• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

(2)

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA

Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

---

Keterangan Cover:

Hasil Tangkapan Ikan di TPI Kendari Fotografer: Daniel AP

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara Mei ini disusun setiap triwulan dan merupakan asesmen terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para

stakeholders

di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai

strategic partner

bagi stakeholder di wilayah kerjanya.

Dalam penyusunan laporan ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan dinas-dinas terkait, BPS Sulawesi Tenggara, BULOG Divre Sultra, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, PLN, berbagai perusahaan, perbankan, asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang membantu penyusunan buku ini. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan kajian yang lebih baik ke depan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan menerangi setiap langkah kita.

Kendari, 23 Mei 2017

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

(4)

ii

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

rencah dan nilai tukar yang stabil

MISI BANK INDONESIA

1.

Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga

efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2.

Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara

efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap

gejolak internal dan eksternal untuk mendukung

alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat

berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3.

Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien,

dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas

sistem keuangan dengan memperhatikan aspek

perluasan akses dan kepentingan nasional

4.

Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM

Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai

strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata

kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka

melaksanakan tugas yang diamanatkan

Undang-Undang

NILAI-NILAI STRATEGIS

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank

Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak

dan atau berperilaku, yang terdiri atas:

Trust and Integity – Professionalism – Excellence –

Public Interest – Coordination and Teamwork

(5)

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Visi Misi Bank Indonesia ii

Daftar Isi iii

Daftar Grafik v

Daftar Tabel viii

Tabel Indikator Terpilih Ix

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 5

1.1. KONDISI UMUM 7

1.2. SISI PERMINTAAN 8

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga 9

1.2.2. Konsumsi Pemerintah 10

1.2.3. Investasi 11

1.2.4. Ekspor dan Impor 13

1.2. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA 16

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 17

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian 19

1.3.3. Industri Pengolahan 21

1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran 22

1.3.5. Konstruksi 24

BOKS 1. Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 27

BAB II KONDISI FISKAL DAERAH 31

2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD TAHUN 2017 33

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 33

2.2.2. Realisasi Anggaran Pendapatan 33

2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja 35

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBN DI PROVINSI 37

2.4. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD KOTA/KABUPATEN 38

2.4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan 38

2.4.2. Realisasi Anggaran Belanja 39

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 41

3.1. KONDISI UMUM 43

3.1.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (year on year) 43

3.1.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (month to month) 45

3.2. DISAGREGASI INFLASI 46

3.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI 48

(6)

iv

4.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga 59

4.1.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan 62

4.1.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga 63

4.2. ASESMEN SEKTOR KORPORASI 67

4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi 67

4.2.2. Kinerja Korporasi 67

4.2.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi 70

4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA 73

4.3.1. Aset Bank Umum 73

4.3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 73

4.3.3. Penyaluran Kredit 76

4.3.4. Rentabilitas Bank Umum Sulawesi Tenggara 79

4.3.5. Perbankan Syariah 79

4.3.6. Bank Perkreditan Rakyat 81

4.4. AKSES KEUANGAN 82

4.4.1. Akses Keuangan Kepada UMKM 82

4.4.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk 83

BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 85

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 87

5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring 87

5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS 87

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 88

5.2.1. Aliran Uang Kartal 88

5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar 89

5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli 89

BAB VI KONDISI TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN 91

6.1. KETENAGAKERJAAN 93

6.2. KESEJAHTERAAN 94

BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH 97

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 99

7.1.1. Triwulan III 2017 99 7.1.1. Tahun 2017 101 7.1. PROSPEK INFLASI 101 7.2.1. Triwulan III 2017 101 7.2.1. Tahun 2017 102 Daftar Istilah Tim Penyusun

(7)

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 7 Grafik 1.2 Pangsa Sektor Dominan Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan IV 2016 7 Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga 9

Grafik 1.4 Indeks Pengeluaran Saat Ini 9

Grafik 1.5 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tenggara 10

Grafik 1.6 Konsumsi Semen Di Sulawesi Tenggara 12

Grafik 1.7 Pertumbuhan Kerdit Investasi Di Sulawesi Tenggara 12 Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMA Di Sulawesi Tenggara 12 Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMDN Di Sulawesi Tenggara 12 Grafik 1.10 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 13

Grafik 1.11 Pangsa Komoditas Ekspor 13

Grafik 1.12 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 13 Grafik 1.13 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara 14

Grafik 1.14 Arus Muat Barang 14

Grafik 1.15 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 15

Grafik 1.16 Arus Bongkar Barang Dipelabuhan 15

Grafik 1.17 Pangsa Lapangan Usaha Pertanian 17

Grafik 1.18 Luas Panen Padi Di Sulawesi Tenggara 18

Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan Di Kota Kendari 18

Grafik 1.20 Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara 19

Grafik 1.21 Indeks Produksi Ore Nikel 20

Grafik 1.22 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara 20

Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara 21

Grafik 1.24 Pertumbuhan Produksi Manufaktur Mikro Dan Kecil 21

Grafik 1.25 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara 22

Grafik 1.26 Transaksi Perdagangan Luar Negeri 22

Grafik 1.27 Pertumbuhan Aktivitas Bongkar Muat Pelabuhan Kendari 23

Grafik 1.28 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara 23

Grafik 1.29 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara 24

Grafik 1.30 Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Tenggara 25 Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara 33 Grafik 2.2 Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara 33 Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD

Sulawesi Tenggara

35 Grafik 2.4 Perkembangan Penyelasaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi Dan Target

Bulanan APBD Sulawesi Tenggar

(8)

vi

Grafik 3.4 Pergerakan Inflasi Tahunan Kota Kendari Dan Kota BauBau Berdasarkan Kelompok

44 Grafik 3.5 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Pada Tri Wulan I 2017 Dan Tracking April

2017

44 Grafik 3.6 Peergerakan Dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 45 Grafik 3.7 Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Kendari Dan Kota BauBau Tri Wulan I 2017 45 Grafik 3.8 Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang 48

Grafik 3.9 Indeks Harga 48

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara 57 Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT Se-Sulawesi 57 Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumsi Sulawesi Tenggara 58

Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga 58

Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini Di Bandingkan 6 Bulan Yang Lalu 58 Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 bulan Mendatang 58 Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 59 Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan 59 Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 60 Grafik 4.10 Kecukupan Pendapan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan

Membayar Cicilan

60 Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank 60

Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga 60

Grafik 4.13 Kepemilikan Dana Cadangan Berupa Tabungan/Deposito/Cash 61 Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya 61

Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan 62

Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan 62

Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara 62

Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara 62 Grafik 4.19 Komposisi DPK Perseorangan Sulawesi Tenggara 63 Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan Tiap Jenis Penempatan 63 Grafik 4.21 Komposisi Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 63 Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 63

Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT 64

Grafik 4.24 MPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT 64

Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR Dan Pangsa KPR Tiap Tipe 65

Grafik 4.26 NPL Dan Suku Bunga KPR 65

Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB Dan Pangsa Tiap Jenis 65

Grafik 4.28 MPL dan Suku Bunga 65

Grafik 4.29 Pertumbuhan Multiguna Dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit 66

Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna 66

Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional 67

Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor 67

(9)

vii Grafik 4.34 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Di Sulawesi Tenggara 69

Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral 69 Grafik 4.36 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapat Korporasi 6 Bulan Mendatang 70

Grafik 4.37 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 71

Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Korporasi 71

Grafik 4.39 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan 71 Grafik 4.40 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi 71 Grafik 4.41 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan 72 Grafik 4.42 Pergerakan MPL Kredit Investasi Korporasi 72

Grafik 4.43 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara 72

Grafik 4.44 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank 72

Grafik 4.45 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara 73

Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK Per Penempatan 73

Grafik 4.47 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara 75

Grafik 4.48 Perbandingan Pertumbuhan DPK di Sulawesi 75 Grafik 4.49 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 78 Grafik 4.50 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara 78

Grafik 4.51 Perkembangan BOPO dan NIM Bank Umum 79

Grafik 4.52 Spread Suku Bunga Bank Umum 79

Grafik 4.53 Pangsa Perbankan Syariah 80

Grafik 4.54 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset Syariah se-Sulawesi 80

Grafik 4.55 Perkembangan DPK Syariah 80

Grafik 4.56 Perkembangan Pembiayaan Syariah 80

Grafik 4.57 Perkembangan Aset BPR 81

Grafik 4.58 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara 81

Grafik 4.59 Pangsa Kredit UMKM 81

Grafik 4.60 Pertumbuhan Kredit UMKM 81

Grafik 4.61 Pangsa Kredit UMKM 82

Grafik 4.62 Pertumbuhan Kredit UMKM 82

Grafik 4.63 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral 83

Grafik 4.64 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan 83

Grafik 4.65 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara 83 Grafik 4.66 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara 83

Grafik 4.67 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja 84

Grafik 4.68 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 84

Grafik 5.1 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 87 Grafik 5.2 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 87 Grafik 5.3 Perputaran kliring harian di Sulawesi Tenggara 87

Grafik 5.4 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) 87

Grafik 5.5 Nilai Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 88 Grafik 5.6 Volume Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 88 Grafik 5.7 Aliran Uang Kartal Dari Bank Sentral di Sulawesi Tenggara 88 Grafik 5.8 Posisi Selisih Inflow dan Outflow Di Bank Sentral Sulawesi Tenggara 88

(10)

viii

Grafik 6.2 Kondisi Penduduk Menganggur 93

Grafik 6.5 Indeks Penghasilan Konsumen 94

Grafik 6.6 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara 94

Grafik 6.7 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara. 95 Grafik 7.1 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen 99

Grafik 7.2 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi 99

Grafik 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Dunia 101

Grafik 7.4 Proyeksi Harga Komoditas Internasional 101

Grafik 7.5 Perkiraan Penghasilan dan Konsumsi RT 101

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Kawasan Selawesi 7 Tabel 1.2 Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8 Tabel 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 17 Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara s.d TW 1

34

Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara 36 Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Dan Belanja APBN 37

Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa 38

Tabel 2.5 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Dan Belanja 9 Kota/Kabupaten 39

Tabel 4.1 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya 74

Tabel 4.2 Tabungan Berdasarkan Nilainya 74

Tabel 4.3 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Tri Wulan IV 2016 74

Tabel 4.4 Deposito Berdasarkan Pemiliknya 75

Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Nilainya 75

Tabel 4.6 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan IV 2016 76 Tabel 4.7 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan I 2017 77

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 100

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 100

(12)

x

PDRB DAN IHK

2017

I II III IV I

Indeks Harga Konsumen

- Kendari 120.18 120.72 121.65 121.68 123.06

- Baubau 126.94 128.20 129.58 128.87 129.29

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Sulawesi Tenggara 4.75 3.49 3.28 2.69 2.25 PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,433 4,508 4,580 4,749 4,738 2. Pertambangan dan Penggalian 3,415 3,948 3,867 4,188 4,006 3. Industri Pengolahan 1,161 1,189 1,241 1,244 1,247

4. Pengadaan Listrik, Gas 10 10 10 10 11

5. Pengadaan Air 39 38 40 39 39

6. Konstruksi 2,144 2,480 2,719 2,930 2,349 7. Perdagangan Besar & Eceran, 2,191 2,394 2,632 2,564 2,321 8. Transportasi dan Pergudangan 825 880 956 936 906

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum106 113 115 119 114

10. Informasi dan Komunikasi 447 450 468 485 489

11. Jasa Keuangan 437 456 459 473 458

12. Real Estate 303 314 300 327 308

13. Jasa Perusahaan 40 42 42 43 42

14. Adm Pemerintahan, 964 1,077 1,033 1,035 967

15. Jasa Pendidikan 932 941 975 945 949

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 191 188 195 193 194

17. Jasa Lainnya 279 292 290 299 285

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8,989 9,167 9,419 9,483 9,516 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 189 194 203 211 212

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,308 2,926 2,817 2,941 2,462 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,227 7,892 8,195 8,936 8,314 5. Perubahan Inventori (16) 127 161 116 328

6. Eksport Luar Negeri 431 656 691 1,165 925

7. Import Luar Negeri 764 1,210 1,040 1,598 1,957 8. Net Eksport Antar Daerah (445) (431) (524) (675) (379)

Total PDRB (Rp Miliar) ##### ##### ##### 20,580 19,421

Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 5.5 6.8 6.0 7.6 8.4

(13)

xi

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

2017

I II III IV I

Total Asset (Rp miliar) 22,003 22,895 22,906 23,347 23,194 - Bank Umum (Konvensional & Syariah) 21,732 22,603 22,632 23,038 22,900 - BPR 271 292 274 309 294 Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 15,367 15,690 15,442 14,872 15,882 - Giro 4,211 4,030 3,790 2,545 4,016 - Tabungan 7,245 7,665 7,717 8,627 7,635 - Deposito 3,912 3,995 3,934 3,700 4,230 Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 16,915 17,910 18,119 18,266 18,813 - Modal Kerja 4,669 5,002 5,061 5,071 5,155 - Investasi 1,823 1,962 1,920 1,920 1,968 - Konsumsi 10,423 10,946 11,140 11,275 11,690 NPL Bank Umum(%) 2.61 2.48 2.79 2.69 3.23 LDR (%) 110 114 117 123 118 - Inflow 1,279 579 1,140 492 1,243 - Outflow 282 1,612 1,044 1,550 403 - Net (Inflow - Outflow) 997 (1,033) 96 (1,058) 840

- Volume (transaksi) 2,084 2,437 2,172 2,404 2,000 - Nominal (Rp miliar) 58 64 56 62 55 - Volume (transaksi) 481 529 478 539 525 - Nominal (Rp miliar) 848 874 689 801 587 *Lokasi Bank 2016

RTGS dari Perbankan Sultra

Indikator

Kas (Rp miliar) Perbankan

(14)

xii

(15)

Mei

2017

RINGKASAN

Senja di Teluk Kendari Foto: Daniel AP

EKSEKUTIF

Pada Triwulan I 2017 ekonomi

Sulawesi Tenggara (Sultra)

tumbuh sebesar 8,4% (yoy)

mengalami akselerasi

dibandingkan triwulan

sebelumnya. Akselerasi tersebut

didorong oleh akselerasi laju

pertumbuhan yang terjadi pada

pertumbuhan investasi, konsumsi

rumah tangga dan konsumsi

pemerintah pada sisi permintaan.

Sementara itu, inflasi di Sulawesi

Tenggara mencapai 2,25% (yoy),

lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 2,69% (yoy).

Penurunan inflasi tersebut

terutama bersumber dari

berkurangnya tekanan inflasi

komponen volatile food dan inflasi

inti.

Di sisi lain, stabilitas keuangan

daerah masih terjaga terutama

dari ketahanan sktor rumah

tangga. Sementara dari sisi sektor

korporasi mulai membaik.

(16)

2 K A NTO R PE RWA K ILAN B A NK IND ONE SI A  Pro vi nsi S ul a we si Te ng g a ra Akselerasi laju pertumbuhan investasi, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menyebabkan terjadi akselerasi perekonomian Sultra

Tekanan inflasi Sultra mengalami penurunan akibat adanya deflasi yang terjadi kelompok bahan pangan dan penurunan tekanan harga kelompok makanan jadi

Pertumbuhan Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 tumbuh sebesar 8,4%(yoy), mengalami akselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,6%(yoy). Akselerasi tersebut disebabkan oleh akselerasi yang terjadi pada pertumbuhan investasi, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah pada sisi permintaan. Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja lapangan pertambangan dan penggalian serta lapangan usaha konstruksi merupakan penyebab utama terjadinya percepatan laju pertumbuhan.

Sementara itu, pada triwulan II 2017 perekonomian Sulawesi Tenggara diperkirakan akan masih mengalami akselerasi yang didorong oleh percepatan yang terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha industri pengolahan, lapagan usaha konstruksi serta lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.

Inflasi Daerah

Inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 mengalami penurunan dari 2,69% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 2,25% (yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara tersebut disebabkan oleh penurunan inflasi yang terjadi di Kota Kendari. Sementara untuk Kota Baubau tercatat mengalami peningkatan sehingga menahan laju penurunan inflasi di Sulawesi Tenggara. Sumber utama penurunan inflasi tersebut adalah deflasi yang terjadi kelompok bahan pangan dan penurunan tekanan harga kelompok makanan jadi.

Upaya pengendalian inflasi difokuskan untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi seluruh TPID Kota/Kabupaten dan TPID Provinsi. Selain itu, dilakukan pula upaya untuk menjaga ekspektasi masyarakat terhadap harga kebutuhan strategis di pasar.

Namun demikian, tekanan inflasi pada triwulan II 2017 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut utamanya masih disebabkan oleh peningkatan kelompok kelompok

volatile food

dan kelompok

administered prices

akibat adanya peningkatan permintaan masyarakat akan komoditas bahan makanan dan angkutan udara pada saat Bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

(17)

3 KA JIA N E KO N O M I & KE U A N G A N R EG IO N A L P RO V IN SI SU LA WE SI TE N G G A RA  M ei 2017 Stabilitas keuangan daerah masih terjaga terutama dari ketahanan rumah tangga

Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun untuk realisasi belanja APBN mengalami peningkatan

Stabilitas Keuangan Daerah

Stabilitas keuangan daerah masih terjaga, terutama dari ketahanan sektor rumah tangga. Tingkat konsumsi masyarakat yang masih terjaga, perilaku berutang yang masih normal, dan risiko kredit yang masih terjaga berdampak minimal pada stabilitas sistem keuangan.

Dari sisi sektor korporasi, kinerja korporasi utama sudah mulai membaik seiring dengan membaiknya ekonomi global dan mampu menopang ketahanan sistem keuangan di Sulawesi Tenggara.

Perekonomian yang masih terkonsolidasi mempengaruhi kinerja institusi keuangan, khususnya perbankan di Sulawesi Tenggara. Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga sudah mulai menunjukkan peningkatan meskipun masih rendah, sementara itu penyaluran kredit kembali mengalami perlambatan. Meskipun demikian, risiko kredit masih terjaga.

Keuangan Pemerintah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan anggaran tahun 2016.

Pada triwulan I 2017, realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai sebesar 24,4%, menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 29,4%. Sejalan dengan kondisi tersebut, realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami penurunan dari 13,0% di tahun 2016 menjadi 7,4% di periode laporan.

Namun demikian untuk realisasi belanja APBN Provinsi pada triwulan I tahun 2017 mampu terealisasi sebesar 15,0%, jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 11,6%.

(18)

4 K A NTO R PE RWA K ILAN B A NK IND ONE SI A  Pro vi nsi S ul a we si Te ng g a ra Sistem pembayaran non tunai melalu RTGS mengalami peningkatan. Namun sistem pembayaran melalui kliring mengalami penurunan. Sementara untuk transaksi tunai terjadi net inflow

Berbeda dengan akselerasi yang terjadi, kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi Sultra pada triwulan III 2017 diperkirakan akan menurun disertai dengan peningkatan tekanan inflasi

Pada triwulan I 2017, aktivitas sistem pembayaran non tunai melalui RTGS di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan baik secara nominal maupun jumlah transaksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Namun demikian, pembayaran non tunai melalui sistem kliring tercatat mengalami penurunan.

Di sisi sistem pembayaran tunai, pada triwulan I 2017 terjadi

net inflow

uang kartal sesuai dengan pola musimannya. Selain itu, KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga terus melakukan peningkatan kelayakedaran dari uang kartal dan meminimalkan peredaran uang palsu.

Kondisi Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan walaupun terjadi akslerasi kinerja perekonomian pada periode laporan. Kondisi tersebut terlihat dari peningkatan jumlah penggangguran. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat terutama pada masyarakat pedesaan juga mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari Nilai Tukar Pertani (NTP) yang menurun di periode laporan.

Prospek Perekonomian

Pada triwulan III 2017, perekonomian Sulawesi Tenggara diperkirakan mengalami penurunan dan tumbuh pada kisaran 7,8% - 8,2% (yoy). Hal ini mendorong perekonomian Sultra selama tahun 2017 diperkirakan dapat tumbuh sebesar 8,3% - 8,7%.

Perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan kinerja lapangan usaha pertanian serta lapangan usaha perdagangan eceran dari sisi penawaran. Sementara dari sisi permintaan adanya perlambatan pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah merupakan faktor penyebab perlambatan ekonomi yang diperkirakan akan terjadi di triwulan III 2017.

Di sisi lain, perkembangan inflasi Sultra pada triwulan III 2017 perkirakan dominan dipengaruhi oleh penurunan harga pada kelompok

volatile food

(19)

1

EKONOMI

MAKRO

REGIONAL

Panen Padi di Konawe Foto: Suharjono

(20)
(21)

7 KA JIA N E KO N O M I & KE U A N G A N R EG IO N A L P RO V IN SI SU LA WE SI TE N G G A RA  M ei 2017 1.1. KONDISI UMUM

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 mampu tumbuh sebesar 8,4% (yoy), jauh mengalami akselerasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 7,6% (yoy) (Grafik 1.1). Dari sisi permintaan, akselerasi tersebut disebabkan oleh adanya meningkatnya pertumbuhan investasi, konsumsi rumah tangga, dan konsumsi pemerintah. Sementara itu dari sisi penawaran, akselerasi pada kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian dan lapangan usaha konstruksi menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara di periode tersebut.

Meskipun memiliki arah pertumbuhan yang sama dengan perekonomian nasional, namun pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara masih lebih besar. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode yang sama hanya tumbuh sebesar 5,0% (yoy). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sumber pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan juga global.

Berdasarkan spasial kawasan Sulawesi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang tercatat tumbuh sebesar 8,4% (yoy) di triwulan I 2017 seperti pada triwulan sebelumnya masih merupakan pertumbuhan yang tertinggi di kawasan. Pada periode triwulan I 2017, perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara menyumbang 13,7% terhadap perekonomian Kawasan Sulawesi. Nilai tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang memberikan andil sebesar 14,2% terhadap perekonomian di kawasan Sulawesi. Perekonomian Kawasan Sulawesi secara dominan disumbang oleh Provinsi Sulawesi Selatan (48,0%), diikuti oleh Provinsi Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Sulawesi

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: BPS, ADHB, diolah

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara

Grafik 1.2 Pangsa Sektor Dominan Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan IV 2016 Keterangan Tw IV 2016 Tw I 2017 Sulawesi Utara 6,5 6,4 Sulawesi Tengah 3,8 3,9 Sulawesi Selatan 7,6 7,5 Sulawesi Tenggara 7,6 8,4 Gorontalo 7,0 7,3 Sulawesi Barat 7,5 7,4 Sulawesi 6,8 6,9 7.6% 8.4% 4.9% 5.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0% 7.0% 8.0% 9.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional %, yoy Sultra 2014=6,3% Sultra 2015=6,9% Sultra 2016=6,5% 24,4 20,6 6,4 12,1 12,0 Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Lainnya

(22)

8 K A NTO R PE RWA K ILAN B A NK IND ONE SI A  Pro vi nsi S ul a we si Te ng g a ra

Sulawesi Tengah (16,3%) dan provinsi Sulawesi Tenggara (13,7%).

Memasuki triwulan II 2017, perkembangan beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren meningkat dan diperkirakan mampu tumbuh pada kisaran 8,5% - 8,9% (yoy). Hasil survei yang dilakukan oleh KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara dan pendalaman informasi yang dilakukan melalui liaison juga mengindikasikan akan terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi. Sektor ekonomi yang diperkirakan akan mengalami percepatan pertumbuhan yaitu lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha konstruksi serta lapangan usaha perdaganan besar dan eceran. Namun demikian, lapangan usaha pertambangan dan penggalian diperkirakan akan mengalami perlambatan sehingga menahan laju akselerasi ekonomi yang terjadi. Sementara dari sisi permintaan, percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara diperkirakan berasal dari adanya peningkatan konsumsi rumah tangga , konsumsi pemerintah, investasi serta ekspor.

1.2. SISI PERMINTAAN Realisasi Triwulan I 2017

Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen pengeluaran pada PDRB), akselerasi laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 disebabkan oleh akselerasi pertumbuhan investasi, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Akselerasi yang terjadi pada konsumsi rumah tangga disebabkan oleh peningkatan daya beli maupun kualitas konsumsi masyarakat Sulawesi Tenggara. Sementara untuk akselerasi konsumsi pemerintah didorong peningkatan realisasi belanja pemerintah pasca adanya penundaan transfer DAU oleh pemerintah pusat di akhir tahun 2016. Selain itu, kinerja ekspor Sulawesi Tenggara yang mengalami perbaikan akibat adanya peningkatan ekspor komoditas perikanan juga turut menyebabkan akselerasi

Tabel 1.2 Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Dalam % (yoy) Rasio = perbandingan terhadap total PDRB

PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi); p= proyeksi KPw BI Sultra LNPRT= Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Rasio

I II III IV I II III IV I IIP Tw I 2017

Konsumsi Rumah Tangga 4,5 5,0 5,3 5,6 6,7 6,8 6,0 5,1 5,9 6.7 - 7.1 49,00

Konsumsi LNPRT -11,0 -9,0 5,1 5,5 6,6 7,2 3,2 1,5 12,1 12.9 - 13.3 1,09

Konsumsi Pemerintah 2,5 3,9 6,8 4,3 4,8 11,4 1,2 -6,9 6,7 11.4 - 11.8 12,68

PMTB 2,2 10,3 2,8 2,5 11,5 10,9 7,0 2,6 15,0 15.1 - 15.4 42,81

Perubahan Inventori -275,0 -71,3 -79,2 -81,6 -110,5 -16,5 44,3 -230,1 -2145,6 -23 - -25 1,69

Eksport Luar Negeri -40,3 27,8 -21,9 -27,9 -49,7 -29,7 -3,0 63,2 114,5 150 - 153 4,76

Import Luar Negeri -5,6 -15,0 -39,1 -24,6 -22,7 28,0 4,0 6,3 156,0 70 - 72 (10,08)

Net Eksport Antar Daerah -67,3 -10,3 -40,3 10,3 36,9 -22,8 -4,3 -38,8 -14,8 144 - 146 (1,95)

PDRB 5,8 7,2 7,0 7,5 5,5 6,8 6,0 7,6 8,4 8.5 - 8.9 100,0% Keterangan: Meningkat Melambat 2016 2017 Komponen Pengeluaran 2015

(23)

9 KA JIA N E KO N O M I & KE U A N G A N R EG IO N A L P RO V IN SI SU LA WE SI TE N G G A RA  M ei 2017

yang terjadi di periode triwulan pertama tahun 2017.

Disisi lain, adanya peningkatan impor di periode triwulan I 2017 menahan laju akselerasi perekonomian Sulawesi Tenggara. Peningkatan tersebut terjadi akibat adanya impor mesin dan peralatan dalam rangka pembangunan smelter. Dari sisi rasio komponen pengeluaran terhadap total PDRB, konsumsi rumah tangga masih mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara dengan pangsa sebesar 49,0% diikuti oleh pengeluaran untuk kegiatan investasi sebesar 42,8%. Selain itu, konsumsi pemerintah juga masih memiliki peran yang cukup besar dengan pangsa mencapai 12,7% sehingga realisasinya perlu mendapat perhatian agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang optimal dan berkelanjutan. Sementara itu, ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara hanya memberikan kontribusi sebesar 4,8% jika dibandingkan dengan keseluruhan PDRB. (Tabel 1.2).

Tracking Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017 yang sedang berjalan diperkirakan akan kembali terjadi percepatan

pertumbuhan ekonomi yang masih didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah serta stabilnya kegiatan investasi di Sulawesi Tenggara. Masuknya Bulan Ramadhan dan Idul Fitri di periode laporan menyebabkan adanya peningkatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah seiring adanya peningkatan daya beli masyarakat dan pembayaran THR kepada PNS. Sementara itu, masih berlansungnya pembangunan smelter di beberapa daerah juga diperkirakan akan mengakibatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi.

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga

Realisasi Triwulan I 2017

Pada triwulan I 2017 konsumsi rumah tangga tercatat mampu tumbuh sebesar 5,9% (yoy), mengalami percepatan laju pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Akselerasi laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut sebagai akibat dari adanya peningkatan daya beli serta kualitas konsumsi masyarakat. Berdasarkan jenis pengeluaran konsumsinya, pengeluaran rumah tangga yang mengalami

Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga

Grafik 1.4 Indeks Pengeluaran Saat ini

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 M a ka n a n d a n M in u m a n , se la in R e st o ra n Pa ka ia n d a n Al a s Ka ki Pe ru ma h a n d a n Pe rl e n g ka p a n R u m a h T a n g g a Ke se h a ta n d a n Pe n d id ika n T ra n sp o rt a si d a n Ko mu n ika si R e st o ra n d a n H o te l Ko n su msi l a in n ya Tw IV 2016 Tw I 2017 %, yoy 145 120 125 130 135 140 145 150 155

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

(24)

10 K A NTO R PE RWA K ILAN B A NK IND ONE SI A  Pro vi nsi S ul a we si Te ng g a ra

peningkatan pada periode tersebut terjadi pada konsumsi perumahan dan perlengkapan, transportasi dan komunikasi, restoran dan hotel serta konsumsi lainnya. Semantara untuk konsumsi makanan dan minuman tercatat tumbuh stabil sebesar 6,2% (yoy) (Grafik 1.3). Konsumsi rumah tangga Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh konsumsi makanan dan minuman sebesar 46,7%, diikuti oleh konsumsi untuk transportasi dan komunikasi sebesar 20,1%. Sementara itu konsumsi perumahan dan peralatan rumah tangga berada pada posisi ke-3 dengan pangsa sebesar 12,5%.

Percepatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan adanya peningkatan UMP tahun 2017. Pada tahun 2017, UMP Provinsi Sulawesi Tenggara ditetapkan sebesar Rp2.002.625, naik sebesar 8,25% dari UMP tahun sebelumnya. Hal ini terlihat juga hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil survei tersebut terdapat peningkatan Indeks Pengeluaran dari 143 di triwulan IV 2016 menjadi 145 di triwulan I 2017 (Grafik 1.4).

Meskipun konsumsi masyarakat meningkat, namun hal tersebut tidak diikuti oleh

peningkatan kredit konsumsi. Pertumbuhan kredit konsumsi pada periode tersebut mengalami perlambatan. Pada triwulan I 2017, kredit konsumsi di Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp12,6 triliun atau tumbuh sebesar 12,6% (yoy), sedangkan pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 13,3% (yoy) (Grafik 1.5).

Tracking Triwulan II 2017

Memasuki triwulan II 2017, perkembangan berbagai indikator terkini mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan terakselerasi pada kisaran 6,7% - 7,1% (yoy). Adanya rencana pembayaran THR bagi pegawai baik swasta maupun negeri seiring masuknya Bulan Ramadhan dan Idul Fitri diperkirakan akan meningkatkan konsumsi masyarakat terutama untuk komoditas bahan makanan dan transportasi. Selain itu, adanya perbaikan harga nikel olahan masih diperkirakan turut meningkatkan daya beli masyarakat seiring adanya peningkatan pengeluaran terutama untuk bahan makanan dan makanan jadi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) yang menunjukkan indeks perkiraan pengeluaran 3 bulan mendatang dibanding saat ini yang mengalami peningkatan dari 167 di periode sebelumnya menjadi 182 di periode triwulan II 2017 mendatang.

1.2.2. Konsumsi Pemerintah

Realisasi

Triwulan I 2017

Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan I 2017 tumbuh sebesar 6,7% (yoy), jauh meningkat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,9% (yoy). Adanya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.5 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara 12.62 12.6% 10% 11% 12% 13% 14% 15% 16% 17% 18% 19% 2 4 6 8 10 12 14

I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)

(25)

11 KA JIA N E KO N O M I & KE U A N G A N R EG IO N A L P RO V IN SI SU LA WE SI TE N G G A RA  M ei 2017

penghematan anggaran pemerintah dan penundaan transfer DAU dari pemerintah pusat di periode sebelumnya menyebabkan rendahnya konsumsi pemerintah daerah di periode sebelumnya. Kondisi tersebut juga mengakibatkan adanya komitmen pemerintah daerah untuk segera merealisasikan anggaran pada tahun 2017.

Hal tersebut tercermin dari realisasi anggaran belanja pemerintah yang berasal dari APBN pada triwulan I 2017 telah mencapai Rp895,8 miliar atau mampu tumbuh positif sebesar 14,4% (yoy) jika di bandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Akselerasi pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut disebabkan oleh akselerasi pertumbuhan konsumsi kolektif1 dan

konsumsi individual pemerintah2. Pada periode

tersebut konsumsi kolektif pemerintah tumbuh sebesar 6,7%(yoy), setelah pada periode sebelumnya tercatat mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 6,9% (yoy). Sedangkan untuk konsumsi individual pemerintah mampu tumbuh sebesar 6,9% (yoy) setelah sebelumnya terkontraksi.

Tracking Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017, pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan mengalami perbaikan. Pada triwulan mendatang konsumsi pemerintah diperkirakan akan kembali meningkat dan tumbuh sebesar 11,4% - 11,8%

1 Konsumsi kolektif pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara

keseluruhan (umum) dan semua anggota masyarakat mendapatkan manfaat dari jasa seperti ini. Jasa kolektif yang diberikan oeh pemerintah antara lain keamanan dan pertahanan, peraturan-peraturan yang menyangkut kemasyarakatan, pemeliharaan undang-undang dan peraturan, perlindungan lingkungan, penelitian dan pengembangan, infrastruktur dan pembangunan ekonomi.

2 Konsumsi individu merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan rumah tangga individu antara lain:

Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, olah raga dan rekreasi, dan kebudayaan (yoy). Akselerasi tersebut disebabkan oleh adanya tindakan percepatan realisasi proyek-proyek pemerintah sehingga diharapkan pada semester pertama telah mulai terealisasi seluruhnya serta adanya pembayaran THR oleh pemerintah untuk PNS/ASN dan TNI/Polri. 1.2.3. Investasi

Realisasi Triwulan I 2017

Komponen investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 tercatat terakselerasi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Aktivitas investasi Sulawesi Tenggara di triwulan I 2017 tercatat mampu tumbuh cukup tinggi hingga mencapai 15,0% (yoy), setelah di periode sebelumnya hanya mampu tumbuh sebesar 2,6% (yoy). Akselerasi yang terjadi dipengaruhi oleh mulai kembalinya investasi bangunan setelah sempat stagnan di periode sebelumnya. Hal tersebut juga tercermin dari data konsumsi semen yang tercatat mengalami perbaikan. Konsumsi semen pada periode tersebut tercatat sebesar 170,5 ton atau tumbuh negatif sebesar 0,7%, setelah di periode sebelumnya terkontraksi cukup dalam mencapai 4,9% (yoy) (Grafik 1.6). Selain itu, investasi non bangunan juga tercatat mengalami akselerasi dari 7,8% (yoy) menjadi sebesar 24,8% (yoy) di triwulan I 2017.

(26)

12 K A NTO R PE RWA K ILAN B A NK IND ONE SI A  Pro vi nsi S ul a we si Te ng g a ra

Berdasarkan status penanaman modalnya, Penamanam Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penamanam Modal Asing (PMA) merupakan sumber akselerasi investasi di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I 2017, jumlah PMDN adalah sebanyak 25 proyek dengan total investasi mencapai Rp1,41triliun atau tumbuh hingga mencapai 1.181% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 60,0%. Sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat mengalami pertumbuhan. Pada triwulan I 2017 jumlah PMA adalah sebanyak 38 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 272,2 ribu, meningkat dibandingkan dengan periode triwulan III 2016

yang tercatat sebanyak 55 proyek namun hanya senilai US$ 246,1 ribu. Investasi yang sedang berjalan pada periode triwulan I 2017 antara lain pembangunan Jembatan Teluk Kendari, Revitalisasi Teluk Kendari, Pembangunan Mesjid Al Alam, Pembangunan Bendungan Ladongi dan Bendungan Pelosika, Pembangunan akses jalan menuju Kawasan Industri Konawe untuk investasi pemerintah, sementara untuk investasi swasta asing masih didominasi oleh pembangunan smelter.

Sejalan dengan akselerasi yang terjadi, penyaluran kredit investasi untuk proyek-proyek yang ada di Sulawesi Tenggara yang masih dapat tumbuh tinggi sebesar 35,6% (yoy).

Sumber: BKPM, diolah Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMA di Sulawesi Tenggara Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMDN di Sulawesi Tenggara

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.6 Konsumsi Semen di Sulawesi Tenggara Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara 272 1273% -100% 100% 300% 500% 700% 900% 1100% 1300% 1500% 50 100 150 200 250 300

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 Th ou sa nd s

Nilai PMA Pertumbuhan(sb. Kanan)

US $ Juta yoy 1,406 1181% -1000% -500% 0% 500% 1000% 1500% 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 Th ou sa nd s

Nilai PMDN Pertumbuhan(sb. Kanan)

Rp milliar yoy 170 -0.73%-20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 T h o u s a n d s

Konsumsi semen Pertumbuhan Kons Semen (sb.kanan)

Ton yoy 4,872.84 35.6% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 160% 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 Kredit Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)

(27)

13 KA JIA N E KO N O M I & KE U A N G A N R EG IO N A L P RO V IN SI SU LA WE SI TE N G G A RA  M ei 2017

Sampai dengan periode tersebut, jumlah outstanding kredit investasi adalah sebesar Rp4,87 triliun. Kondisi tersebut meningkat jika dibandingkan dengan triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar 34,5%(yoy) (Grafik 1.7) .

Tracking Triwulan II 2017

Di triwulan berjalan kegiatan investasi di Sultra diperkirakan akan mengalami akselerasi jika dibandingkan dengan triwulan I 2017. Pada triwulan berjalan kegiatan investasi diperkirakan akan tumbuh sebesar 15,1% - 15,5% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh adanya peningkatan investasi baik dari belanja modal pemerintah maupun swasta. Investasi swasta diperkirakan akan tumbuh disebabkan oleh masih berjalannya pembangunan smelter nikel seiring dengan adanya trend perbaikan harga nikel olahan. Sedangkan realisasi belanja modal pemerintah juga diperkirakan akan mengalami peningkatan di triwulan II 2017 mendatang akibat kembali berjalannya proyek-proyek pemeritah yang sempat tertunda seiring adanya pembayaran DAU oleh pemerintah pusat di akhir tahun 2016.

1.2.4. Ekspor dan Impor

Realisasi Ekspor Triwulan I 2017

Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 tercatat mengalami akselerasi yang tinggi. Pada periode tersebut ekspor Sulawesi Tenggara tercatat mampu tumbuh positif tinggi hingga mencapai 114,5% (yoy), setelah pada periode sebelumnya tumbuh sebesar 63,2% (yoy) (Tabel 1.2). Perbaikan yang terjadi pada ekspor luar negeri tersebut dipengaruhi oleh akselerasi ekspor barang dan ekspor jasa. Ekspor Sulawesi Tenggara pada periode tersebut masih didominasi oleh ekspor barang yang mencapai 94,6% sedangkan sisanya merupakan ekspor jasa.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.10 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara Grafik 1.11 Pangsa Komoditas Ekpsor

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.12 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 39.17 31.5% -100% -80% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 20 40 60 80 100 120 140

I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 Ekspor Sultra g Ekspor Sultra (sb. Kanan)

Nilai (Juta US$) yoy

Feronikel 64% Perikanan 16% Aspal 1% Kakao 2% Mete 6% Lainnya 11% 25.08 -7% -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350% 400% 10 20 30 40 50 60 70 80 90

I II III IV I II III IV I II III IV I 2014 2015 2016 2017 Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)

(28)

14 K A NTO R PE RWA K ILAN B A NK IND ONE SI A  Pro vi nsi S ul a we si Te ng g a ra

Berdasarkan nilai ekspor barang secara riil dari data Bea Cukai, ekspor Sulawesi Tenggara pada periode laporan mencapai USD39,2 juta atau mampu tumbuh positif sebesar 31,5% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (Grafik 1.12). Perbaikan kinerja ekspor tersebut secara dominan didorong oleh peningkatan ekspor komoditas utama Sulawesi Tenggara seperti ikan, aspal, kakao dan mente. Ekspor komoditas perikanan pada periode laporan menunjukkan adanya peningkatan sehingga turut menjadi faktor utama pendorong ekselerasi pertumbuhan ekspor Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I 2017, ekspor komoditas perikanan tercatat senilai USD6,4 juta atau mengalami pertumbuhan yang tinggi mencapai 121,9% (yoy), meningkat sebesar USD1,5 juta jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Peningkatan tersebut utamanya disebabkan oleh peningkatan pengiriman ekspor gurita senilai USD 1,2 juta dan udang senilai USD1,3 juta (Grafik 1.13). Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa peningkatan ekspor komoditas perikanan tersebut lebih disebabkan oleh bertambahnya hasil tangkapan akibat peningkatan jumlah dan kualitas alat

penangkapan. Selain itu, akselerasi ekspor Sulawesi Tenggara dipengaruhi juga oleh peningkatan eskpor aspal, kakao dan mente yang masing-masing tercatat senilai USD386,6 ribu, USD597,5 ribu, dan USD1,97 juta pada triwulan I 2017

Sementara untuk ekspor komoditas nikel olahan tercatat mengalami penurunan seiring dengan adanya penurunan produksi. Komoditas ekspor Sultra secara dominan diwakili oleh komoditas nikel olahan dengan pangsa sebesar 64,0% dari total ekspor atau senilai USD25,1 juta (Grafik 1.12). Kondisi tersebut menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 86,6% dari total ekspor Sulawesi Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan kinerja ekspor di Sulawesi Tenggara terhadap komoditas feronikel mengalami penurunan.

Penurunan kinerja ekspor feronikel tersebut sejalan dengan kondisi industri pengolahan nikel di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil liaison, korporasi-korporasi tersebut mengkonfirmasi bahwa pada triwulan I 2017 melakukan ekspor nikel olahan sebanyak 2.562,4 WMT atau terkontraksi sebesar 2,4% (yoy), jauh menurun

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Pelindo IV Kendari, diolah

Grafik 1.13 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara Grafik 1.14 Arus Muat Barang

294 14 234 816 836 263 58 1,378 1,206

Ikan Hidup Tuna Rajungan Udang Gurita

Tw IV 2016 Tw I 2017 (ribu USD) 88,470 -2.3% -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350% 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Arus muat g Arus muat (sb. Kanan)

(29)

15 KA JIA N E KO N O M I & KE U A N G A N R EG IO N A L P RO V IN SI SU LA WE SI TE N G G A RA  M ei 2017

dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat melakukan ekspor feronikel sebanyak 8.792,5 WMT. Penurunan ekspor feronikel tersebut terjadi seiring dengan adanya penurunan produksi akibat adanya kendala teknis di awal tahun 2017.

Mitra dagang utama Sulawesi Tenggara untuk ekspor mengalami sedikit perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Pangsa terbesar negara tujuan ekspor Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2017 adalah Korea Selatan yang mencapai 37,1%, lalu dikuti oleh dengan pengiriman ke India (13,8%) dan ke Tiongkok (10,3%).

Sementara pada periode sebelumnya pangsa terbesar negara tujuan ekspor Sulawesi Tenggara adalah Tiongkok yang mencapai 35,0%, lalu diikuti ke India (22,5%) dan Korea (20,8%). Perubahan tersebut disebabkan oleh adanya penurunan ekspor komoditas nikel olahan ke Tiongkok.

Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor juga tercermin dari arus muat barang di pelabuhan peti kemas yang pada periode laporan tercatat berjumlah 88,5 ribu MT atau tumbuh sebesar -2,3%(yoy). Kondisi tersebut membaik jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang terkontraksi cukup dalam mencapai 24,2%(yoy) (Grafik 1.14).

Realisasi Impor Triwulan I 2017

Sejalan dengan akselerasi ekspor, aktivitas impor luar negeri di Sulawesi Tenggara tercatat mengalami peningkatan pada periode laporan. Peningkatan tersebut disebabkan oleh masih berlangsungnya pembangunan smelter di Sulawesi Tenggara. Selama triwulan I 2017, aktivitas impor tumbuh sebesar 156,0% (yoy), meningkat jauh dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 6,3% (yoy). Impor luar negeri Sulawesi Tenggara didominasi oleh impor barang (97,9%) yang pada periode laporan mengalami peningkatan dan mampu tumbuh sebesar 6,3% (yoy). Sementara untuk impor jasa juga tumbuh positif sebesar 4,0% (yoy), setelah periode sebelumnya tercatat tumbuh negatif (-2,0%-yoy).

Dilihat berdasarkan nilai impor barang secara riil dari data Bea Cukai, impor Sulawesi Tenggara pada periode laporan adalah sebesar USD167,9 juta atau mampu tumbuh sebesar 798,3% (yoy), jauh meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar USD71,9 juta

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Pelindo IV Kendari, diolah

Grafik 1.15 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara Grafik 1.16 Arus Bongkar Barang di Pelabuhan

167.9 798% -100% 0% 100% 200% 300% 400% 500% 600% 700% 800% 20 40 60 80 100 120 140 160 180

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

305,209 -27.5% -40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Arus bongkar g Arus bongkar (sb. Kanan)

(30)

16 K A NTO R PE RWA K ILAN B A NK IND ONE SI A  Pro vi nsi S ul a we si Te ng g a ra

atau hanya tumbuh sebesar 21,3% (yoy) (Grafik 1.13). Impor Sultra pada periode laporan masih didominasi oleh barang modal yang mencapai 78,5% lalu diikuti oleh barang antara 21,4% dan barang konsumsi hanya 0,1%. Pada triwulan I 2017 impor Sultra tersebut berasal dari Tiongkok (96,5%) dan sisanya berasal dari Rusia.

Tracking Triwulan II 2017

Memasuki triwulan II 2017, kinerja ekspor luar negeri diperkirakan masih akan membaik. Pada triwulan mendatang ekspor Sulawesi Tenggara diperkirakan akan tumbuh sebesar 151% - 153% (yoy). Hal ini selain disebabkan oleh adanya peningkatan ekspor komoditas nikel olahan seiring dengan mulai adanya peningkatan harga komoditas nikel olahan dunia serta sudah mulai beroperasinya smelter baru di Sulawesi Tenggara. Selain itu, adanya relaksasi ekspor nikel mentah kadar rendah oleh pemerintah pusat menyebabkan akselerasi pertumbuhan kinerja ekspor Sulawesi Tenggara. Adanya faktor base effect juga turut memberikan pengaruh yang kuat pada akselerasi ekspor di triwulan mendatang. Pada tahun sebelumnya, ekspor Sulawesi Tenggara mengalami penurunan akibat rendahnya harga komoditas nikel dunia pada saat itu. Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa pada periode triwulan II mendatang sudah terdapat perusahaan tambang yang memiliki izin ekspor nikel kadar rendah dan akan segera lakukan ekspor di triwulan II mendatang. Namun demikian, ekspor komoditas perikanan diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring dengan faktor musimam yang

mengakibatkan adanya penurunan produksi ikan pada periode mendatang.

Sedangkan impor Sulawesi Tenggara pada triwulan berjalan diperkirakan masih akan mengalami peningkatan. Pada periode tersebut impor diperkirakan akan tumbuh sebesar 70% - 73% (yoy). Peningkatan tersebut terutama terjadi pada impor barang modal seiring terjadinya akselerasi pada kegiatan investasi pembangunan smelter pengolahan nikel. Selain itu, adanya faktor base effect memberikan pengaruh yang kuat pada peningkatan impor ekspor di triwulan mendatang. Pada tahun sebelumnya, impor Sulawesi Tenggara mengalami penurunan akibat masih terhambatnya pembangunan smelter periode saat itu, terutama karena harga nikel yang masih rendah.

1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA UTAMA

Realisasi Triwulan I 2017

Dari sisi penawaran, akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 disebabkan oleh akselerasi yang terjadi pada kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta lapangan usaha konstruksi di periode laporan. Namun akselerasi tersebut sedikit tertahan oleh adanya perlambatan pada kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perkinan, lapangan usaha industri pengolahan serta lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.

Percepatan pertumbuhan yang terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian disebabkan oleh peningkatan jumlah produksi

(31)

17 KA JIA N E KO N O M I & KE U A N G A N R EG IO N A L P RO V IN SI SU LA WE SI TE N G G A RA  M ei 2017

ore nikel seiring dengan kebijakan pemerintah pusat terkait relaksasi ekspor nikel kadar rendah (kurang dari 1,7%). Sedangkan untuk lapangan usaha konstruksi dipicu oleh tingginya realisasi pembangunan terutama yang dilakukan oleh pemerintah dan pembangunan smelter.

Tracking Triwulan II 2017

Sementara itu, pada triwulan II yang sedang berjalan diperkirakan akan terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh percepatan yang terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha konstruksi serta lapangan usaha perdaganan besar dan eceran. Namun demikan, adanya perlambatan pertumbuhan pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian seiring dengan tingginya pertumbuhan di triwulan I 2017 diperkirakan memberikan andil yang negatif sehingga mampu menahan percepatan laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara di periode tersebut.

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Realisasi Triwulan I 2017

Pada triwulan I 2017, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan (selanjutnya disebut usaha pertanian) mengalami perlambatan pertumbuhan. Kinerja lapangan usaha tersebut hanya tumbuh sebesar 6,9% (yoy), setelah pada periode sebelumnya mampu tumbuh sebesar 9,0% (yoy). Jika diperhatikan dari sub lapangan usahanya, maka usaha pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian serta usaha kehutanan merupakan penyebab utama perlambatan yang terjadi di periode triwulan I 2017. Sementara untuk sub lapangan usaha penebangan kayu dan akselerasi pada sub Tabel 1.3 Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Dalam % (yoy); p= proyeksi KPw BI Sultra

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.17 Pangsa Lapangan Usaha Pertanian

Pangsa % I II III IV I II III IV I IIP Tw I 2016

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (0.29) (1.76) (3.79) 6.48 11.02 5.71 5.49 8.96 6.89 7.6 - 8.0 24.4 Pertambangan dan Penggalian 9.34 10.55 16.05 4.17 (7.37) 3.74 (6.01) 10.21 17.31 10.8 - 11.2 20.6 Industri Pengolahan 18.18 11.05 3.53 0.41 8.61 5.38 13.68 8.08 7.38 8 3 - 8.7 6.4 Pengadaan Listrik, Gas 9.95 10.27 5.87 4.47 11.64 7.88 12.26 (6.51) 3.33 7.0 - 7.4 0.1 Pengadaan Air 2.96 8.08 0.17 0.25 8.80 2.96 14.26 9.79 0.04 12.1 - 12.5 0.2 Konstruksi 0.02 13.39 17.17 23.04 9.77 8.27 8.75 4.90 9.56 9.7 - 10.1 12.1 Perdagangan Besar dan Eceran 7.20 11.59 7.61 8.51 6.05 6.24 16.32 11.12 5.94 11.9 - 12.3 12.0 Transportasi dan Pergudangan 7.65 6.85 9.29 6.82 9.49 12.50 16.01 8.46 9.85 10.0 - 10.4 4.7 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.79 6.44 7.68 10.52 7.70 8.34 7.67 4.94 7.10 9.4 - 9.8 0.6 Informasi dan Komunikasi 6.54 6.47 7.73 7.60 13.19 9.17 8.24 8.74 9.40 12.2 -12.6 2.5 Jasa Keuangan 8.34 2.08 8.77 11.55 14.45 21.60 13.97 11.06 4.90 4.9 - 5.3 2.4 Real Estate 4.01 5.50 6.91 2.80 0.40 1.23 (4.62) 6.65 1.46 1.7 - 2.1 1.6 Jasa Perusahaan 7.68 10.71 10.97 11.60 9.96 8.10 7.71 7.05 3.87 5.1 - 5.5 0.2 Administrasi Pemerintahan 7.63 9.91 1.97 1.70 2.72 8.18 1.00 (2.89) 0.34 1.0 - 1.4 5.0 Jasa Pendidikan 13.02 10.45 5.91 0.82 11.91 12.82 14.47 1.49 1.78 1.9 - 2.3 4.9 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.77 7.09 8.66 3.25 9.20 4.49 8.30 3.20 1.29 3.7 - 4.1 1.0 Jasa Lainnya 5.53 5.95 8.45 8.29 8.46 9.37 6.13 6.08 1.97 7.3 - 77 1.5 PDRB 5.75 7.18 7.00 7.50 5.50 6.81 5.96 7.65 8.39 8.5 - 8.9 100.0 2016 2017 Lapangan Usaha 2015 55,8 41,5 2,7 Pertanian Perikanan Kehutanan

(32)

18 K A NTO R PE RWA K ILAN B A NK IND ONE SI A  Pro vi nsi S ul a we si Te ng g a ra

lapangan usaha perikanan mampu memberikan andil positif sehingga menahan laju perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Dilihat dari komposisinya, pangsa terbesar sub lapangan usaha ini adalah usaha pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian (50,3%), diikuti oleh usaha perikanan (47,0%) dan usaha kehutanan dan penebangan kayu (2,7%) (Grafik 1.17).

Pada triwulan I 2017, sub lapangan usaha pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian tumbuh sebesar 2,8% (yoy), melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 9,9% (yoy). Penyebab utama dari perlambatan pertumbuhan yang terjadi adalah penurunan produksi tanaman bahan makanan akibat belum masuknya musim panen di periode tersebut. Selain itu, upaya pemerintah pusat maupun daerah guna meningkatkan produksi melalui perluasan lahan pertanian, pemberian bibit unggul dan penyediaan sarana prasarana pertanian juga belum terealisasi turut menyebabkan perlambatan pertumbuhan yang terjadi. Hal tersebut tercermin juga dari luas panen padi yang mengalami penurunan. Pada

triwulan I 2107 jumlah luas panen padi hanya mencapai 20,2 ribu Ha atau tumbuh negatif sebesar 38,5% (yoy), jauh menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 96,5% (yoy). Selain itu, belum masuknya panen komoditas buah-buahan juga turut menyebabkan adanya perlambatan laju pertumbuhan. Namun demikian, jumlah luas panen jagung mengalami peningkatan dari periode sebelumnya tumbuh sebesar 7,0% (yoy) menjadi mampu tumbuh tinggi sebesar 74,2% (yoy) atau seluas 5,4 ribu Ha sehingga mampu memberikan andil positif terhadap pertumbuhan sub lapangan usaha tersebut.

Sementara itu, akselerasi sub lapangan usaha perikanan yang tercatat tumbuh dari 9,2% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi sebesar 11,9% (yoy) mampu menahan laju perlambatan yang terjadi pada lapangan usaha pertanian. Penyebab utama dari akselerasi tersebut adalah peningkatan hasil tangkapan ikan. Pada triwulan I 2017, cuaca yang kondusif serta upaya pemerintah pusat maupun daerah guna meningkatkan tangkapan ikan melalui pemberian bantuan kapal kepada 8

Sumber: Dinas Pertaniani, diolah Sumber: PPS Samudra Kendari, diolah

Grafik 1.18 Luas Panen Padi di Sulawesi Tenggara Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan di Kota Kendari

20.2 -38.5% -100% -50% 0% 50% 100% 150% 10 20 30 40 50 60

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 Th ou sa nd s

Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)

Luas (ribu Ha) yoy

10.13 58.0% -100% -80% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 2 4 6 8 10 12

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 Th ou sa nd s

Pendaratan Ikan Pertumbuhan(sb. Kanan)

(33)

19 KA JIA N E KO N O M I & KE U A N G A N R EG IO N A L P RO V IN SI SU LA WE SI TE N G G A RA  M ei 2017

Kota/Kabupaten seperti Kota Kendari, Kab Kolaka Utara, Kab Buton Selatan, Kab Buton Utara, Kab Konawe Utara, Kab Muna, Kab Buton dan Kab Muna. Pada triwulan I 2107 jumlah tangkapan ikan di Kota Kendari mencapai 10,1 ribu ton atau mampu tumbuh sebesar 58,0% (yoy), meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya mampu tumbuh sebesar 51,3% (yoy).

Berbeda dengan pertumbuhan lapangan usaha pertanian, penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut tercatat mengalami akselerasi dengan tercatat tumbuh sebesar 61,8% (yoy), setelah di periode sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 60,3% (yoy). Jumlah penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut tercatat sebesar Rp679,1 milliar (Grafik 1.19).

Tracking Triwulan II 2017

Pada triwulan II mendatang, lapangan usaha pertanian diperkirakan akan mengalami tren peningkatan. Pada periode mendatang lapangan usaha ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,6% - 8,0% (yoy). Penyebab utama peningkatan disebabkan oleh adanya peningkatan hasil produksi komoditas tabama. Selain itu, mulai masuknya panen pada komoditas perkebunan seperti komoditas kakao

di akhir triwulan II juga diperkirakan turut memberikan andil positif pada pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Sementara untuk komoditas perikanan diperkirakan akan mengalami penurun sesuai dengan pola musimannya sehingga menahan laju pertumbuhan. Kondisi curah hujan yang tinggi pada triwulan mendatang juga menjadi resiko penurunan kinerja lapangan usaha pertanian. 1.3.2. Pertambangan dan Penggalian

Realisasi Triwulan I 2017

Kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian pada periode triwulan I 2017 kembali tercatat mengalami pertumbuhan yang tinggi dan mengakibatkan terjadinya akselerasi ekonomi di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I 2017 kinerja lapangan usaha ini tercatat mengalami akselerasi sebesar 17,3% (yoy), jauh meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh sebesar 10,2% (yoy).

Berlanjutnya trend perbaikan harga nikel olahan dunia menyebabkan peningkatan kebutuhan akan nikel mentah di Sulawesi Tenggara. Peningkatan kebutuhan bahan baku nikel olahan tersebut selain berasal dari dalam Sulawesi Tenggara juga berasal dari luar provinsi (Sulawesi Tengah dan Banten). Terjadinya peningkatan harga nikel olahan dunia tersebut terjadi seiring adanya penurunan produksi nikel mentah maupun nikel olahan di Filipina sebagai produsen penghasil biji nikel terbesar di dunia. Filipina menyumbang sekitar 25% produksi nikel global. Lebih lanjut, adanya kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Permen ESDM

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.20 Kredit Pertanian di Sulawesi Tenggara 20.2 -38.5% -100% -50% 0% 50% 100% 150% 10 20 30 40 50 60

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 Th ou sa nd s

Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)

Gambar

Tabel 1.2  Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Grafik 1.8  Realisasi Investasi PMA di Sulawesi Tenggara  Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMDN di Sulawesi  Tenggara
Grafik 1.10  Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara  Grafik 1.11 Pangsa Komoditas Ekpsor
Grafik 1.13  Nilai Ekspor Perikanan  Sulawesi Tenggara  Grafik 1.14 Arus Muat Barang29414234816836263581,3781,206
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

Kajian yang dilakukan oleh Andri Ramadhan hanya fokus untuk menyelesaikan permasalahan sistem persamaan linear dalam bentuk riil dengan menggunakan

2 Kebijakan bantuan LLR pada bank syariah ini dikenal dengan FPJPS (Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Syariah)X adalah fasilitas pendanaan berdasarkan prinsip syariah dari Bank

Pada dasarnya, teknik watermarking adalah nambahkan kode identifikasi secara per- manen ke dalam data digital. Kode identifikasi tersebut dapat berupa teks, gambar, suara, atau

Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Abiddin (2006) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara proses belajar, mentoring, dan

Kita harus memiliki sepuluh kriteria agar dikategorikan sebagai muslim yang baik, yaitu harus bangga menjadi seorang muslim, tauhidnya bersih, berorientasi pada hari

Dari hasil SGOT dan SGPT nampak bahwa temulawak mampu mencegah kenaikan kadar SGOT, SGPT akibat pemberian parasetamol dosis toksik.Tanaman herbal yang sering

Penggunaan konjungsi jika pada kalimat (1) sudah tepat karena digunakan pada klausa kedua (klausa anak) sebagai syarat terjadinya peristiwa atau tindakan dari klausa induk