• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas ekstrak tanaman Gadung (Dioscorea hispida Dennts) dalam mengendalikan jentik nyamuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas ekstrak tanaman Gadung (Dioscorea hispida Dennts) dalam mengendalikan jentik nyamuk"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

JHECDs, 5 (2), 2019 hal. 49-53 Penelitian

Efektivitas ekstrak tanaman Gadung (Dioscorea hispida Dennts)

dalam mengendalikan jentik nyamuk

The effectiveness of Gadung (Dioscorea hispida Dennts) extracts in

controlling mosquito larvae

Kasman *, Yeni Riza, Mia Rosana

Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin Jl. Adhyaksa No 2 Kayutangi

* Korespondensi: kasman.ph@gmail.com DOI : https://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v5i2.626

Tanggal diterima 18 Oktober 2018, Revisi pertama 02 April 2019, Revisi terakhir 6 Desember 2019, Disetujui 11

Desember 2019, Terbit daring 3 Januari 2020

Abstract.There are several ways to control larvae including the use of insecticides. To get environmentally friendly chemicals is to exploit the natural potential of plants that contain bioinsecticides. One of the plants with huge potential to be developed as bioinsektisida is Dioscorea hispida Dennst or known gadung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak tanaman gadung dalam mengendalikan jentik nyamuk. Jenis penelitian yang digunakan yaitu true eksperimental dengan desain posttest only control group design. The sample in this study is the instar III larvae available at the Tanah Bumbu P2B2 Research and Development Laboratory. The number of repetitions for each group was 9 times and each experiment pot filled 15 instar III larvae. Each post contained 100 ml of water with a concentration of tubers and gadung leaves 0.20%. To see the difference in mean larvae between intervention groups an Kruskal Wallis test analysis was performed. Larvae occur in all intervention groups. The effective intervention group is 0.2% gadung tuber extract because it can kill an average of 45% larvae for 24 hours of treatment time. There was a significant difference from gadung plant extract against larvae death, p value = 0.000  (0.05). Further research is expected to compare different plant extracts that have the potential as natural insecticides, to see which is greater and has better effects in controlling larvae.

Keywords: DHF, mosquito larvae,Dioscorea hispida Dennts

Abstrak. Ada beberapa cara untuk mengendalikan jentik diantaranya dengan penggunaan insektisida. Untuk mendapatkan bahan kimia yang ramah lingkungan adalah memanfaatkan potensi alam yaitu tanaman yang mengandung bioinsektisida. Salah satu tanaman yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bioinsektisida adalah Dioscorea hispida Dennst atau dikenal dengan nama gadung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak tanaman gadung dalam mengendalikan jentik nyamuk. Jenis penelitian yang digunakan yaitu true eksperimental dengan desain posttest only control

group design. Sampel dalam penelitian ini adalah jentik instar III yang tersedia di Laboratorium Litbang P2B2 Tanah Bumbu.

Jumlah pengulangan untuk setiap kelompok sebanyak 9 kali dan setiap pot percobaan diisi 15 jentik instar III. Setiap pos berisikan air 100 ml dengan konsentrasi ekstrak umbi dan daun gadung 0,20%. Untuk melihat perbedaan rerata kematian jentik antara kelompok intervensi dilakukan analisis Uji Kruskal Wallis. Kematian jentik terjadi pada seluruh kelompok intervensi. Kelompok intervensi yang efektif adalah ekstrak umbi gadung 0,2% karena dapat mematikan rata-rata 45% jentik selama 24 jam waktu perlakuan. Ada perbedaan yang bermakna dari ekstrak tanaman gadung terhadap kematian jentik, p value= 0,000  (0,05). Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan ekstrak tanaman yang berbeda dan berpotensi sebagai insektisida alami dalam mengendalikan jentik.

Kata kunci : DBD, jentik nyamuk, Dioscorea hispida Dennts

DOI

Cara sitasi : : https://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v5i2.626 Kasman, Riza Y, Rosana M. Efektivitas ekstrak tanaman Gadung (Dioscorea hispida Dennts) dalam mengendalikan jentik nyamuk. J.Health.Epidemiol.Commun.Dis. 2019;5(2): 49-53.

(2)

Pendahuluan

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit

yang disebabkan oleh virus dengue. Penyebaran virus DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk. Vektor utama yang paling berperan dalam penularan penyakit ini adalah Aedes aegypti.1,2

Pada beberapa daerah, Ae. aegypti yang merupakan vektor DBD saat ini diindikasikan resisten dengan insektisida.6 Penggunaan insektisida sintetik sangat

efektif untuk membunuh larva nyamuk. Namun, penggunaannya secara terus menerus dapat menyebabkan dampak negatif seperti polusi lingkungan, serangga menjadi resisten, resurgen maupun toleran terhadap pestisida.7

Mengendalikan vektor utama penyakit DBD secara garis besar dilakukan empat cara pengendalian yaitu dengan cara kimiawi, biologis, radiasi dan mekanik/pengelolaan lingkungan sebagai upaya pemutusan siklus nyamuk.3-6 Pemberantasan

nyamuk Ae. aegypti sulit dilakukan karena mereka memiliki kemampuan adaptasi akibat fenomena alam ataupun lingkungan yang membuat sangat tangguh, meski ada gangguan intervensi manusia.6

Selain menggunakan pengendalian secara kimiawi menggunakan abate, perkembangan teknologi menuntut industri dan peneliti mendalami riset insektisida yang lebih memanfaatkan bahan alam, di antaranya gadung (Dioscorea hispida), zodia (Euodia

suaveolens), bunga kecombrang (Etlingera elatior),

beluntas (Pluchea indica Less), kulit jeruk purut, kulit jeruk kalamondin, sirsak (Annona muricata Linn), kulit batang trengguli (Cassia fistula).2-4,6,8-13

Salah satu tanaman yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bioinsektisida adalah D.

hispida Dennst atau dikenal dengan nama gadung.

Umbi gadung mengandung racun berupa suatu alkoloid yakni Dioscorin (C13H1902N) yang

mempunyai sifat-sifat pembangkit kejang apabila termakan manusia dan hewan.3 Tanaman gadung

telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan serangga.14 Beberapa hasil penelitian telah

dilakukan untuk mengetahui manfaat umbi gadung dalam membunuh jentik. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak umbi gadung berpotensi sebagai insektisida nabati.9 Akan tetapi, belum ada

yang melakukan pengujian terhadap ekstrak daun umbi gadung. Berdasarkan paparan dan data di atas, maka dilakukan penelitian untuk menguji efektivitas ekstrak tanaman gadung dalam mengendalikan jentik nyamuk.

Metode

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode

True Experimental dengan menggunakan rancangan

acak lengkap. Sampel dalam penelitian ini adalah jentik nyamuk Ae. aegypti instar III yang tersedia di Laboratorium Entomologi Balai Litbangkes Tanah Bumbu, dengan pertimbangan dalam instar tersebut larva nyamuk sudah lengkap terbentuk alat-alat organ tubuh dan relatif stabil terhadap pengaruh lingkungan. Jumlah pengulangan untuk setiap kelompok sebanyak 9 kali dan setiap pot percobaan diisi 15 jentik instar III. Setiap pos berisikan air 100 ml dengan konsentrasi ekstrak umbi dan daun gadung 0,2%. Kontrol negatif hanya berisikan air tanpa penambahan apapun, sedangkan kontrol positif menggunakan (Temephos 100 mg/L). Ekstrak umbi dan daun gadung dibuat di Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat, sedangkan tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Entomologi Balai Litbangkes Tanah Bumbu. Untuk mengetahui perbedaan rerata kematian jentik antara kelompok intervensi (umbi dan daun) dan kelompok kontrol dilakukan analisis uji One Way Anova.

Hasil

Hasil pengamatan dari efektivitas ekstrak tanaman gadung (D. hispida Dennts) dalam mengendalikan jentik nyamuk yang dilakukan selama 24 jam dengan suhu ruangan 28,5ºC dan kelembaban 78%. Pengamatan dilakukan dengan interval waktu 1 jam pertama setelah intervensi (pemberian) kemudian 24 jam berikutnya. Tujuan dari pengamatan selama 1 jam setelah intervensi ekstrak tanaman gadung (umbi + daun) sampai 24 jam adalah untuk melihat waktu yang diperlukan ekstrak tanaman gadung dalam mematikan jentik nyamuk. Pengaplikasian ekstrak tanaman gadung dilakukan dengan cara diteteskan menggunakan alat klinipette 200µl dengan konsentrasi masing-masing 0,2%. Ekstrak yang digunakan dibuat satu kali saja kemudian dibagi dengan konsentrasi yang sudah ditentukan ke dalam tiap gelas eksperimen.

Jentik nyamuk yang digunakan sebagai bahan uji yaitu instar III masing-masing berjumlah 15 jentik dalam tiap gelas eksperimen dengan jumlah pengulangan pada kelompok intervensi ekstrak umbi gadung dan kelompok intervensi ekstrak daun gadung sebanyak 9 kali. Pada kelompok kontrol hanya ada 2 pengulangan yaitu kontrol positif dan kontrol negatif, dikarenakan keterbatasan jentik yang tersedia pada saat penelitian. Pengambilan data yang dilakukan selama 24 jam setelah intervensi menghasilkan perbedaan

(3)

JHECDs Vol. 5, No. 2, Desember 2019

jumlah kematian jentik pada tiap kelompok perlakuan dan pengulangan, karena adanya respon yang berbeda dari tiap jentik.

Tabel 1. Persentase Kematian Jentik Instar III dengan Intervensi selama 24 jam

Kelompok Perlakuan Kematian Jentik (%)

Ekstrak Umbi Gadung (0,2%) 45 Ekstrak Daun Gadung (0,2%) 32 Kontrol Positif (temephos) 100

Kontrol Negatif (Air) 0

Hasil pengamatan pada intervensi ekstrak umbi gadung 0,2% selama 24 jam menunjukkan adanya perbedaan jumlah kematian jentik uji pada tiap kelompok (Tabel 1). Rata-rata jumlah kematian jentik uji pada intervensi ekstrak umbi gadung yaitu sebesar 45%. Rata-rata jumlah kematian jentik uji pada intervensi ekstrak daun gadung yaitu sebesar 32%. Pada kelompok kontrol positif dengan temephos terjadi kematian jentik 100%. Tidak ada jentik yang mati pada kelompok kontrol negatif (air).

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan Uji Kruskal Wallis sebagai alternative uji One Way Anova karena sebaran data dan varians data tidak sama. Uji ini dilakukan untuk melihat perbedaan rerata lama konversi (kematian jentik) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Tabel 2 menunjukkan rerata kematian jentik lebih tinggi pada kelompok ekstrak umbi yakni 6,78

dengan jumlah maksimal jentik yang terbunuh sebanyak 10. Rerata kematian jentik pada kelompok ekstrak daun adalah 4,78 dengan jumlah maksimal jentik yang terbunuh sebanyak 7. Hasil analisis didapatkan nilai signifikan 0,000 (p0,05), artinya paling tidak terdapat perbedaan yang bermakna rerata kematian jentik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi. Untuk mengetahui perbedaan rerata kematian jentik instar III pada tiap kelompok, maka dilakukan uji mann-whitney yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4. Terdapat perbedaan yang signifikan kematian jentik antar kelompok perlakuan dengan nilai signifikan <0,000. Tabel 2. Perbandingan Beda Rerata Kematian Jentik Instar III antar Kelompok perlakuan

Kelompok Perlakuan Min Maks Rerata s.b

Ekstrak Umbi 4 10 6,78  (2,048) Ekstrak Daun 2 7 4,78  (1,481) Kontrol Positif

(Temephos) 10 10 10

Kontrol Negatif (Air) 0 0 0 Tabel 3. Uji Kruskal Wallis

Kelompok

Perlakuan Mean Rank Sig.

Jentik nyamuk Ekstrak Umbi 16,22 0,000 Ekstrak Daun 11,00 temephos 24,00 Air 2,50

Tabel 4. Uji Mann-Whitney Perbedaan Rerata Kematian Jentik Instar III Antar Kelompok Perlakuan

Kelompok Kelompok Mann-Whitney U Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Ekstrak Umbi 0,2% Ekstrak Daun 18,000 -2,063 0,039*

Temephos 2,000 -2,551 0,011*

Air 0,000 -2,828 0,005*

Ekstrak Daun 0,2% Umbi 18,000 -2,063 0,039*

Temephos 0,000 -2,904 0,004* Air 0,000 -2,904 0,004* Temephos Umbi 2,000 -2,551 0,011* Daun 0,000 -2,904 0,004* Air 0,000 -2,646 0,008* Air Umbi 0,000 -2,828 0,005* Daun 0,000 -2,904 0,004* Temephos 0,000 -2,646 0,008* *signifikan pada α = 0,05

Pembahasan

Hasil dari penelitian bahwa kelompok ekstrak umbi gadung menunjukkan hasil yang lebih tinggi efektivitasnya dalam mengendalikan jentik nyamuk yaitu sebesar 45%, kelompok daun gadung

memiliki efektivitas yang lebih rendah yaitu 32%. Sementara kelompok kontrol menunjukkan 100% kematian untuk kontrol positif dan 0% untuk kontrol negatif. Hasil uji statistik menggunakan uji Kruskal Wallis didapatkan nilai signifikan 0,000 (p0,05), artinya setidaknya terdapat perbedaan

(4)

rerata kematian jentik antara kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi. Hasil uji Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan rerata kematian jentik instar III pada semua kelompok perlakuan.

Sejalan dengan teori yang menyatakan gadung adalah tanaman merambat yang umbinya mengandung alkaloid yaitu Dioscorin. Kandungan alkaloid ini membuat gadung berpotensi tinggi sebagai insektisida nabati dalam mengendalikan jentik nyamuk. Untuk menarik alkaloid dari ekstrak gadung dilakukan ekstraksi metode maserasi dengan pelarut etanol. Pemilihan etanol sebagai pelarut karena etanol tidak beracun dan mampu menarik rendaman yang tinggi dari proses maserasi tersebut.9

Kemampuan ekstrak umbi gadung terhadap kematian larva nyamuk Ae. aegypti dan Ae.

albopictus pada konsentrasi 0,20% dapat

mematikan 57% larva uji.4 Jika dilihat dari hasil

penelitian yang berbeda dari sebelumnya yaitu sebesar 45% dalam mematikan jentik pada intervensi ekstrak umbi gadung, hal ini bisa terjadi karena perbedaan umbi gadung yang digunakan berbeda jenisnya, tempat asal pengambilan dan kandungan yang terdapat dalam tanah tempat tumbuhnya umbi gadung yang menyebabkan adanya perbedaan jumlah senyawa/zat aktif dalam umbi gadung sehingga hasil yang diperoleh dalam mematikan jentik nyamuk akan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tanaman gadung antara lain alkaloid padat yakni Dioscorin yang mempunyai sifat pembangkit kejang apabila termakan oleh manusia atau hewan. Terdapat pula asam sianida atau HCN yang bersifat racun mematikan.

Berdasarkan penelitian Agustina (2013), hasil pengamatan pada jentik yang telah diberikan perlakuan granula ekstrak umbi gadung dari konsentrasi 0,01% - 0,09% mengalami perubahan tingkah laku dimana gerakannya yang sebelumnya aktif akan menjadi lamban dan akhirnya tidak bergerak lagi dan mati. Kematian pada jentik diawali dengan perubahan tingkah laku jentik yang semula sangat aktif menjadi lamban serta lemas, mengejangnya tubuh dan akhirnya mati. Jentik nyamuk dikatakan sudah mati apabila sudah tidak bergerak lagi bila disentuh dengan tangan, tidak reaktif lagi dengan cahaya yang diarahkan ke jentik dan berada di dasar permukaan air serta tidak muncul lagi ke permukaan setelah waktu 24 jam.3

Hasil penelitian Santi (2010) menunjukkan ekstrak umbi gadung terhadap Epilachna sparsa (kumbang helm/kepik), memperlihatkan aktivitas anti makan 100% pada konsentrasi 5% dan 10% b/v.14 Sejalan

dengan teori Purba (2010) yang menyatakan umbi gadung juga mengandung zat yang bersifat toksik atau anti makan pada serangga, yakni glikosida Sianogenik, alkaloid Dioscorin, dan senyawa pahit yang terdiri dari Saponin dan Sapogenin. Alkaloid Dioscorin dan HCN merupakan racun perut atau

stomach poison. Selain itu juga flavonoid

mempunyai sistem kerja masuk melalui sistem pernafasan jentik kemudian akan bereaksi merusak sistem pernafasan yang akan menyebabkan jentik tidak bisa bernafas dan mati, juga akan merusak sel saraf sehingga tidak bisa meneruskan impuls yang akan menyebabkan kelumpuhan dan kematian pada jentik. Senyawa atau unsur kimia bersifat toksik walaupun dalam konsentrasi rendah apabila masuk ke dalam tubuh.15

Kesimpulan dan Saran

Terdapat perbedaan tingkat efektivitas antara kelompok intervensi ekstrak umbi dan kelompok ekstrak daun dalam mengendalikan jentik instar III, tingkat efektifitas ekstrak umbi gadung dalam penelitian ini yaitu 45% dan lebih efektif dibandingkan efektivitas ekstrak daun gadung 32%.

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya

menggunakan konsentrasi yang bertingkat untuk ekstrak daun gadung sehingga didapat konsentrasi yang paling efektif dalam mengendalikan jentik instar III.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Laboratorium Entomologi Balai Litbang Kesehatan Tanah Bumbu yang telah menyediakan sampel dan tempat pengujian sampel penelitian. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat sebagai tempat pembuatan ekstrak umbi dan daun gadung, serta semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian ini.

Kontribusi Penulis

KM sebagai penulis utama berkontribusi terhadap penentuan ide penulisan, perancangan desain

penelitian, dan pembuatan artikel. YR

berkontribusi pada menyiapkan referensi/daftar pustaka, kerangka pembahasan, penarikan kesimpulan dan perbaikan Bahasa dalam artikel. MR berkontribusi dalam pembuatan pendahuluan,

(5)

JHECDs Vol. 5, No. 2, Desember 2019

penyiapan bahan dan sampel penelitian, pengolahan dan analisis data, dan pembahasan.

Daftar Pustaka

1. Lutfiana M, Winarni T, Zulmiati, Novarizqi L. Survei Jentik Sebagai Deteksi Dini Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) Berbasis Masyarakat Dan Berkelanjutan. J Ilm Mhs. 2012;2(1):56-63.

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jim/article/do wnload/10746/8523.

2. Gurning DMR, MS IM, Hasan W. Efektivitas Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior) Sebagai Repellent Nyamuk Aedes aegypti. J Lingkung

dan Keselam Kerja. 2015;Vol 4(1):1-11. https://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/downl oad/8136/5737.

3. Sa’adah AZ, Sayono, Mifbakhuddin. UJI Efikasi Insektisida Herbal Granula Ekstrak Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennts) Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. J Kesehat Masy Indones. 2013;8(2):1-11.

http://p2t.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/dow nload/2024/2056.

4. Harahap PS. Efektivitas Ekstrak Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dents) Dalam Pengendalian Larva Nyamuk. J IPTEKS Terap. 2016;8(i1):10-16. http://dx.doi.org/10.22216/jit.2014.v8i1.181. 5. Widagdo L, Husodo BT, Bhinuri. Kepadatan Jentik

Aedes aegypti Sebagai Indikator Keberhasilan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus): Di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang. MAKARA,

Kesehat. 2008;12(1):13-19.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/ead24 6ab2a3f2206ed8e1deb7dff8ad289b6059a.pdf. 6. Rochmat A, Bahiyah Z, Adiati MF. Pengembangan

Biolarvasida Jentik Nyamuk Aedes aegypti Berbahan Aktif Ekstrak Beluntas (Pluchea indica Less.). Reaktor. 2016;16(3):1-6. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/reaktor/artic le/view/9371/10199.

7. Kardinan A. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik.

Pengemb Inov Pertan. 2011;4(4):262-278. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip/article/view/ 710/4195.

8. Lauwrens FIJ, Wahongan GJ, Bernadus JB. Pengaruh Dosis Abate Terhadap Jumlah Populasi Jentik Nyamuk Aedes spp di Kecamatan Malalayang Kota Manado. J E-BIOMEDIK. 2014;2(1):1-5.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/ article/download/4391/3920.

9. Handayani SW, Boesri H, Priyanto H. Potensi Umbi Gadung (Dioscorea hispida) dan Daun Zodia (Euodia suaveolens) sebagai Insektisida Nabati.

Media Litbangkes. 2017;27(1):49-56. http://dx.doi.org/10.22435/mpk.v27i1.4278.49-56.

10. Ardiansyah, Nuraida L, Andarwulan N. Antimicrobial Activity of Beluntas (Plucea indica l.) Leaves Extract and stability of the Activityat Different salt Concentrations and PHS. J Teknol

DAN Ind PANGAN. 2003;XIV(2):90-97. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip/article/view/ 710/4195.

11. Andriana A, Hamidah, Moehammadi N. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Jeruk Purut (Citrus

Hystrix D.C.) dan Jeruk Kalamondin (Citrus mitis

Blanco) sebagai Biolarvasida nyamuk Aedes aegypti

L. Surabaya; 2012.

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jurnal Agustin.pdf.

12. Komansilan A, Abadi AL, Yanuwiadi B, Kaligis D a. Isolation and Identification of Biolarvicide from Soursop (Annona muricata Linn) Seeds to Mosquito (Aedes aegypti) Larvae. Int J Eng Technol. 2012;12(3):28-32.

https://pdfs.semanticscholar.org/6171/f51f37cd1e 5ceb61275a0035975d65958ebc.pdf.

13. Noorhajati DPRH, Aminah NS. Potensi Ekstrak Kulit Batang Trengguli (Cassia fistula) sebagai Biolarvasida Nyamuk Aedes aegypty yang Ramah Lingkungan. In: PROSIDING ISSN 1411-4216,

Seminar Nasional SRKP-2013 UNDIP. Semarang:

Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang; 2013:A.02.

14. Santi SR. Senyawa Aktif Antimakandari Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst). J Kim. 2010;4(1):71-78.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/view /2762.

15. Purba Z. Mempelajari Pengaruh Konsentrasi Ragi

Instan Dan Waktu Fermentasi Terhadap Pembuatan Alkohol Dari Pati Gadung (Dioscorea Hispida Dennst).

Medan: Universitas Sumatera Utara; 2018. https://www.researchgate.net/publication/462470 88_Mempelajari_Pengaruh_Konsentrasi_Ragi_Ins tan_Dan_Waktu_Fermentasi_Terhadap_Pembua tan_Alkohol_Dari_Pati_Gadung_Dioscorea_hisp ida_dennst.

Gambar

Tabel 4. Uji Mann-Whitney Perbedaan Rerata Kematian Jentik Instar III Antar Kelompok Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Menutut KUH Perdata Pasal 1150 disebutkan, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya

modal. dan korangnya kc:mampuall dalam pengembang:m usaha, scr1. kurangnya pernaharnan etika bisnis tIan disiplin. Masalah Ck&lt;lemal misalnya adalah iklim usaha yang hltang

Sesuai RTRW Kabupaten Minahasa Selatan wilayah Desa Kapitu - Teep diperuntukkan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan Sub-Pusat

Pada dasarnya seluruh patahan yang berkembang di kawasan semenanjung Muria dapat diklasifikasikan sebagai patahan aktif karena berumur muda menurut sekala waktu geologi yaitu

menata atau menyusun ruang-ruang di dalam kompleks bangunan institut mode yang disesuaikan dengan fungsi ruangnya supaya kegiatan belajar mengajar di bidang

[r]

Organisasi ini berkedudukan di Jakarta sebagai Tingkat Pusat dan dapat dibentuk – mempunyai anggota ditiap Propinsi, Kabupaten serta Kotamadya di seluruh Indonesia, yang

Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar agama Islam pada mahasiswa adalah penetapan tujuan (goal setting)yaitu sebuah perlakuan yang diberikan kepada