• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENI KERAJINAN TEMPURUNG KELAPA DI DESA TAMPAKSIRING, KECAMATAN TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SENI KERAJINAN TEMPURUNG KELAPA DI DESA TAMPAKSIRING, KECAMATAN TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SENI KERAJINAN TEMPURUNG KELAPA

DI DESA TAMPAKSIRING,

KECAMATAN TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR

Putu Eka Juniarta, Agus Sudarmawan, Mursal

Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {

juniarta_e@yahoo.co.id

,

agussudarmawan59@yahoo.co.id

,

buyungmursal@gmail.com},

@undiksha.ac.id

Abstrak

Tempurung kelapa merupakan kulit buah kelapa yang mempunyai tekstur keras, berwarna coklat apabila buahnya sudah tua, dan berwarna putih ketika masih muda. Pada umumnya tempurung kelapa pada kehidupan sehari-hari digunakan sebagai bahan bakar atau arang. Namun di desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, tempurung kelapa justru dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat suatu kerajinan yang memiliki nilai estetis. Artikel ini mengulas tentang, keberadaan, alat, bahan, proses pembuatan, dan motif hias yang terdapat pada seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Tujuannya adalah memberikan informasi tentang keberadaan seni kerajinan tempurung kelapa sampai dengan pengolahannya menjadi benda seni. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, pendokumentasian dan kepustakaan. Hasil temuan peneliti yaitu keberadaan seni kerajinan tempurung kelapa dari tahun 1950 dan mulai berkembang pada tahun 1997 sampai sekarang. Alat utama pembuatan meliputi mesin foredom, kapak, golok, pisau, dan amplas. Bahan utama yaitu tempurung kelapa. Proses pembuatan dimulai dari mengupas kulit buah kelapa hingga finising. Motif hias yang diterapkan pada seni kerajinan tempurung kelapa ini berupa motif hias geometris dan motif hias non geometris.

Kata kunci: Alat, Bahan, Tempurung kelapa.

Coconut shell was the skin of coconut fruit which had a hard texture, dark brown when the fruit’s old, and white when it’s younger. Coconut shell generally in the life were used as fuel or charcoal. But in the Tampaksiring Village, Gianyar Regency, precisely coconut shell used as raw materials to make a craft that has aesthetic value. This article reviewed about the existence, tools, materials, manufacturing process, and decorative motifs found in coconut shell craft Tampaksiring Village, Gianyar Regency. The purpose was to provide information about the presence of coconut shell craft to become art processing. The method was a descriptive study with qualitative and the data collection techniques used observation, interviews, documentation and literature. The result of the research was that the presence of coconut shell craft from 1950 and began to flourish in 1997 to present. The main tool manufacture were Foredom machines, axes, machetes, knives, and sandpaper. The main ingredient was coconut shell. The process began from manufacture of skin coconuts peeling until finishing. Decorative motifs that applied to the coconut shell craft arts such as decorative motifs inlaid geometric and non- geometric motifs.

(2)

PENDAHULUAN

Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa sepanjang perjalanan hidup manusia tidak dapat melepaskan diri dari keterlibatan terhadap seni. Sejarah telah banyak membuktikan bahwa seni selalu seiring dengan perjalanan peradaban manusia, apalagi dalam kehidupan modern seperti sekarang ini. Fungsi seni terasa lebih kuat dan berperan sekali dalam kehidupan sehari-hari. Benda-benda yang diciptakan manusia difungsikan sebagai alat-alat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dimulai dari benda yang kecil seperti sendok, alat makan, gelas minuman, dan rumah mewah semuanya itu diciptakan dengan melibatkan atau mempergunakan pertimbangan-pertimbangan seni. (Budiman Darmawan, 1988 : 30)

Kebutuhan terasa semakin meningkat karena adanya pertumbuhan penduduk yang semakin berkembang dan peradaban yang semakin maju, maka timbul pikiran-pikiran untuk mencari bahan-bahan yang bisa diolah menjadi kerajinan. Dalam menciptakan kerajinan yang dapat dipasarkan, manusia harus pintar-pintar memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimagsud adalah segala benda yang ada di muka bumi ini baik berupa benda mati maupun makhluk hidup yang terdapat di suatu tempat. (Sans S. Hutabrata, 1978 : 10)

Salah satu provinsi di Indonesia yang benyak menghasilkan kerajinan adalah provinsi Bali, secara geografis pulau Bali merupakan sebuah pulau yang terletak di antara pulau Jawa dan Lombok. Pulau Bali memiliki luas wilayah yang relatif kecil. Pulau Bali terdiri dari delapan kabupaten dan satu kota madya yaitu, Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung, Buleleng, Karangasem dan Denpasar. Bali merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki begitu banyak kekayaan kesenirupaan. Di Bali, dunia kesenirupaan tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat mulai dari seni rupa tradisi, modern, hingga seni kontemporer, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dari setiap kabupaten tersebut mempunyai keunikan-keunikan dan ciri

khas tersendiri baik dalam bidang budaya maupun tradisinya.

Gianyar merupakan nama sebuah Kabupaten yang ada di Bali. Letaknya bersebelahan dengan Kabupaten Bangli di sisi utara, Kabupaten Klungkung di sisi timur. Sedangkan di bagian selatan Kabupaten Gianyar berbatasan dengan kota Denpasar dan di bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Badung.

Gianyar sebagai kota seni yang sebagian besar masyarakatnya berkecimpung di bidang seni, maka dari itu banyak kerajinan - kerajinan seni yang dihasilkan dan berbagai jenis, diantaranya ada kerajinan patung, lukisan, keramik, logam, kriya kayu, kriya logam, dan masih banyak lagi. Banyak masyarakat setempat menggunakan bahan-bahan alam sebagai bahan baku kerajinan, seperti batu paras sungai sebagai patung, kayu sebagai hiasan dinding dan sebagainya.

Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar yang terletak di sebelah utara Kabupaten Gianyar memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat produktif, disamping itu sumber daya alamnya pun sangat menjanjikan untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Salah satu sumber daya alam yang banyak terdapat di Desa Tampaksiring adalah pohon kelapa. Masyarakat Tampaksiring biasa memanfaatkan pohon kelapa sebagai bahan pangan dan bangunan, mulai dari daun hingga akarnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat. Masyarakat di desa ini juga biasa mengolah buah kelapa sebagai minyak atau makanan yang berfariasi, sedangkan serabut dan tempurung kelapanya biasa dimanfaatkan sebagai arang atau bahan bakar pengganti kayu. Namun disamping itu ada sebagian masyarakat di Desa Tampaksiring yang melihat dan memanfaatkan tempurung kelapa tidak hanya sebagai arang atau bahan bakar pengganti kayu. Dimata sebagian masyarakat Desa Tampaksiring tempurung kelapa yang didapat justru diolah sebagai bahan kerajinan yang bernilai tinggi. Hasil kerajinan ini dapat berupa souvenir - sovenir cantik dan hiasan lampu yang menarik.

(3)

Pengertian tempurung kelapa dalam buku Tanaman Kelapa, menyebutkan bahwa tempurung merupakan lapisan yang keras dengan ketebalan 3 – 5 mm. Sifat kerasnya disebabkan oleh banyaknya kandungan silikat (SiO2) di

tempurung tersebut. Selain itu tempurung juga mengandung lignin, sedangkan kandungan methoxyl dalam tempurung hampir sama dengan yang terdapat dalam kayu. Namun jumlah kandungan dalam unsur-unsur itu berfariasi tergantung lingkungan tumbuhnya (Rony Palungkun, 1983 : 79).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar mengenai seni kerajinan tempurung kelapa di desa tersebut karena Kerajinan tempurung kelapa yang terdapat di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar ini berbeda dengan kerajinan tempurung kelapa yang terdapat di tempat lain, yang hanya mengolah tempurung kelapa dengan cara menghaluskan dan memotong-motong tempurung kelapa menjadi bentuk-bentuk tertentu tanpa ada sentuhan nilai estetis seni rupanya secara lebih dalam, sehingga produk – produk barang yang dihasilkan terkesan monotun dan biasa – biasa saja. Namun berbeda halnya dengan kerajinan tempurung kelapa yang terdapat di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Disini tempurung kelapa yang diperoleh di olah dengan cara di ukir dengan alat khusus (Mesin foredom) dengan motif – motif hias yang beragam. Produk yang dihasilkan berupa, kap lampu, tempat lilin, tusuk konde, suvenir-suvenir kecil dan sebagainya. Dalam penelitian ini penulis mengangkat judul “ Seni Kerajinan Tempurung Kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar".

Berkaitan dengan hal tersebut, timbullah permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai keberadaan, alat dan bahan, proses pembuatan, dan motif hias yang terdapat pada seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring,

Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan, alat dan bahan, proses pembuatan, dan motif hias yang terdapat pada seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.

Tentunya, penelitian ini sangat bermanfaat sebagai informasi atau digunakan sebagai kajian pustaka kepada masyarakat umum tentang seni kerajinan tempurung kelapa yang terdapat di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini metode yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, metode deskriptif yaitu penelitian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta – fakta dari seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis domain yang bertujuan untuk memperoleh gambaran atau pengertian umum, relatif, dan menyeluruh. dan analisis taksonomi untuk mengolah data secara lebih lanjut, lebih rinci, dan mendalam.

Subjek dalam penelitian ini adalah para pengerajin seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar yang berjumlah 5 orang sebagai sumber informasi dalam proses pengumpulan data. Obyek penelitian ini adalah hasil karya kerajinan tempurung kelapa yang terdapat di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Teknik pendekatan yang digunakan dalam sarana penelitian merupakan teknik empiris dan teknik survey adalah cara pengumpulan data dari sejumlah individu dalam waktu bersamaan (Wiranto. 1982 : 141).

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan diperoleh informasi dan data sebagai berilut.

Kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, merupakan salah satu seni kerajinan yang tergolong tua, hal tersebut dikarena kerajinan ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1950-an. Pada Masa itu kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring masih dikerjakan dengan cara yang tradisional menggunakan alat – alat sederhana. Alat utama yang dipergunakan untuk membuat kerajinan tempurung kelapa pada masa itu disebut dengan pengutik. Pengutik merupakan alat sejenis pisau yang di desain khusus untuk melubangi tempurung kelapa dengan cara ditoreh, teknik yang dikenal untuk membuatan kerajinan tempurung kelapa pada masa itu disebut dengan teknik ngurik.

Teknik ngurik merupakan teknik yang dikerjakan secara manual menggunakan alat yang disebut dengan pengutik. Motif-motif hias yang dibuat pada masa itu bulum mendapat pengaruh dari konsumen, motif hias yang dibuat pada masa itu terdiri dari motif-motif hias ornamen bali (Bun-bunan) dan motif hias tokoh pewayangan.

Kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar ini merupakan suatu kerajinan yang diwariskan secara turun – temurun dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Seiring perkembangan teknologi barulah pada tahun 1997 di temukan dan dipergunakan mesin – mesin untuk memudahkan dalam proses pembuatan seni kerajinan di desa tersebut. Semenjak saat itu industri kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar mulai berkembang hingga pada saat ini.

Gambar. 1

Pemilik dan pengerajin seni kerajinan tempurung kelapa

(Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Bahan yang dipergunakan untuk membuat seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar sangatlah beragam, namun dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama yang dipergunakan yaitu berupa tempurung. Sedangkan bahan pendukungnya terdiri dari lem cina atau lem G dipergunakan untuk menempelkan atau menyambung bagian tempurung kelapa yang pecah, lem rajawali dipergunakan untuk menempelkan kertas amplas ke mata dinamo atau mesin putar, lem fox dipergunakan untuk menyambung setiap bagian alas dari benda kerajinan, serbuk kayu dipergunakan sebagai campuran untuk lem fox skaligus memberikan warna terhadap lem fox sesuai dengan warna serbuk kayu yang dipergunakan, propan furniture wax dipergunakan sebagai bahan finising yang dioleskan keseluruh permukaan dari benda kerajinan, dan bensin dipergunakan sebagai campuran bahan finising agar bahan finising lebih encer. semua bahan-bahan tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan.

Alat yang dipergunakan untuk mendukung proses pembuatan seni kerajinan tempurung kelapa meliputi, kapak yang dipergunakan untuk mengupas kulit buah atau serabut kelapa agar terpisah dari tempurung kelapa, pisau dipergunakan untuk membersihkan serabut kasar yang masih melekat pada

(5)

tempurung kelapa, golok dipergunakan untuk membuka atau melubangi bagian atas tempurung kelapa, agar bagian dalam atau isi tempurung kelapa dapat dikeluarkan, mesin foredom dipergunakan untuk melubangi dan menorah tempurung kelapa sesuai dengan desain motif yang dibuat, dinamo dengan mata amplas dipergunakan untuk menghaluskan permukaan tempurung kelapa,

penyeluhan atau pencongkelan

dipergunakan untuk mengeluarkan daging buah kelapa, pangot dipergunakan untuk menghaluskan dan membersihkan bagian dalam tempurung kelapa, pengutik dipergunakan untuk menorah atau meraut tempurung kelapa, sepidol hitam dipergunakan untuk membuat desain pada permukaan tempurung kelapa, cetakan atau mal berbentuk binatang dipergunakan untuk memudahkan pengerajin membuat desain pada permukaan tempurung kelapa, kuas dipergunakan untuk mengoleskan bahan finising keseluruh permukaan barang kerajinan, lap kain dipergunakan untuk mengeringkan sisa-sisa bahan finising yang telah dioleskan ke permukaan barang kerajinan, dinamo dengan mata sikat ijuk dipergunakan untuk menggosok permukaan tempurung kelapa yang telah diberi bahan finising sebagai sentuhan akhir agar barang kerajinan terlihat berkilau.

Proses pembuatan seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar terdiri dari beberapa tahap pengerjaan antara lain tahap awal yaitu dimulai dari peoses pengupasan kulit buah kelapa, melubangi atau membuka bagian atas tempurung kelapa hingga proses pengamplasan sehingga menghasilkan tempurung kelapa yang halus dan siap diproses ketahap berikutnya. Setelah dihasilkan tempurung kelapa yang halus dan bersih, kemudian dilanjutkan ke tahap inti dimulai dengan proses pembuatan desain pada permukaan tempurung kelapa menggunakan sepidol hitam, yang kemudian dilanjutkan dengan proses pengeboran atau pelubangan dan penorehan (nyawi) dari setiap bagian permukaan tempurung kelapa

berdasarkan desain motif yang dibuat. Setelah tempurung kelapa selesai di lubangi kemudian dilanjutkan ke tahap pembersihan dan menghaluskan bagian dalam dari tempurung kelapa menggunakan alat yang disebut dengan

pangot (pisau dengan ujung melengkung).

setelah tempurung kelapa benar-benar bersih kemudian dilanjutkan dengan proses pengamplasan pada bagian lubang barang kerajinan, proses pengamplasan ini dilakukan menggunakan alat dinamo dengan mata amplas yang berbentuk setengah lingkaran. Setelah semua proses diatas dikerjakan kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan alas atau dudukan pada barang kerajinan, dudukan barang kerajinan terdiri dari empat bagian yaitu bagian alas, bagian hiasan leher, bagian cincin, dan bagian leher. semua bagian-bagian tersebut akan disusun dengan cara di lem sehingga terbentuk alas dari barang kerajinan. Setelah semua dikerjakan maka tahap selanjutnya yaitu proses finising, proses finising dilakukan menggunakan bahan finising yang disebut dengan propan furniture wax, proses finising dilakukan dengan cara mengoleskan bahan finising ke seluruh permukaan barang kerajinan menggunakan kuas, setelah bahan finising yang dioleskan kering maka dilanjutkan dengan menggosok barang kerajinan tersebut menggunakan alat putar dinamo dengan mata sikat ijuk hingga barang kerajinan tersebut nampak mengkilat.

motif hias yang terdapat pada seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar sangat beragam, namun dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, motif hias geometris, dan motif hias non geometris.

1. Motif geometri

Motif geometris merupakan desain motif yang diciptakan dengan cara menyusun garis – garis sehingga membentuk suatu bentuk yang menyerupai objek tertentu. Berikut adalah jenis-jenis motif geometris yang diterapkan pada seni kerajinan tempurung kelapa di desa Tampaksiring.

(6)

Gambar. 2

Desain motif hias geometris (Matahari) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Pada desain motif matahari terdapat dua bagian obyek yang berbeda yaitu desain motif utama dan desain motif pendukung. Desain motif utama merupakan bagian desain yang paling di tonjolkan dibandingkan dengan obyek yang lainnya, Suber inspirasi yang mendorong munculna desain motif ini adalah sinar matahari yang memancar. Desain ini juga diterapkan pada bagian bidang lengkung sehingga desain motif mengikuti dari bentuk benda kerajinan.

Gambar. 3

Desain motif hias geometris (air) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Motif ini merupakan motif yang tercipta terinspirasi dari bentuk air, Dalam seni kerajinan tempurung kelapa motif air ini diterapkan pada bidang datar dalam pembuatan jepit rambut. Jepit rambut dibentuk sedimikian rupa sehingga mengikuti bentuk dari desain yng dibuat, yang artinya barang kerajinan tempurung kelapa berupa jepit rambut ini dalam pembuatannya mengikuti bentuk dari desain yang dibuat.

Gambar. 4

Desain motif hias geometris (Gunung) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Motif ini adalah motif yang diciptakan berdasarkan inspirasi dari bentuk gunung. Motif gunung dibuat dengan pengulangan pola garis-garis segitiga secara berulang-ulang dan berurutan sehingga menyerupai bentuk gunung. Motif ini juga diterapkan pada bidang yang lengkung berdasarkan bentuk dari tempurung kelapa.

Gambar. 5

Desain motif hias geometris (Sangkar) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Motif sangkar merupakan motif yang tercipta berdasarkan inspirasi dari bentuk pola sangakar burung. Motif sangkar adalah motif yang paling sederhana dari berbagai motif yang ada. Motif ini diterapkan pada bidang melengkung pada permukaan tempurung kelapa, Sehingga motif ini mengikuti bentuk dari benda kerajinan yang dibuat.

2. Motif Hias Non Geometris

Motif hias non geometris adalah motif hias yang tidak menggunakan unsur - unsur garis dan bidang geometris sebagai bentuk dasar dari motif tersebut. berikut adalah jenis – jenis motif hias non geometris yang terdapat pada seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.

(7)

1. Motif Hias Non Geometris (Flora dan Fauna)

Motif hias flora dan fauna merupakan motif – motif yang diciptakan berdasarkan inspirasi dari bentuk – bentuk binatang dan tumbuhan yang berada di sekitar kita. Motif flora dan fauna terdiri dari dua bagian motif yaitu motif utama sebagai obyek yang ditonjolkan, dan motif pendukung sebagai obyek pelengkap yang semata - mata untuk memenuhi bidang dari benda kerajinan tersebut.

Gambar. 6

Motif hias non geometris (Capung) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Desain motif ini merupakan desain yang dibuat berdasarkan inspirasi dari kehidupan binatang capung yang sering dijumpai bertengger di antara daun dan pepohonan. Desain motif utama yaitu capung yang sedang bertengger atau hinggap di dedaunan, sedangkan desain motif pendukungnya yaitu dedaunan yang dihinggapi oleh capung, sehingga memberikan kesan bahwa obyek utama dari capung ini sedang berada di habitatnya. Desain ini juga biasa di terapkan pada bidang yang melengkung mengikuti bentuk dari benda kerajinan.

Gambar. 7

Motif hias non geometris (Kupu-kupu) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Motif hias kupu – kupu merupakan motif yang diciptakan terinspirasi dari bentuk kupu – kupu yang banyak terdapat di daerah sekitar pengrajin, kara bentuk

dari kupu – kupu ini menarik dan mudah di buat, maka dari itu bentuk kupu – kupu ini diterapkan pada desain seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring. Dalam desain kupu – kupu ini terdapat bagian disain sebagai obyek utama, dan bagian obyek sebagai motif pendukung. Bagian utama dari desain motif ini adalah kupu – kupu itu sendiri, sedangkan obyek pendukungnya merupakan garis – garis dan daun sebagai pelengkap guna memenuhi bidang benda kerajinan. Desain ini biasanya diterapkan pada bidang yang lengkung mengikuti bentuk dari benda kerajinan yang dibuat.

Gambar. 8

Motif hias non geometris (Kura-kura) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Motif kura – kura merupakan desain motif yang diciptakan mengambil sumber inspirasi dari bentuk kura – kura sebagai desain motif utama dan patra samblung sebagai desain motif pendukung. Karana sifat dari patra samblung yang fleksibel maka dari itu patra samblung sering dijadikan motif pendukung guna untuk memenuhi bidang dalam benda kerajinan. desain motif kura – kura ini diterapkan pada permukaan tempurung kelapa yang melingkar, maka dari itu desain motif ini mengikuti bentuk permukaan tempurung kelapa yang digunakan

Gambar. 9

Motif hias non geometris (Cicak) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta)

(8)

Motif hias ini merupakan motif hias yang mengambil inspirasi dari binatang cicak yang banyak terdapat di sekeliling pengerajin. Motif hias ini digunakan pada kerajinan tempurung kelapa berupa jepit rambut. Desain ini diterapkan pada bidang yang datar dan barang kerajinan yang diciptakan mengikuti bentuk dari desain yang dibuat.

Gambar. 10

Motif hias non geometris (Pohon Kelapa) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Motif hias pohon kelapa merupakan motif yang diterapkan pada seni kerajinan tempurung kelapa berupa jepit rambut. Motif hias ini mengambil inspirasi dari pohon kelapa yang banyak terdapat di kawasan tersebut. Desain ini juga diterapkan pada bidang datar sehingga barang kerajinan mengikuti bentuk dari desain motif yang dibuat.

2. Motif Hias Non Geometris (Bali dan Pewayangan)

Motif hias Bali yang bersifat fleksibel sangat memungkinkan untuk di terapkan pada berbagai jenis media. Motif hias bali memiliki pakem – pakem tersenditi yang tak terpisahkan dan membentuk suatu keseimbangan. Dalam seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring ini motif hias Bali biasa dipadukan dengan tokoh – tokoh dan cerita – cerita pewayangan yang terkenal di kalangan masyarakat Bali. Adapun dari motif – motif hias tersebut antara lain.

Gambar. 11

Desain motif hias non geometris (Arjuna) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Motif ini merupakan motif yang diambil dari tokoh Arjuna dalam kisah pewayangan pada masyarakat Bali. Disain ini dibuat karana tokoh dari Arjuna dikenal sebagai tokoh yang hebat dan tampan, dalam desain Arjuna ini terdapat pula obyek pendukung yang ditampilkan yaitu berupa patra punggel, motif pendamping ini ditampilkan untuk memadukan antara kisah pewayangan bali dengan hiasan ornamen Bali agar terlihat padu dan serasi. Desain ini diterapkan pada bidang lengkung sehingga desain motif mengikuti bentuk dari benda kerajinan yang dibuat.

Gambar. 12

Desain motif hias non geometris (Garuda/Paksi)

(Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Desain motif tokoh pewayangan burung Garuda atau Paksi yang biasa di

(9)

kenal oleh masyarakat Bali merupakan tokoh pewayangan yang sudah tidak asing lagi oleh masyarakat Bali. Tokoh Garuda atau Paksi dikenal sebagai wahana atau kendaraan dari Batara Wisnu dalam perjuangan mencari Tirta Amerta. Disain ini ditampilkan pada bidang melengkung pada seluruh permukaan tempurung kelapa. Adapun motif pendukung dalam desain ini yaitu patra punggel yang dipadukan dengan desain Garuda atau Paksi tersebut.

Gambar. 13

Desain motif hias non geometris (Naga) (Foto oleh : Putu Eka Juniarta) Sumber inspirasi yang melatar belakangi pengerajin menciptakan desain motif ini adalah kisah pewayangan Naga Basuki yang dikenal oleh masyarakat Bali. Dalam kisah ini Naga Basuki merupakan putra dari dewi Kadru dan Begawan Kasyapa. Naga Basuki dipercayai oleh masyarakat bali sebagai penghuni alam bawah tanah. Desain motif Naga Basuki ini ditampilkan menggunakan motif pendukung yaitu patra samblung. Desain motif ini juga ditampilkan pada bidang yang lengkung, sehingga penampilan dari desain Naga tersebut terlihat melingkar mengelilingi dari benda kerajinan yang dibuat.

SIMPULAN DAN SARAN

Kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, merupakan seni kerajinan yang tergolong tua, hal tersebut dibuktikan karena kerajinan ini sudah ada sejak tahun 1950. Pada Masa itu kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring masih dikerjakan dengan cara yang tradisional menggunakan alat – alat sederhana. Bahan dan alat yang dipergunakan untuk membuat seni

kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar ini sangatlah beragam, namun dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu bahan dan alat utama dengan bahan dan alat pendukung, semua hal tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan. Dalam proses pembuatan seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring , Kabupaten Gianyar, terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemilihan bahan baku hingga tahap finising, setiap tahap akan mencapai hasil. Hasil dari setiap tahap ini akan digabungkan menjadi satu, hingga terbentuk suatu benda kerajinan yang siap pakai. Motif hias yang dibuat pada seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring , Kabupaten Gianyar, cukup beragam, namun dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu, motif hias geometris dan motif hias non geometris.

Dari hasil pembahasan diatas dalam penelitian seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, ada beberapa saran yang dikemukakan agar dapat dipakai sebagai masukan, yaitu sebagai berikut. Dalam melestarikan, memajukan dan menumbuh kembangkan seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar ini diharapkan peran serta pemerintah khususnya pemerintah daerah Gianyar agar memberikan pembinaan secara mendalam kepada para pengerajin khususnya dalam bidang permodalan dan pemasaran dari barang kerajinan yang dihasilkan. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, diharapkan kepada pengerajin agar terus berkarya menciptakan ide – ide kreatif dan dituangkan kedalam seni kerajinan tempurung kelapa baik dari segi bentuk, motif hias dan sebagainya.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Darmawan. 1988. Pendidikan Seni Rupa. Bandung : Ganeca Exat Bandung.

Hutabarata. Sans. S. 1978. Pendidikan Kependudukan BKKBN. Jakarta. PN. Balai Pustaka.

Palungkun, Rony. 1983, Aneka Produk

Olahan Kelapa. Yogyakarta.

Penebar Swadaya.

Wiranto. Prof. Dr. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan cara Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Dalam Pembelajaran Tematik

Objek penelitian ini adalah air sumur gali di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang kadar mangan (Mn) cukup tinggi, pada salah satu

Agar penerapan pembelajaran pendekatan contextual teaching and learning (CTL) tersebut dapat berjalan dengan baik, maka sebaiknya guru lebih sering menerapkannya dalam

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa instrumen penilaian afektif untuk mengukur sikap siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang

Hasil penelitian ini adalah, pertama: jenis pertanyaan digunakan jenis pertanyaan guru dalam proses pembelajaran SMA N 2 Kerinci Kanan Kabupaten Siak secara berurut jenis

Men$k!ndisikan "eserta didik untuk 0elajar dan mem!ti6asi sisa melalui limit un$si tri$!n!metri*. Guru mem0uat "ertan,aan misaln,a 0a$aimana 5ara untuk men,elesaikan

Singapura, Kanada, Australia & New Zealand, adalah negara yang umurnya kurang dari 150 tahun dalam membangun.. Tetapi saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di

Pada pasien dengan iskemia berulang atau dalam risiko tinggi mengalami infark jantung di mana tindakan revaskularisasi tidak memungkinkan, maka terapi LMWH harus