http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)
387
PENDIDIKAN KARAKTER SALAH SATU MODAL BERBANGSA
Murni Eva Marlina Rumapea
Pendidikan Antroplogi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Abstrak
Bangsa Indonesia memiliki wilayah dari Sabang hingga Merauke. Bangsa akan menjadi maju apabila memiliki sikap nasionalisme dan patriotisme. Sikap ini berkaitan dengan modal berbangsa. Dalam membentuk modal berbangsa tidaklah mudah, salah satu modal adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting diterapkan, karena jika karakter bermoral tertanam kuat, maka perilaku amoral tidak akan dilakukan. Dengan melihat keadaan negara Indonesia saat ini kurang memiliki sikap moral dan mental yang baik, maka diperlukan penanaman pendidikan karakter. Dengan tujuan penanaman pendidikan karakter yang demikian paripurna dapat merubah moral dan mental rakyat suatu bangsa. Pada era globalisasi saat ini, mengingat pentingnya pendidikan karakter bangsa untuk menjaga identitas bangsa, maka diperlukan komitmen yang berdasarkan ideologi negara. Selain itu adanya dukungan dari lembaga negara, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk membentuk program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait agar bersinergi yang kokoh untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta rakyat memiliki wawasan berbangsa.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Identitas Bangsa, Wawasan Berbangsa. PENDAHULUAN
Suatu bangsa akan menjadi maju apabila memiliki sikap nasionalisme dan patriotisme. Kedua sikap ini berkaitan dengan modal berbangsa. Modal berbangsa merupakan bagaimana sejatinya sebuah bangsa mencapai tujuan bersama suatu bangsa. Dalam membentuk modal berbangsa tidaklah mudah, salah satu modal adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting diterapkan, karena jika karakter bermoral tertanam kuat, maka perilaku amoral tidak akan dilakukan Ali (2000). Pendidikan karakter dalam mewujudkan modal berbangsa dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Orang tua, pendidik, pemuka masyarakat dapat menjadi teladan melalui karakter yang akan mempengaruhi moral, mental, dalam nasionalisme, dan patriotisme untuk mewujudkan modal berbangsa serta membentuk bangsa yang berkualitas
Dalam konteks di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Kementrian Pendidikan Nasional menetapkan acuan Pendidikan Karakter, mengelompokan konfigurasi karakter, olah hati pengelolaan spiritual dan emosional, olah pikir pengelolaan intelektual, olah raga pengelolaan fisik, olah rasa pengelolaan kreativitas. Keempat hal ini berimplikasi pada proses pendidikan, bukan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan melainkan untuk mengembangkan karakter. Pendidikan karakter tidak hanya membentuk seseorang cerdas, tetapi memiliki budi pekerti yang baik
Negara Indonesia terbentang kepulauan dari Sabang hingga Merauke. Karena itu memiliki peluang menjadi negara yang maju, adil, makmur, berdaulat dan bermartabat. Namun demikian untuk mewujudkan hal itu masih menghadapi berbagai masalah yang komplex dan belum tidak kunjung selesai, seperti aspek ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya. Dari berbagai masalah tersebut dapat diselesaikan dengan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu aspek Sumber Daya Manusia (SDM) adalah melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh menjadi manusia mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, dan berakhlak mulia. Bangsa Indonesia tidak hanya sekedar memancarkan pentingnya pendidikan karakter, melainkan bagaimana merealisasikan secara berkelanjutan dan merata. Melihat kondisi sekarang dan akan datang Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkarakter merupakan hal yang amat vital. Ini dilakukan untuk mempersiapkan tantangan global dan daya saing bangsa
Menurut L.B. Moerdani (1991) dalam buku “menegakan persatuan dan kesatuan bangsa” menyatakan ada tiga dimensi yang harus dihayati dan diwujudkan secara keseluruhan agar timbul kesadaran berbangsa yang kokoh dan bulat. Ketiga dimensi itu adalah rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa yang timbul secara alamiah dalam diri seseorang karena kebersamaan sosial,
http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)
388
cinta keluarga dan masyarakat, rasa kebangsaan menimbulkan paham kebangsaan yaitu pikiran rasional tentang hakekat dan cita-cita kehidupan dan perjuangan bangsa, dan paham kebangsaan menimbulkan semangat kebangsaan yang merupakan tekad dari seluruh bangsa untuk melawan semua ancaman dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Dalam mewujudkan ketiga hal ini maka perlu yang dikatakan modal berbangsa. Modal berbangsa membentuk orientasi, persepsi, sikap, perilaku, yang dimiliki seluruh rakyat bangsa. Modal berbangsa menjadi landasan bagi berkembangnya nilai-nilai utama bangsa yang diwujudkan sebagai karakter bangsa. Maka dari itu modal berbangsa tidak cukup hanya ketiga hal di atas, tetapi perlu yang dikatakan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dalam modal berbangsa dapat menjamin kelangsungan hidup dan masa depan bangsa dan negara Indonesia
Dengan melihat keadaan negara Indonesia saat ini, kurang memiliki sikap moral dan mental yang baik, ini yang menjadi latar belakang penulis menulis tulisan ini. Untuk itu sangat diperlukan penanaman pendidikan karakter. Dengan tujuan penanaman pendidikan karakter yang demikian paripurna dapat merubah moral dan mental rakyat suatu bangsa
PEMBAHASAN Konsep Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana untuk mengadakan perubahan utama dengan alasan dapat membawa perubahan bangsa kearah yang lebih baik. Terlebih diera saat ini ikatan nilai-nilai moral dan karakter bangsa mulai melemah dan terkikis. Bangsa kita telah mengalami multi krisis yang dimensional dan krisis nilai-nilai moral dan karakter bangsa. Karena itu sebagai bangsa yang berkarakter harus mengkaji pentingnya pendidikan moral/pendidikan karakter. Thomas Lickona (1991) pendidikan karakter adalah utuk membentuk kepribadian seseorang, melalui pendidikan budi pekerti seperti tingkah laku yang baik, jujur, bertanggungjawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan lainnya. Dalam arti dalam pembentukan karakter agar mampu beretika, bermoral, sopan santun, jujur, bertanggungjawab, dan berinteraksi dalam masyarakat. Karakter yang merupakan nilai-nilai perilaku, nilai-nilai perilaku juga berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia (masyarakat/lingkungan) dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma budaya, ekonomi, dan hukum. Melalui pendidikan karakter diharapkan mampu mandiri meningkatkan dan mengaplikasikan pengetahuannya dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari
Thomas Lickona (1991) pendidikan karakter sangat baik ditanamkan pada warga negara terutama generasi penerus. Dengan tujuan dapat mengatasi segala keadaan lebih lanjut. Lickona menekankan 3 hal dalam mendidik karakter yaitu : Knowing (pemahaman), Loving (menyenangkan), Acting the Good (peneladanan karakter). Memahami dalam arti keberhasilan karakter dimulai dengan pemahaman (knowing) karakter yang baik atau benar-benar mengerti makna karakter. Mencintai (loving) artinya karakter itu harus disayangi, dan dicintai agar dapat memperoleh keberhasilan. Peneladanan (acting the good) artinya karakter harus diwujudkan dalam perilaku dan pola pikir. Dengan tujuan agar menjadi teladan bagi yang lain, dan tidak terabaikan yang dapat mengakibatkan kesenjangan antara satu dengan yang lain. Seperti keteladanan pendidik dan pemimpin, guru, harus dapat menjadi teladan. Maka dari itu sangat perlu meninjau antara teori pendidikan karakter dengan pendidikan yang diajarkan di lembaga pendidikan. Demikian juga bagaimana praktik yang terjadi keseharian di lembaga pendidikan. Teori ini dapat mencakup dimensi dan kurikulum pendidikan karakter yang diwujudkan pendidikan kualifikasi atau kriteria pendidik untuk mengajarkannya dan sistem penilaian keberhasilan pendidikan karakter. Namun yang lebih penting lagi praktik nyata dari teori-teori dalam bentuk perilaku pendidik dan terdidik di lembaga pendidikan
Zaim Elmubarok (2008) membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sehingga terbentuk khas/unik/berbeda satu dengan yang lain. Dalam arti yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lain. Teori ini bahwa pendidikan karakter merupakan
http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)
389
suatu sistem penanaman nilai karakter berupa pengetahuan, kesadaran/kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Menurut T. Ramli (2003) pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak, dengan tujuan membentuk pribadi supaya menjadi manusia warga masyarakat dan negara yang baik. Dengan kriteria memiliki nilai-nilai budaya dan ideologi bangsa seperti, Indonesia pendidikan nilai-nilai luhur bersumber dari budaya Bangsa Indonesia dalam membentuk kepribadian. Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan pendidikan karakter merupakan suatu penanaman nilai karakter kepada peserta didik dengan melibatkan seluruh komponen lembaga pendidikan (kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan pendidik dan terdidik, penanganan materi pembelajaran, pelaksanaan ekstrakurikuler, dan etos seluruh lingkungan lembaga pendidikan) agar memiliki nilai karakter dan terwujud dalam kehidupan sehari menjadi manusia berbudi pekerti
Konsep Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Karakter adalah nilai-nilai yang khas, watak, akhlak/kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari. Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang khas sebagai warga negara
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, dan karsa serta perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai Pancasila, keberagaman dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dan komitmen terhadap kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pendidikan Karakter Bangsa adalah tersirat dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ; merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia pasal 3 Undang-Undang Sikdiknas menyebutkan “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Pembangunan pendidikan karakter bangsa secara terpadu dimulai dengan pendidikan nilai-nilai yang didukung oleh masyarakat dan pemerintahan negara yang memberi keteladanan tentang perikehidupan bangsa. Karakter bangsa yang menjunjung nilai luhur Pancasila yang dilandasi oleh nilai-nilai keutamaan kebangsaan, keutamaan kejuangan, keutamaan kebudayaan sebagai nilai-nilai dasar sehingga menjadi karakter yang dihayati bangsa Indonesia. Pendidikan itu harus dimulai dari keluarga dan hormat pada orang tua yang dapat membentuk nilai keutamaan yang disebut karakter. Seperti mengenal kebersamaan, menolong, sopan santun, adil, dan tanggung jawab. Dalam masyarakat nilai keutamaan diwujudkan secara nyata dengan sosok pemimpin yang dapat diteladani, inilah yang disebut pendidikan karakter bangsa terpadu. Keteladanan nilai-nilai keutamaan dalam masyarakat akan menjadi tonggak atau penyangga yang menjadi penghayatan sempurna dan membentuk karakter bangsa yang kokoh
Karakter Sebagai Nilai Keutamaan Berbangsa
Bangsa Indonesia yang memiliki wilayah dari Sabang hingga Merauke, penghayatan/internalisasi nilai-nilai keutamaan adalah membentuk karakter. Seluruh nilai-nilai keutamaan seperti kebersamaan,
http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)
390
gotong royong, persatuan, keadilan, akan membentuk nilai-nilai luhur Pancasila. Nilai-nilai luhur Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda tetap bersatu) menjadi nilai keutamaan karakter Bangsa Indonesia. Nilai keutamaan seperti pola pikir, perilaku, sikap mental akan membentuk suatu karakter. Setiap individu memiliki karakter yang merupakan ciri khas individu, kemudian akan melebur dalam jiwa yang besar yaitu Bangsa Indonesia. Dalam kejiwaan Bangsa Indonesia inilah yang berkembang nilai luhur Pancasila yang juga berakar pada tiap individu Bangsa Indonesia. Nilai luhur Pancasila yang terwujud dalam karakter akan menunjukkan sifat membela negara dan berwawasan berbangsa
Aktualisasi Wawasan Berbangsa
Aktualisasi kebangsaan adalah suatu tindakan dalam aspek berbangsa, seperti sifat patriotisme dan sifat nasionalisme. Sifat Patriotisme dan nasionalisme dalam segi kehidupan masyarakat dan berbangsa seperti aspek :
 Politik ; diwujudkan sistem politik demokrasi, berwawasan kebangsaan, dan nilai luhur Pancasila dan UUD 1945
 Hukum ; berlaku terhadap seluruh lapisan masyarakat, dan sistem hukum berdasarkan Pancasila danUUD 1945
 Ekonomi ; sistem ekonomi menjamin terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat
 Sosial budaya ; mewujudkan kehidupan sosial budaya yang majemuk tetapi berBhinneka Tunggal Ika. Sehingga keharmonisan berbangsa dan berkembangnya budaya nasional dapat terwujud
 Pertahanan keamanaan ; menjamin keselamatan seluruh rakyat Indonesia, dan sarana prasarana keamanan didukung militer, non militer, dan teknologi. Pertahanan memerlukan lingkungan yang kondusif, maka untuk mewujudkannya memerlukan karakter berbangsa berdasarkan Pancasila. Nilai-nilai keutamaan yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai jati diri Bangsa Indonesia
Pendidikan karakter sudah menjadi hal penting bagi pendidikan, dan menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak bangsa yang berwawasan berbangsa. Arti penting pendidikan karakter bagi bangsa dan negara bahwa pendidikan karakter sangat erat dan dilatarbelakangi oleh konsensus nasional yang berparadigma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Konsensus diperjelas melalui Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”. Dari point di atas ada potensi yang implementasinya sangat melekat dengan tujuan pembentukan pendidikan karakter, seperti beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Ini yang menjadi dasar pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter. Dasar pembentukan pendidikan karakter dimulai dari pembentukan eksistensi/jati diri dan perilaku Masnur (2011). Dalam pembentukan jati diri diawali oleh didikan keluarga, sedangkan lingkungan dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam pembentukan jati diri
Dalam berbangsa, pendidikan karakter berbangsa salah satunya penghayatan nilai luhur Pancasila. Nilai-nilai luhur Pancasila adalah nilai keutamaan yang menjadi karakter bangsa, yaitu untuk melandasi pola pikir, sikap mental, dan perilaku, senada dengan Thomas Lickona (1991) yang akan membentuk karakter bangsa. Nilai luhur Pancasila tidak mengarah pada terbentuknya karakter bersifat totaliter, akan tetapi menjungjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, dan keadilan sosial
http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)
391
bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka dari itu karakter yang dibentuk adalah karakter yang menunjukkan tanggung jawab atas kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Karakter seperti ini yang menlandasi tanggung jawab dalam bela negara dan bangsa yang terwujud dalam norma, moral, mental, dan etika berbangsa sesuai dengan teori T.Ramli (2003)
Dari penjelasan pendidikan karakter berbangsa, tentu ada hal yang menjadi ciri pendidikan karakter berbangsa dalam modal berbangsa seperti :
 Religius ; patuh terhadap ajaran agama yang dianut
 Toleransi ; menghargai perbedaan RAS dan pendapat
 Disiplin ; patuh dan tertib pada berbagai peraturan dan ketentuan
 Jujur ; menjadi orang yang dapat dipercaya baik perkataan dan perilaku
 Kreatif ; berinisyatif melakukan dan menghasilkan sesuatu yang baru dari yang sudah dimiliki
 Mandiri ; tidak mudah tergantung kepada orang lain
 Tanggung jawab ; sikap, perilaku, dalam melaksanakan tugas dan kewajiban harus dilakukan sendiri baik terhadap diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan Tuhan Yang Maha Esa
 Demokratis ; sikap, tindakan, cara berpikir menilai sama dalam hak dan kewajiban
 Semangat kebangsaan ; bertindak, berpikir berwawasan kebangsaan, mementingkan kepentingan bangsa daripada kepentingan kelompok/individu (cinta tanah air)
 Menghargai prestasi ; tindakan dan sikap menghormati keberhasilan orang lain
Dari point-point di atas senada dengan Zaim Elmubarok (2008) dimana membangun karakter akan terbentuk individu yang khas, artinya point-point di atas akan dapat membedakan individu yang satu dengan yang lain
Dalam hal lebih lanjut, pentingnya pendidikan karakter adalah dapat membentuk masyarakat aman, tertib, dan sejahtera. Nilai-nilai moral dan pendidikan karakter yang ditanamkan akan membentuk karakter berbangsa (ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945) yang merupakan pondasi utama agar terbentuk tatanan wawasan berbangsa dan bernegara. Untuk itu tujuan pendidikan karakter yaitu :
 Pendidikan karakter merupakan unsur utama untuk mengatasi permasalahan bangsa. Dengan alasan pendidikan karakter mampu bertanggung jawab dan memajukan bangsa menjadi bangsa terdepan dengan bersumber daya manusia (SDM) serta berkarakter
 Pendidikan bukan hanya membentuk manusia yang cerdas, tetapi harus menjadi manusia yang berpendidikan karakter
 Pendidikan memiliki peranan dalam perilaku, namun pendidikan karakter mampu membentuk manusia yang berkarakter baik
 Nilai-nilai perilaku dan sikap diberikan secara terus menerus sehingga membentuk kebiasaan, dan kebiasaan tersebut dapat menjadi sebuah karakter
 Membentuk dan menanamkan pendidikan karakter berdasarkan Pancasila sehingga dapat membentuk nilai-nilai intrinsik yang akan menjadi sebuah karakter
Dalam berbangsa ada sesuatu yang harus dimiliki (modal) untuk mewujudkan hidup berbangsa dan bernegara Iskandar (2011). Dengan arti harus berdasarkan ideologi, konstitusi, dan haluan negara dalam konteks kehidupan nasional, regional, serta global untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, gotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya dan berorientasi berdasarkan Pancasila. Maka yang menjadi modal berbangsa yaitu :
 Ketaqwaan dan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut, dan bersikap toleransi dalam menghadapi pluralitas agama di Indonesia
 Memiliki semangat kebangsaan yang tinggi, dan menjunjung tinggi eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)
392
 Menjunjung kedudukan hak asasi manusia secara proporsional berdasarkan Pancasila
 Sikap, perilaku, dan kemampuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Memiliki kesadaran untuk mengembangkan nilai dan kompetensi universal karakter berbangsa dan bernegara
 Pengetahuan, perilaku, sikap, dan potensi dalam menerapkan demokrasi yang bersendi dan terkandung dalam Pancasila.
SIMPULAN
Bangsa Indonesia yang terdiri berbagai suku, agama, ras, dan bahasa harus mempertahankan sebagai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang utuh, harus menjaga kesatuan dan menjaga krediblitas jati diri bangsa dan kredibilitas karakter bangsa dari arus globalisasi. Mempertahankan jati diri/karakter bangsa merupakan cerminan sikap yang menjadi identitas bangsa, yang diwujudkan akan membentuk peradaban bangsa semakin berilmu, bersumber daya manusia, dan berkarakter
Pada era globalisasi saat ini, mengingat pentingnya pendidikan karakter bangsa untuk menjaga identitas bangsa, menjadikan masyarakat berkeTuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka diperlukan komitmen yang berdasarkan ideologi negara. Selain itu adanya dukungan dari lembaga negara, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk membentuk program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait agar bersinergi yang kokoh untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta rakyat memiliki wawasan berbangsa
Terkait bidang pendidikan maka membentuk pendidikan karakter berwawasan berbangsa diperlukan melibatkan pemangku kepentingan pendidikan Thomas Lickona (2004) untuk mengimplementasikan yaitu :
 Mengimplementasikan pendidikan karakter sebagai salah satu kegiatan pengembangan diri pada lembaga pendidikan. Seperti menerapkan pada kurikulum/satuan pendidikan. Dalam pelaksanaan harus bersifat dialogis, interaktif, dan terbuka agar mengetahaui minat, bakat, talenta peserta didik
 Memberikan bekal pendidikan karakter kepada seluruh pendidik, bukan hanya kepada para pendidik tertentu (bidang agama, dan kewarganegaraan)
 Menciptkan lingkungan yang kondusif agar pendidikan karakter dapat mengakar pada dunia pendidikan. Keadaan kondusif diwujudkan melalui semua elite bangsa, masyarakat, tokoh agama, yang memberi keteladanan ditengah kehidupan masyarakat
 Maka dari itu inilah upaya untuk mewujudkan pendidikan karakter berwawasan kebangsaan agar terwujud bangsa yang terdepan, cerdas, bermoral, santun, serta berbudi pekerti.
REFERENSI
Akbar, Ali Ibrahim. (2000). Tentang Pendidikan Karakter. Jakarta : Rajawali
Al Hakim, Suparman dkk. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Madani, Malang.
Ambarita, T., (2017), Penerapan Model Pembelajaran Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 3 (1): 43-47
Berkowitz, W.J (1998). The Education of Complete Moral Person.
Damanik, F.H.S. (2014). Hakikat Pancasila dalam Membentuk Karakter Kebangsaan melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 49-60.
Damanik, M Ridha S dan Deny S. (2016), Pengembangan Penilaian Autentik Berbasis Karakter pada Ranah Keterampilan di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 88-94
http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)
393
Dharma, S dan Rosnah Siregar. (2015). Membangun Pengalaman Belajar Kewarganegaraan melalui Model Pembelajaran Project citizen pada Siswa, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1) (2015): 100-106.
Dharma, S. dan Rosnah Siregar (2014). Internalisasi Karakter melalui Model Project Citizen pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 6 (2) (2014): 132-137
Elmubarok, Zaim. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta
Faizah, (2017), Penggunaan Media Pembelajaran Audio Visual dalam Mata Pelajaran PKn, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 3 (1): 55-60
Hermawan Kertajaya, (2010). Grow with Character: The Model Marketing. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Iskandar Agung. (2011). Pendidikan Membangun Karakter Bangsa. Jakarta : PT. Bestari Buana Murni
J.S.Benigna (ed). Moral Character, and Civic Education in the Elementary School. Teachers College Press, New York. Khairat, (2016), Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan pada Materi Demokrasi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (1) (2016): 80-87. Lickona, Thomas (2004). Pendidikan Karakter. Bantul : Kreasi Wacana
Lickona, Thomas. (1992). Educating For Character :How Our School Can Teach Respect an Responsibility, New York : Bantam Books
Megawangi, D.R. (2005). Pendidikan Karakter. Jakarta : Indonesia Heritage Foundation
Moerdani, L.B. (1992). Mengakkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman Mulyasa. (2014). Manajemen Pendidikan Karakter. Bumi Aksara, Jakarta.
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara Muslisch, M. (2011) Pendidikan Karakter : Menjawab tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta:Bumi Aksara.
Nasution, A.R., (2016), Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 201-212
Poerwadarminta. (2000). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : CV. Bintang Indonesia Ramli, T (2003). Pendidikan Karakter. Jakarta : Grasindo
Ramli, T (2003). Pendidikan Moral Dalam Keluarga. Jakarta : Grasindo
Ratna, Kutha I Nyoman.2004. Teori Metode dan Tehnik Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rohiman, M.Noor. (2011). Pendidikan Karakter Berbasis Sastra Solusi Pendidikan Moral yang Efektif. Depok: Ar-Ruz Media Rumapea, M.E.M. (2015). Urgensi Pendidikan Karakter d Perguruan Tinggi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1)
(2015): 49-59.
Saptono. (2011). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Erlangga, Jakarta.
Setiawan, D. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 61-72.
Suharyanto, A., (2013). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (1): 192-203
Sundari, F., Ernata S., Nurmi R., dan Sulian E., 2017. Penerapan Program FOS (Folktale Speaking) sebagai Pembentuk Karakter Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1): 102-111.
Suyanto. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter. http:// www.
mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html.(22/10/2014) Syaiful Bahri Djamarah. (1994). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dengan Asia Foundation dan Prenada Media, 2005
Undang-Undang N0. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Winataputra, U.S dan Budimansyah D. (2007). Civic Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Wuryandani, Wuri. (2012). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Ombak dua, Yogyakarta.
Wuryandani, W., Fathurrohman, & Djaya,W. (2012) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Ombak.Yogyakarta.