• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Persalinan dengan Presentasi Bokong di RSUD Dr. Soedarso Tahun 2008 - 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Persalinan dengan Presentasi Bokong di RSUD Dr. Soedarso Tahun 2008 - 2010"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2008 - 2010

Heristanto NIM: I11107027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

(2)
(3)

GAMBARAN PERSALINAN DENGAN PRESENTASI BOKONG DI RSUD DR. SOEDARSO PONTIANAK

TAHUN 2008 – 2010

Heristanto1, Tri Wahyudi2, Arif Wicaksono3

ABSTRAK

Latar Belakang: Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai. Penentuan jenis persalinan pada presentasi bokong masih menjadi kontroversi. Persalinan pervaginam diasosiasikan dengan tingginya morbiditas dan mortalitas perinatal dibandingkan dengan persalinan SC. Oleh karena itu, dalam beberapa dekade terakhir terjadi peningkatan angka persalinan SC untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas tersebut.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persalinan presentasi bokong berdasarkan karakteristik ibu berdasarkan usia ibu, paritas, persalinan berdasarkan usia kehamilan, jumlah kunjungan

antenatal care (ANC), indikasi penyulit obstetri tambahan dan luaran perinatal berdasarkan berat badan bayi lahir, jumlah asfiksia dan kematian pada persalinan pervaginam dan SC.

Metodologi: Penelitian ini merupakan studi deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa rekam medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi di ruang bersalin RSUD dr. Soedarso Pontianak tahun 2008-2010. Sebanyak 267 pasien memenuhi kriteria penelitian.

Hasil penelitian: Didapatkan proporsi persalinan presentasi bokong sebesar 6.48% dari seluruh persalinan. Karakteristik ibu didapatkan paling besar pada usia ibu 26-30 tahun, paritas primigravida, persalinan aterm, jumlah kunjungan ANC ≥4 kali, tidak terdapat indikasi penyulit lain. Luaran perinatal berdasarkan berat badan bayi lahir lahir paling banyak pada berat 2500-2999 gram, luaran asfiksia dan kematian lebih tinggi pada persalinan pervaginam (49% dan 10.3%) dibandingkan SC (14.8% dan 7.4%).

Kata kunci: Presentasi bokong, luaran persalinan, RSUD dr.Soedarso.

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas

Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat (tantoharis@gmail.com)

2. SMF Kebidanan dan Kandungan, RSUD dr.Soedarso Pontianak,

Kalimantan Barat

3. Departemen Anatomi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas

(4)

OVERVIEW OF BREECH DELIVERY

AT DR. SUDARSO GENERAL HOSPITAL PONTIANAK ON 2008 – 2010 PERIOD

Heristanto1, Tri Wahyudi2, Arif Wicaksono3

ABSTRACT

Background: Breech presentation is the highest number of malpresentation compared to other presentations. Determination of breech delivery is still controversial, vaginal delivery are associated with a high number of perinatal morbidity and mortality compared to caesarean section delivery. In this case, the number of caesarean section had increasing in some recent decades in order to reducing that morbidity and mortality number.

Objective: To describe breech deliveries based on maternal characteristics and perinatal outcome like maternal age, parity, number of antenatal care (ANC) visit, additional obstetrics complications, perinatal birth weight, perinatal outcome and number of morbidity and mortality from vaginal and caesarean section delivery.

Method: This research using a descriptive study as a design, data were collected from medical records and based on inclusion criteria in dr. Soedarso general hospital Pontianak during periods of research from January 2008 – December 2010, there was 267 deliveries were collected in this study.

Results: Number of breech delivery was 6.48% from total deliveries. The most of maternal characteristics in this riset is based on maternal age was 26-30 years old, based on parity was primigravida, based on gestational age was aterm, the number of ANC visit were ≥4 times, there was no additional obstetrics complication. Perinatal outcome based on fetal birth weight was 2500-2999gram, number of asphyxia and death perinatal outcome is higher in vaginal delivery than the caesarean section one.

Keywords: Breech presentation, delivery outcome, dr. Soedarso General Hospital.

1. Medical School, Faculty of Medicine, Universitas Tanjungpura, West

Kalimantan (tantoharis@gmail.com)

2. Department of Obstetrics and gynaecology, dr. Soedarso General

Hospital Pontianak, West Kalimantan

3. Department of anatomy, Medical School, Faculty of Medicine,

(5)

PENDAHULUAN

Presentasi janin dalam keadaan normal adalah Vertex (puncak kepala). Berdasarkan presentasi ini, serviks dapat membuka sampai 10 cm untuk mengakomodasi kepala bayi yang merupakan bagian dengan diameter terbesar pada tubuh bayi. Serviks belum membuka cukup lebar untuk memungkinkan kepala bayi lewat apabila yang pertama kali memasuki panggul bukan kepala. tanpa intervensi medis, kepala bayi dapat tertahan di rongga serviks yang sempit.1,2

Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai dengan insidensi tiga sampai empat persen dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan dan tujuh persen dari kehamilan 32 minggu. Kejadian presentasi bokong sekitar 25-30% pada umur kehamilan sebelum 28 minggu, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34 minggu.3-6

Kontroversi dalam menentukan jenis persalinan yang digunakan dalam menangani presentasi bokong masih menjadi topik yang sering diperdebatkan.7 Berdasarkan penelitian Alarab, et al8 dengan seleksi yang ketat, persalinan pervaginal akan memberikan hasil luaran perinatal yang baik. Pasupathy9 meneliti bahwa dengan bedah Seksio Caesarea (SC), angka morbiditas dan mortalitas perinatal dapat diturunkan hingga 16%.

Peningkatan trend persalinan dengan bedah SC pada bayi tunggal dengan presentasi bokong lebih dipilih selama beberapa dekade terakhir ini. Gilbert, et al10 dan Ba’aqeel11 melaporkan terjadi peningkatan persalinan dengan bedah SC di California dan Saudi Arabia dalam sepuluh tahun terakhir penelitiannya.

Angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi pada persalinan presentasi bokong pervaginam juga menjadi salah satu alasan mengapa persalinan dengan bedah seksio SC lebih dipilih. Hannah, et al12 mencatat bahwa terjadi peningkatan angka mortalitas dan angka morbiditas pada persalinan pervaginam sebesar lima persen dibandingkan dengan persalinan bedah SC yang hanya satu enam persepuluh persen. Merujuk

(6)

pada hasil tersebut, the American College of Obstetricians and Gynecologists / ACOG menyatakan bahwa dengan seleksi yang tepat persalinan pervaginam masih mungkin dilaksanakan, meskipun di tahun 2002 ACOG menyatakan bahwa semua persalinan presentasi bokong harus menjalani bedah SC.13

Pemilihan kriteria dalam menentukan jenis persalinan sangat menentukan prognosis luaran persalinan bagi perinatal, adapun factor yang mempengaruhi criteria tersebut adalah usia ibu, paritas, jenis presentasi bokong, perkiraan berat lahir, kondisi panggul ibu, sikap kepala janin dan usia kehamilan.3,12

Villar14 dalam Global survey WHO tentang Kesehatan Maternal dan Perinatal bahwa pada tahun 2005 di sejumlah Negara di Amerika Latin, insidensi dari presentasi bokong dan malpresentasi lainnya adalah sebesar 11%. Lumbiganon15 mencatat pada tahun 2007-2008 di Asia. Insidensi presentasi bokong dan malpresentasi lainnya adalah lima persen dengan 71,35% mengakhiri kehamilannya dengan bedah SC.15

Moodley, et al16 melaporkan di District Hospital, Afrika Selatan insidensi presentasi bokong adalah sebesar 2,4% dimana 81,97% nya dilahirkan melalui bedah SC. Yildirim, et al17 mencatat bahwa di Clinics of Gynecology and Obstetrics, Ministry of Health of Bakirkoy Training and Research Hospital, Istanbul, Turkey, Insidensi persalinan presentasi bokong pada tahun 2003-2004 berjumlah 2,39%. Sebanyak 82,6% dilahirkan melalui bedah SC. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wongwananuruk dan Borriboonhirunsarn18 di Siriraj Hospital Thailand

pada tahun 2003, tercatat angka kejadian presentasi bokong sebesar 2,83% dengan angka persalinan dengan bedah SC sebesar 82,3%.

Semarawisma19 melaporkan angka kejadian presentasi bokong di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang selama periode penelitiannya adalah 7,6%. Sebanyak 86,79% dilahirkan pervaginal dan 13.21% melalui bedah SC. Andayani dan Sudjaswati20 mencatat bahwa dari 100 sampel yang diambil secara acak, presentasi bokong menjadi

(7)

indikasi bedah SC terbanyak ketiga dengan jumlah 15% di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan oleh Gondo dan Sugihara21 di RSUP Sanglah Bali mencatat adanya peningkatan angka persalinan bedah SC atas indikasi presentasi bokong dari tahun 2001 yang berjumlah 5,8% menjadi 14,8% di tahun 2006.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan studi deskriptif dan dilakukan di RSUD dr.Soedarso Kota Pontianak pada bulan November 2011 sampai dengan Desember 2011 dengan menggunakan data dari rekam medik dari subjek atau pasien yang menjalani persalinan presentasi bokong di tahun 2008 – 2010. Subjek dipilih dengan teknik non probability sampling dengan cara consecutive sampling yaitu semua subjek yang memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional berupa data sekunder dari unit rekam medis. Analisa data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu untuk mengetahui karakteristik pasien selama periode penelitian.

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis univariat untuk menampilkan gambaran karakteristik variabel-variabel yang diteliti dengan menghitung frekuensi masing-masing subjek penelitian dengan tabel distribusi frekuensi. Data kemudian akan disajikan dalam bentuk tabular dan grafikal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Angka Persalinan Presentasi Bokong di RSUD dr. Soedarso

Pendataan rekam medik terhadap kasus persalinan dengan presentasi bokong di RSUD dr. Soedarso Pontianak tahun 2008 - 2010 menemukan 289 kasus. sebanyak 267 berkas rekam medik dijadikan sebagai subyek penelitian, terdapat 22 berkas rekam medik yang

(8)

dieksklusikan dalam penelitian ini dengan 15 rekam medik tidak ditemukan dan tujuh berkas rekam medik tidak lengkap.

Jumlah persalinan dari tahun 2008-2010 di RSUD dr.Soedarso didapatkan sebanyak 4457 persalinan dan jumlah persalinan dengan presentasi bokong sebanyak 289 kasus (6,48%). Angka persalinan SC pada presentasi bokong sebesar 45.7% dan persalinan pervaginam sebesar 54.3%.

B. Sebaran Persalinan Presentasi Bokong Berdasarkan Usia Ibu

Berdasarkan gambaran usia pada persalinan presentasi bokong dalam penelitian ini didapatkan suatu kecenderungan meningkatnya angka persalinan SC pada usia ≥30 tahun hal ini dapat disebabkan bahwa semakin meningkatnya usia, penyulit obstetri akan meningkat pula. Penelitian yang dilakukan oleh Hannah juga mendapatkan data yang sama, angka persalinan dengan SC akan meningkat pada usia ≥30 tahun dibandingkan dengan usia <30 tahun.

Suatu penelitian yang dilakukan di Bahrain menemukan bahwa terdapat korelasi antara usia ibu dan kejadian bedah sesar pada presentasi bokong, tercatat bahwa semakin meningkatnya umur, jumlah persalinan bedah sesar akan semakin meningkat.22

Jenis persalinan

Usia ibu (tahun)

Jumlah <20 20-25 26-30 31-35 >35 n % N % N % N % N % SC 8 6.5 30 24.6 31 25.4 25 20.5 28 23 122 Pervaginam 11 7.6 39 26.9 44 30.3 17 11.7 34 23.5 145 Jumlah 19 69 75 42 62 267

(9)

Persalinan pervaginam dikaitkan dengan tingginya morbiditas dan mortalitas perinatal yang dikaitkan dengan kasus komplikasi akibat proses persalinan pervaginam itu sendiri. Persalinan pervaginam diasosiasikan dengan tingginya morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi dari persalinan itu sendiri, pada penelitian ini didapatkan cedera akibat trauma persalinan seperti cedera pada pleksus brachialis, asfiksia, dan fraktur clavicula. Komplikasi akibat proses persalinan tersebut tinggi pada persalinan pervaginam sedangkan pada persalinan SC komplikasi ini sedikit dijumpai.1

Jumlah kematian perinatal pada penelitian ini untuk usia >35 tahun pada persalinan SC dijumpai lebih tinggi sebesar 17.9% dibandingkan dengan 14.7% pada persalinan pervaginam, hal ini dapat disebabkan oleh semakin meningkatnya usia, meningkat pula berbagai macam komplikasi pada kehamilan, sehingga angka kematian yang tinggi pada persalinan SC dan pervaginam tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor penyulit lain yang memperberat proses persalinan SC itu sendiri selain dari presentasi bokong, misalnya dilakukan persalinan SC secara darurat akibat gawat janin ataupun kejadian feto-pelvic disproporsi setelah percobaan persalinan pervaginam gagal dilakukan. Angka persalinan SC juga ditemukan meningkat berbanding lurus dengan meningkatnya usia sehingga secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar kehamilan di usia >35 tahun akan banyak diakhiri dengan persalinan SC akibat dari semakin tingginya resiko dari kehamilan tersebut.

Tunde Byass dan Hannah23 menemukan pengaruh usia ibu terhadap angka mortalitas dan morbiditas belum diketahui dengan pasti, beberapa penelitian mencatat bahwa mortalitas perinatal akan meningkat sejalan dengan meningkatnya usia maternal pada persalinan presentasi bokong dengan SC, namun peningkatan dari angka tersebut dipengaruhi juga oleh faktor lain yang menjadi penyulit dalam persalinannya.

Penelitian di Nigeria menemukan bahwa kematian perinatal paling tinggi pada usia ibu ≤ 19 tahun sebanyak 25% tingginya angka kematian

(10)

pada ibu yang berusia muda ini dikaitan dengan kejadian anemia, feto-pelvic disproporsi, dan hipertensi terkait kehamilan yang lebih tinggi pada usia tersebut dibandingkan dengan kelompok usia lain. Morbiditas dan mortalitas perinatal baik pada usia ibu 25-29 tahun dengan paritas multipara. Paritas multipara memberikan hasil luaran perinatal yang lebih baik dikaitkan dengan kejadian feto-pelvic disproporsio yang secara relatif tinggi pada usia muda dan paritas nullipara.24

C. Sebaran Persalinan Presentasi Bokong berdasarkan Paritas

Jenis persalinan Paritas Jumlah Primi-gravida Sekundi-gravida Multi-gravida Grande Multigravida N % N % N % n % SC 50 41 29 23.7 29 23.7 14 11.6 122 Pervaginam 53 36.6 28 19.3 53 36.6 11 7.5 145 Jumlah 103 57 82 25 267

Paritas paling besar pada penelitian ini adalah 12 (dua kasus), luaran perinatal pada persalinan ibu grandemultipara tersebut buruk, dijumpai satu kasus asfiksia dan satu kasus lainnya meninggal. Paritas yang paling banyak jumlahnya adalah primigravida pada persalinan SC, pada persalinan pervaginam, paritas primigravida dan multigravida yang paling banyak.

Jenis persalinan dalam terminasi kehamilan pada kelompok primigravida lebih tinggi dengan persalinan SC (41%) dibandingkan dengan persalinan pervaginam yang hanya 36.5%, hal ini dikarenakan prosedur di RSUD dr.Soedarso yang menyatakan bahwa pada paritas primigravida dengan presentasi bokong dianjurkan menjalani persalinan SC untuk mengurangi dan menekan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi, sedangkan untuk kasus persalinan non-primigravida, persalinan Sumber: Data Rekam Medik RSU dr. Soedarso Pontianak, 2008-2010.

(11)

SC baru dianjurkan apabila terdapat indikasi penyulit tambahan pada persalinan presentasi bokong dan sebagai hasilnya, dalam penelitian ini luaran primigravida presentasi bokong yang menjalani persalinan pervaginam lebih jelek dibandingkan dengan persalinan SC.

Persalinan pada kelompok primigravida dan multigravida, paling banyak dilakukan dengan cara pervaginam, sehingga kemungkinan terjadinya komplikasi akibat persalinan (asfiksia) lebih besar, dengan menimbang juga bahwa pada ibu dengan paritas yang besar akan cenderung memiliki resiko yang tinggi pada kehamilannya. Pemilihan cara terminasi kehamilan harus dilakukan dengan cermat, meskipun persalinan pervaginam masih menjadi pilihan, namun setelah percobaan persalinan tidak memberikan hasil yang memuaskan, persalinan akan dilakukan melalui SC secara darurat, hal ini juga tentunya akan memberikan hasil luaran perinatal yang buruk bila dibandingkan dengan persalinan SC yang dilakukan secara elektif.

Penelitian Zaman25 terhadap 180 kasus presentasi bokong pada paritas primigravida yang menjalani persalinan SC dan pervaginam, didapatkan bahwa kejadian respiratory distress lebih tinggi pada persalinan SC dengan jumlah 4.4% dibandingkan dengan persalinan pervaginam yang hanya 2.2%, meskipun secara statistik hal ini tidak bermakna, namun peneliti menuliskan bahwa tingginya angka tersebut berhubungan dengan efek anestesi pada persalinan SC dan kejadian trauma akibat persalinan pervaginam berupa fraktur tulang panjang lebih tinggi sebanyak 15.6% dibandingkan dengan persalinan SC yang hanya 1.11%.

D. Sebaran Persalinan Presentasi Bokong berdasarkan Usia Kehamilan

Jenis persalinan

Persalinan Menurut Usia Kehamilan

Jumlah

Aterm Preterm Postterm

N % N % n %

SC 108 88.5 2 1.6 12 9.9 122

Pervaginam 125 86.3 17 11.7 3 2 145

Jumlah 233 19 15 267

(12)

Berdasarkan tabel diatas, persalinan dengan presentasi bokong paling banyak dijumpai pada usia kehamilan aterm dengan lebih dari separuh jumlah keseluruhan sampel, jumlah persalinan SC lebih tinggi pada usia kehamilan aterm dan postterm, sedangkan pada usia kehamilan preterm, persalinan banyak dilakukan pervaginam.

Malpresentasi sendiri sudah merupakan sebuah penyulit obstetri yang penting diperhatikan dalam memilih jenis persalinan yang akan dijalani, dimana dalam kasus ini, menurut beberapa peneliti, morbiditas dan mortalitas pada persalinan pervaginam dengan presentasi bokong akan lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan SC, namun pada persalinan prematur, persalinan didominasi dengan persalinan pervaginam, data yang didapatkan ini bertentangan dengan beberapa sumber yang menyatakan bahwa persalinan pervaginam terbatas pada usia kehamilan aterm dan pada kenyataan nya memang bahwa sebagian besar luaran dari persalinan pervaginam pada bayi yang lahir prematur ini tidak sebagus persalinan SC.

Secara epidemiologi, 25% dari semua bayi presentasi bokong lahir prematur dan kebanyakan dari bayi prematur ini akan dilahirkan secara bedah sesar dimana akibat usia gestasi yang masih muda, ukuran kepala dan abdomen dari bayi cenderung lebih besar sehingga akan mengalami kesulitan dalam proses persalinan pervaginam.26 Menurut rekomendasi dari SOGC (Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada) dan ACOG bahwa persalinan pervaginam hanya terbatas pada bayi cukup bulan (aterm).27

Penelitian Puscasiu28 mencatat hasil bahwa persalinan SC presentasi bokong preterm adalah 65,7 %, sedangkan Mortalitas dan morbiditas luarannya pada penelitian ini tidak berbeda secara signifikan, dengan demikian diasumsikan bahwa pemilihan SC dalam menangani kasus presentasi bokong preterm tidak mempengaruhi hasil luaran perinatal.

(13)

Sebuah penelitian di Nigeria mendapatkan bahwa pada persalinan postterm dengan presentasi bokong juga memberikan hasil luaran yang buruk (asfiksia 16.4% dan kematian perinatal 4%) dibandingkan dengan usia gestasi aterm (asfiksia 2.5% dan kematian 1.6%).24

E. Sebaran Persalinan Presentasi Bokong berdasarkan Frekuensi Kunjungan ANC

Jenis persalinan

Frekuensi Kunjungan ANC

Jumlah <4 ≥4 n % N % SC 22 18 100 82 122 Pervaginam 45 31 100 69 245 Jumlah 67 200 367

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan data bahwa lebih dari separuh persalinan dengan presentasi bokong pada kedua jenis persalinan, baik pada persalinan SC maupun pervaginam dijumpai dengan kunjungan ANC ≥4 kali.

Tingginya angka kunjungan ANC pada persalinan dengan presentasi bokong dapat disebabkan karena kehamilan yang terdeteksi mengalami kelainan akan mendapatkan perhatian lebih sehingga jumlah kunjungan akan lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan normal, hal ini dilakukan untuk mengontrol perkembangan kehamilan tersebut dan mempersiapkan ibu secara fisik dan psikis agar persalinan berjalan lancar tanpa masalah termasuk juga perencanaan jenis persalinan yang akan dijalani.

Sebuah penelitian di Nigeria tentang luaran pada persalinan presentasi bokong mendapatkan bahwa pada ibu hamil yang tidak menjalani pemeriksaan ANC (61%) akan di dapatkan jumlah kematian perinatal yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang menjalani Sumber: Data Rekam Medik RSU dr. Soedarso Pontianak, 2008-2010.

(14)

pemeriksaan ANC teratur (39%). Selain itu, angka kejadian asfiksia tinggi pada persalinan pervaginam dan persalinan SC darurat dimana kebanyakan dari kasus luaran yang jelek terjadi juga pada ibu yang tercatat tidak menjalani pemeriksaan ANC.24

Data mengenai frekuensi kunjungan ANC hanya terbatas pada jumlah kunjungan selama kehamilan, data mengenai waktu kunjungan dan kualitas dari kunjungan tidak dapat ditelusuri, hal lain yang mungkin menyebabkan bahwa angka mortalitas justru tinggi pada frekuensi ANC >4 kali adalah jumlah kunjungan yang tidak tersebar merata di sepanjang usia kehamilan, kunjungan yang terpusat di trimester pertama atau kedua, sementara untuk trimester ketiga kunjungan ANC menurun sehingga apabila terdapat kelainan, penanganan akan terlambat dilakukan.

F. Sebaran Persalinan Presentasi Bokong Berdasarkan Indikasi Penyulit Tambahan

Jenis persalinan

Indikasi Penyulit Penyerta

Jumlah Tidak Terdapat Indikasi Lain Terdapat Indikasi Penyulit Lain N % N % SC 30 24.6 92 75.4 122 Pervaginam 105 72.4 40 27.6 145 Jumlah 135 132 267

Berdasarkan tabel diatas, persalinan SC tinggi pada kasus presentasi bokong dengan penyulit lain, sementara untuk kasus presentasi bokong tanpa adanya indikasi penyulit lain, pada persalinan pervaginam dijumpai angka yang lebih tinggi.

(15)

G. Sebaran Persalinan Presentasi Bokong berdasarkan Berat badan bayi lahir Lahir

Jenis persalinan

Berat badan bayi lahir (gram)

Jumlah <2500 2500-2999 3000-3500 >3500 N % N % N % n % SC 14 11.5 43 37.5 50 37.5 15 12.25 122 Pervaginam 46 31.7 52 35.9 40 27.6 7 4.8 145 Jumlah 60 95 90 22 267

Gambaran mengenai berat badan bayi lahir dengan presentasi bokong didapatkan suatu kecenderungan meningkatnya persalinan SC pada bayi dengan berat ≥3000gram, semakin meningkatnya berat badan bayi lahir maka akan meningkat pula beberapa komplikasi misalnya partus tak maju dan kejadian feto-pelvic disproporsio, sehingga untuk berat tersebut dipertimbangkan menjalani persalinan SC.

SOGC, CNGOF, dan ACOG menyatakan bahwa persalinan pervaginam hanya terbatas pada fetus yang perkiraan berat badannya normal, batas bawah yang ditentukan adalah 2500gr dimana persalinan pervaginam pada bayi yang perkiraan berat lahirnya <2500gr tersebut dapat menyebabkan disproporsi antara bokong bayi dengan serviks, sehingga ketika melahirkan kepala, kepala akan terperangkap dalam serviks dan kontraksi dari serviks akan membahayakan fetus sehingga hal tersebut akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Beberapa penelitian menyatakan untuk batas atas dari perkiraan berat janin adalah 3800-4000gr, yang perlu menjadi pertimbangan pula adalah mengindari persalinan pervaginam pada fetal makrosomia, hal ini dikaitkan dengan kejadian disproporsio feto-pelvic.27

Jumlah asfiksia tinggi pada kelompok berat badan bayi lahir <2500gr yang lahir pervaginam dan >3500gr yang lahir SC. Asfiksia yang Sumber: Data Rekam Medik RSU dr. Soedarso Pontianak, 2008-2010.

(16)

terjadi pada bayi dengan berat <2500gr lahir pervaginam (60.9%) mempunyai angka yang lebih besar bila dibandingkan dengan persalinan SC (28.6%) pada kelompok yang sama. Angka asfiksia tinggi pada persalinan SC dengan berat >3500gr, ini dapat diakibatkan setelah bayi yang besar tersebut gagal dilakukan percobaan persalinan pervaginam, kemudian berujung kepada buruknya kondisi fetus akibat tidak adanya kemajuan dalam persalinan pervaginam tersebut sehingga bedah SC secara darurat menjadi pilihan terakhir, ataupun pada bayi besar yang sebenarnya telah terdeteksi secara awal ketika pemeriksaan kehamilan, namun ketika akan bersalin, pencarian pertolongan lambat dilakukan atau lambat merujuk akan mempengaruhi luaran perinatalnya.

Penelitian Ojiyi24 mendapatkan bahwa dari pada persalinan SC presentasi bokong secara emergensi, sebagian besar kasus (40.9%) dilakukan pada bayi dengan berat badan >3600gr dengan indikasi feto-pelvi disproporsi. Eide29 dan Sobande30 dalam penelitiannya juga menemukan bahwa bayi dengan presentasi bokong yang lahir melalui SC lebih tinggi rata-rata berat badannya dibandingkan dengan rata-rata berat lahir pervaginam (lebih tinggi 126-259gr) luaran perinatal berupa asfiksia dan trauma akibat proses persalinan lebih tinggi dengan persalinan pervaginam, hal ini dikaitkan dengan sulitnya proses melahirkan kepala bayi.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Bahrain mendapatkan bahwa angka kematian tinggi pada bayi dengan berat badan >3500gr dengan jumlah 12.5% pada persalinan pervaginam dan 3.2% pada persalinan SC.22

Tunde-Byass23 mengemukakan bahwa mortalitas dan morbiditas perinatal akan meningkat pada janin dengan taksiran berat janin <2500gr dan >4000gr yang dikaitkan dengan komplikasi yang terjadi akibat persalinan.

(17)

H. Sebaran Persalinan Presentasi Bokong Berdasarkan Luaran Perinatal Jenis persalinan Luaran Perinatal Jumlah Tidak

asfiksia Asfiksia Meninggal

N % n % N %

SC 95 77.8 18 14.8 9 7.4 122 Pervaginam 59 40.7 71 49 15 10.3 145 Jumlah 154 89 24 267

Berdasarkan tabel diatas diatas, didapatkan bahwa persalinan memberikan luaran yang lebih baik dengan jumlah asfiksia dan kematian yang kebih rendah dibandingkan dengan persalinan pervaginam.

Morbiditas dan mortalitas akan meningkat dengan bertambahnya penyulit obstetri, sehingga untuk menguranginya, dipertimbangkan memilih persalinan SC, demikian pula dengan prosedur yang ada bahwa semua presentasi bokong dengan penyulit tambahan dipertimbangkan menjalani persalinan SC.

Pemilihan persalinan berdasarkan prosedur di RSUD dr. Soedarso yang menyatakan bahwa persalinan presentasi bokong yang memiliki indikasi tambahan seharusnya diakhiri dengan persalinan SC untuk menghindari terjadinya luaran neonatal yang buruk sehingga pemilihan persalinan pervaginam tidak menyelesaikan permasalahan justru meningkatkan angka luaran perinatal yang buruk tersebut, sedangkan pada persalinan presentasi bokong yang murni tanpa indikasi penyulit lainnya didapatkan angka mortalitas yang tinggi, dan pada sebagian besar kasus tersebut dilahirkan melelui persalinan pervaginam, hal ini bisa disebabkan oleh keterampilan dari penolong persalinan, dimana dalam melahirkan bayi dengan presentasi bokong, diperlukan manuver dan teknik yang tidak mudah untuk dilakukan.

(18)

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1 Angka kejadian presentasi bokong di RSUD Dr. Soedarso sebesar 6.48%.

2 Karakteristik ibu pada penelitian persalinan dengan presentasi bokong ini yaitu :

a. Berdasarkan usia ibu didapatkan banyak pada usia 26-30 tahun.

b. Berdasarkan paritas didapatkan paling banyak pada primigravida.

c. Berdasarkan persalinan menurut usia kehamilan didapatkan paling banyak pada pada aterm.

d. Berdasarkan jumlah kunjungan ANC paling banyak pada jumlah kunjungan ≥4 kali.

e. Berdasarkan indikasi penyulit tambahan didapatkan paling banyak pada ibu yang tidak memiliki indikasi penyulit obstetri tambahan selain presentasi bokong.

3 Berdasarkan luaran berat badan bayi lahir lahir didapatkan bahwa persalinan SC lebih banyak jumlahnya dibandingkan pervaginam pada kelompok berat badan bayi lahir lahir ≥3000 gram.

4 Jumlah luaran kejadian asfiksia dan meninggal pada persalinan pervaginam (49% dan 10.3%) lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan SC (14.8% dan 7.4%).

SARAN

1 Sebaiknya persalinan SC menjadi pilihan utama pada setiap persalinan dengan presentasi bokong, mengingat bahwa luaran perinatal asfiksia dan meninggal pada persalinan SC lebih rendah dibandingkan dengan persalinan pervaginam.

(19)

2 Perlu diperhatikan lagi jadwal pelaksanaan kunjungan ANC selama kehamilan terutama pada trimester ketiga. Sehingga apabila terdapat kelainan presentasi janin, keterlambatan dalam proses perujukan tidak terjadi.

3 Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan rancangan penelitian analitik untuk membuktikan hubungan kemaknaan antar variabel dalam kontribusinya terhadap luaran perinatal yang buruk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Saifudin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Edisi ke-4, Cetakan ke-1. Jakarta : PT Bina Pustaka ; 2008 h581-598

2. Sherwood L. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem, (editor) Beatricia, Ed ke-2. Jakarta : EGC ; 2001, h730-731

3. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstron KD, Williams Obstetrics 22rd edition. The McGraw-Hills Companies ; 2007

4. Chamberlain G, Morgan M. ABC of Antenatal Care fourth edition, Spain : GraphyCems ; 2002, p14-16

5. Evans AT. Manual of Obstetrics 7th Edition, Texas : Lippincott Williams & Wilkins ; 2007, p160-177

6. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics The 3rd Edition. Baltimore Maryland : Department of Gynecology and Obstetrics, The Johns Hopkins University School of Medicine ; 2007, p78-94

7. Igwegbe AO, Monago EN, Ugboaja JO. Caesarean versus Vaginal Delivery for Term Breech Presentation: A Comparative Analysis. Afr JBiomed ; 2010, vol13:15-18

8. Alarab M, Regan C. Singleton Vaginal Breech Delivery at Term : Still A Save Option. Lippincott Williams and Wilkins ; 2004, vol 103(3):407-412

(20)

9. Pasupathy D, Wood AM, Jill PP, Fleming M, Smith GC. Time Trend in the Risk of Delivery Related Perinatal and Neonatal Death Associated with Breech Presentation at Term. Oxford University Press of Internationall Epidemiological Association ; 2009, vol. 38:490-498

10. Gilbert WM, Hicks SM, Boe NM, Danielsen B, Vaginal Versus Cesarean Delivery for Breech Presentation in California : A Population Based Study. Elsevier, Obstet Gynecol, 2003;102:911-7 11. Ba’aqeel. Cesarean Delivery Rates in Saudi Arabia : A Ten Year

Review. Ann Saudi Med ; 2009, 29(3):179-183

12. Hannah ME, Hannah WJ, Hewson SA, Hodnett ED, Saigal S, Willan AR. Planned caesarean section versus planned vaginal birth for breech presentation at term : a randomised multicentre trial. the Lancet Journal ; 2000 vol.356:1375-1383

13. The American College of Obstetricians and Gynecologists, ACOG Commite on Obstetric Practice : Mode of Term Singleton Breech Delivery. ACOG, Obstet Gynecol ; 2006, 108:235-7

14. Villar J, Valladares E, Wojdyla D, Zavaleta N, Carolli G, et al. Caesarean Delivery Rates and Pregnancy Outcomes : the 2005 WHO Global Survey on Maternal and Perinatal Health in Latin America. the Lancet Journal ; 2006, vol.367:1819-1829

15. Lumbiganon P, Laopaiboon M, Gulmezoglu AM, Souza JP, Taneepanichskul S, et al, Method of delivery and pregnancy outcomes in Asia : the WHO global survey on maternal and perinatal health 2007–08. the Lancet journal ; 2010, vol. 375:490-499

16. Moodley J, Khedun SM, Devjee J. Breech Presentation at A District Level Hospital in South Africa. SA Fam Pract ; 2010, 52(1):64-68 17. Yildirim G, Ozdemir IA, Aslan A, Gulkilik A. Early Neonatal Outcomes

(21)

18. Wongwananuruk T, Borriboonhirunsarn D. Insidence of Vaginal Breech Delivery in Singleton in Siriraj Hospital. J Med Assoc Thai ; 2005, vol.88, no.5, 582-587

19. Semarawisma IGKA. Skor Zatuchni-Andros dalam Menentukan Keberhasilan Persalinan Sunsang Genap Bulan. Universitas Diponegoro Fakultas Kedokteran Semarang ; 2000 (Tesis)

20. Andayani TM, Sudjaswadi R. Evaluasi ekonomi penggunaan antibiotika pada kasus bedah sesar di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia ; 2005, vol 16(2):70 – 75

21. Gondo HK, Sugiharta K. Operasi Seksio Sesarea di SMF Obstetri & Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar, Bali Tahun 2001 dan 2006. CDK ; 2010 vol.37 no. 2:97-101

22. AL-Muhlim A, Gasim TG. Breech Delivery at Term: Do the PerinatalResult Justify a Trial of Labour?. Bahrain Med Bull ; 2002, 24(1):23-27

23. Tunde-Byass MO, Hannah ME. Breech Vaginal Delivery at or Near Term, Presented at Seminar in Perinatology. Elsevier Science USA ; 2003, 27(1):34-45

24. Ojiyi E. Outcome of Singleton Term Breech Delivery at a University Teaching Hospital in Eastern Nigeria. Web med Central ; 2011

25. Zaman BS, Qamar R, Siddique S, zulqarnain A, Saleem A. Vaginal Delivery Versus Caesarean Section ; Birth Outcome in Primigravidae Breech. Profesional Med J ; 2010, 17(2):300-303

26. O’Grady JP, Gimovski ML, Zwirello LB, Giordano K. Operative Obstetrics. New York : Cambridge University Press ; 2008, p297-318 27. Taillefer C, Dube J. Singleton Breech at Term : Two Continents, Two

Approaches. JOGC ; 2010, p238-243

28. Puscasiu L, Marginean C, Capilna M, Andrei S, Jidveianu H, et al. Route of Delivery and Perinatal Result in Breech Presentation Before Term. TMJ ; 2009, Vol.59, No. 2:194-197

(22)

29. Eide MG, Oyen N, Skjarven R, Irgens LM, Bjekerdal T, Nilsen ST. Breech Delivery and Intelligence: A Population –Based Study of 8,738Breech Infants. LippincottWilliams & Wilkins. Obstet Gynecol ; 2005, vol.105:4-11.

30. Sobande AA. Pregnancy Outcome in Singleton Term Breeches from a referral Hospital in Saudi Arabia. WAJM ; 2003, 22(1):38-41.

Referensi

Dokumen terkait

■■ The flush timer always runs longer than the invalid timer to give the router time to advertise the invalid routes before they are removed from the router’s route tables. The

Gambaran Nilai Murni (NIM) Siswa Kelas V S D Untuk Setiap Areal yang Terambil Sebagai Kelas Eksperimen dan Sebagai Kelas Kontral...=...30?. Gambaran Siswa Yang Terpilih Untuk

Untuk siswa SD kalau diberi ceramah panjang lebar mereka tidak akan mengerti, lebih baik mereka kita beri foto-foto yang berisi kegiatan.. Otomatis mereka akan penasaran

Penulisan ilmiah ini menjelaskan mengenai aplikasi penjualan produk tianshi pada Stokis 159, dengan tujuan untuk mempermudah pencatatan data konsumen serta menggatasi resiko

Penulisan Ilmiah ini membahas tentang bagaimana membuat aplikasi penjualan, yang dapat menyajikan laporan persediaan barang, laporan kas dan bank lebih cepat dan akurat,

Turnamen bola voly plastik Anom Bhakti Cup I pukul 16.00 wib s/d selesai bertempat di Lapangan Voli Munggur Watusigar Ngawen.. Pasar malam pukul 17.00 s/d 23.45 wib bertempat

materi apa yang telah diajarkan dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam berbasis nilai di MTs Hidayatus Syubban Karangroto Genuk Semarang. 3) Untuk mengetahui

^. Pada kasus masalah stasioner , akan ditunjukkan bahwa terdapat suatu pertambahan limit pada suatu titik tertentu dan mengaplikasikan ketunggalan soiusi dapat diformulasikan pada