendek

BB/TB

>120% : Obesitas

(7)

110-120% : Overweight 90-110% : Normal 70-90% : Gizi kurang

< 70% : Gizi Buruk

(8)

2. Ringkasan Pemeriksaan Fisik Umum 2.1 Kepala

Bentuk Kepala Normal: Normosefali

Abnormal: Makrosefali/mikrosefali

(9)

2.2 Rambut: jika berwarna merah jagung, kering, & mudah dicabut-tanda malnutrisi

2.3 Ubun-ubun: pada umur 6 bulan sebagian kecil (3%) bayi normal tertutup ubun ubunnya.

Pada umur 9 bulan 15% dan pada umur 1 tahun 40%. Pada umur 19 bulan, 90% bayi normal sudah tertutup ubun-ubunnya.

Ubun-ubun terlambat menutup = rakhitis, hidrosefalus, sifilis, hipotiroidisme, osteogenesis imperfekta, rubella kongenital, malnutrisi, sindrom down, dan gangguan perkembangan lain.

Ubun-ubun besar normal: rata atau sedikit cekung Ubun-ubun menonjol: peningkatan tekanan intrakranial Ubun-ubun cekung: malnutrisi & dehidrasi

(10)

2.4 Wajah: nilai asimetri wajah, pembengkakan (akibat infeksi, edema, dll), wajah dismorfik (misalnya pada sindrom down, dll). Mata: mata cekung = tanda dehidrasi, konjungtiva (nilai anemis/ hiperemis/ sekret), sklera (ikterus). pupil (nilai ukuran, isokor, refleks cahaya), visus, dll.

(11)
(12)

2.5 Mata dan telinga:

2.6 Hidung: nilai adanya sekret, deformitas, pernapasan cuping hidung. Telinga: nilai tanda infeksi, nilai adanya sekret, ketajaman pendengaran, dll

2.7 Mulut: Nilai adanya trismus (diukur berapa cm mulut yang dapat dibuka, diukur dari ujung gigi seri atas dan bawah), warna bibir (anemis/sianosis), mukosa pipi (oral thrush, stomatitis), perdarahan gusi, dll.

(13)

Derajat Pembesaran Tonsil To: Tonsil sudah diangkat

T1: Tonsil masih dalam fossa tonsilaris

T2: Tonsil sudah melewati pilar posterior, belum melewati garis para median

T3: Tonsil melewati garis para median, belum lewat garis median (pertengahan uvula) T4: Tonsil melewati garis median

(14)

2.8 Leher

2.9 Paru-paru Inspeksi:

Normal: Dada simetris, bentuk dada normal Abnormal:

Tasbih (rosary) yaitu penonjolan atau pembengkakkan pada tempat persambungan tulang rawan dan tulang iga

Perkembangan dada tidak simetris

Gerakan dada berkurang pada sisi yang mengalami pneumonia, pneumothorax, ateletaksis, sumbatan oleh benda asing.

(15)

Retraksi: suprasternal, intercostal, substernal, subcostal.

Palpasi:

Normal: simetris kiri = kanan, vokal fremitus normal Abnormal:

Vokal fremitus meningkat bila ada konsolidasi, misalnya pada pneumonia. Vokal fremitus berkurang bila ada obstruksi jalan napas, atelektasis, efusi pleura, tumor antara paru dan dinding dada.

Perkusi:

Normal: Sonor

Abnormal: Hipersonor: udara dalam paru/pleura meningkat (emfisema &

pneumothoraks)

Redup / Pekak: terdapat konsolidasi (pneumonia/atelektasis/tumor/ cairan dalam rongga pleura).

Auskultasi:

Bunyi Napas Dasar:

Vesikular: Suara napas normal. (suara inspirasi lebih keras & panjang daripada ekspirasi) Suara napas vesikular melemah; pada penyempitan bronkus, keadaan yang menyebabkan ventilasi berkurang, hambatan konduksi suara meningkat misalnya pada penyakit pneumonia, atelektasis, edema paru, etusi pleura emfisema, efusi pleura.

Bronkial: Normalnya hanya terdengar pada bronkus besar kanan & kiri, di daerah parastemal atas di dada depan & di daerah interskapular di belakang. Merupakan suara inspirasi keras disusul ekspirasi yang lebih keras. Bila terdengar di tempat lain kemungkinan terdapat konsolidasi luas. Bronkovesikuler: Kombinasi bronkial dan vesikuler

Bunyi Napas Tambahan:

Ronkhi Basah: suara napas tambahan berupa vibrasi terputus-putus akibat getaran yang terjadi karena cairan dalam jalan napas dilalui oleh udara.

 Ronki basah halus: berasal dari duktus alveolus, bronkiolus, dan bronkus halus

 Ronki basah sedang: berasal dari bronkus kecil dan sedang

 Ronki basah kasar: berasal dari bronkus diluar jaringan paru Pada ronki basah halus dibedakan pula:

Ronki basah nyaring: nyata terdengar, oleh karena suara disalurkan melalui benda padat (terdapat infiltrat & konsolidasi)

(16)

Ronki basah tidak nyaring: suara disalurkan melalui media normal Ronki Kering: suara kontinu yang terjadi karena udara melalui jalan napas yang menyempit baik akibat faktor intraluminar (spasme bronkus, edema, lendir yang kental, benda asing) maupun faktor ekstraluminar (desakan tumor). Lebih jelas terdengar pada fase ekspirasi daripada fase inspirasi

Wheezing: merupakan ronki kering yang terdengar lebih musikal atau sonor dibandingkan dengan ronki kering lainnya. Mengi lebih sering terdengar pada fase ekspirasi (pada asma & bronkiolitis).

Krepitasi: adalah suara membukanya alveoli. Krepitasi patologis terdapat pada pneumonia lobaris.

2.10 Jantung

Inspeksi dan Palpasi

Normal: Pada bayi & anak kecil iktus cordis terdapat di ICS 4 pada linea micklavikularis kiri atau sedikit lateral (posisi jantung bayi lebih horizontal). Pada anak berusia 23 tahun iktus cordis berada di ICS 5 sedikit medial darl garis midklavikularis kiri.

Abnormal: lokasi iktus cordis bergeser (misalnya pada pembesaran ventrikel) Teraba Thrill: getaran pada dinding dada yang terjadi akibat bising jantung yang keras. Thrill dapat terjadi pada fase sistolik & diastolik.

Perkusi

Pada anak besar, perkusi dilakukan dari perifer ke tengah dapat memberikan kesan besarnya jantung, terutama bila terdapat kardiomegali yang nyata. Namun pada bayi dan anak kecil perkusi sulit dilakukan.

Auskultasi

Posisi Auskultasi Jantung:

 Daerah Mitral: di apeks

 Daerah Trikuspid: di parasternal kiri bawah

 Daerah Pulmonal: ICS 2 tepi kiri sternum

 Daerah Aorta: ICS 2 tepi kanan sternum

(17)

Bunyi Jantung:

Bunyi jantung I: paling jelas terdengar di apeks! bersamaan dengan iktus cordis dan denyut karotis.

Bunyi jantung II: paling jelas terdengar di ICS 2 tepi kiri sternum

Normalnya: BJ I dan II normal (tidak mengeras / melemah), tidak ada duplikasi/split.

Bunyl Jantung III: bernada rendah, terdengar 0,1- 0.12 detik setelah BJ II terdengar paling baik pada apeks atau parasternal kiri bawah. Dapat terdengar pada anak dan dewasa muda normal.

Bunyl jantung IV: Tidak terdengar pada bayi dan anak normal. Dapat terdengar pada dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel: fibrosis miokardium. Bunyi jantung abnormal lainnya: Irama gallop, opening snap.bising.

Bising

Bising sistolik: terdengar antara BJI&BJII Bising diastolik: antara BJII & BJI.

(18)

2.11 Abdomen Inspeksi:

Abnormal:

Perut cembung: ascites, pneumoperitoneum, pembesaran organ intraabdomen, konstipasi, tumor, dll.

Perut cekung: malnutrisi, dehidrasi berat, dll Auskultasi:

(19)

Normal: suara peristaltik terdengar sebagai suara yang intensitasnya rendah terdengar setiap 10-30 detik.

Abnormal: Frekuensi bertambah pada gastroenteritis, berkurang atau bahkan menghilang pada peritonitis, atau ileus paralitik. Nada berubah menjadi nyaring pada ileus obstruksi (terutama di atas letak obstruksi).

Perkusi:

Normal: terdengar bunyi timpani di seluruh perut kecuali pada hati & limpa.

Abnormal: pekak hati menghilang pada pneumoperitoneum Perkusi abdomen redup pada ascites.

Shifting Dullness: menentukan daerah redup yang berpindah dengan melakukan perkusi dari umbilikus ke sisi perut untuk mencari daerah redup daerah redup akan menjadi timpani bila anak berubah posisi miring.

Undulasi: Pasien baring terlentang, satu tangan diletakkan pada satu sisi perut pasien, sedangkan jari tangan satunya mengetuk dinding perut sisi lainnya.

Tangan orang lain diletakkan di permukaan abdomen dengan sedikit menekan.

Pada ascites dapat dirasakan gelombang cairan pada tangan pertama.

Puddle sign: menentukan daerah yang redup pada bagian' terendah perut pada posisi anak menungging

Palpasi:

Normal: dinding perut rileks, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa tumor. Tidak ada pembesaran organ intra abdominal.

Palpasi Hepar: Digunakan patokan 2 garis:

1. Garis yang menghubungan pusat dengan titik potong garis midklavikularis kanan dengan arkus kosta

2. Garis yang menghubungkan pusat dengan prosesus xifoideus.

Pembesaran hati diproyeksikan pada kedua garis ini & dinyatakan berapa bagian dari kedua garis tersebut (misalnya 1/3-1/3) atau dalam cm.

Catat juga: konsistensi, permukaan, nyeri tekan.

(20)

Contoh: Hati teraba 1/3-1/2 Palpasi Limpa:

Besarnya limpa diukur menurut cara schuffner. Jarak maksimum dari pusat ke garis singgung arkus kosta kiri dibagi menjadi 4 bagian yang sama; garis ini diteruskan ke bagian bawah sehingga memotong lipat paha, garis dari pusat ke lipat paha juga dibagi menjadi 4 bagian yang sama.

Limpa membesar sampai pusat = Schuffner IV. limpa membesar sampai lipat paha Schuffner Vill

Contoh: limpa teraba S1

Palpasi Ginjal: Normalnya ginjal tidak teraba 2.12 Genitalia:

Anak laki-laki

Berbaring terlentang dengan memperhatikan penampakan penis, testis, dan skrotumnya.

Prepusium akan menutupi glan penis. Dapat ditarik ke belakang sampai tampak meatus uretra eksterna

Batang penis tidak terdapat hipospadia, epispadia Testis, Skrotum:

Apakah terdapat edema atau tidak, testis teraba dikiri dan kanan, ada nyeri saat di palpasi atau tidak.

(21)

Anak Perempuan

Lakukan inspeksi genitalia eksterna untuk melihat apakah sudah terdapat rambut pubis, ukuran klitoris, warna serta besar labia mayora, dan apakah terdapat ruam, memar, atau lesi lainnya.

(22)

2.13 Pemeriksaan Saraf Pada Anak

(23)

Daftar Pustaka

Bickley, LynnS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates / Lynn S.

Bickley; alih bahasa, Andry Hartono ; editor edisi bahasa Indonesia, Linda Dwijayanthi, Andita Nowianti, Sherli Karolina. - Ed. 8. - Jakarta: EGC, 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai dengan keluhan nye- ri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam..

Selain itu juga ditemukan adanya nyeri tekan pada perut kanan bawah apabila dilakukan penekanan pada sisi kontralateral (Rovsing Sign), adanya Rovsing Sign dapat membantu