• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pendampingan Anak Jalanan (Studi Kasus di Lembaga Swadaya Masyarakat Rumah Impian )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model Pendampingan Anak Jalanan (Studi Kasus di Lembaga Swadaya Masyarakat Rumah Impian )"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

M. Arief Rizka

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram Email: m.ariefrizka@gmail.com

Abstract: This research is aimed at finding out of street children guiding model of non- government

organization of Rumah Impian and the factors of guiding and cumberer in guiding implementation model. This research is case study with qualitative approach. This research is key instrument and supported by using interview, observation, and documentation. The data is analyzed by using interactive analysis model with consist of data reduction, data display, and verification. The validity of data used triangulation technique, method, and collages discussion. The result of research shows that street children guiding model of non-government organization of Rumah Impian using participative model of directly take off to the field, street children relationship and parents, learning guidance and skill, and giving the scholarship of street children in order to back to school, take parents’ back, and give the facilitation to making work. The factors of supporting in implementing of street children guiding model those are: (a) the positive respond of street children and parents, (b) street children willingness, (c) the high guidance of doing guidance activity, while the factor of cumberer those are: (a) low facility, (b) uncomfortable location, and (c) street children laziness.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap model pendampingan anak jalanan di LSM Rumah

Impian beserta faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi model pendampingannya. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Peneliti merupakan instrumen utama dengan didukung pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan model analisis interaktif yang meliputi reduksi data, display data, dan verifikasi/pengambilan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber, metode, dan diskusi teman sejawat. Hasil penelitian menunjukkan model pendampingan anak jalanan di LSM Rumah Impian menggunakan model partisipatif dengan pendamping turun langsung ke jalan, menjalin relasi dengan anak jalanan dan orang tuanya, melaksanakan pendampingan belajar dan keterampilan, serta mengadakan tindak lanjut dengan memberikan beasiswa kepada anak jalanan untuk sekolah, mengembalikan ke orang tuanya bagi yang terpisah, dan memfasilitasi pelatihan keterampilan bagi anak jalanan yang memiliki minat tinggi untuk mandiri (bekerja). Faktor pendukung dalam implementasi model pendampingan anak jalanan, yaitu: (a) respon yang positif dari anak jalanan dan orang tua anak jalanan terhadap kegiatan pendampingan, (b) adanya kemauan dari anak jalanan untuk mengikuti kegiatan pendampingan, dan (c) semangat yang tinggi dari pendamping untuk melaksanakan kegiatan pendampingan, sedangkan faktor penghambatnya, yaitu: (a) fasilitas pendampingan yang masih terbatas, (b) lokasi pendampingan yang kurang kondusif, dan (c) sikap malas dari sebagian anak jalanan.

Kata kunci : Model Pendampingan, Anak Jalanan, LSM

Pendahuluan

Perkembangan kota di segala bidang tidak hanya memberikan nuansa positif bagi ke-hidupan masyarakat, namun juga melahirkan persaingan hidup sehingga muncul fenome-na kehidupan yang berujung pada kemiski-nan. Kota yang padat penduduk dan ba-nyaknya keluarga yang bermasalah telah membuat makin banyaknya anak yang

ter-lantar, kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan ke-hangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat dan hidup merdeka. Bahkan banyak kasus yang menunjukkan meningkatnya penganiayaan terhadap anak-anak mulai dari tekanan bathin, kekerasan fisik, hingga pelecehan seksual, baik oleh keluarga sendiri, teman, maupun orang lain.

(2)

Tak bisa dipungkiri bahwa persoalan anak jalanan belakangan telah menjadi fenomena sosial dalam kehidupan kota besar. Kehadiran mereka seringkali diang-gap sebagai cermin kemiskinan kota. Di mata sebagian anggota masyarakat, kebera-daan anak jalanan hingga kini masih dianggap sebagai “limbah” kota yang harus disingkirkan (Mangkoesapoetra, 2005). Ek-sistensi mereka dirasakan menggangu kenyamanan dan keamanan berlalu lintas dan sering kali dituduh melakukan tindakan kriminal, seperti mencopet atau menodong. Ditambah lagi adanya kecurigaan bahwa anak jalanan dikendalikan oleh sindikat tertentu membuat keberadaan anak jalanan di kota-kota besar menjadi duri yang tidak menyenangkan.

Seseorang bisa dikatakan anak jala-nan bila berumur dibawah 18 tahun yang menggunakan jalanan sebagai tempat men-cari nafkah dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari. Ada beberapa tipe anak jalanan, yaitu: 1) anak jalanan yang masih memiliki orang tua dan tinggal dengan orang tua, 2) anak jalanan yang masih memiliki orang tua tapi tidak tinggal dengan orang tua, 3) anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua tapi tinggal dengan keluarga, dan 4) anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua dan tidak tinggal dengan keluarga. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang turun menjadi anak jalanan sebagian besar berpendidikan rendah (W. Nurha-djatmo, 2004).

Data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 menyebutkan bahwa anak jalanan di Indonesia berjumlah 154.861 jiwa. Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak (2008), hampir

seluruh-nya yakni 75.000 anak jalanan berada di Ibu kota Jakarta dan sisanya tersebar di kota-kota besar lainnya seperti Medan, Palem-bang, Batam, Serang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Mataram, dan Makasar.

Anak jalanan umumnya berasal dari keluarga yang pekerjaanya berat dan ekono-minya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar belakang kehi-dupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang dari orang tua, saudara maupun teman-temanya, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berprilaku negatif. Masalah sosial anak jalanan berkaitan dengan keti-dakmampuan anak memperolah haknya, sebagaimana diatur oleh konvensi hak anak. Juga disebabkan kurangnya aksesibilitas anak, akibat berbagai keterbatasan sarana dan prasarana yang ada, baik di rumah dan di lingkungan sekitarnya untuk dapat ber-main dan berkembang sesuai dengan masa pertumbuhannya. Selain itu, masalah sosial anak jalanan berkaitan pula dengan ketidak-mampuan orang tua atau keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.

Terkait dengan kondisi tersebut, per-masalahan anak jalanan sudah merupakan permasalahan krusial yang harus ditangani sampai ke akar-akarnya. Jika permasalahan ditangani hanya di permukaan saja, maka setiap saat permasalahan tersebut akan mun-cul kembali serta menyebabkan timbulnya permasalahan lain yang justru lebih kom-pleks, seperti munculnya orang dewasa jala-nan, kriminalitas, premanisasi, eksploitasi tenaga, eksploitasi seksual, penyimpangan perilaku, dan lain-lain. Hasil penelitian Wid-yarini dalam Yayu D.S (2007) menyatakan

(3)

bahwa “jumlah anak jalanan di Indonesia cukup banyak dan ada kecenderungan me-ningkat, apalagi dalam situasi krisis ekono-mi berkepanjangan yang berlanjut ke krisis multidimensi sekarang”. Melihat fenomena anak jalanan ini, banyak pihak yang telah berusaha untuk menangani permasalahan anak jalanan. Pemerintah melalui Kemen-terian Pendidikan dan Kebudayaan bersama lembaga sosial baik yang dijalankan oleh swasta dan masyarakat seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Panti Asuhan, dan bahkan mungkin yang ditangani secara orang perorang telah menawarkan model pendampingan anak jalanan yang menggu-nakan berbagai pendekatan dalam upaya penanggulangan anak jalanan. Akan tetapi dari berbagai pendekatan tersebut hingga saat ini, masih belum efektif dan belum ada yang dapat menyentuh anak jalanan secara mendalam terkait dengan perubahan peri-laku. Hal ini dapat dilihat dari masih ba-nyaknya anak jalanan binaan pendampingan yang kembali ke jalan atau tetap hidup di jalanan, meskipun upaya pendampingan telah dilaksanakan dan dana yang cukup besar telah dikucurkan untuk program pen-dampingan tersebut. Hal tersebut salah satunya disebabkan kurang menyentuhnya semua model pendampingan yang diberikan, dan kurangnya kesadaran anak jalanan untuk merubah perilakunya.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk: (1) mengungkap model pendampingan anak jalanan yang diselenggarakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rumah Impian; dan (2) mengidentifikasi faktor-faktor pen-dukung dan penghambat dalam implemen-tasi model pendampingannya. Sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan masukan dan pembelajaran bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stake-holders) terhadap penanganan masalah anak jalanan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitiannya adalah studi kasus yang bertujuan deskriptif. Pemi-lihan studi kasus karena merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peris-tiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam kehi-dupan nyata (Yin, 2003).

Subjek dalam penelitian ini adalah pendamping, anak jalanan, orang tua anak jalanan, dan pengelola LSM Rumah Impian. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan pene-litian dengan dibantu oleh pedoman obser-vasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Selanjutnya, data yang dipe-roleh dianalisis dengan menggunakan ana-lisis data model interaktif (Miles & Huberman, 1994) yang meliputi reduksi data, display data, dan verifikasi/pengam-bilan kesimpulan. Keabsahan data menggu-nakan teknik triangulasi sumber, triangulasi metode, dan diskusi teman sejawat untuk memperoleh kredibilitas data yang akurat dan obyektif.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegia-tan pendampingan anak jalanan di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rumah Impian

(4)

dilatarbelakangi oleh kondisi dan masalah anak jalanan yang sangat kompleks mulai dari anak jalanan yang tidak diurus oleh orang tuanya, anak jalanan yang putus sekolah dan tidak pernah mengenyam pendidikan, anak jalanan yang mendapatkan kekerasan baik fisik maupun psikis dari sesama anak jalanan maupun orang tuanya, anak jalanan yang melakukan perilaku menyimpang di jalanan dan lain sebagainya. Selain itu, LSM Rumah Impian memiliki concern dan kepedulian terhadap kondisi dan permasalahan anak jalanan tersebut sehingga berkeinginan untuk membantu mengeluarkan anak jalanan dari kehidupan jalanan. Tujuan dari diadakannya kegiatan pendampingan anak jalanan di LSM Rumah Impian antara lain, yaitu; agar anak jalanan dapat keluar dari jalanan dan dapat kembali sekolah, kembali kepada orang tua dan keluarga bagi yang terpisah, dan memfasi-litasi anak jalanan pelatihan keterampilan (kewirausahaan) untuk dapat hidup mandiri. Kegiatan pendampingan anak jala-nan di LSM Rumah Impian adalah pendam-pingan belajar kepada anak jalanan yang masih berusia sekolah, memfasilitasi pen-dampingan kewirausahaan berupa pelatihan keterampilan bagi anak jalanan yang ingin bekerja dan hidup mandiri serta mendam-pingi anak jalanan untuk kembali ke orang tuanya. Hasil yang ingin dicapai dari kegia-tan pendampingan tersebut adalah anak jalanan bisa terhindar dari dampak negatif kehidupan jalanan, dapat kembali sekolah, kembali kepada orang tua dan keluarga bagi yang terpisah atau terputus hubungannya, memiliki ketrampilan untuk hidup mandiri bagi anak jalanan yang ingin bekerja, dan meningkatnya kesadaran anak jalanan dan

orang tua anak jalanan tentang pentingnya pendidikan.

Model pendampingan anak jalanan di LSM Rumah Impian merupakan serang-kaian cara yang digunakan dalam upaya untuk mengeluarkan anak jalanan dari kehi-dupan jalanan, agar anak jalanan dapat kem-bali ke sekolah, kemkem-bali kepada keluarga, dan mandiri. Dari hasil penelitian menun-jukkan bahwa, model pendampingan anak jalanan di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rumah Impian adalah model pen-dampingan partisipatif yaitu dengan turun langsung ke jalan, pendamping menjalin relasi yang sejajar dan setara dengan anak jalanan melalui komunikasi yang intensif, melaksanakan pendampingan belajar, mem-fasilitasi pelatihan keterampilan, dan menga-dakan tindak lanjut dari pendampingan tersebut.

Untuk lebih jelasnya, berikut des-kripsi mengenai model pendampingan anak jalanan di LSM Rumah Impian:

a) Turun Langsung ke Jalan

Pendampingan anak jalanan yang dilakukan oleh LSM Rumah Impian yaitu dengan turun langsung ke jalan ditempat anak jalanan ber-kumpul dan menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan. Alasan turun langsung ke jalan yaitu, agar pendamping lebih mengenal dan memahami kondisi realita anak jalanan, kehidupan kesehariannya, dan karakteristik kebutuhannya secara tepat. Dengan turun langsung ke jalan, pendamping melebur menjadi satu dan menyesuaikan diri (ber-adaptasi) dengan anak jalanan dan ling-kungan anak jalanan tersebut sehingga relasi yang terjalin antara pendamping dengan anak jalanan yaitu relasi yang setara dan sejajar sebagai kakak, sahabat, teman, dan

(5)

sekaligus orang tua yang dibangun melalui komunikasi yang intensif. Selain itu, dengan turun langsung ke jalan, pendamping dapat menjangkau anak jalanan yang belum per-nah mendapat perhatian, bimbingan, pembi-naan, dan dapat melayani anak jalanan di lingkungannya (jalanan).

b) Menjalin Relasi

Dalam kegiatan pendampingan anak jalanan, pendamping menjalin relasi (hubungan) de-ngan anak jalanan dan orang tua anak jala-nan sebagai kakak dan sahabat bagi mereka. Pendamping menempatkan diri sebagai pribadi yang sejajar dan setara dengan anak jalanan tanpa membedakan status sosial yang ada. Pendamping menjalin relasi yang sejajar dan setara dengan anak jalanan seperti dalam penampilan dan pembawaan. Jadi dalam mendampingi anak jalanan, pendamping berpenampilan apa adanya sesuai dengan kondisi dan lingkungan anak jalanan (tidak menampakkan status sosial yang berbeda atau gap) dan pendamping menunjukkan kepribadian yang bersahabat, mau mendengar, dan akomodatif.

Relasi yang terjalin dibangun melalui komunikasi yang intensif dengan anak jalanan untuk mengetahui dan memahami karakter dan kebutuhan masing-masing anak jalanan dengan tepat. Pendamping turun langsung ke jalanan di tempat anak jalanan menghabiskan waktunya untuk “bekerja” dan yang tinggal di jalanan bersama orang tuanya bukan untuk menangkapi atau meng-gurui dan bukan juga sebagai orang yang membagi-bagikan hadiah, tetapi untuk menjalin relasi sebagai kakak dan sahabat yang solider serta peduli terhadap kondisi kehidupan mereka.

Relasi yang diupayakan untuk diba-ngun adalah relasi yang tulus dan setara sebagai sesama manusia tanpa melihat latar belakang agama atau suku/daerah, dan de-ngan mengesampingkan semua stigma yang melekat pada anak jalanan. Upaya mem-bangun relasi ini penting agar anak jalanan maupun orang tua anak jalanan dapat ter-buka sehingga memudahkan dalam kegiatan pendampingan dan memudahkan dalam memasukkan nilai-nilai dan semangat hidup yang positif kepada anak jalanan.

c) Implementasi Pendampingan

Kegiatan pendampingan yang diadakan oleh LSM Rumah Impian lebih fokus kepada pendampingan belajar atau memberikan pe-ngajaran kepada anak jalanan bagi yang masih berusia sekolah. Pendampingan yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran kepada anak jalanan dan orang tua anak jalanan tentang pentingnya pendidikan, se-hingga melalui kegiatan pendampingan be-lajar atau kegiatan pengajaran kesadaran akan pentingnya pendidikan tersebut dapat meningkat dan anak jalanan semangat untuk kembali ke sekolah.

Dalam pelaksanaan pendampingan anak jalanan, pendamping memberikan pen-dampingan belajar kepada anak jalanan yang masih berusia sekolah. Materi pendam-pingan belajar atau pengajaran yang di-berikan disesuaikan dengan kebutuhan anak jalanan yang meliputi belajar membaca, menulis, berhitung (matematika), melukis, permainan, sains, bahasa Indonesia, penge-tahuan tentang zat adiktif, materi tentang menumbuhkan motivasi, serta materi ten-tang nilai-nilai sosial (kemanusiaan) bagi anak jalanan yang putus sekolah sejak Sekolah Dasar (SD) dan yang belum pernah

(6)

mengenyam bangku sekolah agar kesadaran tentang pendidikan meningkat dan semangat belajar untuk kembali atau masuk sekolah lagi. Bagi anak jalanan usia remaja, tidak selalu diberikan materi yang bersifat aka-demis akan tetapi lebih kepada menjalin relasi yang dekat agar mengetahui kebutu-han atau potensinya dan memfasilitasi pela-tihan keterampilan atau skill untuk bekal bekerja dan hidup mandiri. Pelatihan kete-rampilan yang pernah diberikan kepada anak jalanan yang ingin bekerja dan hidup mandiri adalah pelatihan bengkel, las listrik, membuat bingkai foto, komputer, dan tam-bal ban.

Adapun dalam proses pemberian materi pendampingan belajar, pendamping menggunakan metode belajar yang dapat meningkatkan semangat belajar dan keakti-fan anak jalanan dalam mengikuti kegiatan pendampingan belajar. Metode belajar yang digunakan disesuaikan dengan materi pen-dampingan belajar yang diberikan. Metode yang digunakan dalam proses pendampingan belajar yaitu belajar sambil bermain. Jadi anak jalanan tidak terlalu difokuskan pada kegiatan belajarnya tetapi melalui kegiatan bermain materi pendampingan belajar di-integrasikan ke dalam permainan sederhana. Selain itu, praktek langsung, diskusi, dan brainstorming juga digunakan dalam kegia-tan proses pengajarannya.

Peran dari pendamping dalam kegia-tan pendampingan anak jalanan sangat pen-ting dalam mencapai tujuan pendampingan. Pendamping harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan lingkungan tempat anak jalanan. Selain itu, pendamping harus dapat menempatkan diri pada posisi yang sama atau sejajar dengan anak jalanan agar terjalin

interaksi yang baik dan dekat. Pendamping yang datang dalam setiap kegiatan pendam-pingan anak jalanan berjumlah 3-4 orang. Karena jumlah dan minat anak jalanan yang mengikuti kegiatan pendampingan berbeda-beda sehingga dibutuhkan jumlah pendam-ping yang mencukupi agar pendampendam-pingan dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang pe-neliti lakukan, bahwa peran dari pendam-ping dalam melakukan pendampendam-pingan anak jalanan yaitu: (1) Fasilitator, (2) Pengajar, (3) Motivator, dan (3) Komunikator.

Dalam implementasi pendampingan, evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai sudah sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan mengetahui perkembangan dari sebuah proses kegiatan pendampingan. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan pendamping, bahwa dalam kegiatan pendampingan anak jalanan di LSM Rumah Impian, evaluasi pendam-pingannya dilakukan setiap 3 bulan sekali yang dimana evaluasinya meliputi indikator seperti: a) berapa banyak anak jalanan yang aktif mengikuti kegiatan pendampingan dalam 3 bulan, b) berapa anak jalanan yang sudah giat dan memiliki minat tinggi untuk belajar, c) bagaimana hubungan pendamping dengan anak jalanan dan orang tuanya, d) bagaimana perkembangan anak jalanan dalam belajar setelah mengikuti pendam-pingan, dan e) berapa banyak anak jalanan yang bisa mengerjakan soal-soal dalam pendampingan belajar atau pengajaran yang diberikan.

d) Tindak Lanjut

Tindak lanjut merupakan hal yang penting dalam menjaga keberlanjutan sebuah prog-ram pendampingan anak jalanan. Tindak

(7)

lanjut dalam kegiatan pendampingan anak jalanan di LSM Rumah Impian dengan melihat hasil evaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Pendamping melihat dan mema-hami perubahan yang ada pada anak jalanan setelah mengikuti kegiatan pendampingan. Perubahan anak jalanan yang dimaksud yaitu perubahan dalam hal perilaku, minat belajar dan bekerja yang tinggi dari anak jalanan. Tindak lanjut yang dilakukan yaitu mengembalikan anak jalanan ke sekolah dengan memberikan beasiswa pendidikan bagi anak jalanan berusia sekolah yang sungguh-sungguh dan memiliki minat tinggi untuk kembali sekolah. Bagi anak jalanan yang kembali sekolah, dari pihak LSM Rumah Impian menempatkan anak jalanan tersebut di asrama Hope Shelter yaitu semacam asrama untuk anak-anak jalanan yang telah siap untuk meninggalkan jalanan dan kembali ke sekolah namun keluarga mereka tidak sanggup untuk membiayai me-reka. Dalam Hope Shelter ini, anak jalanan di asuh oleh kakak asuh yang bersedia mendampingi, membina, melayani, dan mengontrol anak. Dari pihak LSM Rumah Impian juga masih dalam proses untuk mencarikan anak jalanan orang tua asuh.

Selain itu, bagi anak jalanan yang memiliki kemauan bekerja dan mandiri, dari LSM Rumah Impian akan berusaha mem-fasilitasi dan mendampingi anak jalanan de-ngan program-program pelatihan keteram-pilan yang sesuai dengan potensi dan ke-inginannya. Pendamping akan mendampingi anak jalanan untuk mengikuti pelatihan keterampilan, kursus, atau kegiatan yang lain yang dapat memberikan anak jalanan bekal untuk hidup mandiri agar dapat keluar dari jalanan. Selama ini, pelatihan

keteram-pilan yang telah diberikan atau difasilitasi untuk anak jalanan seperti pelatihan beng-kel, las listrik, membuat bingkai foto, kom-puter, dan tambal ban. Bagi anak jalanan yang ingin kembali kepada orang tuanya, dari LSM Rumah Impian (pendamping) akan berusaha untuk menjadi mediator agar hubungan anak jalanan dengan orang tuanya kembali harmonis.

Sejauh ini, dari 44 anak jalanan yang didampingi hasil yang dicapai dari tindak lanjut pendampingan anak jalanan yang dilakukan oleh LSM Rumah Impian dari kegiatan pendampingan sudah ada 11 anak jalanan yang sudah dikembalikan ke seko-lah, ada 14 anak yang sudah kembali ke orang tuanya dan ada 9 anak yang mengikuti pelatihan keterampilan kerja yang outcome nya mereka bisa hidup mandiri atau sudah ada yang bekerja.

Dalam implementasi pendampingan anak jalanan yang diselenggarakan LSM Rumah Impian terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pelak-sanaan pendampingan anak jalanan. Faktor pendukung dan penghambat tersebut akan berpengaruh terhadap berlangsungnya ke-giatan pendampingan. Dari hasil penga-matan dan wawancara yang yang dilakukan oleh peneliti dengan pendamping dan pengelola LSM Rumah Impian bahwa yang menjadi faktor pendukung dalam pelak-sanaan pendampingan anak jalanan ini antara lain yaitu respon yang positif dari anak jalanan dan orang tua anak jalanan terhadap kegiatan pendampingan. Anak jalanan selalu menyambut dengan baik dan senang kedatangan para pendamping ketika akan mengadakan kegiatan pendampingan, begitu juga dengan orang tua anak jalanan

(8)

yang mendukung kegiatan pendampingan ini. Faktor pendukung lainnya yaitu adanya kemauan anak jalanan untuk mengikuti kegiatan pendampingan, dan semangat yang tinggi dari para pendamping untuk melak-sanakan kegiatan pendampingan. Walaupun dari para pendamping ada yang sudah bekerja di tempat lain dan memiliki kesi-bukan, akan tetapi pendamping selalu me-luangkan waktunya dan semangat untuk mengadakan kegiatan pendampingan karena komitmennya untuk membantu anak jalanan agar keluar dari kehidupan jalanan.

Sedangkan yang menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan kegiatan pendampingan anak jalanan ini antara lain yaitu fasilitas pendampingan yang masih terbatas. Dalam kegiatan pendampingan be-lajar atau pengajaran, fasilitas seperti media belajar masih kurang. Anak jalanan sering bergantian memakai peralatan atau media belajar ketika proses pendampingan ber-langsung seperti ketika anak jalanan ingin berkreasi melalui menggambar atau melukis, menulis, dan sebagianya. Faktor pengham-bat lainnya yaitu lokasi pendampingan yang kurang kondusif karena terletak dipinggir jalan yang banyak kebisingan kendaraan bermotor sehingga kegiatan pendampingan sering tidak maksimal dilakukan serta adanya sebagian anak jalanan yang malas mengikuti kegiatan pendampingan dan mempengaruhi anak jalanan yang lainnya. Biasanya anak jalanan yang malas me-ngikuti kegiatan pendampingan tersebut, mengajak anak jalanan yang lain untuk mengamen dan mengemis di jalan agar mendapat uang.

Pembahasan

Pola pendampingan anak jalanan di LSM Rumah Impian merupakan model atau cara yang digunakan dalam upaya untuk menge-luarkan anak jalanan dari kehidupan jalanan, agar anak jalanan dapat menjalani hidupnya dengan lebih baik sesuai dengan haknya. Kegiatan pendampingan yang dilaksanakan sudah cukup sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan sebuah program pendampingan. Hal ini tidak terlepas dari semangat, komit-men, dan sikap solidaritas yang tinggi dari para pendamping dan pengelola LSM Ru-mah Impian untuk membantu anak jalanan yang merupakan salah satu warga masya-rakat yang termarginalkan agar keluar dari kehidupan jalanan dan dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik.

Konsep dari kegiatan pendampingan adalah suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok, yang lebih berkonotasi menguasai, mengendalikan, dan mengontrol. Kata pendampingan lebih ber-makna pada kebersamaan, kesejajaran, ega-liter, atau kesederajatan kedudukan sehingga tidak ada dikotomi antara atasan dan bawa-han (BPKB Jawa Timur. 2001). Pendam-pingan anak jalanan yang dilakukan oleh LSM Rumah Impian adalah pendampingan belajar dengan model partisipatif.

Pendampingan yang diberikan ke-pada anak jalanan memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan kesadaran anak jalanan akan pentingnya pendidikan agar anak jalanan keluar dari jalanan dan kembali sekolah, mendampingi anak jalanan agar kembali kepada orang tuanya, dan mem-fasilitasi pelatihan keterampilan agar dapat bekerja dan hidup mandiri. Walaupun

(9)

ciri-ciri anak jalanan yang menjadi sasaran kegiatan pendampingan ini berbeda, akan tetapi dalam pelaksanaan pendampingannya menggunakan cara yang sama antara ciri anak jalanan yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya, yang berhubungan secara tidak teratur dengan orang tuanya, dan yang masih tinggal dengan orang tuanya.

Kegiatan pendampingan anak jalanan yang dilakukan oleh LSM Rumah Impian ini, memiliki cara atau model pena-nganan yang berbeda pada kegiatan pen-dampingan anak jalanan umumnya. Pen-dampingan anak jalanan dilakukan dengan terus meningkatkan dan membangun relasi yaitu kedekatan, kesejajaran, kebersamaan dengan anak jalanan sebagai kakak dan sahabat yang solider yang perduli terhadap permasalahan anak jalanan. Upaya mem-bangun relasi ini sangat penting, agar anak jalanan dapat terbuka sehingga pendamping disini dapat mengetahui dan memahami dengan jelas dan utuh akar permasalahan dari anak jalanan tersebut. Berbeda dengan cara atau model penanganan anak jalanan yang dilakukan oleh pemerintah, yang mana dilakukan dengan cara seperti razia anjal, pendataan kemudian di tempatkan di sebuah panti atau wadah lainnya, diberikan hal-hal yang bersifat praktis akan tetapi sering tidak relevan dengan kebutuhan dan akar per-masalahan anak jalanan, dan kegiatan pen-dampingannya kurang menyentuh pada aspek psikis anak jalanan dalam hal ini yaitu menumbuhkan sikap mental, perilaku yang positif, dan pola pikir anak jalanan.

Model pendampingan anak jalanan dengan pola partisipatif merupakan salah satu upaya penanganan anak jalanan yang

dapat mangatasi masalah anak jalanan yang kompleks ini. Dengan pendamping turun langsung ke jalan, melebur menjadi satu dengan anak jalanan, menyesuaikan diri dengan kondisi anak jalanan, sehingga dengan kondisi ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan kesadaran anak jalanan untuk terbuka dan merasa nyaman karena pendamping memposisikan dirinya menjadi pribadi yang sejajar dan setara dengan anak jalanan sebagai kakak, sahabat, sekaligus orang tua anak jalanan. Dengan sikap yang terbuka dari anak jalanan, sehingga pendam-ping dalam hal ini yang berperan mendam-pingi anak jalanan dapat mengidentifikasi akar permasalahan dari anak jalanan dan dapat menemukan solusi atau tindak lanjut dari kegiatan pendampingan yang tepat untuk mengeluarkan anak jalanan tersebut dari kehidupan jalanan.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Model pendampingan anak jalanan di LSM Rumah Impian menggunakan model partisipatif dengan pendamping turun langsung ke jalan, menjalin relasi dengan anak jalanan dan orang tuanya, melaksanakan pendampingan belajar dan pelatihan keterampilan (vokasio-nal), serta mengadakan tindak lanjut dengan memberikan beasiswa kepada anak jalanan untuk sekolah, mengem-balikan ke orang tuanya bagi yang terpisah, dan memfasilitasi pelatihan keterampilan bagi anak jalanan yang memiliki bakat atau minat tinggi untuk mandiri (bekerja).

(10)

2. Faktor pendukung dalam implementasi model pendampingan anak jalanan yaitu: (a) respon yang positif dari anak jalanan dan orang tua anak jalanan terhadap kegiatan pendampingan, (b) adanya kemauan dari anak jalanan untuk mengikuti kegiatan pendam-pingan, dan (c) semangat yang tinggi dari pendamping untuk melaksanakan kegiatan pendampingan, sedangkan fak-tor penghambatnya, yaitu: (a) fasilitas pendampingan yang masih terbatas, (b) lokasi pendampingan yang kurang kondusif, dan (c) sikap malas dari sebagian anak jalanan.

Saran

Bagi pengelola LSM Rumah Impian dan stakeholders: (a) perlu mengembangkan dan meningkatkan variasi program pendam-pingan agar anak jalanan lebih semangat mengikuti kegiatan pendampingan; (b) perlu ditingkatkan lagi fasilitas kegiatan pen-dampingan agar dapat dilaksanakan secara optimal; (c) perlu adanya program pelatihan bagi pendamping untuk meningkatkan kapa-sitasnya dalam mengadakan kegiatan pen-dampingan anak jalanan; dan (d) mengem-bangkan kemitraan strategis dengan satuan

PLS, instansi pemerintah, maupun lembaga swasta lainnya yang terkait sehingga penanganan masalah anak jalanan dapat efektif dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka

BPKB Jawa Timur. (2001). Modul Pendampingan. Surabaya.

Mankoesapoetra, Arief Achmad. (2005). Pemberdayaan Anak Jalanan. http://re-searchengines.com/0805ar ief5.html

Miles, M.B., and Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis (2nd ed.). London: SAGE Pablication. W. Nurhadjatmo. (2004). Seksualitas Anak

Jalanan. Yogyakarta: Pusat Pene-litian Kependudukan. Universitas Gadjah Mada.

Yayu. Dwi. S.H. (2007). ”Partisipasi Masyarakat Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta.” Lapo-ran Penelitian. FIP UNY.

Yin, Robert K. (2003). Case Study Re-search: Design and Methods: Third Edition. Newbury Park, CA: Sage

Referensi

Dokumen terkait

Kosakata merupakan salah satu unsur yang paling mendasar kita mempelajari bahasa asing, Kosakata adalah salah satu komponen dasar yang sangat penting dalam

Berdasarkan observasi dan wawancara di atas dapat penulis ambil pemahaman bahwa di antara aktivitas latihan dalam proses pembelajaran bidang studi Quran Hadis di MAN

Salah satu media pembelajaran yang bisa dimanfaat adalah aplikasi Videoscribe dan aplikasi pemodelan 3 dimensi.Videoscribe adalah aplikasi untuk membuat media

Segala puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidyah-Nya yang telah dilimpahkan dan dikaruniakan kepada penulis sehingga dapat menuangkan sebuah

Pemrograman Web : HTML & JavaScript/Sarwati Rahayu, ST., MMSI 8 Pada gambar 13.6 di atas, jika tombol on diklik maka jendela browser akan menampilkan jendela alert seperti

Hasil uji fitokimia dan anlisis kromatografi lapis tipis terhadap ekstrak metanol, menunjukkan bahwa biji mangga Arum manis mengandung senyawa fenolik, flavonoid dan

Dalam mempelajari senyawa antimalaria baru, telah dilakukan penelitian menggunakan etil p-metoksi sinamat dari rimpang Kaempferia galanga yang diuji aktivitasnya

Pelatihan Self Regulation phase Forethought yang diharapkan oleh Bank Swasta “X” adalah tidak sekedar calon Relationship Officer (RO) mampu mempersiapkan kegiatan