• Tidak ada hasil yang ditemukan

-Pembahasan-Modul-ukmppd.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "-Pembahasan-Modul-ukmppd.pdf"

Copied!
464
0
0

Teks penuh

(1)

Pembahasan MODUL 2

TIM UKMPPD

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS

(2)
(3)

1. C. Insulin

• Keyword:

– Kesemutan + nyeri pada kedua kaki  neuropati perifer, komplikasi DM

– Penyakit DM sudah sejak 10 tahun, obat rutin: glibenklamid 1×5 mg, metformin 3×500 mg  sudah minum 2 OHO

– Gula darah puasa: 220mg/dl, gula darah 2 jam post prandial: 298 mg/dl, HbA1c: 11  kontrol gula darah tidak tercapai.

• Terapi yang tepat: insulin

– Terapi nutrisi medis, olahraga teratur  semua pasien DM selalu dimulai dengan ini

– Lanjutkan terapi oral  tidak mungkin – Naikan dosis obat oral  H

(4)
(5)
(6)

2. B. TSH rendah, FT4 tinggi

BB menurun drastic, peningkatan nafsu makan, sering berkeringat, berdebar-debar  Gejala Tirotoksikosis +

Nodul difus pada leher yang mengikuti

pergerakan menelan  Grave’s Disease

Grave’s disease dikenal sebagai penyebab

terbanyak 60-80% dari tirotoksikosis

(7)

• Pada Graves Disease terdapat antibodi terhadap reseptor TSH  Memacu produksi T4 di tiroid Kadar T4 tinggi Negative Feedback ke Piutari TSH turun • Jadi T4 meningkat, TSH rendah

(8)

3. A. Kekurangan zat

yodium

• Keyword:

– Laki, 19 tahun, benjolan pada lehernya.

– Tinggal di lereng gunungan  jauh dari laut  yodium tanah rendah

– Masyarakat setempat memiliki keluhan serupa  faktor lingkungan

– Kurus dan terlihat benjolan di leher tanpa harus menengadah.

• Etiologi penyakit di atas adalah kekurangan zat yodium

– Kekurangan energi protein  bukan kearah malnutrisi – Kekurangan zat kalium  tidak berhubungan

– Kekurangan zat goitrogenik  goitrogenik  penyebab goiter

(9)

• Hipotiroidisme ini sering ditemukan di daerah pegunungan.

• Pegunungan  dataran yang tinggi dan

jauh dari laut  kandungan yodium dalam tanahnya sangat rendah

• Iodine  bahan penting dalam sintesis hormon tiroid

• Kurangnya kadar hormon tiroid dalam darah  TSH yang dikeluarkan meningkat  tidak bisa memproduksi  pembesaran tiroid

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

Zat goitrogenik

• Zat yang dapat menghambat

pengambilan iodium oleh tiroid,

sehingga konsentrasi iodium dalam

kelenjar menjadi rendah.

• Contoh: kubis, umbi singkong, daun

singkong dan kacang-kacangan

(15)

4. D. Obesitas 2

• Keyword:

– BB 85 kg, TB 165 cm

• IMT= 85 / (1.65)

2

= 31,2

(16)

5. A

• Keyword:

– Pasien, rutin konsumsi sulfonilurea dan metformin

• Waktu yang tepat untuk minum obat? Sulfonilurea diminum 15 menit sebelum

makan, metformin diminum setelah makan

– Sulfonilurea sebelum makan (tidak boleh >15 menit)

– Metformin bersama makanan atau sesudah makan

(17)

6. B. Memberikan obat golongan

statin

• Keyword:

– Riwayat infark miokard

– Kolesterol total 250 mg/dl, trigliserida 160 mg/dl, HDL 50 mg/dl, LDL 130 mg/dl 

hiperkolesterol dan trigliserida naik sedikit

• Terapi yang tepat adalah memberikan

obat golongan statin

– Gemfibrozil dan niasin  hanya untuk hipertrigliserida

(18)
(19)

7. C. Mengganti obat dengan

kolkisin

• Keyword:

– Nyeri pada pangkal ibu jari kaki kanan  lokasi khas untuk arthritis gout

– Setelah konsumsi obat penurun asam urat  nyeri

bertambah  diperkirakan obat yg daoat menurunkan kadar asam urat dadakan seperti alopurinol

• Tindakan selanjutnya: mengganti obat dengan kolkisin – Obat penurun asam urat  diberikan 2-4 minggu pasca

serangan karena perubahan kadar asam urat secara cepat yang akan memicu rasa nyeri.

– Konsumsi obat penurun asam urat boleh dilanjutkan pada pasien yang memang sudah mengkonsumsi lama obat tersebut.

(20)

Drug Mechanism Comments

NSAIDs ↓ inflammation Gastritis; ↓ dose in renal insufficiency Colchicine Inhibit polymerization of microtubules  prevention of chemotaxis and phagocytosis Nausea, vomiting, diarrhea

IV and high PO doses  bone marrow suppresion, myopathy, neuropathy ↓ dose in renal

insufficiency Corticosteroi

ds ↓ inflammation Highly effective for recalcitrant cases

Rule out joint infection first

Acute Treatment for

Gout

(21)

Chronic Treatment for Gout

• ↓ urate production

– ↓ intake of meat and seafood

– ↑ intake of lowfat dairy products – ↓ alcohol

– Weight control

• Avoid dehydration and hyperuricemic drugs (eg, diuretics)

• Antihyperuricemic therapy (start 2-4 weeks after acute attack)  allopurinol,

(22)

8. A. HIV stadium AIDS

• Keyword:

– Penurunan berat badan, mencret, demam 1 bulan  HIV wasting syndrome (pada HIV stadium IV atau AIDS)

– Aktif hubungan seksual, tanpa kondom.

– CD4: 50  Infeksi Oportunistik berat, sesuai dengan HIV wasting syndrome

• Diagnosis pada pasien adalah HIV stadium AIDS

– HIV Stadium III  Bila BB turun, diare kronis, demam kronis hanya terjadi salah satu

(23)

• Fase perjalanan HIV

– Window period  hasil pemeriksaan antibodi masih negatif

– Fase akut  flu-like symptom

– Fase laten  tidak ada gejala dan pasien merasa sehat

– Infeksi oportunistik

(24)
(25)
(26)
(27)

9. C. IgM

• Keyword:

– Demam 5 hari, pusing, nyeri otot dan kadang mual.

– Lab: Hb: 13,2 gr/dl, trombosit: 90.000, hematokrit: 41%.

• Diagnosis: suspek dengue,

pemeriksaan penunjang adalah IgM

anti dengue.

(28)

• IgM dengue positif mulai hari ke-5 demam.

• Sedangkan NS1 dapat

positif sejak hari pertama demam, kemudian

menurun perlahan sdh hari ke 9.

(29)

10. C. Hepatitis B fase

jendela

• Keyword:

– Kuning sejak 4 hari yang lalu, demam 1 minggu, mual dan muntah  gejala akut  dd/ Hepatitis A

– HBsAg dan anti HBs (-)  pasien pasti sudah terinfeksi namun HBsAg dan

antiHBs belum muncul  periode jendela

• Diagnosis yang mungkin adalah

hepatitis B fase jendela

(30)
(31)

Infeksi hepatitis B akut atau “recent”

dengan periode jendela

• Pada window period ini kita sebaiknya periksa IgM anti HBc • Bila pada hepatitis kronik aktif  HbsAg(+) dan HbeAg (+) Sumber: Harisson 17th

(32)

Sumber: Harisson 17th

(33)

Hepatitis B serologic

markers

• After infected with HBV, the first virologic marker detected between 8–12 weeks HBsAg

• Circulating HBsAg precedes elevations of serum

aminotransferase activity and clinical symptoms by 2–6 weeks and remains detectable during the entire icteric or symptomatic phase of acute hepatitis B and beyond.

• In typical cases, HBsAg becomes undetectable 1–2 months after onset of jaundice

• After HBsAg disappears, antibody to HBsAg (anti-HBs) becomes detectable in serum and remains detectable indefinitely thereafter.

• Anti-HBc is demonstrable within the first 1–2 weeks after the appearance of HBsAg and preceding detectable

levels of anti-HBs by weeks to months.

• Occasionally a gap of several weeks or longer may

separate the disappearance of HBsAg and the appearance of anti-HBs. During this "gap" or "window" period, anti-HBc may represent the only serologic evidence of current or recent HBV infection. • Anti-HBc of the IgM class (IgM anti-HBc) predominates

during the first 6 months after acute infection, whereas IgG anti-HBc is the predominant class of anti-HBc beyond 6

months.

Sumber: Harisson 17th

(34)

11. A. Pemberian 1 dosis HAV

imunoglobulin intramuskular

• Keyword:

– Demam sejak 2 minggu yang lalu, kuning, nyeri perut kanan atas, muntah-muntah  menguningnya kulit dan air kencing berwarna coklat gelap.

– Pembesaran hepar dan nyeri hipokondrium kanan. – Peningkatan SGPT dan SGOT.

• Diagnosis: hepatitis A.

– Biasanya hepatitis B akut tidak bergejala (atau gejala ringan)

• Profilaksis untuk yang serumah (kontok fekal oral) dengan pasien adalah pemberian 1 dosis HAV

(35)
(36)

12. E. Cek Anti HBs

• Keyword:

– Tertusuk jarum hepatitis B dan

divaksinasi hepatitis B 1 tahun yang lalu.

• Tindakan selanjutnya adalah cek Anti

HBs.

(37)

Dalam menangani paparan darah terhadap hepatitis B perlu diperhatikan:

1. Status hepatitis SUMBER

2. Status Vaksinasi YANG TERPAPAR

3. Respons Imun YANG TERPAPAR (Kadar anti HBs) Pada kasus ini:

1. Tertusuk jarum pasien dengan hepatitis B  Status sumber HbsAg (+)

2. Koas sudah divaksin 1 tahun lalu  Pihak terpapar sudah vaksinasi (+)

3. Titer anti HBs yang terpapar  Belum diketahui  Periksa! Bila diperiksa anti HBs ternyata:

Titer antiHBs≥10mIU/ml : Tidak perlu profilaksis

Titer antiHBs<10mIU/ml : Berikan Imunoglobulin HepB + Re-Vaksinasi

(38)
(39)

13. D. Hiperamonia

• Keyword:

– Penurunan kesadaran, dan pernah seperti ini sebelumnya

– Asites, sklera mata kuning, edema tungkai, vena kolateral di abdomen  sirosis hepatis

• Diagnosis: ensefalopati hepatikum.

– Koma reversibel pada penderita gangguan hati yang berat dan kronik, yang mengkonsumsi protein

berlebihan

– Penyerapan hasil metabolisme protein yang mengandung nitrogen dari usus  kenaikan amonia  gangguan sistem saraf pusat

(40)
(41)

14. A. Hepatitis A

• Keyword:

– Sklera ikterik, hepatomegali 3 jari di bawah arcus costa  hepatitis

– Senang makan di pinggir jalan, riwayat

teman-teman mengalami hal yang sama  kemungkinan penularan fekal oral

• Diagnosis: Hepatitis A

– Hepatitis B, Hepatitis C, Kolesistitis  penularan non oral

(42)

Selanjutnya pasien perlu diperiksa ALT dan AST, serta dengan IgM anti HAV

(43)

15. D. Katup mitral tidak membuka

secara maksimal

•  Keyword:

– Bising diastolik, kemungkinan: stenosis mitral, stenosis trikuspidal, regurgitasi aorta, atau regurgitasi pulmonal – Lokasi bising berpusat di apex Katup mitral

– EKG didapat sumbu ke kanan (RAD) dan LAA (left atrium abnormality) Tanda adanya hipertensi pulmonal

• Diagnosis: mitral stenosis (katup mitral tidak dapat membuka maksimal)

– Katup mitral tidak menutup adekuat  mitral regurgitasi – Katup trikuspid tidak membuka secara maksimal 

(44)

• Penyebab tersering stenosis mitral:Rheumatic fever

• Penyebab lain:

– congenital mitral valve stenosis, cor triatriatum, mitral annular calcification, systemic lupus

erythematosus, rheumatoid arthritis, left atrial myxoma, dan infective endocarditis with large vegetations.

• Komplikasi:

– Cardiac Output menurun pada MS berat – Hipertensi pulmonal, akibat:

• Tekanan backward akibat tingginya tekanan di atrium kiri • Edema pada dinding pembuluh darah jaringan paru

– Hipertensi pulmonal lalu menyebabkan:

• Pembesaran Ventrikel Kanan

• Regurgitasi pulmonal dan tricuspid sekunder • Gagal jantung kanan

(45)
(46)

16. A. Losartan

• Batuk tidak berdahak, tidak ada demam, tidak ada penurunan berat badan, tidak ada sesak napas  Penyebab batuk non-infeksi

• Penyebab batuk diduga obat HT ACE inhibitor • Pasien memiliki riwayat DM dan gagal jantung

(+) Obat anti HT pilihan adalah ACE inhibitor dan Angiotensin Receptor Blocker

• Karena pasien batuk kering, maka pilihan jatuh pada Angiotensin Reseptor Blocker (Losartan)

(47)
(48)

17. E. Regurgitasi Mitral

• Keyword:

– Lokasi: ICS IV linea midclavicularis

sinistra, menjalar ke lateral kiri  katup mitral

– murmur sistolik di katup mitral  regurgitasi

(49)
(50)

Murmur Sistolik

• Systolic ejection murmur

– Stenosis aorta: Terdengar paling baik di area aorta (ICS 2-3) menjalar ke arah leher

– Stenosis pulmonal: Paling baik di ICS 2-3 kiri, penjalaran bisa ke arah leher atau bahu kiri, tidak seluas stenosis aorta

(51)

Murmur Sistolik

• Holosistolik murmur

– Regurgitasi mitral: Terdengar paling baik

di apex menjalar ke axilla kiri

– Regurgitasi trikuspid: Terdengar paling balik di linea sternalis kiri bawah, menjalar ke

kanan sternum

– VSD: Paling baik di ICS 4-6, tidak ada penjalaran ke axilla

• Late systolic murmur

(52)

Murmur Diastolik

• Early diastolik

– Regurgitasi aorta: Di linea sternal kiri ICS 3-4

– Regurgitasi pulmonal: Di area pulmonal

• Mid to late diastolik

– Stenosis mitral: Di apex

– Stenosis trikuspid: Di bawah sternum, dekat prosesus xifoideus

(53)

Murmur Kontinu

(54)
(55)

18. B. Stable angina

pectoris

• Keyword:

– Nyeri ulu hati, semakin sering bila pasien beraktivitas ringan dan berkurang saat istirahat  nyeri khas jantung (angina

pectoris), berkurang saat istirahat (stabil)

• Diagnosis: Stable angina pectoris

– Unstable angina pectoris, ACS  nyeri tidak hilang dengan istirahat

– Gastritis akut, ulkus duodenum  keluhan berhubungan dengan makanan

(56)

• Angina  Nyeri dada akibat iskemia otot jantung

– Stable angina: nyeri saat aktivitas dan stress, membaik dengan istirahat dan nitrogliserin

– Unstable angina

• Sindrom Koroner Akut (Unstable angina, NSTEMI, STEMI)

– Angina timbul > 20 menit – Timbul saat aktivitas ringan

(57)

• Ada 3 kriteria nyeri tipikal angina pada angina stabil/Stable angina: Nyeri dada substernal, semakin nyeri saat aktivitas, hilang dengan istirahat/nitrogliserin

Sumber: ESC guideline 2006

(58)

19. C. Omeprazole

• Keyword:

– Nyeri dan rasa panas di dada, tidak

menjalar ke bahu dan lengan, pahit dan asam di mulutnya, sering tertidur segera setelah makan  berhubungan dengan lambung.

• Diagnosis: GERD (Gastroesofageal

Reflux Disease)

(59)

• Gejala khas GERD:

– Typical esophageal symptoms include the following:

• Heartburn • Regurgitation • Dysphagia

– Abnormal reflux can cause atypical (extraesophageal) symptoms, such as the following:

• Coughing and/or wheezing • Hoarseness, sore throat • Otitis media

• Noncardiac chest pain

• Enamel erosion or other dental manifestations

• Komplikasi yang ditakuti  Esofagitis Barrett berpotensi maligna

(60)

Sumber: American College of Gastroenterology GERD Guideline 2013

(61)

Sumber: American College of Gastroenterology GERD Guideline 2013

(62)

20. B. Ulkus duodenum

• Keyword:

– Nyeri timbul terlambat makan dan berkurang setelah makan.

(63)

• Ulkus lambung

– Nyeri ulu hati/di sebelah kiri perut, rasa tidak nyaman, muntah

– Timbul setelah makan

• Ulkus duodenum

– Nyeri di tengah-kanan membaik setelah makan – Nyeri bermula di satu titik (pointing sign),

akhirnya difus, menjalar ke punggung – Nyeri timbul saat merasa lapar, bisa

membangunkan pasien tengah malam (HPFR 

(64)

21. C. Pengobatan Sisipan

• Berdasarkan pedoman

Depkes TB 2011, pada akhir fase intensif 2 bulan bila sputum masih (+), diberikan OAT sisipan selama 1 bulan.

Sumber: Pedoman Nasional

(65)

Sumber: WHO TB Guideline 2010

For your info:

• Pada Guideline TB dari WHO terbaru 2010, sebetulnya Fase Sisipan sudah tidak direkomendasikan lagi, jadi dari Fase intensif apabila sputum masih (+) lanjut ke Fase Sisipan langsung dengan memperhatikan kualitas dan evaluasi kepatuhan minum obatnya

• Namun pedoman dalam menjawab UKDI kita sesuaikan dengan pedoman dari Depkes, sehingga Fase sisipan OAT 1 bulan masih kita lakukan apabila sputum (+) pada akhir bulan ke-2

(66)

22. C. Pirazinamid

• Keyword:

– Nyeri pada perut kanan atas disertai mual

muntah. Sedang minum OAT Drug-induced hepatitis

• Penyebab OAT utama: ADA 3 yaitu: PIRAZINAMID, INH, RIFAMPISIN

• Namun diantara ketiga OAT tersebut yang menimbulkan hepatotoksik tersering dan terparah adalah Pirazinamid

(67)
(68)
(69)

23. A. Hentikan semua OAT

• Keyword:

– Terapi OAT mulai sejak 1 minggu yang lalu, ES: sklera ikterik dan hepatomegaly

Ikterus dan hepatitis imbas obat  Termasuk Efek samping OAT Mayor

• Efek samping MAYOR  STOP OAT!

Sambil satu persatu dicari OAT penyebab

– 3 obat penyebab icterus dan hepatitis imbas obat tersering  Pirazinamid > INH >

(70)
(71)
(72)

Langkah Reintroduksi OAT sambil

mencari tahu OAT penyebab

• Bila tanda dan gejala sudah mereda maka OAT diberikan kembali secara bertahap satu persatu sambil mencari OAT penyebab:

– OAT yang pertamakali diberikan adalah rifampisin

– Setelah 3-7 hari pemberian rifampisin ditoleransi, diberikan isoniazid – Bila pasien mampu mentoleransi pemberian ulang rifampisin dan

isoniazid, tidak dianjurkan diberikan ulang pirazinamid

• Bila OAT penyebab adalah rifampisin, maka regimen OAT yang dianjurkan menjadi 2HES/10HE

• Bila OAT penyebab adalah isoniazid, maka regimen OAT yang dianjurkan menjadi RZE selama 6-9 bulan

• Bila pirazinamid dihentikan sebelum selesai fase intensif maka regimen OAT yang dianjurkan menjadi RH selama 9 bulan

• Bila salah satu rifampisin maupun isoniazid tidak bisa ditoleransi, maka menggunakan terapi OAT non-hepatotoksik yaitu

streptomisin, ethambutol, dan fluorokuinolon dimulai atau dilanjutkan hingga total 18-24 bulan

(73)

24. A. AB

• Keyword:

– Menggumpalkan anti-A dan anti-B  mempunyai antigen A dan B.

(74)
(75)

25. C. Anemia aplastik

• Keyword:

– Keluhan lemas sejak + Hb 7.2 Anemia – Memar-memar di kakinya + trombosit

120.000 Trombositopenia

– Sering flu + leukosit 3700  Leukopenia – Anemia + Leukopenia + Tromositopenia

 Pansitopenia

• Diagnosis: Anemia Aplastik

(76)

Sumber: Harrison 17th • Puncak kejadian kasus ada

2, yakni umumnya muncul pada usia 15-25 tahun dan setelah usia 60 tahun

(77)

26. B. Ferritin, SI, TIBC

• Keyword:

– Hb 9,8; MCV 72 anemia mikrositik hipokrom

• Rencana pemeriksaan selanjutnya:

ferritin, SI, TIBC

(78)
(79)

• Ferritin: Cadangan besi dalam tubuh

– Male 20-250 μg/L – Female 15-150 μg/L

• Serum iron: Penghitungan jumlah yang berikatan ke transferin

– Male 65–177 μg/dL (11.6–31.7 μmol/L) – Female 50–170 μg/dL (9.0–30.4 μmol/L)

• TIBC: Kapasitas transferin serum mengikat besi

(80)
(81)

27. B. Nalokson

• Keyword:

– Pingsan/tidak sadar dengan jarum dan botol suntikan  susp. IV drug user

– Pupil miosis, kemungkinan besar:

• Intoksikasi morphin atau intoksikasi organofosfat

– Kalau midriasis, biasanya:

• Overdosis kokain atau amfetamin (shabu/ecstasy)

• Tanda miosis + jarum suntik kuat

mengarahkan ke penyebabnya keracunan Morphin

(82)

Sumber: Current Diagnosis and Treatment 6th 2008 Emergency

(83)

• Intoksikasi opioid (morphin/heroin)

– Maintain adequate airway and ventilation

– Give naloxone (a specific narcotic antagonist) to all patients with suspected opiate overdose. Start with 0.4-2 mg intravenously.

Repeat 2 mg every 2-3 minutes 3 or 4 times if no response occurs and narcotic overdose is suspected. No more than 10 mg.

– Naloxone has a half-life of 1 hour and effects lasting only 2-3

hours (shorter than many opiates), permitting the patient to lapse into coma again.

– If relapse occurs, a naloxone continuous infusion may be

started, : approximately two-thirds of the dose required to initially awaken the patient given over each hour.

– Nalmefene (2 mg) : long-acting opioid antagonist last for as long as 8 hours, thereby reducing the need for any drips or repeated doses of naloxone

– Naloxone is still the preferred initial antidote for comatose

patients when the cause is uncertain because it will produce a shorter period of withdrawal in the chronically opioid-dependent patient

Sumber: Current Diagnosis and Treatment 6th 2008 Emergency

(84)

• Organofosfat poisoning

– MNEMONIC signs:

• SLUDGE (salivation, lacrimation, urination, diarrhea, GI upset, emesis)

• DUMBELS (diaphoresis and diarrhea; urination; miosis; bradycardia,

bronchospasm, bronchorrhea; emesis; excess lacrimation; and salivation).

– Give: Atropine IV (adult 2mg, child 0.02mg/kg), repeated every 10 mins until there is improvement or obvious signs of atropinization (dry mouth,

tachycardia, dilated pupils):

(85)

28. C. Asma bronkial persisten

sedang

• Keyword:

– Sesak nafas yang hilang timbul, sesak nafas di malam hari > 2 kali dalam seminggu, episode sesak dirasakan sering  mengarahkan ke

asma persisten sedang

– Spirometri: arus puncak ekspirasi 70% dan variabilitas arus puncak ekspirasi > 30% 

untuk pembagian yang lebih pasti, lihat selalu nilai spirometri

• Diagnosis pada pasien ini adalah? asma bronkial persisten sedang

(86)

• Anamnesis Asma: – Gejala episodik  – Reversibel, dengan atau tanpa pengobatan  – Timbul/memburuk pada malam/dini hari  – Respon terhadap bronkodilator  – Terdapat faktor risiko yang bersifat individual  • Pemeriksaan fisis:  – PF dapat normal   – Wheezing – Ekspirasi memanjang

(87)

Pemeriksaan Penunjang

• Spirometri 

– Obstruksi: VEP1 < 80% nilai prediksi

– Reversibilitas: perbaikan VEP1 ≥ 15% secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator, atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau steroid oral/inhalasi 2 minggu

• APE 

– Dinilai dengan spirometri atau peak expiratory flow meter (PEF meter)

– Reversibilitas: perbaikan VEP1 ≥ 15% secara spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator, atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau steroid oral/inhalasi 2 minggu

– Variabilitas harian (dinilai 1-2 minggu): > 20% 

• Pemeriksaan lain: uji provokasi bronkus, status alergi

(88)
(89)
(90)
(91)

29. A. Inhalasi short acting beta

agonist

• Keyword:

– Sesak berulang, terutama menjelang pagi, wheezing (+)  Serangan asma

• Pilihan terapi awal pada serangan Asma ringan, sedang, berat  Inhalasi Short acting Beta-2

Agonis, setelah itu dilihat dengan respons perbaikan. Bisa diulang 3x/20 menit.

• Bila serangan asma mengancam jiwa  Langsung inhalasi Beta-2 agonis +

antikolinergik + O2 + Kortikosteroid IV +/- aminofilin

(92)
(93)

Sumber: Konsensus

Penatalaksanaa n Asma PDPI

(94)

30.D. Gangguan Fungsi Trombosit

• Keyword: 

– Perdarahan sejak cabut gigi 1 jam yang lalu. – Rutin mengkonsumsi aspirin selama beberapa

tahun.

• Kemungkinan penyebab perdarahan pada pasien adalah konsumsi aspirin.

– Aspirin dapat menghambat agregasi trombosit. – Aspirin mengurangi aktivasi trombosit dengan

menghambat kerja siklooksigenase, sehingga sintesa prostaglandin dan tromboksan A2

(95)
(96)
(97)

31. D. salep

• Keywords: wanita 35 th, gatal &

penebalan pd leher & pergelangan

kaki; st dermato: hiperpigmentasi

dan likenifikasi

(98)

“Basah ketemu basah, kering

ketemu kering”

• 3 vehikulum dasar: cairan, bedak,

salep

• 4 vehikulum campuran: bedak

kocok (cairan + bedak), krim

(cairan + salap), pasta (salap +

bedak), dan linimen/pasta

(99)

Cairan (kompres)

• Membersihkan debris (pus, krusta) • Melunakkan vesikel, bula, pustul

• Meringankan eritema yang mencolok (mis. erisipelas)

Bedak

• Bersifat mendinginkan, mengurangi gesekan

• Supaya vesikel tdk pecah (: varisela, herpes zoster) • U/ dermatosis yang kering dan superfisial, tidak

boleh pd yg basah

Salep

• U/ dermatosis yang kering & dalam, bersisik & berkrusta

(100)

Bedak kocok

• U/ dermatosis kering dan superfisial yg luas

• Jangan di daerah berambut Krim

• Indikasi kosmetik

• U/ dermatosis lebih dalam yg luas • Boleh pd daerah berambut

Pasta

• U/ dermatosis yg agak basah Linimen

(101)

32. D. Syr. Pirantel pamoat 125

mg/5ml Fl No. I S 1 dd I Cth p.d.sing

• Keywords: bayi 10 bln, gatal anus pd

malam hari, rewel, tdk mau menyusu

• Dx: Enterobiasis

– Pruritus ani/vulva, terutama malam hr, enuresis

– Penemuan cacing di tinja/perineum, ekskoriasi/eritema perineum/vulva – Tx: pirantel pamoat single dose,

minum bersama makanan; 2 mg kemudian minum 1x lagi

(102)

• S 3 dd I Cth pc = 3x sehari setelah makan • Sue 2 dd applic part dol = utk pemakaian

luar, aplikasi pd area yg sakit 2x sehari • Suc = cara pemakaian sudah diketahui

pasien

• S 3 dd gtt I ODS = 3x sehari 1 tetes pd mata kanan & kiri

• S 1 dd I Cth p.d.sing: 1x sehari , single dose

(103)

33. C. Beta Blocker

• Keywords: riw nyeri dada, HT, asma

• Beta blockers

– Memblok reseptor Beta-1 (primarily

located in cardiac tissue)  me↓ HR & kontraktilitas jantung

– Kontraindikasi: hipersensitivitas, syok kardiogenik/gagal jantung, sinus

bradikardia parah, 2nd and 3rd degree

(104)

34. D. Pirazinamid

• Pengobatan OAT aktif, nyeri dan bengkak pada sendi, peningkatan asam urat 

hiperurisemi adalah salah satu efek samping pirazinamid

(105)

35. E. Streptomisin

• Ibu hamil, pengobatan TB, obat TB yang menyebabkan gangguan pendengaran  streptomisin

(106)
(107)

36. B. Top lordotik Susp. TB

Paru

• Keywords

– S: batuk 3 bulan

– O: LED 40 mm/jam, foto thorax PA: infiltrat di apex dengan hiperselularitas costae dan klavikula

• Kemungkinan diagnosis kerja pada pasien ini adalah susp. TB paru.

• Untuk melihat apex paru lebih jelas perlu dilakukan foto thorax top lordotik untuk menghilangkan superposisi costae dan klavikula

(108)

37. A. Foto polos kepala posisi

waters

• Keywords:

– S: sakit kepala di daerah pipi, hidung tersumbat, batuk, pilek, demam

– O: nyeri tekan sinus maksilaris

• Dipikirkan diagnosis kerja berupa sinusitis maksilaris. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah foto polos kepala posisi waters atau CT scan kepala (gold standard)

– Dilihat apakah ada perselubungan atau gambaran air fluid level pada foto

• Karena ketersediaan CT scan yang jarang, maka disarankan dilakukan foto polos posisi waters

(109)

38.B. Foto Thorax PA

• Keywords: arah sinar dari posterior ke anterior • Foto thorax PA

– Arah sinar dari posterior ke anterior – Kaset di depan dada pasien

– Dilakukan pada pasien yang dapat berdiri

– Kelebihan: tidak terjadi magnifikasi (pembesaran) jantung

• Foto thorax AP

– Arah sinar dari anterior ke posterior – Kaset di belakang punggung pasien

– Dilakukan pada pasien yang hanya dapat tidur

– Kekurangan: ada magnifikasi jantung (kesan jantung membesar, padahal tidak)

(110)

39. D. USG

• Keywords:

– S: anuria, mual, muntah, riwayat nyeri pinggang sejak 1 tahun yang lalu – O: nyeri ketok CVA kiri (+)

• Dipikirkan diagnosis kerja nefrolitiasis sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang radiologis

• Modalitas pemeriksaan batu saluran kemih

– Foto polos abdomen (BNO): hanya (+) jika batu radioopaque

– BNO+IVP: dilakukan bila pada BNO tidak ditemukan gambaran batu DAN bila fungsi ginjal pasien baik

– USG: dilakukan bila pada BNO tidak diteukan gambaran batu DAN terjadi penurunan fungsi ginjal; dapat mendeteksi batu radioopaque dan

radiolusens

• Pada pasien ini terjadi penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan anuria. Sehingga modalitas yang dipilih adalah USG ginjal.

(111)

40. A. Ileus

• Keywords:

– S: perut semakin membesar – O: riwayat tumor ovarium

• Foto polos abdomen menunjukkan

adanya gambaran udara usus yang

menyebar sepanjang usus yang

mengarah pada kemungkinan ileus

obstruktif

(112)
(113)

41. E. Cavum cranii

• Petinju mendapat pukulan di hidung,

lalu keluar cairan dari hidung secara

terus menerus

• Cairan kemungkinan berasal dari: E.

Cavum cranii

(114)

• Sinus paranasal  berisi udara

– Dari soal yang keluar adalah cairan, jadi tidak mungkin dari sinus paranasal

• Pada trauma wajah, fraktur os nasal

sering disertai fraktur bagian

kranium lainnya

• Cairan yang mengalir dari hidung

mungkin menunjukkan kebocoran

CSF karena fraktur basis kranii

(115)

42. B. Antibiotik, antipiretik,

dekongestan, dan ear toilet H

2

O

2

3%

• Keywords:

– S: Keluar cairan dari telinga kanan, riwayat batuk pilek

– O: demam, telinga kanan: sekret

mukopurulen (+), perforasi sentral (+)

• Dipikirkan diagnosis kerja OMA

stadium perforasi  th/ Antibiotik,

antipiretik, dekongestan, dan ear

toilet H

2

O

2

3%

(116)
(117)

OMA – Manifestasi Klinis dan

Tatalaksana

OTITIS MEDIA AKUT

Manifestasi klinis, tergantung stadium

• Oklusi: retraksi membran timpani • Hiperemis: MT hiperemis dan

edema

• Supurasi: Telinga bulging, sangat nyeri, nadi dan suhu meningkat • Perforasi: Ruptur MT, nadi dan

suhu menurun, nyeri reda

• Resolusi: MT menutup, sekret hilang. Kegagalan stadium resolusi menyebabkan OMSK. Seluruh gejala sering disertai riwayat ISPA dan gangguan pendengaran.

Tata laksana

• Oklusi: obat tetes hidung (Efredin HCl 0,5%) + antibiotik

• Hiperemis: antibiotik + obat tetes hidung + analgetik + miringotomi • Supurasi: antibiotik + miringotomi • Perforasi: antibiotik + obat cuci

telinga

• Resolusi: antibiotik

Setelah miringotomi atau perforasi lakukan cuci telinga dengan H2O2 3%

selama 3-5 hari.

Antibiotik lini-1: Amoxicillin 80-90 mg/kg/hari PO dibagi 2x/hari selama 10 hari

(118)

43. D Laringoskop

• Keyword:

– Sesak nafas, berkurang bila tidur miring

atau memakai bantal sejak 2 bulan yg lalu, sembuh dengan sendirinya

– Stridor inspirasi dan retraksi ringan suprasternal (+).

– Radiologis: Penyempitan di daerah laring.

• Diagnosis: Laringomalasia

– Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menilai laring: Laringoskop

(119)

Laringomalasia

• Merupakan kelainan kongenital

kartilago laring

• Gejala mulai bulan ke-2:

– Stridor, retraksi daerah suprasternal, epigastrium, interkostal dan

supraklavikular

(120)

• Laringomalasia akan resolusi saat

sekitar 2 tahun

• Pencegahan: dengan mencegah

inflamasi di saluran nafas, seperti

rhinofaringitis akut

(121)

44. C. Dix-Hallpike manuver

• Keyword:

• Pusing berputar sejak 1 minggu yang

lalu.

• Mual (+), muntah (+), keluhan tidak

berkurang bila istirahat. Riwayat

kecelakaan lalu lintas (+)

• Pada pasien dipikirakan terjadi vertigo

akibat post trauma  BPPV

(122)

Vertigo Perifer vs. Sentral

Vertigo Perifer (Vestibuler)

Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)

Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang keseimbangan

Gangguan di Kanalis semisirkularis Batang otak atau serebelum Serangan Episodik Kontinyu

Mual/muntah +

-Gangguan

pendengaran ±

-Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual Situasi pencetus - Keramaian lalu lintas Penyebab Neuritis vestibuler

BPPV Meniere disease Trauma Fisiologis (mabuk) Obat-obatan Neuroma akustik

Stroke batang otak TIA vertebrobasiler Migren basiler

Trauma

Perdarahan serebelum

Infark batang otak/serebelum Degenerasi spinoserebral Nistagmus Horizontal atau

(123)

45. B. Toxoplasmosis

• Keyword:

– Kebiasaan makan daging sate setengah matang

– Pembesaran kelenjar di leher, tidak nyeri, berdiameter 1x1 cm, kenyal. – Lab: leukositosis.

• Diagnosis paling mungkin:

Toksoplasmosis

(124)

• Toksoplasmosis pada pasien imunokompeten:

– 80-90% asimptomatik

– Memberikan gambaran pembesaran

limfonodus servikal yang tidak nyeri, diameter kurang dari 3 cm

– Demam, malaise, keringat malam, mialgia

• Tanda infeksi:

– Leukositosis

– Makan daging setengah matang  dapat mengandung kista jaringan yang terdapat pada feses kucing

(125)

46. B. Allergic crease

• Perempuan, bersin pada pagi hari.

Sering menggosok-gosok hidung

hingga terbentuk garis di sekitar

dorsum nasi  allergic crease

(126)

Tanda Alergi

• Allergic shiners

– Dark circles under the eyes are due to swelling and

discoloration from congestion

• Allergic salute

– The way that many children use the

palm of their hand to rub and raise the tip of their nose to relieve nasal itching and congestion

(127)

• Allergic crease

– A line across the bridge of the nose usually the result of allergic salute

• Dennie morgan lines

– Crease-like wrinkles that form under the lower eyelid folds (double skin folds)

(128)

• Mouth breathing

– Akibat kongesti nasal  disertai dengan

development of a high, arched palate, an elevated upper lip, and an overbite

• Allergic (adenoidal) face (long face

syndrome) – Akibat pembesaran adenoid  menyebabkan ‘tired and droopy appearance’

(129)

• Postnasal drip

– From allergic mucus building up and

being discharged into the throat

– Serious nasal allergies also

reduce the sense of taste and smell. 

(130)

47. C. Matikan kecoa lalu

dikeluarkan

• Serangga dalam liang telinga

• Prinsip : binatang dimatikan dengan

meneteskan pantokain, silokain,

minyak atau alkohol sebelum

dikeluarkan

(131)

48. E. Telinga kiri normal, telinga

kanan tuli sensorineural

• Keywords

– O: Swabach

memendek telinga kanan, Rinne (+)

kedua telinga, Weber lateralisasi ke kiri

• Jadi pada pasien ini terjadi tuli

sensorineural

telinga kanan dan telinga kiri normal

(132)

49. E. Korpus Alienum

• Keyword:

– Anak berusia 5 tahun

– Hidung berbau busuk sejak 1 minggu yang lalu.

– Hanya pada hidung sebelah kanan dan disertai dengan pilek.

– Demam (-), mimisan (-), telinga dan tenggorok normal

(133)

50. C. Kesulitan tidur selama 1

bulan

• Keyword:

– Sering terbangun saat tidur, mengorok – Tonsil T3/T4, tidak hiperemis, terdapat

pelebaran kripta dan detritus (+).

• Diagnosis: tonsilitis kronis dengan

obstruksi saluran napas.

– Indikasi pengangkatan tonsil: kesulitan tidur selama 1 bulan

(134)

Indikasi Absolut

a) Pembengkakan tonsil yang menyebabkan

obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan

tidur dan komplikasi

kardiopulmoner

b) Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase c) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam d) Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi Indikasi Relatif

a) Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat

b) Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis

c) Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan

pemberian antibiotik β-laktamase resisten

•) Jawaban: A. Kesulitan tidur selama 1 bulan

(135)
(136)

51. B. Fraktur Galeazzi

• Keywords: jatuh dengan tangan menyangga,

fraktur radius distal + dislokasi processus styloideus ulna • Fraktur radius + dislokasi sendi radioulnar distal = Fraktur GalleaziAkibat beban pd hyperpronated forearm

(137)

• Fr Montegia = dislokasi sendi

radioulnar proksimal yang

menyertai fraktur forearm

• Fr Barton = Distal Radius Fractures

= fraktur pada area artikuler distal

(138)

Fraktur Galeazzi:

Fraktur radius dengan dislokasi sendi

(139)

• Fr Colles = fraktur radius distal

dengan/tanpa ulna, fragmen fraktur

distal ke dorsal

• Fr Smith = fraktur radius distal

dengan/tanpa ulna, fragmen fraktur

distal ke volar

(140)

52. C. FAM

• Keywords: wanita 18 tahun, massa

payudara kiri sejak 2 tahun, nyeri (-),

kenyal, batas jelas, mobile

• FAM

– Massa payudara paling umum pd wanita <25 th

– Massa tunggal (10-15% multipel), padat, kenyal, licin, mobil, nyeri (-), 1-5 cm (bs bertambah besar)

(141)

• Ca mammae = curiga bila massa

keras, ireguler, terfiksasi

– Disertai perubahan ukuran/bentuk payudara (asimetri payudara),

perubahan kulit (bengkak, penebalan, radang, edema/peau d’ orange),

abnormalitas puting (retraksi, inversi,

(142)

• Payudara fibrokistik = massa jinak payudara, periodic swelling (bisa nyeri) berkaitan dengan siklus menstruasi

• Phyllodes tumor = nodul besar (rata-rata 5 cm), soliter, padat; terutama pada wanita 40-50 tahun

– 10% ganas

• Papiloma duktus = tumor jinak duktus payudara, biasanya dekat puting,

discharge jernih/berdarah

(143)

53. B. Hipospadia

• Keywords: bayi laki-laki 1 tahun, rewel, tidak bisa BAK, lubang kencing di bawah batang penis

• Hipospadia

– OUE di ventral penis

proksimal dari ujung glans (bisa di skrotum/perineum) – Chordee  pemendekan &

kurvatura penis abnormal – Dorsal hood (prepusium

berlebih di dorsal), kulit ventral defisien

(144)

• Epispadia = OUE di dorsal penis

• Fimosis = prepusium tidak bisa ditarik melewati glans

– Fisiologis (bayi baru lahir), patologis

(sebelumnya bisa diretraksi, sekarang tidak bisa)

– Risiko jd parafimosis klo diretraksi paksa lalu lupa dikembalikan posisinya  nekrosis glans

• Parafimosis = prepusium yang diretraksi tidak bisa kembali ke posisi semula

(145)

54. B. Fimosis

• Keywords: anak laki-laki 3 tahun,

nyeri BAK sejak 3 bulan yang lalu,

penis kadang menggembung;

prepusium sulit ditarik ke belakang

• Dx: fimosis

(146)

55. C. Kuning

• Keywords: laki-laki 28 tahun KLL, CM,

TTV stabil, akral hangat, luka lecet,

fraktur femur tertutup kaki kanan

(147)

Triase

• Merah (segera) = tidak akan bertahan tanpa terapi segera, punya kemungkinan selamat

• Kuning (observasi) = perlu observasi (& mungkin triase ulang). Sekarang stabil, tidak dalam bahaya maut. Butuh perawatan. Dalam kondisi normal

akan segera ditangani.

• Hijau (tunggu) = “walking wounded”; butuh terapi setelah pasien kritis ditangani

• Putih (dismiss) = luka minor, tidak perlu penanganan dokter

• Hitam (expectant) = meninggal/luka sangat ekstensif sehingga tidak bisa selamat dengan terapi yang tersedia

(148)

56. B. Adenokarsinoma

prostat

• Keywords: laki-laki 65 tahun, tidak dapat BAK sejak 1 hari yang lalu, nyeri bokong, nyeri & bulging suprapubik; RT prostat

membesar, keras, permukaan tidak rata • Ca prostat

– LUTS, retensi urin, hematuria, nyeri punggung – Dapat disertai: penurunan BB, anemia, nyeri

tulang, fraktur patologis, defisit neuro (kompresi medula spinalis), nyeri & edema ekstremitas

bawah (metastasis vena & limfe), adenopati, overdistensi vesika, tonus sfingter anal

(149)

– RT: nodul, asimetri, perbedaan tekstur – Marker: PSA

– Biopsi!

• BPH

– Gejala LUTS

– RT: ukuran, nodul, tonus sfingter ani, fluktuasi (abses), nyeri (prostatitis) – Transrectal USG

(150)

• Prostatitis: demam, nyeri

perineal/punggung/perut bawah,

disuria, LUTS, discharge uretra,

retensi urin; RT nyeri

• Tumor buli: hematuria tanpa

disertai nyeri, gejala iritatif LUTS

• Ca rekti: BAB berdarah/berlendir,

perubahan pola BAB, nyeri

perut/punggung, gejala BAK; RT;

marker CEA, CA 19-9; kolonoskopi

(151)

57. C. Cystotomi

• Keywords: Trauma perineum, tidak

bisa BAK, meatal bleeding  cedera

uretra

• Pada defek/ruptur urtera baik anterior

dan posterior, kontraindikasi

pemasangan kateter

• Tindakan awal yang perlu dilakukan

adalah untuk dekompresi urine yaitu

tindakan sistosomi

(152)

58. B. Sindrom

Kompartemen

• Keywords: laki-laki 20 tahun, trauma, cruris dekstra 1/3 tengah edema, nyeri angulasi, pulsasi a. dorsalis pedis melemah

• Diagnosis: sindroma kompartemen

Terutama high-velocity injuries, fraktur tulang

panjang, crush injuries, luka penetrasi (trauma arteri), trauma vena

5P (pd stadium lanjut): Pain, Parestesia, Pallor,

Pulselessness, Poikilothermia

Tanda awal yg paling konsisten: pe↓

diskriminasi 2-titik

(153)

59. A. Luka bakar grade I

• Keywords: wanita 24 tahun, kemerahan

pada kulit, perih, riwayat berjemur

• Luka bakar superfisial (grade I):

eritema, nyeri

• Grade II dangkal: merah muda-merah,

bulla (+)/(-), basah, nyeri (++), CRT (+)

• Grade II dalam: merah-keputihan, bulla

(+)/(-), lembab, nyeri (+), CRT (-)

• Grade III (full-thickness): kering,

eschar, nyeri (-), khaki/abu/hitam

(154)
(155)
(156)

60. E. PAD

• Keywords: laki-laki 46 tahun, ibu jari

kaki hitam & nyeri, merokok (+), DM (-)

• Dx: acute limb ischemia akibat PAD

• Peripheral arterial disease (PAD)

– = perfusi inadekuat akibat aterosklerosis – FR: merokok, hiperlipidemia, DM,

hiperviskositas

– Etio lain: flebitis, trauma, operasi,

(157)

– Progresi kronik (trombosis)/ akut (emboli)

– Pemicu akut: AF, penyakit katup, infark miokard

– Kronik: klaudikasio (nyeri otot dengan aktivitas, membaik dengan istirahat), ischemic rest pain (: cardiac output jelek), ulkus

– 5P: pulselessness paralysis parestesia pain pallor

(158)

61. D. Kalium sitrat

• Keywords: Nyeri pinggang, BAK

tersendat-sendat, nyeri ketok di regio lumbal, urinalisis ditemukan kristal

• Obat untuk menghancurkan kristal asam urat dan sistin: alkalisasi urin dengan

natrium bikarbonat dan kalium sitrat

• Kalium sitrat lebih menjadi pilihan karena tersedia dalam bentuk tablet slow release sehingga tidak terjadi overload natrium

(159)

62. C. Biopsi PA

• Keywords: wanita 36 tahun, nipple

discharge, payudara tidak simetris,

retraksi puting  kemungkinan ca

mammae

• Baku emas pemeriksaan adalah

biopsi PA / Pemeriksaan histopatologi

(untuk hampir semua tumor padat)

(160)

63. A Hidrocele

Hidrokel:

• Kumpulan dari cairan serosa akibat defek atau iritasi di tunika vaginalis skrotum

• Gejala dan tanda:

– Pembesaran skrotum  Biasanya tidak nyeri – Pemeriksaan trasluminasi positif

• Orchitisnyeri (karena ada inflamasi), transiluminasi (-) • Varikokel dilatasi pleksus venosus pampiniformis dan

vena spermatik internal  tampak gambaran cacing pada skrotum; ps datang dengan keluhan infertilitas • Elephantiasistissue swelling+skin and tissue

(161)
(162)
(163)

65. C. Raynaud’s disease

• Keywords: nyeri, pucat, sianosis bila terpapar suhu dingin

• Raynaud’s disease

– Vasospasme rekuren akibat kelainan fungsional pembuluh darah, biasanya dipicu stres emosional dan suhu dingin

– Bentuk serangan: pemicu (dingin)  vasospasme (pucat, biru, nyeri)  reflow (hiperemia)

– Muncul simetris di ujung jari kaki dan tangan, tidak ada nekrosis, CRP normal

– PF umumnya normal, boleh di-challenge dengan suhu dingin

(164)

66. B. USG Mamae

• Keywords: wanita 25 tahun, massa

payudara kanan progresif sejak 3 tahun yang lalu, nyeri jika menstruasi, kenyal, mobil, tidak terfiksasi

• Payudara fibrokistik = massa jinak payudara, periodic swelling (bisa nyeri) berkaitan dengan siklus menstruasi

• Pemeriksaan penunjang:

USG  bisa membedakan massa solid/kistik

Mammogram  pada wanita <35 th kurang

(165)

67. B. Clostridium Perfingens

• Keywords: Keluhan kaki berbau busuk,

riw tertusuk beling, keluar nanah dan

kehitaman  gangren (nekrosis/kerusakan

jaringan karena bakteri anaerob)

– Clostridial gas gangrene akibat Clostridium

perfingens

– Dapat disebabkan trauma, post operasi, ataupun spontan

– Dalam prosesnya harus terjadi inokulasi jaringan dan oksigen yang rendah 

(166)

• Clostridium dificile

– Bakteri gram positif  anaerobic, spore-forming rods (bacilli), penyebab diare, biasanya muncul akibat penggunaan antibiotik spektrum luas

• Clostridium botulinum

– Anaerobik gram positif batang

– Menyebabkan botulism  kelainan neurologik akut yang menyebabkan neuroparalisis

– Dapat melalui makanan (makanan kaleng/pengawet) atau luka 

(167)

• Clostridium perfringens: – Anaerob, gram +, rod-shaped, spore • Clostridium tetani: – Anaerob, gram +, rod-shaped, endospore – Tennis racket/drumstick appearance

(168)

• Staphylococcus:

– Facultative anaerob, gram +, round

– Grape-like clusters • Streptococcus

pyogenes:

– Aerob, gram +, round

(169)

68. C. Beri O2, jaga jalan nafas,

rujuk ke RS

• Keywords: luka bakar 40%, sesak progresif, dahak jelaga

• Diagnosis: luka bakar dengan trauma inhalasi

– Riwayat terperangkap dalam ruang tertutup

– Batuk, sputum berjelaga, serak, sesak progresif, luka bakar pada wajah, rambut wajah/hidung

terbakar

– Terapi: ingat ABCDE. Untuk trauma inhalasi

sebaiknya segera intubasi. Selain itu: aggressive pulmonary toilet, bronkodilator, membersihakn sekresi

(170)

Terapi luka bakar akut

• Jauhkan dari sumber panas, irigasi

dengan air mengalir

• Airway: intubasi bila curiga trauma

inhalasi, stabilisasi leher

• Breathing: O2 100% dengan NRM

• Circulation: IV line, mulai resusitasi

cairan bila luka bakar >15% pd

(171)

• Disability: GCS

• Exposure: lepaskan pakaian & perhiasan, selimuti, nilai luas & dalam luka bakar

menyeluruh

• Fluid: perhitungkan kebutuhan cairan, kateter urin untuk memantau

• Analgesik

• Secondary surgery

• Rujuk bila ada indikasi, termasuk trauma inhalasi

(172)

69. B. Eksisi

• Keywords: Wanita benjolan di

payudara, konsistensi kenyal,

permukaan licin, batas tegas, mobile

 kemungkinan FAM

• Teknik biopsi yang tepat untuk FAM:

biopsi eksisi

(173)

70. B. Nekrosis glan penis

• Keywords: anak laki-laki 8 tahun,

sering menarik kuncup penis hingga

prepusium tertarik ke dorsal

• Diagnosis kerja: mengarah pada

parafimosis akibat prepusium

sering diretraksi

• Komplikasi: rekurensi, posthitis

(inflamasi prepusium), nekrosis glans

penis, autoamputasi

(174)
(175)

71. B. Resusitasi cairan

• Keywords: Nyeri perut hebat, perdarahan dari jalan lahir, terlambat haid, abdomen teraba massa, cavum douglasi menonjol, tes kehamilan positif  KET

• Tampak lemas, TD 80/60  syok hipovolemik akibat perdarahan • Tindakan pertama tangani

kegawatdaruratan  resusitasi cairan • Tindakan definitif  laparotomi

(176)

72. A. Beta HCG

• Keywords: Wanita hamil 2 bulan,

perdarahan dari jalan lahir, mual dan

muntah, uterus lebih besar dari

usia kehamilan

• Kemungkinan diagnosis: Mola

hidatidosa

(177)

• Diagnosis banding untuk uterus yang lebih besar dari usia kehamilan di trimester 1:

– Tumor uterus, misalnya fibroid

– Penyakit trofoblastik gestasional, paling sering

mola hidatidosa

• Dapat mengalami hiperemesis, perdarahan dari jalan lahir, atau hipertiroidisme

– Tumor ovarium

– Gestasi multiple  biasanya 3 atau lebih untuk terdeteksi di trimester 1

– Usia kehamilan salah

• Mola hidatidosa dicurigai bila beta-hCG > 100.000 mIU/mL

(178)

73. D. Karena preeklampsia

mengganggu perfusi janin

• CTG (cardiotocograph) digunakan untuk memeriksa heart rate janin

• NST (nonstress test) dilakukan menggunakan CTG

– Prinsip: janin yang mendapat cukup oksigen secara spontan akan mengalami peningkatan Heart rate temporer

– Disebut reaktif/normal  ≥ 2 akselerasi HR dalam

periode 20 menit, dengan atau tanpa gerakan janin yang dirasakan ibu. Akselerasi: 15 bpm di atas baseline

selama minimal 15 detik jika hamil > 32 minggu, atau 10 bpm selama minimal 10 detik jika ≤ 32 minggu

– Nonreaktif  < 2 akselerasi HR dalam periode 20 menit selama periode uji 40 menit. Jika nonreaktif, dapat

dilanjutkan dengan stimulasi vibroakustik yang dapat membangunkan janin

(179)

74. D. Atonia uteri

• Keywords: Wanita dengan perdarahan jalan lahir setelah melahirkan 2 jam yang lalu. Kontraksi

uterus kurang baik.

• Kontraksi uterus kurang baik  atonia uteri  penyebab > 90% perdarahan dalam 24 jam pasca persalinan

• Sisa plasenta  tidak mungkin karena plasenta lahir lengkap

• Gangguan pembekuan  tidak ada riwayat

• Robekan jalan lahir dan inversion uteri  tidak ada tanda-tandanya

(180)

75. C. Pil progesteron

• Keywords: Hamil 3 bulan, perdarahan

bercak dari jalan lahir, serviks menutup  Abortus iminens

• Bila perdarahan bercak berwarna

kecoklatan, bercampur lendir, hanya

berupa noda pada pakaian dalam, tanpa nyeri, berlangsung beberapa hari dan

makin lama makin berkurang  embrio masih baik  umumnya perbaikan terjadi tanpa pengobatan  istirahat total

(181)

• Pertimbangkan adanya AKDR atau infeksi • Gangguan hormon merupakan salah satu

faktor terjadinya abortus  preparat

progesteron akan memberikan hasil

yang baik apabila memang terjadi

defisiensi hormon. Preparat yang sering digunakan: didrogesteron,

hidroksiprogesteron kaproat, dan alilesterenol

(182)

Abortus (Berdasarkan Tingkatan)

• Abortus iminens: portio tertutup,

jaringan (-)

• Abortus insipiens: portio terbuka,

jaringan (-)

• Abortus inkomplit: portio terbuka,

jaringan (+)

• Abortus komplit: portio tertutup,

jaringan (+)

• Abortus habitualis: telah terjadi

abortus selama min 3 kali

berturut-turut

• Abortus septik: abortus yang diikuti

dengan komplikasi dan tanda-tanda

infeksi

(183)

76. D. Terminasi kehamilan

• Keywords: Wanita hamil, nyeri kepala,

TD 190/120, proteinuria +3 

preeklampsia berat

• Kelahiran atau terminasi kehamilan

adalah satu-satunya tindakan yang

dapat menyembuhkan preeklampsia

• Usia kehamilan > 34 minggu  dapat

langsung terminasi (lihat algoritme

preeklampsia berat)

(184)
(185)

Abnormalitas Ringan Berat

Tekanan darah diastolik <100 mmHg 110 mmHg atau lebih

Proteinuria Terdeteksi hingga 1+ Persisten 2+ atau lebih

Sakit kepala Tidak ada Ada

Gangguan visual Tidak ada Ada

Nyeri abdomen atas Tidak ada Ada

Oliguria Tidak ada Ada

Kejang (eklampsia) Tidak ada Ada

Kreatinin serum Normal Meningkat

Trombositopenia Tidak ada Ada

Peningkatan enzim hati Minimal Nyata

Restriksi pertumbuhan janin Tidak ada Jelas

Edema paru Tidak ada Ada

Perbedaan Preeklampsia Ringan dan Berat

(186)
(187)

77. D. 16-18 minggu

• Keywords: PF fundus setinggi ½

simfisis-pusat DJJ terdengar dengan

Doppler

• DJJ terdengar doppler 12 minggu

(188)
(189)

78. B. Kala 1 fase aktif

• Tanda dan gejala inpartu:

– Penipisan dan pembukaan serviks

– Kontraksi uterus yang menyebabkan

perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)

– Cairan lendir bercampur darah (bloody show) dari vagina

• Pembukaan 5 cm  kala 1 fase aktif

(190)

Persalinan Normal

• Kala I : proses membukanya serviks

– Fase laten : bukaan < 4 cm (selama 8 jam)

– Fase aktif : bukaan 4-10 cm (lengkap) selama kira-kira 6 jam (1 cm/jam)

• Kala II: proses melahirkan bayi

– Dimulai sejak bukaan serviks lengkap hingga lahirnya bayi – Batas waktu 60 menit pada nullipara dan 30 menit pada

multipara

• Kala III: proses melahirkan plasenta

– Dimulai sejak lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta – Batas waktu 30 menit

• Kala IV: pemantauan keadaan ibu (tanda-tanda vital)

(191)

79. E. Abortus septik

• Keywords: Keguguran, dimasukkan

sesuatu ke dalam vagina oleh dukun.

Suhu 38,5

0

C. PF didapatkan sekret

vagina berwarna hijau dan berbau 

Abortus septik

(192)

• Tanda-tanda abortus septik:

– Demam (suhu > 38), menggigil atau berkeringat – Sekret pervaginam yang berbau/keluar cairan

mukopurulen melalaui ostium serviks

– Tegang/kaku dinding perut bawah (dengan atau tanpa nyeri ulang-lepas)

– Nyeri goyang serviks (pada pemeriksaan bimanual)

• Gejala abortus septik:

– Riwayat abortus provokatus (disengaja)  Pada

pasien tidak jelas apakah abortus disengaja, tetapi ada riwayat sesuatu dimasukkan ke dalam vagina oleh dukun

– Nyeri perut bawah

– Perdarahan pervaginam yang lama (> 8 hari) – Kelemahan umum (gejala seperti flu)

(193)

80. A. Solusio plasenta

• Keywords: Perdarahan merah kehitaman + nyeri perut, usia kehamilan 28 minggu  bukan abortus

• Perdarahan merah kehitaman, nyeri hebat pada perut, uterus terasa tegang dan kaku, kontraksi uterus (+)  Solusio plasenta

• Merokok  salah satu faktor risiko solusio plasenta

Referensi

Dokumen terkait

Saka asile panliten owah gingsire budaya sajrone kesenian jidor sentulan bisa didudut patang perangan, Kapisan, mula bukane KJS kang kawiwitan jalaran anane

Inflasi ini terjadi terutama disebabkan adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada seluruh kelompok komoditi, yaitu kelompok bahan makanan

Berdasarkan dari data hasil penelitian, agar kemampuan membaca huruf hijaiyah di kelas B2 PAUD Arrahma Siak Hulu Kabupaten Kampar mengalami peningkatan maka dari

(ii) Tindakan yang perlu dilakukan untuk membenteras perkara tersebut: - Menggelakkan diri dari terjebak dengan perbuatan tersebut (1m) agar. keindahan alam dapat

Istilah Arsitektur High Tech pertama kali muncul pada awal tahun 70-an yang digunakan para arsitek untuk menyatakan “Teknologi Alternatif”, namun dengan sejalannya

582 siti sambudi sewon industri parut. 583 suminah sewon

5. Dinkes Kab.Kota dpt menetapkan 0 mendukung sumber daya Puskesmas 0 urgensi pembinaan pusk... Pengembangan termasuk upaya kes. Proses penyusunan perencanaan3 pelaksanaan3

Untuk analisis hubungan antara jumlah komponen Sindroma Metabolik yang terganggu dengan derajat keparahan hati secara USG, dilakukan pengelompokkan Sindroma