• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR PEMIKIRAN. 2.1 Jurnalistik Televisi dan Kriteria Dokumenter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DASAR PEMIKIRAN. 2.1 Jurnalistik Televisi dan Kriteria Dokumenter"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR PEMIKIRAN

2.1 Jurnalistik Televisi dan Kriteria Dokumenter

Seiring berkembangnya ilmu komunikasi, maka definisi jurnalistik makin berkembang. Tetapi akar definisi jurnalistik yang perlu kita catat diantaranya adalah yang dikemukakan Adinegoro, seorang tokoh pers yang menjadi ikon di kalangan para wartawan.

Menurut Adinegoro, jurnalistik adalah kepandaian mengarang untuk memberi pekabaran kepada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Sementara itu definisi menurut ilmu komunikasi adalah suatu bentuk komunikasi yang menyiarkan berita atau ulasan berita tentang peristiwa sehari-hari yang umum dan actual dengan secepat-cepatnya.8 “Jurnalistik adalah proses penulisan dan penyebaran luasan informasi berupa berita, feature, dan opini media massa“.9

Di dalam Dokumenter sendiri terdapat nilai-nilai jurnalistik, Gerzon R. Ayawaila menyebutkan ada empat kreteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film nonfiksi:10

1. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian yang sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi.

8Askurifai Baskin, Jurnalistik Televisi Teori Dan Praktik, Simbiosa Rektama Media, 2006. Hal. 47.

9Ibid. Hal. 50.

(2)

2. Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita).

3. Sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.

4. Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.

Secara Historis, kegiatan jurnalitik muncul pertama kali ketika masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM), kaisar romawi yang termasyhur, dibuat pengumuman setiap hari tentang kegiatan-kegiatan senat. Pengumuman yang ditempel pada papan pengumuman tersebut dinamakan Acta Diurna.

Secara Etimologis (asal kata, kata jurnalistik berasal dari kata diurna (bahasa latin) yang artinya tiap hari. Dalam bahasa perancis adalah journ (catatan atau laporan harian), dalam bahasa Belanda adalah Jurnalistiek, dalam bahasa inggris Journalism (catatan peristiwa harian).

Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang, yakni sebagai proses, teknik, dan ilmu. Sebagai proses, jurnalistik adalah aktivitas mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan atau jurnalis.

Sebagai teknik, jurnalistik adalah keahlian atau keterampilan membuat karya jurnalistik termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan pemberitaan seperti peliputan peristiwa atau reportase dan wancara.

(3)

Sebagai ilmu, jurnalistik adalah bidang kajain mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta dinamika masyarakat itu sendiri.

Selain itu, jurnalistik dalam dunia ilmu pengetahuan modern berkaitan dengan teori, metode, sistematika, objek studi, dan penelitian.11

Tugas dan fungsi Jurnalistik / pers adalah mewujudkan keinginan ini melalui medianya baik media cetak maupun media elektronik seperti radio, televisi dan internet. Tetapi, tugas dan fungsi pers yang bertanggung jawab tidaklah sekedar itu, melainkan lebih dalam lagi yaitu mengamankan hak-hak warga negara dalam kehidupan bernegaranya.

1. Fungsi informatif, yaitu memberikan informasi atau berita, kepada khalayak ramai dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna bagi orang banyak dan kemudian menuliskannya dalam kata-kata. Pers juga mungkin mengingatkan orang banyak tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, seperti prakiraan cuaca.

2. Fungsi kontrol, pers yang bertanggungjawab adalah yang masuk ke balik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah atau perusahaan. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan tidak berjalan baik.

11 Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, Erlangga, 2011. Hal. 1.

(4)

3. Fungsi interpretatif dan directif, yaitu memberikan interpretatif dan bimbingan. Pers harus menceritakan kepada masyarakat tentang arti suatu kejadian. Kadang-kadang pers juga menganjurkan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat.

4. Fungsi menghibur, yaitu menuturkan kisah-kisah dunia dengan

hidup dan menarik. Mereke meyajikan humor dan drama serta musik. Mereka menceritakan kisa lucu untuk diketahui meskipun kisah itu tidak terlalu penting.

5. Fungsi regeneratif, yaitu menceritakan bagaimana sesuatu itu dilakukan di masa lampau, bagaimana dunia ini dijalankan sekarang bagaimana sesuatu itu diselesaikan, dan apa yang dianggap dunia itu benar atau salah.

6. Fungsi pengawalan hak-hak warga negara, yaitu mengamankan

dan mengawal hak-hak pribadi. Demikian pula halnya, bila ada massa rakyat berdemonstrasi, pers harus menjaga baik-baik jangan sampai terjadi tirani golongan mayoritas itu menguasai dan menekan golongan minoritas.

7. Fungsi ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Tanpa radio, televisi, dan surat kabar maka beratlah untuk dapat mengembangkan perekonomian sepesat seperti sekrang ini.

8. Fungsi swadaya, yaitu bahwa pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan

(5)

dirinya dari pengaruh-pengaruh serta tekanan-tekanan dalam bidang keuangan. Bila media berada dibawah tekanan soal keuangan, maka sama halnya dengan menempatkan diri dibawah kehendak siapa saja yang mampu membayarnya sebagai balas jasa.12

Selain itu, jurnalistik termasuk bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.

2.1.1 Lingkup Jurnalistik

Jurnalistik termasuk ilmu komunikasi Praktika, Karena ilmu jurnalistik mempelajari penerapan dari pengertian-pengertian ilmu komunikasi teoritika dalam kehidupan manusia. Sebagai sebuah ilmu, jurnalistik mempelajari cara penyampaian pesan dengan menggunakan media massa periodik. Pengertian periodik di sini adalah teratur dalam menerbitkan atau menyiarkan pesan (berita atau informasi). Misalnya harian (koran, radio, televisi, dll) mingguan (tabloid, majalah) dan seterusnya. Di dalam ilmu komunikasi, kita mengenal antara lain teori kultivasi. Severin dan Tankard mengemukakan “teori kultivasi untuk menjelaskan dampak menyaksikan televisi pada persepsi, sikap dan nilai-nilai orang13.” Menurut

12

Hikmat Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, PT. Remaja Rosdakarya, bandung, 2012. Hal. 27-29.

13

Werner J. Severin dan Tankard, James W. (2007). Teori Komunikasi Sejarah, Metode dan Terapan di Media Massa.Edisi Lima. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 391.

(6)

Rohim,”Cultivation berarti penguatan, pengembangan, penanaman atau preratan. Maksudnya bahwa terpaan media khususnya televisi, mampu memperkuat perepsi khalayak terhadap realitas sosial. Artinya semakin lama dia hidup dalam dunia televisi, maka seseorang menganggap bahwa realitas sosial sama dengan yang digambarkan televisi.14

Sementara itu dalam kaitan dengan kegiatan jurnalistik sendiri dikenal teori-teori dalam tradisi gatekeeping, yang berasal dari karya Lewin (1947) yang diterapkan dalam berbagai situasi komunikasi, termasuk berita. Kegiatan gatekeeping tentunya bergantung pada jenis medianya. Berdasarkan media massa yang digunakan untuk menyalurkan kegiatan jurnalistik, maka dikenal jurnalistik cetak, jurnalistik radio, jurnalistik TV, jurnalistik online (flash journalism, multimedia journalism, backpack

journalism).

Karena perbedaan sifatnya, menurut Morrisan (2008, hal. 4), muncullah jurnalistik cetak, jurnalistik radio dan juga jurnalistik televisi, namun semuanya tetap tunduk pada ilmu induknya yaitu ilmu komunikasi. Adapun perbedaan antara televisi, radio dan cetak yang dimaksud Morrisan adalah sebagai berikut.

14 Syaiful Rohim (2009). Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan

(7)

Tabel 2.1

Perbedaan Antara Televisi, Radio, dan Media Cetak

Penguasaan Televisi Radio Surat Kabar

Waktu (isinya dapat Tidak menguasai Tidak menguasai Menguasai waktu

dilihat kembali waktu waktu

2.2 Film Dokumenter

Definisi dari film dokumenter adalah suatu jenis film yang mengangkat tentang sebuah subjek dengan latar belakang permasalahan yang nyata. Maka dari itu setiap gambar yang kita ambil dalam membuat film dokumenter harus sesuai dengan fakta yang ada. Film dokumenter biasanya dibuat untuk mengangkat sebuah fenomena yang ada pada sebuah subjek yang ingin diangkat, kemudian dikemas secara informatif sehingga menarik untuk disaksikan. Dalam pembuatannya, film dokumenter berisikan tentang permasalahan – permasalahan yang kemudian akan dibahas menjadi poin – poin penting lau akan disampaikan secara ringan sehingga garis besar yang ada dalam film tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Keistimewaan sebuah film dalam media komunikasi massa sangat efektif karena dapat memberikan dampak yang

(8)

emosional kepada masyarakat. Hal – hal yang menyebabkan film menjadi sebuah media komunikasi massa yang efektif karena:15

1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat kepada masyarakat.

2. Film dapat memberikan ilustrasi visual secara langsung. 3. Film dapat berkomunikasi dengan penonton tanpa batas. 4. Film dapat memotivasi untuk membuat perubahan.

5. Film sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan pengalaman yang ada dalam gambar

Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar.

Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial ini membuat para ahli berpendapat bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Film dapat memberi dampak pada setiap penontonnya, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Melalui pesan yang terkandung di dalamnya, film mampu memberi pengaruh bahkan mengubah dan membentuk

(9)

karakter penontonnya. Paul Rotha mengatakan, film documenter adalah mengombinasikan seni pembuatan film, seni produksi, dan penulisan jurnalistik.16

Menurut Heru Efendi dalam bukunya yang berjudul “Mari Membuat Film (Panduan Menjadi Produser)“ menjelaskan bahwa istilah “Dokumenter” sendiri pertama kali digunakan dalam film karya Lumiere bersaudara. Film tersebut mengisahkan tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sektar tahun 1980-an. Lalu pada tiga puluh enam tahun kemudian istilah ini kembalu digunakan oleh pembuat dan kritikus film asal Inggris Jhon Grieson untuk film Moana (1926) karya Flaherty. Kemudian Grieson berpendapat bahwa film dokumenter adalah sebuah cara kreatif untuk mempresentasikan realitas. Intinya. Film dokumenter tetap berpijak pada hal – hal yang senyata mungkin. Lalu seiring dengan perkembangannya muncullah berbagai aliran film dokumenter. Tujuan dibuatanya sebuah film dokumenter adalah untuk mengangkat kembali fakta - fakta yang terjadi pada masyarakat, agar dapat teringat kembali serta merangsang masyarakat untuk dapat melakukan aksi ataupun reaksi terhadap suatu permasalahan yang ada. Di dalam sebuah video dokumenter terdapat dua unsur yang biasa digunakan yaitu unsur visual dan unsur verbal.17

16Paul Rotha, Shinclair Road, and Richard Graffith, 1949, Documentary Film, hlm. 70. New York: Communications Arts Books

(10)

2.2.1 Unsur Visual

Sebuah gambar yang diambil berdasarkan peristiwa tertentu. Unsur – unsur visual itu terdiri dari:

1. Observasionalisme reaktif, sesuai dengan maknanya yaitu malakukan tinjauan untuk mengingatkan kembali. Karena dalam pembuatan film dokumenter harus sesuai dengan bahan yang diambil dari subyek yang di filmkan. Hal ini berhubungan dengan ketepatan pengamatan oleh pengarah kamera atau sutradara.

2. Observasionalisme proaktif, yaitu melakukan tinjauan yang bertujuan

untuk pembuatan film dokumenter dengan cara memilih film secara khusus sehubungan dengan pengamatan sebelumnya oleh pengarah kamera atau sutradara.

3. Mode ilustratif, yaitu pendekatan dalam film dokumenter yang

berusaha menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan narator.

4. Mode asosiatif, yaitu pendekatan dalam film dokumenter yang berusaha menggunakan potongan – potongan gambar dengan berbagai cara.

(11)

2.2.2 Unsur Verbal

1. Overheard exchange, yaitu rekaman pembicaraan antara dua sumber atau lebih yang terkesan direkam secara langsung tanpa adanya rekayasa.

2. Kesaksian, yaitu rekaman pengamatan, pendapat atau informasi yang dingkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar, dan sumber lain yang berhubungan dengan subyek dokumenter.

3. Eksposisi, yaitu penggunaan voice over atau orang yang berhadapan langsung dengan kamera.

2.3 Genre / Jenis Film Dokumenter

Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam bidang seni – budaya seperti music, film, serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah dari waktu ke waktu. Pada kenyataannya bahwa setiap genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada faktor–faktor budaya.

Dalam film, terutama dalam film cerita, banyak sekali genre yang sudah dikenal oleh masyarakat seperti melodrama, western, gangster, horror, science fiction (sci – fi), komedi, action, perang, detektif. Namun dalam perjalanannya genre film tersebut sering dicampur satu sama lain (mix ganre) seperti horror– komedi, comedy-western, dan horror-sciennce fiction. Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam bagian dirinya yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan sub genre, contohnya genre dalam genre komedi dikenal sub – genre.

(12)

Demikian pula dalam film dokumenter, mencuplik dari buku yang berjudul Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi, Gerzon R. Ayawaila membagi genre menjadi 12 jenis :18

1. Laporan perjalanan. Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film.

2. Sejarah. Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental dengan aspek referential meaning (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. Pemakaian dokumenter sejarah ini tidak diketahui secara akurat sejak kapan digunakan, namun pada tahun 1930-an Rezim Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-filmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter. Pada masa sekarang, film sejarah sudah banyak diproduksi karena terutama karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Tingkat pekerjaan masyarakat yang tinggi sangat membatasi mereka untuk mendalami

18

Andy Fachruddin, Dasar – Dasar Produksi Televisi, Kencana Prenada Media Group, 2012, Hal. 322.

(13)

pengetahuan tentang sejarah, hal inilah yang ditangkap oleh stasiun televisi untuk memproduksi film-film sejarah.

3. Potret/Biografi. Jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Sosok yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia atau masyarakat tertentu atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya, antara lain:

a. Potret, yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa–peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh.

b. Biografi, yaitu film yang mengupas secara kronologis dari awal tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh pembuat filmnya.

c. Profil, yaitu sebuah sub-genre yang memiliki banyak kesamaan dengan dua jenis film di atas namun memiliki perbedaan terutama karena adanya unsur pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut. Pembagian sequence-nya hampir tidak pernah membahas secara kronologis dan walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat ia berkiprah, biasanya tidak pernah

(14)

mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja. Profil umumnya lebih banyak membahas aspek-aspek „positif‟ tokoh seperti keberhasilan ataupun kebaikan yang dilakukan.

4. Nostalgia, yaitu jenis film yang cukup dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian-kejadian yang dialami seseorang atau suatu kelompok.

5. Rekonstruksi, yaitu jenis dokumenter yang mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikan suatu peristiwa kepada penonton sehingga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang memungkinkan untuk direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya. Dalam membuat rekonstruksi, bisa dilakukan dengan shoot live action atau bisa juga dibantu dengan animasi.

6. Investigasi, yaitu jenis dokumenter yang merupakan kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visual yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak. Misalnya: korupsi dalam penanganan bencana, jaringan kartel atau mafia di sebuah negara, tabir dibalik sebuah peristiwa pembunuhan, ketenaran instan sebuah band dan sebagainya. Peristiwa seperti itu ada yang sudah terpublikasikan dan ada pula yang belum, namun seperti apa persisnya bisa jadi tidak banyak

(15)

orang yang mengetahui. Terkadang, dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa. Bahkan, dalam beberapa film aspek rekonstruksi digunakan untuk menggambarkan dugaan-dugaan para subjek di dalamnya.

7. Perbandingan dan Kontradiksi, yaitu sebuah dokumenter yang mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu. 8. Ilmu Pengetahuan, yaitu genre film dokumenter yang menekankan pada

aspek pendidikan dan pengetahuan.

9. Buku Harian/Diary. Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber-genre ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain.

10. Musik, merupakan salah satu genre musik dokumenter yang sangat banyak diproduksi. Salah satu awalnya muncul ketika Donn Alan Pannebaker membuat film-film yang sebenarnya hanya mendokumentasikan pertunjukkan musik.

11. Association Picture Story, yaitu jenis dokumenter yang dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar–gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka.

12. Dokudrama, yaitu salah satu dari jenis dokumenter yang merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain

(16)

peristiwanya, hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk direkonstruksi.

2.4 Peran Kameraman

Setiap kegiatan yang dilakukan melalui tahapan dan proses plaksanaan yang sudah ditentukan (standart operation procedur), sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan prosedur pengoprasiannya. Demikian juga halnya dengan kegiatan pengambilan gambar (kameramen). Pemilihan gambar tidak dapat dilakukan secara acak, tetapi merupakan pemilihan yang telah diperhitungkan segala kemungkinannya, keindahannya dan ruang seni yang diciptakannya.19

Pada stasiun televisi profesi yang bertugas melakukan pengambilan gambar adalah kameramen. Tugas Utama seorang kameramen adalah memvisualkan penafsiran atau visi sutradara akan skenario, kameramen harus busa menampilkan mood visual yang diinginkan oleh sutradara.20

2.4.1 Pra Produksi

Dalam pembuatan sebuah film, seorang kameramen harus dilibatkan sejak pembuatan ide awal sehingga dapat mengikuti perkembangan konsep skenario yang diinginkan sang sutradara. Bagi seorang kameramen, skenario diperlukan untuk mengetahui tingkat kesulitan dilapangan.21 Kesiapan alat juga harus diperhatikan seorang kameramen.

19

Andi Fachrudin, Dasar-Dasar Produksi Televisi, Kencana Prenada Media Group, 2012. Hal. 148

20

Tino Saroengallo, Dongen Sebuah Produksi Film, PT. Intisari Mediatama, Jakarta, 2008. Hal 103

21

(17)

Biasanya seorang kameramen menyiapkan peralatannya sesuai dengan kebutuhan gambar yang diinginkan sutradara.

2.4.2 Produksi

Pada tahapan produksi penulis sebagai kameramen memiliki tugas melakukan pengambilan gambar sesuai dengan naskah yang dibuat oleh sutradara. Kameramen dokumenter haruslah seorang individu yang dinamis, aktif, serta mampu bergerak cepat mengikuti subjek dan momen spontan yang berganti ganti.22

Dalam produksi kameramen dokumenter dituntut mampu merekam gambar dalam kondisi dan posisi kamera yang bagaimana pun sulitnya. Kameramen profesional dan terkenal dalam film fiksi belum menjadi jaminan memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk pembuatan film dokumenter.23

Saat produksi dokumenter kameramen harus memperhatikan semuanya tentang gambar. Pemilihan gambar tidak dapat dilakukan secara acak, tetapi merupakan pemilihan yang telah diperhitungkan segala kemungkinannya, keindahan, dan ruang seni yang diciptakan.24

22Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi, Jakarta, 2008. Hal. 120. 23

Ibid

24

Andi Fachrudin, Dasar-Dasar Produksi Televisi, Kencana Prenada Media Group, 2012. Hal.

(18)

2.4.3 Pasca Produksi

Pada tahapan pasca produksi penulis sebagai kameramen memberikan semua stok shoot hasil produksi kepada editor untuk kemudian dilakukan penyuntingan gambar oleh editor sesuai dengan naskah yang telah dibuat sutradara. Desi K Bognar dalam Naratama mengatakan shoot adalah “the single continous take by the camera in one

set up” dengan kata lain, shoot merupakan bagian dari rangkaian gambar

yang begitu panjang, yang hanya direkam dengan satu take saja.25

25

Andi Fachrudin, Dasar-Dasar Produksi Televisi, Kencana Prenada Media Group, 2012. Hal. 148

Referensi

Dokumen terkait

Dosen menyimpulkan materi yang telah disampaikan dilanjutkan pertanyaan tentang materi yang disampaikan dan memberi tugas pembuatan makalah aplikasi sensor tekanan Menyimak dan

Bapak Teguh Baroto, ST.MT selaku dosen penguji laporan skripsi saya, terimakasih bapak, atas saran, ilmu, semangat serta nasehat yang telah bapak berikan, izinkan

Untuk Kantor Akuntan Publik bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja auditor yang sangat dipengaruhi oleh kompetensi, independensi mental attitude dari para auditor

(2) Dalam melaksanakan kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Reje dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan, alat dan bahan, proses pembuatan, dan motif hias yang terdapat pada seni kerajinan tempurung kelapa

Karya ilmiah dengan judul Persentase Bobot Karkas, Organ Dalam, dan Lemak Abdomen Broiler yang Diberi Imbuhan Tepung Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees ) ini

pokok) pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjual kembali pada saat harganya lebih mahal. 7) Taghrir, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik

Tidak ada hubungan tingkat stres dengan konsumsi makan, konsumsi makan yang dilihat dari asupan energi (p = 0,669), asupan protein (p = 0,445), asupan lemak (p = 0,691)