Pembahasan MODUL 2
TIM UKMPPD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
1. C. Insulin
• Keyword:
– Kesemutan + nyeri pada kedua kaki neuropati perifer, komplikasi DM
– Penyakit DM sudah sejak 10 tahun, obat rutin: glibenklamid 1×5 mg, metformin 3×500 mg sudah minum 2 OHO
– Gula darah puasa: 220mg/dl, gula darah 2 jam post prandial: 298 mg/dl, HbA1c: 11 kontrol gula darah tidak tercapai.
• Terapi yang tepat: insulin
– Terapi nutrisi medis, olahraga teratur semua pasien DM selalu dimulai dengan ini
– Lanjutkan terapi oral tidak mungkin – Naikan dosis obat oral H
2. B. TSH rendah, FT4 tinggi
BB menurun drastic, peningkatan nafsu makan, sering berkeringat, berdebar-debar Gejala Tirotoksikosis +Nodul difus pada leher yang mengikuti
pergerakan menelan Grave’s Disease
Grave’s disease dikenal sebagai penyebab
terbanyak 60-80% dari tirotoksikosis
• Pada Graves Disease terdapat antibodi terhadap reseptor TSH Memacu produksi T4 di tiroid Kadar T4 tinggi Negative Feedback ke Piutari TSH turun • Jadi T4 meningkat, TSH rendah
3. A. Kekurangan zat
yodium
• Keyword:
– Laki, 19 tahun, benjolan pada lehernya.
– Tinggal di lereng gunungan jauh dari laut yodium tanah rendah
– Masyarakat setempat memiliki keluhan serupa faktor lingkungan
– Kurus dan terlihat benjolan di leher tanpa harus menengadah.
• Etiologi penyakit di atas adalah kekurangan zat yodium
– Kekurangan energi protein bukan kearah malnutrisi – Kekurangan zat kalium tidak berhubungan
– Kekurangan zat goitrogenik goitrogenik penyebab goiter
• Hipotiroidisme ini sering ditemukan di daerah pegunungan.
• Pegunungan dataran yang tinggi dan
jauh dari laut kandungan yodium dalam tanahnya sangat rendah
• Iodine bahan penting dalam sintesis hormon tiroid
• Kurangnya kadar hormon tiroid dalam darah TSH yang dikeluarkan meningkat tidak bisa memproduksi pembesaran tiroid
Zat goitrogenik
• Zat yang dapat menghambat
pengambilan iodium oleh tiroid,
sehingga konsentrasi iodium dalam
kelenjar menjadi rendah.
• Contoh: kubis, umbi singkong, daun
singkong dan kacang-kacangan
4. D. Obesitas 2
• Keyword:
– BB 85 kg, TB 165 cm
• IMT= 85 / (1.65)
2= 31,2
5. A
• Keyword:
– Pasien, rutin konsumsi sulfonilurea dan metformin
• Waktu yang tepat untuk minum obat? Sulfonilurea diminum 15 menit sebelum
makan, metformin diminum setelah makan
– Sulfonilurea sebelum makan (tidak boleh >15 menit)
– Metformin bersama makanan atau sesudah makan
6. B. Memberikan obat golongan
statin
• Keyword:
– Riwayat infark miokard
– Kolesterol total 250 mg/dl, trigliserida 160 mg/dl, HDL 50 mg/dl, LDL 130 mg/dl
hiperkolesterol dan trigliserida naik sedikit
• Terapi yang tepat adalah memberikan
obat golongan statin
– Gemfibrozil dan niasin hanya untuk hipertrigliserida
7. C. Mengganti obat dengan
kolkisin
• Keyword:
– Nyeri pada pangkal ibu jari kaki kanan lokasi khas untuk arthritis gout
– Setelah konsumsi obat penurun asam urat nyeri
bertambah diperkirakan obat yg daoat menurunkan kadar asam urat dadakan seperti alopurinol
• Tindakan selanjutnya: mengganti obat dengan kolkisin – Obat penurun asam urat diberikan 2-4 minggu pasca
serangan karena perubahan kadar asam urat secara cepat yang akan memicu rasa nyeri.
– Konsumsi obat penurun asam urat boleh dilanjutkan pada pasien yang memang sudah mengkonsumsi lama obat tersebut.
Drug Mechanism Comments
NSAIDs ↓ inflammation Gastritis; ↓ dose in renal insufficiency Colchicine Inhibit polymerization of microtubules prevention of chemotaxis and phagocytosis Nausea, vomiting, diarrhea
IV and high PO doses bone marrow suppresion, myopathy, neuropathy ↓ dose in renal
insufficiency Corticosteroi
ds ↓ inflammation Highly effective for recalcitrant cases
Rule out joint infection first
Acute Treatment for
Gout
Chronic Treatment for Gout
• ↓ urate production
– ↓ intake of meat and seafood
– ↑ intake of lowfat dairy products – ↓ alcohol
– Weight control
• Avoid dehydration and hyperuricemic drugs (eg, diuretics)
• Antihyperuricemic therapy (start 2-4 weeks after acute attack) allopurinol,
8. A. HIV stadium AIDS
• Keyword:
– Penurunan berat badan, mencret, demam 1 bulan HIV wasting syndrome (pada HIV stadium IV atau AIDS)
– Aktif hubungan seksual, tanpa kondom.
– CD4: 50 Infeksi Oportunistik berat, sesuai dengan HIV wasting syndrome
• Diagnosis pada pasien adalah HIV stadium AIDS
– HIV Stadium III Bila BB turun, diare kronis, demam kronis hanya terjadi salah satu
• Fase perjalanan HIV
– Window period hasil pemeriksaan antibodi masih negatif
– Fase akut flu-like symptom
– Fase laten tidak ada gejala dan pasien merasa sehat
– Infeksi oportunistik
9. C. IgM
• Keyword:
– Demam 5 hari, pusing, nyeri otot dan kadang mual.
– Lab: Hb: 13,2 gr/dl, trombosit: 90.000, hematokrit: 41%.
• Diagnosis: suspek dengue,
pemeriksaan penunjang adalah IgM
anti dengue.
• IgM dengue positif mulai hari ke-5 demam.
• Sedangkan NS1 dapat
positif sejak hari pertama demam, kemudian
menurun perlahan sdh hari ke 9.
10. C. Hepatitis B fase
jendela
• Keyword:
– Kuning sejak 4 hari yang lalu, demam 1 minggu, mual dan muntah gejala akut dd/ Hepatitis A
– HBsAg dan anti HBs (-) pasien pasti sudah terinfeksi namun HBsAg dan
antiHBs belum muncul periode jendela
• Diagnosis yang mungkin adalah
hepatitis B fase jendela
Infeksi hepatitis B akut atau “recent”
dengan periode jendela
• Pada window period ini kita sebaiknya periksa IgM anti HBc • Bila pada hepatitis kronik aktif HbsAg(+) dan HbeAg (+) Sumber: Harisson 17th
Sumber: Harisson 17th
Hepatitis B serologic
markers
• After infected with HBV, the first virologic marker detected between 8–12 weeks HBsAg
• Circulating HBsAg precedes elevations of serum
aminotransferase activity and clinical symptoms by 2–6 weeks and remains detectable during the entire icteric or symptomatic phase of acute hepatitis B and beyond.
• In typical cases, HBsAg becomes undetectable 1–2 months after onset of jaundice
• After HBsAg disappears, antibody to HBsAg (anti-HBs) becomes detectable in serum and remains detectable indefinitely thereafter.
• Anti-HBc is demonstrable within the first 1–2 weeks after the appearance of HBsAg and preceding detectable
levels of anti-HBs by weeks to months.
• Occasionally a gap of several weeks or longer may
separate the disappearance of HBsAg and the appearance of anti-HBs. During this "gap" or "window" period, anti-HBc may represent the only serologic evidence of current or recent HBV infection. • Anti-HBc of the IgM class (IgM anti-HBc) predominates
during the first 6 months after acute infection, whereas IgG anti-HBc is the predominant class of anti-HBc beyond 6
months.
Sumber: Harisson 17th
11. A. Pemberian 1 dosis HAV
imunoglobulin intramuskular
• Keyword:– Demam sejak 2 minggu yang lalu, kuning, nyeri perut kanan atas, muntah-muntah menguningnya kulit dan air kencing berwarna coklat gelap.
– Pembesaran hepar dan nyeri hipokondrium kanan. – Peningkatan SGPT dan SGOT.
• Diagnosis: hepatitis A.
– Biasanya hepatitis B akut tidak bergejala (atau gejala ringan)
• Profilaksis untuk yang serumah (kontok fekal oral) dengan pasien adalah pemberian 1 dosis HAV
12. E. Cek Anti HBs
• Keyword:
– Tertusuk jarum hepatitis B dan
divaksinasi hepatitis B 1 tahun yang lalu.
• Tindakan selanjutnya adalah cek Anti
HBs.
Dalam menangani paparan darah terhadap hepatitis B perlu diperhatikan:
1. Status hepatitis SUMBER
2. Status Vaksinasi YANG TERPAPAR
3. Respons Imun YANG TERPAPAR (Kadar anti HBs) Pada kasus ini:
1. Tertusuk jarum pasien dengan hepatitis B Status sumber HbsAg (+)
2. Koas sudah divaksin 1 tahun lalu Pihak terpapar sudah vaksinasi (+)
3. Titer anti HBs yang terpapar Belum diketahui Periksa! Bila diperiksa anti HBs ternyata:
Titer antiHBs≥10mIU/ml : Tidak perlu profilaksis
Titer antiHBs<10mIU/ml : Berikan Imunoglobulin HepB + Re-Vaksinasi
13. D. Hiperamonia
• Keyword:
– Penurunan kesadaran, dan pernah seperti ini sebelumnya
– Asites, sklera mata kuning, edema tungkai, vena kolateral di abdomen sirosis hepatis
• Diagnosis: ensefalopati hepatikum.
– Koma reversibel pada penderita gangguan hati yang berat dan kronik, yang mengkonsumsi protein
berlebihan
– Penyerapan hasil metabolisme protein yang mengandung nitrogen dari usus kenaikan amonia gangguan sistem saraf pusat
14. A. Hepatitis A
• Keyword:
– Sklera ikterik, hepatomegali 3 jari di bawah arcus costa hepatitis
– Senang makan di pinggir jalan, riwayat
teman-teman mengalami hal yang sama kemungkinan penularan fekal oral
• Diagnosis: Hepatitis A
– Hepatitis B, Hepatitis C, Kolesistitis penularan non oral
Selanjutnya pasien perlu diperiksa ALT dan AST, serta dengan IgM anti HAV
15. D. Katup mitral tidak membuka
secara maksimal
• Keyword:
– Bising diastolik, kemungkinan: stenosis mitral, stenosis trikuspidal, regurgitasi aorta, atau regurgitasi pulmonal – Lokasi bising berpusat di apex Katup mitral
– EKG didapat sumbu ke kanan (RAD) dan LAA (left atrium abnormality) Tanda adanya hipertensi pulmonal
• Diagnosis: mitral stenosis (katup mitral tidak dapat membuka maksimal)
– Katup mitral tidak menutup adekuat mitral regurgitasi – Katup trikuspid tidak membuka secara maksimal
• Penyebab tersering stenosis mitral:Rheumatic fever
• Penyebab lain:
– congenital mitral valve stenosis, cor triatriatum, mitral annular calcification, systemic lupus
erythematosus, rheumatoid arthritis, left atrial myxoma, dan infective endocarditis with large vegetations.
• Komplikasi:
– Cardiac Output menurun pada MS berat – Hipertensi pulmonal, akibat:
• Tekanan backward akibat tingginya tekanan di atrium kiri • Edema pada dinding pembuluh darah jaringan paru
– Hipertensi pulmonal lalu menyebabkan:
• Pembesaran Ventrikel Kanan
• Regurgitasi pulmonal dan tricuspid sekunder • Gagal jantung kanan
16. A. Losartan
• Batuk tidak berdahak, tidak ada demam, tidak ada penurunan berat badan, tidak ada sesak napas Penyebab batuk non-infeksi
• Penyebab batuk diduga obat HT ACE inhibitor • Pasien memiliki riwayat DM dan gagal jantung
(+) Obat anti HT pilihan adalah ACE inhibitor dan Angiotensin Receptor Blocker
• Karena pasien batuk kering, maka pilihan jatuh pada Angiotensin Reseptor Blocker (Losartan)
17. E. Regurgitasi Mitral
• Keyword:
– Lokasi: ICS IV linea midclavicularis
sinistra, menjalar ke lateral kiri katup mitral
– murmur sistolik di katup mitral regurgitasi
Murmur Sistolik
• Systolic ejection murmur
– Stenosis aorta: Terdengar paling baik di area aorta (ICS 2-3) menjalar ke arah leher
– Stenosis pulmonal: Paling baik di ICS 2-3 kiri, penjalaran bisa ke arah leher atau bahu kiri, tidak seluas stenosis aorta
Murmur Sistolik
• Holosistolik murmur
– Regurgitasi mitral: Terdengar paling baik
di apex menjalar ke axilla kiri
– Regurgitasi trikuspid: Terdengar paling balik di linea sternalis kiri bawah, menjalar ke
kanan sternum
– VSD: Paling baik di ICS 4-6, tidak ada penjalaran ke axilla
• Late systolic murmur
Murmur Diastolik
• Early diastolik
– Regurgitasi aorta: Di linea sternal kiri ICS 3-4
– Regurgitasi pulmonal: Di area pulmonal
• Mid to late diastolik
– Stenosis mitral: Di apex
– Stenosis trikuspid: Di bawah sternum, dekat prosesus xifoideus
Murmur Kontinu
18. B. Stable angina
pectoris
• Keyword:
– Nyeri ulu hati, semakin sering bila pasien beraktivitas ringan dan berkurang saat istirahat nyeri khas jantung (angina
pectoris), berkurang saat istirahat (stabil)
• Diagnosis: Stable angina pectoris
– Unstable angina pectoris, ACS nyeri tidak hilang dengan istirahat
– Gastritis akut, ulkus duodenum keluhan berhubungan dengan makanan
• Angina Nyeri dada akibat iskemia otot jantung
– Stable angina: nyeri saat aktivitas dan stress, membaik dengan istirahat dan nitrogliserin
– Unstable angina
• Sindrom Koroner Akut (Unstable angina, NSTEMI, STEMI)
– Angina timbul > 20 menit – Timbul saat aktivitas ringan
• Ada 3 kriteria nyeri tipikal angina pada angina stabil/Stable angina: Nyeri dada substernal, semakin nyeri saat aktivitas, hilang dengan istirahat/nitrogliserin
Sumber: ESC guideline 2006
19. C. Omeprazole
• Keyword:
– Nyeri dan rasa panas di dada, tidak
menjalar ke bahu dan lengan, pahit dan asam di mulutnya, sering tertidur segera setelah makan berhubungan dengan lambung.
• Diagnosis: GERD (Gastroesofageal
Reflux Disease)
• Gejala khas GERD:
– Typical esophageal symptoms include the following:
• Heartburn • Regurgitation • Dysphagia
– Abnormal reflux can cause atypical (extraesophageal) symptoms, such as the following:
• Coughing and/or wheezing • Hoarseness, sore throat • Otitis media
• Noncardiac chest pain
• Enamel erosion or other dental manifestations
• Komplikasi yang ditakuti Esofagitis Barrett berpotensi maligna
Sumber: American College of Gastroenterology GERD Guideline 2013
Sumber: American College of Gastroenterology GERD Guideline 2013
20. B. Ulkus duodenum
• Keyword:
– Nyeri timbul terlambat makan dan berkurang setelah makan.
• Ulkus lambung
– Nyeri ulu hati/di sebelah kiri perut, rasa tidak nyaman, muntah
– Timbul setelah makan
• Ulkus duodenum
– Nyeri di tengah-kanan membaik setelah makan – Nyeri bermula di satu titik (pointing sign),
akhirnya difus, menjalar ke punggung – Nyeri timbul saat merasa lapar, bisa
membangunkan pasien tengah malam (HPFR
21. C. Pengobatan Sisipan
• Berdasarkan pedoman
Depkes TB 2011, pada akhir fase intensif 2 bulan bila sputum masih (+), diberikan OAT sisipan selama 1 bulan.
Sumber: Pedoman Nasional
Sumber: WHO TB Guideline 2010
For your info:
• Pada Guideline TB dari WHO terbaru 2010, sebetulnya Fase Sisipan sudah tidak direkomendasikan lagi, jadi dari Fase intensif apabila sputum masih (+) lanjut ke Fase Sisipan langsung dengan memperhatikan kualitas dan evaluasi kepatuhan minum obatnya
• Namun pedoman dalam menjawab UKDI kita sesuaikan dengan pedoman dari Depkes, sehingga Fase sisipan OAT 1 bulan masih kita lakukan apabila sputum (+) pada akhir bulan ke-2
22. C. Pirazinamid
• Keyword:
– Nyeri pada perut kanan atas disertai mual
muntah. Sedang minum OAT Drug-induced hepatitis
• Penyebab OAT utama: ADA 3 yaitu: PIRAZINAMID, INH, RIFAMPISIN
• Namun diantara ketiga OAT tersebut yang menimbulkan hepatotoksik tersering dan terparah adalah Pirazinamid
23. A. Hentikan semua OAT
• Keyword:
– Terapi OAT mulai sejak 1 minggu yang lalu, ES: sklera ikterik dan hepatomegaly
Ikterus dan hepatitis imbas obat Termasuk Efek samping OAT Mayor
• Efek samping MAYOR STOP OAT!
Sambil satu persatu dicari OAT penyebab
– 3 obat penyebab icterus dan hepatitis imbas obat tersering Pirazinamid > INH >
Langkah Reintroduksi OAT sambil
mencari tahu OAT penyebab
• Bila tanda dan gejala sudah mereda maka OAT diberikan kembali secara bertahap satu persatu sambil mencari OAT penyebab:
– OAT yang pertamakali diberikan adalah rifampisin
– Setelah 3-7 hari pemberian rifampisin ditoleransi, diberikan isoniazid – Bila pasien mampu mentoleransi pemberian ulang rifampisin dan
isoniazid, tidak dianjurkan diberikan ulang pirazinamid
• Bila OAT penyebab adalah rifampisin, maka regimen OAT yang dianjurkan menjadi 2HES/10HE
• Bila OAT penyebab adalah isoniazid, maka regimen OAT yang dianjurkan menjadi RZE selama 6-9 bulan
• Bila pirazinamid dihentikan sebelum selesai fase intensif maka regimen OAT yang dianjurkan menjadi RH selama 9 bulan
• Bila salah satu rifampisin maupun isoniazid tidak bisa ditoleransi, maka menggunakan terapi OAT non-hepatotoksik yaitu
streptomisin, ethambutol, dan fluorokuinolon dimulai atau dilanjutkan hingga total 18-24 bulan
24. A. AB
• Keyword:
– Menggumpalkan anti-A dan anti-B mempunyai antigen A dan B.
25. C. Anemia aplastik
• Keyword:
– Keluhan lemas sejak + Hb 7.2 Anemia – Memar-memar di kakinya + trombosit
120.000 Trombositopenia
– Sering flu + leukosit 3700 Leukopenia – Anemia + Leukopenia + Tromositopenia
Pansitopenia
• Diagnosis: Anemia Aplastik
Sumber: Harrison 17th • Puncak kejadian kasus ada
2, yakni umumnya muncul pada usia 15-25 tahun dan setelah usia 60 tahun
26. B. Ferritin, SI, TIBC
• Keyword:
– Hb 9,8; MCV 72 anemia mikrositik hipokrom
• Rencana pemeriksaan selanjutnya:
ferritin, SI, TIBC
• Ferritin: Cadangan besi dalam tubuh
– Male 20-250 μg/L – Female 15-150 μg/L
• Serum iron: Penghitungan jumlah yang berikatan ke transferin
– Male 65–177 μg/dL (11.6–31.7 μmol/L) – Female 50–170 μg/dL (9.0–30.4 μmol/L)
• TIBC: Kapasitas transferin serum mengikat besi
27. B. Nalokson
• Keyword:
– Pingsan/tidak sadar dengan jarum dan botol suntikan susp. IV drug user
– Pupil miosis, kemungkinan besar:
• Intoksikasi morphin atau intoksikasi organofosfat
– Kalau midriasis, biasanya:
• Overdosis kokain atau amfetamin (shabu/ecstasy)
• Tanda miosis + jarum suntik kuat
mengarahkan ke penyebabnya keracunan Morphin
Sumber: Current Diagnosis and Treatment 6th 2008 Emergency
• Intoksikasi opioid (morphin/heroin)
– Maintain adequate airway and ventilation
– Give naloxone (a specific narcotic antagonist) to all patients with suspected opiate overdose. Start with 0.4-2 mg intravenously.
Repeat 2 mg every 2-3 minutes 3 or 4 times if no response occurs and narcotic overdose is suspected. No more than 10 mg.
– Naloxone has a half-life of 1 hour and effects lasting only 2-3
hours (shorter than many opiates), permitting the patient to lapse into coma again.
– If relapse occurs, a naloxone continuous infusion may be
started, : approximately two-thirds of the dose required to initially awaken the patient given over each hour.
– Nalmefene (2 mg) : long-acting opioid antagonist last for as long as 8 hours, thereby reducing the need for any drips or repeated doses of naloxone
– Naloxone is still the preferred initial antidote for comatose
patients when the cause is uncertain because it will produce a shorter period of withdrawal in the chronically opioid-dependent patient
Sumber: Current Diagnosis and Treatment 6th 2008 Emergency
• Organofosfat poisoning
– MNEMONIC signs:
• SLUDGE (salivation, lacrimation, urination, diarrhea, GI upset, emesis)
• DUMBELS (diaphoresis and diarrhea; urination; miosis; bradycardia,
bronchospasm, bronchorrhea; emesis; excess lacrimation; and salivation).
– Give: Atropine IV (adult 2mg, child 0.02mg/kg), repeated every 10 mins until there is improvement or obvious signs of atropinization (dry mouth,
tachycardia, dilated pupils):
28. C. Asma bronkial persisten
sedang
• Keyword:
– Sesak nafas yang hilang timbul, sesak nafas di malam hari > 2 kali dalam seminggu, episode sesak dirasakan sering mengarahkan ke
asma persisten sedang
– Spirometri: arus puncak ekspirasi 70% dan variabilitas arus puncak ekspirasi > 30%
untuk pembagian yang lebih pasti, lihat selalu nilai spirometri
• Diagnosis pada pasien ini adalah? asma bronkial persisten sedang
• Anamnesis Asma: – Gejala episodik – Reversibel, dengan atau tanpa pengobatan – Timbul/memburuk pada malam/dini hari – Respon terhadap bronkodilator – Terdapat faktor risiko yang bersifat individual • Pemeriksaan fisis: – PF dapat normal – Wheezing – Ekspirasi memanjang
Pemeriksaan Penunjang
• Spirometri
– Obstruksi: VEP1 < 80% nilai prediksi
– Reversibilitas: perbaikan VEP1 ≥ 15% secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator, atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau steroid oral/inhalasi 2 minggu
• APE
– Dinilai dengan spirometri atau peak expiratory flow meter (PEF meter)
– Reversibilitas: perbaikan VEP1 ≥ 15% secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator, atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau steroid oral/inhalasi 2 minggu
– Variabilitas harian (dinilai 1-2 minggu): > 20%
• Pemeriksaan lain: uji provokasi bronkus, status alergi
29. A. Inhalasi short acting beta
agonist
• Keyword:
– Sesak berulang, terutama menjelang pagi, wheezing (+) Serangan asma
• Pilihan terapi awal pada serangan Asma ringan, sedang, berat Inhalasi Short acting Beta-2
Agonis, setelah itu dilihat dengan respons perbaikan. Bisa diulang 3x/20 menit.
• Bila serangan asma mengancam jiwa Langsung inhalasi Beta-2 agonis +
antikolinergik + O2 + Kortikosteroid IV +/- aminofilin
Sumber: Konsensus
Penatalaksanaa n Asma PDPI
30.D. Gangguan Fungsi Trombosit
• Keyword:
– Perdarahan sejak cabut gigi 1 jam yang lalu. – Rutin mengkonsumsi aspirin selama beberapa
tahun.
• Kemungkinan penyebab perdarahan pada pasien adalah konsumsi aspirin.
– Aspirin dapat menghambat agregasi trombosit. – Aspirin mengurangi aktivasi trombosit dengan
menghambat kerja siklooksigenase, sehingga sintesa prostaglandin dan tromboksan A2
31. D. salep
• Keywords: wanita 35 th, gatal &
penebalan pd leher & pergelangan
kaki; st dermato: hiperpigmentasi
dan likenifikasi
“Basah ketemu basah, kering
ketemu kering”
• 3 vehikulum dasar: cairan, bedak,
salep
• 4 vehikulum campuran: bedak
kocok (cairan + bedak), krim
(cairan + salap), pasta (salap +
bedak), dan linimen/pasta
Cairan (kompres)
• Membersihkan debris (pus, krusta) • Melunakkan vesikel, bula, pustul
• Meringankan eritema yang mencolok (mis. erisipelas)
Bedak
• Bersifat mendinginkan, mengurangi gesekan
• Supaya vesikel tdk pecah (: varisela, herpes zoster) • U/ dermatosis yang kering dan superfisial, tidak
boleh pd yg basah
Salep
• U/ dermatosis yang kering & dalam, bersisik & berkrusta
Bedak kocok
• U/ dermatosis kering dan superfisial yg luas
• Jangan di daerah berambut Krim
• Indikasi kosmetik
• U/ dermatosis lebih dalam yg luas • Boleh pd daerah berambut
Pasta
• U/ dermatosis yg agak basah Linimen
32. D. Syr. Pirantel pamoat 125
mg/5ml Fl No. I S 1 dd I Cth p.d.sing
• Keywords: bayi 10 bln, gatal anus pd
malam hari, rewel, tdk mau menyusu
• Dx: Enterobiasis
– Pruritus ani/vulva, terutama malam hr, enuresis
– Penemuan cacing di tinja/perineum, ekskoriasi/eritema perineum/vulva – Tx: pirantel pamoat single dose,
minum bersama makanan; 2 mg kemudian minum 1x lagi
• S 3 dd I Cth pc = 3x sehari setelah makan • Sue 2 dd applic part dol = utk pemakaian
luar, aplikasi pd area yg sakit 2x sehari • Suc = cara pemakaian sudah diketahui
pasien
• S 3 dd gtt I ODS = 3x sehari 1 tetes pd mata kanan & kiri
• S 1 dd I Cth p.d.sing: 1x sehari , single dose
33. C. Beta Blocker
• Keywords: riw nyeri dada, HT, asma
• Beta blockers
– Memblok reseptor Beta-1 (primarily
located in cardiac tissue) me↓ HR & kontraktilitas jantung
– Kontraindikasi: hipersensitivitas, syok kardiogenik/gagal jantung, sinus
bradikardia parah, 2nd and 3rd degree
34. D. Pirazinamid
• Pengobatan OAT aktif, nyeri dan bengkak pada sendi, peningkatan asam urat
hiperurisemi adalah salah satu efek samping pirazinamid
35. E. Streptomisin
• Ibu hamil, pengobatan TB, obat TB yang menyebabkan gangguan pendengaran streptomisin
36. B. Top lordotik Susp. TB
Paru
• Keywords
– S: batuk 3 bulan
– O: LED 40 mm/jam, foto thorax PA: infiltrat di apex dengan hiperselularitas costae dan klavikula
• Kemungkinan diagnosis kerja pada pasien ini adalah susp. TB paru.
• Untuk melihat apex paru lebih jelas perlu dilakukan foto thorax top lordotik untuk menghilangkan superposisi costae dan klavikula
37. A. Foto polos kepala posisi
waters
• Keywords:
– S: sakit kepala di daerah pipi, hidung tersumbat, batuk, pilek, demam
– O: nyeri tekan sinus maksilaris
• Dipikirkan diagnosis kerja berupa sinusitis maksilaris. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah foto polos kepala posisi waters atau CT scan kepala (gold standard)
– Dilihat apakah ada perselubungan atau gambaran air fluid level pada foto
• Karena ketersediaan CT scan yang jarang, maka disarankan dilakukan foto polos posisi waters
38.B. Foto Thorax PA
• Keywords: arah sinar dari posterior ke anterior • Foto thorax PA
– Arah sinar dari posterior ke anterior – Kaset di depan dada pasien
– Dilakukan pada pasien yang dapat berdiri
– Kelebihan: tidak terjadi magnifikasi (pembesaran) jantung
• Foto thorax AP
– Arah sinar dari anterior ke posterior – Kaset di belakang punggung pasien
– Dilakukan pada pasien yang hanya dapat tidur
– Kekurangan: ada magnifikasi jantung (kesan jantung membesar, padahal tidak)
39. D. USG
• Keywords:
– S: anuria, mual, muntah, riwayat nyeri pinggang sejak 1 tahun yang lalu – O: nyeri ketok CVA kiri (+)
• Dipikirkan diagnosis kerja nefrolitiasis sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang radiologis
• Modalitas pemeriksaan batu saluran kemih
– Foto polos abdomen (BNO): hanya (+) jika batu radioopaque
– BNO+IVP: dilakukan bila pada BNO tidak ditemukan gambaran batu DAN bila fungsi ginjal pasien baik
– USG: dilakukan bila pada BNO tidak diteukan gambaran batu DAN terjadi penurunan fungsi ginjal; dapat mendeteksi batu radioopaque dan
radiolusens
• Pada pasien ini terjadi penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan anuria. Sehingga modalitas yang dipilih adalah USG ginjal.
40. A. Ileus
• Keywords:
– S: perut semakin membesar – O: riwayat tumor ovarium
• Foto polos abdomen menunjukkan
adanya gambaran udara usus yang
menyebar sepanjang usus yang
mengarah pada kemungkinan ileus
obstruktif
41. E. Cavum cranii
• Petinju mendapat pukulan di hidung,
lalu keluar cairan dari hidung secara
terus menerus
• Cairan kemungkinan berasal dari: E.
Cavum cranii
• Sinus paranasal berisi udara
– Dari soal yang keluar adalah cairan, jadi tidak mungkin dari sinus paranasal
• Pada trauma wajah, fraktur os nasal
sering disertai fraktur bagian
kranium lainnya
• Cairan yang mengalir dari hidung
mungkin menunjukkan kebocoran
CSF karena fraktur basis kranii
42. B. Antibiotik, antipiretik,
dekongestan, dan ear toilet H
2O
23%
• Keywords:
– S: Keluar cairan dari telinga kanan, riwayat batuk pilek
– O: demam, telinga kanan: sekret
mukopurulen (+), perforasi sentral (+)
• Dipikirkan diagnosis kerja OMA
stadium perforasi th/ Antibiotik,
antipiretik, dekongestan, dan ear
toilet H
2O
23%
OMA – Manifestasi Klinis dan
Tatalaksana
OTITIS MEDIA AKUT
Manifestasi klinis, tergantung stadium
• Oklusi: retraksi membran timpani • Hiperemis: MT hiperemis dan
edema
• Supurasi: Telinga bulging, sangat nyeri, nadi dan suhu meningkat • Perforasi: Ruptur MT, nadi dan
suhu menurun, nyeri reda
• Resolusi: MT menutup, sekret hilang. Kegagalan stadium resolusi menyebabkan OMSK. Seluruh gejala sering disertai riwayat ISPA dan gangguan pendengaran.
Tata laksana
• Oklusi: obat tetes hidung (Efredin HCl 0,5%) + antibiotik
• Hiperemis: antibiotik + obat tetes hidung + analgetik + miringotomi • Supurasi: antibiotik + miringotomi • Perforasi: antibiotik + obat cuci
telinga
• Resolusi: antibiotik
Setelah miringotomi atau perforasi lakukan cuci telinga dengan H2O2 3%
selama 3-5 hari.
Antibiotik lini-1: Amoxicillin 80-90 mg/kg/hari PO dibagi 2x/hari selama 10 hari
43. D Laringoskop
• Keyword:
– Sesak nafas, berkurang bila tidur miring
atau memakai bantal sejak 2 bulan yg lalu, sembuh dengan sendirinya
– Stridor inspirasi dan retraksi ringan suprasternal (+).
– Radiologis: Penyempitan di daerah laring.
• Diagnosis: Laringomalasia
– Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menilai laring: Laringoskop
Laringomalasia
• Merupakan kelainan kongenital
kartilago laring
• Gejala mulai bulan ke-2:
– Stridor, retraksi daerah suprasternal, epigastrium, interkostal dan
supraklavikular
• Laringomalasia akan resolusi saat
sekitar 2 tahun
• Pencegahan: dengan mencegah
inflamasi di saluran nafas, seperti
rhinofaringitis akut
44. C. Dix-Hallpike manuver
• Keyword:
• Pusing berputar sejak 1 minggu yang
lalu.
• Mual (+), muntah (+), keluhan tidak
berkurang bila istirahat. Riwayat
kecelakaan lalu lintas (+)
• Pada pasien dipikirakan terjadi vertigo
akibat post trauma BPPV
Vertigo Perifer vs. Sentral
Vertigo Perifer (Vestibuler)
Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang keseimbangan
Gangguan di Kanalis semisirkularis Batang otak atau serebelum Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah +
-Gangguan
pendengaran ±
-Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual Situasi pencetus - Keramaian lalu lintas Penyebab Neuritis vestibuler
BPPV Meniere disease Trauma Fisiologis (mabuk) Obat-obatan Neuroma akustik
Stroke batang otak TIA vertebrobasiler Migren basiler
Trauma
Perdarahan serebelum
Infark batang otak/serebelum Degenerasi spinoserebral Nistagmus Horizontal atau
45. B. Toxoplasmosis
• Keyword:
– Kebiasaan makan daging sate setengah matang
– Pembesaran kelenjar di leher, tidak nyeri, berdiameter 1x1 cm, kenyal. – Lab: leukositosis.
• Diagnosis paling mungkin:
Toksoplasmosis
• Toksoplasmosis pada pasien imunokompeten:
– 80-90% asimptomatik
– Memberikan gambaran pembesaran
limfonodus servikal yang tidak nyeri, diameter kurang dari 3 cm
– Demam, malaise, keringat malam, mialgia
• Tanda infeksi:
– Leukositosis
– Makan daging setengah matang dapat mengandung kista jaringan yang terdapat pada feses kucing
46. B. Allergic crease
• Perempuan, bersin pada pagi hari.
Sering menggosok-gosok hidung
hingga terbentuk garis di sekitar
dorsum nasi allergic crease
Tanda Alergi
• Allergic shiners
– Dark circles under the eyes are due to swelling and
discoloration from congestion
• Allergic salute
– The way that many children use the
palm of their hand to rub and raise the tip of their nose to relieve nasal itching and congestion
• Allergic crease
– A line across the bridge of the nose usually the result of allergic salute
• Dennie morgan lines
– Crease-like wrinkles that form under the lower eyelid folds (double skin folds)
• Mouth breathing
– Akibat kongesti nasal disertai dengan
development of a high, arched palate, an elevated upper lip, and an overbite
• Allergic (adenoidal) face (long face
syndrome) – Akibat pembesaran adenoid menyebabkan ‘tired and droopy appearance’
• Postnasal drip
– From allergic mucus building up and
being discharged into the throat
– Serious nasal allergies also
reduce the sense of taste and smell.
47. C. Matikan kecoa lalu
dikeluarkan
• Serangga dalam liang telinga
• Prinsip : binatang dimatikan dengan
meneteskan pantokain, silokain,
minyak atau alkohol sebelum
dikeluarkan
48. E. Telinga kiri normal, telinga
kanan tuli sensorineural
• Keywords
– O: Swabach
memendek telinga kanan, Rinne (+)
kedua telinga, Weber lateralisasi ke kiri
• Jadi pada pasien ini terjadi tuli
sensorineural
telinga kanan dan telinga kiri normal
49. E. Korpus Alienum
• Keyword:
– Anak berusia 5 tahun
– Hidung berbau busuk sejak 1 minggu yang lalu.
– Hanya pada hidung sebelah kanan dan disertai dengan pilek.
– Demam (-), mimisan (-), telinga dan tenggorok normal
50. C. Kesulitan tidur selama 1
bulan
• Keyword:
– Sering terbangun saat tidur, mengorok – Tonsil T3/T4, tidak hiperemis, terdapat
pelebaran kripta dan detritus (+).
• Diagnosis: tonsilitis kronis dengan
obstruksi saluran napas.
– Indikasi pengangkatan tonsil: kesulitan tidur selama 1 bulan
Indikasi Absolut
a) Pembengkakan tonsil yang menyebabkan
obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan
tidur dan komplikasi
kardiopulmoner
b) Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase c) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam d) Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi Indikasi Relatif
a) Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat
b) Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis
c) Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik β-laktamase resisten
•) Jawaban: A. Kesulitan tidur selama 1 bulan
51. B. Fraktur Galeazzi
• Keywords: jatuh dengan tangan menyangga,
fraktur radius distal + dislokasi processus styloideus ulna • Fraktur radius + dislokasi sendi radioulnar distal = Fraktur Galleazi – Akibat beban pd hyperpronated forearm
• Fr Montegia = dislokasi sendi
radioulnar proksimal yang
menyertai fraktur forearm
• Fr Barton = Distal Radius Fractures
= fraktur pada area artikuler distal
Fraktur Galeazzi:
Fraktur radius dengan dislokasi sendi
• Fr Colles = fraktur radius distal
dengan/tanpa ulna, fragmen fraktur
distal ke dorsal
• Fr Smith = fraktur radius distal
dengan/tanpa ulna, fragmen fraktur
distal ke volar
52. C. FAM
• Keywords: wanita 18 tahun, massa
payudara kiri sejak 2 tahun, nyeri (-),
kenyal, batas jelas, mobile
• FAM
– Massa payudara paling umum pd wanita <25 th
– Massa tunggal (10-15% multipel), padat, kenyal, licin, mobil, nyeri (-), 1-5 cm (bs bertambah besar)
• Ca mammae = curiga bila massa
keras, ireguler, terfiksasi
– Disertai perubahan ukuran/bentuk payudara (asimetri payudara),
perubahan kulit (bengkak, penebalan, radang, edema/peau d’ orange),
abnormalitas puting (retraksi, inversi,
• Payudara fibrokistik = massa jinak payudara, periodic swelling (bisa nyeri) berkaitan dengan siklus menstruasi
• Phyllodes tumor = nodul besar (rata-rata 5 cm), soliter, padat; terutama pada wanita 40-50 tahun
– 10% ganas
• Papiloma duktus = tumor jinak duktus payudara, biasanya dekat puting,
discharge jernih/berdarah
53. B. Hipospadia
• Keywords: bayi laki-laki 1 tahun, rewel, tidak bisa BAK, lubang kencing di bawah batang penis
• Hipospadia
– OUE di ventral penis
proksimal dari ujung glans (bisa di skrotum/perineum) – Chordee pemendekan &
kurvatura penis abnormal – Dorsal hood (prepusium
berlebih di dorsal), kulit ventral defisien
• Epispadia = OUE di dorsal penis
• Fimosis = prepusium tidak bisa ditarik melewati glans
– Fisiologis (bayi baru lahir), patologis
(sebelumnya bisa diretraksi, sekarang tidak bisa)
– Risiko jd parafimosis klo diretraksi paksa lalu lupa dikembalikan posisinya nekrosis glans
• Parafimosis = prepusium yang diretraksi tidak bisa kembali ke posisi semula
54. B. Fimosis
• Keywords: anak laki-laki 3 tahun,
nyeri BAK sejak 3 bulan yang lalu,
penis kadang menggembung;
prepusium sulit ditarik ke belakang
• Dx: fimosis
55. C. Kuning
• Keywords: laki-laki 28 tahun KLL, CM,
TTV stabil, akral hangat, luka lecet,
fraktur femur tertutup kaki kanan
Triase
• Merah (segera) = tidak akan bertahan tanpa terapi segera, punya kemungkinan selamat
• Kuning (observasi) = perlu observasi (& mungkin triase ulang). Sekarang stabil, tidak dalam bahaya maut. Butuh perawatan. Dalam kondisi normal
akan segera ditangani.
• Hijau (tunggu) = “walking wounded”; butuh terapi setelah pasien kritis ditangani
• Putih (dismiss) = luka minor, tidak perlu penanganan dokter
• Hitam (expectant) = meninggal/luka sangat ekstensif sehingga tidak bisa selamat dengan terapi yang tersedia
56. B. Adenokarsinoma
prostat
• Keywords: laki-laki 65 tahun, tidak dapat BAK sejak 1 hari yang lalu, nyeri bokong, nyeri & bulging suprapubik; RT prostat
membesar, keras, permukaan tidak rata • Ca prostat
– LUTS, retensi urin, hematuria, nyeri punggung – Dapat disertai: penurunan BB, anemia, nyeri
tulang, fraktur patologis, defisit neuro (kompresi medula spinalis), nyeri & edema ekstremitas
bawah (metastasis vena & limfe), adenopati, overdistensi vesika, tonus sfingter anal
– RT: nodul, asimetri, perbedaan tekstur – Marker: PSA
– Biopsi!
• BPH
– Gejala LUTS
– RT: ukuran, nodul, tonus sfingter ani, fluktuasi (abses), nyeri (prostatitis) – Transrectal USG
• Prostatitis: demam, nyeri
perineal/punggung/perut bawah,
disuria, LUTS, discharge uretra,
retensi urin; RT nyeri
• Tumor buli: hematuria tanpa
disertai nyeri, gejala iritatif LUTS
• Ca rekti: BAB berdarah/berlendir,
perubahan pola BAB, nyeri
perut/punggung, gejala BAK; RT;
marker CEA, CA 19-9; kolonoskopi
57. C. Cystotomi
• Keywords: Trauma perineum, tidak
bisa BAK, meatal bleeding cedera
uretra
• Pada defek/ruptur urtera baik anterior
dan posterior, kontraindikasi
pemasangan kateter
• Tindakan awal yang perlu dilakukan
adalah untuk dekompresi urine yaitu
tindakan sistosomi
58. B. Sindrom
Kompartemen
• Keywords: laki-laki 20 tahun, trauma, cruris dekstra 1/3 tengah edema, nyeri angulasi, pulsasi a. dorsalis pedis melemah
• Diagnosis: sindroma kompartemen
– Terutama high-velocity injuries, fraktur tulang
panjang, crush injuries, luka penetrasi (trauma arteri), trauma vena
– 5P (pd stadium lanjut): Pain, Parestesia, Pallor,
Pulselessness, Poikilothermia
– Tanda awal yg paling konsisten: pe↓
diskriminasi 2-titik
59. A. Luka bakar grade I
• Keywords: wanita 24 tahun, kemerahan
pada kulit, perih, riwayat berjemur
• Luka bakar superfisial (grade I):
eritema, nyeri
• Grade II dangkal: merah muda-merah,
bulla (+)/(-), basah, nyeri (++), CRT (+)
• Grade II dalam: merah-keputihan, bulla
(+)/(-), lembab, nyeri (+), CRT (-)
• Grade III (full-thickness): kering,
eschar, nyeri (-), khaki/abu/hitam
60. E. PAD
• Keywords: laki-laki 46 tahun, ibu jari
kaki hitam & nyeri, merokok (+), DM (-)
• Dx: acute limb ischemia akibat PAD
• Peripheral arterial disease (PAD)
– = perfusi inadekuat akibat aterosklerosis – FR: merokok, hiperlipidemia, DM,
hiperviskositas
– Etio lain: flebitis, trauma, operasi,
– Progresi kronik (trombosis)/ akut (emboli)
– Pemicu akut: AF, penyakit katup, infark miokard
– Kronik: klaudikasio (nyeri otot dengan aktivitas, membaik dengan istirahat), ischemic rest pain (: cardiac output jelek), ulkus
– 5P: pulselessness paralysis parestesia pain pallor
61. D. Kalium sitrat
• Keywords: Nyeri pinggang, BAK
tersendat-sendat, nyeri ketok di regio lumbal, urinalisis ditemukan kristal
• Obat untuk menghancurkan kristal asam urat dan sistin: alkalisasi urin dengan
natrium bikarbonat dan kalium sitrat
• Kalium sitrat lebih menjadi pilihan karena tersedia dalam bentuk tablet slow release sehingga tidak terjadi overload natrium
62. C. Biopsi PA
• Keywords: wanita 36 tahun, nipple
discharge, payudara tidak simetris,
retraksi puting kemungkinan ca
mammae
• Baku emas pemeriksaan adalah
biopsi PA / Pemeriksaan histopatologi
(untuk hampir semua tumor padat)
63. A Hidrocele
Hidrokel:
• Kumpulan dari cairan serosa akibat defek atau iritasi di tunika vaginalis skrotum
• Gejala dan tanda:
– Pembesaran skrotum Biasanya tidak nyeri – Pemeriksaan trasluminasi positif
• Orchitisnyeri (karena ada inflamasi), transiluminasi (-) • Varikokel dilatasi pleksus venosus pampiniformis dan
vena spermatik internal tampak gambaran cacing pada skrotum; ps datang dengan keluhan infertilitas • Elephantiasistissue swelling+skin and tissue
65. C. Raynaud’s disease
• Keywords: nyeri, pucat, sianosis bila terpapar suhu dingin
• Raynaud’s disease
– Vasospasme rekuren akibat kelainan fungsional pembuluh darah, biasanya dipicu stres emosional dan suhu dingin
– Bentuk serangan: pemicu (dingin) vasospasme (pucat, biru, nyeri) reflow (hiperemia)
– Muncul simetris di ujung jari kaki dan tangan, tidak ada nekrosis, CRP normal
– PF umumnya normal, boleh di-challenge dengan suhu dingin
66. B. USG Mamae
• Keywords: wanita 25 tahun, massa
payudara kanan progresif sejak 3 tahun yang lalu, nyeri jika menstruasi, kenyal, mobil, tidak terfiksasi
• Payudara fibrokistik = massa jinak payudara, periodic swelling (bisa nyeri) berkaitan dengan siklus menstruasi
• Pemeriksaan penunjang:
– USG bisa membedakan massa solid/kistik
– Mammogram pada wanita <35 th kurang
67. B. Clostridium Perfingens
• Keywords: Keluhan kaki berbau busuk,
riw tertusuk beling, keluar nanah dan
kehitaman gangren (nekrosis/kerusakan
jaringan karena bakteri anaerob)
– Clostridial gas gangrene akibat Clostridium
perfingens
– Dapat disebabkan trauma, post operasi, ataupun spontan
– Dalam prosesnya harus terjadi inokulasi jaringan dan oksigen yang rendah
• Clostridium dificile
– Bakteri gram positif anaerobic, spore-forming rods (bacilli), penyebab diare, biasanya muncul akibat penggunaan antibiotik spektrum luas
• Clostridium botulinum
– Anaerobik gram positif batang
– Menyebabkan botulism kelainan neurologik akut yang menyebabkan neuroparalisis
– Dapat melalui makanan (makanan kaleng/pengawet) atau luka
• Clostridium perfringens: – Anaerob, gram +, rod-shaped, spore • Clostridium tetani: – Anaerob, gram +, rod-shaped, endospore – Tennis racket/drumstick appearance
• Staphylococcus:
– Facultative anaerob, gram +, round
– Grape-like clusters • Streptococcus
pyogenes:
– Aerob, gram +, round
68. C. Beri O2, jaga jalan nafas,
rujuk ke RS
• Keywords: luka bakar 40%, sesak progresif, dahak jelaga
• Diagnosis: luka bakar dengan trauma inhalasi
– Riwayat terperangkap dalam ruang tertutup
– Batuk, sputum berjelaga, serak, sesak progresif, luka bakar pada wajah, rambut wajah/hidung
terbakar
– Terapi: ingat ABCDE. Untuk trauma inhalasi
sebaiknya segera intubasi. Selain itu: aggressive pulmonary toilet, bronkodilator, membersihakn sekresi
Terapi luka bakar akut
• Jauhkan dari sumber panas, irigasi
dengan air mengalir
• Airway: intubasi bila curiga trauma
inhalasi, stabilisasi leher
• Breathing: O2 100% dengan NRM
• Circulation: IV line, mulai resusitasi
cairan bila luka bakar >15% pd
• Disability: GCS
• Exposure: lepaskan pakaian & perhiasan, selimuti, nilai luas & dalam luka bakar
menyeluruh
• Fluid: perhitungkan kebutuhan cairan, kateter urin untuk memantau
• Analgesik
• Secondary surgery
• Rujuk bila ada indikasi, termasuk trauma inhalasi
69. B. Eksisi
• Keywords: Wanita benjolan di
payudara, konsistensi kenyal,
permukaan licin, batas tegas, mobile
kemungkinan FAM
• Teknik biopsi yang tepat untuk FAM:
biopsi eksisi
70. B. Nekrosis glan penis
• Keywords: anak laki-laki 8 tahun,
sering menarik kuncup penis hingga
prepusium tertarik ke dorsal
• Diagnosis kerja: mengarah pada
parafimosis akibat prepusium
sering diretraksi
• Komplikasi: rekurensi, posthitis
(inflamasi prepusium), nekrosis glans
penis, autoamputasi
71. B. Resusitasi cairan
• Keywords: Nyeri perut hebat, perdarahan dari jalan lahir, terlambat haid, abdomen teraba massa, cavum douglasi menonjol, tes kehamilan positif KET
• Tampak lemas, TD 80/60 syok hipovolemik akibat perdarahan • Tindakan pertama tangani
kegawatdaruratan resusitasi cairan • Tindakan definitif laparotomi
72. A. Beta HCG
• Keywords: Wanita hamil 2 bulan,
perdarahan dari jalan lahir, mual dan
muntah, uterus lebih besar dari
usia kehamilan
• Kemungkinan diagnosis: Mola
hidatidosa
• Diagnosis banding untuk uterus yang lebih besar dari usia kehamilan di trimester 1:
– Tumor uterus, misalnya fibroid
– Penyakit trofoblastik gestasional, paling sering
mola hidatidosa
• Dapat mengalami hiperemesis, perdarahan dari jalan lahir, atau hipertiroidisme
– Tumor ovarium
– Gestasi multiple biasanya 3 atau lebih untuk terdeteksi di trimester 1
– Usia kehamilan salah
• Mola hidatidosa dicurigai bila beta-hCG > 100.000 mIU/mL
73. D. Karena preeklampsia
mengganggu perfusi janin
• CTG (cardiotocograph) digunakan untuk memeriksa heart rate janin
• NST (nonstress test) dilakukan menggunakan CTG
– Prinsip: janin yang mendapat cukup oksigen secara spontan akan mengalami peningkatan Heart rate temporer
– Disebut reaktif/normal ≥ 2 akselerasi HR dalam
periode 20 menit, dengan atau tanpa gerakan janin yang dirasakan ibu. Akselerasi: 15 bpm di atas baseline
selama minimal 15 detik jika hamil > 32 minggu, atau 10 bpm selama minimal 10 detik jika ≤ 32 minggu
– Nonreaktif < 2 akselerasi HR dalam periode 20 menit selama periode uji 40 menit. Jika nonreaktif, dapat
dilanjutkan dengan stimulasi vibroakustik yang dapat membangunkan janin
74. D. Atonia uteri
• Keywords: Wanita dengan perdarahan jalan lahir setelah melahirkan 2 jam yang lalu. Kontraksi
uterus kurang baik.
• Kontraksi uterus kurang baik atonia uteri penyebab > 90% perdarahan dalam 24 jam pasca persalinan
• Sisa plasenta tidak mungkin karena plasenta lahir lengkap
• Gangguan pembekuan tidak ada riwayat
• Robekan jalan lahir dan inversion uteri tidak ada tanda-tandanya
75. C. Pil progesteron
• Keywords: Hamil 3 bulan, perdarahan
bercak dari jalan lahir, serviks menutup Abortus iminens
• Bila perdarahan bercak berwarna
kecoklatan, bercampur lendir, hanya
berupa noda pada pakaian dalam, tanpa nyeri, berlangsung beberapa hari dan
makin lama makin berkurang embrio masih baik umumnya perbaikan terjadi tanpa pengobatan istirahat total
• Pertimbangkan adanya AKDR atau infeksi • Gangguan hormon merupakan salah satu
faktor terjadinya abortus preparat
progesteron akan memberikan hasil
yang baik apabila memang terjadi
defisiensi hormon. Preparat yang sering digunakan: didrogesteron,
hidroksiprogesteron kaproat, dan alilesterenol
Abortus (Berdasarkan Tingkatan)
• Abortus iminens: portio tertutup,
jaringan (-)
• Abortus insipiens: portio terbuka,
jaringan (-)
• Abortus inkomplit: portio terbuka,
jaringan (+)
• Abortus komplit: portio tertutup,
jaringan (+)
• Abortus habitualis: telah terjadi
abortus selama min 3 kali
berturut-turut
• Abortus septik: abortus yang diikuti
dengan komplikasi dan tanda-tanda
infeksi
76. D. Terminasi kehamilan
• Keywords: Wanita hamil, nyeri kepala,
TD 190/120, proteinuria +3
preeklampsia berat
• Kelahiran atau terminasi kehamilan
adalah satu-satunya tindakan yang
dapat menyembuhkan preeklampsia
• Usia kehamilan > 34 minggu dapat
langsung terminasi (lihat algoritme
preeklampsia berat)
Abnormalitas Ringan Berat
Tekanan darah diastolik <100 mmHg 110 mmHg atau lebih
Proteinuria Terdeteksi hingga 1+ Persisten 2+ atau lebih
Sakit kepala Tidak ada Ada
Gangguan visual Tidak ada Ada
Nyeri abdomen atas Tidak ada Ada
Oliguria Tidak ada Ada
Kejang (eklampsia) Tidak ada Ada
Kreatinin serum Normal Meningkat
Trombositopenia Tidak ada Ada
Peningkatan enzim hati Minimal Nyata
Restriksi pertumbuhan janin Tidak ada Jelas
Edema paru Tidak ada Ada
Perbedaan Preeklampsia Ringan dan Berat
77. D. 16-18 minggu
• Keywords: PF fundus setinggi ½
simfisis-pusat DJJ terdengar dengan
Doppler
• DJJ terdengar doppler 12 minggu
78. B. Kala 1 fase aktif
• Tanda dan gejala inpartu:
– Penipisan dan pembukaan serviks
– Kontraksi uterus yang menyebabkan
perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
– Cairan lendir bercampur darah (bloody show) dari vagina
• Pembukaan 5 cm kala 1 fase aktif
Persalinan Normal
• Kala I : proses membukanya serviks
– Fase laten : bukaan < 4 cm (selama 8 jam)
– Fase aktif : bukaan 4-10 cm (lengkap) selama kira-kira 6 jam (1 cm/jam)
• Kala II: proses melahirkan bayi
– Dimulai sejak bukaan serviks lengkap hingga lahirnya bayi – Batas waktu 60 menit pada nullipara dan 30 menit pada
multipara
• Kala III: proses melahirkan plasenta
– Dimulai sejak lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta – Batas waktu 30 menit
• Kala IV: pemantauan keadaan ibu (tanda-tanda vital)
79. E. Abortus septik
• Keywords: Keguguran, dimasukkan
sesuatu ke dalam vagina oleh dukun.
Suhu 38,5
0C. PF didapatkan sekret
vagina berwarna hijau dan berbau
Abortus septik
• Tanda-tanda abortus septik:
– Demam (suhu > 38), menggigil atau berkeringat – Sekret pervaginam yang berbau/keluar cairan
mukopurulen melalaui ostium serviks
– Tegang/kaku dinding perut bawah (dengan atau tanpa nyeri ulang-lepas)
– Nyeri goyang serviks (pada pemeriksaan bimanual)
• Gejala abortus septik:
– Riwayat abortus provokatus (disengaja) Pada
pasien tidak jelas apakah abortus disengaja, tetapi ada riwayat sesuatu dimasukkan ke dalam vagina oleh dukun
– Nyeri perut bawah
– Perdarahan pervaginam yang lama (> 8 hari) – Kelemahan umum (gejala seperti flu)
80. A. Solusio plasenta
• Keywords: Perdarahan merah kehitaman + nyeri perut, usia kehamilan 28 minggu bukan abortus
• Perdarahan merah kehitaman, nyeri hebat pada perut, uterus terasa tegang dan kaku, kontraksi uterus (+) Solusio plasenta
• Merokok salah satu faktor risiko solusio plasenta