• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Efektifitas Penyuluhan Kesehatan menggunakan Metode Ceramah dan Media Audiovisual (Film) terhadap Pengetahuan Santri Madrasah Aliyah Pesantren Khulafaur Rasyidin tentang TB Paru Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Efektifitas Penyuluhan Kesehatan menggunakan Metode Ceramah dan Media Audiovisual (Film) terhadap Pengetahuan Santri Madrasah Aliyah Pesantren Khulafaur Rasyidin tentang TB Paru Tahun 2015"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016

Perbedaan Efektifitas Penyuluhan Kesehatan menggunakan Metode Ceramah dan Media Audiovisual (Film)

terhadap Pengetahuan Santri Madrasah Aliyah Pesantren Khulafaur Rasyidin tentang TB Paru Tahun 2015

Farah Muthia1; Agus Fitriangga2; Syarifah Nurul Yanti R.S.A3

1

Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN 2

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN 3

Departemen Pre Klinik Anatomi Medik, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN Abstrak

Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang utama di dunia dan belum ada satu negara pun yang bebas dari TB. Salah satu program penanggulangan TB yang disusun oleh Depkes RI dibidang promotif adalah penyuluhan kesehatan, karena masalah TB banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Penggunaan media penyuluhan kesehatan akan memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku. Media audiovisual merupakan media penyuluhan yang menarik dan melibatkan lebih banyak indera. Metodologi. Penelitian ini menggunakan metode quasi-experimental dengan rancangan non-equivalent control group design with pretest and posttest pada 68 orang santri Madrasah Aliyah Pesantren Khulafaur Rasyidin. Uji hipotesis menggunakan Uji t tidak berpasangan. Hasil. Terdapat perbedaan yang bermakna antara peningkatan pengetahuan kelompok uji dan kelompok kontrol dengan nilai significancy (sig) 0,041 (p<0,05). Kesimpulan. Penyuluhan kesehatan dengan media audio visual lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang TB dari pada metode ceramah.

Kata Kunci: TB, penyuluhan kesehatan, media audiovisual film, pengetahuan

Background. Tuberculosis (TB) is a major health problem in the world and no country is free from tuberculosis. One of the TB control programs that has been prepared by the Ministry of Health Republic of Indonesia is health counselling, because most of TB issues are related with knowledge and behavior problems of the community. The use of health counselling media will clarify the information to the community to improve the knowledge, attitude and behavior. Audio visual media is an attractive counselling media and involve more of the body senses. Method. This study used a quasi-experimental design with non-equivalent control group design with pretest and posttest to the 68 students of Madrasah Aliyah Khulafaur Rasyidin. Hypothesis test by using Wilcoxon test and unpaired t test.

Result. There is a significant difference between the increased knowledge of the test group and the control group. Conclusion. Health counselling with audio visual media is more effective in improving the TB knowledge of students than the lecture method.

(2)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016

LATAR BELAKANG

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius yang menyerang parenkim paru dan juga dapat ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang dan nodus limfe.1 TB hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang utama di dunia dan belum ada satu negara pun yang bebas dari TB. Bahkan negara maju sekalipun, pada mulanya kejadian TB yang telah menurun belakangan ini naik kembali sehingga TB disebut salah satu Reemerging Disease.2

Berdasarkan hasil cakupan penemuan kasus TB paru tahun 2011, Kalimantan Barat menempati peringkat ke-13 dari 33 provinsi di Indonesia dengan jumlah 5.681 kasus dengan case detection rate (CDR) 50,7%.3 Berdasarkan hasil rekapitulasi laporan TB Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat jumlah perkiraan penderita sekitar 10.926 dengan CDR 41,17 %.4 Kabupaten Kubu Raya merupakan Kabupaten dengan angka kejadian TB kedua terbesar di Kalimantan Barat setelah Kabupaten Ketapang, dengan jumlah perkiraan

penderita 1.089 orang dan CDR 34,25 %.5

Program penanggulangan TB yang disusun oleh Depkes RI dibidang promotif adalah penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan tentang TB perlu dilakukan karena masalah TB banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat.6,7 Metode penyuluhan kesehatan yang paling sering digunakan untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan adalah metode ceramah karena pertimbangan waktu, biaya, tenaga dan sarana.8 Namun Ewles dan Simnett mengungkapkan bahwa metode ceramah yang dilaksanakan merupakan proses komunikasi satu arah dan cenderung membosankan, sehingga pesan yang disampaikan mudah dilupakan setelah beberapa saat.9 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode ceramah yang selama ini dilaksanakan kurang efektif, sehingga perlu dicari metode lain dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang TB.10 Salah satu metode penyuluhan kesehatan dapat menggunakan media

(3)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016

audiovisual yaitu film. Yulianti menjelaskan bahwa dengan pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat.11

Penyuluhan kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara upaya kesehatan masyarakat lain, khususnya dalam pengembangan perilaku hidup sehat, karena sekolah merupakan sebuah komunitas sehingga mudah dijangkau dalam upaya kesehatan masyarakat dan anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaruan.12

Pesantren Khulafaur Rasyidin merupakan salah satu pesantren yang ada di Kabupaten Kuburaya dan terletak di Kecamatan Sungai Raya. Pesantren Khulafaur Rasyidin merupakan pesantren yang memiliki populasi santri terbanyak dan belum pernah dilakukan penelitian maupun penyuluhan tentang TB paru.

METODE

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah quasi eksperimental dengan rancangan non-equivalent control group design with pretest and postest. Dua kelompok subyek yang diberikan perlakuan berbeda untuk kelompok kontrol diberi perlakuan penyuluhan kesehatan menggunakan metode ceramah sedangkan kelompok uji diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual film.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Juni 2015, yang dilakukan di Pessantren Khulafaur Rasyidin. Pada kedua kelompok penelitian, Sebelum diberikan penyuluhan kesehatan tentang TB, peneliti memberikan kuesioner (pretest) terlebih dahulu kepada santri untuk menilai pengetahauan mereka tentang TB. Kemudian dilakukan intervensi berupa penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah pada kelompok kontrol dan penyuluahan kesehatan menggunakan media audiovisual film pada kelompok uji dan setelah diberi perlakuan dilakukan pengukuran lagi (posttest) untuk mengetahui pengetahuan dari masing-masing kelompok perlakuan.

(4)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016

Jumlah sampel minimal pada kelompok kontrol dan kelompok uji masing-masing berjumlah 34 orang. Data diambil menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data dilakukan menggunakan uji Shapiro-wilk dan uji Wilcoxon.

HASIL

Karakteristik Responden

Jumlah responden yeng terlibat dalam penelitian adalah 68 orang yang terdiri dari 34 orang kelompok uji dan 34 orang kelompok control. Berdasarkan hasil penelitian, dari 34 orang reponden kelompok kontrol dan 34 orang reponden kelompok uji didapatkan hasil yang berbeda pada jumlah terbesar dan jumlah terkecil usia responden. Didapatkan responden dengan jumlah terbesar yaitu usia 16 tahun (53%) pada kelompok kontrol dan 17 tahun (47%) pada kelompok uji. Hasil yang sama juga didapatkan pada jumlah terkecil kelompok usia responden yaitu usia 18 tahun (0%) pada kelompok kontrol dan 15 tahun (6%) pada kelompok uji.

Analisis Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil analisis data pengetahuan responden kelompok kontrol sebelum penyuluhan diperoleh hasil bahwa tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai TB, sedangkan sebanyak 18 orang responden (53%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik, 16 orang responden (47%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik, dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan tidak baik tentang TB.

Setelah diberikan penyuluhan kesehatan berupa ceramah pada kelompok kontrol, dilakukan penilaian pengetahuan kembali tentang TB (posttest) terhadap kelompok ini, dan didapatkan hasil bahwa terdapat 31 orang responden (91%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 3 orang responden (9%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik, dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang kurang baik maupun tidak baik tentang TB.

(5)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016

Hasil yang diperoleh dari uji wilcoxon nilai Significancy (Sig) 0,000 (P<0,05). Nilai P<0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai pengetahuan sebelum penyuluhan kesehatan dengan sesudah penyuluhan kesehatan. Analisis Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Pada Kelompok Uji

Berdasarkan hasil analisis data pengetahuan responden kelompok uji sebelum penyuluhan didapatkan hasil bahwa terdapat 2 orang responden (5,8%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai TB, 12 orang responden (35,2%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik, 16 orang responden (47%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik, dan 4 orang responden (12%) yang memiliki tingkat pengetahuan tidak baik tentang TB.

Setelah diberikan penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual film dilakukan penilaian pengetahuan kembali tentang TB (posttest) terhadap kelompok ini, dan didapatkan hasil bahwa terdapat 33 orang responden (97%) memiliki

tingkat pengetahuan yang baik, 1 orang responden (3%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik, dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang kurang baik maupun tidak baik tentang TB.

Hasil yang diperoleh dari uji wilcoxon nilai Significancy (Sig) 0,000 (P<0,05). Nilai P<0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai pengetahuan sebelum penyuluhan kesehatan dengan sesudah penyuluhan kesehatan.

Keefektivitasan Metode

Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji t tidak berpasangan dapat dilihat nilai Significancy (Sig) 0,041 (P<0,05). Nilai P sebesar 0,041 (P<0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil perbandingan peningkatan pengetahuan kelompok uji terhadap peningkatan pengetahuan kelompok kontrol, sehingga hal ini menujukkan bahwa penyuluhan kesehatan dengan media audiovisual film lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan

(6)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016

responden tentang TB dari pada metode ceramah.

PEMBAHASAN

Pengetahuan Santri Yang Diberi

Penyuluhan Kesehatan

Menggunakan Metode Ceramah Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan baik dari 0% menjadi 91%. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor sebulum penyuluhan dengan skor sesudah penyuluhan yang berarti penyuluhan kesehatan menggunakan metode ceramah efektif untuk meningkatkan pengetahuan responden mengenai TB.

Adanya peningkatan pengetahuan responden mengenai TB dengan metode ceramah sejalan dengan penelitian Hastuti (2009) yang membuktikan bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan metode

ceramah terhadap pengetahuan masyarakat.13

Penyuluhan kesehatan sebagai bagian dalam promosi kesehatan memang diperlukan sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, disamping pengetahuan sikap dan perbuatan. Oleh karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian informasi, makan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan seharusnya akan terjadi peningkatan pengetahuan oleh masyarakat.

Efektivitas promosi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan siswa dan masyarakat yang memperoleh promosi kesehatan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Buzarudina (2013) yang menyatakan bahwa promosi kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja.14 Selain itu, hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suwarni (2013) yang menyatakan bahwa promosi kesehatan efektif dalam

(7)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016

meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai malaria.15

Pengetahuan Santri Yang Diberi

Penyuluhan Kesehatan

Menggunakan Media Audiovisual Film

Setelah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media audiovisual film terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan baik dari 5,8% menjadi 97%. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor sebulum penyuluhan dengan skor sesudah penyuluhan yang berarti penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual efektif untuk meningkatkan pengetahuan responden mengenai TB.

Peningkatan tersebut diartikan sebagai hasil dari penyuluhan kesehatan dengan media audiovisual dan dilanjutkan dengan diskusi yang diberikan, karena karakteristik awal responden adalah sama. Pemilihan dan penggunaan

media merupakan salah satu komponen yang penting. Menurut Maulana (2009), pancaindera yang banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai 87%), sedangkan 13% sampai 25%, pengetahuan manusia diperoleh dan disalurkan melalui pancaindera yang lain.16 Media seharusnya mampu merangsang atau memasukan informasi melalui berbagai indera. Semakin banyak yang dirangsang maka masuknya informasi akan semakin mudah. Media audiovisual memberikan rangsangan melalui mata dan telinga. Perpaduan saluran informasi melalui mata yang mencapai 75% dan telinga 13% akan memberikan rangsangan yang cukup baik sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.

Pemilihan audiovisual sebagai media penyuluhan kesehatan dapat diterima dengan baik oleh responden. Media ini menawarkan penyuluhan yang lebih menarik dan tidak monoton. Penyuluhan dengan audiovisual menawarkan gerak, gambar dan suara sedangkan penyuluhan dengan metode ceramah hanya menampilkan tulisan dan

(8)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016

suara penyuluh secara langsung yang membuat terkesan formal. Pada saat pelaksanaan penelitian, karena media ini terbilang baru sebagian responden mempunyai keingintahuan yang besar terhadap isi video dan melihat video sampai selesai dengan serius. Analisis Efektivitas Metode Ceramah dan Media Audiovisual Film terhadap Pengetahuan Siswa tentang TB

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan tentang TB setelah mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah maupun menngunakan media audiovisual film. Keadaan ini mengambarkan bahwa penyuluhan kesehatan merupakan suatu kegiatan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku responden meliputi perubahan pengetahuan. Dengan diberikannya penyuluhan maka responden mendapat pembelajaran yang menghasilkan suatu perubahan dari yang semula belum diketahui menjadi diketahui, yang dahulu belum dipahami sekarang dipahami. Hal ini sesuai dengan tujuan akhir penyuluhan kesehatan agar

masyarakat dapat mengetahui, meyikapi dan melaksanakan perilaku hidup sehat. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap maupun tindakan atau kombinasi dari ketiga komponen tersebut.17

Keefektivitasan dari kedua metode pada penelitian ini dapat dilihat dari hasil peningkatan pengetahuan kedua kelompok responden. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, gambaran peningkatan pengetahuan kelompok uji yang mendapatkan penyuluhan kesehatan (intervensi) dengan media audiovisual film meningkat dari 50 menjadi 93 atau meningkat sebesar 86%, sedangkan pada kelompok kontrol yang mendapatkan penyuluhan kesehatan (intervensi) dengan metode ceramah meningkat dari 57 menjadi sebesar 89,50 atau meningkat sebesar 57,02%. Hal ini menujukkan bahwa penyuluhan kesehatan dengan media audiovisual film lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden tentang penyakit TB dari pada metode ceramah.

Dari uraian diatas adanya peningkatan pengetahuan responden

(9)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016

sebelum dan sesudah diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual film dapat lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden dari pada metode ceramah dikarenakan responden telah menerima informasi berupa suara dan gambar yang disampaikan dalam penyuluhan kesehatan. Hal ini didukung oleh penelitian Nurhidayat (2012) yang meneliti mengenai peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan media menyimpulkan bahwa sangat diperlukan media sebagai alat bantu dalam meningkatkan kemampuan mengingat siswa seperti gambar dan suara sehingga anak lebih cepat memeahami dari informasi yang diberikan.18 Pemilihan dan penggunaan media merupakan salah satu komponen yang penting.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian Barr et al (2010) menyatakan bahwa rata-rata nilai pengetahuan pada kelompok intervensi lebih tinggi dibanding dengan nilai pengetahuan kelompok kontrol.19 Penelitian lain yang

mendukung adalah penelitian dari Garini (2004) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara intervensi VCD dengan tingkat pengetahuan (p=0,05).20

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan akhir dengan tingkat pengetahuan awal pada responden yang mendapat penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah (P=0,000). 2. Terdapat perbedaan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan akhir dengan tingkat pengetahuan awal pada siswa yang mendapat promosi kesehatan dengan media audio visual film (P=0,000).

3. Gambaran peningkatan pengetahuan kelompok kontrol yang mendapatkan penyuluhan kesehatan (intervensi) dengan metode ceramah sebesar 57,02%

(10)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016

sedangkan pada kelompok uji yang mendapatkan penyuluhan kesehatan (intervensi) dengan media audio visual film sebesar 86%.

4. Penyuluhan kesehatan dengan media audio visual lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang TB dari pada metode ceramah (P=0,041).

DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda C. Bare. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. Volume I. Jakarta: EGC. 2002.

2. Aditama, Y.T. Batu sandungan itu adalah resistensi OAT. Farmacia. 2008. 8(1): 8.

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Republik

Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2012.

4. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Profil Kesehatan Kalimantan Barat Tahun 2012. Kalimantan Barat: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat; 2013. 5. Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu

Raya. Profil Kesehatan Kabupaten Kubu Raya Tahun 2013. Kubu Raya: Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya; 2014.

6. Widodo, E. Upaya peningkatan masyarakat dan tenaga kesehatan dalam pemberantasan tuberculosis; 2004. Diperoleh dari: http://rudyct.com/PPS702

ipb/08234/eddy_widodo.pdf. (Pada tanggal 20 agustus 2014).

7. Departemen Kesehatan RI. Pengembangan media promosi kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2004.

8. WHO. Education for Health: A Manual on Health Education in Primary Health Care. Geneva; 1998.

9. Ewles, L. Simnett, I. Promosi Kesehatan; Petunjuk Praktis. Emilia, O. (Alih Bahasa). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta; 1994.

10. Tjahjowati, S. Prawitasari,J.E. dan Pramono, D. Metode Alternatif Pendidikan Kesehatan Bagi Kader Posyandu. Berita Kedokteran Masyarakat.; 1997; XIII(3):137-149.

11. Yulianti, Indah. Booklet untuk meningkatkan pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk (psn) demam berdarah dengue (dbd). Jurnal kesehatan lingkungan Unnes 3(2); 2003. Diperoleh dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index. php/ujph/article/view/1124. (Pada tanggal 20 agustus 2014). 12. Notoatmodjo, S. Promosi

Kesehatan Teori dan Aplikasi Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. 13. Hastuti S., Annisa A. Perbedaan

pengaruh pendidikan kesehatan gigi dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi pada anak di SDN 2 sambi kecamatan sambi Kabupaten Boyolali. Surakarta: Penelitian Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah; 2010.

14. Buzarudina F. Efektivitas penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap tingkat pengetahuan siswa SMAN 6 kecamatan Pontianak timur.

(11)

Jurnal Cerebellum. Volume 2. Nomor 4. November 2016 Pontianak: Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Tanjungpura; 2013.

15. Suwarni, Riana. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Penyakit Malaria Di Desa Terotong Kecamatan Sintang. Pontianak: Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura; 2014. 16. Maulana, H. Promosi kesehatan.

Jakarta: EGC; 2009.

17. Departemen kesehatan RI. Modul dasar penyuluhan kesehatan masyarakat indonesia. Jakarta: Pusat promosi kesehatan departemen kesehatan RI; 2002. 18. Nurhidayat, O. Perbandingan media

power point dengan flip chart dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Unnes Journal of Public Health; 2012.

19. Barr, R. G., Rivara F. P., Barr, M., Cummings, P., Taylor, J., Lengua, L. J., et al. Effectiveness of educational materials designed to change knowledge and behaviors regarding crying and shaken-baby syndrome in mothers of newborns: a randomized, controlled trial; 2009.

http://www.pediatrics.org/cgi/conte nt/full/123/3/972. Diperoleh tanggal 15 September 2015.

20. Garini, W. Pengaruh intervensi VCD metode perawatan bayi terhadap pengetahuan ibu bayi berat badan lahir rendah di RSUD Ciawi Bogor Jawa Barat; 2004.

Http://www.digilib.ui.ac.id/opac/th emes/libri2/detail.jsp?id=124680. Diperoleh tanggal 15 September 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Paket Hemat 2 terdiri dari Modul SD, SMP, Skill Count SD dan SMP, English Skill, Administrasi v.4 dengan Logo Aqila Course, Biaya bagi hasil sebesar Rp 1.000,- per siswa

Dinas Pendidikan Provinsi bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan SMP dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam proses pemang- gilan dan keikutsertaan pemenang OSN SMP

Guna Memenuhl Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studl Pada Program Diploma III Fakultas Ekonoml.. UNIVERSiTAS SUMATERA

Untuk tujuan tersebut diperlukan 6 tahap dalam pipeline pengolahan citra, yaitu tahap Image Acquisition, tahap Image Enhancement, tahap Image Segmentation, Contour Tracing

saur gowo terjadi karena adanya asas kepercayaan dari penjual kepada pembeli.Dari kedua model tersebut penjual lebih banyak yang memilih model transaksi kenceng

[r]

Sesuai dengan yang telah dijelaskan bahwa komponen kondisi fisik yang harus dimiliki oleh anggota UKM senam aerobik putri Unusa adalah daya tahan otot jantung,

PENGARUH OPERATING CASH FLOW; DEBT TO EQUITY RATIO .... VIVI