• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAKIT UTAMA TANAMAN JERUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYAKIT UTAMA TANAMAN JERUK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT UTAMA TANAMAN JERUK

1. CVPD/HLB (Liberobacter asiaticus)

Penyakit CPVD pada Jeruk

Penyakit huanglongbing (HLB), yang sebelumnya popular dengan sebutan Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) di Indonesia, merupakan penyakit degenerasi penyebab menurunnya produktifitas, kualitas bahkan kematian tanaman jeruk di Indonesia, Asia dan Afrika. Bahkan pada lima tahun terakhir dilaporkan mengancam industri jeruk di Florida dan Brazilia.

Di Indonesia, HLB diketahui menyerang pertanaman jeruk sejak tahun 1940-an, hampir seluruh propinsi jeruk di Indonesia saat itu dilaporkan terserang parah. Di Tulungagung misalnya, 62,34% tanaman mati karena HLB, serangan di Bali utara mencapai 60%, atau sekitar 95.564 ha tanaman jeruk mengalami kerusakan parah hanya dalam kurun waktu 1988 sampai 1996, dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp 36 miliar pada 1984. Di Sambas-Kalimantan Barat, satu-satunya propinsi yang pernah dinyatakan bebas HLB dan merupakan satu-satunya propinsi terbesar penghasil jeruk Siem di Indonesia, saat ini hampir sebagian besar pertanaman jeruk terancam punah, karena dari 13.000 hektar lahan pertanam jeruk sekitar 2.000 hektar diantaranya kini telah merana dan mati hanya dalam waktu 6 bulan.

Sampai saat ini, pengendalian HLB bertumpu pada penggunaan bibit bebas penyakit, eliminasi tanaman sakit di lapang dan pengendalian serangga penularnya. Pada kondisi lapangan, implementasi ketiga komponen ini tidak berjalan secara efektif karena sulitnya memastikan kehadiran penyakit di lapang sedini mungkin. Hal ini disebabkan belum tersedianya fasilitas pendeteksi penyakit CLas yang praktis untuk kegunaan di lapang. Karena pertimbangan peralatan yang mahal, laboratorium modern dan menuntut operator yang berskill tinggi teknik ini hanya dimanfaatkan untuk keperluan penelitian khususnya di laboratorium saja. Di lapang, deteksi penyakit umumnya dilakukan secara kualitatif berdasarkan gejala visual yang seringkali

(2)

‘misreading’, meragukan dan cenderung ’false negatif’. Akibatnya, pengambilan keputusan pengendalian selalu terlambat, yang berdampak lebih parah pada berkurangnya umur hidup (life span) pertanaman jeruk yang masa produktifnya dalam kondisi normal mampu mencapai > 15 tahun menjadi ? 5 tahun.

2. Embun Tepung (Oidium tingitanium C.N Carter)

Penyakit embun tepung (Sumber Balitjestro)

Penyakit ini umum terjadi pada waktu musim pertunasan, ditandai dengan adanya lapisan tepung putih pada bagian atas daun, yang dapat menyebabkan daun malformasi (mengering akan tetapi tidak gugur). Fase kritis serangan adalah periode pertunasan dan daun muda yang sedang tumbuh, buah muda yang terserang mudah gugur. Kumpulan tepung putih pada daun, tunas dan buah muda merupakan masa konidia jamur Oidium tingitanium yang menyerang bagian daun jeruk menyebabkan serangan patogen jamur ini lebih dikenal dengan nama penyakit embun tepung. Serangan pada daun menyebabkan daun abnormal dan mengalami malformasi yang biasanya bersifat permanen tidak dapat tumbuh lagi.

Penyakit akan terjadi apabila varietas yang ditanaman rentan, ditemukan sumber patogen di sekitar kebun dan terjadi pada pada musim kemarau yang lembab. Suhu tinggi beberapa jam yang kemudian terjadi hujan, akan memicu perkecambahan konidia jamur yang berada diatas permukaan daun. Penetrasi akan terjadi dalam beberapa jam setelah perkecambahan konidia. Dilaporkan bahwa semua jenis jeruk rentan terhadap penyakit ini.

Serangan patogen jamur Oidium tingitanium pada buah menyebabkan gejala burik kusam permanen pada kulit buah yang menyebabkan buah masuk dalam katagori mutu rendah (Triwiratno et al. 2006).

Pengendalian paling efektif dilakukan menjelang bertunas dan diulang saat daun muda mengunakan bahan aktif siprokonazol dibanding tembaga hidroksida dan kapur belerang (Fariya et al. 2005). Senyawa Azadirachtin filtrat daun nimba mampu merusak membran sel jamur Oidium tingitanium, sehingga metabolisme sel terganggu dan pertumbuhan sel terhambat. Perbedaan konsentrasi filtrat daun nimba mempengaruhi pertumbuhan embun tepung, dan filtrat daun nimba paling efektif adalah konsentrasi 60g/l, 80g/l dan 100g/l dengan prosentase serangan embun tepung 11 %, 14,59% dan 12,67% (Munah, 2014). Serangan yang parah pada tunas muda disarankan untuk dipangkas, kemudian dimasukkan kantong plastik untuk mengurangi penyebaran konidia di kebun.

(3)

3. Embun Jelaga (Capnodium citri Berkl & Desm)

Penyakit embun jelaga (Sumber https://peduliketahananhayatijeruk.blogspot.co.id/2016)

Pada daun yang terserang dilapisi oleh lapisan tipis berwarna hitam. Pada musim kering lapisan ini dapat dikelupas oleh tangan atau terkelupas sendiri. Selain daun dapat menyerang buah dan biasanya buah akan berukuran lebih kecil dan mengalami keterlambatan dalam pematangana

Pada umumnya, pengendalian penyakit embun jelaga dilakukan dengan menyemprot pertanaman dengan air bersih secara berkala selama periode ekskresi serangga penghisap. Tujuannya untuk menaikkan tingkat kelembaban udara di area perkebunan sehingga tidak ideal bagi perkembangan jamur. Selanjutnya, bagian tanaman yang sudah terinfeksi serangga ini perlu dipotong dan dibuang jauh. Pengendalian juga bisa dilakukan membersihkan bagian tanaman yang terserang penyakit ini dengan mencucinya memakai campuran air deterjen dengan perbandingan 1 kg deterjen untuk 15 liter air. Jikalau populasi serangga penghisap yang ada di suatu perkebunan telah melebihi batas ambang ekonomi, maka pengendaliannya bisa dengan memanfaatkan insektisida berupa sipermetrin serta imidaklopid.

4. Kudis (Scab) (Spaceloma fawcetti Jenkins)

Gejala kudis jeruk, A-C: kudis pada permukaan atas daun jeruk masam, D: gejala pada permukaan bawah daun, E dan F: gejala berupa tonjolan mengerucut pada permukaan bawah daun, G dan H: gejala pada buah, I: gejala pada buah jeruk RL, dan J: gejala pada buah tangelo. Sumber, https://peduliketahananhayatijeruk.blogspot.co.id/2016)

(4)

Penyakit kudis jeruk merupakan penyakit yang umum dialami oleh anakan batang bawah di pesemaian, khususnya bila yang digunakan sebagai batang bawah adalah jenis jeruk yang rentan seperti jeruk RL. Namun demikian, penyakit kudis jeruk juga dapat merusak tanaman dewasa dari kultivar jeruk lainnya yang rentan. Penyakit ini dapat menjadi penyakit yang turut merusak di pesemaian maupun pada tanaman dewasa bila kondisi lingkungan, khususnya suhu dan kelembaban nisbi mendukung perkembangan penyakit. Pada tulisan ini disajikan uraian mengenai penyakit kudis jeruk yang tersebar luas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Sphaceloma Fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai dan buah.

Gejala dapat terjadi pada daun, ranting, batang anakan, dan buah. Kudis baru merupakan gabungan antara jamur dan jaringan inang, merupakan permukaan terangkat yang berwarna pink sampai cokelat cerah. Luka awal menyerupai menyerupai gejala baru kanker jeruk dan dapat mempunyai tepi yang berair. Seiring dengan perkembangan, permukaan terangkat semakin jelas dan pada akhirnya menggabus dan permukaannya pecah-pecah, berubah warna menjadi cokelat kekuningan dan pada akhirnya abu-abu kotor. Kudis pada jeruk sitrun, jeruk cina tangerine dan jeruk masam terangkat dari permukaan sekitarnya, kudis pada jeruk gedang hampir sama tinggi dengan permukaan di sekitarnya.Gejala yang bisa diketahui adalah bercak kecil yang jernih yang bisa berubah menjadi berwarna kuning atau oranye pada daun. Untuk mengatasi hal ini, Anda bisa menggunakan Fungisida Dithiocarbamate.

5. Antraknose (Colletotricum gloesporiodes Pens)

Antraknosa pada tanaman jeruk (Sumber https://peduliketahananhayatijeruk.blogspot.co.id/2016)

Antraknose merupakan penyakit jeruk yang mempunyai distribusi geografis global, termasuk terdapat di Indonesia dan di Provinsi NTT, sedangkan antraknose jeruk-nipis terdapat di Amerika dan Zanzibar. Penyakit dipandang sebagai kurang penting dibandingkan dengan penyakit lainnya, tetapi bila dibiarkan, pada kondisi lingkungan yang sesuai, dapat menimbulkan kerusakan, terutama pada tanaman tua. Oleh karena itu, meskipun kurang penting, penyakit antraknose pada tanaman jeruk perlu mendapat perhatian. Tulisan ini memuat uraian mengenai penyakit antraknose pada tanaman jeruk dan cara pengendaliannya.

Pada daun timbul bercak kurang lebih membulat berwarna tan cerah dengan tepi jingga yang tampak jelas. Pada perkembangan selanjutnya, permukaan bercak dipenuhi oleh titik-titik hitam yang merupakan badan buah jamur. Pada buah timbul bercak berwarna cokelat atau hitam berdiameter 1,5

(5)

mm atau lebih, dilanjutkan dengan terjadinya busuk kering, tetapi bila jamur masuk lebih dalam juga dapat menimbulkan busuk basah. Pada kondisi lembab, berkembang spora massa spora berwarna pink sampai seperti warna ikan salmon, tetapi bila kondisi kering berkembang massa spora berwarna cokelat sampai hitam. Gejala dapat meluas menjadi berwarna cokelat atau abu-abu hitam dan kemudian buah membusuk. Gejala pada daun dan buah berkembang setelah daun dan buah mengalami kerusakan mekanik atau setelah terlebih dahulu menderita penyakit lain (bercak daun alternaria, kanker jeruk, dab.). Pada ranting menimbulkan mati ujung.

Pengendalian dilakukan secara budidaya dengan memangkas dan membakar ranting kering dan ranting bergejala mati ujung. Pengendalian secara kimiawi hanya diperlukan bila gejala semakin meluas dengan melakukan penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif azoxystrobin atau campuran fungisida berbahan aktif zink sulphate, copper sulphate dan hydrated lime.

6. Diplodia (Botrydiplodia teobromae Pat)

Diplodia kering, diplodia basah (Sumber Balitjestro)

Penyakit Blendok/ Diplodia merupakan salah satu penyakit utama pada jeruk. Penyakit Blendok dapat terjadi apabila ada patogen menyerang cendawan Botryodiplodia theobromae Pat.yang patogenik menyerang tanaman yang rentan, yang tumbuh pada lingkungan yang sesuai untuk patogen, dan petani kurang intensif dalam pemeliharaan tanaman.

Tingkat serangan penyakit blendok dapat dipakai sebagai tolok ukur terhadap tingkat pemeliharaan yang sudah dilakukan, makin intensif pemeliharaan dapat menurunkan tingkat serangan penyakit. Kondisi lingkungan yang mempermudah serangan patogen diantaranya kondisi kekeringan, adanya pelukaan, perbedaan suhu siang dan malam yang tinggi dan pemeliharaan yang kurang optimal.Penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit blendok karena salah satu gejalanya adalah keluarnya blendok (gum) dari batang yang teriinfeksi.

Penyakit blendok dapat diketahui dengan mudah apabila tanaman sudah bereaksi terhadap serangan patogen dengan mengeluarkan substansi pertahanan berupa blendok (gum/gumosis). Diketahui ada dua jenis Diplodia yaitu basah dan kering. Diplodia basah, batang, cabang, atau ranting yang terserang mengeluarkan blendok berwarna kuning keemasan dan pada stadia lanjut, kulit tanaman

(6)

mengelupas. Diplodia kering, kulit batang atau cabang tanaman yang terserang akan mengering tanpa mengeluarkan blendok, sehingga gejalanya lebih sulit diamati. Pada bagian celah kulit terlihat adanya masa spora jamur berwarna putih atau hitam. Serangan pada batang utama akan lebih berbahaya dibandingkan pada cabang atau ranting. Serangan yang melingkar pada cabang mengakibatkan bagian tanaman diatas serangan akan kering dan mati.

Pengendalian :

 Menjaga kebersihan kebun dengan memangkas ranting kering dan cabang yang terserang penyakit, dan ranting pangkasan dibakar atau ditimbun.

 Menjaga alat pertanian; pisau, gunting pangkas maupun alat lainnya selalu dicuci bersih dan diolesi kapas yang dibasahi alkohol 70% atau clorox 0,5% sebelum dan setelah digunakan.

 Menyaput/melabur batang dan cabang dengan bubur California atau fungsidayang berbahan aktif Cu. Pelaburan dilakukan pada awal da akhir musim hujan

7. Kanker Jeruk (Citrus Cancer) (Xanthomonas axonopodis)

Penyakit kanker pada tanaman jeruk (Sumber https://peduliketahananhayatijeruk.blogspot.co.id/2016)

Penyakit kanker yang disebabkan oleh patogen Xanthomonas axonopodis pv. citri, merupakan penyakit utama yang disebabkan oleh bakteri pada jeruk di dunia (Davies et al 2003). Beberapa jenis jeruk yang rentan di Indonesia adalah jeruk purut (Citrus histryx), jeruk nipis (C. aurantifolia) dan pamelo (C. maxima Merr.) terutama yang tumbuh pada suhu 20-35°C atau pada agroklimat yang agak panas (Triwiratno 2003).

Gejala awal berupa bercak putih pada sisi bawah daun yang selanjutnya warna hijau gelap, kadang-kadang berwarna kuning di sepanjang tepinya. Bagian tengah terbentuk gabus warna coklat. Luka terjadi pada bagian atas dan bawah daun. Pada buah ditandai dengan gejala serupa dengan di daun tetapi bagian tepi tidak berwarna kuning.

Kanker jeruk dapat dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif Copper, dan Antibiotika seperti

Streptomisin dan Kloromisetin. Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan cara tidak menanam jenis yang rentan disekitar jenis komersial. Penyemprotan hanya perlu dilakukan pada musim hujan sebelum terdapat serangan berat.

(7)

Tabel 2. Nama penyakit, patogen penyebab dan bahan aktif pestisida yang digunakan No Spesies Penyakit Bahan Aktif Pestisida Dosis

1. Diplodia (Botryodiplodia Teobromae Pat.)

 Bubur California (Belerang : Kapur : Air) (1:2:10)  Difenokonazol  Siprokonazol  Metil tiofanat  Murni  2 ml/lt  2 gr/lt  2 gr/lt 2. Busuk Pangkal Batang

(Phytophthora spp)  Asam fosfit  2 gr/lt 3. Embun Tepung (Powdery Mildew) (Oidium tingitanium C.N Carter)  Siprokonazol  Tembaga Hidroksida  Propinep  Benomil  2 gr/lt  2 gr/lt  2 gr/lt  2 gr/lt

4. Kanker Jeruk (Citrus Canker) (Xanthomonas axonopodis pv. Citri)

 Bubur California Cairan 10 ml/lt

5. Embun Jelaga

(Scooty mold) (Capnodium citri Berkl & Desm.)

 Deterjen 5 gr/lt

6. Antraknose (Collectotrichum gloeosporiodes Penz.)

- -

7. Jamur Upas (Pink Disease) (Corticium salmonicolor B & B)

 Bubur California Murni

8. Kudis (Scab) (Spaceloma Fawcettii Jenkins.) - -

Disusun Oleh :

SUMARNO, SP.

KJF Dintanpangan Kabupaten Temanggung

DAFTAR PUSTAKA

Hama Penyakit Jeruk – Balitjestro

balitjestro.litbang.pertanian.go.id/category/jeruk/hama-jeruk/ diunduh tanggal 24 Agustus 2017

Peduli Ketahanan Hayati Jeruk : Pengendalian Penyakit Tanaman Jeruk, https://peduliketahananhayatijeruk.blogspot.co.id/2016

(8)

Gambar

Tabel 2.  Nama penyakit, patogen penyebab dan bahan aktif pestisida yang digunakan   No  Spesies Penyakit  Bahan Aktif Pestisida  Dosis

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji sidik ragam hasil pengamatan intensitas serangan penyakit hawar daun tanaman kentang yang disebabkan oleh jamur patogen Phytophthora infestans

Serangan kutu putih pada zodia biasanya pada bagian bawah daun, tunas-tunas muda yang baru tumbuh, bagian buku-buku batang atau ketiak daun, bagian bawah batang,

Tunas muda tanaman buah naga yang diinokulasi dengan spora patogen dengan cara disemprot, menunjukkan gejala awal serangan patogen setelah 3–4 minggu inokulasi, yaitu

Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.. Gejala: tunas keriting,

konidia berwarna putih di permukaan tanaman, dapat dilihat pada semua bagian tanaman, termasuk batang dan malai, namun yang paling jelas adalah pada daun bagian bawah (Wegulo

Penyakit ini menyerang bagian daun tanaman jeruk dimana pada serangan lanjut tanaman akan menghasilkan buah yang kecil, buah tidak dapat berkembang lagi dan akhirnya gugur

Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk, tanaman

antonii merusak tanaman perkebunan dengan menyerang pucuk, daun muda, tunas, tangkai muda, ranting muda, bunga, buah, dan biji.. Pengendalian